Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH PERBEDAAN STARTER TERHADAP PRODUKSI BIOGAS

DENGAN BAHAN BAKU SAYURAN


1
Hadiansyah Jamaludin, 2Tina Mulya Gantina
Program Studi DIII Teknik Konversi Energi Jurusan Teknik Knversi Energi
Politeknik Negeri Bandung
Jalan Gegerkalong Hilir, Ciwaruga, Parongpong, Kabupaten Bandug Barat, Jawa Barat
Emai: 1hdansyah111@gmail.com, 2tinapolban@yahoo.co.id

ABSTRAK
Biogas merupakan salah satu energi alternatif yang dapat dipilih untuk mengurangi
penggunaan bahan bakar fosil karena kandungan gas CH4 di dalamnya. Bahan baku yang
digunakan dalam memproduksi biogas pada penelitian ini adalah limbah sayuran yang
banyak tersedia di pasar-pasar tradisional, seperti sawi, kembang kol, dan kol. Namun
proses produksi biogas yang menggunakan limbah sayuran memakan waktu yang lama
karena adanya kandungan lignin, oleh karena itu perlu dicari metoda yang dapat
mempercepat proses dekomposisi. Penelitian tugas akhir ini dilakukan untuk mencari
optimalisasi produksi biogas menggunakan pretreatment dengan larutan NaOH 3% serta
kombinasi starter GP-7 dan EM-4. Bio-digester yang digunakan dalam penelitian ini
berkapasitas 18 liter dan dibuat dua buah untuk membandingkan kinerja antara starter GP-
7 dan EM-4 dalam memproduksi biogas. Hasil dari penelitian yang dilakukan selama 28
hari ini menunjukan bahwa hasil produksi biogas dengan menggunakan starter GP-7 lebih
tinggi daripada menggunakan starter EM-4, yaitu dengan laju produksi gas sebesar 243,6
ml/hari, sementara untuk starter EM-4 sebesar 175,5 ml/hari. Namun dari kedua digester
tidak dihasilkan gas metana.

Kata kunci : Biogas, Gas CH4, pretreatment NaOH, EM-4, GP-7, limbah sayuran

1. Pendahuluan anaerob limbah organik, salah satunya


adalah limbah sayuran yang terdapat di
Permasalahan besar yang pasar tradisional.
dihadapi dunia terutama Indonesia saat Untuk mempermudah
ini adalah energi. Beberapa penyebabnya karakterisasi bahan baku, maka akan
adalah terus meningkatnya harga minyak dipilih beberapa jenis limbah sayur saja
mentah dan semakin tinginya subsidi dalam penelitian ini. Beberapa limbah
BBM. Untuk mengatasi permasalahan yang dipilih diantaranya, yaitu limhah
tersebut, perlu adanya upaya kol bulat, kembang kol, serta sawi.
pengembangan energi terbarukan yang Limbah kol yang didapatkan di pasar
mampu menguragi penggunakan minyak merupakan bagian kol hasil penyiangan.
mentah, salah satu alternatif energi Kol juga termasuk sayuran dengan kadar
terbarukan tersebut adalah biogas. air tinggi (>90%) sehingga mudah
Biogas merupakan salah satu mengalami pembusukan/kerusakan.
sumber energi alternatif dan terbarukan Jenis limbah sawi yang banyak di
yang ramah lingkungan dengan pasaran yaitu limbah sawi hijau/caisim
komponen utama berupa gas metana dan sawi putih dengan kadar air yang
(CH4). Biogas memiliki peluang besar cukup tinggi, mencapai lebih dari 95%.
untuk dikembangkan karena dapat Daun kembang kol merupakan bagian
dihasilkan dari proses fermentasi sayuran yang umumnya tidak
dimanfaatkan untuk konsumsi manusia. rantai samping glikosidiknya.
Meski demikian, hasil Analisa Penggunaan basa juga menyebabkan
menunjukkan bahwa tepung daun dekristalisasi parsial selulosa, solvasi
kembang kol mempunyai kadar protein parsial hemiselulosa dan mengakibatkan
yang cukup tinggi, yaitu 25,18 g/ 100g selulosa membesar. Proses ini dilakukan
dan kandungan energi metabolis sebesar dengan cara merendam biomassa dalam
3523 kcal/kg. (Puslitbangnak, 2013) larutan alkali pada suhu dan waktu yang
Pada praktiknya, proses telah ditentukan. Tahap netralisasi perlu
dekomposisi dalam pembuatan biogas dilakukan sebelum masuk tahap
tidak dapat berlangsung dengan alami hidrolisis enzimatik untuk
secara cepat, maka dari itu perlu adanya menghilangkan lignin dan zat inhibitor
metoda yang mampu membuat biogas (misalnya: garam, asam fenolik, dan
dengan cara yang cepat. Terdapat aldehid).
beberapa penelitian hingga saat yang 2.2 Starter Mikroba EM-4 dan GP-7
dilakukan untuk mengoptimasi proses Aktivator pembangkit metana
produksi biogas yaitu penambahan Green Phoskko (GP) adalah konsorium
mikroba starter dan pemberian perlakuan mikroba unggulan bahan organik
awal pada bahan baku. Pada percobaan (limbah kota, pertanian, perternakan, dan
ini akan dilakukan pembuatan biogas lainnya). Bakteri anaerob dalam
dengan membandingkan starter EM-4 aktivator Green Phoskko-7 (GP-7) hidup
(Effective Microorgaism-4) dan GP-7 secara saprofit dan bernafas secara
(Green Phosko-7) dengan pemberian anaerob dimanfaatkan dalam proses
perlaukan awal pada bahan baku limbah pembuatan biogas. Aktivator GP-7
sayuran berupa penghilangan lapisan hanya membutuhkan waktu 5 sampai 20
lignin menggunakan larutan NaOH 3%. hari untuk menghasilkan metan. Green
Phoskko atau bakteri saprofit yang ada
2. Dasar Teori
didalamnya hidup berkembang biak dan
2.1 Perlakukan Awal Kimia Bahan
akan memecah persenyawaan organik
Baku
sehingga menghasilkan gas CH4, H2S, N2
Perlakuan kimia bertujuan untuk
, H2 , dan CO2. (Sari, 2017).
meningkatkan biodegradasi bioselulosa
dengan menghilangkan lignin dan atau
hemiselulosa. Metode ini juga bertujuan
untuk menurunkan tingkat polimerisasi
dan kristalinitas komponen selulosa.
Berbagai jenis perlakuan kimia
diantaranya, yaitu perlakuan asam,
perlakuan basa, perlakuan oksidatif, dan
lain sebagainya.
Perlakuan basa dalam
pengolahan biomassa liguselusosa
umumnya meggunakan basa seperti
natrium, kalium, kalsium, dan amonium Gambar II.1 Starter GP-7
hidroksida. Pemakaiannya dapat EM-4 merupakan suatu cairan
menyebabkan perubahan struktur lignin berwarna kecoklatan dan beraroma
dengan cara mendegradasi ester dan manis asam (segar) yang di dalamnya
berisi campuran beberapa ini kemudian direndam menggunakan
mikroorganisme hidup yang larutan NaOH dengan konstrasi 3%
menguntungkan bagi proses penyerapan sebagai perlakuan awal.
/ persedian unsur hara dalam tanah.
Digester yang telah dibuat
Mikroorganisme yang bersifat baik
sebanyak 2 buah dengan kapasitas 18 L
tersebut terdiri dari bakteri fotosintetik,
akan diisi dengan limbah sayuran yang
bakteri asam laktat, ragi, aktinomydetes,
sudah di pretreatment dengan massa
dan jamur peragian. Adapun EM-4 yang
yang sama banyak yaitu 6,25 Kg untuk
sering digunakan untuk mempercepat
masing-masing digester. Limbah
degradasi merupakan inokulan
sayuran tersebut dicampurkan telebih
mikroorganisme yang terdiri dari 90%
dahulu dengan air dan starter. Untuk
Lactobacillus Sp. Bakteri ini dapat
digester A starter yang digunakan adalah
memproduksi asam laktat sehingga dapat
EM-4 sebanyak 1,3 L dan ditambahkan
mempercepat perombakan bahan
air sebanyak 6,85 L. Kemudian digester
organik seperti lignin / selulosa yang
B menggunakan starter GP-7 sebanyak
membantu bakteri saccharomyces
14,4 gram dan air sebanyak 8,15 L.
cerevisiae menghasilkan gas yang lebih
banyak. (Irawan & Suwanto, 2016). 3.2 Pengambilan Data
Data yang diamati dalam proses
penelitian ini yaitu:
1. Temperatur digester dan
lingkungan.
2. Volume gas yang dihasilkan hingga
penelitian usai.
3. Data karakteristik bahan setelah
proses pretreatment
4. Komposisi gas meliputi gas CH4,
CO2, N2, dan H2.

4. Analisis Data
4.1 Karakteristik Bahan Baku
Gambar II.2 Starter EM-4 Pengujian karakteristik
dilakukan di Laboratorium Buangan
3. Metodologi Penelitian Padat dan B3 ITB. Berikut ini adalah
3.1 Penyiapan Bahan Baku
tabel karakteristik limbah sayuran.
Bahan baku yang digunakan
dalam penelitian tugas akhir ini adalah Tabel IV.1 Karakteristik Campuran
limbah sayuran yang diambil dari Pasar Limbah Sayuran
Gede Bage, Bandung. Limbah sayuran No Parameter Satuan Hasil
yang digunakan terdiri dari sayur kol, Analisa
daun kembang kol, dan sawi putih
dengan perbandingan 1:1:1. 1 Kadar Air %BB 89,35
2 Kadar Abu %BK 12,40
Limbah sayuran yang sudah
3 Kadar %BK 87,60
terkumpul selanjutnya di cacah hingga
Volatil
berukuran ± 1 cm. Hasil cacahan sayur
4 C-Organik %BK 65,59 digester lebih tinggi dari temperatur
5 NTK %BK 3,75 lingkungan. Rentang temperatur kerja
Catatan : %BB = Berat Basah, %BK = dalam digester adalah 25-29, maka
Berat Kering bakteri yang bekerja dalam digester
untuk menghasilkan biogas adalah
(Sumber : Hasil Analisa Lab. Buangan bakteri mesophilic (Fry, 1974).
Padat dan B3 ITB, 2019)
4.3 Pengaruh Perbedaan Penggunaan
Dari tabel diatas dapat dilihat Starter Pada Produksi Biogas
karakteristik dari limbah sayuran yang
akan digunakan sebagai bahan baku
dalam pembuatan biogas. Terlihat bahwa
limbah sayuran memiliki kadar air
sebesar 89,35%, nilai ini cukup baik jika
dibandingkan dengan rekomendari Gambar 4.1 Grafik Perbandingan
optimal dari kadar air pada bahan baku Produksi Biogas
pembuatan biogas yaitu 90% (Fairuz
Dari grafik diatas semakin terlihat
dkk, 2015). Hasilnya besar nilai rasio
jelas bahwa produksi biogas pada
C/N dari limbah sayuran ini adalah 17,5.
digester B yang menggunakan GP-7
Nilai rasio tersebut terlalu rendah, nilai
sebagai starter lebih banyak
rasio C/N yang optimum untuk proses
dibandingkan dengan digester A.
anaerob adalah 20-30 (Fry, 1974). Nilai
Digester B memiliki nilai maksimum
rasio C/N yang rendah akan
sebesar 1550 mL dan minimumnya 820
menyebabkan proses fermentasi berhenti
mL. Sedangkan digester B memiliki nilai
karena unsur karbon habis terlebih
maksimum sebesar 1360 mL dan nilai
dahulu sebelum nitrogen. Kemudian
minimumnya sebesar 865 mL.
kadar volatile menggambarkan seberapa
Kemudian laju produksi biogas digester
besar kandungan bahan organik didalam
B lebih besar dari digester A yaitu
limbah sayuran yang dapat terdegradasi
sebesar 243,6 mL/hari sedangkan
dan menguap menjadi gas.
digester A sebesar 175,5 mL/hari.
4.2 Temperatur Kerja 4.4 Kandungan Gas
Tabel IV.2 Hasil Pengukuran Tabel IV.3 Hasil Pengukuran
Temperatur Digester dan Lingkungan Temperatur Digester dan Lingkungan
Temperatur (⁰C) Kandungan Gas (%)
Hari
No Tanggal Digester Digester Digester A (Starter Digester B (Starter
ke- Lingkungan
A B Hari EM-4) GP-7)
ke-
CH4 CO2 H2 CH4 CO2 H2
1 6 17/10/19 25,5 26,5 25,1

6 0 8,36 44,97 0 9,06 12,80


2 10 21/10/19 25,2 25,3 26

10 0 9,03 1,69 0 13,16 0,52


3 17 28/10/19 28,5 28,7 24

4 24 4/11/19 26,6 26,8 26 17 0 0,29 0 0 13,51 0


5 28 8/11/19 25,9 27,5 24
24 0 10,77 0 0 30,64 0
Dari tabel di atas dapat dilihat
bahwa temperatur di dalam kedua
Dari tabel IV.3 terlihat bahwa 1. Telah dibuat dan dapat dioperasikan
gas gas H2 yang sejak awal ada dua buah digester tipe batch dengan
kemudian hilang pada pengambilan kapasitas 18 liter.
sampel hari ke-17. Berdasarkan teori 2. Produksi biogas dari limbah sayuran
pada proses pembentukan metana gas H2 yang menggunakan starter GP-7
, CO2 dan asam asetat akan digunakan menunjukan produktifitas lebih
oleh bakteri untuk menghasilkan metana besar dibandingkan dengan produksi
(CH4) (Wahyuni, 2011) dari teori biogas menggunakan starter EM-4,
tersebut dapat diketahui bahwa proses dapat dilihat bahwa nilai laju alir
pembentukan biogas yang terjadi produksi digester yang
didalam kedua digester terhambat pada menggunakan starter GP-7 sebesar
proses metanogenesis, sedangkan untuk 243,6 mL/hari, sedangkan digester
proses hidrolisis dan asetogenesis sudah yang menggunakan starter EM-4
mulai berlangsung sejak hari enam yaitu sebesar 175,5 mL/hari.
dengan diproduksinya gas CO2 dan H2. 3. Tidak terdapat kandungan gas CH4
Kemungkinan penyebab tidak berjalan yang dihasilkan oleh kedua digester.
proses metanogenesis adalah bakteri 4. Gas yang dihasilkan pada penelitian
metanogenesis dalam kedua digester ini tidak memiliki nilai potensi
mati sehingga tidak dapat mengubah energi.
hasil dekomposisi pada tahap
asetogenenis menjadi metan, selain itu Daftar Pustaka
pH di dalam digeser tidak terjaga [1] S. A. M. D. Julinda Djafar,
sedangkan bakteri asedogenesis "Identifikasi Timbulan Sampah di
membutuhkan suasana lingkungan asam Pasar Induk Caringin Bandung,"
berada dalam satu wadah dengan bakteri Jurnal Institut Teknologi Nasional,
penghasil metana yang membutuhkan vol. 2, no. Reka Lingkungan, p. 7,
suasana pH netral, hal ini menyebabkan 2014.
terganggunya kedua proses tersebut
sehingga berlangsung secara tidak [2] G. P. dkk, "Optimization of
optimal (Purwinda, dkk, 2017). Concentration and EM4
Augmentation for Improving Bio-
4.5 Potensi Energi Biogas gas Productivity from Jatropha
Potensi energi yang terkandung Curcas Linn Capsule Husk,"
didalam biogas dipengaruhi oleh dua International Journal of
faktor yaitu banyaknya volume gas yang Renewable Energy Development,
dihasilkan dan persentase kandungan vol. 3, no. 1, p. 73, 2014.
metana didalam gas tersebut. Namun
karena gas yang dihasilkan pada [3] A. R. P. I. R. A. N. Fitria
penelitian ini tidak terdapat kandungan Yulisntiani, "Analisis Pengaruh
gas metana, maka biogas ini tidak Pre-treatment Eceng Gendok
memiliki potensi energi. Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Biogas," vol. 1, pp. 35-41, 2017.
5. Kesimpulaan
Dari penelitian tugas akhir yang [4] J. Juangga, "Optimizing Dry
telah dilakukan dapat disimpulkan Anaerobic Digestion of Organic
sebagai berikut: Fraction of Municipal Waste,"
Asian Institute of Technology, [12] d. Suyitno, Teknologi Biogas,
School of Environment, Resource Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010.
and Development, Thailand, 2005.
[13] Y. S. F. Y. Purwinda Iriani,
[5] P. FI, "Kajian Konversi Limbah "Fermentasi Anaerobik Biogas
Padat Jerami Padi Menjadi Dua Tahap Dengan Aklimatisasi
Biogas," Fakultas Teknologi dan Pengkondisian pH
Pertanian. IPB, Bogor, 2011. Fermentasi," Jurnal Teknik Kimia
dan Lingkungan, vol. 1, 2017.
[6] Y. S. dkk, "Enchancement of
Biogas Production From Solid
Substrat Using Different
Techniques," A Riview. J Biore
Technol, pp. 1-10, 2004.

[7] B. M. P, "Microbial Metane


Production," in Theoritical Aspect,
1987, pp. 193-200.

[8] A. Akmalurijal, "Optimasi


Produksi Biogas Eceng Gondok
Mengggunakan Pra-Perlakukan
Hidrolisis Alkali," Politeknik
Negeri Bandung, Bandung, 2012.

[9] E. S. Dwi Irawan, "Pengaruh EM4


(Effective Microorganisme)
Terhadap Produksi Biogas
Menggunakan Bahan Baku
Kotoran Sapi," TURBO, vol. 5,
2016.

[10] A. R. P. I. R. A. N. S. W. FItria
Yulistiani, "Analisis Pengaruh Pre-
treatment Eceng Gondok Sebagai
Bahan Baku Pembuatan Biogas,"
Industrial Research Workshop and
National Seminar , p. 41, 2017.

[11] D. Luthfianto, "Pengaruh Macam


Limbah Organik dan Pengenceran
Terhadap Produksi Bogas Dari
Biomassa Limbah Peternakan
Ayam," Universitas Sebelas Maret,
Surakarta, 2011.

Anda mungkin juga menyukai