Anda di halaman 1dari 69

PENGARUH EDUKASI TERHADAP KESIAPSIAGAAN

BENCANA GEMPA BUMI PADA MASYARAKAT DI DUSUN


WAITASI KECAMATAN KAIRATU KABUPATEN SERAM
BAGIAN BARAT
PROPOSAL

Oleh :
HIKMA
NPM.1420118003

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ( STIKes )
MALUKU HUSADA
KAIRATU
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

PENGARUH EDUKASI TERHADAP KESIAPSIAGAAN


BENCANA GEMPA BUMI PADA MASYARAKAT
DI DUSUN WAITASI SERAM BAGIAN BARAT

PROPOSAL

Disusun Oleh:

HIKMA

NPM.1420118003

Proposal ini Telah Disetujui


Tanggal Juni 2022

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Endah Fitriasari, S.Kep., M.Kep) (Ima Soumena, S.Kom)

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

(Ira Sandi Tunny, S.Si., M.Kes)


NIDN: 1208098501

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha Rahman dan
Rahim atas segala rahmat serta karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan
Proposal yang berjudul “Pengaruh Edukasi Terhadap Kesiapsiagaan Bencana
Gempa Bumi Pada Masyarakat Di Dusun Waitasi Kecamatan
Kairatu,Kabupaten Seram Bagian Barat”. Proposal ini disusun untuk memenuhi
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.

Peneliti menyadari bahwa proposal ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,

oleh sebab itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Hamdan Tunny S.Kep., M.Kes selaku Pembina Yayasan Maluku Husada.

2. Rasma Tunny, S.Sos selaku Ketua Yayasan Maluku Husada, yang telah

menyediakan fasilitas-fasilitas kepada peneliti selama menempuh pendidikan di

STIKes Maluku Husada.

3. Dr. Sahrir Sillehu, S.KM., M.Kes selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Maluku Husada yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.

4. Ira Sandi Tunny, S.Si., M.Kes, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Maluku Husada.

5. Ns. Endah Fitriasari, S.Kep., M.Kep selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan kepada peneliti dalam penyusunan proposal ini.

6. Ima soumena, S.Kom selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan

kepada peneliti dalam penyusunan propasal ini.

iii
7. Ayah, Ibu dan Keluarga yang selalu memberikan motivasi, dukungan dan

mendoakan peneliti tanpa henti selama menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Maluku Husada.

8. Teman-teman sejawat Angkatan ke IX Mahasiswa Program Studi Ilmu

Keperawatan, dan seluruh Civitas Akademika STIKes Maluku Husada, yang telah

mengisi hari-hariku dengan penuh cinta dan rasa persaudaraan.

Akhirnya, peneliti berharap semoga Proposal ini dapat bermanfaat bagi

kepentingan orang banyak. Ucapan dan doa peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT,

semoga segala rahmat dan Hidayah-Nya dilimpahkan kepada kita semua. Aamiinn

Kairatu, April 2022

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR....................................................................................iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................v
DAFTAR TABEL ..........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN ...............................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................5
1.3.1 Tujuan umum........................................................................5
1.3.2 Tujuan khusus.......................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian..........................................................................6
1.4.1 Manfaat teoritis.....................................................................6
1.4.2 Manfaat praktis.....................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Bantuan Hidup Dasar ........................................................8
2.1.1 Definisi..................................................................................8
2.1.2 Tujuan Bantuan Hidup Dasar...............................................9
2.1.3 Indikasi Bantuan Hidup Dasar..............................................9
2.1.4 Prinsip Bantuan Hidup Dasar...............................................10
2.1.5 Bantuan Hidup Dasar Pada Masa Pandemi Covid-19..........16
2.1.6 Faktor Yang Mempengaruhi Bantuan Hidup Dasar.............19
2.2 Konsep Pengetahuan ......................................................................22
2.2.1 Definisi.................................................................................22
2.2.2 Tingkat Pengetahuan............................................................23
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan...........................24
2.2.4 Pengukuran Pengetahuan.....................................................26
2.3 Konsep Sikap..................................................................................27
2.3.1 Definisi.................................................................................27
2.3.2 Komponen Sikap...................................................................27
2.3.3 Tingkatan Sikap.....................................................................28
2.3.4 Cara Mengukur Sikap............................................................29
2.3.5 Ciri-Ciri Sikap.......................................................................31
2.3.6 Faktor yang Mempengaruhi Sikap.........................................32
2.4 Konsep UGD Puskesmas ...............................................................34
2.4.1 Definisi .................................................................................34
2.4.2 Prinsip Pelayanan UGD Puskesmas......................................35
2.4.3 Fungsi Puskesmas .................................................................36
2.4.4 Jenis Puskesmas ....................................................................36

v
2.5 Keaslian Penelitian ........................................................................38
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL
3.1 Kerangka Konsep............................................................................42
3.2 Hipotesis penelitian.........................................................................43
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian............................................................................44
4.2 Tempat dan waktu penelitian..........................................................44
4.3 Populasi, Sampel & Teknik Pengambilan Sampel.........................45
4.4 Variabel Penelitian .........................................................................45
4.5 Definisi Operasional ......................................................................46
4.6 Instrumen Penelitian.......................................................................47
4.7 Prosedur Pengumpulan Data...........................................................49
4.8 Analisa Data....................................................................................50
4.9 Etika Penelitian...............................................................................51

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 01 Surat Pengambilan Data Awal Dari LPPM


Lampiran 02 Lembar permohonan menjadi responden
Lampiran 03 Lembar Persetujuan responden
Lampiran 04 kuesioner penelitian

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia secara geografis merupakan negara yang paling banyak

mengalami bencana alam dikarenakan Indonesia diapit oleh 3 lempeng yakni

lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan lempeng Hindia yang menghubungkan

Indonesia rawan terhadap kejadian gempa bumi (Fitriana, 2018). Gempa bumi

merupakan bencana yang menimbulkan korban luka-luka dan kematian tertinggi

dibandingkan dengan bencana lainnya(Afirra, 2018). Selain itu, gempa bumi juga

mengakibatkan kerugian ekonomi, kerusaan fisik lingkungan, dan gangguan

psikologi pada korban yang mengalami bencana tersebut (Afirra, 2018).

Bencana gempa menjadi factor penyebab timbulnya banyak korban

dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bencana dan kurangnya

kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana tersebut. Diantara

korban jiwa tersebut , paling banyak adalah orang tua dan anak-anak (Indriasari,

2019). Menurut anak termasuk dalam kelompok paling rentan dalam situasi

bencana. Mereka memiliki kemampuan dan sumber daya terbatas untuk

mengontrol atau mempersiapkan diri ketika merasa takut sehingga sangat

bergantung pada pihak-pihak diluar dirinya untuk pulih kembali dari

bencana(Wulandari & Kanita, 2018).

1
2

Bencana juga merupakan suatu gangguan serius terhadap berfungsinya

sebuah komunitas atau masyarakat yang mengakibatkan kerugian dan dampak

yang meluas terhadap manusia, materi, ekonomi, dan lingkungan yang

melampaui kemampuan komunitas yang bersangkutan untuk mengatasi dengan

menggunakan sumber daya mereka sendiri. Bencana dapat disebabkan oleh

kejadian alam (natural disaster) maupun oleh ulah manusia (man-made) (Afirra,

2018).

Berdasarkan data Badan Pencegahan Bencana ( PBB) atau United

Nations International Strategy for Disaster Reduction Indonesia termasuk

negara yang memiliki resiko bencana tertinggi dan berdasarkan kemampuan

masyarakat dan negara dalam menghadapi bencana Indonesia masuk urutan

daftar ke sembilan di Negara Asia bersama Bangladesh, China, India dan

Myanmar (Ambarika, 2016).

Tingginya angka kejadian bencana di Indonesia menuntut semakin

baiknya manajemen resiko bencana sebagai upaya penanggulangan bencana

yang optimal dan sistematis. Fenomena yang ada di Indonesia adalah masih

rendahnya pengetahuan dan kesiapan masyarakat dalam merespon bencana

tentang bagaimana mengantisipasi dampak bencana, bertahan hidup dalam

kondisi bencana dan melakukan evakuasi yang tepat, dimana ketika beberapa

hal tersebut apabila dipersiapkan dengan baik akan mampu meminimalisir

resiko dampak yang ditimbulkan dari bencana yang terjadi (Paidi, 2012).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir resiko

dampak bencana adalah mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi


3

bencana. Kesiapan menghadapi bencana atau disaster preparedness adalah

usaha untuk mencegah munculnya dampak krisis yang ditimbulkan bencana

dengan berkonsentrasi pada pengoptimalan upaya-upaya menghadapi bencana,

yang bertujuan untuk meminimalisir trauma atau luka pada korban, mengurangi

jumlah korban, menghindari munculnya masalah kesehatan post bencana dan

mempermudah usaha tanggap darurat dan rehabilitasi yang tepat (Indriasari,

2019). Adapun aspek- aspek dalam kesiapsiagaan bencana mencakup tingkat

pengetahuan individu, masyarakat dan tingkat nasional baik di lingkup

pemerintah maupun swasta mengenai mitigasi dan hazard yang dimiliki (Afirra,

2018). Aspek penting lain yang merupakan bentuk kesiapan bencana adalah

pendidikan mengenai bencana, respon terhadap dampak bencana serta

pengembangan early warning system sebagai upaya kesiapan menghadapi

bencana (Wulandari & Kanita, 2018).

Dusun Waitasi berada di wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat,

berbatasan dengan Dusun Leamahu telah terjadi gempa pada tanggal 26

september tahun 2019 dengan besaran skala 6,8 ricter. Menurut Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan bahwa dampak gempa ambon

26 sepetember 2019 yakni korban meninggal 23 orang, korban luka luka terjadi

di kabupaten Maluku tengah lebih dari 100 orang di Desa Liang. Di kota

Waisama sekitar 15.000 warga masih mengungsi paska gempa karena rumah

mereka rusak dan untuk antisipasi gempa susulan yang dapat membahayakan

mereka. Sementara itu kerusakan infrastruktur tidak hanya terjadi pada sector
4

perumahan, tetapi juga fasilitas pendidikan, tempat peribadatan, perkantoran,

dan fasilitas umum. Krusakan rumah di wilayah terdampak mencapai 171 unit,

dengan rincian 59 rusak berat, 45 rusak sedang dan 67 rusak ringan.

Hasil wawancara dengan masyarakat yang dilakukan khususnya di Desa

Waitasi, selama ini belum ada penyuluhan yang diberikan terkait kesiapsiagaan

masyarakat dalam bencana. Sedangkan studi terdahulu yang pernah dilakukan di

SMK Ma’arif 1 Piyungan Bantul menunjukkan hasil terdapat pengaruh tingkat

kesiapsiagaan setelah diberikan edukasi (Anies, 2018). Oleh karena itu, peneliti

merasa penting untuk memberikan edukasi tentang kesiapsiagaan masyarakat

terhadap menghadapi bencana gempa bumi pada masyarakat di Dusun Waitasi

guna meningkatkan kesiapsigaan masyarakat terhadap bencana alam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka, rumusan permasalahan dalam

penelitian ini adalah “Adakah Pengaruh Edukasi terhadap Kesiapsiagaan bencana

gempa bumi pada Masyarakat Dusun Waitasi Kecamatan Kairatu Kabupaten

Seram Bagian Barat”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui Pengaruh Edukasi

terhadap Kesiapsiagaan bencana gempa bumi pada masyarakat Dusun

Waitasi Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat.


5

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik responden

2. Untuk mengetahui pengetahuan terhadap bencana gempa bumi sebelum

diberikan edukasi pada masyarakat Dusun Waitasi Kecamatan Kairatu

Kabupaten Seram Bagian Barat.

3. Untuk mengetahui kesiapsiagaan terhadap bencana gempa bumi

sebelum diberikan edukasi pada masyarakat Dusun Waitasi Kecamatan

Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat.

4. Untuk mengetahui pengetahuan terhadap bencana gempa bumi setelah

diberikan edukasi pada masyarakat Dusun Waitasi Kecamatan Kairatu

Kabupaten Seram Bagian Barat.

5. Untuk mengetahui kesiapsiagaan terhadap bencana gempa bumi setelah

diberikan edukasi pada masyarakat Dusun Waitasi Kecamatan Kairatu

Kabupaten Seram Bagian Barat.

6. Untuk menganalisis pengetahuan sebelum dan setelah diberikan

edukasi pada masyarakat Dusun Waitasi Kecamatan Kairatu Kabupaten

Seram Bagian Barat.

7. Untuk menganalisis kesiapsiagaan masyarakat terhadap gempa bumi

sebelum dan setelah diberikan edukasi pada masyarakat Dusun Waitasi

Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat.


6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan acuan dalam

menambah khasanah ilmu pengetahuan di masyarakat tentang hal-hal yang

berhubungan dengan pengetahuan dan sikap masyarakat dengan tindakan

pemberian edukasi kesiapsiagaan masyarakat terhadap gempa bumi.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

tambahan pengetahuan Masyarakat tentang Kesiagaan sehingga

mampu meningkatkan kepedulian anggota keluarga terhadap Bencana

Gempa Bumi.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

masyarakat mengenai gempa bumi serta upaya – upaya yang bisa

dilakukan dalam rangka siap siaga jika terjadi bencana gempa bumi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi based data untuk

peneliti selanjutnya dan menjadi pertimbangan untuk memodifikasi

metode pendidikan kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat.


7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Gempa Bumi

2.1.1 Defenisi Gempa Bumi

Gempa bumi adalah peristiwa pelepasan energi yang diakibatkan

oleh pergeseran atau pergerakan pada bagian dalam bumi atau kerak bumi

dengan tiba-tiba. Penyebab gempa bumi dapat diklasifikasikan menjadi 3

yaitu: gempa tektonik, vulkanik dan runtuhan.

Gempa bumi adalah guncangan di permukaan bumi disebabkan

oleh pergerakan yang cepat pada lapisan batuan terluar bumi. Gempa bumi

terjadi ketika energi yang tersimpan dalam bumi, biasanya dalam bentuk

tegangan pada batuan, secara tiba-tiba terlepas. Energi ini dirambatkan ke

permukaan bumi oleh gelombang gempa bumi. Atau dengan kata lain

gempa bumi adalah gerakan tiba- tiba atau suatu rentetan gerakan tanah

yang berasal dari suatu daerah terbatas dan menyebar dari titik tersebut ke

segala arah.

Menurut Teori Elastic Rebound yang di nyatakan oleh Seismolog

Amerika, Reid, (Bullen, 1965; Bolt 1985) menyatakan bahwa gempa bumi

merupakan gejala alam yang disebabkan oleh pelepasan energi regangan

elastis batuan, yang disebabkan adanya deformasi batuan yang terjadi pada

lapisan lithosfer. Deformasi batuan terjadi akibat adanya tekanan (stress)

dan regangan (strain) pada lapisan bumi. Tekanan atau regangan yang

terus-menerus menyebabkan daya dukung pada batuan akan mencapai


8

batas maksimum dan mulai terjadi pergeseran dan akhirnya terjadi patahan

secara tiba-tiba.Mekanisme gempa bumi dapat dijelaskan secara singkat

sebagai berikut, jika terdapat 2 buah gaya yang bekerja dengan arah

berlawanan pada batuan kulit bumi, batuan tersebut akan terdeformasi,

karena batuan mempunyai sifat elastis. Bila gaya yang bekerja pada batuan

dalam waktu yang lama dan terus menerus, maka lama kelamaan daya

dukung pada batuan akan mencapai batas maksimum dan akan mulai

terjadi pergeseran. Akibatnya batuan akan mengalami patahan secara tiba-

tiba sepanjang bidang patahan (Gambar 3.1). Setelah itu batuan akan

kembali stabil, namun sudah mengalami perubahan bentuk atau posisi.

Pada saat batuan mengalami gerakan yang tiba-tiba akibat pergeseran

batuan, energi stress yang tersimpan akan dilepaskan dalam bentuk getaran

yang di kenal sebagai gempa bumi. Garis putus-putus merupakan garis

imajiner yang menunjukkan posisi batuan sebelum dan sesudah daya

dukung batuan terlampaui. Garis merah horizontal pada akhir proses

deformasi merupakan bidang sesar yang terjadi.

Gambar 3.1. Proses deformasi batuan yang menyebabkan terjadinya gempa bumi

(Bolt, 1985)
9

Setiap kejadian gempa bumi akan menghasilkan informasi seismik

berupa rangkaian gelombang seismik yang dapat dicatat atau direkam oleh

seismograf. Rekaman rangkaian gelombang seismik disebut dengan

seismogram. Setelah melalui proses pengumpulan, pengolahan dan analisis

maka akan didapat parameter gempabumi. Parameter gempabumi meliputi:

waktu kejadian, lokasi episenter, kedalaman sumber, dan magnitudo.

2.1.2 Jenis-jenis gempa bumi

Berdasarkan penyebabnya gempa bumi diklasifikasikan menjadi menjadi

empat jenis, yaitu :

1. Gempa bumi tektonik

Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas tektonik yaitu

pergeseran kulit bumi (lithosphere) yang umumnya terjadi di daerah

patahan kulit bumi. Gempa bumi jenis inilah yang menimbulkan

kerusakan yang paling besar karena magnitudo yang ditimbulkannya

bisa besar.

2. Gempa bumi vulkanik

Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas dari gunung

berapi, baik sebelum maupun saat meletusnya gunung berapi. Gempa

bumi ini hanya terasa di sekitar lokasi gunung api tersebut.

3. Gempa bumi runtuhan

Gempa bumi ini terjadi karena adanya keruntuhan yang terjadi

baik di atas mapun di bawah permukaan tanah, Biasanya terjadi di

daerah kapur atau pada daerah pertambangan. Gempa bumi ini jarang

terjadi dan bersifat lokal, contohnya: tanah longsor, salju longsor,

jatuhan batu dan lain-lain.


10

4. Gempa bumi buatan

Gempa bumi jenis ini adalah getaran pada bumi akibat aktivitas

dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir ataupun palu yang

dipukulkan ke permukaan bumi dan biasanya untuk kegiatan ekplorasi.

Berdasarkan waktunya gempa bumi diklasifikasikan menjadi tiga jenis

yaitu:

1. Gempabumi utama (main shock)

Gempa bumi utama yaitu gempabumi yang terjadi pada

goncangan awal akibat deformasi yang di akibatkan oleh adanya

interaksi antar lempeng.

2. Gempabumi susulan (aftershock)

Gempabumi susulan merupakan gempa bumi yang terjadi setelah

datangnya gempabumi utama. Susulan berarti yang kedua, ketiga, dan

seterusnya. Ia berlaku di kawasan.

3. Gempabumi swarm

Gempabumi ini terjadi di zona labil seperti batuan kapur dengan

magnitude kecil sekitar 2-3 SR.

2.1.3 Parameter gempa bumi

Parameter gempa bumi merupakan informasi yang berkaitan dengan

kejadian gempa bumi. Paramtere gempa bumi ini meliputi waktu kejadian

(origin time), lokasi episenter, kedalaman sumber gempa bumi, dan

magnitudo.

Waktu kejadian gempabumi (origin time) adalah waktu terlepasnya

akumulasi tegangan (stress) yang berbentuk penjalaran gelombang gempa


11

bumi dan dinyatakan dalam hari, tanggal, bulan, tahun, jam, menit dan

detik dalam satuan UTC (Universal Time Coordinated)

Episenter adalah titik dipermukaan bumi yang merupakan refleksi

tegak lurus dari hiposenter atau focus gempa bumi. Lokasi episenter

dibuat dalam sistem koordinat kartesian bola bumi atau sistem koordinat

geografis dan dinyatakan dalam derajat lintang dan bujur. Kedalaman

sumber gempa bumi adalah jarak hiposenter dihitung tegak lurus dari

permukaan bumi. Kedalaman dinyatakan oleh besaran jarak dalam satuan

kilometer (km).

Intensitas gempa bumi merupakan ukuran gempa bumi yang pertama

kali digunakan untuk menyatakan besar gempa bumi sebelum manusia

dapat mengukur besarnya gempa bumi dengan alat. Ukuran ini dapat

diketahui dengan cara melakukan pengamatan langsung efek gempa bumi

terhadap manusia, struktur bangunan dan lingkungan pada suatu lokasi

tertentu.

Magnitudo gempa bumi adalah parameter gempa bumi yang

berhubungan dengan besarnya kekuatan gempa bumi di sumbernya. Jadi

pengukuran magnitudo yang dilakukan di tempat yang berbeda, harus

menghasilkan harga yang sama walaupun gempa bumi yang dirasakan di

tempat-tempat tersebut tentu berbeda.

2.1.4 Gelombang Seismik


Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muncul akibat

adanya gempa bumi, sedangkan gelombang secara umum adalah fenomena

perambatan gangguan dalam medium sekitarnya. Gangguan ini mula-mula

terjadi secara lokal yang menyebabkan terjadinya osilasi atau pergeseran


12

kedudukan partikel-partikel medium, osilasi tekanan maupun osilasi rapat

massa, karena gangguan merambat dari suatu tempat ke tempat lain, berarti

ada transportasi energi. Gelombang seismik disebut juga gelombang elastik

karena osilasi partikel- partikel medium terjadi akibat interaksi antara gaya

gangguan (gradien stress) malawan gaya-gaya elastik.

Gelombang seismik dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok:

1. Gelombang Badan

Gelombang badan adalah gelombang yang merambat dalam badan

medium, yang berarti juga dapat merambat dipermukaan medium, yang

mana dapat dibedakan menjadi dua jenis:

a. Gelombang primer (P) atau gelombang longitudinal.

Gelombang P atau gelombang mampatan (compression wave),

adalah gelombang yang arah geraknya sejajar dengan arah arah

perambatan gelombang. Gelombang ini dapat merambatdi media

padat maupun cair. Semakin padat media yang dilewati

kecepatannya semakin besar.

b. Gelombang sekunder (S) atau gelombang transversal.

Gelombang S atau gelombang sekunder (shear wave) adalah

gelombang yang arah geraknya tegk lurus dengan arah perambatan

gelombang. Gelombang ini tidak dapat merambat pada medium cair.


13

Gambar 3.2 Gelombang Primer dan Gelombang Sekunder

2. Gelombang permukaan.

Gelombang permukaan adalah gelombang yang terjadi akibat

interaksi antara gelombang badan dengan bagian permukaan lapisan

bumi terpandu oleh suatu permukaan bidang batas medium. Gelombang

permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis:

a. Gelombang Rayleigh (R)

Gelombang Rayleigh adalah getaran partikel batuan yang

bergerak melingkar (circular orbit) berbentuk ellips terhadap arah

perambatan gelombang.

b. Gelombang Love (L)

Gelombang Love adalah getaran partikel dengan yang

dihasilkan dari interaksi antara SH-waves dengan permukaan tanah

lunak dan tidak memiliki komponen gerakan horizontal dari partikel.


14

Gambar 3.3 Gelombang Love dan Gelombang Rayleigh


15

2.2 Konsep Dasar Kesiapsiagaan

2.2.1 Defenisi Kesiapsiagaan

Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat

guna dan berdaya guna (Undang-Undang No. 24 Tahun 2007, 2007). Menurut Carter

(1991) dalam LIPI-UNESCO/ISDR (2006), kesiapsiagaan adalah tindakan-tindakan

yang memungkinkan pemerintah, organisasi, keluarga, dan individu untuk mampu

menanggapi suatu situasi bencana secara cepat dan tepat guna untuk mengurangi

kerugian maupun korban jiwa. Termasuk kedalam tindakan kesiapsiagaan adalah

penyusunan rencana penanggulangan bencana, pemeliharaan sumber daya dan

pelatihan personil. Konsep kesiapsiagaan yang digunakan lebih ditekankan pada

kemampuan untuk melakukan tindakan persiapan menghadapi kondisi darurat

bencana secara cepat dan tepat.(LIPUUNESCOISDEP, 2019)

2.2.2 Tujuan Kesiapsiagaan

Menyatakan tujuan kesiapsiagaan yaitu :

a. Mengurangi ancaman

Untuk mencegah ancaman secara mutlak memang mustahil, seperti

kebakaran, gempa bumi dan meletus gunung berapi. Namun ada banyak cara atau

tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya dan

akibat ancaman.

b. Mengurangi kerentanan keluarga

Kerentanan keluarga dapat dikurangi apabila keluarga sudah mempersiapkan

diri, akan lebih mudah untuk melakukan tindakan penyelamatan pada saat bencana

terjadi. Persiapan yang baik akan bisa membantu keluarga untuk melakukan
16

tindakan yang tepat guna dan tepat waktu. Keluarga yang pernah dilanda bencana

dapat mempersiapkan diri dengan melakukan kesiapsiagaan seperti membuat

perencanaan evakuasi, penyelamatan serta mendapatkan pelatihan kesiapsiagaan

bencana.(LIPUUNESCOISDEP, 2019)

c. Mengurangi akibat

Untuk mengurangi akibat suatu ancaman, keluarga perlu mempunyai

persiapan agar cepat bertindak apabila terjadi bencana. Umumnya pada semua

kasus bencana, masalah utama adalah penyediaan air bersih. Dengan melakukan

persiapan terlebih dahulu, kesadaran keluarga akan pentingnya sumber air bersih

dapat mengurangi kejadian penyakit menular.

d. Menjalin kerjasama

Tergantung dari cakupan bencana dan kemampuan keluarga, penanganan

bencana dapat dilakukan oleh keluarga itu sendiri atau apabila diperlukan dapat

bekerjasama dengan pihak-pihak yang terkait. Untuk menjamin kerjasama yang

baik, pada tahap sebelum bencana ini keluarga perlu menjalin hubungan dengan

pihak-pihak seperti Puskesmas, polisi, aparat desa atau kecamatan.

2.2.3 Parameter untuk mengukur kesiapsiagaan

Kajian tingkat kesiapsiagaan komunitas keluarga menggunakan framework

yang dikembangkan LIPI bekerja sama dengan UNESCO/ISDR tahun 2006. Ada lima

parameter yang digunakan dalam mengkaji tingkat kesiapsiagaan keluarga dalam

kesiapsiagaan untuk mengantisipasi bencana yaitu pengetahuan dan sikap tentang

risiko bencana, kebijakan dan panduan, rencana tanggap darurat, sistem peringatan

bencana dan mobilisasi sumber daya.


17

a. Pengetahuan tentang kebakaran serta risiko bencana mencakup pengertian

bencana alam, kejadian yang menimbulkan bencana, penyebab terjadinya

kebakaran, ciri-ciri terjadinya kebakaran, dampak terjadinya kebakaran.

b. Kebijakan dan panduan meliputi kebijakan pendidikan yang terkait dengan

kesiapsiagaan keluarga, UU No.24 tahun 2007 tentang Penanggulangan

Bencana, Peraturan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Surat Edaran

70a/MPN/2010) kegiatan penyuluhan di banjar-banjar diharapkan mampu

mobilisasi sumber daya di dalam keluarga untuk peningkatan kesiapsiagaan

komunitas keluarga.

c. Rencana tanggap darurat terkait dengan evakuasi, pertolongan dan penyelamatan

agar korban bencana dapat diminimalkan. Rencana yang berkaitan dengan

evakuasi mencakup tempat-tempat evakuasi, peta dan jalur evakuasi, peralatan

dan perlengkapan, latihan/simulasi dan prosedur tetap (protap) evakuasi.

Penyelamatan dokumen-dokumen penting juga perlu dilakukan, seperti copy

atau salinan dokumen perlu disimpan di tempat yang aman.

d. Parameter peringatan bencana yang meliputi tanda peringatan dan distribusi

informasi akan terjadinya bencana. Peringatan dini bertujuan untuk mengurangi

korban jiwa, karena itu pengetahuan tentang tanda/bunyi peringatan, pembatalan

dan kondisi aman dari bencana sangat diperlukan. Penyiapanperalatan dan

perlengkapan untuk mengetahui peringatan sangat diperlukan, demikian juga

dengan latihan dan simulasi apa yang harus dilakukan apabila mendengar

peringatan, kemana dan bagaimana harus menyelamatkan diri dalam waktu

tertentu sesuai dengan lokasi di mana keluarga sedang berada saat terjadi

bencana.
18

e. Parameter mobilisasi sumber daya adalah kemampuan keluarga dalam

memobilisasi sumber daya manusia (SDM) kepala keluarga dan anggota

keluarga, pendanaan, dan prasarana-sarana penting untuk keadaan darurat.

Mobilisasi sumber daya ini sangat diperlukan untuk mendukung kesiapsiagaan.

Mobilisasi SDM berupa peningkatan kesiapsiagaan kepala keluarga dan anggota

keluarga yang diperoleh melalui berbagai pelatihan, workshop atau ceramah

serta penyediaan materi-materi kesiapsiagaan di Keluarga yang dapat diakses

oleh semua komponen.

2.2.4 Ukuran kesiapsiagaan

Tingkat kesiapsiagaan keluarga dalam kajian ini dikategorikan menjadi lima,

yaitu sebagai berikut:

Tabel 1
Ukuran kesiapsiagaan bencana

No. Nilai Indeks Kategori


1. 80 – 100 Sangat siap
2. 65 – 79 Siap
3. 55 – 64 Hampir siap
4. 40 – 54 Kurang siap
5. Kurang dari 40 (0-39) Belum siap

Sumber :(LIPI-UNESCO/ISDR, 2006)


19

2.3 Edukasi

Edukasi merupakan suatu proses interaktif yang mendorong terjadinya pembelajaran.

Pembelajaran merupakan upaya penambahan pengetahuan baru, sikap, serta keterampilan

melalui penguatan praktik dan pengalaman tertentu (Damaynti, 2015). Edukasi kesehatan

adalah proses perubahan perilaku yang dinamis dimana perubahan tersebut bukan pula

seperangkat prosedur, akan tetapi perubahan tersebut terjadi karena adanya krsadaran diri

dalam individu, kelompok, atau masyarakat (Damaynti, 2015).

Pendidikan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan

pesan, menanamkan keyakinan sehinggah masyarakat tidak saja sadar, dana mengerti tetapi

juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubunganya dengan kesehatan

(Damaynti, 2015).

2.3.1 Tujuan edukasi

Sasaran edukasi kesehatan bertujuan meningkatkan pengetahuan dan

kesadaran masyarakat untuk memelihara serta meningkatkan kesehatannya sendiri.

Oleh karena itu, tentu diperlukan upaya penyediaan dan penyampaian informasi

untuk mengubah, menumbuhkan, atau mengembangkan perilaku positif. Tujuan dari

pendidikan kesehatan menurut Undang-Undang Kesehatan No.23 tahun 1992

maupun WHO yang meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan baik fisik, mental, dan sosialnya sehingga

produktif secara ekonomi maupun secara social, untuk meningkatkan derajat

kesehatan seseorang dengan cara meningkatkan kemampuan masyarakat untuk

melakukan upaya kesehatan itu sendiri (Damaynti, 2015).


20

Menurut Mubarak dan chayati (2009) berpendapat bahwa sasaran pendidikan

kesehatan dibagi menjadi dalam tiga kelompok yaitu:

a. Sasaran primer (primary target) sasaran langsung pada masyarakat segala

upaya pendidikan atau promosi kesehatan.

b. Sasaran sekunder ( secondary target) sasaran para tokoh masyarakat adat

diharapkan kelompok ini pada umumnya akan memberikan pendidikan

kesehatan pada masyarakat di sekitarnya

c. Sasaran tersier ( tersiery target) sasaran pada membuat keputusan atau penentu

kebijakan baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah, diharapkan dengan

keputusan dari kelompok.

Edukasi atau penyuluhan kesehatan tentang pemberian insulin dan perawatan pasien

diabetes mellitus merupakan tindakan keperawatan yang harus di berikan agar

regimen terapeutik di rumah efektif dan menghindari terjadinya hospitalisasi ulang

(Damaynti, 2015). Penjelasan yang harus di berikan pada klien atau orang tuanya

adalah.

a. Cara menyimpan insulin yang belum di pakai, disimpan di dalam lemari es

atau pendingin dengan suhu 2-8 c (tidak dalam freezer) sehingga terhindar dari

paparan sinar matahari secara langsung.

b. Waktu penyuntikan insulin sebanyak 30 menit sebelim makan atau ssaat

berdasarkan jenis insulin dan nilain kadar gula darah (dosis yang dianjurkan).

c. Cara memakai atau pengambilan insulin dari tempatnya atau vial ke dalam

spuit sesuai dosis.


21

d. Menjelaskan daerah-daerah pada tubuh yang dapat digunakan sebagai tempat

absorbs insulin dan anjurkan untuk melakukan rotasi tempat injeksi untuk

mempertahankan absorbs yang efektif dan mencegah lipodistropi.

e. Reaksi hipoglikemia lebih mudah terjadi pada saat waktu puncak kerja obat.

Ajarkan klien untuk penanganan hipoglikemia dengan menyediakan permen

atau gula atau minuman manis segera setelah ada tanda-tanda hipoglikemia.

2.3.2 Model-Model Metode Pendidikan Kesehatan

Ada berbagai metode yang dapat diterapkan dalam pendidikan kesehatan baik

yang berupa pendidikan individual, kelompok maupun massa (Natoatmodjo, 2014)

1. Metode Pendidikan Individual.

Metode ini merupakan metode yang digunakan dalam membina perilaku

barau atau seseorang yang telah mulai tertarik dengan suatu perubahan perilaku

atau inovasi. Bentuk pendekatan perorangan antara lain :

2. Bimbingan dan penyuluhan (Guidance and conseling).

Melalui pendekatan ini petugas secara intensif melakukan

kontak dengan klien sehingga permasalahan yang dihadapi dapat

dikorekdan dibantu penyelesaiann.

3. Wawancara (interview).

Wawancara pada dasarnya merupakan bagian dari bimbingan

dan penyuluhan. Melalui metode ini, informasi mengenai mengapa

klien tidak atau belum menerimaperubahan dapat digali. Apabila klien

belum mempunyai pengertian dan kesadaran yang kuat tentang

perilaku yang sudah atau akan diadopsi, maka perlu penyuluhan yang

lebih mendalam.
22

4. Metode Pendidikan Kelompok.

Metode pendidikan kelompok mempunyai beberapa bentuk baik yang sifat

komunikasinya berpusat pada pemateri maupun yang berpusat pada peserta

(Damaynti, 2015) Beberapa bentuk pendidikan kelompok yakni :

a. Metode Ceramah.

Metode ceramah merupakan metode yang baik untuk sasaran yang

berpendidikan tinggi maupun rendah. Kunci dan keberhasilan

metode ini adalah penceramah harus menguasai materi dan

sasaran ceramah. Oleh karena itu, seorang penceramah harus

bersikap dan berpenampilan meyakinkan, suara hendaknya cukup

keras dan jelas, pandangan harus tertuju kepada seluruh peserta,

berdiri di depan atau di tengah dan menggunakan alat-ala.

Metode ceramah mempunyai beberapa kelebihan dan

kelemahan (Damaynti, 2015) Kelebihan metode ceramah antar

lain:

Metode ini relative murah dan mudah untuk dilaksanakan

karena tidak memerlukan persiapan dan peralatan-peralatan yang

rumit, dapat menyajikan materi secara luas, artinya materi yang

banyak dapat dirangkum dan dijelaskan pokok-pokoknya dalam

waktu yang singkat, dapat memberikan pokok-pokok materi yang

perlu ditonjolkan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin

dicapai, melalui metode ini keadaan kelas dapat dengan mudah

dikontrol, ceramah tidak memerlukan seting kelas yang beragam.

Sedangkan kelemahan metode ini antara lain : Materi yang


23

dikuasai siswa terbatas pada apa yang dikuasai oleh pemateri,

ceramah yang tidak disertai peragaan dapat mengakibatkan

terjadinya verbalisme yaitu tahu kata tapi tidak tahu maknanya,

ceramah sering dianggap metode yang membosankan, sulit untuk

mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti dengan apa

yang telah dijelaskan atau belum.

5. Metode Demonstrasi.

Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang memperagakan

dan mempertunjukan kepada peserta mengenai suatu proses, situasi, atau

benda tertentu baik berupa benda sebenarnya maupun hanya sekedar benda

tiruan. Proses penerimaan siswa terhadap pelajaran akan lebih berkesan

secara mendalam, sehingga membentuk pengertian dengan baik.


24

6. Metode Demonstrasi.

Metode demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang

memperagakan dan mempertunjukan kepada peserta mengenai suatu

proses, situasi, atau benda tertentu baik berupa benda sebenarnya

maupun hanya sekedar benda tiruan. Proses penerimaan siswa

terhadap pelajaran akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga

membentuk pengertian dengan baik dan sempurna, selain itu peserta

dapat mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama

pelajaran berlangsung.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode

demonstrasi adalah :

a. Persiapan, pada tahap persiapan ada berbagai hal yang

harus dilakukan yakni merumuskan tujuan yang harus

dicapai siswa setelah proses demonstrasi berakhir dan

mempersiapkan garis besar langkah-langkah

demonstrasi yang akan dilakukan.

b. Pelaksanaan, kegiatan yang dilakukan pada tahap

pelaksanaan adalah mengatur tempat duduk yang

memungkinkan semua peserta dapat memperhatikan

dengan jelas apa yang di demonstrasikan, mengemukaan

tujuan apa yang harus dicapai oleh peserta,

mengemukaan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh

peserta, memulai demonstrasi dengan kegiatan yang

merangsang peserta untuk berpikir, menciptakan


25

suasana yang nyaman dan tidak menegangkan.

c. Penutup, memberikan tugas-tugas tertentu yang ada

kaitannya dengan pelaksanaan demonstrasi serta

melakukan evaluasi bersama mengenai jalannya proses

demonstrasi.

7. Media Pendidikan Kesehatan

Media pendidikan dibagi menjadi tiga macam berdasarkan fungsinya

(Natoatmodjo, 2014):

a. Media cetak

1. Boocklet merupakan media penyampaian pesan

dalam bentuk buku.

2. Leaflet merupakan media penyampaian informasi

atau pesan- pesan kesehatan melalui lembaran yang

dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat

atau gambar atau kombinasi keduanya. Flyer,

seperti leaflet tetapi tidak dalam bentuk lipatan.

3. Flipchart (lembar balik), biasanya dalam bentuk

buku dimana tiap lembar berisi gambar peragaan

dan baliknya berisi kalimat sebagai pesan atau

infromasi terkait gambar.

4. Rubric atau tulisan-tulisan pada surat kabar, jurnal,

atau majalah.

b. Media Elektronik

1. Televisi
26

Penyampaian pesan atau informasi kesehatan melalui televisi dapat

berupa sandiwara, sinetron, forum diskusi atau Tanya jawab,

quiz, atau cerdas cermat.

2. Radio

Penyampaian pesan dapat berupa obrolan, ceramah, radio spot.

3. Video

Penyampaian pesan atau informasi kesehatan dapat

melalui video media ini dapat memberikan realita

yang mungkin sulit direkam oleh mata dan pikiran

sasaran, serta dapat memacu diskusi mengenai sikap

dan perilaku.

4. Slide

Media slide cocok digunakan untuk sasaran yang

jumlahnya relative besar, dan pembuatannya

relative murah dan mudah digunakan.

5. Media papan Bill board yang dipasang di tempat-

tempat umum yang berisi pesan-pesan atau

informasi-informasi kesehatan.

2.4 Konsep Pengetahuan

2.4.1 Definisi

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, penciuman, rasa dan

raba menurut Bacthiar yang di kutip dari (Natoatmodjo, 2014).


27

Pengetahuan sangat erat berhubungan dengan pendidikan dimana

diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi makan orang tersebut akan

semakin luas pula pengetahuanya. Akan tetapi perlu di tekankan, bukan berarti

seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula.

Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek

positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang,

semakin banyak aspek positif dan objek yang di ketahui, maka akan

menimbulkan sikap positif terhadap objek tertentu. Menurut teori WHO (word

health organization), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh

pengetahuan yang di peroleh dari pengalama sendiri (Natoatmodjo, 2014)

2.4.2 Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang

berbeda – beda. Secara garis besarnya dibagi 6 tingkat, yakni : (Natoatmodjo,

2014)

1. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah
ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.
2. Memahami (Comprehensif)
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
mengintreprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
28

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang


dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut pada situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
6. Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaia ini dengan sendirinya didasarkan
pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku
dimasyarakat.

1. Pengukuran Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang di inginkan , diukur dari subjek
penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau
kita dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan (Natoatmodjo,
2014).
29

2.4.3 Faktor yang mempengaruhi pengetahuan orang lain:

1. Faktor interval

a. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang di berikan seseorang terhadap

perkembangan orang lain menuju kearah cita cita tertentu yang menentukan

manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan

dab kebahagiaan.

b. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh

pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak

langsng.

c. Umur

Bertambahnya umur seseorang, tingkat kematangan dan kekuatan

seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi

kepercayaan masyarakat seseorang lebih dewasa lebih di percaya dari orang

yang belum tinggi kedewasaannya.

2. Faktor eksternal

a. Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia

dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku

orang atau kelompok.

b. Sosial budaya

Sistem budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi diri

sikap dalam menerima informasi.


30

c. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menayakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden (Natoatmodjo, 2014)

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang yang

ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkat pengetahuan

responden yang meliputi tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

Adapun pertanyaan yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan

secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif,

misalnya jenis pertanyaan essay dan pertanyaan objektif, misalnya pertanyaan

pilihan ganda, (multiple choice), betul-salah dan pertanyaan menjodohkan. Cara

mengukur pengetahuan dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan, kemudian

dilakukan penilaian 1 untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah.

Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor yang diharapkan

(tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya prosentase kemudian

digolongkan menjadi 3 kategori yaitu: kategori baik (76 -100%), sedang atau

cukup (56 – 75%) dan kurang (<55%).

2.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keterampilan secara langsung yaitu

Motivasi, merupakan sesuatu yang membangkitkan keinginan dalam

diri seseorang untuk melakukan berbagai tindakan. Motivasi inilah yang

mendorong seseorang bisa melakukan tindakan sesuai dengan prosedur yang

sudah diajarkan.
31

Pengalaman, merupakan suatu hal yang akan memperkuat kemampuan

seseorang dalam melakukan sebuah tindakan (keterampilan). Pengalaman

membangun seseorang untuk bisa melakukan tindakan-tindakan selanjutnya

menjadi lebih baik yang dikarenakan sudah melakukan tindakan-tindakan di

masa lampaunya.

2.5 Konsep Motivasi


Menurut (Natoatmodjo, 2014) Motivasi berasal dari kata motif yang berarti dorongan
atau rangsangan atau daya penggerak yang ada dalam diri seseorang yang menyebabkan
seseorang melakukan suatu tindakan atau aktivitas.
Dalam motivasi terdapat dua unsur utama yaitu kebutuhan dan unsur tujuan yang saling
berinteraksi didalam tubuh manusia. Proses interaksi kedua unsur tersebut dapat dipengaruhi
oleh hal – hal lain yang berada diluar manusia. Secara umum motivasi dibedakan atas 2
macam yaitu :

a. Motivasi intrinsic

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam diri individu yaitu
semacam dorongan yang bersumber dari dalam diri tanpa harus menunggu rangsangan
dari luar. Motivasi intrinsik merupakan dorongan atau rangsangan yang bersifat konstan
dan biasanya tidak mudah dipengaruhi oleh lingkungan luar.
b. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh adanya rangsangan atau
dorongan dari luar. Rangsangan tersebut bisa dimanifestasikan bermacam – macam
sesuai dengan karateristik seseorang. Pendidikan dan latar belakang orang bersangkutan
kelemahan dari motivasi ini adalah harus senantiasa didukung oleh lingkungan, fasilitas
dan orang yang mengawasi karena kesadaran dari dalam diri individu belum tumbuh.
Motivasi mempunyai sub variable yaitu motif, harapan dan insentif.
Terdapat tiga unsur yang merupakan kunci dari motivasi yaitu (1) motif, (2)
harapan, (3) insentif.
32

1. Motif
Motif (motif) adalah suatu perangsang keinginan dan daya penggerak kemauan
bekerja seseorang. Setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai.
2. Harapan

Harapan (expectancy) adalah suatu kesempatan yang diberikan terjadi karena


perilaku untuk tercapainya tujuan
3. Insentif
Insentif (insentve) yaitu memotivasi dengan memberikan hadiah kepada
mereka yang berprestasi diatas prestasi standar. Semangat kerja akan meningkat
karena umumnya manusia senang menerima yang baik – baik saja. Atas dasar
terbentuknya motif terdapat dua motif yaitu motif bawaan dan motif yang dipelajari.
Motif bawaan misalnya makan, minum, dan seksual.
33
34
35
36
37
38
39
40
41
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep


Kerangka konsep dalam penelitian ini mengacu pada kerangka teori
yang dibahas dalam tinjauan pustaka, variable dependent (terikat) yaitu Sikap
Kesiagaan Bencana Gempa Bumi sedangkan untuk variable independent (bebas)
yaitu Pemberian Edukasi. Kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Edukasi

Kesiapsiagaan

Gambar 3.1
Kerangka konsep
Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Garis pengaruh
9

3.2 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah dugaan sementara yang mengandung pertanyaan-
pertanyaan ilmiah, tetapi masih memerlukan pengujian. Hipotesis dalam
penelitian ini adalah:

Hipotesis alternatif (Ha)


- Pengetahuan semakin meningkat setelah diberikan edukasi bencana
gempa bumi pada masyarakat di Dusun Waitasi Kecamatan Kairatu
Kabupaten Seram Bagian Barat
- Kesiapsiagaan semakin meningkat setelah diberikan edukasi bencana
gempa bumi pada masyarakat di Dusun Waitasi Kecamatan Kairatu
Kabupaten Seram Bagian Barat

9
10

BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Jenis Penelitian ini merupakan penelitian Quasy Experimental dengan
menggunakan pendekatan One Group Pre and Post Design Test, dimana
hanya terdapat satu kelompok intervensi yang diberikan edukasi tentang
bencana alam gempa bumi untuk mengukur pengetahuan dan kesiapsiagaan
pada masyarakat (Saranani , 2019).

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian


4.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini direncanakan dilaksanakan di Dusun Waitasi Kecamatan
Kairatu Kabupaten Seram Bagian Barat.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Mei 2022.

4.3 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)


4.3.1 Populasi
Populasi adalah subjek (misalnya manusia, klien) yang
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2020). Populasi
dalam peneitian ini adalah Masyarakat Dusun Waitasi sebanyak 277
KK
4.3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dipilih dengan
kriteria untuk dapat mewakili seluruh objek penelitian (Nursalam,
2020). Sampel dalam penelitian ini adalah Mayarakat Dusun Waitasi
dengan sampel 30 responden. Berdasarkan penentuan besar sampel

10
11

menurut Gay dan Diehl, dalam bukunya research method vor


busness menuliskan bahwa untuk penelitian eksperimen adalah 30
responden perkelompok.

4.3.3 Sampling
Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel (Nursalam,
2020). Teknik dalam pengambilan sampel ini diambil secara total
sampling.

4.4 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik
kesimpulannya. Variabel harus dapat diukur tetapi variabel bukan
ukuran (parameter). Variabel yang akan diungkapkan dalam
penelitian ini sebagai berikut.
4.4.1 Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah variable yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable dependen. Variabel
bebas dalam penelitian ini adalah pemberian edukasi.

4.4.2 Variabel Terikat (Dependent Variable)


Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas Variabel terikat dalam
penelitian ini berdasarkan tujuan penelitian adalah pengetahuan
masyarakat dan kesiapsiagaan.

11
12

4.5 Defenisi Operasional


Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel yang
akan digunakan dan istilah yang akan digunakan dalam penelitian
secara operasional sehingga akhirnya mempermudah pembaca dalam
mengartikan makna penelitian (Nursalam, 2020).
Tabel 4.1 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Hasil ukur Skala


operasional ukur
1 Edukasi Proses belajar dari SAP & - -
tidak tahu menjadi Leaflet
tahu,dari tidak
paham menjadi
paham.

2 Pengetahuan Segala sesuatu Skor 1 jika benar Interva


yang di ketahui Kuesione Skor 0 jika salah l
Total skor =
atau di mengerti r
oleh masyarakat
tentang upaya Baik ≥ 80 %
kesiapsiagan Cukup 50-<80 %
gempa bumi Kurang<50 %.

(Notoat
modjo,
2014)
3 Kesiapsiagaa Tindakan yang Kuesione Skor 1 jika benar Interva
n memungkinkan r Skor 0 jika salah l
Total skor =
masyarakat atau
organisasi untuk
mampu Baik ≥ 80 %
menanggapi suatu Cukup(50-<80 %
situasi bencana Kurang <50 %
secara cepat dan
(Notoat
tepat modjo,
2014)

12
13

4.6 Instrumen Penelitian


1. Pengetahuan
Kuesioner pengetahuan terdiri dari 10 pernyataan
milchoice, jika jawaban benar nilainya 1 jika salah nilanya 0
dengan total scor 10.instrumen ini dikembangkan oleh peniliti
sesuai dengan tinjauan pustaka dan kemudian akan dilakukan uji
validitas dan normalitas dengan Kategori pengetahuan antara lain:
Baik, jika pengetahuannya (≥ 80 %)
Cukup, jika pengetahuannya (50 -<80 %)
Kurang, jika pengetahuannya (<50 %).
2. Kesiapsiagaan
Kuesioner Kesiapsiagaan terdiri dari 10 pernyataan
milchoice, jika jawaban benar nilainya 1 jika salah nilanya 0
dengan total scor 10.instrumen ini dikembangkan oleh peniliti
sesuai dengan tinjauan pustaka dan kemudian akan dilakukan uji
validitas dan normalitas dengan Kategori pengetahuan antara lain:
S = (Setuju) (≥ 80 %)
SS = (Sangat Setuju) (50 -<80 %)
KS = (Kurang Setuju) (<60 %).
TS = (Tidak Setuju) (<30 %).

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer

Data primer adalah data-data yang dikumpulkan secara langsung dari subjek

13
14

penelitian. Data primer diperoleh dari jawaban-jawaban responden


terhadap pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner tentang data
usia, pendidikan kesehatan, pengetahuan.
b. Data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain, tidak
langsung diperoleh oleh peneliti dan subjek penelitiannya, Data sekunder
dari penelitin ini diperoleh berdasarkan pengambilan data awal. (Nursalam,
2020).

4.8 Analisa Data


1. Teknik Pengolahan Data
Setelah data hasil penelitian dikumpulkan oleh peneliti langkah
selanjutnya yang akan dilakukan peneliti adalah menganalisa data yang telah
diperoleh melalui langkah-langkah sebagai berikut (Nursalam, 2020) :
a. Editing
Apabila ada kuisioner yang belum lengkap maka dapat meminta responden untuk
melengkapi kembali bila memungkinkan, dan jika tidak memungkinkan
maka akan diganti angket yang baru dengan responden yang baru.
b. Coding
Setelah kuesioner disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding,
yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau
bilangan. Coding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam
memasukkan data (data entry).
c. Memasukkan Data (Data Entry)
Data merupakan jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang dalam
bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau
software komputer. Salah satu paket program yang paling sering digunakan
untuk entry data penelitian adalah paket program SPSS 20.0 for Window.
d. Tabulating

14
15

Data atau jawaban dari responden dilakukan penyesuaian data yang merupakan
pengoorganisasian dan sedemikian rupa agar dapat mudah dijumlah,
disusun dan ditata untuk disajikan dan dianalisis.

2. Analisa Data
Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi,
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkn ke dalam
unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih nama yang
penting dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Nursalam, 2020).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
Univariat dan Bivariat. Pengolahan data menggunakan komputer. (Nursalam,
2020).
4.8.1 Analisis Univariat
Analisa Univariat adalah suatu prosedur pengolahan data dengan
menggambarkan dan meringkas dan dengan cara ilmiah dalam bentuk
table atau grafik berdasarkan distribusi frekuensi (Nursalam, 2020).
4.8.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua
variabel. Analisis dalam penelitian ini menggunakan tehnik analisis
bivariat dengan uji paried T test jika data berdistribusi normal dan uji
Wilcoxon jika data berdistribusi tidak normal. Uji Normalitas adalah
sebuah uji yang dilakukan dengan tujuan untuk menilai sebuah kelompok
data atau variabel, apakah sebaran data tersebut berdistribusi normal
ataukah tidak. Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah di
kumpulkan berdistribusi normal atau di ambil dari populasi normal
mengunakan Shapiro-wilk. Jika nilai di atas 0,05 maka distribusi data di
nyatakan memenuhi asumsi normalitas.

15
16

4.9 Etika Penelitian


Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya
rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukkan
permohonan izin pengambilan data awal kepada instansi tempat penelitian
dalam hal ini pihak Dusun Waitasi. Setelah mendapat persetujuan barulah
dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika penelitian yang meliputi:
4.9.1 Informed consent
Lembaran persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan
diteliti untuk memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan
manfaat penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan
memaksanakan kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.
4.9.2 Anonimity
Untuk menjaga kerahasiaan, peniliti tidak akan mencantumkan nama
responden, tetapi lembar-lembar tersebut diberi kode
4.9.3 Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil peneliti

16
17

DAFTAR PUSTAKA

Afirra. (2018). Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana Gempa Bumi Di

Dusun Piring Desa Srihardono Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul

Yogyakarta. 20.

Ambarika, R. (2016). Efektivitas Edukasi Dan Simulasi Manajemen Bencana

Terhadap Kesiapsiagaanan Menjadi Relawan Bencana. Jurnal Kesehatan

Mesencephalon, 2(4), 245–250. https://doi.org/10.36053/mesencephalon.v2i4.13

Anies, 2018. (2018). Pengaruh Edukasi Managemen Bencana Gempa Bumi Terhadap

Kesiapsiagaan Siswa Dalam Menghadapi Gempa Bumi. Jurnal Ilmu Kesehatan,

10(1), 1–9.

Damaynti. (2015). Edukasi Dengan Metode..., Sofia Sholikhatunnisa, Fakultas Ilmu

Kesehatan UMP, 2019. 6–28.

Fitriana, E. (2018). Pendidikan Siaga Bencana: Pendekatan Dalam Pembelajaran

Geografi. Meretas: Jurnal Ilmu Pendidikan, 08(1), 18.

http://jurnal.upgriplk.ac.id/index.php/meretas/article/view/204

Indriasari, F. N. (2019). Pengaruh Pemberian Metode Simulasi Siaga Bencana Gempa

Bumi terhadap Kesiapsiagaan Anak di Yogyakarta. Jurnal Keperawatan

Soedirman, 11(3), 199. https://doi.org/10.20884/1.jks.2016.11.3.700

LIPUUNESCOISDEP. (2019). Konsep Dasar Kesiapsiagaan Bencana Kebakaran.

Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1.

Natoatmodjo. (2014). Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 9–28.

17
18

Nursalam. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media TB Card Terhadap

Perilaku Pencegahan Penularan TB Paru The. Jurnal Keperawatan, 11(2), 152–

160.

Paidi. (2012). PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO BENCANA ALAM DI

INDONESIA. Manajemen, 29(321).

Saranani, M., Yudanes, I., & Susanti, R. (2019). Pengaruh Penyuluhan Terhadap

Pengetahuan Penderita Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Kolaka Timur. Jurnalkeperawatan, 03, 30–35.

Wulandari, ika subketi, & Kanita, maria wisnu. (2018). Upaya Peningkatan

Kesehatan Edukasi Kesiapan Warga dalam Menghadapi Bencana Fase Impact di

Desa Wonorejo Karanganyar. Jurnalempathy.Com, 1(1), 64–71.

https://doi.org/10.37341/jurnalempathy.v1i1.10

Afirra. (2018). Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana Gempa Bumi Di

Dusun Piring Desa Srihardono Kecamatan Pundong Kabupaten Bantul

Yogyakarta. 20.

Ambarika, R. (2016). Efektivitas Edukasi Dan Simulasi Manajemen Bencana

Terhadap Kesiapsiagaanan Menjadi Relawan Bencana. Jurnal Kesehatan

Mesencephalon, 2(4), 245–250. https://doi.org/10.36053/mesencephalon.v2i4.13

Anies, 2018. (2018). Pengaruh Edukasi Managemen Bencana Gempa Bumi Terhadap

Kesiapsiagaan Siswa Dalam Menghadapi Gempa Bumi. Jurnal Ilmu Kesehatan,

10(1), 1–9.

Damaynti. (2015). Edukasi Dengan Metode..., Sofia Sholikhatunnisa, Fakultas Ilmu

Kesehatan UMP, 2019. 6–28.

18
19

Fitriana, E. (2018). Pendidikan Siaga Bencana: Pendekatan Dalam Pembelajaran

Geografi. Meretas: Jurnal Ilmu Pendidikan, 08(1), 18.

http://jurnal.upgriplk.ac.id/index.php/meretas/article/view/204

Indriasari, F. N. (2019). Pengaruh Pemberian Metode Simulasi Siaga Bencana Gempa

Bumi terhadap Kesiapsiagaan Anak di Yogyakarta. Jurnal Keperawatan

Soedirman, 11(3), 199. https://doi.org/10.20884/1.jks.2016.11.3.700

LIPUUNESCOISDEP. (2019). Konsep Dasar Kesiapsiagaan Bencana Kebakaran.

Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1.

Natoatmodjo. (2014). Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 9–28.

Nursalam. (2020). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Media TB Card Terhadap

Perilaku Pencegahan Penularan TB Paru The. Jurnal Keperawatan, 11(2), 152–

160.

Paidi. (2012). PENGELOLAAN MANAJEMEN RISIKO BENCANA ALAM DI

INDONESIA. Manajemen, 29(321).

Saranani, M., Yudanes, I., & Susanti, R. (2019). Pengaruh Penyuluhan Terhadap

Pengetahuan Penderita Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Kolaka Timur. Jurnalkeperawatan, 03, 30–35.

Wulandari, ika subketi, & Kanita, maria wisnu. (2018). Upaya Peningkatan

Kesehatan Edukasi Kesiapan Warga dalam Menghadapi Bencana Fase Impact di

Desa Wonorejo Karanganyar. Jurnalempathy.Com, 1(1), 64–71.

https://doi.org/10.37341/jurnalempathy.v1i1.10

Abdillah. 2010. Analisis Dan Keaktifan Risiko Gempa Bumi Pada Zona Subduksi

Daerah Pulau Sumatra dan Sekitarnya Dengan Metode Least Square, Jakarta :

19
20

Universitas Islam Negreri Syarif Hidayatullah. Alexander, D. 2009. Principles of

Emergency Planning: Standardisation, Integration and Sustainability. Cespro.

University of Florence. Anies. 2017. Negara Sejuta Bencana. Yogyakarta: Ar-

Ruzz Media. ISBN: 978-602- 313-089-

20
21

Lampiran 01
Surat Pengambilan Data Awal dari LPPM

21
22

Lampiran 02

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan proses penyelesaian tugas akhir (proposal) Program Studi Ilmu
Keperawatan STIKes Maluku Husada, dengan ini saya :
Nama : Hikma
Npm : 1420118003
Akan melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Edukasi Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Gempa Bumi Pada
Masyarakat Di Dusun Waitasi Kecamatan Kairatu Kabupaten Seram Bagian
Bara ”Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk mengetahui pengaruh edukasi
kesiapsiagaan terhadap bencana gempa bumi pada masyarakat di dusun waitasi
kecamatan kairatu kabupaten seram bagian barat.Untuk kepentingan tersebut, maka
saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi menjadi responden dengan
sukarela dan menjawab pertanyaan yang diberikan dengan sejujur-jujurnya sesuai
dengan yang Bapak/Ibu ketahui. Semua jawaban dan data Bapak/Ibu akan
dirahasiakan dan tidak ada maksud kegunaan lain.
Demikian surat permohonan ini saya sampaikan, atas bantuan dan kesediaan
Bapak/Ibu, Saya ucapkan Terimakasih

Ambon, April 2022


Hormat Saya

Hikma

22
23

Lampiran 03

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
Telah mendapatkan keterangan secara rinci dan jelas mengenai :
1. Penelitian yang berjudul:“Pengaruh Edukasi Kesiapsiagaan Terhadap Bencana
Gempa Bumi Pada Masyarakat Di Dusun Waitasi Kecamatan Kairatu Kabupaten
Seram Bagian Barat”
2. Perlakuan terhadap subjek
3. Prosedur Penelitian
Responden mendapatkan kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut. Oleh karena itu saya :
BERSEDIA/TIDAK BERSEDIA
Secara sukarela menjadi responden penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa
paksaan. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa ada
tekanan dari pihak manapun.

Ambon, April 2022

Peneliti Responden

Hikma (………………………)
Npm.1420118003

Saksi

(………………………..)

23
24

Lampiran 04

LEMBAR KUESIONER

Pengaruh edukasi kesiapsiagaan terhadap bencana gempa bumi pada


masyarakat di dusun waitasi kecamatan kairatu kabupaten seram bagian barat.
A. Data Demografi

1. Nama Inisial :

2. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

3. Usia :

4. Tingkat Pendidikan : SD SMP SMA Lainnya

1. Pengetahuan Masyarakat

Berilah tanda cecklist (√) pada kolom yang tersedia.

1. Apalah anda sebelumnya mengetahui apa yang di maksud dengan bencana?

a. Ya,saya mengetahui c. Tidak,saya belum mengetahui


b. ya,tapi sedikit d. cukup tahu

2. Bencana itu ada tiga macam, yaitu bencana alam, non alam, dan social?
a. Ya,sangat betul c. Tidak,saya belum mengetahui
b. Mungkin d. semua jawaban benar

3. Apakah anda mengetahui apakah itu gempa bumi?


a. Ya,saya mengetahui c. Tidak,saya belum mengetahui
b. ya,tapi sedikit d. cukup tahu

4. Apakah anda mengetahui apa patahan lembang?

a. Ya,saya mengetahui c. Tidak,saya belum mengetahui


b. ya,tapi sedikit d. cukup tahu

24
25

5. Apakah anda mengetahui tentang kesiapsiagaan?

a. Ya,saya mengetahui c. Tidak,saya belum mengetahui


b. ya,tapi sedikit d. cukup tahu

6. Apakah anda mengetahui apa saja yang dilakukan dalam kesiapsiagaan tersebut?

a. Ya,saya mengetahui c. Tidak,saya belum mengetahui


b. ya,tapi sedikit d. cukup tahu

7. Apa menurut anda kesiapsiagaan penting?

a. Ya,sangat penting c. Penting sekali


b. tidak terlalu penting d. cukup penting

8. Apakah anda mengetahui apa resiko dalam bencana?

a. Ya,saya mengetahui c. Tidak,saya belum mengetahui


b. ya,tapi sedikit d. cukup tahu

9. Apakah anda mengetahui kerentanan dalam bencana?

a. Ya,saya mengetahui c. Tidak,saya belum mengetahui


b. ya,tapi sedikit d. cukup tahu

10. Apakah anda sudah siap siaga dalam menghadapi bencana?

a. Ya,saya sudah siap siaga c. cukup siap


b. Belum siap d. Pasti Siap

25
26

2. Kesiapsiagaan bencana gempa bumi

Petunjuk Pengisian
Berilah tanda cecklist (√) pada kolom yang tersedia.
S = (Setuju)
SS = (Sangat Setuju)
KS = (Kurang Setuju)
TS = (Tidak Setuju)

No pertanyaan SS S KS TS
1 Tujuan Kesiapsiagaan adalah mengurangi
ancaman,mengurangi kerentanan
keluarga dan mengurangi akibat
bencana?

2 .Kesiapsiagaan adalah serangkaian

kegiatan yang dilakukan untuk

mengantisipasi bencana melalui

pengorganisasian serta langkah yang

tepat.

3 Menurut saya penanganan bencana alam


tidak membantu meringankan beban
msyarakat karena hanya akan membuang
buang waktu?

4 Menjalin kerjasama adalah salah satu


dari tujuan kesiapsiagaan?

5 Pengetahuan tentang kebakaran serta


resiko bencana mencangkup pengertian

26
27

bencana alam,kejadian yang


menimbulkan bencana,penyebab
terjadinya gempa bumi,ciri-ciri terjadinya
gempa bumi,dan dampak terjadinya
kebakaran.

6 Saya cukup melihat kejadian gempa bumi


di media dan tidak perlu tahu apa itu
siapsiaga gempa bumi

7 Menurut saya tindakan kesiapsiagaan


sangatlah berlebihan, karena dengan
siapsiaga gempa bumi tidak tentu bisa
terselamatkan.

8 Merasakan langsung bencana gempa


bumi seseorang akan lebih siap tanpa
harus mengetahui mitigasi bencana
gempa bumi

9 Mendengar penanganan bencana gempa


bumi bukan hal yang asing bagi saya,jadi
saya kurang minat untuk mendengar hal
tersebut

10 .Menjalin hubungan dengan pihak-pihak


seperti puskesmas,polisi,aparat desa atau
kecamatan merupakan point dalam

27
28

menjalin kerjasama?

28

Anda mungkin juga menyukai