Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

TUGAS KHUSUS/PROBLEM SOLVING


PRODUKTIVITAS ALAT BERAT PADA PEKERJAAN LATASTON
LAPIS AUS (HRS-WC) PADA JALAN SANDAI -SENDURUHAN

4.1 Latar Belakang


Proyek pembangunan jalan adalah salah satu proyek yang bertujuan
untuk memperlancar arus lalu lintas pada ruas jalan yaitu dengan melakukan
pembangunan, pengaspalan, dan penyediaan fasilitas jalan. Dalam
pelaksanaan dan pembangunan suatu proyek dipengaruhi oleh ketersediaan
sumber daya yang akan diperlukan. Pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi
yang menggunakan peralatan berat diperlukan perencanaan yang akurat agar
bisa dicapai suatu proyek dengan waktu pelaksanaan yang optimal. Oleh
karena itu diperlukan suatu analisis produktivitas alat berat yang akan
digunakan, sehingga dapat diketahui produktivitas dari alat berat tersebut
Pada pembangunan jalan tersebut banyak menggunakan alat berat
yang operasionalnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Persoalan
yang sering dihadapi oleh kontraktor ketika hendak membangun suatau
proyek adalah perencanaan penggunaan peralatan yang sesuai. Untuk itu
dibutuhkan analisa produktivitas peralatan pada suatu proyek yang akan
sangat membantu dalam penentuan waktu kerja peralatan, sehingga
mengakibatkan efektifnya sumber daya, baik sumber daya peralatan itu
sendiri maupun sumber daya lainnya.
Peralatan merupakan salah satu sumber daya utama dalam menajemen
kontruksi sehingga pemakaian peralatan harus seefektif mungkin. Menurut
Anonim (1998), efektif adalah kemapuan maksimal dalam menyelesaikan
suatu pekerjaan. Produktivitas dalam hal ini yaitu ukuran kemampuan
peralatan untuk memproduksi berupa hasil kerjannya yang aktual persatuan
waktu kerja efektif, Dalam hal ini penulis meninjau dari segi aspek
produktivitas alat berat yang digunakan pada proyek Peningkatan Jalan
Sandai-Senduruhan dibatasi pada jenis alat berat yaitu: Dump truck, Asphalt
Finisher, Tandem Roller dan Pneumatic Tired Roller.
Selama melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada proyek
Peningkatan Jalan Sandai - Sendurhan penulis mengikuti dari tahap
Penimbunan Tanah sampai ke tahap Pengaspalan.

4.2 Pembahasan
Didalam penulisan Laporan ini, penulis berpijak pada definisi
produktivitas sebagai rasio antara volume pekerjaan terpasang dilapangan
(output) dan jumlah hari kerja (input) sebagai salah satu tolak ukur efesiensi
dan efektivitas pekerja proyek.
Besar kecilnya produktivitas yang dihasilkan oleh proyek konstruksi
dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah :
1) Jenis proyek
Ada beberapa jenis proyek yang umumnya menggunakan alat berat.
Proyek-proyek tersebut antara lain proyek gedung, pelabuhan, jalan,
jembatan, irigasi dan pembukaan hutan.
2) Sumber daya
Sumber daya yang dimaksud adalah segala sesuatu yang digunakan
sebagai masukan atau input pada suatu rangkaian kegiatan proyek untuk
memperoleh hasil proyek yang ditetapkan. Sumber daya proyek meliputi :
a. Tenaga Kerja
b. Peralatan
c. Bahan
d. Dana yang tersedia
e. Teknologi
3) Kondisi Lapangan
Kondisi dengan medan yang sulit dan medan yang baik merupakan
faktor lain yang mempengaruhi pemilihan alat berat dan penentuan
Faktor efisiensi suatu alat berat
4) Persyaratan Kontrak
Dalam persyaratan kontrak disini akan ditentukan mutu, waktu dan
biaya, hal ini mempengaruhi produktivitas yang akan dihasilkan sebagai
contoh apabila waktu yang ditetapkan untuk melaksanakan proyek
konstruksi lebih singkat, maka pihak yang melaksanakan proyek
konstruksi tersebut harus memiliki produktivita yang tinggi sehingga
dapat menelesaikan proyek konstruksi sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
5) Metode Kerja
Purnomo Soekirno (2002) memberikan pengertian metoda kerja
konstruksi adalah rangkaian dan urutan kegiatan membangun yang
dipadukan dengan persyaratan kontrak (gambar, spesifikasi, jadwal,
penyelesaian dst), ketersediaan sumber daya (seperti tenaga kerja,
bahan, peralatan, dana) dan kondisi lingkungan pelaksanaan proyek
(seperti cuaca, kondisi tanah, kondisi sicial, ekonomi dan politik).

Selain itu hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun rencana


kerja alat berat antara lain:
1) Volume pekerjaan yang harus diselesaikan dalam batas waktu tertentu;
2) Dengan volume pekerjaan yang ada tersebut dan waktu yang telah
ditentukan harus ditetapkan jenis dan jumlah alat berat yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut
Pemilihan peralatan proyek perlu ditinjau dari segi efisiensi, efektifitas dan
ekonomis, yaitu apakah dengan peralatan tersebut lebih menguntungkan bila
dibandingkan dengan menggunakan tenaga manusia.Pemakaian alat kerja
sangat mempengaruhi waktu dan produktivitas dari tenaga kerja. Beberapa
hal yang menjadi pertimbangan penggunaan alat kerja dalam proyek antara
lain: macam dan volume pekerjaan, keadaan lapangan, serta biaya dan
waktu yang tersedia
Untuk penanganan pekerjaan pengaspalan ini, maka diperlukan alat-
alat berat antara lain: Dump truck, Asphalt Finisher, Tandem Roller dan
Pneumatic Tired Roller. dan sebagainya. Sehingga dengan menggunakan
alat berat tersebut lebih efektif dalam pekerjaan pengaspalan. Pemilihan alat
berat yang akan dipakai merupakan salah satu faktor penting dalam
keberhasilan suatu proyek. Alat berat yang dipilih haruslah tepat baik jenis,
ukuran maupun jumlahnya. (Rostiyanti, 2002)

4.3 Waktu Siklus


Siklus kerja dalam pemindahan material merupakan suatu kegiatan
yang dilakukan berulang. Pekerjaan utama di dalam kegiatan tersebut adalah
menggali, memuat, memindahkan, membongkar muatan dan kembali ke
kegiatan awal. Semua kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh satu alat atau
oleh beberapa alat. Waktu yang diperlukan dalam siklus kegiatan disebut
siklus atau cycle time (CT). Waktu siklus terdiri dari beberapa unsur :
1) waktu muat atau loading time (LT) ). Waktu muat merupakan
waktu yang dibutuhkan oleh suatu alat untuk memuat material ke
dalam alat angkut sesuai dengan kapasitas alat angkut tersebut
2) waktu angkut atau hauling time (HT). Waktu angkut merupakan
waktu yang diperlukan oleh suatu alat, untuk bergerak dari tempat
pemuatan ke tempat pembongkara
3) waktu kembali atau return time (RT). Waktu yang di butuhkan
suatu alat untuk kembali ke tempat pemuatan.

4) Waktu pembongkaran atau dumping time (DT) juga


merupakan unsur penting dari waktu siklus.. Waktu
pembongkaran merupakan bagian yang terkecil dari waktu
siklus.
Dengan demikian rumus yang dipakai untuk menghitung waktu
siklus (Rostiyanti, 2002) yaitu:
CT = LT + HT + DT + RT
4.4 Faktor Efisiensi Kerja
Dalam merencanakan suatu proyek, Produktivitas per jam dari
suatu alat yang diperlukan adalah Produktivitas standar dari alat
tersebut dalam kondisi ideal dikalikan dengan suatu faktor. Faktor
tersebut dinamakan efisiensi kerja. Efisiensi kerja tergantung pada
banyak faktor seperti: topografi, keahlian, oprator, pemilihan standar
pemeliharaan dan sebagainya yang menyangkut operasi alat.

Tabel 4.1 Tabel Faktor efisiensi


Pemeliharaan Alat
Kondisi
Buruk
Operasi Alat Baik Sekali Baik Sedang Buruk
Sekali
Baik sekali 0,83 0,81 0,76 0,70 0,63
Baik 0,78 0,75 0,71 0,65 0,60
Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,54
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45
Buruk sekali 0,52 0,50 0,47 0,42 0,32
Sumber : M. Sjachdirin,(1998).

Menurut (Rostiyanti, 2002) efisiensi alat tersebut bekerja tergantung


dari beberapa hal yaitu:
1. Kemampuan operator pemakai alat.
2. Pemilihan dan pemeliharaan alat,
3. Perencanaan dan pengaturan letak alat,
4. Topografi dan volume pekerjaan,
5. Kondisi cuaca,
6. Metode pelaksanaan alat.
4.5 Kendala saat dilapangan
Disetiap berjalannya suatu proyek tidak lepas dari segala kekurangan
dan permasalahannya berikut beberapa kendala yang sempat kami hadapi
sewaktu praktek kerja lapangan (PKL) diantaranya:

1) Keterlambatan waktu dalam memulai pelaksanaan pekerjaan.


2) Cuaca yang tidak mendukung, seperti terjadinya hujan yang membuat
pekerjaan jadi terhambat dan sempat terhenti dalam beberapa waktu.
3) Minimnya alat pengangkut hotmix (Dump truck).
4) Lalu lintas yang lumayan padat dengan lebar jalan yang hanya 5m dan
pekerjaan dilakukan pada jam aktivitas warga sekitar, sehingga
memperlambat gerak dump truck saat menghantar material hotmix
5) Jarak antara AMP dan lokasi proyek yang jauh, sehingga
penghamparan aspal berhenti sementara, untuk menunggu dump truck.
4.6 Volume Pekerjaan
Diketahui pekerjaan perkerasan lentur LATASTON Lapis aus (HRS-WC) :
Panjang : 4248 m
Lebar :5m
Tebal ; 0,05 m
Volume = panjang × lebar × tebal
= 4248 m × 5 m × 0,05 m = 1062 m3
Jadi, volume pekerjaan perkerasan lentur adalah 1062 m3
4.7 Tugas Khusus
4.6.1 Tujuan Khusus
1. Menghitung kapasitas produksi kinerja alat berat pada pelaksanaan
pekerjaan pengaspalan
2. Menghitung estimasi waktu yang dibutuhkan alat berat pada pengerjaan
pengaspalan.
4.6.2 Produktivitas Alat berat

Secara umum, terdapat dua definisi produktivitas yang berkenan


dengan dunia jasa konstruksi. Yang pertama produktivitas didefinisikan
sebagai rasio anatara jumlah pekerjaan yang dihasilkan (output) dengan
jumlah orang-hari kerja (input).
Pada perencanaan proyek yang menggunakan alat berat, hal yang
perlu diperhatikan yaitu bagaimana menghitung kapasitas operasi suatu
alat.Oleh karena itu perlu diketahui teori dan kemampuan memperkirakan
efisiensi kerja. Sehingga dapat diperkirakan dengan tepat penyelesaian suatu
volume lapisan perkerasan yang akan dikerjakan menggunakan alat berat.
Pada pembahasan kapasitas produksi kerja alat berat ini, mengambil
studi kasus pada pelaksanaan pekerjaan lapisan perkerasan Hot rolled sheet
wearing course. Berikut alat-alat yang digunakan pada pelaksanaan
pekerjaan perkerasan serta perhitungan produktivitas kerja alatnya:

1) Dump Truck
Alat pengangkut atau lebih sering disebut dump truck mempunyai
fungsi untuk mengangkut material hotmix untuk proyek
konstruksi.Pemilihan jenis pengangkutan bergantung pada kondisi lapangan,
volume material, waktu dan biaya.
Dump truck dilengkapi dengan terpal agar material tidak
terkontaminasi dengan bemda asing serta penjaga suhu material Untuk
menentukan Poduktivitas Dump Truck yang mengangkut hotmix, terlebih
dahulu mengetahui kapasitas AMP per-batch.

 Kapasitas AMP per-batch (Q1b) = 1 ton


 Waktu untuk menyiapkan 1 bacth HRS-WC (Tb) = 1 menit
 Volume Bak (V) = 8 ton
 Faktor Efisiensi (Fa) = 0,81
 Kecepatan Rata-rata Bermuatan (v1) = 54 Km/jam
 Kecepatan Rata-rata Kosong (v2) = 70 Km/jam
 Berat Jenis Hotmix (Bj) = 2,26 ton/m3
 Jarak tempuh rata- rata dari AMP ke Lokasi Pengerjaan (L) = 107 km
Untuk menghitung produktivits alat ini maka terlebih dahulu dihitung waktu
siklus atau cycle time (Ts2). Ts2 terdiri dari beberapa unsur dintaranya:

V
Waktu muat/ Loading time (T1) = ×
Q1 b Tb

8 ton
= 1ton × 1 menit= 8 menit

L
Waktu Tempuh isi (T2) = × 60 menit
v1

107 km
= × 60 menit = 118 ,88 menit
54 km/ jam

L
Waktu Tempuh Kosong (T3) = × 60 menit
v2

107 km
= × 60 menit= 82,30 menit
78 km/ jam

Waktu lain-lain (T4) = 60 menit

Total Siklus (Ts1) = T1 + T2 +T3 +T4


= 8 + 118,88 + 82,30 + 60
= 269,18 menit
Untuk menghitung produktivitas dump truck (Q2), digunakan rumus sebagai
berikut:
V × Fa× 60
Q2 =
Ts1 × Bj
8× 0,81 ×60
Q2 = = 0,63 m3/jam
269,18× 2,26
Maka Produktivitas untuk satu dump truck adalah = 0,63 m3/jam
Gambar 4.1 proses penuangan Hotmix ke hopper asphalt finisher
(Sumber, Dokumentasi Pribadi, 2021)

 Lama pengerjaan
Untuk mengetahui produktivitas dump truck per hari maka dikalikan dengan
jam efektif kerja per hari yaitu 8 jam :
 Produktivitas per hari = Q2 × 8 jam
= 0,63 m3/jam × 8 jam = 5,11 m3/hari
Jumlah dump truck di lapangan hanya menggunakan 7 unit dump truck.
Produktivitas 7 unit dump truck : 7 unit × 0,63 m3/jam = 4,41 m3/jam
Volume pekerjaan aspal diketahui panjang 4248 m, lebar 5 m, tebal 0,05 m,
didapat = 1062 m3.

Waktu yang diperlukan (dalam hari)

Volume pekerjaan
=
Produktivitas alat berat × Jam kerja

1062 m3
= = 30,10 dibulatkan menjadi 30 hari
( 4,41m 3/ jam ×8 jam)

Jadi waktu yang di butuhkan dump truck untuk menyelesaikan pekerjaan


pengaspalan dengan volume 1062 m3 adalah 30 hari
2) Asphalt Finisher
Asphalt finisher adalah alat yang berfungsi untuk menghamparkan
material yang telah diproses oleh mixing plant yang disebut dengan aspal
beton dari AMP diangkut dengan dump truck ke lokasi pekerjaan dan
dituangkan ke asphalt finisher. Asphalt finisher mempunyai roda belakang
dapat menampung processed material, pada asphalt finisher terdapat alat
seperti hopper tetapi tidak mempunyai alas sehingga material pavement
yang dituangkan dari truck langsung ke bawah, dibagian belakangnya
terdapat pisau selebar hopper tersebut, yang diatur sedemikian rupa,
sehingga tingginya di atas jalan 0-14 cm (belum padat) menurut yang
diinginkan. Pada saat penghamparan, dump truck melakukan pembongkaran
material kedalam hopper asphalt finisher , pembongkaran atau dumping
dilakukan rata-rata sebanyak 3 kali agar material tidak meluber keluar dari
hopper.

Untuk menghitung kapasitas produksi alat berat asphalt finisher yaitu:

Q=W×V×H×E
Keterangan:
Q = Kapasitas produksi asphalt finisher (m³/jam)
V = Kecepatan menghampar (m/jam)
W = Lebar hamparan (m)
E = efisiensi kerja
H = Tebal lapis padat (m³)

Data-data yang diketahui dari hasil pengamatan di lapangan untuk pekerjaan


penghamparan menggunakan asphalt finisher adalah sebagai berikut:

 Jenis alat = Asphalt finisher SUMITOMO


 Kecepatan menghampar (V) = 0,2 km/jam = 200 m/jam
 Lebar hamparan (W) = 2,5 m
 Tebal lapis hamparan (H) = 0,05 m
 efisiensi kerja = 0,75

Maka untuk menghitung kapasitas produksi alat ini adalah sebagai berikut:
Q3 = 200 × 2,5 × 0,75 × 0,05
=18,75 m3/jam

Gambar 4.2 proses penghamparan Hotmix dengan alat asphalt finisher


(Sumber, Dokumentasi Pribadi, 2021)

Penghamparan dilakukan dengan membagi 2 lajur jalan, bagian kanan


dan kiri, total lebar ruas jalan adalah 5m dibagi 2 menjadi 2,5 meter.
Penghamparan akan terhenti jika dump truck tidak lagi menuangkan hotmix
kedalam hopper asphalt finisher, sehingga penghamparan harus menuggu
dump truck selanjutnya

Waktu yang diperlukan (dalam hari)

Volume pekerjaan
=
Produktivitas alat berat × Jam kerja
1062 m3
= = 7,08 dibulatkan menjadi 7 hari
(18,75 m3 / jam ×8 jam)

Jadi waktu yang di butuhkan Asphalt finisher untuk menyelesaikan


pekerjaan pengaspalan dengan volume 1062 m3 adalah 7 hari

3) Tandem Roller
Tandem roller merupakan salah satu alat pemadat atau compactor yang
dua rodanya terbuat dari besi, Fungsi dari tandem roller ialah sebagai alat
pemadat awal pada saat penghamparan campuran. Pada pemadatan awal
campuran yang telah di hamparkan kemudian di gilas dengan jumlah
passing yang dibutuhkan sehingga di dapatkan kepadatan pada campuran.
Untuk mencapai kandungan rongga udara dan kepadatan campuran yang
dihasilkan, maka setiap titik harus dilewati alat pemadat dalam arah yang
tetap pada selang temperatur yang ditentukan. Pada passing berikutnya
penggilas harus overlap dengan passing sebelumnya.

Perkiraan kapasitas produksi alat pemadat ini dihitung dengan rumus


sebagai berikut:

W×V ×H ×E
Q=
N

Keterangan:
W : Lebar efektif pemadatan (m)
V : Kecepatan pemadatan (m/jam)
H : Tebal padat satu lapisan (m)
N : Jumlah lintasan
E : Efisiensi kerja

Data-data yang diketahui dari hasil pengamatan di lapangan untuk


pekerjaan pemadatan menggunakan tandem roller adalah sebagai berikut:

 Jenis alat = Tandem Roller Dynapac cc21


 Lebar efektif pemadatan (W) = 1,3 m
 Kecepatan pemadatan (V) = 2 km/jam = 2000 m/jam
 Tebal padat satu lapisan (H) = 5 cm = 0,05 m
 Jumlah lintasan (N) =3
 Efisiensi kerja (E) = 0,75

Untuk menghitung kapasitas produksi Tandem Roller (Q4), digunakan


rumus sebagai berikut:

W×V ×H ×E
Q4 =
N

1,3× 2000× 0,05 ×0,75


Q4 =
3

= 32,5 m3/jam

Gamabar 4.3 Proses tandem roller memadatkan HRS-WC

(Sumber, Dokumentasi Pribadi, 2021)

 Lama Pengerjaan

Kapasitas produksi per hari = Q4 × jam efektif kerja

= 32,5 m3/jam × 8 jam

= 260 m3/hari

Jadi kapasitas produksi Tandem Roller per hari adalah : 260 m3


Waktu yang diperlukan (dalam hari)

Volume pekerjaan
=
Produktivitas alat berat × Jam kerja

1062 m3
= = 4,08 dibulatkan menjadi 4 hari
(32,5 m3 / jam ×8 jam)

Jadi waktu yang di butuhkan Tandem roller untuk menyelesaikan pekerjaan


pengaspalan dengan volume 1062 m3 adalah 4 hari

4) Pneumatic Tyred Roller (PTR)


Pneumatic tyred roller atau disebut PTR merupakan alat pemadat
akhir, yang menggunakan roda-roda Pneumatic, pemadatan ini dilakukan
setelah tandem roller, fungsi dari penggunaan alat ini yaitu untuk mencapai
pemadatan yang diinginkan. Kombinasi roda PTR yang digunakan adalah
roda depan 4 dan belakang 5.

Alat pemadat ini dapat di hitung dengan rumus yang sama dengan hitungan
kapasitas produksi alat Tandem Roller :

W×V ×H ×E
Q5=
N

Keterangan:
W : Lebar efektif pemadatan (m)
V : Kecepatan pemadatan (m/jam)
H : Tebal padat satu lapisan (m)
N : Jumlah lintasan
E : Efisiensi kerja

Beberapa data yang diperoleh di lapangan dan spesifikasi pabrik:

 Jenis alat = Pneumatic Tyred Roller Sakai


 Lebar efektif pemadatan (W) =2m
 Kecepatan pemadatan (V) = 3 km/jam = 3000 m/jam
 Tebal padat satu lapisan (H) = 5 cm = 0,05 m
 Jumlah lintasan (N) = 16
 Efisiensi kerja (E) = 0,75

W×V ×H ×E
Q5 =
N

2× 3000× 0,05 ×0,75


=
16

= 14,06 m3/jam

Jadi, Kapasitas produksi alat pemadat Pneumatic tyred roller (PTR) selama
1 jam adalah : 14,06 m3

Gambar 4.4 Proses Pneumatic Tired Roller melakukan pemadatan akhir


(Sumber, Dokumentasi Pribadi, 2021)

Volume pekerjaan aspal diketahui panjang 4248 m, lebar 5 m, tebal 0,05 m,


didapat = 1062 m3,

Waktu yang diperlukan (dalam hari)

Volume pekerjaan
=
Produktivitas alat berat × Jam kerja
1062 m3
= = 9,44 dibulatkan menjadi 9 hari
(14,06 m 3/ jam ×8 jam)

Jadi waktu yang di butuhkan PTR untuk menyelesaikan pekerjaan


pengaspalan dengan volume 1062 m3 adalah 9 hari

Anda mungkin juga menyukai