Anda di halaman 1dari 28

SAMBUNGAN LAS

KRISTIANA PASAU, ST., MT


MATERI

• Macam-macam las
• Panjang las netto
SAMBUNGAN LAS (WELD)

PROSES PENGELASAN
• Las Otohin dengan gas asetelin dan zat asam (untuk

sambungan pipa, pelat-pelat tipis dan panjang las


yang kecil)
• Las Busur Cahaya Arang, bisa dilakukan tanpa
tambahan bahan.
• Las Busur Cahaya dengan kedua ujung sambungan
sebagai pool (misal : pada mata rantai, batang baja
beton, pipa pemanas uap)
• Las Titik, untuk menggabungkan pelat-pelat yang agak tipis menjadi
satu.
• Las Busur Cahaya, dengan batang las / batang Elektrode (LAS
LUMER / LAS LISTRIK).

Bentuk Las :
• Las Sudut (80% Fillet Weld)
• Las Tumpul (Groove Weld)

Las Sudut :
• Las Cekung (Gbr A).
• Las Cembung (Gbr. B).
• Las Pipih (Gbr. C).
las
cekung

a
Gambar 1-A

las cembung las


pipih

a a

Gambar 1-B Gambar 1-C


• Las sudut yang letaknya diujung, disebut las Kepala (K).
• Las Sudut yang letaknya di kanan-kiri disebut Las Tepi (T).
• Umumnya Las Sudut dibuat sama sisi.
• Bila Las Sudut dibikin tidak sama sisi dan lebih dari satu
lapis, maka pelaksanaannya seperti berikut :

Gambar 1-E Gambar 1-F


Las Tumpul :
A. Tanpa Pekerjaan Pendahuluan (Pelat Tipis).
• las satu belah (Gbr. 2-G)
• las dua belah (Gbr.2-H)

»
»
s = 1 s/d 4 mm

Gambar 2-G

S = 4 s/d 8mm

Gambar 2-H
B. Dengan Pekerjaan Pendahuluan :
• Las satu belah V Gbr.2-I)
70 + 90

Gambar 2-I

Las V – terbuka (hanya untuk Konstruksi yang tidak


memikul beban dinamis)
  70
Las V – terbuka
3


..2
8 Min. 2

Las V – tertutup
  60

0.
5
8…

…..
20

b a- cacat
.3

Ruang kosong – bahaya takik


• Las dua belah, las V dengan las balik (Gbr.2-J dan Gbr.2-K)
• Las dua belah, las X-simetris (Gbr.2-K) dan las X-tidak (Gbr.2-
L)

70+90

4 - 12 S = 4 s/d 12 mm

Gbr.2-J
70 + 90

S
takik celah (kosong)
Gambar 2-K
Las X – simetris
  70

1/2 s
3
40

S = 12 s/d 40 mm
12

1/2 s
  70
Gambar 2-L
Las X – tidak simetris
  70

2/3 s
30
12 3

1/3 s
Gbr. 2-M
Perhitungan Sambungan Las

Perumusan Umum :
Jika tidak bertentangan dengan ke-seimbangan dari bagian-
bagian kons-truksi yang disambungkan, maka gaya yang harus
dipindahkan dianggap ter-bagi rata atas potongan memanjang
yang terkecil dari rigi-rigi las.
Syarat-syarat Umum untuk Merencanakan
• Dihindarkan berkumpulnya rigi-rigi las.
• Titik berat dari potongan rigi-rigi las diletakkan pada garis
kerja dari gaya yang dipindahkan.
• Dihindarkan adanya perubahan mendadak dari potongan.
• Pengelasan dalam kedudukan yang sulit agar dihindarkan.
• Mengambil ukuran dari bagian-bagian yang hendak disambung-kan
sebesar mungkin, agar penge-lasan menjadi sesedikit mungkin.
• Pengelasan di tempat pembangun-an dibatasi.
• Memasang las penutup pada sela-sela yang dapat kemasukan air
dan menimbulkan karatan, dengan mempergunakan batang las
dari bahan yang mudah mengulur. Sedangkan antara las sudut
kepala dan las sudut tepi dibuatkan bentuk peralihan yang baik.

.
• Perhitungan harus jelas dan mudah dapat dikontrol.
Bentuk dan ukuran dari las harus mudah dibaca dari
gambar.

Perhitungan
A) Panjang Netto Las-Sudut :
(Peraturan Tentang Sambungan Las / PPBB I Ps. 8-5).

Tiap rigi las mempunyai tebal “a” dan panjang :


L netto = L bruto – 3a
Agar panjang dikedua ujung las tidak meleleh, maka panjang las
dibatasi :
L < 40 a
L > 8 @ 10 a, atau L > 4 cm
a
I netto
kepala
kawah
I bruto 9

t Gambar 3-A
Catatan :
Jika diperlukan panjang las > 40a, maka pengelasan harus
dilakukan terputus-putus sbb :
• Batang Tekan
Jarak antara bagian-bagian las  16 t atau 30 cm.

 16 t atau 30 cm

• Batang Tarik
Jarak antara bagian-bagian las  24 t atau 30 cm.

 24 t atau 30 cm
t = tebal terkecil antara elemen yang dilas
t

B)Tebal Rigi-rigi las (a)


Dihitung berdasarkan :
• Dalamnya pembakaran terhadap pelat-pelat yang
S1
disambungnya :
a

S2
a  s  1 mm ; bila s  5 s/d 9 mm
2

a  s  2 mm ; bila s  10 s/d 13 mm
2
s  14 mm  pengelasan lebih dari 1 lapis
(s  tebal terkecil antara s1 & s2 )

• Tebal pelat yang dipegang


“Rumus STAHL IN HOCHBALL”
1
a

s1 a  1 s 2, atau
s2 2
a  0,7 s
Baja Baja

a 2

a1 a 1

t1 t2 t1
t t

Jika t 1 < t, maka Jika t1 < t, maka


a 1  0.7 t 1 a1  0.7 t1
Jika t2 < t, maka
a2  0.7 t2

Ba ja Baja siku

a1 a2
a1

t1 1,2
d d
t t

Jika t1 < t, maka Jika d < t, maka


a1  0.7 t1 a1  0.7 t1
Jika 1,2d < t, maka
a2  0.7 x 1,2d = 0,84d
C. Rumus-rumus dasar untuk penetapan kekuatan
dari berbagai bentuk sambungan.

1. Tegangan normal yang diizinkan dalam suatu las


t
disamakan dengan tegangan tarik yang diizinkan ( ) untuk
St.37.

2. Jika garis kerja dari gaya yang harus dipindahkan


membuat satu sudut  dengan bidang dari poto-ngan yang
memindahkan gaya itu, maka sesuai dengan teori-patahan
dari Huber Hencky tegangan yang diizinkan dalam jurusan
garis kerja ( ) diperhitungkan dengan rumus:
σα  σ
sin2α  3cos 2α

σα  P  σα
A
σα
σi  σ2  3σ 2 σi  σ
c
  St.37 (lihat Gbr. 3-C)
Dalam hal mana = dari
Untuk  = 0º , jadi gaya terletak dalam bidang potongan
yang memindahkan gaya, = 0.58 
Untuk  = 90º , jadi gaya terletak atas bidang potongan
yang memindahkan gaya, = 1000

bidang potong yang
memindahkan gaya

T garis kerja gaya


yang dipindahkan

Gambar 3 -C
3. Nilai dari  max
Pada Gbr.3-D terlihat bahwa gaya P membagi diri dalam
dua gaya Q yang masing-masing membagi diri lagi dalam
satu gaya V dan satu gaya H. Kedua gaya V saling hapus,
sehingga tinggal P = 2H.
a

Q e Q
H
d V
P
d V

e H
Q Q
a
Rumus : Cos α - β H atau
Q
H  Q cos (α - β).

Q  σ α x a  σ α x 1 F, jika F  2a
2
P  2H  2 cos (α - β)

 2 x σ α x 1 F cos (α - β)
2
 σ α F cos (α - β)

σα
P x σ F cos (α - β)
σ
cos (α - β)
Maka : P  σF x σ F cos (α - β)
sin α  3cos α
2 2

 σ F x γ , dalam hal mana

cos (α - β)
γ
sin2 α  3cos2 α
γ menjadi maksimum, jika :
tg α  3 tg β.
Selanjutnya didapat rumus :

1  2 sin 2 β
γ max 
3
Dengan mengambil nilai  meningkat dengan 5º , maka
untuk nilai  = 45º sampai dengan 70º (nilai  yang praktis
masih dipakai) didapat nilai  max.
4. Rumus-rumus dasar tentang besar-nya P yang dapat dipikul
oleh satu macam sambungan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai