Oleh :
Yulia Maria Lesomar
NIM. P0.71.33.2.21.032
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
Jayapura,
Mengetahui Pembimbing
Ketua Program Studi D-III
Sanitasi Jayapura
Mengesahkan
Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan
ii
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh :
Telah dipertahankan
di depan Dewan Penguji (Proposal Laporan Tugas Akhir)
Jurusan Kesehtan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kemenkes Jayapura
Mengetahui
Ketua Program Studi D-III
Sanitasi Timika
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Penelitian dengan judul
“Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Pencegahan DBD Di RT 10 Kelurahan
Inauga Pasar Sentral Mimika Tahun 2024”.
Proposal penelitian ini ini dapat diselesaikan dengan baik atas bimbingan
dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karna itu perkenankan penulis mengucapakan
terima kasih kepada :
1. Bapak Masrif, SKM, M.Kes. selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Jayapura. Yang telah memeberikan kesempatan untuk Penulis
melanjutkan pendidikan di Kampus Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jayapura.
2. Bapak Andreas C. Ayomi, SKM., M.Kes selaku ketua jurusan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Jayapura. Yang telah memeberikan kesempatan untuk
Penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Kesehatan Lingkungan Kampus
Mimika.
3. Bapak Dr,Muhamad Abas, SKM., M.Kes.,M.M. selaku Ketua Program
Studi D-III Sanitasi Kampus Mimika Politeknik Kesehatan Kemenkes
Jayapura.
4. Bapak Angki Irawan., M.P.H selaku Pembimbing yang telah membimbing
dan memberi motivasi pada penulis.
5. Ibu Dhorkas Marpaung, SKM., M.Epid selaku Tim Penguji yang telah
meluangkan waktunya untuk menguji dan memberikan saran dalam
penyusunan Proposal ini.
6. Bapak / Ibu dosen prodi D-III Sanitasi Mimika yang telah membimbing dan
memberi ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat selama mengikuti
pendidikan.
Penulis,
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................... ii
A. Latar Belakang................................................................................................... 11
A. Landasan Teori................................................................................................... 18
B. Kerangka Teori................................................................................................... 35
v
E. Definisi Operasional .......................................................................................... 37
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR ARTI SINGKATAN DAN LAMBANG
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut (WHO, 2021), perilaku masyarakat sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan program pengendalian penyakit termasuk DBD. Beberapa
perilaku berisiko yang kerap ditemukan adalah tidak melakukan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) DBD rutin setiap minggu, menyimpan barang bekas di
dalam dan di sekitar rumah, serta tidak menguras dan menutup rapat tempat
penampungan air.
Sikap acuh tak acuh terhadap kondisi lingkungan yang kondusif bagi
perkembangbiakan nyamuk DBD masih banyak ditemukan. Hasil Riskesdas
2018 menunjukkan baru 19,3% rumah tangga yang rutin membersihkan tempat
penampungan air dari jentik nyamuk setiap minggu. Masih banyak masyarakat
yang membiarkan kondisi lingkungan rumahnya sebagai habitat nyamuk DBD
Menurut (Kemenkes RI, 2018)
Dari segi tindakan, Riskesdas 2018 juga mencatat baru 34,7% rumah
tangga yang rutin menguras bak mandi, 25.7% menguras drum/tempayan, dan
20% menutup rapat tempat penyimpanan air setiap minggu. Angka ini
menunjukkan masih rendahnya keterlibatan masyarakat dalam gerakan 3M Plus
yaitu menguras, menutup, dan mengubur barang bekas serta memanfaatkan ikan
pemakan jentik Menurut (Kemenkes RI, 2018)
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa peningkatan peran serta
masyarakat melalui perubahan perilaku, sikap, dan tindakan PSN DBD menjadi
keniscayaan untuk mendukung keberhasilan program eliminasi DBD di
Indonesia.Secara global, penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang
ditularkan melalui vektor nyamuk Aedes aegypti telah menjadi masalah
kesehatan di sebagian besar negara tropis dan sub-tropis. Berdasarkan data
11
WHO tahun 2021, diperkirakan terjadi hampir 100-400 juta infeksi DBD setiap
tahunnya di seluruh dunia. Lebih dari 80% kasus DBD berasal dari Asia
Tenggara, Amerika Tengah dan Karibia, serta Pacific Barat (WHO, 2021).
Pada bulan Januari 2023, Indonesia menghadapi tantangan serius terkait
kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) dengan total 19.109 kasus dilaporkan.
Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah menjadi episentrum masalah, mencatatkan
angka tertinggi dengan masing-masing 5.802 kasus dan 3.934 kasus. Data
menunjukkan bahwa delapan kabupaten/kota di Indonesia menjadi fokus utama
perhatian dalam penanganan kasus DBD pada bulan tersebut. Kota Bandung,
Jawa Barat, menjadi yang paling parah dengan 412 kasus, diikuti oleh
Kabupaten Bogor dengan 301 kasus, dan Kota Bekasi dengan 254 kasus.
Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, juga mengalami beban signifikan dengan 187
kasus. Selain itu, di Jawa Tengah, Kabupaten Semarang dan Kota Surakarta
mencatatkan masing-masing 174 dan 164 kasus DBD.
Kabupaten Purwakarta (126 kasus) dan Kabupaten Cianjur (112 kasus) di
Jawa Barat juga tergolong dalam daerah dengan angka kasus DBD yang tinggi.
Melihat data ini, Kota Bandung muncul sebagai kota dengan jumlah kasus DBD
tertinggi di Indonesia pada bulan Januari 2023. Sementara itu, Kabupaten Bogor
menduduki peringkat kedua dengan 301 kasus. Fenomena ini konsisten dengan
pola umum, di mana kasus DBD cenderung meningkat selama musim hujan,
terutama pada rentang waktu Januari hingga April. Penyebabnya adalah
penularan virus melalui nyamuk Aedes aegypti yang berkembang biak di
genangan air, memerlukan langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan
yang lebih intensif dari pemerintah dan masyarakat setempat Menurut (Dinkes
Mimika, 2023)
Pada tahun 2021, terjadi peningkatan jumlah kasus Demam Berdarah
Dengue (DBD) di Provinsi Papua, mencapai 1.025 kasus dengan 10 kematian
(Case Fatality Rate/CFR 0,98%). Kabupaten Mimika tetap menjadi wilayah
dengan kasus DBD tertinggi, melaporkan 1.452 kasus dan 6 kematian (CFR
12
0,41%). Tren ini berlanjut pada tahun 2022, di mana jumlah kasus DBD di
Provinsi Papua meningkat menjadi 1.473 kasus dengan 13 kematian (CFR
0,89%), dan Kabupaten Mimika kembali mencatatkan kasus tertinggi dengan
2.102 kasus dan 8 kematian (CFR 0,38%). Pada tahun 2023, hingga bulan
Januari, dilaporkan 125 kasus DBD dengan 2 kematian (CFR 1,6%). Kabupaten
Biak Numfor menjadi wilayah dengan kasus tertinggi, mencatatkan 40 kasus dan
1 kematian (CFR 2,5%). Pola peningkatan kasus DBD di Kabupaten Mimika,
Provinsi Papua Tengah, tampak dalam lima tahun terakhir. Pada tahun 2020,
terdapat 976 kasus DBD dengan 4 kematian (CFR 0,4%). Angka kasus
meningkat pada tahun 2021 menjadi 1.452 kasus dengan 6 kematian (CFR
0,41%) dan terus melonjak pada tahun 2022 menjadi 2.102 kasus dengan 8
kematian (CFR 0,38%). Hingga Januari 2023, terdapat laporan 40 kasus DBD
dengan 1 kematian (CFR 2,5%).
Analisis data menunjukkan bahwa Kabupaten Mimika secara konsisten
menjadi wilayah dengan kasus DBD tertinggi di Provinsi Papua. Pada tahun
2020, Mimika berkontribusi sebanyak 97,2% dari total kasus DBD di Provinsi
Papua, sedangkan pada tahun 2021, kontribusinya turun sedikit menjadi 89,8%.
Pada tahun 2022, Mimika masih mendominasi dengan kontribusi sebesar 89,1%.
Hingga Januari 2023, Kabupaten Mimika tetap menyumbang sekitar 32% dari
total kasus DBD di Provinsi Papua. Tren ini menekankan perlunya perhatian
khusus dan tindakan pencegahan yang lebih efektif di Kabupaten Mimika untuk
mengatasi masalah DBD. Secara khusus, data kasus kejadian DBD di Wilayah
Kerja Puskesmas Pasar Sentral sebanyak 204 kasusnya di wilayah kerja
Puskesmas Pasar Sentral Kabupaten Mimika ditemukan masih tingginya angka
bebas jentik (ABJ) nyamuk Aedes aegypti, yaitu hanya 65% pada tahun 2023.
Kondisi ini mengindikasikan masih rendahnya peran serta masyarakat
dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD. Oleh karena itu, penelitian
ini penting dilakukan untuk menggali informasi terkait perilaku masyarakat
tentang pencegahan DBD guna merumuskan strategi peningkatan peran serta
13
masyarakat dalam PSN DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sentral
Kabupaten Mimika Tahun 2024. Dengan demikian, penelitian ini menjadi
tonggak penting dalam usaha memahami perilaku masyarakat terkait
pencegahan DBD di RT 10 Wilayah Kerja Puskesmas Pasar Sentral Kabupaten
Mimika pada tahun 2024. Informasi yang terkumpul dari penelitian ini
diharapkan mampu menjadi landasan strategis bagi perumusan langkah-langkah
konkret dalam meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam Program Surveilans
dan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (PSN DBD). Pemahaman yang
mendalam mengenai perilaku masyarakat diharapkan dapat membentuk strategi
yang lebih tepat sasaran dan memberikan dampak positif dalam upaya
pencegahan serta pengendalian DBD, Menurut (Wulandari, 2021)
Fokus penelitian ini akan terarah pada aspek-aspek kunci yang berkaitan
dengan partisipasi dan kesadaran masyarakat terhadap penanganan jentik
nyamuk Aedes aegypti. Dengan demikian, penelitian ini akan menjadi fondasi
yang kuat untuk mengidentifikasi permasalahan yang perlu diatasi, serta
merumuskan langkah-langkah praktis guna mengurangi risiko terjadinya DBD di
Kabupaten Mimika.
14
B. Rumusan Masalah
Dalam konteks latar belakang yang telah dijelaskan, rumusan masalah
penelitian ini akan difokuskan pada pemahaman mendalam terkait faktor-faktor
yang memengaruhi perilaku masyarakat di RT 10 Wilayah Kerja Puskesmas
Pasar Sentral Kabupaten Mimika dalam menghadapi pencegahan DBD pada
tahun 2024. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian utama yang diajukan adalah:
"Bagaimana gambaran perilaku masyarakat di RT 10 Wilayah Kerja
Puskesmas Pasar Sentral Kabupaten Mimika terkait dengan pencegahan DBD
pada tahun 2024?"
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat dalam pencegahan
penyakit DBD di RT 10 Kelurahan Inauga Pasar Sentral Tahun 2024.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran karakteritik responden menurut umur, jenis
kelamin, pekerjaan, dan pendidikan masyarakat dalam pencegahan
penyakit DBD di RT 10 Kelurahan Inauga Pasar Sentral Tahun 2024;
b. Untuk Mengetahui Gambaran Pengetahuan masyarakat dalam
pencegahan penyakit DBD di RT 10 Kelurahan Inauga Pasar Sentral
Tahun 2024;
c. Untuk Mengetahui Gambaran Sikap Masyarakat dalam pencegahan
penyakit DBD di RT 10 Kelurahan Inauga Pasar Sentral Tahun 2024;
d. Untuk Mengetahui Tindakan Gambaran Masyarakat dalam pencegahan
penyakit DBD di RT 10 Kelurahan Inauga Pasar Sentral 2024;
15
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya bukti empiris mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian DBD pada Masyarakat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang perilaku mastarakat
tentang penyakit DBD dan dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang
telah didapat dibangku kuliah secara menyeluru sekaligus pengalaman
dan pengetahuan yang berharga.
b. Bagi masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan kepada
masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan penangan penyakit DBD.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan ataupun
referensi untuk melatih lebih dalam dan dapat mengembangkan
penelitian terkait gambaran perilaku masyarakat terhadap pencegahan
penyakit DBD.
d. Perkembangan IPTEK
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi alat/sarana untuk
membangun pengetahuan dan memfasilitasi pembelajaran untuk
memahami berbagai masalah dan meningkatkan kesadaran publik tentang
pentingya pencegahan penyakit DBD.
16
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1 Keaslian Penelitian
Perbedaan
No Nama Penelitian Judul Penelitian Tahun
Penelitian
Gambaran Pengetahuan, 2017 Tempat
Sikap Dan Tindakan Ibu Penelitian
Rumah Tangga Dalam Variabel
Upaya Pencegahan Waktu
ELPAN
1. Demam Dan Tahun
SYAPUTRA
Berdarah Dengue (DBD) Penelitian
di Wilayah Kerja
Puskesmas
Lingkar Barat
Gambaran Perilaku 2021 Tempat
Masyarakat Dalam Upaya Penelitian
Pencegahan Demam Variabel
Berdarah Dangue (DBD) Waktu
2. SUNARDI
di Dusun Wonorejo Dan Tahun
Kabupaten Mojokerto Penelitian
(Wilayah Kerja Upt
Puskesmas Kemlagi)
Perilaku Masyarakat 2022 Tempat
Dalam Pencegahan Penelitian
SANG AYU PUTU Demam Variabel
Berdarah
Waktu
SARTIKA Dengue (DBD) Dan Tahun
3.
Dengan 3M Plus di Penelitian
KUSUMANINGSIH
Wilayah Puskesmas
Sukawati I Banjar
Buluh
17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Tinjauan Tentang Perilaku Masyarakat
kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga setiap anggota keluarga atau
2011).
Menurut Yuli Andriansyah & Rahmantari (2013) kondisi sehat tidak serta
merta terjadi, tetapi harus senantiasa diupayakan dari yang tidak sehat menjadi
hidup yang sehat serta menciptakan lingkungan yang sehat. Perilaku hidup
bersih masyarakat salah satunya dengan cara pemberantasan sarang nyamuk, hal
antara lain :
1. Pengetahuan
seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga,
18
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian
a. Tahu (know)
apa penyebab perantara penyakit DDB, bagaimana cara melakukan PSN dan
sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
19
c. Aplikasi (application)
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Misalnya, seseorang yang
d. Analisis (analysis)
e. Sintesis (synthesis)
f. Evaluasi (evaluation)
suatu materi atau objek, penelitiaan didasarkan pada suatu kriteria yang
20
2. Sikap
terhadap objek tertentu dan para ahli telah memberikan definisi yang bervariasi
stimulasi atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi
sebaginya).
Menurut Allport (dalam Notoatmodjo, S., 2010) sikap itu terdiri dari 3
(total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
21
c. Menghargai (valving) : Memberikan nilai yang poitif terhadap objek atau
stimulus.
telah diyakininya.
3. Tindakan
menggambarkan hasil dari suatu kegiatan, namun hal ini akan sulit dlakukan
apabila yang diteliti atau yang ingin diketahuinya berjumlah banyak, sehingga
para ahli penelitian mencoba melakukan suatu cara yang dipandang dapat
nilai sehingga dapat diketahui kuantitas ataupun kualitas dari perilaku seseorang
tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain, yaitu antara lain
adanya fasilitas atau sarana dan prasarana. Praktik atau tindakan dapat dibedakan
menggunakan panduan.
22
b. Praktik secara mekanisme (mechanism) : Apabila subjek atau
seseorang telah melakukan atau mempraktikan sesuatu hal secara otomatis maka
berkemabang.
2007) adalah:
1) Faktor internal
a) Umur
pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung
sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula
dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain.
b) Pendidikan
hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-
23
ide dan teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan
c) Pekerjaan
2) Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang
b) Sosial Budaya
24
akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi
berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan
media massa membawa pula pesanpesan yang berisi sugesti yang dapat
tersebut.
akut yang disebabkan oleh virus yang di transmisikan oleh Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam
ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan
disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui
gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Ades albopictus.
Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, yang dapat menyebabkan penyakit
demam berdarah. Virus dengue merupakan virus dari genus Flaviviridae, famili
25
flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dcm
100 juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia. Penyakit demam berdarah
B. Etiologi DBD
Ada empat serotip yaitu DEN-1, DEN 2, DEN-3, dan DEN-4 serotip
infeksi oleh salah satu serotip akan menimbulkan kekebalan terhadap serotip
yang bersangkutan tetapi tidak untuk serotip yang lain. Keempat jenis virus
dapat terkena infeksi serotip virus pada waktu yang bersamaan (Widoyono,
2011).
Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypty (di daerah
perkotaan) dan aedes albopictus (di daerah pedesaan), nyamuk yang menjadi
vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi infeksi saat menggigit
manusia yang sedang sakit (terdapat virus dalam darahnya 0 menurut laporan
26
terakhir, virus dapat pula ditularkan secara transsovarial dari nyamuk ke telur-
telurnya.
Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam
kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue
akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan
berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mmgalami sakit demam
berdarah dengue, virus dengan memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan
semuanya akan sakit demam berdarah dengue, ada yang mengalami demam
ringan dan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa
gejala sakit tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue selama satu
minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain di berbagai wilayah yang
disebabkan oleh Virus ditularkan melalui gigitan Nyamuk Aedes Aegypti yang
27
Gejala yang aakan muncul seperti ditandai dengan demam mendadak,
sakit kepala, nyeri belakang bola mata, mual danmanifestasi perdarahan seperti
mimisan atau gusi berdarah serta adanya kemerahan dibagian permukaan tubuh
pada penderita.
Pada umumnya penderita DBD akan mengalami fase demam selama 2-7
hari: Fase Pertama: 1-3 hari ini penderita penderi akan merasakan demam yang
cukup tinggi sampai cukup tinggi 40°C, kemudian pada Fase Ke-dua penderita
mengalami fase kritis pada hari ke 4-5, pada fase ini penderita akan mengalami
turunnya demam penderita akan mengalami turunnya demam sampai 37°C dan
kembali) pada fase ini jika tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat dapat
terjadi keadaan fatal, akan terjadi penurunan trombosit secara drastis akibat
pemecahan pembuluh darah (pendarahan). Kemudian pada Fase Ke-tiga ini akan
terjadi pada hari ke 6- 7 ini, penderita akan merasakan demam kembali, fase ini
dinamakan fase pemulihan, difase inilah trombosit akan perlahan naik kembali
normal.
Secara rinci untuk tanda dan gejala penderita yang mengalami Demam
gejala DBD terjadi secara mendadak dan banyak orang yang tidak tahu
28
gejala demam berdarah dengan gejala demam lainnya adalah DRD. bias
mencapai 40°C. demam yang terjadi akibat flu dan infeksi dari virus
atau bakteri biasanya disertai gejala bersin atau batuk sedangkan gejala
demam pada DBD tidak Demam pada DBD bias terjadi selama 2-7 hari.
2. Nyeri pada otot, akibat demam pasien akan merasakan nyeri pada bagian
4. Mual muntah
5. Kelelahan
tubuhnya dari penderita demam berdarah lain. Nyamuk Aedes aegypti sering
menggigit manusia pada waktu pagi (setelah matahari terbit) dan siang hari
berdarah adalah anakanak yang berusia dibawah 15 tahun, dan sebagian besar
2019).
29
1. Cara pemutusan rantai penularan ada lima kemungkinan cara
Tetapi sampai saat ini belum ditemukan obat anti virus tersebut
lain.
30
a. Fisik
berkembangbiak di tempat itu. Pada saat ini telah dikenal pula istilah
terjadi lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat
b. Kimia
granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10 gram (±1 sendok makan
31
rata) untuk tiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai
c. Biologi
ikan gupi, ikan cupang atau tempalo, dan lain-lain). Dapat juga digunakan
3. Cara pencegahan
pelaksanaannya.
4. Penanggulangan wabah
32
larvasida di semua tempat yang potensial sebagai tempat perindukan larva
Aedes Aegypti.
1) Pemberdayaan Masyarakat
33
berbagai sumber daya yang tersedia dimasing-masing mitra.Pertemuan
administrasi (Kemenkes,2008).
2008)
34
B. Kerangka Teori
Kerangka teori adalah penjabaran yang diambil dari landasan teori, dan
Etiologi
Tanda dan Gejala
Penularan
35
C. Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep atau variabel yang di
: Variabel Terikat
Gambar 1
Kerangka konsep
36
D. Definisi Operasional
Tabel 2 Definisi Operasional
Karakteristik
biologis
Jenis yang dilihat 1. Laki-Laki
Wawancara Kuesioner Nominal
Kelamin dari 2. Perempuan
penampilan
fisik/luar
Pernyataan 1. Tidak sekolah
responden 2. SD
Wawancara
tentang 3. SMP
Pendidikan Kuesioner Nominal
pendidikan 4. SMA
formal yang 5. Perguruan
dicapai Tinggi
Jenjang
pendidikan
formal yang
diselesaikan 1. Tidak Kerja
oleh 2. Petani/Ojek
Pekerjaan responden Wawancara Kuesioner 3. Wiraswasta Nominal
berdasarkan 4. PNS/Karyawan
ijazah 5. IRT
terakhir
yang
dimiliki
Segala
Pengetahuan sesuatu yang Baik ≥ 75%
Wawancara
diketahui Kuesionar Kurang baik < Nominal
responden 75%
mengenai
37
upaya
pencegahan
Demam
Berdarah
Dengue
(DBD
Tanggapan
atau reaksi
responden
Baik ≥75
mengenai
Sikap Wawancara Kuesioner Kurang baik < Nominal
Demam
75%
Berdarah
Dengue
(DBD)
Segala
sesuatu yang
telah
dilakukan
responden
sehubungan Baik ≥ 75%
pengetahuan Wawancara Kuesioner
Tindakan Kurang baik < Nominal
dan sikap 75%
tentang
Demam
Berdarah
Dengue
(DBD)
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskritif yaitu
2. Waktu
Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh
data penelitihan yang direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Mei 2024.
39
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh warga di RT 10 yang berjumlah 270 warga
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti dan dianggap mewakili
di RT 10.
a. Besar Sampel
n =N / 1+ N. (e)²
n = 220 / 1+ 220. (0,1) ²
n = 220 / 1 + 220. (0,01)
n = 220 / 1 + 2,2
n = 220 / 3,2 = 68,75
n = 69 sampel
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N= Total populasi
e = perkiraan tingkat kesalahan dalam pengambilan sampel yang
masih dapat detolerir yaitu 10%. Dari rumus diatas, maka sampel yang
diambil dalam penelitian ini berjumlah 69 orang responden.
Teknik pengambilan sampel
40
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
random sampling dimana sampel diambil secara acak.
E. Prosedur Kerja
Prosedur penelitian merupakan tahap-tahap yang akan dilalui penelitian
berlangsung, prosedur kerja terbagi menjadi tiga tahap yaitu:
41
F. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data pada penelitian ini adalah respon jawaban dari
responden setelah diberikan pertanyaan dalam lembar kuesioner tentang
pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Kabupaten Mimika.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
responden dengan pengisian kuesioner, pengumpulan data dilakukan
sendiri oleh peneliti yang ingin mengetahui gambaran Perilaku
masyarakat tentang pencegahan DBD.
2. Data Sekunder
G. Pengolahan Data
Pengolahan data adalah kelanjutan setelah pengumpulan data
dilaksanakan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pentingnya pencegahan
Demam Berdarah Dengue (DBD).
Seluruh data yang terkumpul akan dolah melalui tahap-tahap sebagai
berikut;
1. Editing
42
2. Coding
P = F/N × 100%
Dimana :
P = Presentase
F = jumlah jawaban yang benar
N = jumlah soal
Tahu = ≥ 75 %
Tidak Tahu = < 75 %
43
H. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah merupakan sebuah alat yang digunakan untuk
permasalahan penelitian.
memperoleh informasi dan respon dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal
yang diketahui.
I. Analisis Data
Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan
44
J. Jadwal Penelitian
Tabel. 3
Jadwal Penelitian
Bulan
No Uraian kegiatan 12 1 2 3 4 5
1 Pembuatan proposal # #
2 Penyajian proposal #
3 Uji coba instrumen #
4 Pengambilan data #
5 Pengolahan data dan #
6 Analisis data #
7 Penulisan LTA #
8 Penyajian / Ujian LTA #
45
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. (2005). Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti. Pemberantasan
Center for Disease Control and Prevention (CDC). (2023, April 6).
https://www.cdc.gov/malaria/resources/cdc_malaria_program_2023.html
Dinkes Mimika. (2023). Data Laporan DBD kabupaten mimika. Mimika: Dinkes.
Rodhi Hartono, S. (2019). Buku Saku Stop Demam Berdarah. Yogyajarta: Rodhi
Hartono,SKp,Ns,MBomed.
Wulandari. (2021). Faktor risiko kejadian demam berdarah dengue (DBD). Faktor
46
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
PERSETUJUAN RESPONDEN
Nama :
Alamat :
NIM : PO.71.33.2.21.032
Prosedur penelitian ini tidak akan menimbulkan resiko dan dampak apapun
ilmiah serta kerahasiaan jawaban kuisioner yang saya berikan dijamin sepenuhnya
oleh peneliti. Oleh karena itu, saya bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan secara
47
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAYAPURA
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
TAHUN 2024
IDENTITAS RESPONDEN
No. Responden : (diisi oleh
peneliti)Nama Responden :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Tidak Sekolah SD SMP
SMA
Perguruan Tinggi (Fak… ........................................................ )
KUESIONER TINGKAT PENGETAHUAN
No Pertanyaan Ya Tidak
48
5 DBD tidak dapat dicegah.
49
gigitan dari nyamuk
KUESIONER TINDAKAN
No Pertanyaan Ya Tidak
Memberikan bubuk abate pada bak air yg tidak dapat dikuas dengan
2
baik sekali dua bulan
50