Anda di halaman 1dari 46

i

PROPOSAL SKRIPSI

Preferensi Lebah Trigona sp Terhadap Berbagai Jenis Polen dalam Kawasan


Rumah Pangan Lestari

Disusun Oleh:

WARDATUL UYUN

E1A016075

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Melakukan Penelitian


Program Sarjana (S1) Pendidikan Biologi

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020
ii

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Majapahit No. 62 Telp (0370) 623873 Fax. 634918 Mataram 83125

PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI


Proposal skripsi yang berjudul “Preferensi Lebah Trigona sp Terhadap Berbagai Jenis
Polen dalam Kawasan Rumah Pangan Lestari” yang disusun oleh:

Nama : Wardatul Uyun


Nim : E1A016075
Prog. Studi: Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA

Mataram, 27 Juli 2020


Mahasiswa Pemohon

(Wardatul Uyun)
NIM E1A016075
Menyetujui,
Dosen Pembimbing Skirpsi I Dosen Pembimbing Skirpsi II

Dr. Drs. Karnan, M.Si Drs. M. Yamin, M.Si.


NIP. 19621231199001 1 002 NIP. 196211011991011001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

(Dr.Didik Santioso, M.Sc.)


NIP: 196702091993031001
iii

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jl. Majapahit No. 62 Telp (0370) 623873 Fax. 634918 Mataram 83125

PERMOHONAN UJIAN PROPOSAL SKRIPSI

Proposal skripsi yang berjudul “Preferensi Lebah Trigona sp Terhadap Berbagai Jenis
Polen dalam Kawasan Rumah Pangan Lestari” yang disusun oleh:

Nama : Wardatul Uyun


Nim : E1A016075
Prog. Studi: Pendidikan Biologi
Jurusan : Pendidikan MIPA

Mataram, 27 Juli 2020


Mahasiswa Pemohon

(Wardatul Uyun)
NIM E1A016075
Menyetujui,

Dosen Pembimbing Skirpsi I Dosen Pembimbing Skirpsi II

Dr. Drs. Karnan, M.Si Drs. M. Yamin, M.Si.


NIP. 19621231199001 1 002 NIP. 196211011991011001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

(Dr.Didik Santioso, M.Sc.)


NIP: 196702091993031001
iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah Swt, karena dengan rahmat dan

karuniaNya penyusun dapat menyelesaikan proposal ini sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan.

Proposal ini disusun agar pembaca dapat memperluas wawasan yang

penyususn sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Proposal skripsi ini

memuat tentang “Preferensi Lebah Trigona sp Terhadap Berbagai Jenis Polen dalam

Kawasan Rumah Pangan Lestari”.

Penyusun mengucapkan terimakasih kepada:

Bapak Dr. Drs. Karnan, M.Si dan Bapak Drs. M. Yamin, M.Si selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan masukan dalam penyusunan proposal ini.

Semoga dengan terselesaikanya proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi

penulis maupun bagi mereka yang akan menggunakan sebagai acuan atau hasanah

tambahan.

Mataram, Juli 2020

Penulis
v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI..................................................................ii

PERMOHONAN UJIAN PROPOSAL SKRIPSI...................................................iv

KATA PENGANTAR.................................................................................................v

DAFTAR ISI...............................................................................................................vi

DAFTAR TABEL.....................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR..................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................................4

1.4 Manfaat penelitian...............................................................................................4

1.5 Batasan Masalah..................................................................................................5

1.6 Definisi Operasional............................................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................7

2.1. Tinjauan Pustaka.............................................................................................7


vi

2.2. Penelitian Relevan........................................................................................22

2.3. Kerangka Berpikir.........................................................................................24

BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................25

3.1. Jenis Penelitian..............................................................................................25

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................25

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian....................................................................26

3.4. Variabel Penelitian........................................................................................26

3.5. Alat dan Bahan Penelitian.............................................................................26

3.6. Teknik Pengumpulan Data............................................................................27

3.7. Analisis Data.................................................................................................31

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................28
vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian relevan........................................................................................22

Tabel 3.1 Jadwal penelitian.........................................................................................25

Tabel 3.2 Alat penelitian.............................................................................................26

Tabel 3.3 Bahan penelitian..........................................................................................27


viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Morfologi eksin pada polen.......................................................................11

Gambar 2. Skema susunan dinding polen...................................................................12

Gambar 3. Macam tipe polen......................................................................................13

Gambar 4. Pandangan polen........................................................................................13

Gambar 5. Bentuk polen..............................................................................................14

Gambar 6. Tipe-tipe apertura polen dan cirinya..........................................................15

Gambar 7. Klasifikasi polen berdasarkan apertura......................................................16

Gambar 8. Ornamentasi pada dinding eksin................................................................17

Gambar 9. Kotak sarang yang mengandung koloni lebah stingless............................19


ix
1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Parameter iklim secara tidak langsung mempengaruhi semua proses edafik dan

biologis. Proses ini akan memiliki dampak terhadap perubahan iklim meskipun

besarnya bergantung pada sensitivitas (Shirsath et al., 2017). Perubahan iklim ditandai

dengan adanya perubahan cuaca yang tidak menentu contohnya seperti yang

dikemukakan oleh Ratnaningayu dalam (Muslim, 2013), yaitu adanya curah hujan yang

tidak menentu, sering terjadi badai, suhu udara yang ekstrim, arah angin yang berubah

drastis, dan sebagainya. Hal ini akan memperburuk keadaan pada sumber daya darat

dan air yaitu menurunnya produktivitas tanaman pangan, ternak dan ikan. Jika tidak

segera diambil tindakan atau solusi yang tepat maka efek jangka pendek tidak dapat

terhindarkan. Dampak perubahan iklim yang terjadi di dunia memerlukan perhatian

serius, khususnya sektor pertanian yang dikemukakan oleh (Santoso, 2016) dampak

perubahan iklim ekstrim berupa kekeringan menempati urutan pertama penyebab gagal

panen.

Upaya untuk menghadapi perubahan iklim di sektor pertanian dengan

menggunakan teknologi unggulan misalnya pemilihan varietas tanaman, pola tanam

dan pendekatan pengelolaan ekosistem (Yulianingrum et al., 2019). Salah satu upaya

yang dapat dilakukan untuk mengelola ketahanan pangan dalam menghadapi


2

perubahan iklim adalah dengan kawasan rumah pangan lestari. Dalam mengolah

potensi yang ada kawasan rumah pangan lestari menggunakan pendekatan melalui

pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), yaitu dengan membangun kebun

bibit, demplot, kebun sekolah serta mengutamakan sumber daya local disertai dengan

pemanfaatan pengetahuan local (Kementrian Pertanian RI, 2018). Salah satu demplot

yang dikembangkan di Kawasan Rumah Pangan Lestari Lombok Tengah yaitu

budidaya lebah madu Trigona sp yang terintegrasi dengan lahan pertanian.

Budidaya lebah Trigona sp telah dikenal dan dilakukan oleh masyarakat di

kawasan pedesaan. Usaha budidaya lebah Trigona sp di kawasan pedesaan bisa

dilakukan oleh masyarakat sebagai mata pencaharian. Usaha ini memerlukan biaya

produksi rendah, namun dapat memberikan kontribusi pendapatan yang cukup tinggi.

Pengembangan usaha lebah Trigona sp dapat dijadikan sebagai suatu peluang bisnis

yang mempunyai prospek bagus (Kusmanwati, 2018). Hal ini dikarenakan hasil

budidaya Trigona sp memiliki kandungan propolis yang jauh lebih banyak (Sabir,

2005).

Keberhasilan budidaya lebah madu bergantung pada ketersediaan pakan yang

ada dilingkungannya. Menurut Sihombing (2015), pakan lebah madu adalah dalam

bentuk nectar, polen, honey dew dan royal jelly. Kondisi ligkungan yang ada di

Kawasan Rumah Pangan Lestari di Desa Merta, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok

Tengah tergolong dalam rejim suhu panas (Isohyperthermic). Kondisi lingkungan

tersebut memungkinkan tumbuhnya beberapa jenis tanaman berbunga yaitu tanaman


3

sayur mayur, tanaman hias dan tanaman herbal yang akan menajdi sumber pakan bagi

lebah madu. Potensi tanaman sebagai pakan atau sumber polen yang ada di Kawasan

Rumah Pangan Lestari beragam, namun belum ada informasi mengenai jenis tanaman

berbunga yang disukai oleh Trigona sp.

Menurut Widowati (2013), polen adalah alat reproduksi jantan pada bunga.

Umumnya semua tanaman berbunga merupakan sumber pakan lebah karena bunga

adalah penghasil polen. Lebih lanjut DeGrandiHoffman dalam Widowati (2013)

ketersediaan dan kualitas polen bunga juga sangat menentukan perkembangan dan

kondisi kesehatan koloni terutama bagi jumlah telur, perkembangan larva hingga

mencapai dewasa, dan produktivitas koloni. Hasil penelitian oleh Pratama et al., (2018)

menyatakan bahwa terdapat perbedaan jenis polen yang dikoleksi oleh Trigona sp pada

ketinggian tertentu dan polen yang dikoleksi oleh lebah Trigona sp tergantung dari

bunga yang tumbuh disekitar sarangnya. Oleh karena itu, informasi mengenai tanaman-

tanaman sumber polen yang cenderung dikunjungi oleh Trigona sp sangat diperlukan

untuk menentukan perkembangan koloni dan produktifitas madu. Berdasarkan

pemaparan tersebut maka perlu dikaji kecenderungan atau preferensi jenis polen lebah

Trigona sp yang ada di Kawasan Rumah Pangan Lestari Lombok tengah. Penelitian ini

dapat memberikan manfaat sebagai sumber informasi untuk budidaya lebah Trigona sp

dalam menentukan jenis polen tanaman yang paling bagus untuk perkembangan koloni

dan produktifitas madu.


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu,

bagaimana preferensi lebah Trigona sp terhadap berbagai jenis polen dalam

kawasan rumah pangan lestari?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui preferensi polen

yang dikumpulkan oleh Trigona sp di Kawasan Rumah Pangan Lestari.

1.4 Manfaat penelitian

Dengan mengetahui preferensi jenis polen dalam madu Trigona sp yang

diperoleh di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Lombok Tengah maka akan

bermanaat:

1.4.1 Bagi peneliti, penelitian ini menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti

mengenai preferensi jenis polen Trigona sp di Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL) Lombok Tengah.

1.4.2 Bagi masyarakat, penelitian ini dapat memberikan informasi kepada peternak

lebah madu terkait dengan jenis polen yang disukai oleh Trigona sp dan

memberikan informasi dalam upaya rekayasa rasa, aroma sesuai pilihan bunga

jenis tumbuhan yang diinginkan.

1.4.3 Bagi pemerintah, penelitian ini dapat digunakan untuk memperoleh informasi

mengenai preferensi jenis polen Trigona sp sebagai bahan pertimbangan,

pengelolaan dan tindak lanjut untuk kedepannya.


5

1.4.4 Bagi Program Studi Pendidikan Biologi, penelitian ini dapat memberikan

informasi ilmu pengetahuan biologi sekaligus sebagai refrensi tambahan

mengenai polen dan Trigona sp.

1.5 Batasan Masalah

Agar kajian dan pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas maka perlu

diberi batasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1.5.1 Subyek penelitian ini adalah jenis polen yang diambil pada setiap stup Trigona

sp di lokasi penelitian Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Lombok

Tengah.

1.5.2 Karakteristik yang diamati dalam penelitian ini yaitu jenis polen yang

dikumpulkan oleh Trigona sp.

1.5.3 Lokasi penelitian ini terletak di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

Lombok Tengah.

1.6 Definisi Operasional

1.6.1 Preferensi polen menunjukkan kecenderungan dan kesukaan lebah dari

berbagai pilihan tanaman berbunga yang ada.

1.6.2 Trigona adalah jenis lebah madu tak bersengat (stingless honey bees) dan

memiliki produk utama yaitu madu, polen dan propolis.

1.6.3 Polen merupakan alat reproduktif jantan tumbuhan yang mempunyai protein

tinggi dan sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan pengganti sel-sel yang
6

rusak. Polen dibutuhkan sebagai pakan lebah madu yang mengandung

karbohidrat, protein, mineral, air dan lain-lain untuk kehidupannya.


7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Trigona sp

Lebah Trigona dikenal dengan sebutan Klanceng (bahasa: Jawa), sedangkan

masyarakat di provinsi Maluku menyebutnya dengan beberapa sebutan seperti:

mae-mae toher (P. Ambon), bulpena (P. Haruku), Kelkelo (P. Saparua). Klasifikasi

lebah Trigona sp. Menurut Sihombing (2015), adalah sebagai berikut:

Filum : Artrhropoda

Kelas : Insekta

Ordo : Hymenoptera

Famili : Apidae

Genus : Trigona

Spesies : Trigona sp.

Surata dalam (Dewantari, 2019) menjelaskan bahwa lebah Trigona

adalah serangga kecil berwarna hitam , dengan panjang tubuh antara 3-4 mm,

serta rentang sayap 8 mm. Lebah pekerja memiliki kepala besar dan rahang

panjang. Sedang lebah ratu berukuran 3-4 kali ukuran lebah pekerja, perut besar

mirip laron, berwarna kecoklatan dan mempunyai sayap pendek. Lebah ini tidak

mempunyai sengat (stingless bee) (Dewantari, 2019). Ciri khas dari lebah
8

Trigona yaitu tidak memiliki alat sengat tetapi mempunyai zat perekat sebagai

senjata untuk membelah dirinya (Lamerkabel, 2011).

Koloni lebah Trigona terdiri atas golongan reproduktif (lebah jantan dan

ratu) dan golongan non reproduktif (lebah pekerja). Satu sama lainnya dapat

dibedakan dari bentuk, rupa dan tingkah laku. Satu koloni lebah hanya memiliki

satu ekor ratu, ratusan ekor lebah jantan dan ribuan ekor lebah pekerja. Lebah

pekerja memiliki kepala besar dan rahang panjang. Sedang lebah ratu berukuran

3-4 kali ukuran lebah pekerja, perut besar mirip laron, berwarna kecoklatan dan

mempunyai sayap pendek. Tugas lebah ratu hanya satu yaitu bertelur (dapat

menjad lebah jantan, pekerja, dan kadang calon ratu) sedangkan lebah pekerja

memiliki tugas paling berat yaitu memberi makan lebah ratu dan larva,

membuat sarang, mencari nectar dan tepung sari, memproses dan menyimpan

madu (Dinas Lingkungan Hidup, 2020). Semua pekerjaan dilakukan oleh lebah

pekerja, baik pekerjaan di dalam sarang maupun di luar sarang. Semua

pembagian tugas dilakukan dengan teratur berdasarkan tingkatan usia dari

anggota lebah pekerja.

Aktivitas mencari pakan dipengaruhi oleh ukuran tubuh lebah. Spesies

berukuran besar relatif melakukan aktivitas makan lebih awal karena mampu

meningkatkan temperatur tubuh mereka melalui pergerakan otot terbang.

Sedangkan spesies berukuran kecil seperti Trigona, menurut Heard & Hendrikz

dalam Putra et al., (2017), bergantung pada suhu lingkungan untuk


9

mendapatkan temperatur tubuh minimal bagi beraktivitas yang diperkirakan

berkisar antara 18–19 °C. Menurut (Nugroho & Soesilohadi, 2015), Trigona

lebih banyak mencari makan pada pagi hari dibandingkan dengan sore hari. Hal

ini dipengaruhi oleh intensitas cahaya matahari dan suhu. Suhu udara dan

intensitas cahaya naik maka aktivitas Trigona keluar sarang juga akan

meningkat. Apabila kelembaban turun maka aktivitas Trigona keluar sarang

akan meningkat. Selain itu ukuran tubuh juga mempengaruhi jarak terbang

lebah mencari makanan. Makin besar tubuh lebah, maka makin jauh jarak

terbangnya. Trigona dengan ukuran 5mm mempunyai jarak terbang sekitar

600m.

Lebah madu membutuhkan pakan yang mengandung karbohidrat,

protein, mineral, air dan lain-lain untuk kehidupannya. Pakan tersebut sangat

penting untuk perkembangan koloni, perawatan ratu, peningkatan produksi telur

dan produksi madu. Pakan lebah madu adalah nectar, honey dew dan polen.

Sewaktu mengumpulkan polen, seekor lebah pekerja harus mengunjungi

banyak bunga, umumnya sekitar 50-1.000 bunga, dan dengan demikian

terkumpul polen dari setiap kuntum bunga lebah mendekapkan tubuhnya ke

bunga berulang-ulang sehingga polen menempel pada bulu-bulu tubuhnya,

terutama di bagian thorax; rahang dan lidah turut juga digunakan, tergantung

dari struktur bunga. Polen yang tersebar di bagian tubuh kemudian


10

dikumpulkan ke dalam corbicula dengan menggunakan sikat polen yang

terdapat di ketiga pasang kakinya (Sihombing, 2015).

2.1.2 Polen (Serbuk sari)

Polen atau serbuk sari adalah alat perkembangbiakan jantan berupa

kantung yang dihasilkan oleh tumbuhan Spermatophyta, baik yang berasal dari

tumbuhan Gymnospermae maupun Angiospermae (Azizah et al., 2016).

Menurut Moore et al (1991) dalam (Nugroho, 2014) polen dalam ilmu

palynology merupakan palinomorf yang termasuk dalam kelompok sporomorf.

Objek palinomorf yang dipelajari baik yang masih hidup (Actuopalynology)

ataupun sudah menjadi fosil (Paleopalynology) (Sihombing, 2015). Galimberti

et al., (2014) menjelaskan bahwa polen memiliki karakteristik spesifik yang

terkait dengan spesies tanaman, dan nilai nutrisi serbuk sari menunjukkan

perbedaan yang konsisten antara taksa. Selain itu, komposisi dan keragaman

serbuk sari (dalam hal asal tanaman) secara langsung mempengaruhi kualitas

dan keamanan produk lebah madu lainnya, seperti madu, royal jelly, dan

propolis.

2.1.3 Struktur dinding polen

Dinding serbuk sari memiliki struktur yang kompleks. Lapisan luar yang

dikenal sebagai eksin kaya akan sporopolenin. Sporopolenin ini bersifat kaku,

tahan bahan kimia, dan kedap air (Katifori et al., 2010). Lapisan eksin terdiri

dari lapisan endeksin (eksin dalam) dan lapisan ekteksin (eksin luar) (Nugroho,
11

2014). Morley (1990) menjelaskan dalam Nugroho (2014) bahwa ekteksin

tersusun tiga lapisan yaitu tektum (lapisan terluar), kolumela atau bakula

berbentuk tiang kecil yang mendukung tektum dan lapisan kaki sebagai lapisan

paling dasar. Butiran dengan tektum yang menutupi seluruh permukaan butiran

disebut tektat, jika tidak mempunyai tektum disebut intektat dan butir yang

mempunyai tektum hanya menutupi sebagian kecil permukaan disebut

semitektat.
12

Gambar 1. Morfologi eksin pada polen


13

(Sumber: Nugroho, 2014)

Gambar 2. Skema susunan dinding polen


14

(Sumber: Nugroho, 2014 dan Quezada-Euán, 2018).

2.1.4 Morfologi Polen

Polen secara umum dapat diklasifikasikan berdasar kenampakan fisik

atau morfologinya. Karakter utama dari polen dan spora yang digunakan untuk

determinasi dan identifikasi adalah unit, aperture, ukuran dan bentuk, dan

ornamentasi pada eksin (Nugroho, 2014).

a. Unit polen dan spora

Unit polen dibedakan atas monad, diad, tetrad, dan polyad. Selain itu

ada pula polen yang dilepaskan dari tumbuhan dalam bentuk massulau atau

polinia (Nugroho, 2014). Sekitar 53 familia dari Angiospermae (41 familia

dikotil dan 12 familia monokotil) mempunyai serbuk sari bentuk tetrad dan

diad. Hanya 5 familia dari Angiospermae yang mempunyai serbuk sari

polyad yaitu: Annonaceae, Leguminosae, Hippocrateaceae, Asclepiadaceae,

dan orchidaceae (Hasanuddin, 2018).


15

Gambar 3. Macam tipe polen

(Sumber Quezada-Euán, 2018)

b. Ukuran dan Bentuk

Bentuk butir polen dapat dideskripsi menggunakan kenampakan

pada pandangan polar dan pandangan ekuatorial (Nugroho, 2014).

Gambar 4. Pandangan polen


A. Pandangan ekuatorial; B. pandangan polar

(Sumber (Nugroho, 2014)

Morley (1990) dalam Nugroho (2014), mengklasifikasikan

pandangan ekuatorial polen dan spora menjadi 8 bentuk yaitu:

circular (oval), rhomboidal, apiculate, constricted oval circular,

constricted rectangular, compressed oval, depressed oval, rectangular.


16

Pada pandangan polar dapat dibedakan menjadi 13 bentuk: circular,

semi-angular, inter semi-angular, angular, inter angular, semi-lobate,

inter semi-lobate, lobate, inter lobate, hexagonal, inter hexagonal,

subangular, inter sub-angular.

(Su
Gambar 5. Bentuk polen
m ber:

Nugroho, 2014)

c. Jumlah dan bentuk apertura

Polen memiliki bentuk, ukuran,ornamentasi pada eksin serta

apertura yang bervariasi ( Oktavia et al., 2015). Menurut Suedy

(2012) dalam (Nugroho, 2014) apertura merupakan salah satu

karakter polen yang penting. Apertura adalah suatu area tipis pada
17

eksin yang berhubungan dengan perkecambahan polen. Bentuk butir

polen juga terkait erat dengan tipe aperturanya, contohnya butir

serbuk sari dengan tipe apertura tricolpate akan cenderung berbentuk

bulat hingga bulat telur, sedangkan pada polen yang aperturanya

monosulkat akan cenderung berbentuk seperti perahu.

Gambar 6. Tipe-tipe apertura polen dan cirinya


(Sumber: Nugroho, 2014)

Apertura polen dibedakan menjadi dua tipe, yaitu celah

memanjang disebut colpus/colpi dan berbentuk bulat disebut

porus/pori, serta dengan beberapa variasi apertura antara bentuk

colpus dan porus.


18

Gambar 7. Klasifikasi polen berdasarkan apertura


(sumber: Nugroho, 2014)

d. Ornamentasi pada eksin

Ciri yang diperlihatkan eksin pada polen dapat menjadi sumber

penting dalam identifikasi yang meliputi; bentuk, ukuran, jumlah

dan susunan pada dinding apertura, serta struktur dan ornamentasi

pada eksin (Kapp, 1969; Oktavia, 2015). Selanjutnya Nugroho

(2014), menjelaskan bahwa tipe ornamentasi eksin polen disusun

berdasar ukuran, bentuk, dan susunan unsur ornamentasi.

Ornamentasi merupakan bentuk eksternal eksin tanpa menunjukkan

susunan eksin bagian dalam.


19

Gambar 8. Ornamentasi pada dinding eksin


(Sumber: Quezada-Euán, 2018)

e. Bee Polen

Sumber pakan lebah madu adalah tanaman yang meliputi;

tanaman buah-buahan, tanaman sayur-sayuran, tanaman hias,

tanaman pangan, tanaman perkebunan, dan tanaman kehutanan.

Bunga-bunga dari tanaman-tanaman tersebut mengandung nektar,

dan tepung sari bunga (pollen) (Lamerkabel, 2011). Lebah madu

mempunyai alat dan cara khas untuk mengumpulkan dan membawa

polen dari bagian bunga tersebut, yakni dengan menggunakan mulut,

lidah, dan hampir semua bagian-bagian luar tubuh untuk memanen

butir-butir polen yang ukurannya sangat kecil (0,01-0,1 mm) dari

bunga dan menggunakan sebuah keranjang khusus yang disebut


20

corbicula atau pollen basket, di kaki belakang untuk membawa polen

dalam bentuk pelet ke sarang (Sihombing, 2015).

Lebah madu mengumpulkan biji-bijian serbuk sari selama

kunjungan bunga, dan menggumpalkan biji-bijian tersebut menjadi

pelet menggunakan campuran nektar-saliva. Pelet kemudian

diangkut ke sarang untuk memberi makan larva lebah madu

(Hawkins et al., 2015). Lebah stingless (Meliponini) adalah spesies

lebah yang menghasilkan madu. Sarang lebah stingless berada

dalam pohon berlubang dan terbuat dari lilin yang disekresikan

dengan lebah atau resin propolis yang dikumpulkan dari tanaman

(Quezada-Euán, 2018). Lebah madu mengumpulkan polen yang

dihasilkan oleh anther sebagai sumber protein, lemak, sedikit

karbohidrat dan mineral (Sihombing, 2015). Lebih lanjut Quezada-

Euán, (2018) menjelaskan bahwa polen sebagai sumber utama

nitrogen dan protein bagi lebah yang tidak menyengat dan

dikumpulkan dalam jumlah yang besar oleh lebah pekerja untuk

menyediakan sel induk atau untuk penyimpanan untuk koloni.


21

Gambar 9. Kotak sarang yang mengandung koloni lebah stingless


(A, cerumen; B, pot propolis kosong; C, Madu; D, bee polen; E, serbuk

sari fermentasi)

(Sumber: Al-Hatamleh et al., 2020)

2.1.5 Pakan lebah Trigona sp

Pakan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi keberlanjutan

peternakan lebah madu. Lebah madu membutuhkan pakan yang mengandung

karbohidrat, protein, mineral, air dan lain-lain untuk kehidupannya. Pakan

tersebut sangat penting untuk perkembangan koloni, perawatan ratu,

peningkatan produksi telur dan produksi madu. Pakan lebah madu adalah

nectar, honey dew dan polen. Kekurangan pakan merupakan masalah yang

sangat serius dan dapat menghambat perkembangan usaha peternakan lebah

madu yang berdampak pada penurunan produksi madu, polen dan royal jeli

sehingga menurunkan pendapatan peternak lebah. Selain itu, kekurangan pakan


22

dapat menyebabkan koloni lebah madu menjadi lemah dari segi jumlah lebah

pekerja sedikit, produksi madu, polen dan royal jeli rendah, produktivitas lebah

ratu menurun karena kurangnya pasokan pakan nektar dan polen sebagai

sumber karbohidrat dan protein (Agussalim et al., 2017).

Kondisi lingkungan mempengaruhi ketersediaan pakan. Suhu

merangsang terjadinya perubahan kelimpahan bunga yang akan sangat

berpengaruh terhadap interkasi penyerbukan. Peningkatan jumlah bunga

merupakan salah satu respon yang terjadi pada tanaman ketika terjadi kenaikan

suhu udara. Menurut Hegland dalam (Widhiono, 2015), peningkatan jumlah

bunga akan menyebabkan terjadinya peningkatan keberhasilan reproduksi pada

spesies tumbuhan. Misalnya melalui peningkatan jumlah kunjungan serangga

penyerbuk sebagai akibat dari perubahan tingkah laku dan komposisi serangga

penyerbuk dalam komunitas yang akhirnya akan meningkatkan penyerbukan

silang dan jumlah biji yang dihasilkan. Sebaliknya peningkatan jumlah bunga

individu tanaman memungkinkan akan menyebabkan meningkatnya

penyerbukan sendiri yang disebabkan oleh adanya geitonogamy. Peningkatan

jumlah bunga juga akan mempengrauhi serangga penyerbuk karena

ketersediaan pakan yang meningkat merupakan faktor yang sangat penting yang

mengatur aktivitas dan kepadatan populasi serta keragaman serangga penyerbuk

(Widhiono, 2015).
23

Jenis pakan yang digunakan dalam budidaya akan mempengaruhi rasa

madu yang dihasilkan oleh lebah. Pakan yang bagus akan menghsilkan kualitas

madu yang bagus dan sebaliknya. Untuk menghasilkan madu yang berkualitas

maka diperlukan pakan yang tepat untuk pertumbuhan Trigona sp. Pollen dan

nectar merupakan sumber pakan bagi Trigona sp yang berasal dari berbagai

jenis tumbuhan. Dalam memperoleh makan Trigona sp cenderung tertarik

terhadap sumber makanan yang letaknya lebih rendah dan lebih dekat dari

lubang pintu masuk sarang dibandingkan dengan sumber makanan yang lebih

jauh dan tinggi atau lebah Trigona cenderung mencari makan disekitar

sarangnya. Kesukaan lebah dalam mengumpulkan pollen karena pollen

mengandung sumber gizi dan sumber protein. Sedangkan kesukaan lebah dalam

mengumpulkan nectar adalah karena adanya kandungan gula yang terdapat

pada nectar. Makin tinggi kadar gula dari nectar suatu bunga, semakin senang

lebah mengunjungi bunga tersebut ( Oktavia, 2017).


24

2.2. Penelitian Relevan

Tabel 2.1. Penelitian relevan


Hubungan
No. Judul Penelitian Sumber Hasil dengan
penelitian

Mengkaji Mengetahui
31 Karakteristik Umum Polen dan ( Nugroho, tentang karakteristik
. Spora Serta Aplikasinya 2014) karakteristik umum polen
umum polen

Suku Asteraceae Mengetahui


yang ditemukan morfologi
di Malang Raya polen suku
meliputi 35 Asteraceae
Karakterisasi Polen Suku
tumbuhan,
Asteraceae di Malang Raya. ( Oktavia et al.,
2. terdiri dari 31
Skripsi Jurusan Biologi 2015) species, dan
Fakultas MIPA UM
tergolong dalam
24 margadengan
ciri morfologi
beragam.

Jenis polen yang Mengetahui


teridemtifikasi metode
sebagai sumber identifikasi
pakan lebah jenis polen di
Identifikasi Jenis Polen Trigonaclypearis lahan.
Sebagai Sumber Pakan Lebah di lahan
(Sulistia et al.,
3. Agroforestry di
Trigona (Trigona clypearis) di 2016)
Lahan Agroforestri Dusun Kumbi,
Desa Pakuan
Kecamatan
Narmada adalah
papaya, dadap
dan rambutan.

4. Pengaruh Ketingian Terhadap (Jayuli et al., Ketinggian Mengetahui


Diameter Polen Lebah Madu 2018) tempat metode dalam
(Apis cerana) di Kabupaten berpengaruh mengambil
Malang pada diameter polen dalam
polen tanaman setup dan
yang pengambilan
dikumpulkan sample polen
oleh lebah madu tanaman.
apis cerana, baik
diameter polar
maunpun
25

equatorial

Polen yang Mengetahui


paling banyak alat dan
dikumpulkan bahan serta
Identifikasi Macam Sumber ( Nugroho & oleh lebah metode
5. Pakan Lebah Trigona sp Soesilohadi, pekerja adalah identifikasi
(Hymenoptera: Apidae) di polen yang jenis polen.
2014)
Kabupaten Gunungkidul berasal dari
family
Graminae.

Melalui Mengetahui
pengamatan karakteristik
preparat sampel morfologi
Bee Polen polen yang
Morfologi Polen dan Jenis diketahui biasa diukur.
Tumbuhan Yang Terdapat terdapat 21
(Dahlia et al.,
6. pada Polen Lebah Stingless famili tumbuhan
2019)
Bees (Trigona sp) dari Pulau dengan 28
Nunukan Kalimantan Utara. species berbeda
dengan yang
menjadi
tumbuhan
sumber nectar.
26

2.3. Kerangka Berpikir

Perubahan Iklim Global

Penurunan hasil sektor pertanian


dan pangan

Gagal Panen

KRPL yang terintegrasi dengan budidaya


lebah Trigona sp dan pertanian

Preferensi jenis polen lebah madu Trigona sp

Sumber informasi untuk budidaya lebah Trigona sp dalam

menentukan jenis pakan yang paling bagus untuk

perkembangan koloni dan produktifitas madu.

Gambar 10. Kerangka berpikir


27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah

dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dimana peneliti adalah sebagai

instrument kunci. Analisis data bersifat induktif dengan hasil penelitian yang lebih

menekankan pada makna dari pada generalisasi (Anggito, A., & Setiawan, 2018).

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan ini dilaksanakan di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) di

Desa Mertak Umbak, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini

akan dilaksanakan dalam rentang waktu 6 bulan. Jadwal penelitian dapat dilihat

pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jadwal penelitian

No. Kegiatan Bulan ke-


I II III IV V VI
1 Persiapan proposal

2 Pengambilan data

3 Analisis data

4 Penyusunan
skripsi
5 Penyerahan skripsi
28

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Semua polen tanaman yang ada dilokasi penelitian merupakan populasi

penelitian. Sedangkan sampel penelitian adalah semua polen yang terdapat dalam

stup lebah Trigona sp di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Lombok

Tengah.

3.4. Variabel Penelitian

Variable penelitian yang diamati pada penelitian ini adalah jenis dan jumlah

polen yang dikumpulkan Trigona sp di Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL)

Lombok Tengah.

3.5. Alat dan Bahan Penelitian

3.5.1. Alat Penelitian

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut (Tabel 3.2):

Tabel 3.2 Alat penelitian

No. Nama Alat Spesifikasi Kegunaan/Fungsi

Tempat polen yang diambil dari


1. Botol sampel Volume 3 ml
setiap stup Trigona .

Memisahkan polen dengan zat


2. Centrifuge - lainnya yang ada pada setiap stup
Trigona sp.

Gelas obyek dan Gelas


3. Kaca Tempat sampel yang akan diamati
penutup

Menghitung jumlah polen yang


4. Hand counter -
tersebar

5. Mikrometer lensa - Untuk menghitung jumlah polen


29

dalam satu lapang pandang pada


mikroskop.

Untuk pengamatan dan pemotretan


6. Mikroskop Elektrik binokuler
sampel.

7. Pipet tetes Volume 5 ml Penetes sampel.

Tempat sampel yang akan di


8. Tabung centrifuge Volume 5 ml
sentrifugasi.

9. Tisu - Mengeringkan alat

3.5.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut


(Tabel 3.3):
Tabel 3.3 Bahan penelitian

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan/Fungsi

1. Aquadest - Membersihkan alat seperti gelas


objek, kaca penutup, dan lain-lain
2. Air hangat Volume 1 ml Memisahkan polen dengan bahan-
bahan lain yang mungkin tertempel
pada polen.
3. Kertas label - Memberikan keterangan tanda
lokasi titik sampel

4. Polen Trigona - Bahan yang akan diamati dan


diidentifikasi.

3.6. Parameter Penelitian

Parameter yang akan dibandingkan dalam penentuan jenis polen pada

penelitian ini adalah morfologi polen yang meiputi : pandangan bentuk

equatorial, pandangan bentuk polar, ukuran polen, diameter porus, dan

ornamentasi pada eksin.


30

3.7. Teknik Pengumpulan Data

3.7.1 Tahap Persiapan

Melakukan observasi lapangan untuk mendata nama dan jenis tumbuhan

yang ada dilokasi dan sekitarnya. Penentuan lokasi observasi untuk mendata

nama dan jenis tumbuhan dilakukan dengan jarak 600meter dari setup lebah

Trigona sp.

3.7.2 Pembuatan preparat referensi

Pembuatan preparat preferensi dilakukan dengan cara mengoleksi serbuk

sari tanaman berbunga yang terdapat pada lokasi pengambilan sampel yang ada

disekitar lokasi penelitian. Adapun lagkah-langkah dalam isolasi mengacu pada

Anwar (2002), yaitu sebagai berikut:

a. Mengoleksi serbuk sari dari setiap tanaman berbunga yang ada di sekitar

lokasi penelitian.

b. Meletakan serbuk sari diatas gelas benda kemudian ditetesi 1-2 tetes

aquades.

c. Melakukan pengamatan menggunakan mikroskop cahaya dengan perbesaran

400X.

d. Melakukan dokumentasi pada setiap polen yang diamati untuk membantu

interpretasi data.

e. Membersihkan dan merapikan alat dan bahan.


31

3.7.3 Identifikasi jenis polen

Lagkah-langkah dalam identifikasi mengacu pada Nugroho & Soesilohadi

(2014), yaitu identifikasi jenis polen yang ada di dalam setup dilakukan dengan

membandingkan preparat referensi yang diambil disekitar setup dan merujuk

pada buku dan web.

3.7.4 Isolasi polen lebah Trigona sp

Isolasi polen dilakukan dengan mengambil polen dalam setup kemudian

diamati menggunakan mikroskop cahaya. Adapun lagkah-langkah dalam isolasi

mengacu pada Anwar (2002), yaitu sebagai berikut:

a. Mengambil sampel polen pada 10 setup Trigona dan menyimpannya dalam

botol sampel 3ml.

b. Memberikan label masing-masing pada 10 sampel botol.

c. Mengambil satu botol sampel polen.

d. Menambahkan air hangat pada polen Trigona dengan perbandingan 1:2,

sambil diaduk.

e. Setelah dingin, sampel polen dimasukkan dalam tabung centrifuge. Bahan

disentrifugasi dengan kecepatan 1000 rppm. Setelah 15 menit pemusingan,

cairan pada tabung dikeluarkan dengan pipet.


32

f. Endapan serbuk sari pada dasar tabung ditetesi aquades, lalu disentrifugasi

kembali.

g. Mengulangi langkah c dan d sebanyak 3 kali untuk memperoleh warna

larutan yang jernih.

h. Melakukan perlakuan yang sama yaitu langkah c sampai g untuk 9 tabung

centrifuse lainnya.

i. Membersihkan alat dan bahan.

3.7.5 Perhitungan Jumlah Polen dalam Setup

a. Mengambil 10 tabung centrifuge yang berisi larutan polen.

b. Mengambil satu tabung centrifuge yang berisi polen.

c. Meneteskan larutan hasil sentrufugasi 1-2 tetes pada kaca benda.

d. Mengamati larutan hasil sentrifugasi menggunakan mikroskop dengan

tambahan mikrometer lensa.

e. Mencatat jumlah dan jenis polen yang ditemukan dalam satu lapang pandang

dan mecocokan ciri morfologi sampel yang telah ditemukan dengan preparat

referesnsi.

f. Mengulangi langkah a sampai d sebanyak 3 kali pada satu tabung centrifuse

untuk memperoleh hasil perhitungan yang benar.

g. Melakukan perlakuan yang sama yaitu langkah b sampai f untuk 9 tabung

centrifuse lainnya.

h. Melakukan dokumentasi pada setiap polen yang diamati untuk membantu

interpretasi data.
33

i. Membersihkan dan merapikan alat dan bahan.

3.8. Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk melihat preferensi jenis polen lebah Trigona

sp yang ada di KRPL Lombok Tengah. Analisis sifat dan ciri morfologi polen yang

diperoleh diinterpretasi dan dianalisis secara kualitatif dengan mencocokannya

dengan sediaan polen semua jenis tanaman berbunga yang terdapat disekitar lokasi

dengan luas area 600meter. Untuk menegaskan hasil identifikasi yang diperoleh

dari data hasil penelitian maka digunakan rujukan untuk deksripsi jenis polen

menggunakan jurnal dan website yaitu http://apsa.anu.edu.au/. Perhitungan jenis

dan jumlah polen yang ada pada sepuluh setup dilakukan dengan cara manual

menggunakan Ms.Excel.
DAFTAR PUSTAKA

Agussalim, A., Agus, A., Umami, N., & Budisatria, I. G. S. (2017). Variation of
Honeybees Forages As Source of Nectar and Pollen Based on Altitude in
Yogyakarta. Buletin Peternakan, 41(4), 448.
https://doi.org/10.21059/buletinpeternak.v41i4.13593

Al-Hatamleh, M. A. I., Boer, J. C., Wilson, K. L., Plebanski, M., Mohamud, R., &
Mustafa, M. Z. (2020). Antioxidant-based medicinal properties of stingless bee
products: Recent progress and future directions. Biomolecules, 10(6), 1–28.
https://doi.org/10.3390/biom10060923

Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jejak Publisher.

Anwar, K. (2002). Serbuk Sari Terbawa Pada Jenis Madu Merah Yang Diperoleh
Dari Desa Parado Kecamatan Monta Kabupaten Bima. Universitas Mataram.

Azizah, N., Suedy, S. W. A., & Erma Prihastanti. (2016). Keanekaragaman


Tumbuhan Berdasarkan Morfologi Polen dan Spora dari Sedimen Telaga
Warna Dieng, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. 24(1), 66–75.
https://doi.org/10.14710/baf.v24i1.11695

Dewantari, M., Suranjaya, I.G. (2019). Pengembangan Budidaya Lebah Madu


Trigona Spp. Udayana Mengabdi, 18, 114–119.

Dinas Lingkungan Hidup. (2020). Petunjuk Teknis Budidaya Lebah Madu. DLH
Banten.

Kusmanwati, Eti. (2018). Analisis Rentabilitas Usaha Budidaya Lebah Madu Trigona
Sp di Kabupaten Lombok Barat. -.

Galimberti, A., De Mattia, F., Bruni, I., Scaccabarozzi, D., Sandionigi, A., Barbuto,
M., Casiraghi, M., & Labra, M. (2014). A DNA barcoding approach to
29

characterize pollen collected by honeybees. PLoS ONE, 9(10).


https://doi.org/10.1371/journal.pone.0109363

Hasanuddin. (2018). Botani Tumbuhan Tinggi : Buku untuk mahasiswa. Syiah Kuals
University Press.

Hawkins, J., De Vere, N., Griffith, A., Ford, C. R., Allainguillaume, J., Hegarty, M.
J., Baillie, L., & Adams-Groom, B. (2015). Using DNA metabarcoding to
identify the floral composition of honey: A new tool for investigating honey bee
foraging preferences. PLoS ONE, 10(8), 1–20.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0134735

Pratama, I Putu Narka Eka., Watiniasih, Ni Luh., & Ginantra, I Ketut. (2018).
Perbedaan Ketinggian Tempat Terhadap Jenis Polen Yang Dikoleksi Oleh Lebah
Trigona. Jurnal Biologi Udayana, 22(1), 42–48.
Https://Doi.Org/10.24843/Jbiounud.2018.V22.I01.P06

Jayuli, M., Junus, M., & Nursita, W. (2018). Pengaruh Ketingian Terhadap Diameter
Polen Lebah Madu (Apis Cerana) Di Kabupaten Malang. TERNAK TROPIKA
Journal of Tropical Animal Production, 19(1), 9–21.
https://doi.org/10.21776/ub.jtapro.2018.019.01.2

Katifori, E., Alben, S., Cerda, E., Nelson, D. R., & Dumais, J. (2010). Foldable
structures and the natural design of pollen grains. Proceedings of the National
Academy of Sciences of the United States of America, 107(17), 7635–7639.
https://doi.org/10.1073/pnas.0911223107

Kementrian Pertanian RI. (2018). Petunjuk Teknis Optimalisasi Pemanfaatan Lahan


Pekarangan Melalui Kawasan Rumah Pangan Lestari (Krpl).

Lamerkabel, J. S. (2011). Mengenal jenis-jenis lebah madu,produk-produk dan cara


budidayanya. Logika, 9(1), hal.70-78.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
30

Muslim, Chairul. (2013). Mitigasi Perubahan Iklim dalam Mempertahankan


Produktivitas Tanah Padi Sawah ( Studi kasus di Kabupaten Indramayu )
Climate Change Mitigation In Maintaining Land Productivity Rice Rice Fields
( Cases ; Regency of Indramayu ) Chairul Muslim Indonesian Cent. Jurnal
Penelitian Pertanian Terapan, 13(3), 211–222.

Nugroho, R. B., & Soesilohadi, R. H. (2014). Identifikasi macam sumber pakan lebah
Trigona sp (Hymenoptera: Apidae) di Kabupaten Gunungkidul. Biomedika, 7(2),
42–45.

Nugroho, R. B., & Soesilohadi, R. H. (2015). Aktivitas Mencari Makan Lebah


pekerja, Trigonasp (Hymenoptera: Apidae) di Gunungkidul. Biomedika, 8(1), 1–
5.

Nugroho, S. H. (2014). Karakteristik Umum Polen Dan Spora Sertaaplikasinya.


Oseana, XXXIX(3), 7–14. https://docplayer.info/33497856-Bab-ii-satelit-
altimetri.html

Oktavia, R. (2017). Pakan Buatan yang Lebih disukai Lebah Pekerja Apis cerana
Fabr. (Hymenoptera \: Apidae ) Pada Apriari Sakato Palak Juha Nagari Lurah
Ampalu VII Koto Sungai Sariak Pgadan Pariaman. 1–11.

Oktavia, R. S., Sulasmi, E. S., Biologi, J., & Malang, U. N. (2015). Karakterisasi
polen suku asteraceae di malang raya. SKRIPSI JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MIPA UM. 1–9.

Putra, R. E., Subagio, J., Kinasih, I., Permana, A. D., & Rosmiati, M. (2017). Pola
kunjungan serangga liar dan efek penambahan koloni Trigona (Tetragonula)
laeviceps Smith pada penyerbukan kabocha (Cucurbita maxima). Jurnal
Entomologi Indonesia, 14(2), 69–79. https://doi.org/10.5994/jei.14.2.69

Quezada-Euán, J. J. G. (2018). Stingless Bees of Mexico The Biology, Management


and Conservation of an Ancient Heritage. Springer International Publishing AG.
31

Sabir, A. (2005). Aktivitas antibakteri flavonoid propolis Trigona sp terhadap bakteri


Streptococcus mutans (in vitro) (In vitro antibacterial activity of flavonoids
Trigona sp propolis against Streptococcus mutans). Dental Journal (Majalah
Kedokteran Gigi), 38(3), 135. https://doi.org/10.20473/j.djmkg.v38.i3.p135-141

Santoso, A. B. (2016). Pengaruh Perubahan Iklim terhadap Produksi Tanaman


Pangan di Provinsi Maluku. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan,
35(1), 29. https://doi.org/10.21082/jpptp.v35n1.2016.p29-38

Shirsath, P. B., Aggarwal, P. K., Thornton, P. K., & Dunnett, A. (2017). Prioritizing
climate-smart agricultural land use options at a regional scale. Agricultural
Systems, 151, 174–183. https://doi.org/10.1016/j.agsy.2016.09.018

Sihombing, D. T. . (2015). Ilmu Ternak Lebah Madu. Gajah Mada University.

Sulistia, M. L., Latifah, S., Aji, I. M. L., & Rini, D. S. (2016). Identifikasi Jenis Polen
Sebagai Sumber Pakan Lebah Trigona (Trigona clypearis) di Lahan
Agroforestri. Univeritas Mataram, 1–11.

Widhiono, I. (2015). Strategi Konservasi Serangga Pollinator (Issue October 2015).


https://www.researchgate.net/publication/301677007_Strategi_Konservasi_Sera
ngga_Pollinator

Widowati, R. (2013). Pollen Substitute Pengganti Serbuk Sari Alami bagi Lebah
Madu. Journal WIDYA Kesehatan Dan Lingkungan, 1(1), 31–36.

Yulianingrum, H., Susilawati, H. L., & Pramono, A. (2019). Penerapan Paket


Teknologi Ramah Lingkungan Untuk Mengurangi Emisi Metana (CH4) Di
Lahan Sawah. Jurnal Ilmu Lingkungan, 17(1), 149.
https://doi.org/10.14710/jil.17.1.149-157

Anda mungkin juga menyukai