Anda di halaman 1dari 70

BAB II

DASAR TEORI

2.1. Sistem Perpipaan

Sistem perpipaan adalah suatu sistem yang digunakan untuk melakukan


transportasi fluida kerja antar peralatan (equipment) dalam suatu pabrik (plant)
atau dari suatu tempat ke tempat yang lain sehingga proses produksi berlangsung.
Sistem perpipaan (piping system) dilengkapi dengan komponen-komponen seperti
katup, flens, belokan (ellbow), percabangan, zozzle, reducer, tumpuan, isolasi dan
lain-lain. Dalam dunia industri, biasanya dikenal beberapa istilah mengenai sistem
perpipaan seperti piping dan pipeline. Piping adalah sistem perpipaan disuatu
plant, sebagai fasilitas untuk mengantarkan fluida (cair atau gas) antara satu
peralatan ke peralatan lainnya untuk melewati proses-proses tertentu. Piping ini
tidak akan keluar dari satu wilayah plant. Sedangkan pipeline adalah sistem
perpipaan untuk mengantarkan atau mengalirkan fluida antara satu plant ke plant
lainnya yang biasanya melewati beberapa daerah. Ukuran panjang pipa biasanya
memiliki panjang lebih dari 1 km tergantung jarak antar plant.

Sistem perpipaan dapat ditemukan hampir pada semua jenis industri, dari
sistem pipa tunggal yang sederhana sampai sistem perpipaan bercabang yang
sangat kompleks. Contoh sistem perpipaan adalah sistem distribusi air bersih pada
gedung atau kota, sistem pengangkutan minyak dari sumur ke tandon atau tangki
penyimpanan, sistem distribusi udara pendingin pada suatu gedung, sistem
distribusi uap pada proses pengeringan dan lain sebagainya. Sistem perpipaan
meliputi semua komponen dari lokasi awal sampai dengan lokasi tujuan, yaitu
saringa (strainer), katup, sambungan, nozzle dan lain sebagainya. Untuk sistem
perpipaan yang menggunakan fluida cair umumnya dari lokasi awal fluida
dipasang saringan untuk menyaring kotoran agar tidak menyumbat aliran fluida.
Saringan (strainer) dilengkapi dengan katup searah (foot valve) yang berfungsi
mencegah aliran kembali ke lokasi awal atau tandon. Sedangkan sambungan dapat
berupa sambngan penampang tetap, sambungan penampang berubah, belokan

4
(ellbow) atau sambungan bentuk T (tee) dan masih banyak komponaen-komponen
yang digunakan dalam sistem perpipaan.

2.1.1. Jenis-jenis pipa

Dari sekian jenis pembuatan pipa, mulai dari material hingga kegunaannya
pada umumnya pipa dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu:

1. Jenis pipa tanpa sambungan, merupakan pembuatan pipa tanpa sambungan


pengelasan.
2. Jenis pipa dengan sambungan, adalah pembuatan pipa dengan cara
sambungan yang dilakukan dengan cara pengelasan.

2.1.2. Bahan-bahan pipa secara umum

Bahan-bahan pipa yang dimaksud disini adalah struktur bahan baru pipa
tersebut atau material yang digunakan pada saat pembuatan awal pipa dan dapat
dibagi secara umum sebagai berikut:
1. Baja Karboon (carbon steel)
2. Molibdenum karbon (carbon moly)
3. Galvanees
4. Ferro nikel
5. Stainlees steel
6. PVC (polyvinyl chloride)
7. Chrome moly

2.1.3. Bahan-bahan pipa secara khusus


1. Vibre glass
2. Aluminium
3. Besi tanpa tempa (wrought iron)
4. Tembaga (copper)
5. Kuningan merah (red brass)
6. Timah tembaga (nickel tembaga)
7. Besi timah krom (nickel crome iron)

5
2.2. Komponen Sistem Perpipaan

Komponen perpipaan ini harus dibuat sesuai dengan spesifikasi, standar


yang terdaftar dalam simbol dan kode yang telah dibuat atau dipilih pada
sebelumnya. Komponen-komponen tersebut meliputi pipa-pipa (pipes), flens-flens
(flanges), sambungan (fittings), katup (valves), baut-baut (boltings), gasket,
bagian khusus (special items), saringan (strainer).

2.2.1. Pipa-pipa (pipes)

Pipa-pipa adalah saluran yang tertutup sebagai sarana untuk pengaliran


atau transportasi fluida bisa juga sebagai sarana pengaliran atau transportasi
energi dalam aliran. Pipa yang umum digunakan pada industri proses dan
pembangkit listrik (power Plant) yaitu pipa baja (steel pipe) dan pipa besi (iron
pipe).

2.2.1.1. Pipa las spiral (spiral welding pipe)

Pipa las spiral (spiral welding pipe) dibuat dengan cara memuntir strip
logam (plat panjang dengan lebar sempit dan seperti pita) dan menjadi bentuk
spiral, kemudian dilas pada ujung-ujung sambungan satu dengan yang lainnya
sehingga membentuk sebuah sambungan pada pipa.

Pipa jenis ini jarang digunakan pada sistem perpipaan, karena jenis pipa
ini dapat digunakan pada tekanan rendah karena tebal pipa yang tipis. Gambar
berikut ini menunjukan pipa las spiral (spiral welding pipe) sebelum dilas dan
sesudah dilas.

Gambar 2.1. Pipa las spiral (spiral welding pipe)


(Akbar, 2012)

6
2.2.1.2. Pipa tanpa sambungan (seamless steel)

Pipa tanpa sambungan (seamless steel) ini dibuat dengan cara menusuk
batang baja yang mendekati suhu cair (billet) dengan cara menggunakan sebuah
mandrel yang mana pipa ini tidak memiliki sambungan.

Gambar 2.2. Pipa tanpa sambungan (seamless steel)


(Akbar, 2012)

2.2.1.3. Pipa dilas (butt-welded pipe)

Butt-welded pipe dibuat dengan car memasukkan plat baja panas melalui
pembentuk (shapers, shape rollers) yang akan merolnya ke menjadi bentk
batangan pipa yang berlubang. Penekanan yang sangat kuat pada kedua sisi plat
akan menghasilkan sambungan las.

Gambar 2.3. Pipa dilas (butt-welded pipe)


(Akbar, 2012)

2.2.1.4. Tubing

Tubing adalah sebuah benda silindris yang memiliki lubang pada


tengahnya untuk mengalirkan fluida. Tubing berukuran lebih kecil jika dibanding
dengan pipa disamping itu tubing lebih fleksibel dan mudah dibentuk jika
dibandingkan dengan pipa. Tubing sering digunakan pada pipa-pipa alat penukar

7
kalor (shell and tube heat exchanger) dan koneksi instrumen seperti pemasangan
alat ukur suhu, tekanan, sistem kontrol secara hidrolik atau penumatik.

Gambar 2.4. Tubing pada heat exchanger


(Sugeng, 2014)

2.2.2. Flens (flange)

Flens adalah sebuah mekanisme yang menyambungkan antar elemen atau


equipment perpipaan yaitu antara dua buah pipa, equipment, fitting atau valve,
bejana tekan, kolom reaksi, pompa dan lainya dapat dihubungkan bersama-sama.
Flange tersedia dalam berbagai bentuk, tekanan, rating dan ukuran untuk
memenuhi persyaratan desain.

Gambar 2.5. Flens (flange)


(Caliper, 2012)

8
2.2.2.1. Flens buta (blind flange)

Jenis flange ini tidak memiliki lubang dan digunakan pada akhir pipa
atau fitting dalam suatu instlasi perpipaan.

Gambar 2.6. Flens buta (blind flange)


(Sugeng, 2014)

2.2.2.2. Flens las dileher (weld neck flange)

Flange ini mempunyai bagian khusus yang mempunyai leher (neck) alat
penyambungnya dengan menggunakan butt welding. Flange jenis ini digunakan
untuk tekanan tinggi dan bagian nozzle pada vessel, kompresor dan pompa.
Karakteristik flange ini memiliki ketahanan sambungan terhadap kejutan dengan
getaran pipa akibat laju aliran fluida yang besar didalam pipa, harga flange ini
relatif mahal.

Gambar 2.7. Flens las dileher (weld neck flange)


(Sugeng, 2014)

2.2.2.3. Flens orifis las dileher (weld neck orifice flange)

Weld neck orifice flange banyak digunakan dalam hubunganya dengan


orifice meter untuk mengukur laju aliran cair dan gas. Weld neck orifice flange ini

9
pada dasarnya sama dengan weld neck flange, hanya bedanya terdapat lubang
didalam plat flange yang digunakan sebagai pengukur laju aliran fluida.

Gambar 2.8. Flens orifis las dileher (weld neck orifice flange)
(Hartoyo, 2011)

2.2.2.4. Flens sambungan langsung (Slip on flange)

Flange jenis ini mempunyai ketahanan kejutan dan getaran yang rendah.
Flange jenis ini sangat ideal untuk aplikasi tekanan rendah karena kekuatannya
pada tekanan internal sekitar sepertiga dari weld neck flange. Serta konfigurasinya
menimbulkan gangguan aliran di dalam pipa. Las-lasan bagian dalam flens ini
cendrung lebih mudah korosi dibanding weld neck flange.

Gambar 2.9. Flens sambungan langsung (slip-on flange)


(Hartoyo, 2011)

2.2.2.5. Flens sambungan sock dilas (socket welding flange)

Socket welding flange adalah flange yang bentuknya menyerupai slip-on


flane. Perbedaannya hanya pada jenis penyambungan di pipanya. Untuk socket
welding type terdapat lubang bertingkat yang digunakan untuk dudukan pipa yang
akan dipasang dengan flange. Pengelasan dilakukan hanya pada bagian luarnya
saja.

10
Gambar 2.10. Flens sambungan sock dilas (socket welding flange)
(Caliper, 2012)

2.2.2.6. Flens sambungan ulir (threaded flange)

Flange jenis ini mirip dengan slip-on flange, perbedaannya adalah


memiliki (thread internal) atau ulir dalam. Pada flange jenis ini biasanya
digunakan untuk tekanan rendah dan tidak digunakan untuk temperatur yang
sangat tinggi.

Gambar 2.11. Flens sambungan ulir (threaded flange)


(Hartoyo, 2011)

2.2.2.7. Flens tonggak (stub flange)

Stub end flange adalah dua buah elemen yang terdiri dari Stub end dan
Backing ring (flange). Fungsi stub end adalah menhan backing ring (flange),
sedangkan fungsi backing ring adalah untuk koneksi dengan mur atau baut pada
backing ring (flange) lainnya.

Gambar 2.12. Flens tonggak (stub flange)


(Hartoyo, 2011)

11
2.2.2.8. Flens sambungan LAP (LAP joint flange)

LAP joint flange ini mirip dengan slip on flange, tetapi ada dua
perbedaanya. Terdapat jari-jari pada akhir flange ini dan pada face flange ini
datar. Jenis flenge ini digunakan jika material stub end dan flange harus
dibedakan. Jika pada saat instalasi pipa pemasangan baut menemui kesulitan
karena keterbatasan ruang, maka jenis flange ini dapat digunakan. Bentuk LAP-
joint flange dapat digunakan dimana terjadi tegangan lentur yang besar dan dapat
digunakan pada sambungan baut ke suatu nozzle atau flange dari equipment.

Gambar 2.13. Flens sambungan LAP (LAP joint flange)


(Caliper, 2012)

2.2.3. Katup (valve)

Salah satu komponen yang penting pada sistem perpipaan adalah katup.
Katup atau valve yang merupakan alat atau bagian yang berfungsi untuk mengatur
aliran suatu fluida dengan cara menutup, membuka atau menghambat sebagian
jalan aliran fluida tersebut. Disini hanya akan dibahas mengenai katup yang
umum digunakan pada suatu kilang.

2.2.3.1. Katup pintu (gate valve)

Katup gate valve ini mempunyai bentuk penyekat berupa piringan atau
bisa digerakan keatas dan bawah untuk membuka dan menutup. Bisa juga
digunakan untuk posisi buka atau tutup sempurna dan tidak disarankam untuk
posisi sebagian terbuka.

12
Gambar 2.14. Katup pintu (gate valve)
(Hartoyo, 2012)

2.2.3.2. Katup bola (ball valve)

Bentuk penyekat valve jenis ini adalah berbentuk bola yang menyerupai
lubang menerobos ditengahnya. Valve ini dapat dengan cepat ditutup.

Gambar 2.15. Katup bola (ball valve)


(Hartoyo, 2012)

2.2.3.3. Katup dunia (globe valve)

Globe valve ini digunakan untuk mengatur banyaknya aliran fluida.


Dudukan valve yang sejajar dengan aliran, maka membuat globe valve menjadi
efisien mengatur besar kecilnya aliran dengan minimum erosi piringan dan
dudukan.

13
Gambar 2.16. Katub dunia (globe valve)
(Hartoyo, 2012)

2.2.3.4. Katup cek (check valve)

Check valve ini mempunyai fungsi untuk mengalirkan fluida hanya satu
arah dan mencegah aliran kearah sebaliknya atau aliran balik. Check valve
mempunyai beberapa jenis lagi berdasarkan bagian dalamnya seperti double-plate,
swing, tilting, dan axial.

Gambar 2.17. Katup cek (check valve)


(Hartoyo, 2012)

2.2.3.5. Katup kupu-kupu (butterfly valve)

Hanya digunakan sebagai stop valve untuk tekanan rendah dan


memberikan pressure drop yang paling rendah sehingga tidak dapat digunakan
untuk mengatur tekanan dan kapasitas aliran.

14
Gambar 2.18. Katup kupu-kupu (butterfly valve)
(Hartoyo, 2012)

2.2.3.6. Safety valve

Disebut juga Relief Valve, biasanya safety valve ini bias diatur seberapa
batasan tekanan yang dapat terjadi (disesuaikan dengan keinginan). Safety valve
digunakan untuk mencegah terjadinya overpressure pada sisterm proses dan
piping dan mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan dan piping. Valve jenis
ini sangat menguntungkan jika harus segera melepaskan sejumlah besar gas atau
liquid dalam waktu yang singkat.

Gambar 2.19. Safety valve


(Hartoyo, 2012)

2.2.3.7. Katup jarum (needle valve)

Katup ini biasanya digunakan untuk instrument, gauge, dan meter line
service. Katup ini dapat digunakan untuk throttling dengan sangat akurat dan juga
dapat digunakan pada tekanan atau temperatur tinggi.

15
Gambar 2.20. Katup jarum (needle valve)
(Hartoyo, 2012)

2.2.3.8. Katup diafragma (diaphragm valve)

Katup diafragma ini berfungsi untuk membuka dan menutup dengan


diafragma. Kelebihan valve ini dibandingkan dengan jenis valve yang lain adalah
menghasilkan aliran tanpa riak (tenang/smooth) dan fluida mengalir tanpa
tahanan. Valve ini sangat baik untuk flow control dan penutupan aliran yang
sangat rapat. Katup diafragma (Diaphragm valve) biasanya digunakan di berbagai
industri untuk mengatasi masalah korosi, abrasi, kontamina penyumbatan,
kebocoran, dan valve maintenance. Valve ini cocok untuk fluida korosif, viscous
materials, air, gas, dan udara bertekanan.

Gambar 2.21. Katup diafragma (diaphragm valve)


(Hartoyo, 2012)

16
2.2.4. Sambungan (fitting)

Sambungan (fitting) adalah merupakan bagian dari suatu instalasi


perpipaan yang berfungsi sebagai penyambung antar pipa dan sebagai akhir
perpipaan atau outlet fitting.

2.2.4.1. Siku (ellbow)

Sambungan siku (Ellbow) adalah jenis fitting yang merupakan komponen


perpipaan yang berfungsi untuk merubah arah aliran fluida. Ellbow terdiri dari 3
jenis yang paling umum digunakan yaitu ellbow 45o, 900 dan 180o.

Gambar 2.22. Fitting ellbow 450, 900 dan 1800


(Bayu, 2014)

2.2.4.2. Sambungan Tee

Tee dalam fitting berfungsi untuk membagi aliran, biasanya cabang ini
memiliki ukuran diameter yang sama dengan ukuran diameter pipa utamanya,
dengan nama lain straight tee untuk ukuran diameter yang sama, sedangkan jika
ukurannya berbeda maka namanya tee reduser.

Gambar 2.23. Fitting straight tee dan reducing tee


(Sugeng, 2012)

17
2.2.4.3. Sambungan reducer

Fitting reducer, sesuai namanya fitting jenis ini berfungsi untuk


mengurangi aliran fluida. Mengurangi disini bukan seperti katup (valve), tetapi
ukuran pipanya saja yang berkurang. Sehingga reducer ini berfungsi untuk
menyambungkan pipa dari diameter yang lebih besar ke pipa yang memiliki
diameter lebih kecil.

Gambar 2.24. Fitting concentric reducer dan eccentric reducer


(Sugeng, 2014)

2.2.4.4. Sambungan Stub-in

Stub-in adalah jenis fitting yang fungsinya sama dengan tee, yaitu
membagi arah aliran. Bedanya stub-in dengan tee adalah jika tee adalah item yang
terpisah dan menggabungkan beberapa pipa tetapi stub-in percabangan langsung
dari pipa utama yang fungsinya menggantikan reduser tee.

Gambar 2.25. Fitting stub-in


(Sugeng, 2014)

2.2.4.5. Sambungan cap

Fitting cap berfungsi untuk menghentikan aliran pada ujung pipa. Fitting
ini dilas langsung pada bagian pipa utama.

18
Gambar 2.26. Fitting cap
(Sugeng, 2014)

2.2.5. Baut-baut (boltings)

Baut atau Bolting berfungsi sebagai pengikat untuk menahan dua obyek
bersama, dan berbagai jenis komponen atau equipment. Ada tiga jenis baut yang
umum digunakan yaitu baut mesin (mechine bolt), baut paku (stud bolt), dan ulir
penutup (cap screw).

2.2.5.1. Baut mesin (mechine bolt)

Mechine bolt adalah jenis baut yang sering di lihat sehari-hari, mechine
bolt hanya memiliki satu buah mur (nut). Mechine bolt memiliki permukaan rata
pada satu ujungnya, sedangkan ujung lainnya biasanya untuk mur (nut)nya.

Mechine bolt lebih gampang rusak karena seluruh panjangnya harus


mengakomodir gaya ketika terjadi torsi. Ketika dipuntir untuk dikencangkan atau
dikendorkan, maka seluruh badan pada mechine bolt akan mengalami tegangan
puntir, hal ini dapat mengalami kerusakan.

2.2.5.2. Baut paku (stud bolt)

Stud bolt memiliki dua buah mur yang dapat dikencangkan dari sisi
kanan atau kirinya. Penggunaan stud bolt ini biasanya digunakan pada sambungan
flange yang menguhungkan antar pipa atau equipment tertentu.

Stud bolt ini memiliki beberapa keunggulan jika dibanding machine bolt,
diantarnya adalah:

1. Stud bolt lebih mudah dibuka jika berkarat (rusak)


2. Memiliki diameter yang seragam (tidak ada head)

19
3. Stud bolt yang jarang digunakan dapat mudah dibuat dari baja padat
(round stock)

Teapi dibalik keunggulannya stud bolt ini mempunyai satu kelemahan


yaitu membingungkan arah ketika dilepas atau di kencangkan.

Gambar 2.27. Baut mesin, baut ulir penutup dan baut paku
(Sugeng, 2012)

2.2.6. Gasket Pipa

Gasket pada sambungan flens berfungsi untuk mencegah kebocoran pada


setiap sambungan flens perlu digunakan gasket, baik yang berbentuk oval atau
lingkaran (ring). Gasket diletakkan pada permukaan flange (flange face).

2.2.6.1. Standar untuk gasket


 ASME B16.20: Ring-join gasket dan grooves untuk steel pipe flanges
(metalic gasket)
 ASME B16.21: Non-Metallic gasket untuk pipe flange

2.2.6.2. Pemilihan gasket


Pemilihan gasket ditentukan oleh:
1. Suhu, tekanan dan sifat korosi dari fluida yang ditransportasikan
2. Apakah sering dilakukannya perawatan atau operasi yang membutuhkan
pembukaan flange pada jalur pipa
3. Code atau persyaratan yang dapat dipertimbangkan
4. Aspek biaya

20
2.2.6.3. Jenis-jenis gasket
Berikut ini adalah jenis-jenis dari gasket, yaitu:
1. Gasket ring

Gambar 2.28. Gasket ring


(Sugeng, 2014)

2. Gasket ring oval (Oval ring gasket)

Gambar 2.29. Oval ring gasket


(Sugeng, 2014)

3. Gasket permukaan penuh (Full face gasket)

Gambar 2.30. Full face gasket (gasket permukaan penuh)


(Sugeng, 2014)

4. Gasket ring datar (Flat ring gasket)

Gambar 2.31. Flat ring gasket (gasket ring datar)


(Sugeng, 2014)

21
5. Gasket spiral (Spiral gasket)

Gambar 2.32. Spiral gasket (gasket spiral)


(Sugeng, 2014)

2.2.7. Alat-alat khusus (special items)

Alat-alat khusus ini hanya membicarakan mengenai saringan (strainer)


dan alat perangkap uap (steam trap). Saringan (strainer) disini berguna sebagai
alat penyaringan kotoran baik yang berupa padat, cair atau gas. Alat penyaringan
ini digunakan pada jalur pipa guna menyaring kotoran pada aliran yang akan
diproses atau hasil proses lebih baik mutunya.

2.2.7.1. Saringan Tipe T.

Tipe ini digunakan secara umum untuk memprluas ruang aliran dan
mereduser tekanan pada jalur pipa.

Gambar 2.33. Saringan tipe T


(Raswari, 2009)

22
2.2.7.2. Saringan tipe Y

Saringan tipe Y ini digunakan untuk menyaring kotoran secara langsung


dan mejaring kebawah.

Gambar 2.34. Saringan tipe Y


(Raswari, 2009)

2.2.7.3. Tipe sementara (temporary type)

Tipe semetara (temporary type) ini biasanya digunakan pada saat start up
atau pengetesan.

Gambar 2.35. Saringan tipe sementara (Strainer temporary type)


(Raswari, 2009)

23
2.2.7.4. Saringan tipe bucket

Tipe ini digunakan untuk menyaring aliran yang lurus, selain itu alat
penyaringnya tergantung dari karakteristik dari jenis cairan atau fluida

Gambar 2.36. Saringan tipe datar (Strainer flat type)


(Raswari, 2009)

2.2.8. Perangkap uap (steam trap)

Steam trap merupakan alat yang digunakan untuk menyingkirkan air dari
uap, di mana air ini tidak ada gunanya bahkan akan memberikan hambatan pada
aliran uap atau dapat menimbulkan kerugian lainnya. Perangkap uap ini
ditempatkan pada tempat terendah dari suatu jalur perpipaan atau dipasang pada
kantung pipa yang disebut drip leg.

2.3. Pemilihan Bahan Perpipaan

Pemilihan bahan perpipaan haruslah disesuaikan dengan pembuatan teknik


perpipaan dan hal ini dapat dilihat pada ASTM (American Society of Testing
Materials) serta ANSI (American National Standads Institute) dalam pembagian
sebagai berikut:
1. Perpipaan untuk pembangkit tenaga
2. Perpipaan untuk industri bahan gas

24
3. Perpipaan untuk penyulingan minyak mentah
4. Perpipaan untuk pengangkutan minyak
5. Perpipaan untuk proses pendinginan
6. Perpipaan untuk tenaga nuklir
7. Perpipaan untuk distribusi dan transmisi gas

Selain dari penggunaan instalasi atau konstruksi seperti diterangkan diatas


sehingga perlu pula diketahui jenis aliran temperatur, sifat korosi, faktor gaya
serta kebutuhan lainnya dari aliran serta pipanya.

2.4. Jenis-jenis penyambungan

Dalam penggunaan pipa banyak sekali diperlukan sambungan, baik


sambungan antara pipa dengan pipa maupun sambungan antara pipa dengan
peralatan yang diperlukan seperti katup (valve), instrumentasi, nozel (nozzle)
peralatan atau sambungan untuk merubah arah aliran.

2.4.1. Sambungan las (but weld joint)

Jenis pengelasan yang dilakukan adalah tergantung pada jenis pipa dan
penggunaanya, misalnya pengelasan untuk bahan stainless steel menggunakan las
busur gas wolfram, dan untuk pipa baja karbon digunakan las metal. Tipe
sambungan pipa jenis ini cocok untuk pipa yang berukuran besar, ketahanan atas
kebocorannya cukup bagus, sambunganya dapat dicek kualitasnya mengunakan
radiograpy. Kelemahan sambungan jenis ini yaitu sambungan akan mempengarhui
aliran fluida karena las-lasan yang berada di dalam pipa, tidak dapat dikontrol atau
dibersihkan.

Gambar 2.37. Sambungan pipa dengan pengelasan (but weld joint)


(Sugeng, 2014)

25
2.4.2. Sambungan ulir (trhreaded)

Penyambungan ini digunakan pada pipa yang bertekanan tak terlalu tinggi.
Kebocoran pada sambungan ini dapat dicegah dengan menggunakan gasket.
Umumnya pipa dengan sambungan ulir digunakan pada pipa dua inci ke bawah.

Gambar 2.38. Sambungan pipa ulir (trhreaded)


(Sugeng, 2014)

2.4.3. Menggunakan flens (flange)

Kedua ujung pipa yang akan disambungkan menggunakan flens kemudian


diikat dengan baut.

Gambar 2.39. Sambungan pipa menggunakan flens (flange)


(Sugeng, 2014)

2.5. Konstruksi Sambungan Perpipaan

Sambungan pipa dengan cara pengelasan dapat dilakukan dengan cara


sambungan langsung (tanpa penguat), sambungan dengan penguatan, sambungan
dengan menggunakan alat penyambung dan sambungan pipa cabang dengan
menggunakan o’let.

26
2.5.1. Sambungan langsung (stub in)

Sambungan langsung (stub in) merupakan penyambungan pipa dengan


secara langsung.

Gambar 2.40. Sambungan pipa langsung (stub in)


(Raswari, 2010)

2.5.2. Sambungan dengan penguatan

Sambungan dengan penguatan adalah penyambungan antara pipa dengan


pipa yang menggunakan penguatan yang berupa pelana kuda (saddle).

Gambar 2.41. Sambungan pipa dengan penguatan


(Raswari, 2010)

2.5.3. Sambungan menggunakan alat penyambung (fitting)

Berikut ini dapat dilihat beberapa contoh penyambungan pipa dengan pipa
yang menggunaka alat penyambung (fitting), untuk mengubah arah aliran atau
memperkecil jalur pipa.

2.5.3.1. Siku (ellbow)

Penyambungan pipa dengan menggunakan siku (ellbow) untuk merubah


arah aliran pada suatu sistem perpipaan.

27
Gambar 2.42. Sambungan pipa dengan ellbow 90o, 450, dan 1800
(Raswari, 2010)

2.5.3.2. Sambungan Te (tee)

Sambungan pipa menggunakan Te (tee) berfungsi untuk membuat


percabangan 900 pada suatu aliran fluida pada sistem perpipaan.

Gambar 2.43. Sambungan pipa dengan tee dan tee 8” x 6”


(Raswari, 2010)

2.5.3.3. Pemerkecilan (reducer)

Sambungan menggunakan reducer berfungsi untuk pengecilan dan


pembesaran jalur pipa. Berdasarkan garis sumbunya, reducer dibedakan menjadi
dua jenis yaitu concentric reducer (sesumbu) dan eccentric reducer (jarak antar
sumbu atau offset = 0.5 (IDmax-IDmin).

28
Gambar 2.44. Sambungan pipa concentric reducer dan eccentric reducer
(Raswari, 2010)

Pada rak pipa (pipe rack) disarankan menggunakan eccencric reducer,


mengingat bahwa sambungan pipa dan eccentric reducer satu garis atau sama
tinggi bagian dasar atau bawahnya.

2.5.3.4. Kap (cap)

Cap digunakan untuk menutup ujung suatu jalur pipa. Untuk diameter
besar terdapat beberapa jenis cap berdasarkan bentuknya, yaitu jenis ellipsoidal,
dished head yang banyak digunakan untuk head dari bejana tekan (pressure
vessel).

Gambar 2.45. Sambungan pipa dengan kap (cap)


(Raswari, 2010)

2.5.3.5. Silang (cross)

Sambungan silang (Cross) adalah sambungan cabang dengan dua pipa


cabang membentuk sudut 900. Cross digunakan untuk percabangan dengan
keterbatasan ruang, banyak digunakan pada perpipaan di anjungan lepas pantai
dan kapal-kapal (marine piping). Cross tidak dianjurkan pada percabangan
dengan ruang yang cukup dan dianjurkan menggunakan tee.

29
Gambar 2.46. Sambungan pipa dengan silang (cross)
(Raswari, 2010)

Sambungan perpipaan secara sambungan ulir atau flens ini adalah


sambungan yang lebih mudah dalam pelaksanaanya, jika dibanding sambungan
pengelasan. Penyambungan ini dilakukan pada masing-masing alat yang telah
mempunyai pasangannya. Hanya tinggal menentukan jenis ketahan materialnya
terhadap tekanan, gaya, tegangan, temperatur, korosi aliran dan lenturnya.

2.5.4. Sambungan pipa cabang menggunakan O’let

Dari segi kekuatan dan teknis, sambugan pipa cabang yang menggunakan
o’let lebih kuat dan lebih baik dari sambungan yang menggunakan penguat seperti
pelana kuda (saddle), tetapi dari segi ekonomi sambungan o’let lebih mahal.

Gambar 2.47. Sambungan weldolet dan pipa dengan pengelasan


(Raswari, 2010)

30
Gambar 2.48. Sambungan sockolet dan pipa secara sok dan las
(Raswari, 2010)

Gambar 2.49. Sambungan threadolet dan pipa secara ulir (threaded)


(Raswari, 2010)

2.6. Diameter dan Schedule

Spesifikasi umum dapat dilihat pada ASTM (American Society of Testing


Materials). Dimana disitu diterangkan mengenai diameter, ketebalan, serta
schedule pipa. Diameter luar (outside diameter) disingkat dengan OD, ditetapkan
sama, walaupun ketebalan (thickness) berbeda untuk setiap schedule. Diameter
dalam (inside diameter) disingkat dengan ID, ditetapkan berbeda untuk setiap
schedule.

2.6.1. Diameter

Nominal pipe size (NPS) adalah metode untuk memberi nama suatu pipa
berdasarkan ukuran diameternya, lebih tepatnya diameter nominal pipa dan bukan
diameter sebenarnya. NPS merupakan istilah yang banyak digunakan di Amerika
utara dengan satuan inci. Diameter nominal (DN) adalah diameter pipa yang
dipilih untuk pemasangan ataupun perdagangan (commodity). Diameter nominal
(DN) menggunakan satuan milimeter dan banyak digunakan oleh negara-negara di

31
Eropa. Ketebalan dan schedule, sangatlah berhubungan, hal ini karena ketebalan
pipa tergantung dari pada schedule pipa itu sendiri.

2.6.2. Schedule pipa

Kalau diameter luarnya (OD) telah di ketahui, apa yang kurang untuk
menujukan ukuran pipa? yaitu thickness atau ketebalan pipa. Dalam sebuah pipa,
ketebalan pipa (wall-thickness) di kenal dengan sebutan schedule, yang biasanya
di singkat dengan “sch”.

Gambar 2.50. Contoh schedule pipe


(Sugeng, 2012)

Semakin pipa digunakan dalam pressure dan temperature tinggi, maka


akan semakin tebal dinding pipanya, semakin besar juga schedule-nya. Yang
artinya, semakin kecil pula diameter internal dari pipanya, karena sebagian telah
digunakan untuk ketebalan dinding dari pipanya.

Nilai schedule pada pipa telah di tentukan oleh ASME, namun yang paling
terlihat bedanya yaitu ketika digunakan material stainless steel degan yang tidak.
Untuk material stainless steel, biasanya mendapatkan akhiran huruf "S" pada
schedule-nya. Schedule pipa ini dapat dikelompokkan sebagai berikut, yaitu:

1. Schedule: 5, 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, 120, 160.
2. 5S, 10S, 40S dan 80S.
3. Schedule standard.
4. Schedule extra strong (XS).
5. Schedule double extra strong (XSS).

32
Perbedaan-perbedaan schedule ini dibuat untuk:

1. Menahan internal pressure dari aliran.


2. Kekuatan dari material itu sendiri (strength of material).
3. Mengatasi korosi.
4. Mengatasi kegetasan pipa.

2.7. Penggambaran Proses Perencanaan Sistem Perpipaan

Tahapan dalam perencanaan perpipaan dimulai dengan proses perencanaan.


Dokumen atau gambar yang berkaitan dengan proses perencanaan sistem pada
perpipaan.

2.7.1. Penggambaran diagram alir proses (process flow diagram)

Untuk mengetahui secara lengkap permasalahan perpipaan, desainer


perpipaan harus mengetahui secara lengkap dalam permasalahan mengenai dasar
dari pada proses, sifat-sifat aliran pembantu proses, pemasangan dan penggunaan
perpipaan beserta perlengkapannya benar-benar efektif. Berikut ini secara
sederhana dapat dilihat gambar aliran dari suatu proses sebagai berikut:

Gambar 2.51. Skema aliran dari suatu proses


(Raswari, 2009)

Pada penggambaran tersebut terlihat bahwa untuk mendapatkan suatu


output berupa produk-produk tertentu dalam proses kilang minyak, gas, dan bahan
kimia maka input yang berupa bahan kimia, dan yang berupa bahan mentah atau
raw material akan diproses terlebih dahulu. Sedangkan suatu proses pengolahan
bahan tersebut memerlukan peralatan-peralatan yang digunakan untuk memproses
suatu bahan (input) menjadi produk tertentu (output).

33
Penggambaran diagram alir proses dapat disajikan berdasarkan kebutuhan
yang diinginkan sedangkan bentuk-bentuk penggambarannya dapat berupa
diagram blok aliran proses (block flow process diagram), skematik dan diagram
aliran proses (process flow diagram). Untuk lebih jelasnya dapat diterangkan
beberapa tipe penggambarannya tersebut, tetapi sebelumnya akan dibahas terlebih
dahulu dasar perencanaan yang meliputi:

1. Kondisi input bahan :


 Struktur bahan, misalnya salah satu sumber Liquefied Natural Gas (LNG )
atau gas alam cair dan diambil dari sumur dengan komposisi tertentu.
 Temperatur dan tekanan bahan.
 Sifat-sifat bahan, misalnya korosif, mudah meledak, beracun dan lain-lain.
 Sumber bahan, misalnya didataran rendah, dataran tinggi, di dasar laut, di
daerah bersalju dan lain-lain.
2. Output yang bagaimana yang diinginkan
3. Pemilihan sistem proses
4. Peralatan proses yang akan digunakan
5. Peralatan pembantu proses atau peralatan utiliti
6. Arah aliran proses

Gambar 2.52. Diagram alir proses LNG


(Raswari, 2009)

34
2.7.1.1. Diagram blok aliran proses (block fliw diagram process)

Diagram blok aliran proses ini dibuat sesuai dengan kebutuhan informasi
yang ingin disampaikan. Ciri-ciri khusus ubtuk penggambaran ini adalah bentuk
aliran proses yang ditunjukkan dengan blok-blok.

Blok ini adalah menggambarkan suatu peralatan proses yang digunakan


atau bagian proses dan dapat juga menggambarkan unit proses. Kelengkapan
gambar ini dapat juga diberikan kapasitas proses dalam setiap unit. Bentuk
penggambaran ini dibuat sesederhana mungkin dan mudah dibaca dengan semua
orang dan bukan hanya yang berprofesi tekni saja yang bisa mengerti. Hal yang
penting pada penggambaran ini adalah input dan output proses yang harus benar-
benar jelas, begitu juga arah panah yang menunjukkan arah proses jangan sampai
salah.

Gambar 2.53. Contoh diagram blok distribusi dari raw gas untuk diproses
(Raswari, 2009)

2.7.1.2. Skematik (schematic)

Skematik adalah bentuk penggambaran proses secara skematik dimana


bentuk dari pada gambar tersebut dibuat menurut rangkaian proses, sedangkan
bentuk informasi peralatan proses dan perlengkapannya digambarkan berdasarkan

35
simbol-simbol, kode-kode yang digunakan internasional. Gambar skematik ini
lebih sederhana dibandingkan penggambaran diagram aliran proses, karena
kelengkapannya dalam penyajian gambarnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
bentuk penggambaran skematik berikut:

Gambar 2.54. Schematic of propane precooled mixed refrigerant LNG plant


(Raswari, 2009)

Keterangan:

1. Solenoid Valve
2. Limit Switch / Position Transmitter
3. Air Filter Regulator
4. Quick Exhaust Valve
5. Flow Regulator Valve
6. Check Valve
7. Bug Screen/Silencer/Dust Excluder

2.7.1.3. Diagram aliran proses (flow diagram process)

Diagram alir proses dibuat untuk dapat memberikan informasi mengenai


proses yang cukup lengkap. Gambar ini dibuat menurut rangkaian proses,

36
sedangkan bentuk informasi peralatan proses dan perlengkapannya digambarkan
berdasarkan simbol-simbol internasional, begitu juga kode-kode yang digunakan.

Pada penggambaran diagram aliran proses ini umumnya dilengkapi


dengan informasi peralatan instrumentasi utama yang digunakan pada jalur
proses. Bentuk penggambaran diagram aliran proses ini merupakan bentuk
penggambaran proses yang paling lengkap jika dibandingkan dengan
penggambaran blok aliran proses (block flow diagram process) dan skematik
(schematic).

Gambar 2.55. Diagram aliran proses


(Raswari, 2009)

2.7.2. Penggambaran PID (piping and instrumentation diagram)

Gambar P&ID atau gambar Diagram Perpipaan dan Instrumentasi


merupakan master plan dari suatu instalasi pabrik (misal : industri proses, industri
pembangkit listrik, dll). Pada diagram ini memuat instruksi-instruksi umum bagi
penggambaran dan cara kerja plant (pabrik) tersebut. P&ID mempunyai
keterkaitan yang erat dengan gambar-gambar sebagai berikut :

37
1. Diagram Aliran Proses.
2. Proses Perpipaan dan Diagram Instrumentasi.
3. Perpipaan Utilitas dan Diagram Instrumentasinya.

Dalam suatu perpipaan, untuk mengontrol dan mengetahui kondisi fluida


yang ada dalam sistem perpipaan perlu ditambahkan alat-alat ukur seperti alat
ukur tekanan, suhu, level ketinggian fluida, dan peralatan kontrolnya. Alat-alat
ukur dan peralatan pengontrol ini dikenal dengan istilah instrumentasi.

Dari master plan ini, model suatu pabrik atau pembangkit listrik (power
plan) dibuat. Dari gambar P&ID ini seluruh jenis penggambaran konstruksi
ditentukan atau dibuat. Pada umumnya penggambaran P&ID adalah suatu bentuk
penggambaran yang cukup rumit dan harus menggunakan simbol-simbol yang
benar menurut standar internasional. Dalam pelaksanaannya, penggambaran
P&ID tidak dapat digambar sekali jadi tetapi harus ada interaksi antara pihak-
pihak yang terkait seperti : insinyur bagian proses (dari teknik Kimia), insinyur
mesin, orang instrumentasi, insinyur Sipil dan Elektro, sehingga perlu adanya
modifikasi gambar P&ID yang berulang-ulang.

Prosedur Penggambaran P&ID :

1. Penggambaran P&ID harus sesuai dengan diagram aliran proses.


2. Harus mempunyai judul gambar.
3. Gambar harus lengkap mencakup seluruh informasi yang diperlukan,
meliputi: nomor jalur pipa (line number) dan ukuran pipa, spesifikasi
bahan, komponen pipa, komponen instrumentasi, arah aliran, peralatan
umum dan khusus berikut keterangannya.
4. Proses penggambaran harus mendapat persetujuan dari unit proses (unit
P&ID).
5. Perubahan P&ID harus diketahui dan disetujui oleh perencana proyek dan
perencana proses.
6. Penggambaran P&ID harus menggunakan identifikasi, kode-kode, simbol-
simbol, standar dan spesifikasi sesuai standar internasional.

38
7. Setiap garis yang melintas garis lain harus jelas (garis tersebut
berhubungan atau tidak).
8. Penyusunan nama equipment seperti : bejana tekan (pressure vessel),
penukar kalor (heat exchanger) sedapat mungkin ditempatkan pada bagian
atas dalam gambar P&ID. Sedangkan nama peralatan seperti pompa,
kompresor diletakkan dibagian bawah dalam gambar P&ID.
9. Berilah penomoran pada equipment, komponen, line number, dan
keterangan lain yang penting.

Penggambaran P&ID adalah penggambaran yang memuat informasi


lengkap yang diperlukan untuk layout (tata letak) sistem perpipaan, alur operasi,
dan data sesuai prosesnya.

Gambar 2.56. Contoh PID pada istrumentasi


(Raswari, 2009)

2.7.3. Penggambaran tata letak peralatan pabrik (plot plan)

Pada sistem penggambaran tata letak peralatan pabrik (plot plan) ini,
adalah suatu sistem penggambaran dengan cara penggambarannya yang dilihat
dari atas. Persyaratan umum dalam menentukan plot plan ini haruslah:
1. Memungkinkan pengoprasiannya.
2. Mudah untuk pengamanan kebakaran.

39
3. Mudah untuk perbaikan.
4. Mudah untuk pengontrolan dan aman.

Setiap penggambaran teknik adalah merupakan suatu komunikasi, dan


informasi teknik, baik pada bagian konstruksi, konsultasi, bagian pemeliharaan
dan perbaikan, atau merupakan referensi teknik untuk para langganan. Sehingga
setiap penggambaran harus dapat dimengerti apa makna dan tujuan di dalam
penyajian, begitu pula halnya penggambaran dan perencanaan plot plan ini.

Perencanaan dan penggambaran plot plan adalah merupakan hal yang


penting pada sistem perencanaan perpipaan, karena perencanaan perpipaan akan
mengambil pedoman jalur-jalurnya dari gambar ini pada daerah proses. Hal-hal
yang perlu diketahui dalam membuat perencanaan Plot plant ini:

1. Proses apa yang digunakan.


2. Peralatan apa yang digunakanArah aliran proses.
3. Luas area yang akan digunakan.
4. Cara pemasangan peralatan dengan ruang gesek.
5. Jarak diantara peralatan yang efektif.
6. Pemasangan peralatan pembantu proses.
7. Perencanaan secara umum jalur-jalur pada perpipaan dan beserta
perlengkapannya.
8. Perenacanaan khusus lainnya yang diminta.
9. Perencanaan pembuangan kotoran pabrik, seperti parit-parit.

Sedangkan pertimbangan penyusunan yang utama dari unit-unit dan


peralatan adalah dengan menyediakan fasilitas yang efektif, efisien, aman, mudah
di operasikan dan dipelihara. Instalasi atau konstruksi haruslah mementingkan
keterpaduan dan kekompakan dari setiap unit-unit peralatan. Batasan mengenai
ruang bebas antara peralatan-peralatan, unit-unit proses dan fasilitas-fasilitas
instalasi harus jelas sesuai dengan rekomendasi-rekomendasi yang dibuat oleh:
IRI (industrial risk insurers); OIA (oil insurance association), yang kini telah
diganti IRI;NFPC No.59A,1975 (national fire protection codes), yang menjadi

40
syarat-syarat perhimpunan pengawasan pengamanan kebakaran nasional. Unit
plot plan ini dibuat untuk:

1. Lokasi peralatan.
2. Pondasi peralatan.
3. Gambaran pengerjaan penggalian.
4. Perencanaan peralatan dan pengerasan jalan.
5. Diagram aliran posisi.
6. Untuk perbaikan komponen pada bengkel model, apabila desain atau
perencanaan konstruksi menggunakan model.

Penggambaran plot plan ini dapat menggunakan skala yang umum


digunakan yaitu skala: 1:10, 2:20 , 1:33 1/3 atau sama sekali tidak menggunakan
skala. Penggambaran Plot Plan ini harus menunjukkan skala:

1. Arah perencanaan koordinat.


2. Seluruh peralatan proses.
3. Jalan utama pipa.
4. Bangunan.
5. Pondasi besar.
6. Gardu-gardu listrik dan lokasinya.
7. Jalan-jalan utama.
8. Nomor-nomor khusus yang perlu.
9. Arah koordinat pedoman gambar perpipaan dan juga arah koordinat
sesungguhnya.
10. Skala grafik untuk menunjukkan ukuran apabila gambar diperkecil atau
diperbesar.
11. Dimensi batas gambar.

Peralatan yang digambar disini tidak perlu diberi keterangan peralatan apa,
tetapi hanya perlu diberi kode atau nomor peralatan,simbol peralatan serta garis
sumbunya.

41
Dalam pemantapan perencanaan awal plot plan, seorang disainer
perpipaan pada dasarnya haruslah mengetahui garis besar seluruh persyaratan
pekerjaan dan menetapkan peraturan perpipaan yang mengatur perkejaan tata
letak peralatan pada pengilangan. Hal ini biasanya direncanakan pada spesifikasi
perpipaan secara umum atau dari catatan khusus berdasarkan permintaan
langganan, misalnya pembebasan daerah atas dan daerah mendatar (horizontal).

Pembebasan Daerah Atas (over head clearance)

Batas minimum dari permukaan tanah atau permukaan dasar:

1. Pada jalur pipa utama ......................................................................... 4,5 m


2. Semua jalur pipa dalam ruangan dan peralatan lainnya dalam ruangan
bangunan, flat form bagian atas ......................................................... 2,3 m
3. Jalan umum utama .............................................................................. 5,3 m
4. Jalan umum kedua .............................................................................. 4,5 m
5. Diatas jalan kereta api ........................................................................ 6,9 m
6. Diatas jalan instalasi, untuk peralatan yang bergerak ........................ 6,1 m
7. Diatas jalur pompa, kompresor, motor dan turbin ............................. 3,8 m

Pembebasan Daerah Horizontal

Jarak minimum horizontal:

1. Dari peralatan ke pipa ........................................................................ 0,8 m


2. Jarak dimuka jalan orang.................................................................... 1,0 m
3. Antara ujung-ujung pompa yang berdekata ....................................... 0,7 m
4. Jalan-jalan minimum flat form ........................................................... 0,7 m
5. Flat form bagian ujung ....................................................................... 1,0 m
6. Pada dinding sebelah ujung peralatan untuk jalur hantar ................... 1,2 m
7. Alat pemanas (fire heaters) ke pompa-pompa dan peralatan yang mudah
terbakar, termasuk kompresor ............................................................ 15 m
8. Alat pemanas dengan peralatan sensitif terbakar ............................... 30 m
9. Alat pemanas dengan peralatan tak mudah terbakar .......................... 8,0 m

42
10. Jarak antara dua kompresor ................................................................ 2,2 m
11. Kompresor yang menangani uap atau gas yang mudah terbakar dengan
pompa-pompa ..................................................................................... 8,0 m

Kini tibalah seorang disainer menggambar plot plan. Pengambaran plot


plan ini pada umumnya tidak bisa sekali jadi, karena batasan yang cukup banyak
seperti yang telah dibahas sebelumnya. Karena itu perlu dilakukan berulang-ulang
dengan menggunakan skets penggambaran yang sesuai dengan permintaan proses
utama dan pembantu serta batasan-batasannya.setelat skets dianggap benar, maka
mulailah penggambaran plot plan ini pada kertas gabarnya.

Gambar 2.57. Contoh gambar tata letak (plot plan)


(Raswari, 2009)

2.7.4. Gambar peralatan

Umumnya gambar peralatan yang dimaksud disini adalah peralatan yang


dihubungkan dengan pipa antara yang satu dengan yang lainnya, seperti tangki
bertekanan, horizontal kolom, vertikal kolom, alat pengubah panas (heat
exchanger), pompa, kompresor dan lain-lain. Pada umumnya gambar peralatan ini

43
direncanakan oleh pabrik pembuatnya dengan ketentuan yang dilengkapi oleh
spesifikasi, data perencanaan beserta perhitungan (bila diminta), sehingga di
dalam merencanakan tata letak pipa dan peralatan hanya perlu ditambahkan
pembuatan anjungan (plate from) serta peralatan lainnya yang akan diletakkan
pada peralatan itu dan tidak diberikan oleh penjual peralatan yang dikenal sebagai
vendor. Gambar peralatan ini haruslah diusahakan datanya selengkap mungkin
untuk memudahkan perencanaan penggambaran perpipaan, karena itu letak atau
posisi nozzle (cerobongnya) harus benar-benar tepat, baik koordinatlokasi,
orientasi, elevasi, ukuran dan rating (tekanan) yang diizinkan serta penempatan
instrumentasi dan perlengkapan lain yang dibutuhkan.

Dengan mempelajari data peralatan tersebut dan batasan-batasan yang


diizinkan atau tidak, maka para desainer atau perencanaan gambar dengan
pengetahuannya dapat melakukan perencanaan penggambaran perpipaan dengan
baik.

Gambar 2.58. Contoh gambar equipment


(Raswari, 2009)

2.7.5. Gambar komposit

Penggambaran komposit adalah gambar yang dipergunakan untuk


menunjukkan gambar tampak dari berbagai pandangan. Gambar ini terdiri dari
sistem pipa dan juga terdiri dari peralatan, instrumen yang ada, dan juga concrete
(dinding tembok).

44
Pada penggambaran ini akan tampak rumit karena terlihat dari lengkapnya
komponen yang ada. Penggambaran juga akan memunculkan referensi lain,
misalnya brazing atau juga concrete (tembok). Penggambaran ini harus:

1. Sesuai dengan gambar vendor, baik ukuran, letak nosel, ukuran nosel,
orientasi
2. Lokasi, orientasi peralatan harus sesuai
3. Instrument harus ditempatkan dengan tepat

Pada gambar ini tidak banyak keterangan yang berupa tulisan yang
disertakan kecuali nomer pipa, nomor equipment, jarak antara dua peralatan,
elevasi suatu pipa.

2.7.5.1. Gambar piping plan

Penggambaran piping plan merupakan perencanaan jalur-jalur perpipaan


beserta komponen serta perlengkapannya secara efektif dan efisien. Pada
umumnya penggambaran piping plan ini hanyalah penggambaran jalur-jalur pipa
saja. Baik diatas rak pipa (pipe rack), pipa bawah tanah atau pipa diatas tanah. Hal
yang perlu diketahui pada perencanaan piping plan:
1. Tata letak penyusunan gambar.
2. Orientasi perpipaan dan komponennya.
3. Penyusunan jarak minimum antar jalur-jalur pipa.
4. Cara pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan apabila diperlukan.
5. Daerah perluasan jalur pipa yang direncanakan.
6. Arah aliran.
7. Jenis atau tipe penyangga.
8. Perencanaan koordinat gambar.
9. Lokasi, orientasi, elevasi instrumentasi.
10. Hak khusus lainnya menurut permintaan.

Pada dasarnya piping plan ini dibuat untuk:


1. Lokasi, orientasi, elevasi dari setiap jalur perpipaan beserta komponen
dan perlengkapannya.

45
2. Lokasi, orientasi, elevasi dan instrumentasi pada jalur perpipaan tersebut.
3. Lokasi, orientasi, elevasi serta tipe dari penyangganya.
4. Kegunaan jalur pipa tersebut.
5. Hubungan atau kontinuitas jalur pipa.
6. Ukuran yang tepat dari setiap jalur perpipaan, komponen dan
perlengkapan perpipaan.

Cara penggambaran piping plan ini dapat menggunakan sistem


penggambaran dengan suatu garis atau dua garis penggambaran yang yang
menerangkan jalur pipa. Penggambaran piping plan ini sebaiknya menggunakan
skala, misalnya: skala 1:25, 1:50, 1:100, 1:200 dan seterusnya. Pada gambar
piping plan ini harus dapat menunjukkan:

1. Judul gambar.
2. Terletak pada area atau daerah unit mana.
3. Angka dan tanggal perbaikan gambar (untuk menentukan apakah gambar
masih aktual atau mudah kadaluarsa).
4. Arah perencanaan gambar.
5. Batas ruang gambar serta hubungan dengan gambar lain
6. Lokasi, orientasi, dan elevasi di setiap jalur perpipaan beserta
perlengkapannya.
7. Lokasi, orientasi, elevasi instrumentasi.
8. Jenis fabrikasi (dilapangan atau dibengkel).
9. Komunitas jalur pipa.
10. Kontinuitas gambar.
11. Dimensi masing-masing bagian perpipaan.
12. Lokasi, orientasi, elevasi serta tipe alat penyangga.
13. Gambar potongan melintang (apabila diperlukan).
14. Gambar detail apabila diperlukan.
15. Kode-kode, simbol-simbol, standar, spesifikasi gambar.
16. Keterangan khusus dan umum yang diperlukan.

46
Untuk memperjelas bentuk gambar piping plan ini dapat dilihat beberapa
contoh gambar serta simbol-simbol umumnya yang digunakan pada gambar
piping plan.

Gambar 2.59. Contoh penggambaran piping plan sederhana


(Raswari, 2009)

2.7.5.2. Gambar tampak atas

Pada gambar tampak atas akan muncul berapa jarak antara equipment
yang satu dengan equipment yang lain bila keduanya pada ruangan yang sama.
Pada gambar ini juga terlihat jalur-jalur pipa.

2.7.5.3. Gambar tampak samping

Pada gambar tampak samping ini akan terlihat elevasi pada masing-
masing baik equipment maupun pipa. Di samping itu, pada suatu ruangan akan
tampak jarak pipa atau komponen dengan lantai (slab) di atasnya. Akan tampak
jelas pula tinggi handle dari valve, sehingga dapat di antisipasi ketidak
sesuaiannya. Jika diperlukan, maka akan dibuat gambar-gambar section (Cross
Section). Berikut adalah contoh penggambaran Piping Layout dengan sistem pipa,

47
equipment, dan jika diperlukan akan muncul concrete (dinding pembatas
ruangan).

2.7.5.4. Penggambaran tampak muka (cross section)

Bentuk penggamabaran ini kalau dalam istilah gambar mesin adalah


gambar penampang. Dalam merencanakan penggambaran ini haruslah benar-
benar diperhatikan bagian mana yang kurang bisa diinput secara jelas oleh gambar
tampak atas (plan) untuk memperlihatkan elevasi atau ketinggiannya, karena itu
gambar ini pun kadangkala disbut juga gambar elevasi. Umumnya penggambaran
tampak muka ini merupakan gambar potong dari gambar tampak atas, sedangkan
secara khusus gambar ini merupakan gambar detail dari gambar tampak atas,
sehingga gambar tmpak atas benar-benar jelas dan dapat dimengerti bentuk
informasinya. Ada beberapa hal yang perlu diketahui pada penggambaran ini,
yaitu:

1. Bagian mana yang tidak dapat diinput oleh gambar tampak atas.
2. Orientasi, elevasi dan lokasi dari setiap penampang yang ditunjukkan.
3. Bentuk dan posisi gambar tampak atas.
4. Koordinat gambar tampak atas.
5. Arah aliran.
6. Elevasi setiap elemen penggambaran pada gambar tampak atas.
7. Hal khusus yang perlu ditonjolkan pada gambar ini, terutama mengenai
bentuk dan elevasinya.

Penggambaran tampak muka pada prinsipnya sama seperti gambar tampak atas,
hanya perbedaannya terletak pada sudut pandangnya.

2.7.5.5. Penggambaran perpipaan dan peralatan tampak atas

Penggambaran perpipaan dan peralatan tampak atas ini pada prinsipnya


sama dengan penggambaran piping plan, hanya bedanya ditambah dengan
peralatan, sehingga lebih rumit. Karena penggambaran piping dan equipment ini
menggunakan peralatan sudah tentu harus diketahui pula data-datanya.

48
Sistem perencanaan penggambaran ini haruslah berdasarkan data atau
gambar dari penjual peralatan (vendor), sehingga dapat diketahui:

1. Lokasi, orientasi, elevasi peralatan.


2. Lokasi, orientasi, elevasi dari nozzle peralatan.
3. Ukuran nozzle peralatan.
4. Tekanan desain pada nozzle serta temperaturnya.
5. Instrumentasi yang harus dipasang pada peralatan.

Sehingga bagian perpipaan dengan mudah dapat merencanakan routing


atau jalur-jalur pipa. Pada gambar ini tidak perlu peralatannya diberi keterangan
kecuali apabila ada perintah khusus yang telah disetujui departemen pengawasan
perencanaan, tetapi hanya cukup diberi kode huruf dan angka yang menyatakan
peralatan tersebut. Untuk memperjelas penggambaran piping dan equipment ini
perlu pula diketahui batasan-batasan yang ada, seperti pembebasan jarak
minimum untuk daerah atas (vertikal) dan daerah mendatar (horizontal) serta
batasan khusus lainnya yang telah disetujui devisi teknik. Apabila dalam suatu
perencanaan kontruksi menggunakan model, maka dari sini pun akan diambil
pemodelan penggambaran tampak atas tersebut.

Gambar 2.60. Contoh penggambaran perpipaan dan peralatan tampak atas


(Raswari, 2009)

49
2.7.6. Penggambaran isometrik

Penggambaran perpipaan dengan menggunakan 3D menurut penyajiannya


dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:

1. Gambar Isometri
2. Gambar Aksonometri

Perbedaan kedua gambar terletak pada sudut proyeksi yang dipakai. Untuk
gambar isometri digunakan sudut proyeksi 30o dan untuk gambar Aksonometri
dengan sudut proyeksi 15o. Penggambaran Isometri paling umum digunakan
karena lebih baik penampilan proyeksinya dan mudah dipahami.

Gambar isometrik adalah merupakan gambar pelaksanaan suatu kontruksi


perpipaan, sehingga seorang mandor atau kepala mandor haruslah benar-benar
menguasai cara membaca gambar serta pelaksanaan kontruksinya, begitu juga
apabiila ingin mengadakan pengoperasian baik pemeliharaan atau perbaikan
kilang. Penggambaran isometrik tidak menunjukkan skala sebenarnya, karena
poin pentingnya adalah arah dan peletakannya, tetapi gambar isometrik dibuat
tetap propesional. Tujuan piping drawing baik itu gambar isometrik atau lainnya
adalah untuk memberikan informasi yang detail agar suatu plant benar-benar
dapat dikontruksi.

Gambar 2.61. Isometri jalur pipa hisap


(Raswari, 2009)

50
Prosedur pembuatan gambar isometrik:

1. Dibuat pada kertas isometrik.


2. “shop isometric” haruslah didahulukan pembuatannya dari pada “field
isometric”.
3. Setiap jalur harus dapat menunjukkan informasi gambar yang jelas.
4. Gambar harus jelas dan mudah dibaca.
5. Setiap jalur perpipaan apabila diperlukan dapat dibuat dalam beberapa
gambar isometrik.
6. Jalur pipa harus dibuat lebih tebal dari garis-garis lainnya.
7. Apabila ada keraguan dalam penampilan gambar, maka beralihlah pada
keterangan, agar diperiksa terlebih dahulu sebelum pelaksanaan kontruksi.
8. Gambar isometrik pada umumnya tidak berskala, tetapi buatlah gambar ini
sepropesional mungkin.
9. Setiap referensi gambar harus ditunjukkan.
10. Arah gambar perlu dicantumkan begitu juga nomor isometrik.
11. Jenis pipe suport harus jelas.
12. Keterangan perbaikan terakhir harus jelas pula.
13. Keterangan umum dan khusus harus jelas.

Gambar isometrik ini harus menunjukkan:

1. Judul dari jalur pipa.


2. Jalur pipa yang dilengkapi nomor, ukuran, klasifikasi, arah aliran begitu
juga dengan servisnya.
3. Dimensi atau ukuran setiap material.
4. Koordinat, orientasi, elevasi, setiap jalur perpipaan beserta perlengkapan.
5. Referensi sambungan gambar atau sambungan jalur perpipaan.
6. Ukuran gasket atau paking.
7. Simbol-simbol, spesifikasi, kode-kode, standar harus jelas dan telah
ditetapkan devisi teknik sebelumnya.
8. Bentuk pekerjaan.

51
9. Bila ada perubahan bentuk pekerjaan atau batasa pekerjaan harus ditunjuk
secara jelas.
10. Koordinat, orientasi, elevasi serta jenis dari pipe support (penyangga).
11. Tekanan pada nozzle serta pada pressure savety valve.
12. Koordinat, orientasi, elevasi serta jenis instrumentasinya.
13. Bentuk sambungan, misalnya dengan pengelasan, ulir, dilas dan ulir,
dijepit dan sebagainya.
14. Perlu tidaknya penguat sambungan cabang digunakan.
15. Arah kemiringan untuk vertikal dengan kode “V” dan horizontal dengan
kode “H”.
16. Tanda-tanda lengkungan dan lengkungan patah.
17. O’let atau alat penghubung seperti weldolet, sockolet, dan lain-lain.
18. Jumlah spool yang diinginkan pada suatu gambar isometrik.
19. Perlakuan stress relif atau tidak.
20. Jenis isolasoi.
21. Boiler codes piping seperti tekanan, temperatur serta servisnya.
22. Referensi lainnya seperti LDT (line designation table), P&ID, gambar
vendor, referensi khusus seandainya diminta.

2.7.7. Penggambaran spool

Gambar spool adalah merupakan gambar fabrikasi atau gambar detail dari
suatu sistem penggambaran perpipaa. Pada umumnya perencanaan penggambaran
spool ini telah ditentukan terlebih dahulu pada penggambaran isometrik, dimana
pada satu gambar isometrik mungkin ada beberapa gambar spool yang harus
dibuat, begitu juga pada gambar plan dimana nomor spool akan dicantumkan
apabila pekerjaannya dilakukan dibengkel. Karena penggambaran spool ini hanya
mengikuti intruksi dari gambar isometrik atau gambar plan, maka gambar ini
hanya mengikuti saja terhadap apa yang telah ditentukan. Tinggal lagi cara
penggambarannya haruslah benar-benar diperhatikan, sehingga informasi
penyajiannya dapat dimengerti dan mudah dipahami oleh para pekerja di bengkel.

52
Gambar spool ini harus menunjukkan:

1. Referensi gambar isometrik.


2. Ukuran setiap material serta orientasinya.
3. Nomor spool.
4. Klasifikasinya.
5. Bentuk sambungan pengerjaan.
6. Simbol-simbol, kode-kode, standar harus jelas.
7. Penggunaan alat penguat seperti saddle, reinforocing pad (jika ada).
8. Arah lubang baut yang sesuai dengan koneksi berikutnya.
9. Perbedaan o’let untuk instrumen atau sambungan cabang.
10. Perlu tidaknya stres relief.
11. Daftar seluruh kebutuhan material yang digunakan.
12. Keuntungan umum dan khusus yang perlu ditaati.
13. Keterangan umum dan khusus dalam pengerjaan.

Gambar 2.62. Penggambaran spool


(Raswari, 2009)

53
2.7.8. Gambar instrumentasi

Seperti telah dilihat pada perencanaan penggambaran P&ID (piping and


instrument diagram), dimana instrumentasi hanya digambarkan dengan simbol-
simbol dan sistem media kerjanya, yaitu bagaikan suatu rangkaian lingkaran yang
menunjukkan tipe dan fungsi sedangkan jalur atau garis penghubung adalah
merupakan sistem media kerja instrumentasi tersebut.

Pada sistem penggambaran yang ada di kilang-kilang minyak, gas, kimia


dan dipabrik-pabrik serta instalasi-instalasi, penggambaran instrumentasi seperti
yang akan dicontohkan berikut ini adalah merupakan penggambaran detail.
Bentuk penggambaran detail instrumentasi ini merupakan penggambaran bentuk,
sambungan peralatan yang sesungguhnya, tidak seperti pada penggambaran P&ID
dan penggambaran perpipaan yang hanya diberi kode-kode serta simbol-
simbolnya saja. Berikut ini akan diberikan beberapa contoh penggambaran
instrumentasi beserta keterangannya.

Gambar 2.63. Alat pemindah temperatur


(Raswari, 2009)

54
2.8. Beban dalam Sistem Perpipaan

Suatu sistem perpipaan akan selalu menerima beban dalam kondisi apapun,
baik pipa tersebut sedang beroperasi maupun tidak. Untuk mendapatkan hasil
rancangan suatu sistem perpipaan yang aman maka setiap beban tersebut harus
diperhatikan. Beban-beban yang terjadi pada sistem perpipaan adalah:

1. Beban Sustain

Beban ini merupakan beban yang dialami oleh sistem perpipaan secara terus
menerus selama pipa tersebut beroperasi. Beban ini merupakan kombinasi
beban yang diakibatkan oleh tekanan internal dan beban berat dari pipa itu
sendiri. Beban berat ini terdapat dua jenis, yaitu:

 Beban mati (berat komponen, isolasi dan struktur).


 Beban berubah (berat fluida).

2. Beban Thermal

Beban thermal merupakan baban yang timbul akibat ekspansi thermal pada
sistem perpipaan. Beban thermal dapat bibagi menjadi tiga, yaitu:

 Beban thermal akibat pembatasan gerak oleh tumpuan saat pipa


mengalami ekspansi.
 Beban thermal akibat perbedaan temperatur dalam suatu aliran pipa
sehingga menimbulkan tegangan.
 Beban thermal akibat perbedaan koefisien ekspansi pipa yang dibuat dari
dua logam yang berbeda.

3. Beban Occasional

Beban occasional adalah beban yang jarang muncul pada sistem perpipaan
dan berlangsung singkat. Beban ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:

 Beban angin, kecepatan angin tergantung pada kondisi lokal atau daerah
sekitar pipa tersebut.

55
 Beban gempa, merupakan beban yang jarang terjadi tetapi harus tetap di
perhatikan karena sangat mempengaruhi pada sistem perpipaan tersebut.

2.9. Konstruksi Sistem Perpipaan

2.9.1. Pemasangan pipa di atas tanah

Untuk pemasangan pipa di atas tanah dapat dilakukan pada rak pipa
(piperack), kemudian pada penyangga-penyangga pipa atau di atas dudukan pipa
(sleeper). Pemasangan pipa di atas tanah juga terdapat pada pipa peralatan
(equipment) yaitu yang meliputi pipa kolom dan vesel, pipa exchanger, pipa
pompa dan turbin, pipa kompresor dan utilitas.

1. Pipa kolom dan vessel

Pemasangan pipa kolom dan vessel ditempatkan secara radial disekitar


kolom pada jalur pipa, jalan orang dan platform di bagian proses. Jika pipa
yang digunakan 18 inci ke atas maka dapat langsung di las ke vessel, akan
tetapi perlu diperhatikan dengan hal perawatan (maintenance) maka dalam
pemasangan pipa tersebut dapat mengunakan flange.

2. Pipa exchanger

Pipa exhcanger tidak boleh dipasang diatas daerah-daerah kanal, tutup


shell dan fasilitas lain yang telah terpasang pada exchanger atau handling yg
digunakan. Ruang-ruang bebas untuk pemasangan flange exchanger harus
disediakan. Spool dipasang di luar nozzle kapal guna memungkinkan
pemindahan bundel pipa exchanger.

3. Pipa pompa dan turbin

Untuk bagian pipa suction atau pipa yang mengalirkan aliran disebut juga
pipa hisap harus diatur sedemikian mungkin, untuk mencegah penurunan
tekanan dan kantung uap yang dapat menimbulkan kavitasi pada impeler. Jika
diperlukan perubahan ukuran untuk mempercepat atau memperlambat aliran,
maka reduser eksentris harus dipakai apabila kantung tanpa vent tidak dapat

56
dihindari. Pemasangan pipa pada pompa dan turbin harus diatur sedemikian
mungkin, sehingga mudah untuk melakukan perawatan dan perbaikan. Hal ini
sangat penting untuk mencegah pembongkaran besar yang tidak perlu pada
pemeliharaan dan perbaikan pipa.

4. Pipa kompresor

Pemasangan pipa pada kompresor lebih memperhatikan pada perbaikan


dan pemeliharaannya (maintenance). Lebih diutamakan menggunakan
sambungan flange pada pemasangan pipa ini untuk memperlancar jalannya
perbaikan dan pemeliharaan. Pipa hisap (suction) dan buang (discharge) harus
benar-benar diperhatikan fleksibilitasnya, terutama untuk temperatur rendah
atau tinggi atau tekanan tinggi.

5. Pipa utilitas

Pemasangan pipa utilitas ini bergunana untuk kebutuhan utilitas di proyek


sehingga harus benar-benar direncanakan. Perencanaan sub header harus
memenuhi pada daerah equipment proses atau kelompok peralatan lainnya yg
memerlukan jalur utilitas. Sambungan cabang harus dibuat dari atas header,
kemudian sambungan pipa uap untuk membersihkan vessel dan saluran pipa
yang berisi cairan hidrokarbon yang berbahaya, terdiri dari dua susunan:

 Menyediakan pipa uap permanen.


 Menyediakan sambungan selang sementara antara sumber uap utilitas
dan katup blok pada sambungan pengeluaran uap.

Sambungan pipa pengeluaran uap harus dipasang pada vessel vertikal dan
terdiri dari pipa dua inci dengan katup blok yang dipasang pada nozzle vessel
diikuti dengan katup check. Katup blow down diperlukan pada titik rendah
antara katup check dan katup katup header uap. Selain itu digunakan juga pipa
satu inci yang dipasang dengan plug untuk pengeluaran uap dengan katup blok
dan dilayani oleh selang yang panjangnya antara 15 sampai 20 meter.

57
2.9.2. Pemasangan pipa di bawah tanah

Pipa bawah tanah dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Pipa proses
2. Pipa utilitas

Untuk pemasangan pipa proses bawah tanah harus sedapat mungkin


dihindarkan, sedangkan pipa utilitas bawah tanah dapat diklarifikasikan menjadi
dua bagian, yaitu:

 Pipa untuk aliran berdasarkan aliran gravitasi


 Pipa dengan sistem aliran bertekanan

Sistem aliran gravitasi tergantung dari pusat gravitasi, karena itu akibatnya
jalur-jalur perpipaan harus mempunyai slope. Disarankan perbandingan slope-nya
1:100 untuk setiap jalur dibawah tanah.

Perpipaan digunakan untuk sistem sebagai berikut:

1. Air jernih termasuk air hujan, air pembersih, air pemadam kebakaran, yang
bisa digunakan, dikumpulkan serta dipisahkan dari minyak yang mungkin
terdapat dalam sistem tersebut atau yang akan menuju ke sistem tersebut.
2. Proses pembuangan, baik pembuangan air, minyak, termasuk pembuangan
dari kantung uap dan pembuangan dari pompa. Pada sistem ini rute
menuju kebagian pemisahan dan hidrokarbonnya biasanya dinetralkan.
3. Kombinasi pembuangan merupakan pengumpulan dari seluruh
pembuangan dengan (utiilitas) sistem perpipaan. Ini harus dialirkan
menuju ketempat pemisahan yang besar untuk membawa dan
mengkombinasikan aliran dalam pemisahan hidrokarbon dari air.
4. Pembuangan kotoran manusia akan dialirkan kesuatu tempat khusus
(septic tank) yang berada di daerah itu.
5. Pembuangan bahan korosi direncanakan sebagai suatu sistem pemisah
pembuangan didalam suatu unit. Disini termasuk acids, amine, karbonats

58
dan lain-lain larutan kimia yang menimbulkan korosi. Pada setiap unit
aliran tersebut akan dikumpulkan pada suatu jalur pipa utama dan dialirkan
ke kolam pembuangan khusus. Setelah itu dari kolam ini akan dipompakan
menuju suatu tempat untuk dinetralisasi. Larutan yang telah dinetralkan
dan masih dapat digunakan, maka akan dipompakan kesuatu tempat
penyimpanan.

Dengan sistem yang begitu luas, sehingga material yang digunakan untuk
kontruksi akan berbeda-beda. Didalam pemilihan bahan harus diperhatikan aliran
apa yang akan melalui pipa tersebut. Didalam pelaksanaan kontruksi perlu juga
dicantumkan jarak elevasi dari permukaan tanah kedalam jalur perpipaan bawah
tanah. Begitu juga ketebalan anti karat, isolasi, selubung atau perlindungan pipa
lainnya. Perhitungan dimensi dari pipa atau elevasi pipa diukur dari dasar pipa
bawah tanah. Aliran dari cairan ditentukan oleh banyak sedikitnya slope suatu
sistem gravitasi dan hubungan ini timbal balik. Para disainer dalam perencanaan
harus mempertimbangkan elevasi dari permukaan masuknya pipa. Selain itu perlu
juga diperhitungkan tempat-tempat mana yang dipasang katup-katup blok.

Begitu juga pentingnya pemilihan tipe dari reduser yang menyangkut


ketebalan serta bentuk dari alat penyambung tersebut. Untuk membicarakan
masalah sistem pembuangan, para disainer harus mengetahui sistem tersebut,
yaitu:
1. Yang utama: pengumpulan dari pembuangan satu atau dua lateral biasanya
ditempatkan pada suatu jalan pipa dengan memasang jalan masuk orang
(manholes) untuk melindungi dari kebakaran dan meluapnya gas.
2. Laterals: adalah jalur pengumpul pembuangan dari satu atau dua
sublaterals dan dialirkan kebagian jalur utama melalui manholes yang
tertutup. Boleh dipasang dibawah bangunan serta concrete yang tebal. Pipa
ini dapat pula mengalirkan cairan yang cukup panas.
3. Pipa baja karbon (carbon steel piping)
Pipa ini banyak digunakan karena mudah dipasang, akan tetapi untuk
melindungi karat dari luar biasanya dilapisi dengan bahan anti karat.

59
Bahan anti karat ini lebih baik menggunakan pelapis plastik seperti scotch
kote atau plicoflex, karena lebih tahan dari pada pelapis dari aspal atau
residu.
4. Besi tuang pipa air (cast iron water pipe)
Digunakan untuk pembuangan air dengan tekan tertentu.
5. Pipa beton (concrete pipe)
Digunakan untuk pembuangan kotoran air dengan ukuran 24 inci atau
lebih.
6. Pipa baja dilapis semen (concrete lined steel pipe)
Pipa ini digunakan untuk pembuangan kotoran cairan yang korosif serta
mempunyai tekanan diatas kemampuan pipa besi tuang.
7. Duriron pipa
Pipa ini digunakan untuk pembuangan cairan dengan tingkat korosi yang
tinggi. Pipa ini sangat getas seperti gelas, sehingga harus hati-hati dalam
pengangkutan dan pemasangan.

Gambar 2.64. Diagram aliran pembuangan


(Raswari, 2009)

60
2.9.3. Pedoman pelaksanaan

Manholes harus ditempatkan pada daerah-daerah pusat sambungan cabang


dan akan siap dialirkan kejalur utama. Untuk jalur pembuangan berukuran 24 inci
dan lebih, manholes harus dibuat untuk setiap jarak 300 inci dan sediakan untuk
setiap jarak 500 inci untuk pembersihan sistem. Untuk pembersihan keluar harus
dipasang pada contoh gambar (disebelah ujung saluran). Apabila corong
pembuangan dibuat, usahakanlah membentuk sudut 450 dengan jalur horizontal
pipa penampung (lihat gambar).

Gabar 2.65. Pipa bawah tanah


(Raswari, 2009)

Untuk pengecekan pemasangan jalur pembuangan bawah tanah yaitu:

1. Lokasi kabel lisrik dan fasilitas bawah tanah, ukuran dan elevasinya.
2. Jalur masuk dan keluar bangunan (jalur pembuangan) yang dapat diminta
dari data arsitek atau sipil bangunan tersebut.
3. Lokasi dari elevasi pondasi.
4. Lokasi dan elevasi jalur kabel telepon.

61
5. Gardu listrik, telepon dan tonggak-tonggak penghalang lain seandainya
ada.

1. Sistem aliran bertekanan

Pemindahan aliran air pemadam kebakaran (fire water), air pendingin


(cooling water) dan pembuangan proses yang tertutup dan dipompakan keluar
dari sistem tersebut, dialirkan dengan tekanan, khususnya untuk air pemadam
kebakaran dimana tekanannya diberikan cukup besar. Penggunaan jalur pipa
bawah tanah dengan aliran bertekanan ini, dalam pemilihan bahannya harus
teliti terutama perencanaan bahan pipanya. Pemasangan pipa jalur bawah
tanah dengan aliran bertekanan mempunyai sambungan atau hubungan dengan
jalur pipa diatas tanah untuk aliran yang sama. Sehingga dalam perencanaan
sistem perpipaannya perlu diperhatikan pada daerah atau bagian mana pipa
harus di tanam atau diletakkan diatas tanah.

Sehubungan dengan fungsi dari aliran yang berbeda-beda, temperatur dan


tekanan serta kapasitas yang berbeda, maka pemilihan ukuran pipa untuk jalur
utama, jalur cabang, jalur penghubung akan dapat ditentukan berdasarkan
kebutuhan, begitu pula pemilihan bahan dan schedulenya. Peralatan
pelengkap, fitting, flanges, katup-katup, instrumentasi disesuaikan dengan
kebutuhannya.

2. Pipa proses

Pipa yang digunakan untuk aliran proses tergantung dari temperatur,


tekanan, tingkat korosi suatu aliran proses. Material pipa proses umumnya
terdiri dari:

 Besi metal (ferrous metal)


 Baja karbon (carbon steel)
 Baja anti karat (stainless steel)
 Baja chrom (chrome steel)
 Aluminium

62
Dari sekin banyaknya besi metal yang digunakan untuk, semua itu dapat
dilihat pada ASTM (american standard testing and material). Sedangkan daya
tahan atau kekuatan pipa dapat dilihat pada ANSI (american national
standards institute).

3. Pipa Flare

Pipa flare merupakan suatu sistem pembakaran gas keatas, Pembakaran


gas keatas ini dibakar diujung flare ke udara dengan sistem pengapian atau
pembakaran yang dipasang pada bagian ujung flare.

Untuk jalur pipa utama flare ini menerima gas buang dari pembuangan
katup-katup relief dan vents maupun dari cabang-cabang jalur gas buang
lainnya. Sebelum dibakar ke flare umumnya jalur ini akan dialirkan dulu ke
knock out drum untuk pemisahan gas dan cairan yang mungkin terdapat serta
mencair dalam perjalanan. Setelah melalui pemisahan cairan yang mungkin
ada pada knock out drum, gas dialirkan ke flare stack. Jarak dari drum ke flare
stack diusahakan sedekat mungkin, untuk mencegah pencairan kembali setelah
melewati drum dan pemisahan benar-benar dapat dilakukan seoptimal
mungkin. Tidak jarang pula pada kilang minyak atas gas bahwa terdapat
beberapa flare dan drum.

Jika terdapat dua drum dan dua jalur pada pipa flare utama yang akan
direncanakan untuk tekanan tinggi dan rendah, sehingga penyetelan katup
relief dapat diatur menurut kebutuhannya, misalnya untuk tekanan 175 psi ke
bawah dialirkan kejalur utama pipa yang bekerja pada tekanan rendah dan
tekanan 175 psi ke atas dialirkan kejalur utama pipa yang bekerja pada
tekanan tinggi. Jalur-jalur dari katup relief sebelum disalurkan kejalur pipa
utama flare harus mempunyai katup buang sendiri yang disalurkan langsung
ke cerobong pembuangan. Sambungan jalur pipa dari katup relief kejalur
utama flare harus dilakukan dari atas kebawah, karena jalur pipa dari katup
relief letaknya harus lebih tinggi dari jalur pipa utama flare.

63
Gambar 2.66. Pipa 450 vertikal dari katup relief
(Raswari, 2009)

Jika pipa flare ini berada di daerah dingin atau bahkan bersalju dapat
dipasang pipa-pipa pemanas uap. Apabila pipa-pipa atau tube pemanas uap
dipasang, perlu juga dipasang kantung-kantung perlengkapan air dan katup
buang airnya. Pemasangan katup pembuangan cairan pada instalasi jalur flare
dapat dilihat pada gambar dibawah. Disitu terlihat bahwa aliran buang dari
katup relief dihubungkan dengan jalur pipa kejalur utama pipa flare.
Sedangkan katup pembuangan cairan (drain) dapat dipasang dan dihubungkan
ke cerobong pembuangan yang dioperasikan secara manual.

Gambar 2.67. Katup buang cairan pada jalur flare


(Raswari, 2009)

64
4. Pipa potong pada katup relief

Jika pembuangan udara atau gas dari katup relief tidak dibuang kesuatu
jalur perpipaan untuk dibakar atau bahkan digunakan, maka dapat juga
dibuang langsung keudara.

Untuk pembuangan gas keudara dari katup relief ini perlu diperhatikan
lokasi dan elevasi katup relief serta aliran gas apa yang akan dibuang.
Sehingga pemasangan jalur pipa buang dari katup relief dapat dipasang
seefektif mungkin.

Pada jalur pipa ini umumnya dipotong 300 atau 450 pada ujung atasnya, hal
ini telah dilakukan dari generasi ke generasi. Pada ujung pipa dipotong karena
kemungkinan untuk mempercepat aliran melewati platform atau bangunan.
Untuk lebih jelasnya lihat gambar berikut ini.

Gambar 2.68. Pipa potong katup relief


(Raswari, 2010)

Arah untuk pipa buang ini diarahkan ke atas atau ke udara, oleh karena
itu untuk bagian pipa yang terendah dibuatl lubang ¼ inci untuk membuang
air (apabila kemasukan air hujan).

65
2.10. Pembagian Support pada Pipa

Ketika jalur pipa sudah terpasang maka diperlukan support untuk menahan
pipa tersebut. Pipa yang digunakan untuk mengalirkan fluida tentunya akan
memiliki berat, dan berat tersebut tentunya harus di topang oleh support. Tujuan
dari pemasangan support tersebut adalah agar berat yang berasal dari pipa tidak
ditempatkan atau ditumpu pada nozzle, sambungan las ataupun tempat kritikal
lainnya.

Nozzle dan sambungan las tidak di desain untuk menahan berat, beban yang
sangat berat di tumpu pada nozzle akan mengakibatkan lepasnya nozzle dari
bagian equipment atau peralatan.

Support pada pipa tidak hanya berfungsi sebagai menahan berat pipa saja
tetapi masih ada beban lain seperti expansion atau occasional yang perlu di
topang, maka dari itu dibutuhkan pipe support sebagai penahan beban yang ada
pada pipa.

Gambar 2.69. Support pada pipa


(Sugeng, 2014)

66
2.10.1. Penyangga pembebanan statik

1. Penyangga struktur

Penyangga ini adalah bentuk-bentuk penyangga pipa pekerjaan sipil.


Tinggi kaki minimal adalah 2,5 meter. Ada beberapa bentuk ditinjau dari
jumlah kolom yaitu (1 kolom, 2 kolom, banyak kolom), jumlah tingkat (1
tingkat, 2 tingkat, bertingkat banyak), landasan (engsel dan tetap).

Gambar 2.70. Penyangga pipa struktur


(Raswari, 2010)

2. Penyangga kaki bebek (duct support)

Penyangga kaki bebek adalah bentuk penyagga dimana tinggi kaki pipa
maksimum 1,2 meter ditambah panjang yang dibutuhkan sampai garis

67
sumbu. Apabila temperatur lebih dari 1750C, pemasangan kaki bebek ini
harus seizin insinyur bagian perhitungan tegangan.

Gambar 2.71. Penyangga pipa kaki bebek (duct foot)


(Raswari, 2010)

3. Penyangga bentuk siku-siku (bracket)

Penyangga jenis ini menggunakan struktur yang sudah ada, dengan cara
mamasang struktur tambahan berupa kantilever. Profil yang digunakan dapat
berupa profil I, H, L dan C. Disamping itu ada yang menggunakan support
tambahan sebagai pendukung.

Gambar 2.72. Penyangga pipa bentuk siku-siku (bracket)


(Raswari, 2010)

68
4. Penyangga pembaringan pipa (pipe sleeper)

Penyangga tipe ini adalah bentuk penyangga sipil. Umumnya ketinggian


penyangga pipa ini lebih rendah dari satu meter ketinggian dari permukaan
tanah lebih tepatnya penyangga ini digunakan pada pipa bawah tanah. Pipe
sleeper ini dibuat dari semen beton (concrate) dan besi beton. Selain itu
permukaannya diberi plat besi guna menahan gesekan pipa, untuk
pengelasan dudukan penuntun pipa, serta angker. Bentuk pipa sleeper seperti
balok persegi empat dengan ukuran panjang dan lebar bervariasi tergantung
kebutuhan.

Gambar 2.73. Penyangga pembaringan pipa (pipe sleeper)


(Raswari, 2010)

5. Penggantung pipa (pipe hanger)

Penggantungan pipa ini direncanakan untuk menahan beban statik dan


dinamik pada posisi tergantung. Perencanaan alat penyangga gantung pipa
ini direncanakan dengan batas antara -290C sampai 3430C untuk besi baja,
sedangkan untuk besi tuang (cast iron) -290C sampai 2310C. Kekuatan dari
penyangga gantung ini tergantung pada bentuk penyangga, kekuatan rod atau
tube (kabel penggantung).

69
6. Penyangga pipa rendah (low support)

Penyangga pipa rendah pada umumnya dapat dibuat sendiri dari baja
profil dengan perencanaan bagian departemen perpipaan sendiri. Tinggi
support ini tidak boleh lebih dari 2,5 meter dan bentangan maksimum 1,5
meter. Berikut adalah salah satu contoh gambar jenis support rendah.

Gambar 2.74. Penyangga pipa rendah (low support)


(Raswari, 2010)

2.10.2. Penyangga pembebanan dinamik


Penyangga pembebanan dinamik terdiri dari:
 Penyangga variabel (variable support).
 Penyangga konstan (constan support).

1. Penyangga variabel (variable support)

Perhitungan penyangga jenis ini didasarkan pada beban pegas (spring).


Perhitungan pembebanannya adalah untuk beban tarik maupun beban tekan.
Berikut ini contoh dari penyangga dengan menggunakan sistem pegas
(spring).

70
Gambar 2.75. Penyangga pipa jenis variable spring
(Raswari, 2010)

2. Penyangga konstan (constant support)

Penyangga jenis constant spring adalah bentuk spring yang tetap dan
berbeda dari variable spring. Bentuk penyangga ini letaknya tetap pada
elevasi tertentu, sedangkan reaksi penyangga yang dilakukan oleh tangan
yang dihubungkan langsung ke spring seperti variable spring. Berikut ini
adalah salah satu contoh penyangga jenis constant spring.

Gambar 2.76. Penyangga pipa constant spring


(Raswari, 2010)

3. Sepatu pipa (pipe shoe)

Sepatu pipa ini digunakan untuk pipa yang mengalirkan aliran panas atau
dingin. Gunanya adalah untuk memperkecil gesekan dan melindungi isolasi

71
dari gesekan terhadap penumpu. Bentuk dan tipe sepatu pipa ini berbeda-
beda menurut kebutuhan.

Untuk temperatur dibawah 4000C pemasangan sepatu pipa dapat


dilakukan langsung pada pipa, sedangkan untuk temperatur diatas 4000C
dapat dipasang melalui penjepit pada isolasinya.

Gambar 2.77. Sepatu pipa (pipe shoe)


(Raswari, 2010)

4. Penuntun pipa (pipe guide)

Bentuk dan tipe penuntun pipa ini terdiri dari beberapa macam. Gunanya
adalah untuk membatasi gerak pipa, baik akibat defleksi pipa atau gaya-gaya
dari luar yang timbul pada pipa. Tujuannya adalah supaya pipa tetap terletak
pada jalur-jalurnya.

Gambar 2.78. Penuntun pipa (pipe guide)


(Raswari, 2010)

72
5. Angker pipa (pipe anchor)

Angker pipa atau anchor atau disebut juga line stop, yang berarti ekspansi
pada pipa bagian ini ditahan. Guna angker pipa adalah untuk menahan
ekspansi pipa serta perhitungan fleksibilitas yang aman untuk jalur tersebut
dan jalur-jalur pipa lainnya serta peralatan yang berhubungan dengannya.

Gambar 2.79. Angker pipa (pipe anchor)


(Raswari, 2010)

73

Anda mungkin juga menyukai