Anda di halaman 1dari 41

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Perpipaan

Sistem perpipaan adalah suatu sistem yang digunakan untuk transportasi

fluida antar equipment sehingga proses produksi dapat berlangsung. Sistem

perpipaan secara umum terdiri dari komponen-komponen seperti pipa, fitting,

flange, valve,alat insturmen dan konponen pendukung lainnya.

Sistem perpipaan dapat ditemukan hampir pada semua jenis industri, dari

pipa tunggal sederhana sampai sistem bercabang yang sangat kompleks. Contoh

sistem perpipaan adalah sistem distribusi air bersih pada gedung atau kota, sistem

pengangkutan minyak dari sumur ke tandon atau tangki penyimpanan, sistem

distribusi udara pendingin pada suatu gedung dan lain sebagainnya.

2.1.1 Pipa dan Spesifikasinya

Standar pipa dibuat dengan maksud untuk penyeragaman ukuran, jenis

sambungan dan sebagainya, sehingga pipa yang diproduksi dari berbagai pabrikan

industri dapat dirakit dengan tepat baik pada fitting, flange, valve dan

kelengkapan lainnya. Standar pipa digunakan untuk menentukan: demensi ukuran

diameter, ketebalan dan panjang pipa, serta spesifikasi bahan material pipa.

Pertibangan utama dalam menentukan ukuran standar ketebalan dan bahan

material pipa adalah dikaitkan dengan operasionalnya yaitu fluida, tekanan dan

suhunya.
a. Material pipa

Pipa dapat dibuat dari bahan logam dan ada juga bahan bukan logam

disesuaikan dengan pemakaiannya, untuk itu perancangan sistem

perpipaan dibutuhkan pemikiran yang mantap pada pemilihan standar

yang sesuai dan waktu pemakaian yang cukup lama.

1. Pipa dari bahan metal digolongkan menjadi dua, yaitu :

 Metal ferrous : pipa dengan bahan dasarnya terbuat dari besi.

contoh : Pipa Carbon Steel, Pipa Cast Iron, Pipa Alloy Steel,

pipa stainless steel.

 Metal non ferrous : pipa dengan bahan dasarnya bukan besi.

contoh : Pipa Aluminium, Pipa Copper, Pipa Brass, Pipa

Titanium, dan sebagainya.

2. Pipa dari bahan dasar bukan logam (non metal) :

contoh : Pipa PVC, Pipa PE, Pipa Concrete, dan sebagainya

b. Proses pembuatan pipa

Ada beberapa macam proses pembuatan pipa sesuai fungsi kegunaannya

 Seamless (SMLS) : pipa tanpa kampuh sambungan las.

 Butt Welded (BW): pipa dengan sambungan las tumpul.

 Lap Welded (LW) : pipa dengan sambungan las tumpang.

 Electric Fusion Welded (EFW): pipa dengan sambungan pelelehan

las listrik.
 Electric Resistance Welded (ERW): pipa dengan sambungan las

tahanan listrik, tidak menambah elektroda.

 Spiral Welded (SW): pipa dengan sambungan las spiral/ulir.

Seamless Pipe

Butt Welded Pipe

Lap Welded Pipe

Electric Fusion
Welded Pipe

Electric Welded
Pipe (Double
Welded Joint)

Spiral Welded Pipe

Gambar 2.1 Cara Pembuatan Pipa6:…)

c. Spesifikasi Pipa

Spesifikasi pipa merupakan standar yang harus diperhatikan dan di

pasang dengan baik dan benar. Spesifikasi pipa berbeda-beda tergantung


fluida apa yang mengalir, kondisi operasi, temperatur, tekanan, dan lain

sebagainya. Dengan pemilihan spesifikasi dengan benar ini produksi dan

keselamatan kerja pun akan terjamin.

1. Dimensi Pipa

Dimensi pipa merupakan ukuran – ukuran pipa berdasarkan standar

yang ada. Dimensi pipa meliputi :

 NPS (Nominal Pipe Size)

Istilah yang menunjukkan diameter nominal (bukan ukuran

sebenarnya) dari sebuah pipa. Ukuran dalam Inchi,

 Schedule

Menunjukkan parameter ketebalan pipa yang didasarkan pada

standard ANSI. Schedule ini dinyatakan dengan dimulai dari Sch 5,

Sch 10, Sch 20, Sch 30, Sch 40, Sch 60, Sch 80, Sch 100, Sch 100,

Sch 120,

Sch 140, Sch 160. Dimana semakin besar Sch Number maka semakin

tebal. Selain Numeric Schedule ada tiga macam klasifikasi lainnya

untuk mengukur ketebalan pipa meliputi Standard (STD), Extra

Strong (XS), Double Extra Storng (XXS).

 Diameter luar pipa (OD)

Diameter luar pipa dengan satuan “inchi atau mm”.

 Diameter dalam pipa (ID)

Diameter dalam pipa dengan satuan “inchi atau mm”.


2. Standar Pipa

Di dalam pembuatan pipa air, gas, minyak di kenal beberapa standar

internasional, seperti :

 API : American Petroleum Institute

 DIN : Duetche Industrie Norm.

 AWWA : American Water Work Association

 ASTM : American Society for Testing & Material

 ANSI : American National Standard Institute

 ASME : American Society of Mechanical Engineer

 JIS : Japanase Industrial Standard

 BSS : British Standard Specification

 AS : Australian Standard

2.1.2 Fitting dan Spesifikasinya

Fittings digunakan untuk menghubungkan pipa dengan pipa baik hubungan

itu: lurus, berbelok, bercabang, perubahan diameter maupun untuk menutup aliran

fluida dan lain sebagainya sesuai dengan tipe, ukuran, dan masing-masing

penggunaannya.

Dalam proses menyambung pipa baja menggunakan fitting, sebelum

memasang fitting rencanakan dahulu pipa tersebut bersifat tetap dan tidak bisa

dibuka atau sambungan tersebut di inginkan sewaktu-waktu dapat dibuka untuk

keperluan maintenance atau perbaikan.


a. Material Fitting

Jenis sambungan fitting ke pipa sesuai dengan bahan material dan

penggunaannya, antara lain:

 Bahan baja karbon : butt welded, flanged dan threaded

 Bahan besi tuang : bell and spigot dengan berbagai jenis sambungan

antara lain, mechanical joint,molox ball joint, dan usiflex joint.

 Untuk tekanan rendah digunakan juga sambungan soldered dan hal

ini jarang sekali.

Pemilihan material pun harus disesuaikan dengan kondisi kerjanya

seperti sifat-sifat fluida (temperatur, tekanan, korosif dan lain-lain).

b. Macam-macam Sambungan (Fitting)

Berdasarkan bentuk dan fungsinya, fitting (sambungan) bermacam-

macam, seperti :

 Elbow

digunakan untuk mengubah arah aliran. Standar elbow yang tersedia

adalah untuk 180o, 90o, 45o. ELL 180o biasa disebut dengan return

bend, Semua butt weld ell dibuat dengan ujung yang bevel.

 Tee

digunakan untuk membuat aliran bercabang.

 Reducer

berfungsi untuk menyambungkan pipa dari diameter yang diameter

lebih besar ke pipa yang memiliki diameter lebih kecil atau


sebaliknya. Ada 2 jenis reducer yaitu concentric reducer dan

eccentric reducer.

 Coupling

digunakan untuk sambungan lurus ( diameternya sama ).

 Cap

berfungsi untuk menghentikan aliran pada ujung pipa dengan blind

flange atau welding cap.

 Stup End

digunakan sama seperti cap untuk menutup bagian ujung pipa, hanya

beda pada konstruksi ulirnya ( ulirnya diluar ).

Gambar 2.2 Macam-macam Fitting


c. Standar Fitting

Fitting bermacam-macam jenisnya seperti welding, flange, threaded,

dan lain-lain. Fitting tersebut kebanyakan mengacu pada ANSI B.16.

Contoh dari standar fitting itu sendiri sebagai berikut.

Gambar 2.3 Standar Spesifikasi Fitting

2.1.3 Flanges dan Spesifikasinya

Flange adalah jenis sambungan yang digunakan untuk menyambungkan

dua ujung pipa ataupun untuk menyambukan pipa ke unit lainnya tergantung
fungsinya. Flange banyak jenisnya dan tergantung pada dimensi ukuran, fungsi

dan tipenya serta dipakai sebagi penguhubung/penyambung atau perangkat pipa

atau penyambung antara pipa dengan peralatan dengan diperlukan pipe fitting.

Kedua ujung pipa yang sudah dipasang flange dan antara flange diisikan

gasket yang berfungsi sebagai perapat kemudian diikat dengan mur-baut yang

pelaksanaannya secara silang menyilang guna menghindari kebocoran.

Keuntungan pemakaian flange sebagai penyambung pipa, antara lain mudah

dibongkar pasang secara periodik untuk perbaikan/pemeliharaan dengan cukup

melepas mur-bautnya sehingga mengurangi biaya pemotongan/ penyambungan

las.

a. Macam-macam flange

Ada beberapa macam flanges yang dapat dihubungkan dengan berbagai

cara penyambungannya, antara lain:

1. Screwed flange

Sesuai dengan namanya flange ini dibuat berulit dan disambungkan

dengan pipa yang berulir. Flange dibuat kedap dengan pipa yaitu

dengan diberi seal dengan fillet welding pada bagian belakang

flange yang ke pipa, agar tidak bocor melalui ulir. Antara permukaan

flange diberi gasket untuk mencegah kebocoran fluida.

2. Welding neck flange

sesuai dengan namanya flange ini dibuat dengan ujung tirus dan

dilubangi sesuai dengan diameter bagian dalam pipanya. Tipe

sambungan las yang digunakan adalah butt welding. Flanges ini


sangat sesuai untuk digunakan pada temperatur, tegangan geser,

kejutan tinggi dan tegangan yang menimbulkan getaran. Jenis

flanges ini ada dua macam: biasa(regular) dan panjang (long).

Reguler welding neck flange digunakan untuk pipe fittingpipe fitting

dengan penyambungan secara las tumpul (butt welding). Long

welding neck flange dipakai terutama untuk vessel dan nozzle

peralatan dan jarang digunakan pada pipa.

3. Slip on flange

Jenis flange ini dibuat bagian diameter bagian dalamnya sama

dengan ukuran diameter luar pipanya dan bila dipasangkan pada pipa

maka harus dilas pada bagian depan dan belakang.

4. Lap join flange

Flange dengan sambungan tumpang tindih dibuat dari bahan baja

karbon tempa untuk flange dan baja tahan karat untuk stubend,

sehingga jika dihubungkan dengan pipa tertentu jasa bahan pipanya

harus sama dengan bahan pembuat stub end. Sistem penyambungan

dilakukan dengan sambungan las tumpul (butt welding).

5. Socket welded flange

Jenis flange ini permukaan bagian dalam berfungsi untuk menerima

ujung pipa dan mengikatnya dengan single weld flange ini umumnya

untuk pipa pipa berukuran kecil dengan tekanan rendah.

6. Blind Flange
Jenis flange ini digunakan untuk menutup ujung pipa dan kedepan

ada kemungkinan pengembangan jaringan pipa.

Contoh macam-macam flanges sebagai berikut :

Blind Flange Lap Joint Flange

Slip-On Flange Socket Weld Flange

Screwed flange Weld neck flange

Gambar 3.4 Macam-macam Flange

b. Pemilihan flange

Ada tujuh kelas tekanan dari flange, yaitu: kelas 150 lbs, 300 lbs, 400

lbs, 600 lbs, 900 lbs, 1500 lbs dan 2500 lbs, dan masing-masing kelas

tekanan mempunyai ukuran spesifik dan harus diperhitungkan dalam

pemakaiannya dengan pipe fitting yang lain dan valves.

Flange yang memiliki kelas tekanan semakin besar maka digunakan

untuk servis operasional tekanan lebih tinggi sehingga dimensi flanges-

nya semakin tebal dan jumlah pengikatnya (bolt and nut) banyak

maupun dimensi pengikatnya bertambah besar.


2.1.4 Valve dan spesifikasinya

Valve merupakan jantung dari system perpipaan karena valve yang

membuka/mengatur/ mengontrol/mengamankan/menutup aliran fluida melalui

jalur perpipaan. Valve dibuat presisi dari ukuran kecil hingga besar.Bermacam-

macam tipe valve dan masing-masing memiliki fungsi yang berbeda.

Ada beberapa tipe valve yang umum dipakai antara lain: gate valve,ball

valve, plug valve, diaphragm valve, globe valve, butterfly valve, needle valve,

check valve, lift chec valve, safety valve. Valve didesain dan dikelompokan sesuai

dengan kelas tekanan dan dipasang pada system perpipaan yang memiliki kelas

tekanan yang sama juga. Beberapa factor yang perlu dipertimbangkan dalam

pemilihan valve, antara lain: suhu, tekanan, fluida, dan kapasitas alirnya.

a. Macam-macam Valve

Ada 12 (duabelas) tipe valve akan tetapi 9 (sembilan) dari padanya

banyak dipakai dan dapat disebut sebagai tipe valve umum. Disamping

itu setiap pabrikan valve membuat banyak tipe valve yang lain dengan

mempertimbangkan secara khusus artinya valve tersebut digunakan

untuk hal hal yang khusus dan direncanakan serta dipatenkan oleh

pabrikan serta tidak seorangpun diijinkan membuat persis seperti valve

tersebut.

1. Gate valve

Gate valve dipakai luas pada industri migas, hal ini disebabkan

kebanyakan valve-valve yang dibutuhkan untuk start-stop (buka

penuh-tutup penuh) hal ini hanya bisa dilayani oleh jenis gate valve.
Gate valve dioperasikan dengan bukaan yang lebar sehingga aliran

dapat bergerak stream line dan praktis kecil sekali tahanan.Gate

valve tidak dapat dioperasikan seperti globe valve, hal ini akan

mengakibatkan getaran yang ditimbulkan oleh aliran fluidanya dan

selanjutnya akan mengauskan seat dan selanjutnya terjadi

kebocoran.

2. Globe valve

Globe valve merupakan nama dari globular shape dari bodinya.

Bodi valve cukup besar, cukup seluruh luasan membuka bila valve

pada posisi terbuka.Globe valve umumnya digunakan untuk

mengatur aliran fluida, akan tetapi bagaimanapun juga dapat

digunakan untuk menutup penuh aliran fluida. Seating dari globe

valve pararel dengan arah alirannya sedangkan seating gate valve

tegak lurus terhadap aliran fluidanya.Aliran fluida yang melalui

globe valve membuat dua putaran seperti huruf “S” sehingga rugi

rugi tekanan cukup besar dan hal merupakan suatu kerugian dari

disain.

Keuntungan dari globe valve bila dibandingkan dengan gate valve

adalah lebih efisien untuk mengontrol aliran fluida dan juga untuk

mengatur fluida.Pengaturan penutupan, seimbang dengan ukuran

bukaan dari seat. Operator dapat mengatur laju aliran dengan

mengatur jumlah putaran dari hand whellnya. Keausan seat sangat

kecil dan kerapatannya lebih terjamin karena jarak disk dengan seat
relatip dekat dan saling kontak.

Pemasangan globe valve menurut arah tanda panah seperti yang

tertera pada bodinya dan jangan terbalik.

3. Butterfly valve

Butterfly valve sangat baik untuk membuka, menutup dan mengatur

aliran fluida. Konstruksi dan cara operasinya sederhana, cepat

membuka/menutup dengan memutar seperempat putaran dari

disknya.Pemasangannya tidak perlu membutuhkan area yang besar,

cukup ringan dan pemeliharaannya relatif mudah, sehingga sangat

ekonomis.

Bila disknya dibuka penuh maka arah alirannya lurus dan rugi rugi

tekanan dan perubahan kecepatannya relatif kecil.Butterfly valve

dipakai untuk servis operasi dari rendah sampai tinggi dengan rating

suhunya 1500 oF dan tekanannya 1200 psi, jenis fluida yang dilayani

adalah gas, caiaran yang kotor kecuali uap.

4. Diaphragma valve

Diaphragma valve digunakan untuk dua jenis operasi yaitu mengatur

aliran fluida dan kadang – kadang dipakai untuk buka-tutup penuh

aliran fluida.Konstruksinya sederhana, tidak memiliki gland

packing, tida ada seat, disk dan tidak ada material logam yang saling

kontak. Sebagai elemen yang mengatur/membuka/menutup aliran

fluida adalah diaphragma membrane yang dibuat dari bahan karet

atau teflon bersifat luwes sekaligus sebagai pencegah kebocoran dan


perapat yang efektif. Fluida yang dilayani umumnya chemical, gas

dengan aliran yang fluktuatif dan fluida korosif. Ada dua macam

jenis diaphragma valve yaitu: weir type dan straight through type.

5. Plug valve

Plug valve ada dua macam yaitu lubricated dan non lubricated plug

valve. Untuk membuka, menutup dan mengontrol cepat aliran

fluidanya cukup memutar stem seperempat putaran.Rugi rugi

tekanannya cukup besar pada saat port dibuka, adapun kelebihannya

area yang dibutuhkan untuk instalasi minimum, kesiapan pengaturan

terbatas dan lebih kedap saat ditutup bila dibandingkan dengan gate

valve.Plug kemungkinan terjadi korosi atau erosi kecil sekali dan

konstruksinya sederhana dan dipakai untuk melayani fluida yang

kotor/slurry.

6. Ball valve

Ball valve termasuk jenis valve non throttling.Ball valve dapat

dioperasikan dengan cepat, konstruksinya kompak dan sederhana

sehingga dapat dioperasikan secara manual, hydraulic maupun

otomatis. Bentuk alirannya halus, rugi rugi tekanan rendah dan

sesuai untuk servis fluida yang kental dan kotor namun ada beberapa

kendala sehubungan material seat terbuat dari bahan karet./plastik

sehingga tidak dapat digunakan pada suhu yang tinggi.

7. Check valve
Check valve memiliki fungsi mencegah atau men check aliran balik

dari fluida cair atau gas dalam sistem perpipaan. Juga dikenal

sebagai return valve. Tidak seperti pada gatevalve dan globe valve,

check valve beroperasi secara otomatis tanpa hand whell. Check

valve didesain dengan swinging flap (swing check valve) atau dengan

rising disk (lift check valve), yang beroperasi hanya bila ada aliran

melalui valve.

8. Safety valve

Safety valve berfungsi sebagai peralatan keamanan dan ada beberapa

jenis, diantaranya:Pop Safety valve, Relief valve, Pop Relief Safety

Valve dan Vacuum Relief Valve. Valve valve ini merupakan bagian

yang sangat penting didalam kilang agar mencegah peralatan dan

sistem perpipaan terhadap tekanan yang melebihi kondisi yang

direncanakan. Normal posisi operasi dari relief valve adalah dalam

posisi tertutup dengan inlet dibawah seat.Seat dapat menutup karena

pegas yang di set pada tekanan yang dibutuhkan. Jika tekanan

melebihi set pressure dari pegas, valve akan membuka dan tetap

terbuka sampai tekanan sama dengan set pressure. Hubungan dari

outlet relief valve biasanya lebih besar dari pada inlet nya. Karena

itu tekanan pada sisi outletnya lebih rendah dari pada sisi inletnya.
Gambar 2.5 Contoh Macam-macam Valve

b. Standar Valve

Berdasarkan dari bahan meterialnya, valve diklasifikasikan mengikuti

standar API ( American Petroleum Institute ) antara lain :

 API 595 : Cast iron gate valve,

 API 600 : Steel gate valve,

 API 603 : Class 150 corrosion resistant gate valve,

 API 604 : Ductile iron gate valve.

Sedangkan berdasarkan pressure ratingnya sama dengan rating


flangenya, berdasarkan pada ANSI series yaitu : 150 lbs, 200 lbs, 300

lbs, 400 lbs, 600 lbs, 900 lbs, 1500 lbs dan 2500 lbs.

Sedangkan untuk code service atau kode pemakaian valve adalah :

 CWP : Cold Working Pressure,

 S : Steam,

 SP : Steam Pressure,

 WOG : Water, Oil, Gas pressure,

 WP : Working Pressure,

 WSP : Working Steam Pressure.

2.1.5 Bolt & Nuts dan spesifikasinya

Fungsi dari bolt and nut adalah untuk mengikat/mengencangkan sambungan

hubungan antara flange dengan flange. Bolt and nut terdiri dari berbagai ukuran

dan jumlah banyaknya yang diperlukan untuk pemasangan flange-flange, dimana

ukuran diameter nominalnya ditentukan dengan standard flange yang digunakan.

Pemakaian bolt and nut tergantung dari temperatur operasionalnya.

a. Macam-macam Bolt & Nuts

Ada dua macam Bolt and Nut, yaitu: machine bolt dan stud bolt yang

masing-masing memiliki servis berbeda.

 Machine bolt and nut, adalah suatu baut pengikat yang mempunyai

bentuk pada salah satu ujungnya berulir untuk dipasangkan dengan

mur berulir dan ujung lainnya kepala baut , digunakan untuk

pemakaian yang umum temperatur sampai 450o F. Spesifikasi


material machine bolt ASTM A 307 Gr. B terbuat dari bahan baja

karbon yang memiliki kekuatan tariknya 55.000 psi untuk servis

umum dan temperatur sampai 450o F, Nut yang digunakan dengan

spesifikasi yang sama ASTM A 307 Gr B terbuat dari bahan baja

karbon.

 Stud bolt and nut, adalah suatu baut pengikat pada bagian kedua

ujungnya berulir tanpa kepala baut untuk dipasangkan dengan dua

buah mur berulir, digunakan untuk pemakaian yang luas sesuai

dengan spesifikasi materialnya, yaitu tekanan dan temperatur tinggi.

Ada dua jenis stud bolt yaitu stud bolt berulir terus sepanjang

batangnya dan ulir tidak menerus sepanjang batangnya. Spesifikasi

material stud bolt antara lain ASTM A193 Gr B7 terbuat dari bahan

baja karbon paduan cadmium yang memiliki kekuatan tarik 100.000

psi untuk servis temperatur sampai 1000o F, Nut yang digunakan

dengan spesifikasi ASTM A 194 Gr 2H terbuat dari bahan baja

karbon paduan. Bila ASTM A 193 Gr B8 baja karbon paduan tin, Gr

B16 baja karbon paduan chromium, Gr B8M baja karbon paduan

silver dan Gr L7 baja karbon paduan zinc.


Gambar 2.6 Macam-macam Bolt & Nuts

b. Standar Bolt & Nuts

Menurut standar ASTM.A-307 Grade A&B, material bolt, screw, dan

studs yang digunakan merupakan terbuat dari material low carbon steel.

2.1.6 Gasket

Fungsi gasket antara lain untuk perapat antara sambungan flange sehingga

tidak terjadi kebocoran fluida. Ditinjau dari bahannya, gasket ada dua macam

yaitu: gasket logam menurut standard ANSI B 16-10 dan gasket bukan logam

menurut standard B 16-21. Pemakaian dari jenis bahan gasket tergantung dari

temperatur dan jenis fluida yang mengalir dalam pipanya.

Teflon gasket Graphite gaskets


Gambar 3.6 Macam-Macam Gasket

2.2 Perancangan Sistem Perpipaan

Dalam proses perancangan sistem perpipaan yang mengalirkan fluida

service berbentuk liquid akan mengacu pada standar ASME B31.4 tentang

“Pipeline Transportation for Liquid and Slurries” dan beberapa standar dan

literature pendukung lainnya.

II.2.1 Perhitungan Diameter Ekonomis

Berdasarkan perhitungan metode Least Annual Cost (LAC), ada beberapa

parameter yang akan mempengaruhi nilai dari diameter ekonomis yaitu kapasitas

fluida, specific gravity dan viskositas fluida. Formula perhitungan dalam motode

ini ditulis dengan persamaan :5:21)

D e =0,276 × Q 0,479 × S g0,142 × μ 0,027 ..............................................................(2.1)

Keterangan :

De = Diameter ekonomis pipa, inchi;

Q = Kapasitas fluida, gpm;

Sg = Specific gravity at flowing temperature, water at 60oF equals 1;

µ = Viscosity at flowing temperature, centipoise.

II.2.2 Perhitungan Tebal Dinding Pipa

Dalam perhitungan tebal dinding pipa untuk pipa transport dengan fluida

service liquid, berdasarkan ASME B31.4 dapat ditentukan dengan rumus :3:18)

Pd D o
t m= ................................................................................................(2.2)
2 FE S y

Keterangan :
tm = Tebal minimum yang diizinkan, inchi;

Do = Diameter luar pipa, inchi;

Pd = Maximum internal design pressure, Psi dalam gauge;

Sy = Minimum yield strength in material, Psi;

E = Longitudinal joint factor;

F = Design factor (lampiran).

Untuk mengetahui ketebalan dinding pipa yang direkomendasikan, dapat

ditentukan dengan rumus :

t req =t m+ CA ................................................................................................(2.3)

Keterangan :

treq = Tebal dinding pipa yang direkomendasikan, inchi;

CA = Corrosion allowance, inchi.

Setelah didapat hasil dari tebal yang direkomendasikan kemudian pemilihan

tebal pipa akan disesuainkan dengan yang ada di pasaran dengan rumus :

t oreder =1,125 ×t req .......................................................................................(2.4)

2.3 Tegangan yang Diijinkan Saat Operasi

Pada saat pipa beroperasi, pipa akan mengalami tegangan yang disebabkan

oleh beberapa faktor yang terjadi pada bagian luar maupun dalam pipa. Untuk

menghitung besarnya tegangan yang diijinkan pipa saat operasi berdasarkan

ASME B31.4 dapat ditentukan dengan rumus-rumus berikut :


2.3.1 Tegangan Ijin Akibat Hoop Stress

Untuk sistem perpipaan offshore, hoop stress karena adanya beda tekanan

antara external pressure dan internal pressure yang diijinkan dapat dihitung

dengan persamaan dibawah :3:90)

Sh ≤ F 1 ( S y ) ..................................................................................................(2.5)

D
Sh= ( Pi−Pe ) , (untuk nilai D/t ≥ 20)......................................................(2.6)
2t

D−t
Sh= ( Pi−Pe ) , (untuk nilai D/t < 30)..................................................(2.7)
2t

Keterangan :

D = Diameter luar pipa, inchi;

F1 = Hoop stress design factor (lampiran );

Pe = External pressure, psig;

Pi = internal design pressure, psig;

Sh = Hoop stress, psi

Sy = Specified minimum yield strength, psi;

T = Tebal nominal pipa, inchi.

2.3.2 Tegangan Ijin Akibat Longitudinal Stress

Untuk sistem pipeline lepas pantai, tegangan ijin akibat longitudinal stress

tidak boleh melebihi nilai dari persamaan berikut :3:90)

|S L|≤ F2 ( S y ) ................................................................................................(2.8)

|S L|=S a + S B , atau |S L|=S a−S B (dipilih yang lebih besar).........................(2.9)


Keterangan :

F2 = Longitudinal stress design factor, (lampiran);

Sa = Tegangan axial, MPa;

Sb = Maximum resultant bending stress, psi;

SL = Maximum longitudinal stress, psi;

Sy = Specified minimum yield strength, psi.

2.3.3 Tegangan Ijin Akibat Combined Stress

Untuk sistem pipeline lepas pantai, tegangan ijin akibat combined stress

tidak boleh melebihi nilai dari persamaan berikut :3:90)

Berdasarkan maximum shear stress equation (Tresca method) :

2 [ √( S L Sh 2 2
2 ) ]
+ S t ≤ F 3 ( S y ) .........................................................................(2.10)

Mt
St = .....................................................................................................(2.11)
2Z

Berdasarkan maximum distortional energy (teori Von Mises)


2 2 2
√ S −S S + S +3 S ≤ F ( S
h l h L t 3 y ) ....................................................................(2.12)

Keterangan :

F3 = Combined stress design factor (lampiran);

Sh = Hoop stress, psi;

SL = Maximum longitudinal stress, psi;

St = Torsional stress, psi;

Sy = Specified minimum yield strength, psi;

Mt = Momen torsi, in.lb;


Z = Selection modulus of the pipe, in3.

2.4 Pemilihan Jenis Coating

Coating adalah lapisan penutup yang diterapkan pada permukaan sebuah

benda dengan tujuan dekoratif maupun untuk melindungi benda tersebut dari

kontak langsung dengan lingkungan. Pada sebuah pipa, coating merupakan

perlindungan pertama dari korosi. Coating ini diaplikasikan untuk struktur bawah

tanah, transisi pipa yang keluar dari tanah menuju permukaan dan untuk struktur

pipa diatas tanah.

Berdasarkan lokasi struktur yang dilindungi maka coating terbagi beberapa

jenis yaitu coating yang dapat digunakan untuk struktur bawah tanah, daerah

transisi, permukaan tanah, atmospheric coating, internal coating dan lining. Untuk

coating struktur bawah tanah (underground coating) yang tertanam maupun yang

terendam dalam air dimana sangat sulit untuk melakukan maintenance, maka

diperlukan perlindungan yang cukup. Penggunaan coating jenis cat yang tipis

tidak direkomendasikan, diperlukan coating yang lebih tebal. Efek dari Handling,

construction, kontak dengan batu, tekanan dari tanah, ketahanan material dan lain-

lain yang dapat merusak coating perlu dipertimbangkan, tidak ada coating yang

bisa 100 % melindungi pipa, karena itu untuk perlindungan pipa terhadap korosi 

harus ditambah dengan sistem proteksi katodik.

Berdasarkan standar ISO 21809 external coating dibagi menjadi beberapa

macam :
1. Polyolefin coating (3-layer PE and 3-layer PP)

External coating jenis ini merupakan coating yang terdiri dari 3 layer

(lapisan). Layer pertama adalah lapisan epoxy (bisa berupa liquid atau

powder), lapisan ini memiliki fungsi untuk menghambat laju korosi yang

mungkin akan terjadi pada permukaan luar pipa. Lapisan kedua adalah

adhesive layer, fungsi lapisan ini adalah sebagai perekat antara lapisan

pertama dengan lapisan ketiga. Lapisan ketiga adalah lapisan lapisan

polyethylene atau polypropylene, lapisan ini adalah lapisan terluar yang

berfungsi sebagai pelindung lapisan epoxy dari mechanical damage yang

dapat merusak lapisan epoxy. Untuk pemilihan lapisan PP atau PE yang

akan diguanakan tergantung dari temperature service fluid yang akan

dioperasikan, untuk PE temperatur fluida yang diijinkan adalah dibawah

80⁰C sedangkan untuk PP adalah diantara 80⁰C hingga 110⁰C. Coating

jenis ini biasanya digunakan untuk pipa bawah tanah dan pipa offshore.

2. Single layer fusion bonded epoxy coating

External coating jenis ini adalah external coating yang pengaplikasiannya

hanya menggunakan lapisan epoxy saja. Coating jenis ini hanya memiliki

fungsi untuk melindungi pipa dari cacat korosi dan tidak mementingkan

mechanical damage yang dapat terjadi dari luar pipa. Biasanya coating

jenis ini digunakan untuk lingkungan yang memiliki kemungkinan

mechanical damage yang rendah.

3. Field joint coating

Field joint coating merupakan jenis coating yang digunakan untuk


melindungi pada sambungan dua buah pipa. Pemasangannya dilakukan

saat pipa akan dipasang di lapangan. Untuk tipe dan jenis dari field joint

coating ini dapat dilihat pada lampiran.

4. Polyethylene coating (2-layer PE)

Untuk polyethylene coating ini hampir sama dengan coating jenis 2LPE

yang membedakan hanya jumlah lapisannya yang hanya 2 lapisan dan

jenis lapisan pertamanya yang lebih bervariasi. Coating ini tidak

menggunakan epoxy pada lapisan pertamanya melainkan menggunakan

lapisan seperti asphalt, rubber, hot melt dan sejenisnya sebagai lapisan

adhesive-nya. Lapisan kedua adalah lapisan PE (polyethylene) yang

berfungsi untuk melindungi lapisan coating dalam dan pipa dari benturan

maupun damage lainnya yang terjadi pada bagian luar pipa.

5. External concrete coating

External concrete coating adalah jenis coating yang digunakan untuk pipa

bawah laut (offshore) yang fungsinya sebagai pemberat pipa agar pipa

tetap berada pada posisinya di dasar laut.

2.5 Perhitungan Berat Pipa dalam Air

Dalam perhitungan beban yang akan diterima pipa, atau biasa disebut

downward force yang termasuk dalam beban terdistribusi merata per satuan

panjang adalah fluida dalam pipa dan berat pipa sendiri. Dalam proses analisis

disini hanya dalam kondisi pipa kosong.

Untuk menghitung berat pipa dalam air dapat dilakukan dengan

menggunakan rumus berikut :7:7)


Berat pipa :

π
W pipa = ( D 2− Dip2 ) ρ pipa g .....................................................................(2.13)
4 op

Berat coating :

π
W cot = ( D oc 2−D ic 2) ρcot g ........................................................................(2.14)
4

Keterangan :

Wpipa = Berat pipa, lbf;

Wcot = Berat coating, lbf;

Dop = Diameter luar pipa, inchi;

Dip = Diameter dalam pipa, inchi;

Doc = Diameter luar coating, inchi;

Dic = Diameter dalam coating, inchi;

ρ pipa = Massa jenis pipa, lb/in3;

ρ cot = Massa jenis coating, lb/in3;

g = Percepatan gravitasi, lb.inch/s2.

2.6 Gaya Apung

Seperti yang telah dibahas pada Hukum Archimedes, semua benda yang

berada di dalam air akan mengalami gaya apung (buoyancy) atau upward force.

Adapun bunyi Hukum Archimedes adalah: “Benda yang tercelup ke dalam zat cair

akan mengalami gaya angkat yang besarnya setara dengan berat volume zat cair

yang dipindahkan”.

Kemungkinan pipa mengalami buoyancy terjadi ketika konstruksi pipa

dilakukan di daerah tergenang air, seperti daerah sungai, rawa, maupun daerah
yang kedalaman airnya cukup tinggi, ketika kondisi ini terjadi dan tidak dapat

dihindari maka harus dilakukan pertimbangan tentang buoyancy yang mungkin

terjadi harus dipertimbangkan. Buoyancy yang terjadi pada pipa dipengaruhi oleh

berat pipa, volume fluida yang dipindahkan oleh pipa, berat cairan yang dibawa

oleh pipa, dan berat dari material backfill. Namun pada penerapannya, pipa

diasumsikan dalam keadaan kosong, hal ini ditujukan supaya berat fluida yang

dialirkan oleh pipa dapat dijadikan safety factor tambahan serta untuk

pertimbangan apabila pipa tidak digunakan untuk waktu yang lama.

Faktor keamanan (safety factor) memegeng peranan penting dalam suatu

proyek. Suatu desain yang optimal haruslah menggunakan SF yang sesuai dengan

pekerjaan dan kondisi lapangan. Untuk menghitung besarnya safety factor yang

terjadi dapat dilakukan dengan rumus :7:8)

Downward Force W T
SF= = , dimana ....................................................(2.15)
Upward Force FB

π
F B= (D 2) ρ
4 o seawater
∙ g ..............................................................................(2.16)

Keterangan :

SF = Safety factor;

WT = Berat total pipa dan coating, lbf;

Do = Diameter luar coating, inchi;

ρ seawater = Massa jenis air laut, lb/in3;

g = Percepatan gravitasi, lb.inch/s2.

2.7 Perhitungan Allowable Span

Pada aplikasi pipa di lapangan diperlukan perhitunga jarak support yang


baik untuk menghindari kemungkinan defleksi yang terjadi pada pipa. Di dalam

ASME B31.1 telah dibahas beberapa saran maksimum jarak support dengan

mempertimbangkan parameter seperti diameter, fluida service dan temperature

operasi maksimum. Untuk keterangan lebih jelasnya dapat dilihat di tabel 3.1.

Tabel 3.1 Maximum Allowable Span yang Disarankan2:48)

Dalam menentukan maximum allowable span juga dapat dihitung

berdasarkan pertimbangan tegangan bending dan defleksi pada pipa.

maximum allowable span berdasarkan tegangan bending :4:34)

0,4 × Z × S h
L=
√ Wt
......................................................................................(2.17)

maximum allowable span berdasarkan defleksi :4:34)

∆×E×I
L= 4
√ 13,5× W t
.........................................................................................(2.18)

Keterangan :

L = Jarak support, ft;


Z = Momen tahanan bending, inchi3 (lampiran);

Sh = Allowable stress material pada suhu operasi, psig (lampiran);

Wt = Berat total pipa, lbf/ft;

E = Modulus elastisitas material, psi;

∆ = Defleksi pipa yang diijinkan, inchi;

I = Momen inersia, inchi4 (lampiran).

3.8 Perancangan Concrete Weight Coating

Concrete weight coating merupakan jenis coating yang digunakan untuk

pipa bawah laut (offshore) yang fungsinya sebagai pemberat pipa agar pipa tetap

berada pada posisinya di dasar laut dengan memberikan buoyancy negatif untuk

pipeline yang melintasi lingkungan berair. Concrete weight coating adalah

satusatunya sistem kontrol buoyancy di industri yang juga memberikan

perlindungan mekanik tambahan untuk pipa seperti lapisan anti-korosi selama

proses konstruksi pipeline. Concrete weight coatings umumnya tidak ditekuk yg

menyebabkan berkurangnya kemampuan pipeline untuk mengikuti konfigurasi

medan.

Untuk melakukan perhitungan dalam perancangan concrete weight coating

dapat dilakukan menggunakan rumus berikut :7:13)

OD cwc=OD pipa +2 t cot+ 2t cwc .....................................................................(2.19)

Keterangan :

ODcwc = Diameter luar concrete weight coatings, inchi;

ODpipa = Diameter luar pipa, inchi;

tcot = Tebal coating, inchi;


tcwc = Tebal concrete weight coatings, inchi (asumsi).

Setelah diameter concrete weight coatings didapat kemudian dilakukan

perhitungan safety factor gaya apung pipa kembali dengan menambahkan berat

dari concrete weight coatings.

2.9 Pengaruh Gelombang laut Terhadap Pipa

Pada konstruksi pipa lepas pantai gelombang air laut pasti akan

mempengaruhi kondisi pipa. Gelombang laut ini dapat mengakibatkan pergeseran

pipa dari posisi awalnya. Pergeseran ini dipengaruhi oleh dua gaya yaitu gaya

drag dan gaya inersia.

Gaya drag merupakan gaya hambat yang arahnya searah horizontal dari

sumbu pipa. Gaya ini disebabkan karena adanya gesekan arus laut dengan

permukaan dari pipa. Hal ini dapat menyebabkan pergeseral posisi pipa searah

horizontal dari sumbunya. Sedangkan untuk gaya inersia adalah gaya yang

menunjukkan ketahanan alami suatu benda terhadap suatu perubahan yang ada

dalam suatu keadaan bergerak atau diam. Berdasarkan API RP 2A untuk

menghitung besarnya gaya akibat gelombang laut dapat dihiung menggunakan

persamaan morison :1:31)

F=F D + F I , Dimana ................................................................................(2.20)

w
F D =C D AU |U | ..................................................................................(2.21)
2g

w δU
F I =C m V .......................................................................................(2.22)
g δt

Keterangan :
F = Gaya akibat gelombang laut, lb/ft;

FD = Gaya drag, lb/ft;

FI = Gaya inersia, lb/ft;

CD = Koefisien drag;

Cm = Koefisien inersia;

w = Berat jenis air laut, lb/ft3;

U = Kecepatan air laut, ft/s;

A = Panjang diagonal benda, ft;

V = Volume pipa, ft3;

δU
= Percepatan air laut, ft/s2.
δt

2.10 Stress Analysis Menggunakan CAESAR II

CAESAR II adalah software untuk Pipe Stress Analysis yang mampu

mengakomodasi kebutuhan perhitungan analisa stress pada perpipaan.

a. Pendahuluan Software CAEASAR II 2018

Software ini sangat membantu dalam kegiatan engineering,

terutama mechanical design dan piping system. Caesar II dapat membuat model

sistem pemipaan dengan menggunakan “simple beam element” kemudian

menentukan kondisi pembebanan sesuai dengan kondisi yang dikehendaki.

Dengan memberikan/membuat inputan tersebut, Caesar II mampu menghasilkan

hasil analisis berupa stres yang terjadi, beban, dan pergeseran terhadap sistem

yang dianalisis. Salah satu kegiatan di beberapa perusahan migas adalah


melakukan pengkajian dan penerapan di bidang stress analysis pada material

konstruksi perpipaan.

b. Tujuan dan Manfaat Software CAEASAR II 2018

Pipe Stress Analysys merupakan perhitungan stress pada sistem perpipaan

yang terjadi akibat beban statik maupun dinamik pada pipa karena adanya

massa/berat, tekanan dan temperature fluida di dalam pipa. Analisis ini dilakukan

menggunakan software CAEASAR II 2018 dengan tujuan agar sistem yang telah

kita desain tidak mengalami overstress atau mengalami tegangan yang berlebih

baik pada perpipaan itu sendiri maupun perpipaan yang terhubung

dengan Mechanical Equipment (pompa, vessel/tank, compressor dll.) sehingga

sistem perpipaan tersebut dapat beroperasi dengan optimal sesuai dengan yang

diharapkan. Stress analysis mengggunakan software CAEASAR II 2018 pada

sistem perpipaan dilakukan dengan tujuan untuk:

 Untuk menjaga tegangan/stress di dalam pipa dan fitings tetap

dalam range yang diijinkan Code Standard.

 Untuk menghitung design load yang diperlukan untuk menentukan jenis

dan dimensi support dan restraints.

 Untuk menentukan displacement perpindahan pipa dimana hal ini

diperlukan untuk perhitungan pada nozzle-vessel pada mechanical

equipment.

 Untuk mengatasi masalah getaran pada sistem perpipaan.

 Untuk membantu optimasi desain sistem perpipaan.


c. Pemodelan Sistem Perpipaan dengan Software CAEASAR II 2018

Untuk melakukan analisa metode elemen hingga, maka diperlukan

pemodelan sistem perpipaan yang akan dianalisa menggunakan software

CAESAR II 2018, sehingga dapat dilakukan analisa pembebanan pada sistem

perpipaan tersebut.

2.11 Tinjauan Aspek Keekonomian

Tinjauan aspek keekonomian adalah untuk menghilangkan semua projek

yang tidak menguntungkan, karena sebuah projek yang tidak menguntungkan

dapat merusak dan mengganggu projek lainnya yang berpotensi menguntungkan.

Tinjauan ekonomi merupakan evaluasi dari segi ekonomi terhadap rencana

suatu proyek investasi. Keputusan akhir selalu mempertimbangkan aspek

keekonomian, karena suatu investasi bertujuan utama untuk mendapatkan

keuntungan.

Beberapa variable yang dibutuhkan dalam melakukan analisa keekonomian

adalah sebagai berikut :

a. Market analysis;

b. Material supply;

c. Biaya investasi;

d. Biaya produksi dan overhead cost.

Dari keempat variabel diatas tadi kemudia dilakukan analisis ekonomi yang

dilanjutkan dengan metode Nett Present Value (NPV), Internal Rate of Return

(IRR), Pay Out Time (POT), dan Rate of Return (ROR) untuk menentukan suatu

kelayakan proyek apakah menguntungkan atau tidak.


a. Market analysis

Market Analysis dibutuhkan untuk menentukan permintaan atau demand

yang terkait dengan output yang dihasilkan oleh sistem jaringan

transmisi yang akan dibangun. Dalam analysis ini nantinya akan

didapatkan forecasting demand selama masa operasi dari jaringan

transmisi gas berlangsung. Apabila masa operasi jaringan transmisi gas

adalah 20 tahun, maka harus ada forecasting demand dan

perkembangannya selama 20 tahun untuk projek itu. Output dari analisa

ini adalah forecasting demand dan penentuan harga jual produk yang

dihasilkan.

b. Material supply

Material Supply merupakan analisa yang dibutuhkan untuk menentukan

supply pasokan yang akan disalurkan melalui sistem jaringan transmisi.

Hasil dari analisa supply material ini adalah forecasting untuk supply

selama masa operasi sistem jaringan transmisi ini, estimasi harga dari

material, serta ketahanan pasokan dan alternatif-alternatif supply untuk

pemenuhan kebutuhan dari sistem jaringan transmisi.

c. Biaya investasi

Biaya investasi merupakan total dari semua biaya yang dibutuhkan

untuk membuat suatu projek dari awal projek tersebut hingga projek

selesai dikerjakan. Yang termasuk kedalam biaya investasi antara lain

sebagai berikut :

 Biaya asset, termasuk didalamnya investasi tanah, bangunan dan


plant;

 Biaya konstruksi, biaya yang dikeluarkan selama konstruksi sampai

masa garansi projek tersebut selesai dan sudah beroperasi.

d. Biaya produksi dan overhead cost (variable cost)

Merupakan biaya yang dibutuhkan selama proses beroperasinya sistem

jaringan pipa transmisi, biaya produksi ini meliputi biaya material, biaya

sumber daya manusia, biaya maintenance, biaya overhead, dan biaya

lain-lain.

e. Parameter analisa ekonomi

Dibawah ini merupakan beberapa parameter analisa ekonomi yang

digunakan dalam penentuan keberhasilan suatu proyek dilihat dari segi

ekonomi antara lain adalah:

 Rare of return (ROR)

Adalah perbandingan antara keuntungan setelah pemotongan pajak

dengan fixed capital investment (Investasi moda tetap) dalam periode

umur peralatan yang dirancang. Formulasi yang digunakan untuk

menghitung ROR adalah sebagai berikut :6:273)

$
ROR=
Total Profit ( year ) 100 %
.............................(2.23)
total capital investment ( $ )

 Pay out time (POT)

Adalah variabel yang digunakan untuk mengukur kemampuan

kembalinya dana investasi suatu proyek (tahun), untuk industri minyak


dan gas (Petroleum) berada pada kisaran 5 sampai 10 tahun.

Diharapkan harga POT sekecil mungkin, karena makin kecil POT maka

semakin menguntungkan untuk dilaksanakan proyek tersebut.

Formulasi yang dapat digunakan untuk menghitung POT adalah :6:273)

¿ Capital ( $ )
POT =
$ ................................................(2.24)
Total Profit ( )
year

 Break even point (BEP)

Adalah suatu titik yang menunjukan kapasitas atau volume produksi

dan besarnya nilai penerimaan atau modal yang terjadi berada pada

keadaan titik impas. Perhitungan kapasitas produksi dan penerimaan

atau biaya pada keadaan break even dapat dihitung dengan mengetahui

data biaya dan harga jual produk. Untuk menghitung BEP dapat

dihitung dengan formulasi sebagai berikut agar dapat mengetahui profit

yang akan didapat.6:274)

FC
BEP ( produksi )= .......................................................(2.25)
Pr−VC

FC
BEP ( sales )=
VC ...............................................................(2.26)
1−
Sa

Keterangan :

FC = Fixed cost

VC = Variable cost

Pr = Price per unit

Sa = Sales volume
Break even point terjadi apabila nilai profit sama dengan nol, sehingga

total revenue sama dengan total cost;

 Net present value NPV)

Adalah suatu cara untuk mengukur keuntungan proyek dengan

mempertimbangkan interest rate (Bunga bank %/tahun). Atas dasar ini

maka besarnya investasi dan keuntungan per tahun selama umur proyek

yang merupakan cash flow dihitung pada tahun sekarang (present

value) dengan mempertimbangkan interest rate. Keuntungan dapat

dilihat dari harga present value. Semakin tinggi harga NPV, maka

proyek akan lebih menguntungkan dan diharapkan NPV positif ;

 Internal rare of return (IRR)

Internal Rate of Return pengertian dari IRR atau laju pengembalian

adalah besarnya tingkat bunga yang menjadikan biaya pengeluaran dan

penerimaan besarnya sama. Dalam hal ini semua biaya (pengeluaran)

proyek harus ditentukan terlebih dahulu, demikian juga dengan semua

pemasukan yang ada, sehingga diperoleh interest yang menjadikan

selisih antara pengeluaran dan pemasukan sama dengan nol. Dengan

melihat angka dari rate of return dapat disimpulkan apakah proyek

tersebut layak untuk dibiayai dan dijalankan atau tidak. Untuk

perhitungan IRR dilakukan dengan trial and error sehingga diperoleh

harga NPV = Nol. Proyek menguntungkan jika harga IRR lebih besar

dari bunga bank. IRR minimum dinyatakan dalam minimum acceptable

rate of return.
DAFTAR PUSTAKA

1. API Recomemnded Practice 2A-WSD. 2014. Planning, Designin and


Constructing fixed Offshore Platforms-Working Stress Design. American
Petroleum Institute. Washington, DC.
2. ASME B31.1. 2010. Power Piping. B31. The American Society of
Mechanical Engineers. New York.
3. ASME B31.4. Pipeline Transportation System for Liquid and Slurries. B31.
The American Society of Mechanical Engineers. New York.
4. Kannappan, Sam. 1985. Introduction to Pipe Stress Analysis.
5. Nolte B. Claude, 1979, “Optimum Pipe Size Selection”, 1st Edition, Trans
Tech Publications, Clausthal.
6. Petters, Max S. 2003. Plant Design and Economics for Chemical Engineers :
Fifth Edition. McGraw-Hill Higher Education. New York.
7. Sabrina, Amalia. 2019. Perancangan Concrete Weight Coating pada Instalasi
Pipa Bawah Laut. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai