Anda di halaman 1dari 56

TESIS

PERBANDINGAN PERHITUNGAN RAB METODE


KONVENSIONAL DENGAN BIM VERSI 3D 4D 5D
(STUDI KASUS PADA PROYEK GEDUNG PENGADILAN
TINGGI YOGYAKARTA)

Oleh:

Muhammad Lutfi Setiabudi


NIM: 20360020

MAGISTER TEKNIK SIPIL – FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS JANABADRA YOGYAKARTA
Januari 2020
PERSETUJUAN TESIS

PERBANDINGAN PERHITUNGAN RAB METODE


KONVENSIONAL DENGAN BIM VERSI 3D 4D 5D
(Studi Kasus Pada Proyek Gedung Pengadilan Tinggi Yogyakarta)

Oleh: Muhammad Lutfi Setiabudi (NIM: 20360020 )

Telah diuji dan disetujui oleh:

Pembimbing I : Nama Dosen 1 (________________________)


Tanggal:

Pembimbing II : Nama Dosen 2 (________________________)


Tanggal:

Penguji : Nama Dosen.3 (________________________)


Tanggal:

i
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS

Tesis S2 yang tidak dipublikasikan terdaftar dan tersedia di Perpustakaan Magister


Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Janabadra Yogyakarta, dan terbuka untuk
umum dengan ketentuan bahwa hak cipta ada pada pengarang dengan mengikuti
aturan HAKI yang berlaku. Referensi kepustakaan diperkenankan dicatat, tetapi
pengutipan atau peringkasan hanya dapat dilakukan seizin pengarang dan harus
disertai dengan kebiasaan ilmiah untuk menyebutkan sumbernya. Memperbanyak
atau menerbitkan sebagian atau seluruh tesis haruslah seizin Program Magister
Teknik Sipil Fakultas Teknik

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Proposal Tesis dengan judul “Hubungan Aliran Dasar
Dengan Cekungan Air Tanah Pada Sebuah Daerah Aliran Sungai (Studi Kasus
Pada DAS Ciliwung Hulu)” dapat diselesaikan dengan baik.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada yang terhormat :


1. Dr. Nindyo Cahyo Kresnanto.,S.T., M.T. sebagai Ketua Program Magister
Teknik Sipil dan Reja Putra Jaya, ST, M.Eng sebagai Sekertaris Program
Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknit Universitas Janabadra Yogyakarta.
2. Nama Dosen 1, sebagai Dosen Pembimbing I dan Nama Dosen 2, sebagai Dosen
Pembimbing II yang telah banyak membantu, meluangkan banyak waktu dan
perhatiannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan selama proses
penyusunan proposal tesis ini.
3. Nama Dosen 3, sebagai Dosen Penguji yang telah meluangkan waktu untuk
menguji tesis ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Program Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Universitas Janabadra yang telah memberikan bekal ilmu dan pembimbingannya
selama kuliah.
5. Seluruh rekan-rekan seangkatan Magister Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Janabadra Yogyakarta atas bantuan dan kebersamaannya selama
kuliah.
6. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah dengan tulus
iklas memberikan doa dan dukungan sehingga dapat terselesaikannya proposal
tesis ini.
Akhir kata, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu
pengelolaan suber daya air dan dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, Januari 2020

(Muhammad Lutfi Setiabudi)


NIM: 20360020
Persembahan
Kepada kedua orang tuaku Bapak …….., Ibu …….,
Istriku ……….., dan anak-anakku …………..

iv
Perbandingan Perhitungan Rab Metode Konvensional Dengan Bim
Versi 3D 4D 5D

(Studi Kasus Pada Proyek Gedung Pengadilan Tinggi Yogyakarta)


ABSTRAK

Muhammad Lutfi Setiabudi (NIM: 20360020)

Alinea/paragraf pertama berisi tentang: Latar belakang penelitian, lokasi penelitian,


dan tujuan penelitian secara singkat, contoh:
Aliran dasar (base flow) adalah aliran sungai yang merupakan representasi dari keberadaan
air tanah di bumi. Aliran sungai pada sebuah Daerah Aliran Sungai (DAS) terdiri dari
limpasan air permukaan (runoff), aliran antara (interflow) dan aliran dasar. Cekungan
Ait Tanah (CAT) menjelaskan keberadaan air tanah di bumi. Namun antara keduanya belum
diketahui hubungannya. Dalam penelitian ini mencoba untuk mencari hubungan keduanya.

Alinea/paragraf kedua berisi tentang: Data, tata cara atau metode yang dilakukan
dalam penelitian, contoh:
Penelitian ini menggunakan data berupa data debit tahun harian 2011-2015 pada
suatu DAS Ciliwung Hulu (Katulampa) di analisis perangkat lunak (software)
Groundwater Toolbox dari United State Geological Survey (USGS), peta DAS
Ciliwung Hulu (Katulampa) menggunakan peta Wilayah Sungai (WS) dari Peraturan
Menteri PUPR No.04 Tahun 2015, peta CAT Bogor menggunakan peta CAT dari
Peraturan Menteri ESDM No.02 Tahun 2017. Kedua peta ditumpang susun
menggunakan metode Sistem Informasi Geografis (SIG).

Alinea/paragraf ketiga berisi tentang perkiraan/prediksi hasil penelitian.


Hasil penelitian menyimpulkan bahwa aliran dasar pada DAS Katulampa sangat
dipengarui kondisi CAT Bogor

Kata kunci : tediri dari 3-4 suku kata-kata penting/kunci dari penelitian
Kata kunci: Aliran dasar (Base flow), Daerah Aliran Sungai (DAS), Cekungan Air
Tanah (CAT).

v
DAFTAR ISI

PERSETUJUAN TESIS.....................................................................................................i
PEDOMAN PENGGUNAAN TESIS...............................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................................iii
PERSEMBAHAN …. …………………………………………………………………. iv
ABSTRAK .....................................................................................................................v
DAFTAR ISI....................................................................................................................vi
DAFTAR GAMBAR.....................................................................................................viii
DAFTAR TABEL............................................................................................................ix
DAFTAR SINGKATAN...................................................................................................x

BAB I. PENDAHULUAN..............................................................................................1
I.1 Latar Belakang..........................................................................................1
I.2 Perumusan Masalah..................................................................................4
I.3 Tujuan Penelitian......................................................................................5
I.4 Manfaat Penelitian....................................................................................5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................7


II.1 Aliran Dasar .............................................................................................7
II.2 Sungai ....................................................................................................27
II.3 Daerah Aliran Sungai (DAS) .................................................................27
II.4 Cekungan Air Tanah (CAT) ...................................................................28
II.5 Hubungan Aliran Dasar Terhadap Aliran Sungai.............................32
II.6 Hubungan Aliran Dasar Terhadap Cekungan Air Tanah.................32
II.7 Kebaruan/Novelty/Orisinilitas............................................................32

BAB III. METODE PENELITIAN..................................................................................37


III.1 Gambaran Umum Tentang Penelitian ....................................................37
III.5 Tahapan Penelitian..................................................................................41
III.5.1 Cara/Teknik Pengumpulan Data..............................................43
III.5.2 Data Penelitian.........................................................................43

vi
III.5.2 Cara/Teknik Pengolahan Data/Analisis Data...........................43
III.5.3 Metode Analisis ......................................................................44
III.6 Bagan Alir Penelitian..............................................................................45

BAB IV.HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................47


IV.1 Aliran Dasar dan Aliran Sungai..............................................................47
IV.2 Cekungan Air Tanah Bogor Pada Daerah Pengaliran Katulampa air......47
IV.3 Aliran Dasar Dengan Cekungan Air Tanah Bogor .................................48

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................72


V.1 Kesimpulan.............................................................................................72
V.2 Saran.......................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................74

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar IV. 1 Judul Gambar ..............................................................................................52

viii
DAFTAR TABEL

Tabel II.1. Judul Tabel .....................................................................................................7

ix
DAFTAR SINGKATAN

SINGKATAN Nama Pemakaian


pertama kali
pada halaman
DAS Daerh Aliran Sungai 16

x
BAB I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Industri Konstruksi merupakan salah satu sektor ekonomi penting di Indonesia yang
berkembang cukup pesat. Semakin berkembangnya industri konstruksi,
menyebabkan meningkatnya daya saing untuk memenuhi permintaan pelanggan.
Dalam hal ini, organisasi MEA secara agresif merangkul teknologi baru agar tetap
dapat bersaing di pasar saat ini (Alshawi et al., 2010). Building Information
Modeling (BIM) adalah salah satu teknologi baru yang muncul untuk digunakan
dalam desain, konstruksi, dan manajemen fasilitas di mana representasi digital dari
proses pembangunan sedang dibuat untuk memfasilitasi pertukaran dan
interoperabilitas informasi dalam format digital. Terlepas dari keuntungan yang
didapat dari paradigma ini, industri konstruksi lokal enggan menerapkan teknologi
dalam penyampaian layanannya (Shuratman, 2012).

BIM telah ada selama lebih dari 20 tahun; Hanya dalam beberapa tahun terakhir ini
industri konstruksi menyadari bahwa BIM mampu untuk membuat industri ini jauh
lebih ramping dan efisien (Arayici et al., 2012). Aplikasi BIM telah berkembang
pesat, dari alat hingga desain dalam tiga dimensi dan penggunaan komponen,
hingga alat yang digunakan untuk analisis model, deteksi benturan, pemilihan
produk, dan konseptualisasi keseluruhan proyek (Weygant, 2011). BIM kini semakin
banyak digunakan sebagai teknologi baru untuk membantu dalam memahami,
merancang, membangun, dan mengoperasikan bangunan di banyak negara (Wong
et al., 2009).
Mengingat evolusi BIM, Jerman, Finlandia dan Amerika Serikat (AS) dianggap
sebagai negara perintis untuk teknologi ini (Howell dan Batcheler, 2005; Wong
et.al., 2011 dan Khosrowshahi dan Arayici, 2012). Rekor sebelumnya menunjukkan
bahwa, perkembangan BIM yang paling awal tercatat pada tahun 1982 oleh Gabor
Bojar melalui Graphisoft di Hongaria (Graphisoft, 2013). Sedangkan AS merupakan
produsen dan konsumen terbesar produk BIM dan arus penyebaran pengetahuan

11
BIM umumnya dari AS ke negara berkembang lainnya (Wong et Al., 2011). Menurut
Khosrowshahi dan Arayici (2012), Finlandia adalah pemimpin dunia dalam
implementasi BIM di mana perangkat lunak BIM (Tekla dan Vicosoft) lahir. Namun
demikian, selain Inggris (Inggris) dan Hong Kong (HK), Singapura.
Gedung Pengadilan tinggi Yogyakarta yang sudah terbangun memiliki biaya
konstruksi sebesar Rp 5.437.670.000 dihitung dan didesain menggunakan cara atau
teknik konvensional. Maksud dan tujuan dari penelitian ini menganalisis nilai
efisiensi dari permbangunan Gedung Pengadilan Tinggi Yogyakarta apabila
digunakan metode BIM Versi 3D 4D 5D, data yang digunakan RAB Gedung
Pengadilan Tinggi Yogyakarta dan gambar pelaksanaan/as Built Drawing, metode
yang digunakan adalah BIM Versi 3D 4D 5D serta hasil penelitian yang diharapkan
adalah membuka wawasan para pelaku konstruksi yakni owner, konsultan perencana,
pengawas, pelaksana dan juga kontraktor untuk mengikut sertakan BIM dalam segela
proses konstruksi baik dari proses perencanaan hingga pelaksanaan.

Penelitian-penelitian terdahulu terkait dengan BIM dilakukan oleh Latiffi et al.,


(2013), yang membahas tentang Building Information Modeling (BIM) Application
in Malaysian Construction Industry. Xinan Jiang (2011), melakukan penelitian
tentang Developments in cost estimating and scheduling in BIM technology. Patil et
all., (2017), melakukan penelitian tentang Application of BIM for Scheduling and
Costing of Construction Project. Hergunsel (2011), yang membahas tentang
Benefits of Building Information Modeling for Construction Managers and BIM
Based Scheduling.

Penelitian yang membahas tentang manfaat dan cara menjalankan BIM telah banyak
dilakukan di amerika serikat, cina dan finlandia. Namun Penelitian yang
membandingkan antara RAB metode konvensional dan RAB Metode BIM versi 3D
4D 5D masih sangat jarang dilakukan.

Berdasarkan pertimbangan latar belakang tersebut maka sangat penting untuk


dilakukan penelitian yang membandingkan antara RAB metode konvensional dan
RAB Metode BIM versi 3D 4D 5D.

12
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka perlu dirumuskan permasalahan yang
akan diteliti sebagai berikut :
1) Bagaimana Proses perhitungan RAB Metode BIM versi 3D 4D 5D?
2) Berapa selisih nilai RAB antara perhitungan metode konvensional dan
metode BIM versi 3D 4D 5D?
3) Seberapa besar pengaruh metode BIM versi 3D 4D 5D untuk atasi In-Efisiensi
biaya konstruksi , Proyek Gedung Pengadilan tinggi Yogyakarta?

I.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini dapat diuraikan
sebagai berikut :
1) Dapat diketahui Proses perhitungan RAB Metode BIM versi 3D 4D 5D
2) Dapat diketahui selisih nilai RAB antara perhitungan metode konvensional dan
metode BIM versi 3D 4D 5D.
3) Dapat diketahui pengaruh BIM untuk atasi In-Efisiensi biaya konstruksi ,
Proyek Gedung Pengadilan tinggi Yogyakarta.

I.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang dihasilkan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Dengan diketahui selesih nilai RAB antara perhitungan metode konvensional
dan metode BIM versi 3D 4D 5D. maka dapat diketahui tingkat efisiensi dari
metode BIM versi 3D 4D 5D.
2) Hasil Perhitungan nilai RAB Metode BIM versi 3D 4D 5D dapat dijadikan
Referensi bagi konsultan perencana maupun kontraktor dalam membuat
rincian anggaran biaya (RAB)..
.

13
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Proyek


Proyek adalah gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia, material,
peralatan, dan modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara
untuk mencapai sasaran dan tujuan (Husen , 2010). Menurut (Husen, 2010)
timbulnya suatu proyek, dalam kurun waktu yang dibatasi, biasanya disertai dengan
kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya mendesak karena tuntutan pengembangan dan
tingkat pertumbuhan sosial dan ekonomi dari suatu lokasi atau daerah tertentu.

II.2 Siklus Proyek Konstruksi


Siklus proyek konstruksi diuraikan sebagai berikut (Husen, 2010):
1. Tahap Konseptual Gagasan
Tahapan ini terdiri dari atas kegiatan , perumusan gagasan, kerangka acuan,
studi kelayakan awal, indikasi awal dimensi, biaya dan jadwal proyek.
2. Tahap Studi Kelayakan
Studi kelayakan dengan tujuan mendapatkan keputusan tentang kelanjutan
investasi pada proyek yang akan dilakukan. Informasi dan data dalam
implementasi perencanaan proyek lebih lengkap dari Langkah diatas,
sehingga penentuan dimensi dan biaya proyek lebih akurat lagi dengan
tinjauan terhadap aspek sosial, budaya, ekonomi, finansial, legal, teknis dan
administratif yang komperhensif.
3. Tahap Detail Desain
Tahapan ini terdiri atas kegiatan, pendalaman berbagai aspek persoalan,
design engineering dan pengembangan permbuatan jadwal induk dan
anggaran serta menentukan perencanaan sumber daya, pembelian dini,
penyiapan perangkat dan penentuan peserta proyek dengan program lelang.
Tujuan tahap ini adalah menetapkam dokumen perencanaan lengkap dan
terperinci, secara teknis dan administratif, untuk memudahkan pencapaian
sasaran dan tujuan proyek.

14
4. Tahap Pengadaan
Tahapan ini adalah memilih kontraktor pelaksana dengan menyertakan
dokumen perencanaan, aturan teknis dan administrasi lengkap, produk
tahapan detail desain. Dari proses ini diperoleh penawaran yang kompetitif
dari kontraktor dengan tingkat akuntabilitas dan transparansi yang baik.
5. Tahap Implementasi
Tahap ini terdiri atas kegiatan, design engineering yang rinci, pembuatan
spesifikasi dan kriteria, pembelian peralatan dan material, fabrikasi dan
konstruksi, inspeksi mutu, uji coba, start up, demobilisasi dan laporan
penutup proyek. Tujuan akhir proyek adalah mendapatkan kinerja biaya,
mutu, waktu dan keselamatan kerja paling maksimal, dengan nelakukan
proses perencanaan, penjadwalan, pelaksanaan dan pengendalian yang
lebih cermat serta terperinci dari proses sebelumnya. Pada tahap ini
kontraktor memiliki peran dominan dengan tujuan akhir sasaran proyek
tercapai dan mendapatkan keuntungan maksimal. Peran pemilik proyek
pada tahapan ini dilakukan oleh agen pemilik sebagai konsultan pengawas
pelaksanaan, dengan tujuan mereduksi segala macam penyimpangan serta
melakukan Tindakan koreksi yang diperlukan.
6. Tahap Operasi dan Pemeliharaan
Tahap ini terdiri atas kegiatan operasi rutin dan pengamatan prestasi akhir
proyek serta pemeliharaan fasilitas bangunan yang dapat digunakan untuk
kepentingan sosial dan ekonomi masyarakat. Biaya yang dikeluarkan pada
tahap ini adanya pemasukan dana dari operasional proyek.

Sumber Gambar: Husen, 2010.

15
Gambar 2.1 Siklus Proyek Kosntruksi
Dari siklus proyek konstruksi pada gambar 2.1 terlihat bahwa sejak awal proyek,
yaitu tahapan detail desain, biaya yang dikeluarkan terus meningkat hingga ke proses
implementasi dengan periode waktu realatif singkat dan saling berkaitan. Pada akhir
siklus biaya operasi dan pengeluarannya lebih kecil dari biaya sebelumnya, namun
periode waktunya Panjang sampai dengan sisa umur proyek keseluruhan.

Biaya paling besar yang harus dikeluarkan oleh pemilik proyek dari siklus diatas
adalah pada tahap implementasi. Kegiatan fisik pada tahap ini cukup banyak dan
memakan banyak pengeluaran. Biaya yang kecil terjadi pada akhir proyek , tetapi
adanya pemasukan dana pada kegiatan operasional dan pemeliharaan dalam rentang
waktu yang Panjang, karena pada masa ini adalah masa pemanfaatan fungsi proyek
sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek sekaligus masa pemeliharaan sampai
dengan akhir umur proyek. Kendala proyek konstruksi yang sering menjadi
permasalahan adalah pada masa desain dan pelaksanaan yang terkait juga dengan
pengendalian. Bila fase ini tidak terencana dengan baik, maka kemungkinan umur
penggunaan fasilitas proyek yang dibangun tidak sesuai dengan harapan.

II.3 Stakeholder Proyek


Menurut (Husen, 2010) Agar keinginan dan kebutuhan masing-masing pihak dalam
suatu proyek dapat direalisasikan dalam suatu usaha Bersama untuk pencapaian
sasaran dan tujuan, Perlu dilakukan identifikasi terhadap organisasi atau individual
(stakeholder), baik dari internal maupun eksternal, yang akan berperan
mempengaruhi proyek dan harus diantisipasi selama proyek berlangsung
Stakeholder proyek secara umum diuraikan dibawah ini.
 Manajer proyek: Seorang yang bertanggung jawab mengelola proyek.
 Pelanggan (customer): seseorang/organisasi yang menggunakan produk
proyek.
 Orgasnisasi proyek: hierarki susunan tugas dan wewenang individual.
 Sponsor: penyedia sumber dana proyek.

16
 Masyarakat: sebagai konsumen.

Stakeholder untuk proyek konstruksi dapat diuraikan sebagai berikut (Husen,


2010) :
1) Pemilik proyek : seseorang atau perusahaan yang mempunyai dana,
memberikan tugas kepada seseorang atau perusahaan yang memiliki
keahlian dan pengalaman dalam pelaksanaan pekerjaan agar hasil proyek
sesuai sasaran dan tujuan yang ditetapkan.
2) Konsultan : seseorang atau perusahaan yang ditunjuk oleh pemilik yang
memiliki keahlian dan pengalaman merancang dan mengawasi proyek
konstruksi, terdiri atas:
3) Kontraktor : perusahaan yang dipilih dan disetujui untuk melaksanakan
pekerjaan konstruksi yang direncanakan sesuai dengan keinginan pemilik
proyek dan bertanggung jawab penuh terhadap permbangunan fisik proyek.
Biasanya penentuan kontraktor dilakukan melalui lelang/tender atau dapat
juga melalui penunjukan langsung dengan negosiasi penawaran harga.
4) Sub-Kontraktor : pihak yang ditunjuk oleh kontraktor dan disetujui oleh
pemilik untuk mengerjakan Sebagian pekerjaan kontraktor pada bagian fisik
proyek yang memiliki keahlian khusus spesialis.
5) Pemasok (supplier) : pihak yang ditunjuk oleh kontraktor untuk memasok
material yang memiliki kualifikasi yang diinginkan oleh pemilik.

Owner /
Pemilik

Konsultan perencana Konsultan pengawas

17
Subkontraktor Kontaktor utama Pemasok
Sumber Gambar : Husen, 2010.
Gambar 2.2 Stakeholder Proyek Konstruksi.
II.4 Perbedaan RAB dan RAP.
Menurut (Fitriyana et al., 2010) Rencana anggaran pelaksanaan ialah biaya sebuah
pembangunan proyek yang dibuat oleh kontraktor untuk memperkirakan berapa
sebenarnya biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek konstruksi.

Sumber Gambar: Fitriyana et al., 2010


Gambar 2.3 Bagan perhitungan Biaya Kasar
sedangkan rencana anggaran biaya (RAB) yaitu rencana anggaran dirancang oleh
konsultan perencana sebagai acuan untuk melaksanakan kontrak kerja konstruksi.
Perbedaan anggaran antara RAP dan RAB merupakan gambaran awal untu
memperkirakan keuntungan dan kerugian perusahaan kontraktor
(ilmusipil.com,2013). Pengumpulan analisis penerbitan dan penarikan kembali
informasi harga dan biaya merupakan hal yang sangat penting bagi sector dalam
industri kontruksi. Sehingga ada harga penerbitan yang sering di gunakan sebagai
acuan dalam penyusunan rencana anggaran biaya di tiap daerah. Dalam
penyusunan atau pembuatan RAP, data yang diperlukan adalah:
1) Desain rencana pekerjaan (gambar bestek)
2) Daftar harga bangunan yang digunakan di daerah tersebut
3) Daftar upah pekerja pada daerah tersebut

18
4) Daftar upah pekerja harian
5) Lama tiap pekerjaan dan daftar kuantitas pekerjaan
Rencana anggaran biaya pelaksanaan proyek harus dibuat sebaik mungkin dengan
cara transparan agar dapat menghasilkan alokasi kebutuhan sumber daya
keuangan, kebutuhan peralatan yang digunakan untuk melaksanakan proyek,
bangunan serta upah setiap tenaga kerja yang diperlukan untuk setiap item
pekerjaan.
II.5 Building Information Modeling (BIM)
BAB III. Pengertian BIM
Bim merupakan metode untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan sesuai
struktur, hingga menginput graphical data dan non-graphical data menjadi
informasi terpadu (Irsan, 2020). Menginput “ value “ kedalam model 3D,
sehinnga kita bisa melihat property lengkap masing-masing komponen model
3D baik secara individual maupun berkelompok, mem-visualisasikannya,
melakukan simulasi dan Analisa dalam bentuk virtual sebelum dibangun
(Irsan, 2020). Mengekstraksi Kembali informasi tersebut ke berbagai format
antar data (Interoperability) sehingga kita bisa melakukan menajemen waktu,
biaya, dll. Dalam kerangka dan metode CDE (common environment data) yang
tepat (Irsan, 2020).

Sumber Gambar: Irsan, 2020


Gambar 2.4 Konsep BIM

19
Sumber Gambar: Irsan, 2020
Gambar 2.5 BIM Roadmap Indonesia

II.5.2 Manfaat BIM


Menurut Irsan (2020) ada 7 manfaat BIM antara lain sebagai berikut:
1) Menigkatkan kecepatan dalam proses desain.
2) Kecepatan dalam evaluasi desain seperti uji tumbukan (Clash detection)
dana manajemen resiko.
3) Memberikan kemudahan dalam proses koordinasi dan kolaborasi.
4) Memiliki kemampuan tinggi untuk beradaptasi terhadap perubahan di
berbagai fase.
5) Memberikan kemudahan untuk mengemas penjadwalan (scheduling)
dan baiaya (costing) dalam satu paket sehingga memudahkan dalama
proses pengambilan keputusan.
6) Mampu memaksimalkan industry manufacture – lean construction
value.
7) Bisa expand utnuk keperluan facility management and asset
managemet.

20
II.5.3 Metode Pelaksanaan Proyek & BIM untuk Manajer Konstruksi
Metode desain, penawaran dan membangun suatu proyek dengan cara
tradisional merupakan system manajemen konstruksi yang memiliki resiko.
Integrated Project Delivery (IPD) adalah pendekatan penyampaian proyek
yang paling umum yang saat ini dipraktikkan oleh industry. Tidak peduli
pendekatan penyampaian mana yang dipilih, kontraktor umum atau manajer
konstruksi dapat menggunakan BIM. Manajer konstruksi atau kontraktor
umum dapat menggunakan BIM untuk mengekstraksi jumlah pekerjaan untuk
menyiapkan perkiraan biaya. Selain itu, mereka dapat memberikan rendering
3D yang kuat. Selain itu, BIM terintegrasi jadwal yang dikenal sebagai 4D
BIM dapat digunakan untuk animasi, analisis keselamatan, dan untuk
menyiapkan rencana logistic lokasi. Manajer konstruksi dapat menggunakan
BIM untuk mengkoordinasikan pekerjaan dengan subkontraktor. Mereka juga
dapat memperbarui jadwal dan biaya dengan BIM. Terakhir, mereka dapat
menyerahkan model informasi gedung as-built ke tim pemeliharaan pemilik
(Eastman, 2008)

Pekerjaan manajer konstruksi secara resmi dimulai dalam sebuah proyek


segera setelah diberikan. Garis waktu pemberian proyek kepada manajer
konstruksi dan struktur organisasi proyek bergantung pada pendekatan
pengiriman konstruksi. Kedua faktor ini mempengaruhi keterlibatan manajer
konstruksi dalam proses Pemodelan Informasi Bangunan (Eastman, 2008).
Dalam pendekatan cara tradisional, fase desain, penawaran, dan pembuatan
mengikuti satu sama lain. Arsitek, biasanya perancang utama dalam proyek
bangunan dan manajer konstruksi bekerja langsung untuk pemiliknya.
Konsultan teknik adalah bagian dari tim desainer. Insinyur dan arsitek pertama
merancang bangunan itu. Setelah menyelesaikan tahap desain, manajer
konstruksi juga dikenal sebagai kontraktor umum dalam tawaran pendekatan
tradisional untuk pekerjaan itu. Setelah tawaran diberikan, maka konstruksi
dimulai. Ini bukan metode pengiriman proyek jalur cepat. Dengan kata lain,
pendekatan tersebut tidak melibatkan partisipasi awal tim konstruksi selama
desain. Jika perancang membuat model parametrik 3D untuk proyek tersebut,

21
BIM akan kekurangan pengetahuan kontraktor selama fase desain (Eastman,
2008).

Sumber Gambar : Eastman, 2008


Gambar 2.6 Project Life Cycle - ability to influence cost
Dalam Manajemen Konstruksi dengan metode penyampaian Risiko, baik
perancang dan manajer konstruksi bekerja langsung untuk pemiliknya. Mereka
dapat berkolaborasi dan melengkapi pekerjaan satu sama lain dan melaporkan
kepada pemiliknya (Eastman, 2008).

Pendekatan penyampaian Desain / Bangun membutuhkan satu entitas untuk


mengambil alih tanggung jawab perancang dan pembangun untuk pemilik.
Pemilihan profesional Desain / Bangun biasanya didasarkan pada kombinasi
biaya dan kualifikasi profesional. Karena perancang dan kontraktor umum
bekerja sama, jaminan kendali mutu menjadi terbatas. Dengan kata lain, biaya
dapat menjadi prioritas di atas kualitas. Di samping itu, BIM dapat digunakan
secara bebas sejak awal proyek. Itu kolaborasi yang erat antara perancang dan
pembangun dapat menghasilkan penggunaan BIM sebagai proses yang kuat
dan efektif (Eastman, 2008).

Akhirnya, metode baru yang dikenal sebagai Integrated Project Delivery (IPD)
secara kontrak membutuhkan desainer, manajer konstruksi, subkontraktor, dan
pemilik untuk berbagi risiko proyek. Jika proyek tetap sesuai anggaran, maka
semua peserta proyek menerima bagian keuntungan mereka. Jika tidak, mereka
semua akan kehilangan bayarannya. Insentif ini mendorong semua peserta

22
untuk bekerja sama menuju tujuan bersama. Mereka berbagi semua BIM,
berbagi pengambilan keputusan, dan berbagi tanggung jawab. Pendekatan
manajemen proyek bersama ini menghasilkan kolaborasi murni dan tidak ada
litigasi. Secara keseluruhan, Building Information Modeling membuat IPD
dapat dicapai (Handler, 2010).

Pemodelan Informasi Bangunan adalah proses desain virtual dan konstruksi


proyek. Pendekatan tradisional tidak akan menjadi pendekatan terbaik untuk
mempromosikan manfaat BIM karena manajer konstruksi atau kontraktor
umum tidak akan dilibatkan dalam proses sampai tahap desain proyek selesai.
Oleh karena itu, Manajemen Konstruksi pada Risiko, Desain / Bangun, dan
Integrated Project Delivery (IPD) adalah pengiriman proyek yang lebih baik
untuk berkolaborasi dan memaksimalkan penggunaan BIM. Ini akan
memungkinkan manajer konstruksi untuk memberikan masukan dengan
berkolaborasi melalui BIM selama fase desain ketika kemampuan untuk
mempengaruhi biaya dan jadwal dimaksimalkan (Handler, 2010).

Terlepas dari metode penyampaian, Adendum BIM yang dibuat berdasarkan


Konsensus dapat diintegrasikan sebagai tambahan untuk kontrak masing-
masing peserta proyek. Adendum BIM tidak memengaruhi hubungan
kontraktual para peserta proyek. Namun, hal ini mengharuskan peserta untuk
berkomunikasi, berkolaborasi, dan bertukar informasi melalui alat BIM.
Tanggung jawab teknologi informasi diberikan kepada Manajer Informasi yang
tugasnya terdiri dari pemeliharaan akun, pencadangan, dan keamanan
(Handler, 2010).

BIM memerlukan implementasi Rencana Eksekusi BIM yang mengidentifikasi


kebutuhan BIM proyek. Ini terdiri dari daftar periksa masalah termasuk tetapi
tidak terbatas pada: jenis Model yang akan dibuat, tingkat detail yang
diperlukan, tujuan setiap model, pihak yang bertanggung jawab untuk
pembuatan setiap model, jadwal pengiriman Model, pemformatan file,
penamaan file, penamaan objek, interoperabilitas alat BIM, koordinasi dan
deteksi bentrokan, dan pemanfaatan situs web BIM, dll (Lowe et all., 2009).

23
Dalam addendum BIM, Model Desain dan Model Konstruksi diidentifikasi.
Model Desain yang dikembangkan oleh para insinyur dan arsitek diharapkan
dapat diselesaikan pada tingkat detail dokumen konstruksi dua dimensi. Model
konstruksi yang dikembangkan oleh kontraktor dan subkontraktor setara
dengan pemodelan gambar dan informasi terkait. Pengembang dari setiap
model yang berbeda dapat bekerja dan memperbarui filenya sendiri dan
bertanggung jawab atas keakuratan dimensi model. Model yang berbeda dapat
dihubungkan satu sama lain untuk membentuk model federasi. Model federasi
dapat digunakan untuk banyak tujuan termasuk deteksi bentrokan, pemasaran,
dan tujuan pemeliharaan fasilitas (Lowe et all., 2009).

Sebagai bagian dari Adendum BIM, para pihak melepaskan tuntutan terhadap
satu sama lain. Adendum BIM menangani risiko potensi klaim pelanggaran
kekayaan intelektual. Masing-masing pihak mengizinkan penggunaan model
mereka untuk kepentingan proyek. Jika kerusakan perangkat lunak ditemukan
berdampak pada proyek, pemilik terutama mengambil risiko dan perpanjangan
jadwal untuk proyek diperbolehkan (Lowe et all., 2009).

24
II.5.4 Penggunaan BIM dalam Manajemen Konstruksi
Menurut (Messner, 2009) Ada banyak kegunaan Building Information
Modeling untuk setiap partisipan proyek. Gambar 2.7 menggambarkan
penggunaan berikut untuk tahap perencanaan, desain (prakonstruksi),
konstruksi dan operasi (pasca konstruksi):

Sumber Gambar : Messner, 2009


Gambar 2.7 BIM Uses throughout a Building Lifecycle
Selama tahap desain, penggunaan BIM dapat memaksimalkan dampaknya
pada proyek karena kemampuan untuk mempengaruhi biaya adalah yang
tertinggi. Tim dapat secara kreatif mengemukakan ide dan memberikan solusi
untuk masalah sebelum masalah menjadi dampak biaya tinggi pada proyek. Ini
dapat diwujudkan melalui kerja sama dan koordinasi seluruh staf proyek. Oleh
karena itu, kolaborasi yang baik sangatlah penting. Penggunaan BIM terutama
meningkatkan upaya kolaboratif tim. Arsitek dan insinyur dapat menguji ide
desain mereka termasuk analisis energi. Manajer konstruksi dapat memberikan
laporan konstruksi, pengurutan, nilai dan teknik. Mereka juga dapat memulai
koordinasi 3D antara subkontraktor dan vendor selama tahap awal desain.
Pemilik dapat secara visual melihat apakah desain yang dia cari. Secara
keseluruhan, BIM mempromosikan kolaborasi semua peserta proyeksi
(Messner, 2009).

25
Ada manfaat penggunaan BIM selama fase konstruksi. Namun, kemampuan
untuk mempengaruhi biaya dalam suatu proyek berkurang seperti yang
digambarkan dalam gambar 3 seiring dengan berjalannya konstruksi. Beberapa
kegunaan termasuk pengurutan, estimasi biaya, fabrikasi dan BIM di tempat.
Selama fase pasca konstruksi, penjadwalan pemeliharaan, analisis sistem
bangunan, manajemen aset, dan manajemen ruang dan pelacakan, perencanaan
bencana, dan pemodelan catatan dapat membantu model rekaman untuk
memelihara bangunan sepanjang siklus hidupnya. Idealnya, building
automation systems (BAS) yang mengontrol dan memantau penggunaan
peralatan mekanis dan listrik dapat dihubungkan ke model rekaman untuk
menyediakan program pemeliharaan berbasis lokasi yang berhasil. Selain itu,
analisis sistem bangunan termasuk energi, pencahayaan, dan mekanik dapat
digunakan untuk mengukur kinerja bangunan. Selain itu, peningkatan dapat
dilakukan pada berbagai peralatan dan komponen bangunan (Messner, 2009).

Huruf di bawah menyesuaikan Times New Roman


1) Visualization
Building Information Modeling (BIM) adalah alat visualisasi yang hebat.
Ini memberikan representasi virtual tiga dimensi dari bangunan. Selama
fase penawaran proyek, manajer konstruksi dapat memberikan
rendering, penelusuran, dan urutan model untuk mengkomunikasikan
konsep BIM dalam 3D dengan lebih baik (Khemlani, 2011). Visualisasi
memberikan pemahaman yang lebih baik tentang seperti apa produk
akhir itu. Ini menghilangkan proses pemikiran untuk menyatukan
tampilan 2D tradisional yang berbeda untuk menghasilkan tampilan 3D
yang detail. Selanjutnya, mock-up virtual seperti laboratorium atau
gedung dapat diberikan kepada perancang dan pemilik. Ini akan
membantu untuk memvisualisasikan, lebih memahami, dan membuat
keputusan tentang estetika dan fungsionalitas ruang. Seperti yang
digambarkan pada gambar 2.8 dan disajikan dalam BIM Forum
Conference di San Diego, virtual mock up dapat digunakan untuk
meninjau gambar 3D dari sampul gedung (Khemlani, 2011).

26
Sumber Gambar : Khemlani, 2011
Gambar 2.8 Exterior Envelope Virtual Mock up for 3D Shop Drawing
Review
2) 3D Coordination
Kolaborasi tim konstruksi dengan arsitek, insinyur, dan pemilik lebih
diutamakan untuk dimulai pada tahap awal tahap desain. Pada saat itu,
Pemodelan Informasi Gedung harus segera dilaksanakan. Jika arsitek
hanya menyediakan gambar 2D, maka manajer konstruksi harus
mengubah gambar 2D menjadi model cerdas 3D. Ketika kontraktor
khusus, terutama kontraktor MEP dan pabrikan baja terlibat, mereka
perlu mengoordinasikan pekerjaan mereka secara spasial. Koordinasi 3D
dapat dimulai segera setelah model dibuat untuk memastikan bahwa
konflik interferensi ruang yang sama (benturan keras) atau benturan
jarak bebas (benturan ringan) diselesaikan. Secara keseluruhan, Upaya
koordinasi manajer konstruksi dan kontraktor khusus sebelum
konstruksi sangat membantu mengurangi kesalahan desain dan untuk
lebih memahami sebelumnya pekerjaan yang akan dilakukan. Misalnya,
Proyek Menara Research 2 untuk Colorado Denver Health Science
Center membedakan dirinya dengan penerapan BIM dibandingkan
dengan proyek Menara Research 1 yang memiliki masalah sistem.
Penggunaan BIM untuk Research Tower 2 termasuk koordinasi 3D MEP
seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.9, perencanaan kerja untuk
penempatan beton, dan model instruksi perakitan. Manfaat untuk
proyek Penelitian 2 termasuk 37% pengurangan RFI koordinasi, dan

27
pengurangan 32% dalam perintah perubahan koordinasi (Young et all.,
2009).

Sumber Gambar : Young et all., 2009


Gambar 2.9 Layers of Complex Systems at Research 2 Tower Vivarium

3) Prefabrication
Pracetak mengurangi biaya dan waktu tenaga kerja lapangan serta
meningkatkan akurasi dalam konstruksi berkualitas baik. Ada lebih
banyak alat dan opsi yang tersedia di lingkungan lokasi kerja yang
terkontrol untuk melakukan pekerjaan dengan lebih tepat, dan lebih
murah dalam periode waktu yang lebih singkat. Pracetak membutuhkan
desain dan akurasi lapangan. BIM dapat memberikan tingkat akurasi ini
dengan menyertakan spesifikasi, urutan, penyelesaian, dan visual 3D
untuk setiap komponen. Namun, tim konstruksi harus memastikan
bahwa BIM dapat dioperasikan dengan perangkat lunak yang digunakan
oleh perakit. Dengan cara ini kontraktor dapat menggunakan BIM dan
membuat detail produk di perangkat lunak fabrikasi mereka. Setelah
detailnya disetujui, produk dapat dibuat menggunakan mesin Computer
Numerical Control (CNC). Selanjutnya, manajer konstruksi harus
mengatur jadwal pengadaan produk. Secara keseluruhan, produk
prefabrikasi harus dikirim ke lokasi kerja tepat waktu (LeBlanc, 2010).

Sambungan baja yang sulit dihasilkan dalam BIM dapat dilas di luar
lokasi. Pengelasan elemen kompleks kecil ini sebelum pemasangan baja
dapat menghemat waktu dan uang. Selain itu, BIM membantu

28
memodifikasi desain tepat waktu untuk dihilangkan atau kurangi
penggunaan penetrasi sinar yang mungkin disebabkan oleh konflik MEP.
Penetrasi sinar yang sedikit mungkin menjadi tak terelakkan untuk
proyek yang kompleks. Koordinasi yang baik dari penetrasi ini dengan
pendukung teknologi BIM yang menentukan lokasi penetrasi sinar dan
prefabrikasi di luar lokasi. Penetrasi sinar pracetak akan menghemat
banyak waktu, uang dan tenaga dibandingkan dengan penembusan
balok di tempat. Selain itu, penetrasi atap untuk atap beton harus
dilakukan selongsong sebelum beton dituangkan ke permukaan atap.
Baja tambahan untuk setiap penetrasi mungkin diperlukan. Penetrasi ini
dapat dikoordinasikan dengan BIM ketika ada kontraktor khusus
(LeBlanc, 2010).

Curtain wall systems baik yang berpanel maupun sistem tongkat, dapat
digunakan dengan BIM untuk membuat suku cadang dan komponen.
Curtain wall systems berpanel dapat dipertimbangkan untuk tujuan
jadwal. Sistem stick memerlukan penggunaan perakitan masing-masing
komponen di tempat, sedangkan sistem panel sudah dibuat sebelumnya
dengan semua komponen yang meliputi, insulasi, kaca, batu,
pembingkaian, dll. Dinding, ruangan, dan rumah dapat dirancang dan
dibangun secara virtual dengan Model Informasi Bangunan. Dinding,
ruangan, dan rumah ini dapat dibuat sebelumnya dengan komponen
(MEP) yang kasar. Koneksi MEP akhir dapat dibuat setelah komponen
prefabrikasi dipasang di lokasi (LeBlanc, 2010).

Produsen pipa dapat menggunakan BIM untuk mengumpulkan lokasi,


panjang dan ukuran perpipaan yang terkoordinasi untuk perangkat
lunak fabrikasi selama interoperabilitas memungkinkan. Hal ini
memungkinkan tetesan di dinding termasuk panas, dingin, tiriskan /
ventilasi, vakum, dll. Untuk dibuat sebelumnya. Tetesan air biasanya

29
menjulur 1 ft dari dinding untuk menghubungkan cabang horizontal di
atas langit-langit. Selain itu, jika pipa perlu dilas, pipa harus berada di
bagian yang bisa diatur. Pipa biasanya datang ke lokasi kerja bagian 5
hingga 10 ft. Pengelasan bagian-bagian kecil dari pipa besi hitam dengan
diameter empat inci atau lebih besar akan layak untuk dilas di luar lokasi
sedangkan dua bagian sepanjang 10 ft yang dilas di luar lokasi tidak akan
dapat dilakukan. Selain itu, offset dan sambungan lebih suka dibuat
prafabrik. Secara keseluruhan, BIM dapat digunakan untuk
meningkatkan pertukaran informasi produk antar partisipasi. Selain itu,
ini digunakan untuk mengoordinasikan lokasi dan rute produk secara
virtual. Berdasarkan informasi ini, produk dapat dirinci menggunakan
perangkat lunak fabrikasi. Setelah bahan selesai dibuat dan tiba di
lokasi, mandor berkoordinasi dengan pengawas umum untuk
memastikan bahwa dia membuat desain dan konstruksi virtual menjadi
kenyataan (LeBlanc, 2010).

4) Construction Planning and Monitoring


Perencanaan konstruksi melibatkan penjadwalan dan pengurutan model
untuk mengoordinasikan konstruksi virtual dalam ruang dan waktu.
Jadwal kemajuan konstruksi yang diantisipasi dapat diintegrasikan ke
dalam konstruksi virtual. Penggunaan penjadwalan memperkenalkan
waktu sebagai BIM (4D) (Collins 2011). Ada dua metode penjadwalan
umum yang dapat digunakan untuk membuat Model Informasi Gedung
4D. Ini adalah critical path method (CPM) and line of balance. setiap
aktivitas dicantumkan, ditautkan ke aktivitas lain, dan durasi yang
ditetapkan. Saling ketergantungan aktivitas ditambahkan sebagai
pendahulu atau penerus aktivitas lain. Apalagi durasi kegiatan yang
dimasukkan. Berdasarkan ketergantungan dan durasi aktivitas, jalur
terpanjang didefinisikan sebagai jalur paling kritis. Aktivitas yang
didefinisikan di jalur terpanjang didefinisikan sebagai aktivitas kritis.

30
Kegiatan ini tidak ada pelampung. Dengan kata lain, jika aktivitas ini
tidak diselesaikan dalam durasi yang diantisipasi, total durasi proyek
akan didorong lebih jauh (Collins 2011).

Teknik Line of Balance menggunakan lokasi sebagai dasar penjadwalan.


Metode ini merupakan alternatif dari CPM. Ini menguntungkan untuk
tugas yang berulang untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja.
Dalam metode ini,durasi aktivitas didasarkan pada ukuran kru yang
tersedia dan urutan lokasi. Produktivitas angkatan kerja dapat diubah
sesuai kebutuhan untuk menggambarkan jadwal konstruksi secara
akurat. Pendekatan ini berfokus pada lokasi yang diselesaikan oleh
perdagangan sebelum perdagangan lainnya masuk. Hal ini mengurangi
jumlah mobilisasi dan sumber daya. Secara keseluruhan, garis
keseimbangan adalah metode penjadwalan yang baik untuk
merencanakan dan memantau tugas yang berulang selama kemajuan
konstruksi. (Kenley et all., 2010).

Perencanaan melalui penggunaan BIM meningkatkan pemanfaatan


situs, koordinasi ruang, dan informasi produk. Model 4D dapat
mencakup rencana logistik situs atau alat seperti SMARTBOARD di atas
konstruksi virtual dapat digunakan untuk menggambarkan pemanfaatan
ruang dari lokasi kerja secara visual. Model harus mencakup komponen
sementara seperti derek, truk, pagar dll. Rute akses lalu lintas untuk
truk, derek, lift, excavator, dll. Perlu dimasukkan ke dalam BIM sebagai
bagian dari rencana logistik. Misalnya, perencanaan logistik lokasi untuk
pemasangan baja Hennessy Center digambarkan pada gambar 2.10
(Collins 2011).

31
Sumber Gambar : Collins, 2011
Gambar 2.10 Perencanaan Keselamatan dan Logistik Lokasi Hennesy
Center
4D BIM dapat digunakan sebagai alat visualisasi untuk mengidentifikasi
fitur keselamatan yang akan dibutuhkan pada waktu yang berbeda.
Berdasarkan pengamatan ini, struktur terkait keselamatan sementara
seperti rel dan pagar dapat dimodelkan dalam BIM dan kegiatan terkait
keselamatan dapat diintegrasikan ke dalam jadwal. Setelah model
digunakan sebagai alat perencanaan demi keselamatan, model 4D dapat
digunakan untuk memantau tindakan pencegahan keselamatan yang
dilakukan di lokasi kerja. Secara keseluruhan, 4D BIM dapat digunakan
sebagai pendekatan proaktif untuk meningkatkan perencanaan dan
pemantauan keselamatan di lokasi kerja (Meadati et all., 2010).

Manajer konstruksi harus merencanakan waktu koordinasi, persetujuan


gambar toko, fabrikasi, transportasi, dan pemasangan. Mereka perlu
memastikan waktu tunggu material diperhitungkan sehingga bisa
memiliki cukup waktu untuk dipasang atau dirakit. Mereka dapat
memperbarui informasi ini pada model 4D mereka (Meadati et all.,
2010). Ada beberapa sistem akuisisi data lapangan yang dapat
digunakan dengan 4D BIM untuk melacak kemajuan konstruksi. Radio

32
Frequency Identification dan pemindaian laser 3D Radio Frequency
Identification (RFID) dapat digunakan untuk melacak status pengiriman
material. Penggunaan RFID sangat ideal untuk komponen prefabrikasi
dari suatu proyek seperti panel beton pracetak. RFID dapat dihubungkan
ke BIM untuk menunjukkan bahwa elemen berada di lokasi yang benar.
Misalnya, proyektor yang diberi tag dapat ditautkan ke properti tipe
elemen di BIM. Integrasi BIM dan RFID membantu melacak lokasi
proyektor dan menunjukkan bahwa material berada di lokasi yang
dirancang setelah dipasang (Meadati et all., 2010).

RFID sebagai alternatif dapat digunakan untuk merencanakan dan


memantau tenaga kerja. Mereka dapat diberi tag pada topi keras
perdagangan untuk mengidentifikasi tenaga kerja dan lokasi pekerja
untuk hari itu (Yazici, 2010). Kegiatan sehari-hari pekerja dapat dipantau
secara ketat untuk memastikan bahwa tenaga kerja memadai dan
aktivitas tenaga kerja sesuai dengan jadwal 4D yang
direncanakan.Pemindaian Laser 3D dapat digunakan untuk memantau
kemajuan Model Informasi Bangunan yang dirancang. Laser scan 3D dan
register point cloud informasi geospasial yang kemudian dapat diolah
menjadi Model Informasi Bangunan yang dirancang. Pada tahap itu,
data yang dipindai as-built dapat diperiksa secara manual terhadap
model asli yang dirancang mendeteksi penyimpangan. Namun, tidak ada
algoritme saat ini untuk menjadikannya sebagai proses otomatis (Hajian
et all., 2009). Secara keseluruhan, teknologi pemindaian laser 3D dapat
menjadi alat control kualitas yang baik untuk proyek baru. Untuk proyek
renovasi tanpa model 3D, pemindaian laser dapat menjadi proses yang
baik untuk mengidentifikasi lokasi dan status komponen bangunan saat
ini. Visualisasi dapat membantu koordinasi ruang dalam proyek
renovasi.

33
Manajer konstruksi dapat menggunakan BIM dan teknologi stasiun total
robotika untuk praktik bangunan yang akurat. Titik survei lokasi yang
dihasilkan dalam Model Informasi Gedung dapat diunggah ke stasiun
total robotik. Berdasarkan poin yang dihasilkan dari model, staf
lapangan kemudian dapat menyusun semua poin. Misalnya, posisi
gantungan yang akurat akan memudahkan koordinasi kontraktor MEP
("Menggunakan BIM dan IPD untuk Merancang & Membangun Rumah
Sakit Masa Depan." 2010). Selain itu, staf lapangan dapat mensurvei
komponen bangunan dengan total station robot untuk memastikan
bahwa mereka dibangun sesuai model yang dirancang dalam rentang
toleransi yang dapat diterima. Pendekatan kendali mutu proaktif ini
akan mencegah konflik berikutnya. Secara keseluruhan, Perencanaan
dan pemantauan merupakan bagian yang sangat penting dari
konstruksi. Manajer konstruksi dapat menggunakan berbagai alat
berkemampuan 4D BIM untuk meningkatkan proses kendali mutu.
Secara keseluruhan, perencanaan dan pemantauan konstruksi dengan
4D BIM adalah proses yang hebat untuk membangun fasilitas sesuai
model yang dirancang (Meadati et all., 2010).

5) Cost Estimation
Dua elemen utama dari perkiraan biaya adalah kuantitas take-off dan
harga. Kuantitas dari Model Informasi Bangunan dapat diekstraksi ke
database biaya atau file excel. Namun, harga tidak dapat diperoleh dari
model tersebut. Pengestimasian biaya membutuhkan keahlian penaksir
biaya untuk menganalisis komponen-komponen suatu bahan dan
bagaimana mereka terinstal. Jika harga untuk aktivitas tertentu tidak
tersedia dalam database, penaksir biaya mungkin memerlukan perincian
lebih lanjut dari elemen tersebut untuk mendapatkan harga yang lebih
akurat. Misalnya, jika aktivitas pengecoran beton sedang berlangsung,
model dapat menjelaskan tingkat detail untuk tulangan, jaring kawat,

34
penghenti tuang, bekisting, beton, dll., Tetapi tidak memasukkannya
sebagai bagian dari ekstraksi lepas landas kuantitas. . Penaksir biaya
mungkin memerlukan tingkat detail dari model untuk mengetahui harga
satuan yang terdiri dari biaya bahan satuan, biaya tenaga kerja satuan,
biaya overhead dan laba. Biaya tenaga kerja satuan didorong oleh
mobilisasi dan durasi pemasangan, dan upah tenaga kerja sedangkan
biaya bahan satuan adalah jumlah biaya bahan yang digunakan untuk
kegiatan per unit. Setelah harga satuan tercapai (Meadati et all., 2010).

Dalam Building Information Model, keluaran data sama baiknya dengan


masukan data. Sangatlah penting untuk meminta konstruktor dan
desainer untuk menyetujui definisi komponen. Misalnya, jika seorang
arsitek menggunakan pelat beton untuk menunjukkan atap untuk tujuan
pemodelan, informasi jumlah atap tidak akan dihitung secara akurat
untuk keperluan ekstraksi kuantitas dalam model. Secara keseluruhan,
teknologi BIM adalah alat yang hebat untuk mengoptimalkan
produktivitas penduga melalui ekstraksi kuantitas dari model, terutama
jika tim konstruksi dan desain bekerja sama (Meadati et all., 2010).

6) Record Model
Manajer Konstruksi dapat memberikan catatan Model Informasi
Bangunan kepada pemilik di akhir proyek. Model tersebut mencakup
integrasi as-builts dari subkontraktor. Selain itu, setiap properti objek
dalam model juga dapat menyertakan tautan ke pengiriman,
pengoperasian dan pemeliharaan, serta informasi garansi. Database
terpusat dapat membantu departemen fasilitas untuk menemukan
informasi dengan lebih mudah. Model rekaman dapat digunakan untuk
mengelola informasi keamanan dan keselamatan seperti penerangan
darurat, daya darurat, jalan keluar, alat pemadam kebakaran, alarm
kebakaran, detektor asap dan sistem sprinkler (Liu, 2010).

35
Selain itu, tim fasilitas dapat menganalisis efisiensi energi dari model
yang dibangun secara virtual. Selain itu, tim fasilitas dapat
merencanakan dengan model rekam untuk memelihara dan merenovasi
bangunan dengan menelusuri informasi spasial seperti furnitur,
peralatan, dan sambungan MEP (mekanikal, elektrikal, dan perpipaan).
Akhirnya, departemen fasilitas dapat menggunakan model tersebut
untuk menghasilkan dampak biaya dan jadwal untuk proyek
pemeliharaan dan renovasi. Secara keseluruhan, model catatan dapat
digunakan untuk mengoptimalkan manajemen dan pemeliharaan
fasilitas (Liu, 2010). Pembangkitan Model Informasi Gedung sebagai
model rekam merupakan suatu area dalam proses pembangunan.
Interoperabilitas model rekaman dengan berbagai aplikasi berpotensi
menjadi tantangan. Selanjutnya, pemilik perlu rela mengalokasikan dana
untuk melatih karyawan, memperbarui dan memelihara catatan Model
Informasi Bangunan (Keegan, 2010).

Ketika manfaat dari model pencatatan terwujud, pemilik akan lebih


menuntut pencatatan Model Informasi Bangunan. Model pencatatan
yang akurat yang memuat ruang lingkup proyek dan kebutuhan
departemen fasilitas dapat sangat membantu pemilik dalam mengelola
dan memelihara gedung. Hal ini dapat meninggalkan kesan positif yang
bertahan lama dari manajer konstruksi kepada pemilik proyek (Keegan,
2010).

II.5.5 BIM Tools


Ada banyak alat Pemodelan Informasi Bangunan. Subbagian ini akan
mengidentifikasi produk ini. Tabel berikut, Tabel 2.1, menggambarkan alat
bantu pembuatan BIM dan fungsi utamanya. Daftar tersebut mencakup
perangkat lunak pemodelan 3D MEP, struktural, arsitektur, dan pekerjaan

36
lokasi. Beberapa dari software ini juga mampu menjadwalkan dan
memperkirakan biaya (Reinhardt, 2009).

37
Tabel 2.1 BIM Authoring Tools (Reinhardt, 2009)
Nama Produk Perusahaan Fungsi Utama
Cadpipe HVAC AEC Design Group 3D HVAC Modeling
Revit Architecture Autodesk 3D Architectural Modeling and
parametic design
Autocad Architecture Autodesk 3D Architectural Modeling and
parametic design
Revit MEP Autodesk 3D Detailed MEP Modeling
AutoCAD MEP Autodesk 3D MEP Modeling
AutoCAD Civil 3D Autodesk Site Development
Cadpipe Commercial Pipe AEC Group design 3D Pipe Modeling
DProfiler Beck Technology 3D 3D conceptual modeling with realtime
cost estimating.
Bentley BIM Suite (MicroStation, Bentley Systems 3D Architectural, Structural,
Bentley Architecture, Structural, Mechanical, Electrical, and Generative
Mechanical, Electrical, Components Modeling
Generative Design)
Fastrak CSC (UK) 3D Structural Modeling
SDS/2 Design Data 3D Detailed Structural Modeling
Fabrication for AutoCAD MEP East Coast CAD/CAM 3D Detailed MEP Modeling
Digital Project Gehry Technologies CATIA based BIM System for
Architectural, Design, Engineering, and
Construction Modeling
Digital Project MEP Systems Gehry Technologies MEP Design
Routing
ArchiCAD Graphisoft 3D Architectural Modeling
MEP Modeler Graphisof 3D MEP Modeling
HydraCAD Hydratec 3D Fire Sprinkler Design and Modeling
AutoSPRINK VR M.E.P. CAD 3D Fire Sprinkler Design and Modeling
FireCad Mc4 Software Fire Piping Network Design and
Modeling
CAD-Duct Micro Application 3D Detailed MEP Modeling
Vectorworks Designer Nemetschek 3D Architectural Modeling
Duct Designer 3D, Pipe QuickPen International 3D Detailed MEP Modeling
Designer 3D
RISA RISA Technologies Full suite of 2D and 3D Structural
Design Applications
Tekla Structures Tekla 3D Detailed Structural Modeling
Affinity Trelligence 3D Model Application for early concept
design
Vico Ofice Vico Software 5D Modeling which can be used to
generate cost and schedule data
PowerCivil Bentley Systems Site Development
Site Design, Site Planning Eagle Point Site Development

Berbagai alat BIM toko untuk menggambar dan fabrikasi tersedia atau
structural dan kontraktor MEP seperti yang digambarkan dalam table 2.2:

Tabel 2.2 BIM Tools for Shop drawing and Fabrication (Reinhardt,
2009)
Nama Produk Perusahaan Fungsi Utama
Cadpipe Commercial Pipe AEC Design Group 3D Pipe Modeling
Revit MEP Autodesk 3D Detailed MEP Modeling

38
Fabrication for AutoCAD East Coast 3D Detailed MEP Modeling
MEP CAD/CAM

SDS/2 Design Data 3D Detailed Structural


Modeling
CAD-Duct Micro Application 3D Detailed MEP Modeling
Packages
Duct Designer 3D, Pipe QuickPen 3D Detailed MEP Modeling
Designer 3D International
Tekla Structures Tekla 3D Detailed Structural
Modeling

Arsitektur Revit yang disediakan oleh Autodesk Inc. memiliki opsi pengurutan
bawaan. Setiap objek dapat diberi fase. Revit kemudian menggunakan snapshot
model untuk setiap fase yang membuat urutan sederhana untuk pengguna. Saat
ini sudah banyak sekali arsitek yang menggunakan Revit
Architecture( Reinhardt, 2009) Berbagai alat bantu manajemen dan
penjadwalan konstruksi BIM tersedia seperti yang digambarkan pada Tabel
2.3. Alat manajemen konstruksi BIM yang mendukung koordinasi adalah
Navisworks Manage, ProjectWise, Digital Project Designer, dan Vico. Lebih
lanjut, Vico, Navisworks Timeliner, Innovaya dan Synchro mendukung BIM
dan integrasi jadwal. Perangkat lunak Navisworks, Synchro dan Vico Ofice
akan dibahas lebih detail (Reinhardt, 2009)

Tabel 2.3 BIM Construction Management and Scheduling Tools


(Reinhardt, 2009)
Nama Produk Perusahaan Fungsi Utama
Navisworks manage Autodesk Clash detection
Navisworks Scheduling Scheduling
Projectwise Bentley Clash detection
Scheduling
Digital Project Designer Gehry Model Coordination
Technologies
Visual Simulation Innovaya Scheduling
Solibri Model Checker Solibri Spatial Coordination
Synchro Synchro Ltd. Planning & Scheduling
Tekla Structures Tekla Structure-centric Model

39
Schedule driven link
Vico Office Vico Software Coordinate
Scheduling
Estimating

Autodesk Navisworks Manage terkenal dengan fitur pendeteksi benturannya.


Namun, ia hadir dengan fitur yang disebut Timeliner untuk mensimulasikan
jadwal konstruksi. Timeliner dapat menghubungkan Microsoft Project, dan
perencana proyek Primavera dengan berbagai format BIM (mis. Revit), CAD
dan Laser Scan. Sayangnya, Timeliner hanyalah platform pertukaran informasi
sepihak (Reinhardt, 2009). Mirip dengan Autodesk Navisworks Manage,
Tekla BIMsight menjalankan deteksi bentrokan. Pengguna dapat
menggabungkan model dan menambahkan komentar. Produk baru yang
dikembangkan oleh Tekla ini kemungkinan besar akan segera diadopsi di
seluruh dunia karena merupakan produk gratis untuk digunakan dan dibagikan
(Reinhardt, 2009).

Ada beberapa software middleware yang sangat kuat. Dua yang paling umum
adalah Innovaya dan Synchro. Keduanya mampu menyediakan layanan
integrasi antara perangkat lunak penjadwalan umum (Primavera atau Ms
Project) dengan berbagai jenis perangkat lunak BIM (Reinhardt, 2009). Vico
Software Inc. menyediakan paket perangkat lunak BIM yang lebih diarahkan
pada industry manajemen konstruksi. Termasuk paket perangkat lunak
konstruksinya Pembuat, Estimator, Kontrol, dan presenter 5D. Building
Information Model dikembangkan di Constructor. Kuantitas dan biaya
diperkirakan di Estimator. Data diimpor dari model 3D Pembuat ke Estimator.
Fitur perangkat lunak Estimator Vico mencakup pemrosesan kuantitas,
pelacakan revisi model, penambahan margin, dan pembuatan paket penawaran.
Penjadwalan berbasis lokasi digunakan melalui perangkat lunak Kontrol Vico.
Ini adalah pendekatan yang mengoptimalkan produktivitas pekerjaan dengan
menggunakan metode garis keseimbangan. Simulasi tersedia melalui Presenter.
Perangkat lunak Kontrol Vico juga dapat berintegrasi dengan perangkat lunak
penjadwalan lainnya. Kontrol memiliki tautan dua arah ke Primavera atau

40
Microsoft Project. Jadwal proyek di Controller dapat diekspor ke Primavera
atau Microsoft Project dan sebaliknya (Reinhardt, 2009).

II.5.6 Biaya yang diperlukan untuk mengakses BIM


Biaya dan penghematan model informasi bangunan bergantung pada banyak
faktor. Biaya didasarkan pada tingkat detail model, kompleksitas proyek, dan
keahlian tim pemodelan dalam teknologi. Level of detail (LOD) dapat
dikategorikan melalui sistem yang diterbitkan oleh AIA. LOD 100 adalah
tahap konseptual. LOD 200 adalah perkiraan tahap geometri. LOD 300 adalah
tahap geometri yang tepat. LOD 400 merupakan tahap fabrikasi. LOD 500
adalah panggung as-built. (Bedrick 2008). Kegunaan utama BIM untuk
manajer konstruksi meliputi visualisasi, koordinasi 3D, prefabrikasi,
perencanaan dan pemantauan konstruksi, pelepasan kuantitas, dan model

41
rekaman. Penghematan proyek sangat tinggi jika Pemodelan Informasi
Bangunan digunakan selama fase desain awal. Hal ini terutama karena upaya
koordinasi yang menghasilkan minimalisasi konflik perdagangan di lapangan.
Pemilik, arsitek, dan insinyur dapat menghilangkan beberapa masalah
koordinasi di LOD3 melalui BIM. Nantinya, subkontraktor dapat memberikan
gambar bengkel dan fabrikasi yang lebih detail seperti LOD 4. Pada tahap ini,
manajer konstruksi dapat mengoordinasikan proses persetujuan gambar
bengkel. Selain itu, manajer konstruksi dapat memberikan jadwal dan
perkiraan biaya yang lebih rinci dan akurat seiring dengan peningkatan LOD
dari 100 menjadi 400. Terakhir, rekam Gedung Model Informasi dapat dicapai
di L500. Secara keseluruhan, perbedaan penggunaan BIM untuk manajer
konstruksi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2.4 dapat direalisasikan pada
berbagai tahap LOD yang akan menghasilkan penghematan biaya (Bedrick
2008).

42
Tabel 2.4 Tingkat Definisi Detail (Bedrick 2008)
LOD -> 100 200 300 400 500
Model Content
Design & Non-geometric Generic elements Specific Shop Drawing `As-built
coordination data or line work, shown in three elements fabrication
(function/form/b areas, volume dimensions confirmed 3D - purchase - Actual
ehaviour) zones, etc. -Maximum size object geometry - manufacture
-purpose - dimensions - install
- capacities - specified
- connections

Autorized uses
4D scheduling Total project Time-scalled, Time-scalled, Fabrication and
construction Ordered Ordered assembly detail
duration Appearance Appearance of inoluding
Phasing of major of major activities detailed construction means
element assemblies and methouds
(cranes, manlifts,
shoring,etc)
Cost estimating Conceptual cost Estimated cost Estimated cost Committed Record
allowance example based on based on purchase price of costs
$/sf of floor area, measurement of measurement of specific assembly at
$/hospital bed, generic element specific buyput.
$/parking stall, etc. E.g., generic assembly. E.g.,
Assumptions on interior wall. specific wall
future content type.
Program Gross Specific room FF&E,
compliance departmental requirements casework, utility
areass conections
Sustainable LEED strategies Approximate Precise Specific Purchase
compliance quantities of quantities of manufacturer documenta
materials by materials with selections tion
LEED categories percentages of
recycied/locally
purchased
materials
Enviromental: Strategy and Conceptual Approximate Precise simulation Commissio
lighting, energy performance design based on simulation based on specific ning and
use, air criteria based on geometry and based on manufacturer and recording
movement volumes and areas assumed system specific detailed system of
analysis types building components measured
simulation assemblies and performan
engineered ce
systems
Other uses may be identified and developed
Existing and circulation
Code compliance
Etc.

43
Huruf di bawah menyesuaikan Times New RomanKompleksitas proyek terkait
dengan jenis konstruksi seperti perumahan, kelembagaan, perawatan
kesehatan dan penelitian, komersial, pemerintahan. Model informasi
bangunan untuk konstruksi rumah tinggal dapat berupa model yang lebih
sederhana. Untuk perawatan kesehatan, proyek farmasi, penelitian dan
bioteknologi, BIM akan membutuhkan koordinasi yang lebih baik untuk ruang
karena peningkatan MEP dan peralatan yang diperlukan untuk pekerjaan
tersebut. Untuk pembinaan kelembagaan, perguruan tinggi seperti WPI
menggalakkan BIM. Untuk proyek pemerintah, GSA dan korps tentara
membutuhkan BIM untuk digunakan. Secara keseluruhan, jenis konstruksi
dapat menjadi faktor penentu seberapa besar BIM akan digunakan (Becerik-
Gerber, 2010)

Becerik-Gerber dan Rice (2010) melakukan survei tentang penggunaan BIM


untuk industri konstruksi. Dari 424 tanggapan, 9,4% pengelola konstruksi,
9,9% kontraktor, dan 2,4% subkontraktor dari 424 responden ikut serta.
Rincian partisipasi lainnya disajikan dalam gambar 12. Meskipun studi ini tidak
secara khusus berfokus pada manajer konstruksi yang berisiko, studi ini
memberikan pemahaman yang baik tentang penggunaan, biaya, dan
penghematan BIM.

Sumber Gambar : Becerik-Gerber, 2010

44
Gambar 2.11 Respondent Occupations

Penggunaan teratas BIM untuk kontraktor adalah deteksi bentrokan,


visualisasi, dan pembuatan model as-built. Berdasarkan hasil survei,
penggunaan model informasi Bangunan di seluruh industri tercantum dalam
gambar 2.12:

Sumber Gambar : Becerik-Gerber, 2010


Gambar 2.12 BIM uses for the survey participants

Tren umum dalam industri konstruksi adalah menangani proses BIM secara
internal. Namun, manajer konstruksi dan kontraktor lebih cenderung
melakukan outsourcing daripada desainer. Perusahaan desain dan konstruksi
sering kali membayar biaya perangkat lunak, peningkatan, perangkat keras,
pemeliharaan perangkat keras, dan pelatihan. Dengan kata lain, perusahaan
tidak dapat membebankan biaya untuk melakukan layanan BIM melalui biaya.
Mereka akan menutupi biaya ini dalam hal biaya overhead mereka. Mereka

45
juga mengurangi jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk menggambar
produksi. Survei yang digambarkan dalam gambar 2.13 di bawah ini
menunjukkan bahwa biaya keseluruhan yang terkait untuk teknologi BIM
biasanya kurang dari 2% dari pendapatan bersih keseluruhan (Becerik-Gerber,
2010) :

Sumber Gambar : Becerik-Gerber, 2010


Gambar 2.13 Ratio of software, software upgrades, hardware, hardware
maintenance, and training costs to overall net revenue

Karena penggunaan BIM memiliki biayanya sendiri, BIM disertai dengan


imbalan. Digambarkan pada gambar 15, 41% responden menyatakan bahwa
penggunaan BIM meningkatkan profitabilitas proyek. Pengguna BIM lainnya
mungkin tidak merasakan perubahan dalam profitabilitas proyek dan berpikir
bahwa keunggulan BIM tidak melampaui upaya penandaan, desain, dan
visualisasi. Pertama kali pengguna BIM mungkin merasakan dampak negatif
pada profitabilitas mereka karena investasi baru dalam teknologi dan kurva
pembelajaran yang menyertainya. Peserta Building Information Modeling
yang konsisten cenderung menuai manfaat dari BIM dan melihat peningkatan
laba mereka. Terakhir, mayoritas peserta juga menyatakan bahwa
penggunaan BIM mengurangi biaya dan jadwal proyek. Secara keseluruhan,

46
biaya BIM dan teknologi pendukungnya bisa mahal untuk memulai (Becerik-
Gerber, 2010).

Sumber Gambar : Becerik-Gerber, 2010


Gambar 2.14 Effect of BIM use on project profitability

47
III.1 Kebaruan/Novelty/Noveltis/Orisinilitas
Kebaruan/novelty/novelties/orisinilitas disusun dalam sebuah matrik, sebagai
berikut:
Pembahasan Peneliti
Xinan Jiang, Patil et all., (2017) Hergunsel Penelitian ini
Dalam Penelitian
(2011) (2011)
atau Tahapan
Penelitian
1. Lokasi Amerika Serikat India Amerika Serikat Indonesia
Penelitian
2. Data Sekunder 1. Data 1. Data Pembebasan 1. Data 1. DED
Pembebasan Lahan Pembebasan 2. RAB
Lahan 2. Data Struktur Lahan Konvensional
2. Data Struktur 3. RAB 2. Data Struktur
3. RAB Konvensional
Konvensional
3. Metode Analitis BIM Versi 3D BIM Versi 3D 4D BIM Versi 3D BIM Versi 3D
4D 5D 5D 4D 4D 5D
4. Software 1. Revit 1. Revit 1. Revit 1. Archicad
analysis yg Architectur Architecture Architecture 2. Ms project
digunakan 2. Ms project 2. Ms project 2. Ms project 3. Autodesk
3. Autodesk 3. Astra Power 3. Synchro navisworks
navisworks Project 4. Autocad MEP

4. Hasil Penelitian Manfaat Penggunaan BIM Manfaat Perbandingan


Penerapan untuk estimasi Penerapan Efisiensi RAB
penjadwalan dan terjadi pengurangan Proses BIM Metode
perhitungan waktu manajer
Konvensional
Menggunakan sebesar 80% konstruksi utnuk
dan RAB
BIM Proyek dibandingkan Proyek MIT
Metode BIM
Konstruksi dengan estimasi Koch instutite
Versi 3D 4D 5D
dengan metode
konvensional.
BAB IV. METODE PENELITIAN

Huruf di bawah menyesuaikan Times New Roman

48
IV.1 Gambaran Umum Tentang Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif menggunakan data kuantitatif dari
pekerjaan konstruksi yang dikerjakan oleh PT. Putera Jaya Andalan (PJA) pada
konstruksi Gedung Pengadilan Tinggi Yogyakarta. Data kuantitatif dari proyek
tersebut akan di analisis volume pekerjaannya apabila di hitung dengan cara
konvensional dan dihitung dengan metode BIM Versi 3D 4D 5D.

IV.2 Tahapan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan tahapan diuraikan sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi masalah
Identifikasi masalah dilakukan terhadap penerapan BIM Versi 3D 4D 5D.
pada proyek Gedung Pengadilan Tinggi Yogyakarta.
2. Kajian pustaka/Studi literature
Tinjauan pustaka/studi literatur dilakukan terhadap beberapa pustaka yang
membahas penerapa BIM Versi 3D 4D 5D. pada proyek proyek konstruksi
pada tahapan perencanaan konstruksi ( misal mulai dari modelling,
estimating, scheduling).
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data Sekunder
yang bersifat kuantitatif diperoleh dari proyek Gedung Pengadilan Tinggi
Yogyakarta berupa RAB dan DED.
4. Modeling Gedung DPRD Sleman
Pada tahap modelling Gedung DPRD Sleman software yang digunakan
adalah Archicad versi 24 dimana pada software ini kita akan membuat model
Gedung DPRD Sleman yang sama persis dengan DED yang dibuat
menggunakan Autocad, kelebihan dari penggunaan Archicad ialah kita bisa
menghitung volume perkerjaan dengan tepat dan akurat.

5. RAB metode konvensional

49
Rincian anggaran biaya dihitung volume pekerjaannya atau harga satuan
biaya proyeknya menggunakan cara atau Teknik konvensional.
6. RAB metode BIM Versi 3D 4D 5D
Rincian anggaran biaya dihitung volume pekerjaannya atau harga satuan
biaya proyeknya menggunakan cara atau Teknik BIM Versi 3D 4D 5D.
7. Kaji Banding (Sandingan)
Membandingkan antara volume atau biaya pekerjaan menggunakan cara
atau teknik konvensional dengan cara atau Teknik BIM Versi 3D 4D 5D..
Dipilih volume atau biaya yang terendah yang merupakan Efisiensi biaya.
8. Scheduling menggunakan Ms Project
Untuk menghitung waktu yang diperlukan sebuah jadwal, Ms Project
menggunakan perhitungan Network Planning dan menggunakan diagram
bar chart atau gantt chart yang disempurnakan dengan hubungan
ketergantungan/linking sebagai tampilan grafisnya agar memudahkan
pembacaan.
9. Record model BIM 4D 5D menggunakan Autodesk Navisworks
Record model BIM 4D 5D dilakukan setelah Jadwal dan Rincian angaran
biaya selesai dibuat. Proses ini menampilkan progress setiap pekerjaan
konstruksi yang dipadukan dengan biaya serta jadwal.
10. Hasil dan Pembahasan
11. Kesimpulan dan Saran

50
IV.3 Bagan Alir Penelitian
Bagan alirnya disesuaikan dengan bab III.2. Tahapan Penelitian di atas
Catatan untuk Bagan Alir:
o Bagan (Mulai) sampai dengan kotak Latar belakang penelitian cs dan kotak
kajian/tinjauan pustaka ..... oke setuju.
o Data : Detail Engineering Design & Rincian Anggaran Biaya masuk dalam
Pengumpulan Data.
o Setelah Pengumpulan Data maka dalam Bagan Alir harus terlihat Penyusunan
Modelnya.
o Dan seterusnya seharusnya alurnya mengikuti Tahapan Penelitian di atas.

Mulai

Latar belakang penelitian, rumusan


masalah dan tujuan penelitian

Kajian/Tinjauan Pustaka
Detail Engineering Design
Pengumpulan data

Rincian Anggaran Biaya


No

Data
Cukup
Yes

Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

51
52
DAFTAR PUSTAKA

Alshawi, M., Lou, E.C.W., Khosrowshahi, F., and Underwood, J. (2010). Strategic
Positioning of IT in construction: theway forward. Proceedings of the
international Conference on Computing in Civil and Building Engineering,.
Nottingham: Nottingham University Press.
Arayici, Y., Coates, P., Koskela, L., and Kagioglou, M. (2012). BIM Adoption and
Implementation for Architectural. London: Prentice Hall. .
Aryani Ahmad Latiffi et al. (2013). Building Information Modeling (BIM)
Application in Malaysian Construction Industry . Batu Pahat Johor.
Becerik-Gerber, Burcin, and Samara Rice. (2010). The Perceived Value of Building
Information. america: <itcon.org>.
Bedrick, J. (2011). Organizing the Development of a Building Information Model.
America: The American Institute of Architects. <aia.org>.
Collins, R. (2011). BIM for Safety, Virtual Design and Construction VDC
Application. Web. March 2011. <Intelibuild.com>. .
Eastman, Chuck, Paul Tiecholz, Rafael Sacks, and Kathleen Liston. . ( 2008). BIM
Handbook. New Jersey: John Wiley & Sons.
Graphisoft website, . (2013).
[http://www.graphisoft.com/company/about_graphisoft/].
Hajian, Hamid, and Burcin Becerik-Gerber. (2010). A Research Outlook for Real-
time Project Information Management by Integrating Advanced Field Data
Acquisition Systems and Building Information Modeling. California:
University of South California <usc.edu>.
Handler, Laura. (2010). Benefits of IPD. Northampton: Tocci. Web. Sept. 2010.
<tocci.com>. .
Hergunsel, M. F. (2011). Benefits of Building Information Modeling for
Construction Managers and BIM Based Scheduling. Worcester : Worcester
Polytechnic Institute.
Howell, I. and Batcheler, B. (2005). Building Information Modelling Two Years
Later Huge Potential, Some Success and Several Limitations. USA:
Newforma Publications.

53
Husen, A. (2010). Manajemen Proyek. Yogyakarta: Andi.
Irsan, A. (2020). BIM FUNDAMENTAL For CONTRACTORS. Yogyakarta: BIM
CoE UII.
Jiang, X. (2011). Developments in cost estimating and scheduling in BIM
technology. California: Northeastern University.
Keegan, C. J. (2010). Building Information Modeling in Support of Spatial Planning
and Renovation in Colleges and Universities. Thesis. WPI Electronic Theses
and Dissertations. <wpi.edu/Pubs/ETD/>.
Kenley, Russell, and Olli Seppanen. (2010). Location-Based Management for
Construction. New York: Spon.
Khemlani, Lachmi. (2011). "AGC’s Winter 2011 BIMForum, Part 1." AECbytes
"Building the Future" . Web. 22 Mar. 2011. <aecbytes.com>. .
Khosrowshahi, F., and Arayici, F. (2012). Roadmap for implementation of BIM in
the UK construction Industry, Engineering, Construction and Architectural
Management,. United Kingdom.
LeBlanc, P. (2010). Prefabrication in Healthcare Construction. Personal interview.
Liu, Z. (1020). Feasibility Analysis of BIM Based Information System for Facility
Management at WPI. Thesis. Electronic Theses and Dissertations.
<wpi.edu/Pubs/ETD/>. .
Lowe, Richard H., and Jason M. Muncey. (2009). ConsensusDOCS 301 BIM
Addendum. Amerika: Associated General Contractors of America.Web. 18
Mar. 2011. <agc.org>.
Massner, M. (2009). IMPLEMENTING BIM . Lanham.
Meadati, Pavan, Javier Irizarry, and Amin K. Akhnoukh. (2010). BIM and RFID
Integration: A Pilot Study." Advancing and Integrating Construction
Education, Research and Practice. Georgia: Georgia Institute of Technology.
Second InternationalConference on Construction in Developing Countries,
Aug. 2010. Web. Oct. 2010. <conectech.coa.gatech.edu>. .
Reinhardt, J. (2009). Appendix C: BIM Tools Matrix. america: the Contractor's Guide
to BM.

54
Sarita Patil, Prof. Manish Khandare. (2017). Application of BIM for Scheduling and
Costing of Construction Project. India: International Research Journal of
Engineering and Technology (IRJET) .
Shuratman, Z. (2012). Building Information Modelling in Local Construction
Industry, PhD Thesis,. Kuala Lumpur: Universiti Technologi Malaysia.
Tesa Fitriyana, Rafie, Riyanny Pratiwi. (2010). ANALISIS MANAJEMEN
KONSTRUKSI PEMBANGUNAN GEDUNG POLRESTA PONTIANAK
DENGAN PERHITUNGAN S.N.I. DAN ANALISA SOFTWARE MICROSOFT
PROJECT 2016. Pontianak: Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura.
Weygant, R. S. (2011). BIM Content Development, Standards, Strategies, and Best
Practices,. Virginia: Construction Specification Institute.
Wong, A.K.D., Wong, F.K.W. and Nadeem, A. (2011). Government Roles in
Implementing Building Information Modelling Systems. The Netherlands.
Wong, A.K.D., Wong, F.K.W. and Nadeem, A. (2009). Comparative roles of major
stakeholders for the implementation of BIM in various countries.
Proceedings of the International Conference on Changing Roles. The
Netherlands.
Yazici, O. C. (2010). BIM, Scheduling and RFID. Personal interview.
Young, Norbert W., Stephen A. Jones, Harvey M. Bernstein, and John E. Gudgel.
(2009). "Research 2." Smart Market Report: The Business Value of BIM .

55

Anda mungkin juga menyukai