Anda di halaman 1dari 63

i

Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa pada Penggunaan Media

Video Dengan Media PowerPoint Melalui Pembelajaran Dalam

Jaringan (Daring) di SMAN 3 MATARAM Tahun Ajaran

2020/2021

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh
ii

NADIA UTAMI

NIM E1A016041

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Melakukan Penelitian

Program Sarjana (S1) Pendidikan Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MATARAM

2020
iii

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS MATARAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Jl. Majapahit 62 Mataram NTB 83125 Telp. (0370) 623873 Fax. 634918 Mataram 83125

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

Proposal skripsi yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa pada
Penggunaan Media Video dengan Media PowerPoint Melalui Pembelajaran
Dalam Jaringan (Daring) di SMAN 3 Mataram Tahun Ajaran 2020/2021

Nama : Nadia Utami


NIM : E1A016041
Prog. Studi : Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Mataram, 27 Juli 2020

Mahasiswa Pemohon,

(Nadia Utami)
iv

E1A016041

Menyetujui:

Mataram, 11 Juli 2020

Dosen Pembimbing Skripsi I, Dosen Pembimbing Skripsi II,

(Drs. H. Khairuddin M.Eng)


(Dr. Drs. H. Mahrus M.Si)
NIP. 196412311989031020
NIP. 196312311988031024

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Biologi,

(Dr. Didik Santoso, M.Sc)

NIP. 196702091993031001
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat

rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan proposal ini. Tujuan

penyusunan proposal ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat dalam

menempuh sidang skripsi guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program S1

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Penulisan proposal ini peneliti mengambil judul “Perbedaan Hasil Belajar

Biologi Pada Penggunaan Media Video dnegan Media Powerpoint Melalui

Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring) di SMAN 3 Mataram Tahun Ajaran

2020/2021”

Mengingat keterbatasan pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan

penulisan, proposal ini tidak luput dari kekurangan dan belum sempurna, namun

penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya

serta bagi semua pihak yang berkenan memanfaatkannya.

Pada proses penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,

selain itu juga penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Drs. A Wahab Jufri, M. Sc. Selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram.

2. Dr. Drs. Karnan, M.Si. selaku Ketua Jurusan Program Studi

Pendidikan Biologi Universitas Mataram.

3. Drs. Didik Santosa, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Biologi Universitas Mataram.


ii

4. Drs. H. Khairuddin, M.Eng. selaku Dosen Pembimbing Skripsi I.

5. Dr. Drs. H. Mahrus, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi II.

6. Prof. Dr. Mukhlis M.Si. selaku Dosen Penguji Skripsi.

Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,

terimakasih atas bantuan, nasehat, dan dorongan dalam penyusunan proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih banyak kekurangan baik isi

maupun susunannya. Semoga proposal ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi

penulis juga bagi para pembaca.

Mataram, Juli 2020

Penulis
iii

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 5

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ....................................................................... 5

1.5Batasan Masalah............................................................................ 6

1.6 Hipotesis Penelitian ..................................................................... 7

1.7 Definisi Operasional .................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Media Pembelajaran..................................................................... 9

2.2 Media Audiovisual (Video).......................................................... 16

2.2.1 Fungsi Media Video.......................................................... 18

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Media Video......................... 19

2.3 Media PowerPoint........................................................................ 21

2.3.1 Kelebihan dan Kekurangan Media PowerPoint.............. 21

2.4 Hasil belajar.................................................................................. 24

2.4.1 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar........... 25

2.5 Pembelajaran Daring.................................................................... 27

2.6 Penelitian Yang Relevan............................................................... 29

2.7 Kerangka Berfikir......................................................................... 30


iv

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian............................................................................. 32

3.2 Tempat dan WaktuPenelitian........................................................ 32

3.3 Variabel Penelitian........................................................................ 32

3.3.1 Variabel Terikat................................................................. 32

3.3.2 Variabel Bebas .................................................................. 32

3.4 Populasi dan Sampel..................................................................... 32

3.4.1 Populasi ........................................................................... 32

3.4.2 Sampel............................................................................. 33

3.5 Rancangan Penelitian................................................................... 33

3.5.1 Tahap Perencanaan............................................................ 34

3.5.2 Tahap Pelaksanaan ........................................................... 34

3.5.3 Tahap Akhir ...................................................................... 35

3.6 Teknik Pengumpulan Data........................................................... 35

3.6.1 Instrumen Tes.................................................................... 35

3.7 Teknik Analisis Data Hasil Belajar Kognitif............................... 36

3.7.1 Uji Validitas ..................................................................... 36

3.7.2 Uji Realibilitas................................................................... 37

3.7.3 Uji Normalitas .................................................................. 37

3.7.4 Uji Homogenitas .............................................................. 39

3.7.5 Uji Hipotesis ..................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN
v

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian........................................................................ 33


vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka berfikir ......................................................................... 31


1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional, pasal 1 ayat 1 disebutkan bahwa “ Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara”. Menurut Artam dan Sinambela, (2015) Proses belajar terjadi karena

adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Interaksi yang terjadi

selama proses belajar tersebut dipengaruhi oleh lingkungan yang antara lain terdiri

atas murid, guru, petugas perpustakaan, kepala sekolah, materi pelajaran, berbagai

sumber belajar dan fasilitas sekolah.

Namun di tahun 2020 ini dunia dikejutkan dengan mewabahnya suatu

penyakit yang disebabkan oleh sebuah virus yang dikenal dengan Covid-19

(Corona Virus Disease 2019). Awal munculnya virus ini pertama kali ditemukan

di kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular dengan

sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk di Indonesia.

Penyebaran Virus Covid-19 (Corona virus Disease 2019) di Indonesia yang

semakin meluas membuat pemerintah menerapkan kebijakan yang sangat ketat

untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19. Social distancing (pembatasan

interaksi social) menjadi pilihan dalam menerapkan kebijakan untuk mencegah

penyebaran Covid-19. Social distancing (pembatasan interaksi sosial) tentunya


2

dapat menghambat laju pertumbuhan dan kemajuan dari berbagai bidang

kehidupan. Bidang yang juga ikut terkena dampak dari munculnya virus ini adalah

bidang pendidikan, sehingga akan berdampak pula pada proses pembelajaran di

Sekolah.

Pemerintah telah menetapkan kebijakan, yaitu memindahkan proses

pembelajaran dari sistem tatap muka yang sebelumnya berlangsung di Sekolah

menjadi pembelajaran dengan sistem daring/online. Perubahan sistem

pembelajaran yang digunakan akibat dampak dari covid-19 ini, menuntut guru

untuk lebih mempersiapkan diri mengikuti perkembangan saat ini. Dimyati &

Mudjiono (2011) mengatakan bahwa percepatan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi yang terjadi saat ini, tidak memungkinkan bagi guru untuk

bertindak sebagai satu-satunya sumber belajar yang menyalurkan semua fakta dan

teori dengan menggunakan metode ceramah seperti yang dilakukan di Sekolah.

Salah satu Sekolah di kota Mataram yang melakukan pembelajaran dengan

sistem daring (Online) adalah SMAN 3 Mataram. Berdasarkan hasil wawancara

dengan salah satu guru biologi, proses pembelajaran online di SMAN 3 Mataram

selama pandemi Covid-19 masih berjalan lancar namun dengan metode dan media

yang sangat sederhana yaitu hanya memanfaatkan aplikasi WhatsApp dengan

metode penugasan. Metode penugasan yang diberikan kepada siswa tentunya

membuat siswa kurang dapat menerima materi dan konsep-konsep pembalajaran

dengan maksimal yang seharusnya didapatkan melalui penjelasan oleh guru,

sumber lain dan media pembelajaran yang mendukung. Pembelajaran Biologi

merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang


3

kehidupan makhluk hidup di bumi (Mailiza, 2018). Luasnya cakupan materi

dalam pembelajaran biologi menuntut guru harus mampu mengembangkan sistem

pembelajaran yang efektif dan efisien dalam pengembangan konsep-konsep

biologi, sehingga peserta didik dapat lebih mudah memahami dan mengerti

informasi ilmiah yang disampaikan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh

guru dalam mengembangkan sistem pembelajaran yang afektif dan efisien selama

proses pembelajaran daring, yaitu dengan menggunakan media pembelajaran

dalam proses belajar mengajar online.

Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan

untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran) sehingga dapat merangsang

perhatian, minat, pikiran, dan perasaan peserta didik dalam kegiatan belajar untuk

mencapai tujuan pembelajaran (Daryanto, 2011). Media video adalah media yang

mampu membantu peserta didik lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Dengan media video dapat menarik perhatian peserta didik, hal ini disebabkan

karena saat menggunakan media tersebut peserta didik akan melibatkan beberapa

indera mereka. Keuntungan lainnya dari penggunaan video dalam pembelajaran

adalah peserta didik tidak hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru

namun juga melihat kenyataan-kenyataan apa yang ditampilkan oleh guru dalam

video tersebut (Anshor, 2015).

Selain media video, terdapat juga media pembelajaran yang sering

digunakan guru dalam kegiatan belajar mengajar yaitu media PowerPoint.

Wirawan (2014) Mengatakan bahwa media PowerPoint adalah salah satu

program aplikasi microsoft office yang berguna untuk membuat presentasi dalam
4

bentuk halaman. Aplikasi PowerPoint (media presentasi) paling sering digunakan

oleh guru maupun dosen dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan

PowerPoint membuat pembelajaran menjadi mudah dan menarik karena didukung

dengan pilihan-pilihan dan beberapa tema untuk memperindah tampilan

presentasi. Media pembelajaran mempunyai arti yang cukup penting, karena

dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan kepada siswa

dapat diselesaikan dengan bantuan media pembelajaran. Belajar akan lebih efektif

jika dibantu dengan media pembelajaran. Sebab media pembelajaran akan dapat

mempermudah siswa menerima, mengingat dan menceritakan kembali materi

pelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik, menjadi

konkrit, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga serta dapat meningkatkan hasil

belajar siswa. Witdawati, (2016) mengatakan bahwa media sebagai salah satu

komponen yang sangat penting dan mendasar dalam proses pembelajaran, oleh

karena itu, media pembelajaran menjadi suatu hal yang seyogyanya dikuasai oleh

guru professional. pemilihan dan penggunaannya harus diperhatikan seperti tujuan

dan materinya. Pemilihan media yang sesuai maka akan sangat menunjang

efisiensi dan efektivitas proses dan hasil pembelajaran. Untuk mencapai hasil

pembelajaran yang baik, guru dituntut untuk mampu memilih dan menggunakan

media pembelajaran yang bervariasi serta sesuai dengan materi yang diajarkan.

Perbedaan media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran diduga akan

menghasilkan hasil belajar peserta didik yang berbeda, karena itu peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang “Perbedaan Hasil Belajar Biologi Siswa pada
5

Penggunaan Media Video dengan Media PowerPoint Melalui Pembelajaran

Daring (Online) di SMAN 3 Mataram Tahun Ajaran 2020/2021”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah ” Apakah ada perbedaan hasil belajar biologi siswa pada

pembelajaran menggunakan media video dengan media PowerPoint melalui

pembelajaran daring di SMAN 3 Mataram Tahun Ajaran 2020/2021?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui perbedaan hasil belajar biologi siswa pada pembelajaran dengan

menggunaan media video dengan media PowerPoint melalui pembelajaran daring

di SMAN 3 Mataram Tahun Ajaran 2020/2021.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1.4.1 Bagi Peserta Didik

Melalui penelitian penggunaan video dengan PowerPoint diharapkan

dapat meningkatkan interaksi sosial antara peserta didik, menumbuhkan semangat

belajar dan keaktifan siswa serta mampu menguasai materi pelajaran Biologi

dengan mudah sehingga memberi pengaruh positif terhadap hasil belajar peserta

didik.
6

1.4.2 Bagi Guru

Dapat menambah keterampilan guru serta menjadi acuan guru untuk

menggunakan media video atau media PowerPoint sebagai salah satu alternatif

untuk membantu peserta didik aktif dalam pembelajaran Biologi baik melalui

tatap muka maupun melalui pembelajaran daring.

1.4.3 Bagi Mahasiswa

Menjadi pelengkap bahan pustaka sebagai penunjang kegiatan penelitian

bagi mahasiswa yang mengambil kajian yang sama dengan penelitian atau ingin

melanjutkan penelitian ini dalam waktu lebih panjang dan sampel yang lebih

besar.

1.4.4 Bagi Peneliti

Mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan beberapa alternatif

media pembelajaran melalui pembelajaran daring.

1.5 Batasan Masalah

Agar pelaksanaan penelitian ini lebih terarah maka perlu adanya batasan

masalah sebagai berikut:

1.5.1 Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah video dan

PowerPoint.

1.5.2 Hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar dalam ranah kognitif.

1.5.3 Penelitian ini difokuskan pada kelas X IPA di SMAN 3 Mataram.

1.5.4 Kompetensi Dasar difokuskan pada KD 3.2 dan 4.2 tentang Materi

Keanekaragaman Hayati.
7

1.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan latar belakang maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H0: Tidak ada perbedaan hasil belajar biologi siswa pada pengunaan media

Video dengan media PowerPoin Melalui Pembelajaran Daring di SMAN 3

Mataram.

Ha : Ada Perbedaan hasil belajar biologi siswa pada penggunaan media Video dan

media PowerPoint Melalui Pembelajaran Daring di SMAN 3 Mataram.

1.7 Definisi Operasional

Untuk memudahkan dalam memahami isi penelitian ini, perlu didefinisikan

istilah-istilah sebagai berikut:

1.7.1 Media video adalah tayangan gambar bergerak yang disertai dengan suara.

Media video yang digunakan dalam penelitian ini adalah media yang berisi

materi pelajaran Biologi tentang Keanekaragaman Hayati

1.7.2 Media PowerPoint merupakan tayangan gambar dan teks tetap atau

gambar yang berhubungan dengan materi pelajaran Biologi, yang memiliki

beberapa pilihan dan tema. media ini dapat menunjukkan perbandingan

yang tepat dari objek yang sebenarnya.

1.7.3 Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik

setelah ia menerima pengalaman belajar Biologi, berupa hasil belajar

kognitif. Hasil belajar kognitif dalam penelitian ini diukur dengan

memberikan pre-test sebelum peseta didik diberikan perlakuan dan

memberikan post-test setelah peserta didik diberikan perlakuan.


8

1.7.4 Pembelajaran Daring adalah pembelajaran dengan menggunakan teknologi

multimedia, kelas virtual, streaming video, pesan suara, email dan telepon

konferensi, dan teks online animasi.


9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Istilah “media” bahkan sering dikaitkan

atau dipergantikan dengan kata “teknologi” yang berasal dari bahasa latin tekne

dalam Bahasa Inggris art dan logos atau ilmu dalam Bahasa Indonesia (Arsyad,

2014).

Media yang dimaksud dalam pengertian ini berarti alat yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima, sehingga dapat

merangsang fikiran, perasaan, perhatian dan minat penerima pesan. Di dalam

proses penyampaian informasi ini dengan menggunakan saluran atau media maka

komunikan akan menerima informasi atau pesan tersebut melalui kelima panca

inderanya yaitu penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecap

(Kurnia, 2015). Media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi,

atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu

memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Berdasarkan uraian diatas,

dapat dirangkum bahwa media adalah alat bantu yang digunakan untuk

menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima agar mudah diterima melalui

panca indera sehingga terjadi komunikasi untuk memperoleh pengetahuan,

keterampilan dan sikap (Arsyad, 2014).

Pembelajaran adalah proses interaksi antar peserta didik, antara peserta

didik dengan tenaga pendidik dan sumber belajar pada suatu suatu lingkungan
10

belajar (Jufri, 2017). Pane dan Dosapang (2017) juga menuliskan, pembelajaran

pada hakikatnya adalah suatu proses, yaitu proses mengatur, mengorganisasi

lingkungan yang ada disekitar peserta didik sehingga dapat menumbuhkan dan

mendorong peserta didik melakukan proses belajar. Dalam pembelajaran yang

utama adalah bagaimana siswa belajar. Belajar dalam pengertian aktifitas mental

siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan

perilaku yang bersifat stabil. Dengan demikian aspek yang menjadi penting dalam

aktifitas belajar adalah lingkungan. Lingkungan diciptakan dengan menata unsur-

unsurnya sehingga dapat mengubah perilaku siswa. Dari uraian diatas, maka

media pembelajaran dapat diartikan sebagai alat perantara yang digunakan dalam

proses pembelajaran, dengan kata lain untuk menyalurkan pesan (pengetahuan,

keterampilan dan sikap) serta dapat meragsang pikiran, perasaan, perhatian dan

kemauan belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan

terkendali.

Arsyad (2016) menjelaskan tiga ciri media pembelajaran sebagai berikut:

1. Ciri fiksatif: ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan

melestarikan. Suatu pristiwa atau objek yang terjadi di masa lalu dapat disusun

kembali dengan media seperti gambar fotografi, video, disket komputer. Ciri

ini amat penting bagi guru karena kejadian-kejadian atau objek yang telah

direkam atau disimpan dengan format media yang ada dapat digunakan setiap

saat.

2. Ciri manipulatif: kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan

kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit. Di samping dapat dipercepat,
11

suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil

suatu rekaman video. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Azani (2010),

fungsi manipulatif pada media pembelajaran maksudnya adalah media tersebut

dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu seperti menghadirkan objek

atau peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya ataupun peristiwa

yang memiiliki waktu panjang menjadi singkat.

3. Ciri distributif: ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau

kejadian ditransportasikan melalui ruang dan secara bersamaan kejadian

tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman

yang relatif sama mengenai kejadian itu.

Daryanto, (2016) menuliskan bahwa media mempunyai fungsi antara lain:

(1) memperjelas pesan agar tidak terlalu verbalistis, (2) mengatasi keterbatasan

ruang, waktu tenaga dan daya indra, (3) menimbulkan gairah belajar, interaksi

lebih langsung antara murid dengan sumber belajar, (4) memungkinkan anak

belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan melihat, mendengar dan

menggunakannya, (5) memberi rangsangan yang sama, mempersamakan

pengalaman dan m enimbulkan persepsi yang sama.

Menurut Riyana (2012) Dalam kaitannya dengan fungsi media

pembelajaran, dapat ditekankan beberapa hal yaitu, (1) Media pembelajaran

berfungsi sebagai sarana bantu untuk mewujudkan situasi pembelajaran yang

lebih efektif, (2) media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan

proses pembelajaran, (3) media pembelajaran harus relevan dengan kompetensi

yang ingin dicapai, (4) media pembelajaran tidak hanya sebgai alat hiburan, (5)
12

media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses belajar

mengajar.

Media pembelajaran sebagai alat bantu menurut (Ekayani, 2017) yaitu

membantu dalam proses belajar mengajar agar dapat merangsang pikiran,

perasaan, perhatian serta minat dan siswa sehingga proses pembelajaran lebih

aktif. Falahudin, (2014) mengatakan bahwa media pembelajaran berperan

membantu guru menyampaikan materi pelajaran dengan menyediakan,

membimbing, dan memotivasi para pembelajar agar mereka dapat berinteraksi

dengan berbagai sumber belajar yang ada. Indriana, (2011) menyatakan

penggunaan media pembelajaran sangat penting, karena sangat membantu

pendidik dalam memberikan pengajaran secara maksimal, efektif, dan efisien.

Kadaruddin, (2015) media sebagai alat bantu, mempunyai fungsi melicinkan jalan

menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa

kegiatan pembelajaran dengan bantuan media mempertinggi kualitas kegiatan

belajar siswa dalam waktu yang cukup lama, dan kegiatan belajar siswa dengan

bantuan media pembelajaran akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang

lebih baik daripada tanpa bantuan media.

Media pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan kegiatan

mengajar yang berarti media pembelajaran sebagai salah satu komponen yang

tidak berdiri sendiri tetapi saling berhubungan dengan komponen lainnya yang

harus dikembangkan oleh guru untuk mewujudkan situasi belajar yang diharapkan

(Tafano, 2018). Hal tersebut didukung oleh Hananta, (2018) dalam tulisannya

menyatakan media pembelajaran merupakan proses yang kompleks dan terpadu


13

dalam bentuk kesatuan komponen-komponen sistem pembelajaran yang telah

disusun dalam fungsi desain atau seleksi, dan dalam pemanfaatan serta

dikombinasikan sehingga menjadi sistem pembelajaran yang lengkap. Komponen-

komponen tersebut meliputi pesan, orang, bahan, media, peralatan, teknik dan

latar. Menurut Arsyad (2013) mengungkapkan beberapa hasil penelitian yang

menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bagian integral

pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung sebagai

berikut: (a) Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku, (b) pembelajaran bisa

lebih menarik, (c) pembelajaran menjadi lebih interaktif, (d) lama waktu

pembelajaran yang diperlukan dapat dipersingkat, (e) kualitas hasil belajar dapat

ditingkatkan, (f) pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan, (g)

peran guru dapat diubah kearah yang lebih posistif.

Gede, (2013) menjelaskan bahwa media pembelajaran harus relevan

dengan kompetensi yang ingin dicapai, karena itu pembelajaran hendaknya jangan

atas dasar kesukaan guru saja, tetapi harus memperhatikan kesesuaian antara

karakteristik pembelajaran, karakteristik materi pelajaran dan karakteristik media

pembalajaran itu sendiri. Dalam hal ini guru haruslah pandai dalam memilih

media yang sesuai dan cocok digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran

yang telah ditentukan.

Fungsi media pembelajaran untuk meningkatkan kualitas proses belajar

mengajar menurut Sukiman (2012) hasil belajar siswa dengan menggunakan

media pembelajaran akan tahan lama mengendap sehingga kualitas pembelajaran

memiliki nilai tinggi. Media pembelajaran meletakkan dasar-dasar yang kongkret


14

untuk berfikir, oleh karena itu dapat mengurangi terjadinya verbalisme.

Pernyataan tersebut didukung oleh Miftah (2013) menyatakan fungsi media

pembelajaran mampu membuat materi yang abstrak dan dirasa susah dalam

penyampaian langsung pada siswa bisa dikonkritkan atau bisa didisederhanakan

serta pembelajaran yang teoritis menjadi fungsional praktis melalui pemanfaatan

media pembelajaran.

Selain fungsi-fungsi sebagaimana yang telah diuraikan diatas, Menurut

Suprihatiningrum (2013) media pembelajaran ini juga memiliki nilai dan manfat

sebagai berikut: (1) Memperjelas proses pengajaran, (2) meningkatkan

ketertarikan dan interaktivitas siswa, (3) meningkatkan efisiensi dalam waktu dan

tenaga, (4) meningkatkan kualitas hasil belajar siswa, (5) mengubah peran guru

ke arah yang lebih positif dan produktif, (6) membantu mengatasi keterbatasan

panca indera siswa, (7) meningkatkan daya retensi siswa terhadap materi

pelajaran. Pernyataan tersebut didukung oleh Umar (2014) mengatakan media

pembelajaran berperan dalam memperjelas penyajian pesan dan informasi

sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. Selain

itu juga dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian siswa sehingga dapat

menilmbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antar siswa dengan

lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai

dengan kemampuan dan minatnya. Sadiman, (2012) mengatakan media dapat

mengatasi keterbatasan indera, ruang dan waktu, artinya objek atau benda yang

terlalu besar, terlalu kecil atau kejadian-kejadian yang sudah terjadi dimasa lalu
15

dapat ditampilkan langsung diruang kelas dengan menggunakan media gambar,

foto, video atau model.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dirangkum bahwa fungsi dan

manfaat media pembelajaran saling berkaitan, yaitu dapat memudahkan guru

dalam proses pembelajaran yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar pada

peserta didik dengan menggunakan segala sumber belajar yang efektif dan efisien.

diharapkan media pembelajaran yang digunakan dapat membuat peserta didik

lebih tertarik terhadap materi pelajaran yang diajarkan sehingga proses

pembelajaran tidak membosankan.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa media pembelajaran

merupakan segala sesuatu yang dapat memudahkan penyampaian pesan/materi

dalam pembelajaran. Media Pembelajaran memiliki beraneka ragam jenis yang

tentunya tidak semua akan digunakan secara bersamaan dalam proses

pembelajaran. Untuk itu perlu dilakukan pemilihan media yang tepat oleh guru

dengan memperhatikan kriteria dan jenis media yang digunakan. Kriteria yang

perlu dipertimbangkan guru atau tenaga pendidik dalam memilih media

pembelajaran menurut Sudjana, (2011) adalah : (1) ketepatannya dengan tujuan

pengajaran, (2) dukungan terhadap isi bahan pelajaran, (3) kemudahan

memperoleh media, (4) keterampilan guru dalam menggunakannya, (5)

tersedianya waktu untuk menggunakannya, (6) sesuai dengan taraf berfikir siswa.

Menurut Sadiman dkk. (2011) menuliskan bahwa “disamping kesesuaian dengan

tujuan prilaku belajarnya, masih ada empat faktor yang perlu dipertimbangkan

dalam pemilihan media, diantaranya: (1) Ketersediaan sumber setempat, (2)


16

ketersediaan dana dan fasilitas untuk membeli maupun memproduksi sendiri, (3)

kepraktisan, (4) efektifitas biaya dan jangka waktu yang panjang. Dari pendapat

diatas dapat dirangkum, media pembelajaran memiliki beraneka ragam jenis yang

hampir sama dan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga

guru dalam memilih media pembelajaran yang akan digunakan harus disesuaikan

dengan kondisi lingkungan sekolah serta fasilitas yag menunjang keberlangsungan

penggunaan media pembelajaran.

2.2. Media Audiovisual (Video)

Menurut Sufanti, (2010) media audiovisual adalah media pembelajaran

yang pemanfaatannya untuk dilihat sekaligus didengar. Siswa dapat memahami

materi pelajaran yang disajikan dengan indera pendengaran sekaligus penglihatan.

Oleh karena itu dengan media ini guru dapat menyuguhkan pengalaman-

pengalaman yang konkrit kepada siswa. Guru tidak perlu banyak menjelaskan

tetapi siswa bisa memahami banyak hal dengan media ini.

Media audiovisual merupakan alat visual yang penting dan mudah didapat.

Media audiovisual membuat orang dapat menangkap ide atau informasi yang

terkandung didalamnya dengan jelas, lebih jelas daripada yang dapat diungkapkan

dengan kata-kata, baik yang ditulis maupun yang diucapkan. Multimedia sebagai

media audiovisual semakin lama semakin populer di masyarakat kita. Pesan yang

disajikan bisa bersifat informasi, edukatif maupun intruksional (Artam dan

Sinambela, 2015).

Salah satu jenis media audiovisual adalah video. Menurut Busyaeri (2016)

video merupakan media audiovisual yang sudah beredar di masyarakat dan


17

banyak diminati oleh anak-anak sekolah dasar, mulai dari jenis video hiburan,

pengetahuan, informasi, musik, dan cerita-cerita bersejarah bisa disaksikan

dengan mudah. Menurut Sukiman (2012) Media video adalah seperangkat

komponen atau media yang mampu menampilkan gambar, tulisan sekaligus suara

dalam waktu yang bersamaan. Unsur yang ditampilkan berupa narasi, dialog,

suara dan musik, sedangkan unsur visual berupa gambar/foto diam, gambar

bergerak (motion picture), animasi, dan teks.

Menurut Daryanto, (2016) video juga merupakan bahan ajar non cetak

yang kaya informasi dan lugas sehingga dapat sampai kehadapan siswa secara

langsung. Disamping itu, video menambah suatu dimensi baru terhadap

pembelajaran, hal ini karena karakteristik teknologi video yang dapat menyajikan

gambar bergerak pada siswa, disamping suara yang menyertainya. Sehingga,

siswa merasa seperti berada di suatu tempat yang sama dengan program yang

ditayangkan video). Wati (2016) juga menuliskan, karakteristik dari media video

adalah : (1) bersifat linear, artinya video yang diputar ketika proses pembelajaran

bersifat dinamis tidak berubah, (2) representasi fisik dari gagasan real atau

gagasan abstrak materi pembelajaran yang ingin disampaikan, (3) variatif dalam

menampilkan banyak variasi dalam setiap penyajiannya.

Arsyad, (2011) berpendapat bahwa sebagai media pembelajaran dalam

pendidikan dan pengajaran, media video mempunyai sifat sebagai berikut, yaitu

kemampuan untuk meningkatkan persepsi, kemampuan untuk meningkatkan

pengertian, kemampuan untuk meningkatkan transfer (pengalihan) belajar,


18

kemampuan untuk memberikan penguatan (reinforcement) atau pengetahuan hasil

yang di capai, dan kemampuan untuk meningkatkan retensi (ingatan ).

2.2.1 Fungsi Media Video

Wati (2016) menyatakan, dalam konteks komunikasi media video

memiliki beberapa fungsi yaitu: (1) fungsi edukatif, (2) fungsi sosial, (3) fungsi

ekonomis, (4) fungsi budaya, (5) fungsi hiburan. Pujiono, (2012) juga berpendapat

bahwa fungsi edukatif itu memberikan pengaruh baik kepada siswa seperti

meningkatnya motivasi, berfikir logis, kritis, sistematis, dan realistis. Fujiyanto,

(2016) berpendapat fungsi edukatif media video dapat di lihat dari aspek ranah

kognitif, media video dapat memperkuat pemahaman siswa terhadap materi

ajar. Pada ranah afektif, video dapat memperkuat siswa dalam merasakan unsur

emosi dan penyikapan dari pembelajaran yang efektif. Pada ranah psikomotorik,

video memiliki keunggulan dalam memperlihatkan bagaimana sesuatu bekerja.

Sedangkan pada ranah meningkatkan kompetensi interpersonal, video

memberikan kesempatan pada mereka untuk mendiskusikan apa yang telah

mereka saksikan secara bersama.

Fungsi sosial memungkinkan terjadinya sosialisasi dalam pendidikan,

pengembangan sifat sosial, sikap mau bekerjasama dan saling membantu.

Kustandi, (2013) mengatakan berfungsi ekonomis karena media video dilakukan

dengan cara efisiens penyampaian materi sedikit mungkin dapat menekan

pemakaian biaya, tenaga serta juga waktu tanpa mengurangi efektivitas di dalam

pencapaian tujuan. Fungsi budaya perubahan-perubahan dalam segi kehidupan

manusia yaitu dapat mewariskan serta meneruskan unsur-unsur budaya dan seni
19

yang ada di masyarakat. Sedangkan fungsi hiburan dalam proses belajar

mengajar, media video dapat sebagai hiburan bagi siswa sehingga dapat

memancing perhatian atau merangsang minat belajar siswa.

2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Media Video

Menurut Arsyad, (2013) beberapa keuntungan menggunakan media video

dalam proses belajar-mengajar adalah : (1) video dapat melengkapi pengalaman-

penglaman dasar dari siswa ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik, dan

lain-lain,(2) video dapat menggambarkan suatu proses dengan tepat yang dapat

disaksikan secara berulang-ulang jika diperlukan, (3) video dapat menyajikan

peristiwa berbahaya bisa dilihat secara langsung, (4) mendorong dan

meningkatkan motivasi dan menanamkan sikap afektif lainnya.

Sadiman, (2012) yaitu media dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang

dan waktu, artinya objek atau benda yang terlalu besar, terlalu kecil atau kejadian-

kejadian yang sudah terjadi dimasa lalu dapat ditampilkan langsung diruang kelas

dengan menggunakan media gambar, foto, video atau model. Busyaeri (2016)

juga menyatakan kelebihan media video juga dapat mengatasi keterbatasan jarak

dan waktu, mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu dalam waktu

yag singkat, pesan yang disampaikan cepat dan mudah di singkat,

mengembangkan pikiran dan pendapat siswa, mengembangkan imajinasi peserta

didik.

Rusman, (2012) kelebihan media video yaitu : (1) video dapat

memberikan pesan yang dapat diterima lebih merata oleh siswa, (2) video sangat

bagus untuk menerangkan suatu proses, (3) mengatasi keterbatasan ruang dan
20

waktu dan lebih lebih realistis dapat diulang atau dihentikam sesuai kebutuhan,

serta, (4) memberikan kesan yang mendalam sehingga dapat mempengaruhi sikap

siswa.

Terlepas dari kelebihan tersebut, menurut Daryanto (2016) media video

memiliki kekurangan, diantaranya, 1) Size information; video tidak dapat

menampilkan obyek dengan ukuran yang sebenarnya, oleh karena itu maka obyek

yang ditampilkan harus selalu disertai obyek lainnya sebagai pembanding. 2)

Third dimention; gambar yang diproyeksikan oleh video berbentuk dua dimensi,

untuk tampak seperti tiga dimensi dapat diatasi dengan mengatur pengambilan

gambar, letak properti, atau pengaturan cahaya .

Menurut Wati (2016) menyatakan beberapa kekurangan media video antara

lain; 1) Perhatian audien sulit dikuasai, partisipasi mereka jarang dipraktikan. 2)

Komunikasi yang bersifat satu arah diimbangi dengan pencarian bentuk umpan

balik yang lain. 2) Peralatan yang mahal dan kompleks. Kustandi, (2013)

menambahkan kelemahan media video yaitu : 1) pengadaan media video

memerlukan biaya yang sangat mahal dan waktu yang banyak, 2) pada saat

pemutaran video gambar dan suara berjalan terus, 3) tidak semua siswa mampu

mengikuti informasi yang disampaikan melalui media video.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat dirangkum bahwa proses

pembelajaran dengan menggunakan media video, siswa dapat mengefisienkan

waktu dalam belajar, memberikan pengalaman yang baru kepada siswa sehingga

membuat pembelajaran lebih menarik tetapi menyita banyak waktu dalam

pembuatannya dan memerlukan biaya yang cukup mahal.


21

2.3. Media PowerPoint

Wirawan (2014) Menjelaskan bahwa media PowerPoint adalah salah satu

program aplikasi microsoft office yang berguna untuk membuat presentasi dalam

bentuk halaman. Aplikasi PowerPoint paling sering digunakan oleh guru maupun

dosen dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan PowerPoint membuat

pembelajaran menjadi mudah dan menarik karena didukung dengan pilihan-

pilihan dan beberapa tema untuk memperindah tampilan presentasi. Daryanto,

(2016) juga mengartikan PowerPoint merupakan sebuah software (perangkat

lunak) yang dibuat dan dikembangkan oleh perusahaan Microsoft, dan merupakan

salah satu program berbasis multimedia. Di dalam komputer, biasanya program ini

sudah dikelompokkan dalam program Microsoft Office. Program ini dirancang

khusus untuk menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh

perusahaan, pemerintahan, pendidikan, maupun perorangan, dengan berbagai

tema dan menu yang mampu menjadikannya sebagai media komunikasi yang

menarik. Pada prinsipnya program PowerPoint terdiri dari beberapa unsur rupa,

dan pengontrolan operasionalnya. Unsur rupa yang dimaksud, terdiri dari

tampilan halaman, teks, gambar, dan bidang-bidang warna yang dapat

dikombinasikan dengan latar belakang yang telah tersedia. Unsur rupa tersebut

dapat dibuat tanpa gerak, atau dibuat dengan gerakan tertentu sesuai keinginan.

2.3.1. Kelebihan dan Kekurangan PowerPoint

Media pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu

juga dengan media PowerPoint. Hal ini disampaikan oleh Wati, (2016) bahwa
22

media PowerPoint memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

Media PowerPoint diataranya: (1) Menarik, (2) merangsang pikiran siswa, (3)

Mudah difahami peserta didik, (4) Guru tidak perlu banyak menjelaskan (5)

Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan serta mudah disimpan dalam bentuk data

optik (CD/ disket, flashdisk).

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Sinaraya (2014) yang

mengatakan media PowerPoint penyajiannya menarik karena memiliki beragam

jenis warna, huruf, teks, animasi gambar atau foto. PowerPoint lebih merangsang

siswa untuk memperhatikan penyajian pelajaran, pesan informasi secara visual

mudah difahami, guru tidak banyak menjelaskan karena siswa banyak memahami

dari tampilan yang disajikan. Praktis karena dapat digunakan secara berulang-

ulang serta dapat disimpan dalam bentuk data optik (CD/disket,flashdisk).

Elpira, (2015) menjelaskan aspek PowerPoint yang sangat menonjol

adalah aspek visualnya. Dalam jurnalnya mengungkapkan empat fungsi media

pembelajaran yang khususnya pada media visual, yaitu : 1) fungsi atensi, 2) fungsi

afektif, 3) fungsi kognitif, 4) fungsi kompensatoris. Sebagai fungsi atensi, media

visual merupakan inti, menarik, dan mengarahkan perhatian pembelajar untuk

berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang

ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Fungsi afektif, media visual

dapat terlihatdari tingkat kenikmatan pembelajar ketika belajar membaca teks

bergambar, gambar dan lambang visual akan dapat menggugah emosi dan sikap

pembelajar. Febriana, dkk. (2018) mengatakan fungsi kognitif, media visual

memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mendengar informasi atau


23

pesan yang terkandung dalam gambar. Fungsi kompensatoris, memberikan

konteks untuk memahami teks membantu pembelajar yang lemah dalam membaca

teks dan mengingatkannya kembali.

Terlepas dari kelebihan-kelebihannya, PowerPoint juga memiliki beberapa

kekurangan. Menurut Wati, (2016) kekurangan media PowerPoint diantaranya:

(1) Memakan waktu, microsoft ini memerlukan persiapan yang cukup menyita

waktu dan tenaga. (2) Hanya bisa dioperasikan atau dijalankan pada sistem opersi

windows saja. (3) Membutuhkan keahlian lebih untuk dapat membuat PowerPoint

yang benar dan menarik. Snacky (dalam Nanang, 2018) juga mengemukakan

mengenai kelemahan media PowerPoint yaitu: (1) Pengadaan alat mahal dan tidak

semua sekolah memiliki. (2) Memerlukan perangkat keras (komputer) dan LCD

untuk memproyeksikan pesan. (3) Memerlukan persiapan yang matang baik dari

materi dan proses penyusunannya. (4) Diperlukan keterampilan khusus dan kerja

yang sistematis untuk menggunakannya. (5) Menuntut keterampilan khusus untuk

menuangkan pesan atau ide yang baik pada desain program komputer PowerPoint

sehingga mudah dicerna oleh penerima pesan. (6) Bagi pemberi pesan yang tidak

memiliki keterampilan menggunakan, membutuhkan operator untuk membantu.

Maryatun (2015), kekurangan media powerPoint yaitu: (1) Menyita waktu

dan tenaga sebagai bahan persiapan. (2) Terlalu direpotkan oleh perangkat-

perangkat komputer. (3) Jika layar yang digunakan terlalu kecil maka

kemungkinan besar siswa yang duduk jauh dari monitor kesulitan melihat sajian

bahan ajar yang ditayangkan diperangkat tersebut. (4) Para peserta didik harus
24

memiliki cukup kemampuan untuk mengoperasikan program ini, agar jalannya

presentasi tidak banyak hambatan.

2.4. Hasil Belajar

Belajar dimaknai sebagai proses perubahan perilaku, sebagai hasil

interaksi individu dengan lingkungannya (Pane & Dasopang, 2017). Menurut teori

tingkah laku atau aliran behaviorisme, belajar adalah perubahan dalam tingkah

laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon (Jufri, 2017). Dalam

proses belajar, seseorang berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan

menggunakan semua alat inderanya (Harisandy, 2015). Sudjana (2017)

menjelaskan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar merupakan perilaku berupa

pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, strategi kognitif yang baru dan

diperoleh siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suatu suasana atau

kondisi pembelajaran.

Lembaga pendidikan formal menggunakan suatu acuan penilaian tertentu

untuk mengukur hasil belajar. Menurut Sulastri, (2013) hasil belajar adalah

kompetensi atau kemampuan tertentu yang terdiri dari 3 aspek yaitu, aspek

kognitif, afektif, maupun psikomotorik yang dicapai oleh peserta didik setelah

mengikuti proses pembelajaran. Sebagaimana yang dituliskan oleh Nurrita (2018)

menjelaskan hasil belajar adalah sesuatu kemampuan yang diperoleh siswa setelah

mengikuti proses belajar yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotorik.
25

Depdiknas (2003) menjelaskan bahwa “hasil belajar siswa yang

diharapkan adalah kemampuan lulusan yang utuh yang mencakup kemampuan

kognitif, kemampuan psikomotor dan kemampuan afektif. Kemampuan kognitif

adalah kemampuan berpikir secara hirarki yang terdiri dari pengetahuan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Kemampuan psikomotor

berkaitan dengan kemampuan gerak dan banyak terdapat dalam pelajaran praktik.

Sedangkan kemampuan afektif siswa meliputi perilaku sosial, sikap, minat

disiplin dan sejenisnya.

Berdasarkan definisi di atas, dapat diterangkan bahwa belajar merupakan

perubahan tingkah laku, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca,

mengamati, meniru dan lain sebagainya. Belajar juga akan lebih baik, kalau si

subjek belajar mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik.

Belajar merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan setiap orang secara

maksimal untuk dapat menguasai atau memperoleh sesuatu. Hasil belajar adalah

ukuran tingkat keberhasilan yang dapat dicapai oleh seorang siswa berdasarkan

pengalaman yang diperoleh setelah dilakukan evaluasi berupa tes dan biasanya

diwujudkan dengan nilai tertentu serta menyebabkan terjadinya perubahan

kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

2.4.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Karwono dan Mularsih (2010) faktor-faktor yang mempengaruhi

hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal individu,

diklasifikasikan menjadi faktor fisiologis, dan fakor psikologis. Sedangkan faktor

eksternal individu, terdiri atas faktor lingkungan sekolah, lingkungan keluarga,


26

faktor lingkungan masyarakat. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ermalinda,

(2014) faktor- faktor yang mempengaruhi hasil belajar meliputi faktor yang

berasal dari diri sendiri (internal), dan faktor yang berasal dari luar (eksternal).

Faktor internal atau dari diri sendiri terdiri dari faktor jasmaniah, psikologis dan

faktor kematangan fisik dan psikis. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingungan

sosial,

Menurut Slameto (2010) faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri

individu yang sedang belajar, meliputi faktor jasmaniah, psikologis, dan

kelelahan. Adapun faktor yang tergolong dalam faktor jasmaniah yang dapat

mempengaruhi individu dalam belajar antara lain faktor kesehatandan cacat tubuh.

Faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar yaitu

inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Sedangkan

faktor kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani

dan kelelahan rohani (bersifat psikis). Faktor eksternal adalah faktor yang ada di

luar individu. Adapun faktor eksternal yang berpengaruh terhadap belajar dapat

dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu: 1) Faktor Keluarga, Siswa yang belajar

akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi

antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga, dan

latar belakang kebudayaan; 2) Faktor Sekolah, faktor yang mempengaruhi belajar

ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa

dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,

keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah; 3) Faktor Masyarakat,


27

Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar

siswa seperti kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan

bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan pendapat para ahli tentang faktor yang mempengaruhi hasil

belajar tersebut, dapat dirangkup bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar siswa dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri

siswa. Dua hal tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, begitu jugan dengan

kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesionalisme

atau keprofesionalan yang dimiliki oleh pendidik. Artinya dilihat dari kemampuan

dasar yang dimiliki pendidik baik di bidang kognitif (Intelektual), bidang afektif

(sikap) dan keterampilan (psikomotorik).

2.5. Pembelajaran Daring

Daring merupakan singkatan dari “Dalam Jaringan” sebagai pengganti

kata online yang sering kita gunakan dalam kaitannya dengan teknologi internet.

Pembelajaran daring adalah pembelajaran yang dilakukan secara online,

menggunakan aplikasi pembelajaran maupun jejaring sosial. Setiawan, 2020

mengatakan pembelajaran E-learning (Daring) merupakan sistem pembelajaran

yang digunakan sebagai sarana proses belajar mengajar yang dilakukan tanpa

harus bertatap muka secara langsung antara guru dengan peserta didik. Menurut

Dewi, (2020) Pembelajaran daring merupakan pemanfaatan jaringan internet

dalam proses pembelajaran. Dengan pembelajaran daring siswa memiliki

keleluasan waktu belajar, dapat belajar kapanpun dan dimanapun. Siswa dapat
28

berinteraksi dengan guru menggunakan beberapa aplikasi seperti classroom, video

converence, telepon live chat, zoom maupun melalui whatsapp group.

Kelebihan dari pembelajaran daring, salah satunya meningkatkan kadar

interaksi antar siswa dengan guru, pembelajaran dapat dilakukan dimana dan

kapan saja, menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas dan

mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (Pratiwi,

2020). Menurut Tjokro, (2013) Kelebihan pembelajaran daring yaitu, (1) peserta

didik lebih cepat memahami materi ajar karena menggunakan multimedia seperti

gambar, teks, animasi, suara dan video, (2) lebih efektif dalam hal biaya yang

berarti peserta didik tidak perlu datang ke gedung belajar karena dapat dilakukan

dimana saja dan kapan saja serta lebih mudah untuk diperbanyak, (3) lebih

efisiensi karena tidak membutuhkan formalitas kelas, materi ajar bisa langsung

dipelajari, (4) materi ajar bisa langsung dikuasai sesuai dengan kondisi peserta

didik seperti semangat dan daya serap peserta didik. Arnesti dan Hamid, (2020)

juga menuliskan kelebihan lainnya yaitu pembelajaran daring atau online bersifat

mandiri dan interaktivitas yang tinggi, mampu meningkatkan tingkat ingatan,

memberikan lebih banyak pengalaman belajar dengan teks, audio, video dan

animasi yang semuanya digunakan untuk menyampaiakan informasi dan juga

memberikan kemudahan menyampaikan, mengunduh, para sisa juga bisa

mengirim email kepada siswa lain, mengirim komentar pada forum diskusi,

memakai ruang chat, hingga link videoconference untuk komunikasi langsung.

Adapun kekurangan pembelajaran Daring menurut Putra, (2020) yaitu, (1)

minimnya interaksi tatap muka antar guru dengan peserta didik atau peserta didik
29

dengan peserta didik lainnya, (2) kurangnya prasarana yang dimiliki seperti

komputer, laptop, dan sebagainya, (3) materi pelajaran kurang dapat dimengerti

siswa karena saat pembelajaran tidak ditunjang dengan penjelasan guru langsung,

tidak adanya pengawasan secara langsung saat pengerjaan tugas sehingga

pengumpulan tugas menjadi tertunda, (4) jaringan internet yang kurang stabil

terlebih di daerah pedesaan yang dapat menghambat proses pembelajaran daring,

(5) kesulitan mengakses grafik, gambar dan video karena peralatan yang dipakai

tidak mendukung sehingga menyebabkan peserta didik kesulitan.

2.6. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian Prastikawati (2012) penggunaan media video

memberikan pengaruh terhadap nilai akhir praktikum SHV. Perbed aan media

pembelajaran video dan PowerPoint memberikan pengaruh yang berbeda terdapat

hasil akhir praktikum SHV mahasiswa Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta tahun akademik

2011/2012.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Anam (2010) untuk

mengetahui lebih baik manakah hasil belajar siswa yang diajar menggunakan

media pembelajaran Windows Movie Maker dengan hasil belajar siswa yang

diajar menggunakan media pembelajaran PowerPoint. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa hasil belajar yang diperoleh kelas eksperimen (Windows

Movie Maker) lebih baik dibandingkan kelas kontrol (PowerPoint).

Berdasarkan hasil penelitian Artam (2015) hasil belajar siswa yang diajar

dengan menggunakan media audiovisual lebih besar daripada hasil belajar siswa
30

yang diajar dengan menggunakan media PowerPoint pada materi sistem ekskresi

manusia di SMA Negeri 5 Medan tahun pelajaran 2014/2015.

2.7. Kerangka Berfikir

Proses belajar merupakan tahapan-tahapan yang dilalui oleh seorang siswa

baik berupa latihan, pengalaman, tindakan atau prilaku untuk meningkatkan

kemampuannya pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam proses

pembelajaran siswalah yang memegang peranan penting. Guru berperan sebagai

fasilitator, peran sebagai fasililator menuntut guru untuk menyediakan segala

sesuatu yang dibutuhkan siswa agar lebih mudah memahami pembelajaran.

Disamping itu guru juga dituntut untuk melakukan pembelajaran yang mampu

membantu siswa untuk menggali potensi yang dimilikinya.

Media pembelajaran mempunyai arti yang cukup penting, karena dalam

kegiatan tersebut ketidakjelasan materi yang disampaikan kepada siswa dapat

diselesaikan dengan bantuan media. Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan

media pembelajaran. Sebab media pembelajaran akan dapat mempermudah siswa

menerima, mengingat dan menceritakan kembali materi pelajaran sehingga

kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menarik, menjadi konkrit, mudah

dipahami, hemat waktu dan tenaga serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Maka untuk mencapai pengajaran yang baik guru dituntut untuk mampu memilih

dan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi serta sesuai dengan materi

yang diajarkan. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui efektif mana hasil belajar
31

antara mengunakan media video dengan media PowerPoint. Penilaian dilakukan

berdasarkan tes objektif dan lembar observasi untuk mengetahui hasil akhir

belajar siswa.

Pembelajaran Bologi kelas X IPA di SMAN 3

Mataram

Video Powerpoint

Materi Keanekaragaman Materi Keanekaragaman

Hayati Hayati

a. Kinerja Guru

Persiapan Pembelajaran, Action, Kemampuan menjalin

hubungan dengan siswa

Kelas eksperimen I Kelas eksperimen II

Tes Tes

Hasil Belajar Hasil Belajar

Bandingkan
32

Gambar : 2.1 Kerangka Berpikir

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Quasi experiment (Eksperimen semu)

menggunakan rancangan pretest-posttest.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di SMAN 3 Mataram di kelas X IPA pada semester

ganjil tahun ajaran 2020/2021. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus

2020.

3.3. Variabel Penelitian

3.3.1 Variabel Bebas

Variabel bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang diselidiki

pengaruhnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas yaitu media video

dan media PowerPoint.

3.3.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar biologi peserta

didik pada ranah kognitif.

3.4. Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1. Populasi
33

Populasi dalam penelitian ini adalah semua peserta didik kelas X IPA di

SMAN 3 Mataram, pada semester ganjil tahun ajaran 2020/2021 yang terdiri dari

7 kelas dengan jumlah sebanyak 280 peserta didik.

3.4.2. Sampel

Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive

sampling. Teknik sampel dalam penelitian ini digunakan untuk memilih subyek

penelitian berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh guru mata pelajaran biologi.

Untuk menentukan kelas yang bertindak sebagai kelas eksperimen I dan kelas

eksperimen 2 digunakan dengan cara diundi.

3.5. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua kelas sebagai eksperimen melalui

pembelajaran daring yang memanfaatkan aplikasi WhatsApp. dimana Group kelas

eksperimen 1 diberikan perlakuan menggunakan media video pembelajaran dan

Group kelas eksperimen 2 menggunakan media PowerPoint. Kedua kelas

tersebut akan diberikan pre test dan post test. Pemilihan kelas untuk jenis

perlakuan yang diberikan menggunakan teknik undian, dimana perwakilan Grup

kelas akan memilih kartas gulungan yang berisi jenis perlakuan yang akan

diberikan yaitu menggunakan media video dan menggunakan media PowerPoint.

Perbedaan penggunaan media pembelajaran video dan PowerPoint selanjutnya

akan dilihat perbedaannya pada tabel

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian

Kelas Pre test Perlakuan Post test Keterangan :

TI :pre test
34

Eksperimen I TI Video T2

Eksperimen II TI PowerPoint T2

3.5.1. Tahap Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah :

1. Mengadakan wawancara kepada guru biologi dan guru kelas terkait kondisi

pembelajaran sistem daring (online) untuk mendapatkan informasi mengenai

keadaan kelas yang akan diteliti.

2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrument

penelitian sesuai dengan media pembelajaranyang akan digunakan.

3. Menyiapkan materi sebagai bahan penelitian dengan media video dan

PowerPoint.

4. Membuat soal pre-test dan post-test tentang materi Biologi yang akan

diberikan kepada peserta didik.

5. Menguji validitas dan realibilitas soal yang akan digunakan sebagai pre-test

dan post-tes.

6. Memverifikasi media video dan PowerPoint yang akan dijadikan sebagai

bahan penelitian.

3.5.2. Tahap Pelaksanaan


35

Langkah-langkah yang dilaksanakan peneliti pada tahap pelaksanaan ini

adalah :

1. Memberikan pre-test pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 untuk

mengetahui penguasaan konsep awal peserta sebelum diberikan perlakuan

berupa pembelajaran dengan menggunakan media video dan media

PowerPoint.

2. Memberikan perlakuan pembelajaran dengan menggunakan media video pada

kelas eksperimen 1 dan media PowerPoint pada kelas eksperimen 2.

3. Memberikan post -test pada masing-masing kelas.

3.5.3 Tahap Akhir

Tahap ini meliputi kegiatan mengolah data hasil penelitian, menganalisis

dan membahas hasil penelitian, menarik kesimpulan dan membuat laporan hasil

penelitian.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Instrumen Tes

a. Hasil belajar kognitif

Hasil belajar ranah kognitif siswa diukur dengan menggunakan tes.

Menurut Purwanto (2013) tes hasil belajar merupakan tes penguasaan, karena tes

ini mengukur penguasaan peserta didik terhadap materi yang diajarkan oleh guru

atau dipelajari oleh sisiwa. Tes hasil belajar kognitif dirancang oleh peneliti yang

mengacu pada indikator dan tujuan pembelajaran yang tercantum di dalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Tes hasil belajar ini dilakukan untuk

mendapatkan nilai pre-test dan post-tes. Bentuk tes yang digunakan dalam
36

penelitian ini yaitu tes objektif berupa pilihan ganda. Pre-tes diberikan sebelum

diberikan perlakuan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal dari kelas

eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Dan post-tes diberikan setelah adanya

perlakuan, untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kelas eksperimen 1 dan kelas

eksperimen 2.

3.7. Teknik Analisis Data

3.7.1. Uji Validitas

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Uji validitas ini dimaksudkan agar soal benar-benar

mengukur apa yang akan diukur. Untuk mengetahui validitas instrumen dapat

menggunakan rumus sebagai berikut :

r xy =N ¿ ¿

Keterangan:

rxy= koefisien korelasi antara variabel x dan y


N = jumlah siswa
∑x = jumlah nilai variabel x
∑y = jumlah nilai variabel y
∑xy = jumlah nilai perkallian x dan y
(∑X)2= jumlah variabel x dikuadratkan
(∑y)2= jumlah variabel y dikuadratkan
∑x2= jumlah kuadrat variabel x
∑Y2 = jumlah kuadrat variabel y

Setelah rhitung ditemukan, kemudian dikonsultasikan dengan rtabel untuk

mengetahui butir soal yang valid dan tidak valid. Dengan pedoman perhitungan
37

apabila rhitung lebih besar atau sama dengan rtabel pada taraf signifikansi 5%, maka

butir soal tersebut dikatakan valid. Dan apabila rhitung lebih kecil dari rtabel maka

butir soal tersebut dikatakan tidak valid (Sahidu, 2013).

3.7.2. Uji Realibilitas

Realibilitas berasal dari bahasa Inggris “realiable” yang berarti dapat

dipercaya. Untuk pengujian realibilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus

KR 20 (Kuder Richardson) :

{ }
s 2 − ∑ pi q i
k t
ri =
( k−1 ) s
t2

Keterangan :

k = jumlah item dalam instrument


pi = proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1
qi = l – pi
st2= varians total
Setelah rhitung ditemukan, kemudian dikonsultasikan dengan rtabel untuk

mengetahui instrument tersebut reliabel . Dengan pedoman perhitungan apabila

rhitung lebih besar atau sama dengan rtabel pada taraf signifikansi 5%, maka butir soal

tersebut dikatakan reliabel. Dan apabila r hitung lebih kecil dari rtabel maka instrument

tersebut dikatakan tidak reliabel (Sahidu, 2013).

3.7.3. Uji Normalitas

Tujuan dilakukan uji normalitas terhadap serangkaian data adalah untuk

megetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Bila data
38

berdistribusi normal, maka dapat digunakan uji statistika berjenis parametrik.

Sedangkan bila data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistika

nonparametrik (Siregar, 2014). Terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan

untuk menguji normalitas data antara lain dengan Kertas Peluang dan Ӽ. Pada

kesempatan ini digunakan Chi Kuadrat untuk menguji normalitas data (Sugiyono,

2016). Rumus dasar Chi Kuadrat adalah sebagai berikut :


k

χ ¿∑ ¿¿¿
2
i=l

Keterangan:

χ2 = Chi-kuadrat

fo = Frekuensi/ jumlah data observasi

fh = Frekuensi/ jumlah yang diharapkan

fo-fh = selisih data fo dengan fh

Langkah-langkah pengujian normalitas dengan menggunakan Chi Kuadrat

adalah sebagai berikut :

1) Merangkum data keseluruhan variabel yang akan diuji normalitasnya.

2) Menentukan jumlah kelas interval

3) Menentukan panjang interval yaitu (data terbesar – data terkecil) dibagi

dengan jumlah kelas interval.

4) Menyusun kedalam tabel distribusi frekuensi, yang sekaligus merupakan tabel

penolong untuk menghitung harga chi kuadrat .

5) Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh), dengan cara mengalikan

persentase luas tiap bidang kurva normal dengan jumlah anggota sampel.
39

6) Memasukan harga-harga fh ke dalam tabel kolom fh sekaligus menghitung

( f 0 – f h)
harga-harga ( f0 - fh )2 dan dan menjumlahkannya. Harga
fh

( f 0−f h)2
adalah merupakan harga Chi Kuadrat (Ӽh2) hitung.
fh

7) Membandingkan harga Chi Kuadrat hitung dengan Chi Kuadrat tabel. Bila

harga Chi Kuadrat hitung lebih kecil atau sama dengan harga Chi Kuadrat

tabel (Ӽh2 ≤ Ӽt2 ), maka distribusi data dinyatakan normal, dan bila lebih besar

dinyatakan tidak normal.

3.7.4. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah objek yang

diteliti mempunyai varian yang sama. Bila objek yang diteliti tidak mempunyai

varian yang sama maka uji anova tidak dapat diberlakukan. Metode yang

digunakan dalam melakukan uji homogenitas ini adalah varian terbesar

dibandingkan dengan varian terkecil (Siregar, 2014). Pengujian varians

homogenitas digunakan uji-F dengan rumus :

Varians terb esar


F=
Vari ans terk ecil

Varians masing-masing kelas diperoleh dengan rumus:

− 2
2
S=
∑ ( X− X )
n−1

Keterangan:

F = indeks homogenitas yang dicari

S2 = varians
40

X = nilai siswa

x = rata-rata

n = jumlah sampel

Nilai F hitung dan F tabel dibandingkan pada taraf signifikan 5%. Data dikatakan

homogen jika F hitung< F tabel.

3.7.5. Uji Hipotesis

Uji ini digunakan untuk mengetahui kebenenaran pernyataan atau dugaan

yang dihipotesiskan oleh si peneliti. Uji yang digunakan adalah uji t dua sampel,

apabila harga thitung> ttabel maka Ha diterima dan Ho ditolak. Sebaliknya jika thitung<

ttabel maka Ha ditolak dan Ho diterima, dengan tingkat kesalahan 0,05. Berikut

adalah rumus uji t:

X 1−X 2

√ ( n 1 – 1 ) s + ( n2 – 1 ) s 22 1 1
2

( )
t= 1
+
n1 +n 2−2 n 1 n2

(Sugiyono, 2013)

Keterangan:

X1 = rata-rata nilai kelas eksperimen 1


X2 = rata-rata nilai kelas eksperimen 2
S1 = varian kelas eksperimen 1
S2 = varian kelas eksperimen 2
n1 = jumlah sampel kelas eksperimen 1
n2 = jumlah sampel kelas eksperimen 2
41

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Data hasil penelitian diperoleh dari dua kelas yang diberi perlakuan, kelas

X MIPA 1 sebagai kelas eksperimen 1 dan kelas X MIPA 2 sebagai kelas

eksperimen 2, yang diberikan perlakuan yang berbeda pada kedua kelas

eksperimen yakni media video dan powerpoint. Data yang dikumpulkan dalam

penelitian berupa data hasil belajar aspek kognitif siswa yang diperoleh dari nilai

pre-test dan post-test. Sebelum dilakukan pre-test instrumen soal yang dibuat

harus sudah valid dan reliabel. Hal-hal tersebut penting karena instrumen soal

sebagai alat untuk mengambil data sehingga untuk memperoleh data yang baik

instrumen soal harus diuji terlebih dahulu.

4.1 Uji Instrumen

4.1.1 Uji validitas


42

Uji validitas digunakan untuk mengetahui suatu instrumen soal yang akan

digunakan dapat digunakan sebagai alat untuk mengambil data. Soal yang valid

berarti baik untuk digunakan sebagai alat mengambil data. Penelitian ini

menggunakan instrumen soal sebanyak 30 butir soal dan berdasarkan hasil uji

validitas diperoleh sebanyak 23 butir soal yang valid dan sebanyak 7 butir soal

tidak valid. Sehingga peneliti menggunakan 23 butir soal untuk dijadikan

instrumen penelitian yakni soal pretest dan postest.

Tabel Hasil Uji Validitas Instrumen Soal

Kategori Jumlah Item Soal Keterangan

r X Y ≥ r t abel Valid 23

r X Y <r t abelInvalid 7

4.1.2 Uji Reliabilitas

Suatu instrumen tidak cukup hanya dilakukan uji validitas akan tetapi harus

diuji reliabilitas. Data dikatakan reliabel jika data tersebut memang benar dan

sesuai kenyataanya dan dapat memberikan hasil yang sama berapa kalipun

diambil. Sehingga berdasarkan hasil uji reliabilitas menggunakan rumus

Spearman-Brown didapatkan 23 butir soal yang reliabel, karena koefesien

realibilitasnya berada di antara 0,61-0,80


43

Kategori Jumlah Item Soal Keterangan

≥ 0 , 40 4 Reliabel 23 0,803

Tidak Reliabel 0 -

4.2 Hasil Pre-test dan Post-test

4.2.1 Hasil Pre-test

Tabel 4.1 Data Hasil Pre-test Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2

Kelas N Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata

Eksperimen 1 33 86,95 21,73 56,38

Eksperimen 2 31 73,91 21,73 51,19

Nilai rata-rata pre-test kelas eksperimen 1 adalah sebesar 56,38. Kelas

Eksperimen 2 memiliki nilai rata-rata sebesar 51,19.

4.2.2 Hasil Post-test

Hasil post-test disajikan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data Hasil Post-test Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2

Kelas N Nilai Tertinggi Nilai Terendah Rata-rata

Eksperimen 1 33 91,30 56,12 73,76

Eksperimen 2 31 86,95 47,82 67,90


44

Nilai rata-rata post-test hasil belajar aspek kognitif siswa pada kelas eksperimen 1

sebesar 73,76 (Lampiran ). Kelas eksperimen 2 memiliki nilai rata-rata sebesar

67,90 (Lampiran ).

4.3 Uji Normalitas dan Homogenitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui data terdistribusi normal atau

tidak. Uji normalitas dilakukan dengan rumus Chi-Kuadrat (X2). Uji normalitas

dilakukan dengan membandingkan nilai X2hitung dengan X2tabel pada taraf

signifikans 5% dengan derajat kebebasan (dk) = k-1. Hasil uji normalitas data

hasil pre test dan post test pada masing- masing kelas eksperimen 1 dan kelas

ekeperimen 2 sebagai berikut.

Tabel Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar

2 2
χ hi tung χ ta belKema
Kelas Kriteria
mpuan
Eksperimen 1 6,19
Tes Awal
Eksperimen 2 2,76 Terdistribusi
11,07
Eksperimen 1 2,26 Normal
Tes Akhir
Eksperimen 2 5,30

Hasil perhitungan uji normalitas pada Tabel didapatkan X2hitung < X2tabel

sehingga dapat disimpulkan bahwa data tes awal dan tes akhir pada kelas

eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 terdistribusi normal. Data lengkap mengenai

perhitungan normalitas tes awal disajikan pada Lampiran dan tes akhir pada

lampiran

4.3.2 Hasil Uji Homogenitas


45

Hasil uji homogenitas data hasil tes awal dan tes akhir pada kelas

eksperimen 1 dan eksperimen 2 dapat dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel Hasil Uji Homogenitas Tes Awal dan Tes Akhir

X Kemampu
Kelas N S2 Fhitung FTabel Ket
an

Eksperimen 1 33 56,38 206,45


Tes Awal 0,65 Homogen
Eksperimen 2 31 51,19 317,60
1,83
Eksperimen 1 33 73,76 77,30
Tes Akhir 0,63 Homogen
Eksperimen 2 31 67,90 121,92

Hasil uji homogenitas pada Tabel diperoleh Fhitung < Ftabel sehingga dapat

disimpulkan bahwa data tes awal dan tes akhir pada kedua kelas adalah homogen.

Data lengkap mengenai uji homogenitas tes awal disajikan pada Lampiran dan tes

akhir pada Lampiran ().

4.4 Uji Hipotesis (Uji t)

Hipotesis penelitian diuji dengan menggunakan uji beda (uji-t) dengan taraf

signifikan 5%. Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas diketahui kedua

sampel homogen, namun karena jumlah sampel tidak sama atau n1≠ n2, sehingga

uji beda yang digunakan adalah uji-t rumus pooled varians. Hasil uji hipotesis

disajikan pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji t


46

X Kelas Standar Deviasi t hitung t tabel Kriteria

Eksperimen 1 67,90 11,04


2,26 2,00 Ha diterima
Eksperimen 2 73,76 9,67

Hasil perhitungan uji t seperti pada Tabel 4.5 diperoleh thitung > ttabel (2,14 >

1,67) sehingga disimpulkan bahwa Ha diterima, Dengan demikian terbukti secara

statistik bahwa terdapat perbedaan hasil belajar aspek kognitif antara perlakuan

yang menggunakan media gambar fotografi dengan video. Data lengkap

mengenai uji hipotesis disajikan pada lampiran (13).


47

DAFTAR PUSTAKA

Ariani, N dan H, D. 2010. Pembelajaran Multimedia di Sekolah. Jakarta : Prestasi

Pustaka.

Arnesti,N., dan Hamid, A. 2015. Penggunaan Media Pembelajaran Online-offline

dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Hasil Belajar Bahasa Ingris.

Jurnal Tekhnologi Informasi & Komunikasi dalam pendidikan. Vol.2,

No.1.

Artam, M. dan Sinambela, M. 2015.Perbedaan Hasil Belajar Siswa Menggunakan

Media Audio-Visual Dengan PowerPoint Pada Materi Pokok Sistem

Ekskresi . JURNAL PELITA PENDIDIKAN VOL. 3 (4) : 110-111.

Anshor.2015 Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Video Terhadap

Aktivitas dan Hasil Belajar Geografi. Lampung: Universitas Lampung

Arsyad, A. 2011.Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.

Arsyad, A. 2014.Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers.


48

Busyaeri, A.D. 2016. Pengaruh Penggunaan Video Pembelajaran Terhadap

Peningkatan Hasil Belajar IPA di MIM Kroya Cirebon.PGMI FITK IAIN

Syekh Nurjati Cirebon.

Daryanto. 2011. Media Pembelajaran. Bandung: Satu Nusa.

Daryanto. 2013. Media Pembelajaran. Gava Media. Jakarta.

Daryanto. 2016. Media Pembelajaran Edisi Ke-2 Revisi. Penerbit: Gava Media.

Depdiknas. 2003. Pedoman Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning). Jakarta.

Dewi, W.A.J. 2020. Dampak Covid-19 Terhadap Implementasi Pembelajaran

Daring di Sekolah Dasar. Jurnal Ilmu Pendidikan. Vol. 2, No. 1.

Dimyati dan Mudjiono. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

Cipta

Elpira, N. 2015.Pengaruh Penggunaan Media Power Point Terhadap Minat Dan

Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD. Jurnal Inovasi Teknologi

Pendidikan.Vol. 2 No.1.

Ermalinda, P. 2014. Penelitian Tindakan Kelas: (Classroom Action Reasech)

Panduan Teoritis dan Praktis. Bandung: Alfabeta.


49

Falahuddin, I. 2014. Pemanfaatan Media Dalam Pembelajaran.Jurnal Lingkar

Widyaiswara: 4: 104-117.

Febriana, dkk.2018. Pengaruh Penggunaan Media Power Point Terhadap Minat

Belajar Sejarah Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Bumiayu Tahun Ajaran

2017/2018.Indonesia Journal of History Education.No.1, Vol. 6.

Fujiyanto,A., Jayandinata, A.K., Kurnia, D. 2016. Penggunaan Media Audio


Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hubungan
Antar makhluk Hidup.Jurnal Pena Ilmiah.Vol: 1, No: 1.

Hananta, R.O. 2018. Pengembangan Model Media Video pada Pembelajaran


Praktik Pemesinan Bubut. Jurnal Dinamika Vukosional Teknik Mesin.
3(2): 121.

Hardianty dan Wahyu. 2017. Keefektifan Penggunaan Media Video dalam

Keterampilan Menulis Karangan Sederhana Bahasa Jerman Siswa Kelas

XII IPA SMA NEGERI 11 Makasar.Makasar : Universitas Makasar

Harisandy, R. 2015. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas XI pada Mata

Pelajaran Pengendali Daya Tegangan Rendah SMK 1 Sedayu Melalui

Model Kooperatif Tipe GI (Group Investigation). Skripsi Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta.

Indriana, D. 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Jogjakarta: Diva Pres.

Jufri, A.W. 2017. Belajar dan Pembelajaran SAINS.Bandung : Pustaka Reka

Cipta.
50

Kustandi dan Sujipto. 2013. Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor.

Ghalia Indonesia.

Kurnia, A.2015.Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Visual Terhadap Hasil

Belajar Ekonomi Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1

Pekalongan.Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Ekonomi dan Bisnis.

Mailizar,N. 2018.Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) untuk

meningkatkan HasiBelajar. Raniry Darussalam: Banda Aceh.

Maryatun. 2015. Pengaruh Penggunaan Media Program Microsoft Power Point

Terhadap Hasil Belajar Strategi Promosi Pemasaran Mahasiswa Semester

2 Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Muhamadiyah Metro:

Universitas Muhamadiyah. Vol.3, No.1.

Nurrita, T. 2018. Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa. Jurnal Misykat. Vol.3, No.1

Pratiwi, E.W. 2020. Dampak Covid-19 Terhadap Kegiatan Pembelajaran Daring di

Sebuah Perguruan Tinggi Kristen di Indonesia. Jurnal Perspektif Ilmu

Pendidikan. Vol.34, No. 1.


51

Pujiono. 2012. Pemanfaatan E-Learning dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia.

Jurnal Cakrawala Pendidikan. No. 2 .

Putra, I. M. 2020. Kurang Efektifnya Pembelajaran Daring/E-learning. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Riyana, C. 2012. Media Pembelajaran . Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan

Islam Kementrian Agama RI.

Sadiman, dkk.2012. Media Pendidikan: Pengertian dan Pemanfaatannya. Jakarta:

Rajawali Pers.

Sahidu, C. 2013. Penilaian Hasil Belajar. Mataram Lombok : Penerbit Agra Puji

Press.

Setiawan, P. 2020. Pengertian E-learning Menurut Para Ahli, Karakteristik E-

learning dan Manfaat E-learning.

Siregar, S. 2014. Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif (Dilengkapi

dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17). Jakarta: PT

Bumi Aksara.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

RinekaCipta.
52

Sudjana N. (2017). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:


PT Remaja Rosdakarya Offset.

Sufanti, M. 2010. Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta.

Yuma Pustaka.

Sugiyono.2018. Metode Penelitian (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).

Bandung: Alfabeta.

Sukardi.2011. Evaluasi Pendidikan.Jakarta : Bumi Aksara

Sukiman, 2012. Pengemabangan Media Pembelajaran. Yogyakarta.Pedagogia.

Sukmadinata, N.S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : PT Remaja

Rosdakarya.

Sulastri, I., Firmansyah, A. 2013. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran IPS di Kelas

V SDN 2 Limbo Makmur Kecamatan Bumi Raya. Jurnal Kreatif

Tadulako Online.Vol. 3 No. 1

Miftah, M. 2013. Fungsi dan Peran Media Pembelajaran Sebagai Upaya

Peningkatan Kemampuan Belajar Siswa. Jurnal Kwangsavan. Vo.1, No.2

Suprihatiningrum, J. 2013. Strategin Pembelajara Teori dan Aplikasi.Yogyakarta.

Arruz- Media.
53

Tambunan, R. E dan Sinuraya. E. (2014) Penerapan Media Powerpoint Untuk

Menngkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Pengetahuan Dasar Teknik

Bangunan pada Siswa Kelas X Program Keahlian Gambar Bangunan SMK

Negeri 1 Merdek Berastagi Tahun Ajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan

Teknologi dan kejuruan.Vol.2 (2).Hal. 6

Wati, E.R. 2016.Ragam media pembelajaran. Penerbit: Kata Pena.

Umar.2014. Media Pendidikan: Peran dan Fungsinya dalam Pembelajaran. Jurnal

Tarbiyah. No. 1, Vol. 11.Hal. 136.

Anda mungkin juga menyukai