Anda di halaman 1dari 58

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN STIMULASI MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA 18-24


BULAN DENGAN KETERLAMBATAN BERJALAN

QUDWATUL HASANAH
022SYE19

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D.3
MATARAM
2022

i
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN STIMULASI MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA 18-24


BULAN DENGAN KETERLAMBATAN BERJALAN

Proposal karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 Keperawatan

QUDWATUL HASANAH
022SYE19

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D.3
MATARAM
2022

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN STIMULASI MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA 18-24


BULAN DENGAN KETERLAMBATAN BERJALAN

Diajukan oleh:
QUDWATUL HASANAH
022SYE19

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan

Pembimbing I: Melati Inayati Albayani, S.Kep., Ners., MPH ( )


Tanggal:

Pembimbing II: Kusniyati Utami, S.Kep., Ners., M.Kep ( )


Tanggal:

Mengetahui
Prodi Keperawatan Jenjang D.3
Ketua

(Melati Ibayati Albayani, S.Kep., Ners., M.PH)


NIK: 2109715

iii
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN STIMULASI MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA 18-24


BULAN DENGAN KETERLAMBATAN BERJALAN

Diajukan oleh:
QUDWATUL HASANAH
022SYE19

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


tanggal……bulan……tahun……

Dewan Penguji:

Penguji I : Haryani, SST., M.Kes ( )


NIK: 3060749

Penguji II : Melati Inayati Albayani, S.Kep., Ners., MPH ( )


NIK: 2109715

Penguji III : Kusniyati Utami, S.Kep., Ners., M.Kep ( )


NIK: 3060749

Mengetahui
Prodi Keperawatan Jenjang D.3
Ketua

(Melati Ibayati Albayani, S.Kep., Ners., M.PH)


NIK: 2109715

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penyusunan proposal karya tulis ilmiah dengan judul “Pemberian

Stimulasi Motorik Kasar Pada Anak Usia 18-24 Bulan Dengan Keterlambatan

Berjalan” dapat terselesaikan dengan baik. Adapun penulisan proposal Karya

Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna mengikuti ujian Karya

Tulis Ilmiah Penelitian Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

(Amd. Kep) Program Studi Ilmu Keperawatan Jenjang D.3 STIKES Yarsi

Mataram.

Penyusunan karya tulis ilmiah ini banyak mendapat dukungan dan bantuan

dari berbagai pihak oleh karena itu penulis mengucapkan Terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. H. Zulkahfi, S.kep., Ners., M.Kes selaku ketua STIKES Yarsi Mataram

yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti dan

menyelesaikan Pendidikan Program Studi D.3 Ilmu Keperawatan.

2. Melati Inayati Albayani, S.Kep., Ners., MPH selaku Ketua Program Studi D.3

Keperawatan STIKES Yarsi Mataram Dan selaku pembimbing I Yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan mimbingan, arahan, motivasi dengan

ikhlas dan sabar sehingga penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat

terselseaikan tepat pada waktunya. Serta yang telah memberikan fasilitas dan

arahan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Diploma 3

Keperawatan di STIKES Yarsi Mataram.

3. Kusniyati Utami, S.Kep., Ners., M.Kep selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dengan

v
ikhlas dan sabar sehingga penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat

terselesaikan tepat pada waktunya.

4. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan moral, perhatian dan doa

yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah

ini tepat pada waktunya.

5. Semua staf pengajar dan tata usahan STIKES Yarsi Mataram yang telah

banyak membantu dan memudahkan segala fasilitas sehingga Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini selesai tepat waktu.

6. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan semangat dan motivasi

dalam memberikan ide dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan

Proposal Karya Tulis Ilmiah tepat pada waktunya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kemurahan hati dan budi baik

semua pihak yang telah memberikan kesempatan, dukungan, fasilitas, kritik,

dan saran dalam menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua

pihak.

Mataram, Agustus 2022

Peneliti

vi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ iv
KATA PENGANTAR.................................................................................... v
DAFTAR ISI................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 4
1.3. Tujuan Studi Kasus 4
1.4. Manfaat Sutdi Kasus 4
1.4.1 Masyarakat 4
1.4.2 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Keperawatan........................................................................... 4
1.4.3 Penulis 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Perkembanga......................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Perkembanga........................................................... 5
2.1.2 Ciri-Ciri Perkembangan............................................................ 6
2.1.3 Jenis-Jenis Perkembangan......................................................... 7
2.1.4 Fungsi Perkembangan............................................................... 9
2.2 Konsep Keterlambatan Berjalan......................................................... 10
2.2.1 Pengertian Keterlambatan Berjalan........................................... 10
2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Keterlambatan Berjalan.............. 11
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Proses Berdiri dan Berjalan........ 13
2.2.4 Tanda dan Gejala.................................................................... 15
2.2.5 Patofisiologi............................................................................ . 15
2.2.6 Pathway.................................................................................. . 17
2.2.7 Penanganan Anak terlambat Berjalan.................................... 18
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keterlambatan Berjalan...................... 20
2.3.1 Pengkajian................................................................................. 20
2.3.2 Analisa Data.............................................................................. 30
2.3.3 Diagnosa Keperawatan.............................................................. 31
2.3.4 Intervensi Keperawatan............................................................. 32
2.3.5 Implementasi............................................................................. 36
2.3.6 Evaluasi..................................................................................... 36
2.4 Konsep Stimulasi Motorik Kasar....................................................... 37
2.4.1 Pengertian Stimulasi Motorik Kasar......................................... 37
2.4.2 Prinsip-Prinsip Stimulasi........................................................... 38
2.4.3 Pedoman Umum Stimulasi........................................................ 39
2.4.4 Manfaat Stimulasi..................................................................... 41
2.4.5 Stimulasi dan Perkembangan Anak.......................................... 41

vii
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian......................................................................... 47
3.2 Subyek Studi Kasus............................................................................ 47
3.3 Fokus Studi Kasus.............................................................................. 48
3.4 Definisi Operasional Fokus Studi....................................................... 48
3.5 Instrumen Studi Kasus........................................................................ 49
3.6 Metode Pengumpulan Data................................................................ 50
3.7 Lokasi dan Waktu Studi Kasus........................................................... 51
3.8 Analisis Data dan Penyajian Data...................................................... 52
3.9 Etika Studi Kasus................................................................................ 53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

viii
Tabel 2.1 Analisa Data................................................................................... 30

Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan................................................................. 32

DAFTAR GAMBAR

ix
Gambar 2.1: Pathway Gangguan Perkembangan Keterlambatan Berjalan. . . 17

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian

x
Lampiran 2: Informed Consent

Lampiran 3: Pengkajian Asuhan Keperawatan Anak Keterlambatan Berjalan

Lampiran 4: SDIDTK Usia 18-24 Bulan

Lampiran 5: KPSP Usia 18-24 Bulan

Lampiran 6: SAP Keterlambatan Berjalan

Lampiran 7: Leaflet Keterlambatan Berjalan

xi
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keterlambatan perkembangan (Develovment delayed) adalah

ketertinggalan secara signifikan pada fisik, meliputi aktifitas motorik seperti

merangkak, duduk, berdiri, dan berjalan pada pasien bila dibandingkan

dengan pasien normal seusianya (Mahendra, 2015). Seorang pasien dengan

kondisi development delayed akan tertunda dalam mencapai satu atau lebih

terhadap kemampuan perkembangannya (Valentin-Gudiol et al., 2017). Salah

satunya yaitu delayed walking, delayed walking yaitu didefinisikan setelah 16

bulan belum bisa berjalan secara mandiri (Cross, Sarah J. Linker, Kay E.

Leslie, 2016). Secara umum indikator perkembangan anak biasanya sudah

mulai berjalan pada usia kurang lebih 9-18 bulan, jika dalam usia 18 bulan

anak belum dapat berjalan tanpa di pegang maka bisa dikatakan anak

mengalami delayed walking atau biasa disebut dengan keterlambatan berjalan

(Nova & Wati, 2019).

World Health Organization (WHO) 2018 melaporkan data prevalensi

balita yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan adalah

28,7% dan Indonesia termasuk dalam negara ketiga dengan prevalensi

tertinggi di regional Asia Tenggara. Di Amerika anak yang terdeteksi

gangguan perkembangan sebelum usia sekolah sebesar 20-30%, dan di

Indonesia sekitar 45,12%. Dalam suatu penelitian di Indonesia menunjukkan

bahwa 20-30% anak balita mengalami gangguan perkembangan dan sebagian

1
2

besar mengalami keterlambatan pada aspek motorik kasar dan bahasa yang

diakibatkan karena kurangnya stimulasi (Sembiring, 2020).

Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia pada tahun 2016

mengemukakan 56,4% anak usia lima tahun ke bawah di Indonesia

mengalami ganguan tumbuh kembang. Jika deteksi tumbuh kembang

terlambat dapat mengakibatkan penyimpangan pada anak yang sulit

diperbaiki (Syahailatua & Kartini, 2020).

Keterlambatan berjalan pada anak dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor pada masa prenatal, intranatal, postnatal dan faktor lingkungan yang

tidak mendorong anak dalam proses berdiri dan berjalan. Faktor yang

mempengaruhi saat prenatal seperti gizi pada ibu, kekurangan vitamin C, B6,

B1, D, E, K, kesehatan ibu, faktor rhesus, sinar x, obat-obatan, alkohol dan

mengisap rokok. Faktor yang mempengaruhi saat intranatal meliputi lahir

dengan prematur, bayi terlalu lama dan terjepit di jalan lahir, dan menderita

caput succedaneum. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pada saat

postnatal meliputi status gizi bayi (ASI), menderita penyakit infeksi, asfiksia

dan ikterus (Wu et al, 2014).

Dampak dari keterlambatan perkembangan menyebabkan gangguan

pada gerak, bahasa sosial-emosional dan kognitif. Untuk mencegah

keterlambatan perkembangan motorik kasar bisa dilakukan dengan beberapa

stimulasi (Mudlikah, Hamida, Mala, & Noviana, 2020). Keterlambatan

motorik dapat menghambat perkembangan anak sesuai usia. Anak yang

terlambat berjalan kemungkinan juga terlambat dalam duduk dan kesulitan

merangkak akan dibawa terus oleh anak sampai mereka sekolah dan
3

mengakibatkan masalah yang lain yaitu seperti membaca dan menulis dan

dampak terbesar anak akan mengalami keterbelakangan mental dan gangguan

perkembangan syaraf melambat (Yunita, Luthfi, & Erlinawati, 2020).

Asuhan perkembangan pada anak dengan keterlambatan berjalan dapat

di berikan melalui stimulasi. Stimulasi adalah rangsangan dari luar yang ada

pada lingkungan anak yang merupakan suatu kebutuhan dasar untuk

perkembangan seorang anak. Stimulasi dapat berperan untuk peningkatan

fungsi motorik (gerak kasar, halus), emosi sosial, bicara, kognitif, mandiri,

dan kreativitas (Farida, 2016).

Stimulasi motorik kasar merupakan upaya orang tua untuk merangsang

perkembangan motorik kasar seperti melatih anak berdiri hingga berjalan.

Orang tua memiliki peran penting dalam pemberian stimulasi motorik bagi

anak. Stimulasi yang diberikan oleh orang tua pada anak akan sangat

bermanfaat dalam memperoleh kemampuan berjalan. Kemampuan berjalan

ialah bagian dari gerak manusia yang sebagai alat aktivitas kehidupan serta

salah satu dari sekian banyak keterampilan motorik anak. Dalam hal ini juga

dijelaskan bahwa kemampuan motorik anak dapat dilihat dari dua sisi yaitu

motorik kasar dan motorik halus, sedangkan kemampuan berjalan termasuk

ke dalam bidang perkembangan motorik kasar anak (Ahda, Erlyani, &

Rahmayanti, 2017).

Pemberian stimulasi motorik kasar merupakan hal yang penting dalam

perkembangan bayi. Bayi yang mendapatkan stimulasi terarah dan teratur

bisa lebih cepat berkembang dibandingkan dengan bayi yang tidak atau

kurang mendapat stimulasi. (Syofiah, Machmud, & Yantri, 2019).


4

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik akan

melakukan penelitian dengan judul “Pemberian Stimulasi Motorik Kasar

Pada Anak Usia 18-24 Bulan Dengan Keterlambatan Berjalan”.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan dengan pemberian stimulasi motorik

kasar pada anak dengan keterlambatan berjalan?

1.3 Tujuan Studi Kasus

Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian stimulasi

motorik kasar pada anak dengan keterlambatan berjalan.

1.4 Manfaat Studi Kasus

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan memberikan manfaat bagi:

1.4.1 Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama pada keluarga

yang memiliki anak batita untuk mencegah terjadinya keterlambatan

berjalan di lingkungan masyarakat.

1.4.2 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan di bidang

keperawatan dalam meningkatkan stimulasi motorik kasar pada anak

dengan keterlambatan berjalan.

1.4.3 Penulis

Untuk memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan dan

meningkatkan stimulasi motorik kasar pada anak dengan keterlambatan

berjalan.
5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perkembangan

2.1.1 Pengertian Perkembangan

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks sebagai hasil dari proses

pematangan. Perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat

kualitatif yang pengukurannya lebih sulit dari pada pengukuran

pertumbuhan. Termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah

laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya. Pertumbuhan

berdampak pada aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan

dengan pematangan fungsi organ (Zaidah, 2020).

Perkembangan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif,

kualitataif dan bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi

tubuh yang lebih kompleks, dalam pola yang teratur dan dapat

diramalkan. Perkembangan menyangkut proses diferensiasi sel tubuh,

organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga

dapat memenuhi fungsinya, termasuk juga perkembangan kognitif,

bahasa, motorik, emosi, dan perkembangan prilaku sebagai hasil dari

interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan memiliki perubahan

yang bersifat progresif, terarah, dan terpadu (Soetjiningsih, 2017).

2.1.2 Ciri-ciri Perkembangan Anak

Proses perkembangan anak memiliki beberapa ciri-ciri yang saling

berkaitan, yaitu:

5
6

1. Perkembangan melibatkan perubahan

Perkembangan merupakan perubahan ke arah peningkatan atau

lebih baik. Perubahan fungsi terjadi di setiap tahap pertumbuhan,

seperti pertumbuhan volume otak dan koneksi antar serabut saraf

yang bertambah menyebabkan perkembangan intelegensi anak

bertambah (Raihana, 2018).

2. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar

Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan

sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar

merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha.

Dengan belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan

sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak (Raihana,

2018).

3. Perkembangan selalu melibatkan proses pertumbuhan yang di ikuti

dari perubahan fungsi, seperti perkembangan sistem reproduksi akan

di ikuti perubahan pada fungsi alat kelamin.

4. Perkembangan mempunyai pola yang tetap

Perkembangan memiliki pola yang tetap dan bisa diramalkan.

Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang

tetap, yaitu:

a. Perkembangan terjadi lebih dulu di daerah kepala, kemudian ke

arah kaudal/anggota tubuh

b. Perkembangan terjadi lebih dulu di daerah proksimal (motorik

kasar) kemudian berkembang ke bagian distal seperti jari-jari


7

(motorik halus) (Ariani, Permadi, Mastuti, Wulandari & Suyanto,

2020).

2.1.3 Jenis-Jenis Perkembangan

Menurut Yusuf Syamsu (2011) Perkembangan anak mencakup 3

aspek yaitu:

1. Personal sosial

Perkembangan sosial merupakam pencapaian kematangan dalam

hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat diartikan sebagai proses

belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok,

moral tradisi, dan meleburkan diri menjadi satu serta saling menjalin

kerja sama dan komunikasi.

2. Bahasa

Bahasa merupakan segala bentuk komunikasi, baik yang

disampaikan dalam lisan, tulisan, isyarat, gerak tubuh, maupun

ekspresi wajah. Perkembangan bahasa meningkat sesuai dengan

meningkatnya usia anak. Perkembangan bahasa berhubungan dengan

perkembangan kognitif anak. Anak yang intelektualnya belum

berkembang dan masih sederhana pula. Bahasa juga merupakan hasil

belajar dari lingkungan. Anak belajar bahasa seperti halnya belajar

hal lain, yaitu dengan meniru dan mengulang hasil yang

didapatkannya.

3. Perkembangaan fisik (motorik)

Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh

kembang kemampuan gerak seorang anak. Setiap gerakan yang


8

dilakukan merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari

berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.

Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar

dan motorik halus.

a. Perkembangan motorik kasar

Perkembangan motorik kasar adalah gerak tubuh yang

menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh

anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri.

Perkembanagan motorik kasar meliputi penggunaan otot-otot

kasar seperti tangan, kaki dan badan.

Kemampuan anak untuk duduk, berlari dan melompat

termasuk contoh perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar

dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh anak

untuk melakukan gerakan tubuh. Perkembangan motorik kasar

dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Oleh karena proses

kematangan setiap anak berbeda maka laju perkembangan seorang

anak bisa saja berbeda satu sama lain.

b. Perkembangan Motorik Halus

Adapun perkembangan motorik halus merupakan

perkembangan gerakan anak yang menggunakan otot-otot kecil

atau sebagian anggota tubuh tertentu. Perkembangan pada aspek

ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan berlatih.

Menulis, menggunting, dan menyusun balok, adalah contoh-

contoh gerakan motorik halus.


9

2.1.4 Fungsi Perkembangan Motorik

Perkembangan keterampilan motorik merupakan faktor yang

sangat penting bagi perkembangan pribadi secara keseluruhan. Menurut

Yusuf Syamsu (2011) mencatat beberapa alasan tentang perkembangan

motorik bagi konstelasi perkembangan individu, yaitu:

1. Melalui keterampilan perkembangan motorik anak dapat menghibur

dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa

senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, mengkap

bola dan memainkan alat mainan.

2. Melalui keterampilan perkembangan motorik anak dapat beranjak

dari kondisi helplessness (tidak berdaya) pada bulan-bulan pertama

dalam kehidupannya, ke kondisi yang independence (bebas, tidak

bergantung). Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat yang

lainnya, dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan

menunjang perkembangan self confidence (rasa percaya diri).

3. Melalui keterampilan perkembangan motorik, anak dapat

menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.

4. Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak

dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan

yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul

dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucil atau menjadi anak

yang fringer (terpinggirkan).

5. Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi

perekembangan self-concept (kepribadian anak).


10

2.2 Konsep Keterlambatan Berjalan

2.2.1 Pengertian Keterlambatan Berjalan

Keterlambatan berjalan adalah anak yang mengalami distrofi otot

atau biasa disebut dengan keterlambatan motorik (Bahren, 2013).

Delayed walking yaitu didefinisikan setelah usia 16 bulan belum bisa

berjalan secara mandiri (Cross, Sarah J. Linker, Kay E. Leslie, 2016).

Keterlambatan berjalan adalah gangguan keterlambatan berjalan

pada anak usia 9-18 bulan. Beberapa indikator yang menyebabkan

keterlambatan berjalan pada anak diantaranya motorik, genetik dan

temperamen. Faktor ini jarang dipahami oleh orang tua juga terkadang

penundaan tampaknya di biarkan dan itu dapat menyebabkan

kegagalannya sendiri. Kurangnya waktu untuk berkonsultasi dengan

spesialis anak mengakibatkan kasus seperti itu tampaknya dibiarkan

begitu saja (Wiyandra & Yenila, 2020). Secara umum indikator

perkembangan anak biasanya sudah mulai berjalan pada usia kurang

lebih 9-18 bulan, jika dalam usia 18 bulan anak belum dapat berjalan

tanpa di pegang maka bisa dikatakan anak mengalami delayed walking

atau biasa disebut dengan keterlambatan berjalan (Nova & Wati, 2019).

Menurut penulis keterlambatan berjalan adalah kondisi anak

dimana belum bisa berjalan sendiri sesuai dengan usianya, anak dengan

keterlambatan berjalan biasanya tidak bisa bangkit dari duduk hingga

berdiri, salah satu faktor yang menyebabkan keterlambatan berjalan

anak adalah kurangnya stimulasi dari orang tua.


11

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Anak Terlambat Berjalan

Beberapa faktor yang mempengaruhi keterlambatan berjalan pada

anak yaitu:

1. Gizi pada ibu

Gizi ibu yang buruk baik sebelum terjadinya kehamilan maupun

ketika sedang hamil, sering menghasilkan bayi BBLR (Berat Bayi

Lahir Rendah) atau cacat bawaan. Selain itu, juga dapat

menyebabkan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir,

mudah terkena infeksi dan sebagainya (Indrijati, 2016).

2. Kekurangan Vitamin

Kekurangan vitamin akan mengakibatkan berbagai macam

penyakit sehimgga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

bayi pada saat lahir nantinya.

3. Kesehatan Ibu

Pada saat kehamilan, seorang ibu sangat perlu menjaga

kesehatannya, karena perubahan yang terjadi di tubuhnya akan

mempengaruhi janin.

4. Faktor Rhesus

Ketidaksesuaian antara rhesus ibu dan ayah yang dapat

menyebabkan kerusakan sel pada janin dapat menimbulkan

komplikasi fisik ataupun mental yang berbahaya.

5. Obat-obatan

Obat-obatan sangat tidak diperbolehkan untuk ibu hamil

misalnya obat penenang (menyebabkan mulut-mulut janin terbelah),


12

barbiturates (pada dosis tinggi menyebabkan janin kecanduan,

gelisah dan mudah terkena luka).

6. Sinar x

Radiasi dapat menyebabkan mutasi gen (perubahan permanen

pada materi genetik) misalnya saja terjadi kecacatan fisik permanen

pada anak-anak chernobly yang terkenan radiasi nuklir.

7. Alkohol

Fetal Alcohol Syndrome (FAS) Merupakan keabnormalan yang

tampak pada anak dari ibu yang meminum akohol selama kehamilan

8. Mengisap rokok

Ibu yang merokok akan berdampak pada perkembangan

kandungan pra kelahiran dan pasca kelahiran

9. Kelahiran Prematur

Kelahiran prematur merupakan masalah global yang terjadi

diberbagai negara di dunia. Banyak masalah yang timbul karena

kelahiran prematur. Bayi prematur memiliki resiko kematian lebih

tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir cukup bulan. Selain itu,

masalah yang timbul akibat kelahiran prematur yaitu masalah

perkembangan neurologi yang bervariasi dari gangguan neurologis

berat, seperti gangguan penglihatan dan tuli (Karmelita, 2020).

10. Kekurangan nutrisi dan stimulasi

Asupan nutrisi dan stimulasi yang tidak memadai di masa awal

kehidupan anak terutama usia 1-3 tahun akan berdampak pada

pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal. Pada usia ini


13

anak tumbuh dan berkembang dengan pesat. Peran orang tua dalam

memenuhi kebutuhan dasar anak sangat penting, salah satunya yaitu

asuhan nutrisi dan stimulasi (Ulfah et al, 2018).

2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Proses Berdiri dan Berjalan

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses berdiri dan berjalan

pada anak menurut (IDAI, 2016) yaitu:

1. Keinginan dari dalam diri untuk bergerak

Keinginan untuk bergerak harus dimiliki anak untuk bisa berdiri

dan berjalan. Keinginan ini harus didukung oleh nutrisi yang cukup,

bagian tubuh bebas dari rasa nyeri, kemampuan sensoris dan kognitif

yang baik dan kondisi jantung dan paru yang sehat.

2. Pola Asuh

Pola asuh yang kurang tepat dapat dilihat dari kurangnya orang

tua memberikan kesempatan kepada anak untuk melatih kakinya

berjalan. Kebiasaan orang tua atau pengasuh yang selalu

menggendong anak dengan alasan takut kotor apabila bermain di

lantai atau takut anak akan terjatuh, takut rumah berantakan dan lain-

lain. Hal ini dapat menghambat kemampuan berjalan pada anak,

anak juga akan terbiasa dengan pola asuh yang kurang tepat, dan

berimbas pada kurang percaya dirinya untuk berlatih berjalan, anak

akan merasa takut dan tidak terbiasa untuk menjejakkan kakinya di

lantai.
14

3. Pola gerakan yang baik

Proses berdiri dan berjalan yang baik membutuhkan pola gerakan

yang tepat. Untuk bisa berdiri tumit kaki menumpu, lutut menekuk,

panggul dan sumbu tubuh condong ke depan. Kemudian untuk

berjalan memerlukan pola gerakan yang terdiri dari placing

(menempatkan dan menumpukan kaki pada lantai) dan stepping

(melangkahkan kaki). Stepping dan placing memerlukan koordinasi

gerakan yang baik antara sisi tubuh kiri dan kanan.

4. Tonus otot optimal (normotoni), memiliki kekuatan otot yang baik,

terutama pada otot sumbuh tubuh, panggul, lutut, dan tumit, tidak

ada reflex gerakan primitif, sendi dapat digerakkan sesuai dengan

batasa normal, mempunyai keseimbangan yang baik.

5. Faktor Lingkungan

Lingkungan yang mendukung proses berdiri dan berjalan yaitu

dapat memberikan peluang pada anak untuk berdiri dan berjalan,

faktor ini dipengaruhi oleh pola asuh. Kondisi lingkungan yang

mendorong anak untuk berdiri dan berjalan seperti meletakkan

mainan di posisi yang membuat anak berdiri atau berjalan untuk

meraih mainan tersebut dan membuat lingkungan seaman mungkin

sehingga anak tidak terpleset, terjatuh, dan terbentur.

6. Faktor aktivitas

Mendorong anak untuk beraktivitas yang sesuai dengan usia

perkembangan yaitu usia 9 bulan berdiri dan usia 12 bulan berjalan.

Apabila pada usia itu anak terlalu banyak duduk atau digendong
15

maka tingkat perkembangan anak menjadi seperti anak usia 6-7

bulan.

2.2.4 Tanda dan Gejala

1. Tidak bisa berdiri sendiri

2. Tidak bisa menarik sesuatu, seperti tali atau mainan

3. Tidak bisa bangkit dari duduk

4. Tidak bisa mendorong mainan sambil berdiri

5. Tidak bisa berjalan sendiri

2.2.5 Patofisiologi

Dampak dari keterlambatan motorik kasar menyebabkan gangguan

pada gerak, bahasa sosial-emosional dan kognitif. Untuk mencegah

keterlambatan perkembangan motorik kasar bisa dilakukan dengan

beberapa stimulasi seperti massage bayi (Mudlikah, Hamida, Mala, &

Noviana, 2020). Keterlambatan motorik dapat menghambat

perkembangan balita sesuai usia. Balita yang terlambat berjalan

kemungkinan juga terlambat dalam duduk dan kesulitan merangkak

akan dibawa terus oleh anak sampai mereka sekolah dan

mengakibatkan masalah yang lain yaitu seperti membaca dan menulis

dan dampak terbesar anak akan mengalami keterbelakangan mental dan

gangguan perkembangan saraf melambat (Yunita & Erlinawati, 2020).

Secara umum anak dengan gangguan perkembangan berhubungan

dengan beberapa faktor yang mempengaruhi seperti saat prenatal,

intranatal post natal dan faktor lingkungan. Faktor yang mempengaruhi

saat prenatal seperti gizi pada ibu, kekurangan vitamin C, B6, B1, D, E,
16

K, kesehatan ibu, faktor rhesus, sinar x, obat-obatan, alkohol dan

menghisap rokok. Faktor yang mempengaruhi saat intranatal meliputi

lahir dengan prematur, bayi terlalu lama dan terjepit di jalan lahir, dan

menderita caput succedanium. Sedangkan faktor yang mempengaruhi

pada saat postnatal meliputi status gizi bayi (ASI), menderita penyakit

infeksi, asfiksia dan ikterus. Jadi pola asuh dan stimulasi dari orang tua

sangat berperan penting dalam tumbuh kembang anak (Wu et al, 2014)
17

2.2.6 Pathway

Prenatal Intranatal Postnatal Faktor lingkungan

a. Gizi pada ibu a. Bayi yang a. Status gizi bayi Kondisi lingkungan
b. Kekurangan terlalu lama b. Prematur yang tidak
vitamin dan terjepit di c. Penyakit infeksi mendorong anak
c. Kesehatan ibu dalam proses berdiri
jalan lahir d. Asfiksia
d. Faktor rhesus dan berjalan
e. Obat-obatan, b. Menderita e. Ikterus
sinar x, alkohol caput
dan merokok succedaneum
Keinginan dari dalam
Suplai zat-zat diri untuk bergerak
nutrient ke organ
tubuh berkurang
Nutrisi yang di Trauma saat lahir terutama otak dan Pola asuh yang kurang
terima janin sedikit otot tepat

Kerusakan pada
Pertumbuhan otak otak Penurunan fungsi Pola gerakan yang
tidak optimal pada otak dan otot kurang baik

Keterbelakangan
Perkembangan mental dan Perilaku dan Tonus otot tidak
terhambat sesuai gangguan pergerakan otot optimal
usia perkembangan tubuh tidak optimal
saraf
Aktivitas anak tidak
sesuai dengan usia
perkembangan

Gangguan tumbuh
kembang Resiko Gangguan
Resiko Gangguan
Pertumbuhan Perkembangan

(Gambar 2.1 Pathway Keterlambatan Berjalan (Modifikasi Indrijati, 2016,


Karmelita, 2020, Ulfah et al, 2018, Yunita & Erlinawati, 2020, Mudlikah dkk,
2020 IDAI, 2016, SDKI 2017)
18

2.2.7 Penanganan Anak Terlambat Berjalan

1. Terapi Non-Medis

Pemijatan bayi dipandang sebagai salah satu aspek penting yang

bisa dilakukan oleh orang tua bayi sebagai langkah awal komunikasi

personal antara orang tua dan bayi. Adanya rangsangan pada kulit

berupa pijat anak di hantarkan oleh ujung-ujung saraf di sekitar

folikel rambut, kemudian melalui jaringan saraf di tulang belakang

akan tersampaikan ke otak. Pijat bayi menimbulkan efek fisik dan

biokimia positif. Efek fisik yaitu meningkatkan jumlah dan sitoksitas

dari sistem imunitas mengubah gelombang otak secara positif,

meningkatkan berat badan, memperbaiki sirkulasi darah dan

pernafasan, membuat tidur lelap, mengurangi rasa sakit. Efek

biokimia seperti menurunkan kadar hormon stress dan meningkatkan

aktivitas neurotransmiter hormon serotonin. Pijat bayi dapat

meningkatkan kekuatan otot, menyeimbangkan hormon dan syaraf,

dan meregangkan sendi.

Pemberian pijatan merupakan salah satu teknik memberikan

rangsangan terhadap bayi sehingga dapat mendorong perkembangan

motorik bayi. Bayi yang mendapatkan pemijatan dengan tekanan

sedang lebih menunjukkan peningkatan pada motorik kasar daripada

bayi yang mendapatkan pemijatan dengan tekanan yang ringan

(Taamu, L, & Saadi, 2019).

2. Memberikan stimulasi
19

Stimulasi merupakan hal yang penting yang harus dilakukan

untuk menunjang tumbuh kembang anak. Stimulasi yang diberikan

pada usia 3 tahun pertama akan berpengaruh besar bagi

perkembangan otak dan menjadi dasar untuk kehidupan anak di

masa yang akan datang. Kegiatan stimulasi bisa meliputi berbagai

jenis kegiatan untuk merangsang perkembangan anak seperti melatih

anak melakukan suatu gerakan, berpikir, mandiri dan bergaul dengan

temannya. Dengan menyediakan fasilitas yang lengkap dan

bervariasi dapat membantu anak dalam memenuhi tugas kemampuan

motoriknya. Fasilitas yang lengkap dapat menstimulasi anak untuk

beraktivitas dalam motorik, karena fasilitas yang lengkap akan selalu

memacu anak untuk selalu ingin tahu dalam menggunakan fasilitas

yang ada. Bentuk fasilitas yang dapat menstimulasi minat anak

dalam belajar motorik yaitu digunakan sambil bermain dan edukatif

(Ekawaty & Ruhaena, 2020).

3. Bermain

Kegiatan bermain merupakan aktivitas yang digemari anak dan

menjadi kunci utama proses pengenalan terhadap lingkungan, orang

lain, dan dirinya sendiri. Kegiatan bermain dapat membantu segala

aspek-aspek yang terdapat pada anak dan dapat mengoptimalkan

kemampuan. Ketika bermain anak melakukan kegiatan yang

melibatkan gerakan tubuh yang membuat tubuh anak sehat, dan otot

menjadi kuat (Destria, Nasution, & Noverina 2020).

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Anak Keterlambatan Berjalan


20

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses

keperawatan secara keseluruhan, pada tahap ini data/informasi pasien

yang dibutuhkan, dikumpulkan untuk menentukan masalah

kesehatan/keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan

data, validasi data dan pengelompokan data.

Adapun data yang dikumpulkan pada anak dengan keterlambatan

berjalan adalah:

1. Identitas/Biodata

a. Biodata anak mencakup nama, tempat dan tanggal lahir, jenis

kelamin, umur (18-24 bulan), agama, suku/bangsa, alamat. Anak

dengan keterlambatan berjalan biasanya mempunyai riwayat lahir

prematur, BBLR, asfiksia, ikterus hingga penyakit infeksi.

b. Identitas penangung jawab mencakup nama, umur, alamat,

pekerjaan, agama, suku/bangsa hubungan dengan pasien.

Biasanya kejadian kasus keterlambatan berjalan pada status

ekonomi keluarga yang rendah.

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Biasanya ibu mengeluh anaknya belum bisa berjalan.

b. Riwayat penyakit sekarang

Anak belum bisa berjalan.

c. Riwayat penyakit dahulu


21

Anak dengan keterlambatan berjalan biasanya mengalami riwayat

penyakit saat lahir seperti prematur, BBLR, asfiksia dan penyakit

infeksi yang berpengaruh pada perkembangan anak.

d. Riwayat Persalinan

1) Prenatal

a) Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu

Hal yang dikaji adalah terkait asupan nutrisi, penggunaan

obat-obatan dan alkohol pada ibu selama kehamilan. Hal ini

memungkinkan anak juga akan mengalami malnutrisi,

prematur dan mengalami BBLR. Setelah itu, infeksi yang

mungkin dapat timbul pada ibu akan berpengaruh ke anak

dan menjadi infeksi kronis bagi anak.

2) Intranatal

a) Jenis persalinan ada 2 yaitu:

(1) Persalinan normal adalah proses persalinan lewat vagina

tanpa bantuan alat maupun obat tertentu, baik induksi,

vakum, dan metode lainnya.

(2) Operasi Caesar adalah jenis persalinan dengan

memberikan sayatan pada perut dan rahim ibu untuk

mengeluarkan bayi.

Pada kasus ini bayi yang terlalu lama dan terjepit di jalan

lahir hingga menderita caput succedaneum akan

mempengaruhi tumbuh kembang bayi.

3) Penolong persalinan
22

Bidan dan dokter kandungan

4) Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan

setelah melahirkan

a) Perdarahan usai persalinan bisa terjadi bila kondisi rahim

terlalu lemah dan tidak megerut akibat proses persalian

terlalu lam dan melelahkan

b) Infeksi komplikasi setelah persalinan yang paling sering

terjadi endometritis, yaitu infeksi yang terjadi pada

endometrium atau pelapis rahim yang peka setelah plasenta

keluar.

c) Luka vagina komplikasi ini terjadi akibat adanya luka atau

robekan pada vagina atau leher rahim yang diketahui setelah

persalinan selesai.

5) Post Natal

Pada kasus ini hal yang perlu di kaji adalah status gizi bayi

(ASI), apakah bayi prematur, menderita penyakit infeksi,

asfiksia, dan ikterus, hal ini bisa menyebabkan terjadinya

gangguan perkembangan salah satunya delayed walking.

e. Tumbuh Kembang

1) Pertumbuhan fisik

a) PB/TB

(1) Di atas normal >2 SD

(2) Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

(3) Pendek (stunting) -3 SD sampai dengan 2 SD


23

(4) Sangat pendek <-3 SD

b) Berat Badan

Berat badan ideal anak laki-laki pada umur 1 tahun 10,8 kg-

13,4 kg, pada umur 2 tahun berat badan ideal 13,9 kg-16,2

kg dan pada umur 3 tahun 16,4 kg-18,6 kg. Berat badan

ideal pada anak perempuan umur 1 tahun 10,1 kg-12,8 kg,

pada umur 2 tahun 13,0 kg-15,6 kg dan pada umur 3 tahun

15,8 kg-18,3 kg.

c) Rumus Z-Score

(1) Jika BB anak < median

BB anak – BB median
(BB/U) =
BB median – (tabel-1sd)
(2) Jika BB anak > median

BB anak – BB median
(BB/U) =
(tabel+1sd) – BB median
d) Lingkar kepala

Anak usia 18-24 bulan di kisaran 44.5-51 cm

e) Lingkar Lengan Atas

Anak usia 18-24 bulan 12.8-13,1 cm

2) Perkembangan anak

Perkembangan anak menurut yaumul mimi yaitu:

a) Dari Usia 12-18 bulan:

(1) Berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling

rumah

(2) Menyusun 2 atau 3 kotak


24

(3) Dapat mengatakan 5-10 kata

(4) Memperlihatkan rasa cemburu dan rasa bersaing

b) Dari Usia 18-24 bulan:

(1) Berjalan dengan berjinjit

(2) Naik turun tangga

(3) Menyusun 6 kotak

(4) Menunjuk mata dan hidungnya

(5) Menyusun dua kata

(6) Belajar makan sendiri

(7) Menggambar garis di kertas atau pasir

(8) Mulai belajar mengontrol buang air besar dan buang air

kecil/ kencing.

(9) Menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang-

orang yang lebih besar.

(10) Memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain-

main dengan mereka.

f. Pola fungsi kesehatan menurut Virginia Henderson (Data Bio-

psiko-sosio-kultural-spritual).

1) Pola Respirasi

Pada anak usia 18-24 bulan biasanya tidak terjadi kelainan

pernapasan kecuali ada riwayat penyakit asma. Pernapasan

anak normal 20-30x/menit.

2) Pola Eliminasi
25

Eliminasi pada anak usia 18-24 bulan biasanya BAB dan BAK

2-3x/hari.

3) Pola Nutrisi

Porsi makan pada anak usia 18-24 bulan ¼ hingga ½ cangkir

sereal, buah dan sayur dengan porsi yang sama. Ditambah

dengan ½ cangkir makanan sumber protein. Pada anak yang

mengalami gangguan tumbuh kembang biasanya nafsu makan

menurun.

4) Pola Personal Hygiene

Pada anak usia 18-24 bulan personal hygine akan dibantu oleh

orang tua.

5) Pola istrirahat tidur

Kebutuhan tidur normal pada anak usia 18-24 bulan 12-15 jam

per hari.

6) Pola Aktifitas Latihan

Pada anak usia 18-24 bulan sudah dapat berdiri sendiri tanpa

berpegangan 30 detik, berjalan sendiri dan berjalan naik turun

tangga. Namun anak dengan keterlambatan berjalan tentu pola

aktivitasnya akan terganggu.

7) Pola Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan

Pada anak usia 18-24 bulan dengan kebiasaan digendong oleh

orangtua/pengasuh dan tidak diberikan kesempatan untuk

melakukan kegiatan atau gerakan yang seharusnya dipenuhi


26

sesuai usianya akan mengalami keterlambatan motorik, serta

mempengaruhi kesehatan anak.

8) Pola Pertahanan suhu tubuh

Pada anak usia 18-24 bulan suhu tubuh normal (36,5-37oC).

9) Pola aman dan nyaman

Pada anak usia 18-24 bulan biasanya kenyamanan anak

terganggu karena anak sering mengalami sakit flu demam dan

batuk.

10) Pola Rekreasi

Pada anak usia 18-24 bulan ajak anak mengunjungi tempat

bermain kebun binatang, lapangan terbang dan museum

sehingga anak dapat mengenali binatang dan benda-benda

disekitarnya.

11) Pola beribadah

Pada anak usia 18-24 bulan belum mampu melakukan

kebutuhan ibadah atau spiritual.

12) Pola bermain

Pada anak usia 18-24 bulan perkembangan sosialisasi

kemandirian dengan bermain petak umpet bersama teman

sebaya dan membuat rumah-rumahan dari kotak besar/kardus.

13) Pola berkomunikasi

Pada anak usia 18-24 bulan mampu/sudah bisa menyebutkan 3-

6 kata yang mempunyai arti.


27

14) Pola belajar

Pada anak usia 18-24 bulan proses belajar dalam

perkembangannya seperti berdiri sendiri tanpa berpegangan

selama 30 detik dan berjalan sambil berjinjit.

g. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Keadaan umum anak usia 18-24 bulan dengan keterlambatan

berjalan sedang.

2) Kesadaran: Umumnya kesadaran anak Composmentis.

3) Head to Toe

a) Kepala: Inspeksi: Bentuk bulat, keadaan kepala

bersih, kondisi rambut ada ketombe atau

tidak, ada lesi atau tidak, ada kelainan atau

tidak

Palpasi: Ada nyeri tekan apa tidak, apakah

ada benjolan atau tidak

b) Mata: Inspeksi: Bentuk mata bulat, simestris atau

tidak, konjungtiva anemis atau tidak, sklera

ikterik atau tidak, kontak mata terbatas atau

tidak

Palpasi: Ada benjolan atau tidak, terdapat

nyeri tekan atau tidak

c) Hidung: Inspeksi: Simetris, bersih atau kotor, ada


28

atau tidaknya polip, sekret.

Palpasi: apakah terdapat nyeri tekan pada

hidung

d) Mulut: Inspeksi: Apakah mukosa bibir kering

Palpasi: Apakah terdapat benjolan atau tidak

e) Telinga: Apakah bentuk telinga simetris, terdapat

serumen atau tidak,

Apakah terdapat benjolan atau tidak.

f) Leher: Apakah terdapat pembesaran vena jugularis,

apakah terdapat pembesaran kelenjar tyroid.

g) Kulit: Apakah kulit kering atau lembab, kotor atau

bersih, terdapat luka tidak, apakah terdapat

nyeri tekan atau tidak.

h) Dada: Pada anak dengan keterlambatan berjalan

tidak ada kelainan pada dada.

i) Ekstremitas Ada edema atau tidak, bentuknya normal

Atas: atau ada kelainan, ujung-ujung jari sianosis

atau tidak.

Ekstremitas Anak dengan keterlambatan berjalan

Bawah: mengalami ketidaknormalan pada bentuk

kaki, kekuatan dan tonus otot.

j) Genetalia: Pada anak dengan keterlambatan berjalan

tidak ada kelainan pada genetalia.

2.3.2 Analisa Data


29

Analisa data adalah suatu proses atau upaya pengolahan data

menjadi sebuah informasi baru agar karakteristik data tersebut menjadi

lebih mudah dimengerti dan berguna untuk solusi suatu permasalahan,

khususnya yang berhubungan dengan penelitian.

Tabel 2.1 Analisa Data


No Symptom Etiologi Problem
1. Data Subjektif Faktor (prenatal, Gangguan
- intranatal, postnatal) Tumbuh
Data Objektif Kembang
a. Tidak mampu melakukan keterampilan atau
perilaku khas sesuai usia (fisik, bahasa,
motorik, psikososial) Tumbuh kembang
b. Pertumbuhan fisik terganggu terhambat
Data Subjektif
-
Data Objektif
a. Tidak mampu melakuakan perawatan diri Efek
ketidakmampuan
sesuai usia
b. Afek datar fisik
c. Respon sosial lambat
d. Kontak mata terbatas
e. Nafsu makan menurun
f. Lesu
g. Mudah marah
h. Regresi
i. Pola tidur terganggu (pada anak)
2. Faktor Resiko Resiko
a. Ketidakadekuatan nutrisi gangguan
b. Ketidakadekuatan perawatan prenatal perkembangan
c. Keterlambatan perawatan prenatal
d. Kehamilan tidak terencana
e. Kehamilan tidak diinginkan
f. Prematuritas
g. Kelainan genetik/kongenital
h. Kerusakan otak (mis. perdarahan selama
periode pascanatal, penganiayaan,
kecelakaan)
i. Efek samping terapi (mis. kemoterapi, terapi
radiasi, agen farmakologis)
j. Ekonomi lemah
3. Faktor Resiko Resiko
a. Ketidakadekuatan nutrisi gangguan
b. Penyakit kronis pertumbuhan
c. Nafsu makan tidak terkontrol
d. Prematuritas
e. Ketidakadekuatan nutrisi maternal
f. Proses infeksi
g. Proses infeksi maternal
h. Kelainan genetik/kongetial
i. Ekonomi lemah
30

2.3.3 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah bagian terpenting dalam menentukan

asuhan keperawaan yang sesuai untuk membantu klien mencapakai

kesehatan yang optimal (SDKI, 2017).

Diagnosa yang mungkin muncul pada kasus keterlambatan berjalan

menurut SDKI sebagai berikut:

1. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek

ketidakmampuan fisik dibuktikan dengan tidak mampu melakukan

keterampilan atau perilaku khas sesuai usia (fisik, bahasa, motorik,

psikososial), pertumbuhan fisik terganggu, tidak mampu melakukan

perawatan diri sesuai usia, afek datar, respon sosial lambat, kontak

mata terbatas, nafsu makan menurun, lesu, mudah marah, regresi dan

pola tidur terganggu (pada anak).

2. Resiko gangguan perkembangan dibuktikan dengan

ketidakadekuatan nutrisi, ketidakadekuatan perawatan prenatal,

keterlambatan perawatan prenatal, kehamilan tidak terencana,

kehamilan tidak diinginkan, prematuritas, kelainan

genetik/kongenital, kerusakan otak (mis. perdarahan selama periode

pascanatal, penganiayaan, kecelakaan), efek samping terapi (mis.

kemoterapi, terapi radiasi, agen farmakologis dan ekonomi lemah.

3. Resiko gangguan pertumbuhan dibuktikan dengan ketidakadekuatan

nutrisi, penyakit kronis, nafsu makan tidak terkontrol, prematuritas,

ketidakadekuatan nutrisi maternal, proses infeksi, proses infeksi

maternal, kelainan genetik/kongenital dan ekonomi lemah.


31

2.3.4 Intervensi Keperawatan

Berdasarkan panduan PPNI (2018) dalam buku Standar Intervensi

Keperawatan Indonesia (SIKI), intervensi keperawatan merupakan

segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada

pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome)

yang diharapkan.

Intervensi keperawatan merupakan proses penyusunan berbagai

rencana keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan,

mengurangi masalah-masalah klien. Perencanaan ini merupakan

langkah ketiga dalam membuat suatu proses keperawatan (Hidayat &

Alimul Aziz, 2011).

Pada tahap perencanaan ada 4 hal yang harus diperhatikan antara lain:

1. Menentukan prioritas masalah

Berbagai cara dalam memprioritaskan masalah diantaranya:

a. Berdasarkan Maslow yaitu fisiologis, keamanan/keselamatan,

mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri.

b. Berdasarkan Griffth-Kenney Christensen dengan urutan: ancaman

kehidupan dan kesehatan, sumber daya yang tersedia, peran serta

klien, prinsip ilmiah dan praktik keperawatan.

2. Menentukan tujuan

Dalam menentukan tujuan digambarkan kondisi yang diharapkan

disertai jangka waktu.

3. Menentukan kriteria hasil

Pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan “SMART”:


32

S : Spesifik (Tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti

ganda)

M : Measurable (Tujuan keperawatan harus dapat diukur, khususnya

tentang perilaku klien : dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan dan

dibau)

A : Achiefable (Tujuan harus dapat dicapai)

R : Reasonable (Tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah)

T : Time (Tujuan keperawatan)

4. Merumuskan intervensi dan aktifitas keperawatan

Hal-hal yang perlu direncanakan sesuai dengan kemungkinan

diagnosa keperawatan yang muncul.

Table 2.2 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan (SIKI)
Keperawatan Hasil (SLKI)
1. Gangguan Setelah dilakukan 1. Edukasi Stimulasi Bayi/Anak
Tumbuh kunjungan 14 kali (1.12448)
Kembang diharapkan status Observasi
perkembangan membaik a. Identifikasi kesiapan orang tua dalam
dengan kriteria hasil : menerima informasi
a. Keterampilan/perilaku b. Identifikasi faktor yang menghambat
sesuai usia keberhasilan edukasi
b. Kemampuan Terapeutik
melakukan perawatan a. Sediakan materi dan media pendidikan
diri kesehatan
c. Respon sosial b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk bertanya
d. Berikan pujian atas keberhasilan orang
tua
Edukasi
a. Jelaskan bayi memberikan isyarat
prilaku yang menunjukkan
kebutuhannya
b. Jelaskan stimulus yang dapat membantu
mengoptimalkan perkembangan
bayi/anak
c. Ajarkan cara mengidentifikasi isyarat
perilaku bayi/anak (mis. lapar, tidak
nyaman)
33

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan (SIKI)


Keperawatan Hasil (SLKI)
d. Ajarkan cara stimulasi perkembangan
motorik kasar, motorik halus, dan
bahasa sesuai tahapan usia bayi/anak.

2. Perawatan Perkembangan (1.10339)


Observasi
a. Identifikasi pencapaian tugas
perkembangan anak
b. Identifikasi isyarat prilaku dan
fisiologis yang di tunjukkan bayi
Terapeutik
a. Pertahankan sentuhan seminimal
mungkin pada bayi prematur
b. Berikan sentuhan yang bersifat gentle
dan tidak ragu ragu
c. Minimalkan nyeri
d. Minimalkan kebisingan ruangan
e. Pertahankan lingkungan yang
mendukung perkembangan optimal
f. Motivasi anak berinteraksi dengan anak
lain

Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi

3. Promosi Perkembangan Anak


(10340)
Observasi
a. Identikasi kebutuhan khusus anak dan
kemampuan adaptasi anak
Terapeutik
a. Berikan mainan yang sesuai dengan
usia anak
Edukasi
a. Jelaskan nama-nama benda objek yang
b. ada dilingkungan sekitar
c. Ajari orang tua milestones
perkembangan dan prilaku yang
dibentuk
Kolaborasi
a. Rujuk untuk konseling, jika perlu

2. Risiko Setelah dilakukan 1. Perawatan Perkembangan (1.10339)


gangguan kunjungan 14 kali Observasi
perkembangan diharapkan status a. Identifikasi pencapaian tugas
perkembangan membaik perkembangan anak
dengan kriteria hasil : b. Identifikasi isyarat prilaku dan
a. Keterampilan/perilaku fisiologis yang di tunjukkan bayi
sesuai usia Terapeutik
b. Kemampuan a. Pertahankan sentuhan seminimal
melakukan perawatan mungkin pada bayi prematur
diri b. Berikan sentuhan yang bersifat gentle
c. Respon sosial dan tidak ragu ragu
c. Minimalkan nyeri
34

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Keperawatan (SIKI)


Keperawatan Hasil (SLKI)
d. Minimalkan kebisingan ruangan
e. Pertahankan lingkungan yang
mendukung perkembangan optimal
f. Motivasi anak berinteraksi dengan anak
lain
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi

2. Promosi Perkembangan Anak


(10340)
Observasi
a. Identikasi kebutuhan khusus anak dan
kemampuan adaptasi anak
Terapeutik
a. Berikan mainan yang sesuai dengan
usia anak
Edukasi
a. Jelaskan nama-nama benda objek yang
b. ada dilingkungan sekitar
c. Ajari orang tua milestones
perkembangan dan prilaku yang
dibentuk
Kolaborasi
a. Rujuk untuk konseling, jika perlu

3. Risiko Setelah dilakukan Edukasi Stimulasi Bayi/Anak (1.12448)


gangguan kunjungan 14 kali Observasi
pertumbuhan diharapkan status a. Identifikasi kesiapan orang tua dalam
pertumbuhan membaik menerima informasi
dengan kriteria hasil : b. Identifikasi faktor yang menghambat
a. Berat badan sesuai keberhasilan edukasi
usia Terapeutik
b. Panjang/tinggi badan a. Sediakan materi dan media pendidikan
sesuai usia kesehatan
b. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
c. Berikan kesempatan untuk bertanya
d. Berikan pujian atas keberhasilan orang
tua
Edukasi
a. Jelaskan bayi memberikan isyarat
prilaku yang menunjukkan
kebutuhannya
b. Jelaskan stimulus yang dapat membantu
mengoptimalkan perkembangan
bayi/anak
c. Ajarkan cara mengidentifikasi isyarat
perilaku bayi/anak (mis. lapar, tidak
nyaman)
d. Ajarkan cara stimulasi perkembangan
motorik kasar, motorik halus, dan
bahasa sesuai tahapan usia bayi/anak.
35

2.3.5 Implementasi

Merupakan pelaksanaan tindakan yang sudah direncanakan dengan

tujuan kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal dalam rencana

keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri

(independent), saling ketergantungan/kolaborasi, dan tindakan rujukan/

ketergantungan (dependent) (Tartowo dan Wartonah, 2015).

2.3.6 Evaluasi

Evaluasi adalah proses keperawatan dengan cara melakukan

identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau

tidak dan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, keluarga dan

tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi untuk melihat kemampuan

klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil

pada tahap perencanaan (Tartowo & Wartonah, 2015).

Untuk mempermudah mengevaluasi/memantau perkembangan pasien

digunakan komponen SOAP adalah sebagai berikut:

S : Data subjektif

Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah

dilakukan tindakan keperawatan

O : Data objektif

Data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi perawat secara

langsung kepada pasien dan yang dirasakan pasien setelah dilakukan

tindakan keperawatan.

A : Analisa
36

Merupakan suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih

terjadi, atau juga dapat dituliskan suatu masalah/ diagnosis baru yang

terjadi akibat perubahan status kesehatan pasien yang telah

teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.

P : Planning

Perencanaan keperawatan yang dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi

atau ditambahkan dari rencana tindakan keperawatan yang telah

ditentukan sebelumnya, tindakan yang telah menunjukkan hasil yang

memuaskan data tidak memerlukan tindakan ulang pada umumnya

dihentikan.

2.4 Konsep Stimulasi Motorik Kasar

2.4.1 Pengertian Stimulasi Motorik Kasar

Stimulasi adalah rangsangan dari luar yang ada pada lingkungan

anak yang merupakan suatu kebutuhan dasar untuk perkembangan

seorang anak. Stimulasi dapat berperan untuk peningkatan fungsi

motorik (gerak kasar, halus), emosi sosial, bicara, kognitif, mandiri, dan

kreativitas (Yanuar, 2019).

Motorik kasar adalah gerak tubuh yang menggunakan otot-otot

besar atau sebagian besar seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh

kematangan anak itu sendiri. Motorik kasar ini meliputi penggunaan

otot-otot kasar seperti tangan, kaki, dan badan. Kemampuan anak untuk

duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh dari motorik kasar. Otot-

otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh

anak dalam melakukan gerakan tubuh (Anggraini, 2017).


37

Stimulasi motorik kasar merupakan upaya orang tua untuk

merangsang perkembangan motorik kasar seperti melatih anak berjalan,

berdiri dengan satu kaki, melatih anak mencuci kaki, mencuci tangan,

dan melatih anak mengenal bentuk dan warna benda (Ahda, Erlyani, &

Rahmayanti, 2017).

Pemberian stimulasi motorik kasar merupakan hal yang penting

dalam perkembangan anak. Anak yang mendapatkan stimulasi terarah

dan teratur bisa lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak

yang tidak atau kurang mendapat stimulasi (Syofiah, Machmud, &

Yantri, 2019).

2.4.2 Prinsip-Prinsip Stimulasi

Depkes RI (2010) terdapat prinsip dasar dalam memberikan

stimulasi, yaitu:

1. Stimulasi dilakukan dengan landasan rasa cinta dan kasih sayang.

2. Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik, karena anak akan

meniru tingkah laku orang-orang terdekat dengannya.

3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak.

4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,

menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman.

5. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur

anak, terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak.

6. Gunakan alat bantu/permainan yang sederhana, aman dan ada

disekitar anak.

7. Beri kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan.


38

8. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas

keberhasilannya.

2.4.3 Pedoman Umum Stimulasi

1. Koordinasi visual dan gerak

Koordinasi mata dan tangan dapat diperkuat dengan mainan,

penempatan mainan di luar jangkauan anak yang masih

memungkinkan anak menggeser tubuh untuk meraihnya,

menyediakan obyek yang dapat dipukulkan, ditumpahkan dan

dimasukkan kembali (dumped and filled).

2. Peran orang tua

Jika orangtua mengembangkan lingkungan yang menarik maka

anak dapat belajar sendiri di lingkungannya. Orang tua adalah guru

utama anak dimulai pada masa bayi, terhadap contoh perilaku orang

tua dan keterlibatan dalam bermain adalah penting untuk

perkembangan anak. Lima peran orangtua adalah 5P, penyediaan

lingkungan pembelajaran, sikap orang tua dapat diramalkan

(predictability), bermain dengan proses ping-pong, membiarkan dan

mendorong anak secara persisten untuk tetap tertarik dan didalam

aktivitas, jangan menjadi professor (selalu berbicara, tidak memberi

kesempatan pada anak). Selain itu orangtua harus merangsang 4 R

yaitu responsiveness, reasoning, rasionality dan reading. Sedangkan

warm (kehangatan, mencintai, perduli) sangat diperlukan agar 5 P

dan 4 R berfungsi dengan baik.

2.4.4 Manfaat Stimulasi


39

1. Secara fisik, tubuh anak akan lebih sehat dan kuat, karena otot-

ototnya terlatih

2. Anak memiliki koordinasi mata, tangan dan kaki yang baik

3. Mengembangkan rasa kepercayaan diri anak

4. Anak dapat mengembangkan keterampilan bersosialisasi

2.4.5 Stimulasi Motorik Kasar Anak Usia 18-24 Bulan

Rangsanglah gerak kasar dengan berdiri, berjalan berpegangan

(Soetjiningsih, 2017). Berdasarkan buku pedoman pelaksanaan

SDIDTK Kementrian kesehatan RI (2016) tahapan perkembangan dan

stimulasi motorik kasar anak usia 18-24 bulan adalah sebagai berikut:

1. Gerak kasar

a. Tahapan perkembangan:

1) Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik

b. Stimulasi:

1) Stimulasi yang perlu dilanjutkan:

Dorong anak agar mau berlari, berjalan dengan berjinjit,

bermain di air, menendang, melempar dan menangkap bola

besar serta berjalan naik turun tangga

2) Berjalan tanpa terhuyung-huyung

3) Melatih keseimbangan tubuh

Ajari anak cara berdiri dengan satu kaki secara bergantian. Ia

mungkin perlu berpegangan kepada anda atau kursi ketika ia

melakukan untuk pertama kalinya. Usahakan agar anak


40

menjadi terbiasa dan dapat berdiri dengan seimbang dalam

waktu yang lebih lama setiap kali ia mengulangi permainan ini.

4) Mendorong mainan dengan kaki. Biarkan anak mencoba

mainan yang perlu didorong dengan kakinya agar mainan itu

dapat bergerak maju

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Desain studi kasus yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah

ini adalah deskriptif. Desain studi kasus deskriptif adalah suatu penelitian

yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran secara realita dan

objektif terhadap sesuatu kondisi tertentu yang sedang terjadi dalam kelompok

masyarakat (Nursalam, 2013). Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk

mengeksporasi masalah asuhan keperawatan tentang pemberian stimulasi

motorik kasar pada anak usia 18-24 bulan dengan keterlambatan berjalan.

3.2 Subyek Studi Kasus

Subyek merupakan orang yang dijadikan sebagai responden untuk

mengambil kasus. Subyek penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini

adalah 2 orang pasien yang mengalami keterlambatan berjalan dengan kriteria

inklusi dan kriteria eksklusi:

3.2.1 Kriteria Inklusi


41

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,

2013). Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah:

1. Anak usia 18-24 bulan

2. Anak dengan keterlambatan berjalan

3. Bersedia menjadi responden dan dilaksanakan pemberian stimulasi

motorik kasar

3.2.2 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan subyek

yang memenuhi kriteria inklusi dari studi kasus karena berbagai sebab

(Nursalam, 2013). Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah:

1. Keluarga pasien yang kurang kooperatif

2. Pasien dalam keadaan sakit

3.3 Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus pada proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah pemberian

stimulasi motorik kasar pada anak usia 18-24 bulan dengan keterlambatan

berjalan.

3.4 Definisi Operasional Fokus Studi

Keterlambatan berjalan adalah gangguan keterlambatan berjalan

pada anak usia 9-18 bulan Beberapa indikator yang menyebabkan

keterlambatan berjalan pada anak diantaranya motorik, genetik dan

temperamen. Faktor ini jarang dipahami oleh orang tua juga terkadang

penundaan tampaknya di biarkan dan itu dapat menyebabkan

47
42

kegagalannya sendiri. Kurangnya waktu untuk berkonsultasi dengan

spesialis anak mengakibatkan kasus seperti itu tampaknya dibiarkan

begitu saja (Wiyandra & Yenila, 2020). Secara umum indikator

perkembangan anak biasanya sudah mulai berjalan pada usia kurang

lebih 9-18 bulan, jika dalam usia 18 bulan anak belum dapat berjalan

tanpa di pegang maka bisa dikatakan anak mengalami delayed walking

atau biasa disebut dengan keterlambatan berjalan (Nova & Wati, 2019).

3.4.1 Stimulasi adalah rangsangan dari luar yang ada pada lingkungan anak

yang merupakan suatu kebutuhan dasar untuk perkembangan seorang

anak. Stimulasi dapat berperan untuk peningkatan fungsi motorik

(gerak kasar, halus), emosi sosial, bicara, kognitif, mandiri, dan

kreativitas (Yanuar, 2019).

3.4.2 Motorik kasar adalah gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar

atau sebagian besar seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh

kematangan anak itu sendiri. Motorik kasar ini meliputi penggunaan

otot-otot kasar seperti tangan, kaki, dan badan. Kemampuan anak untuk

duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh dari motorik kasar. Otot-

otot besar dan sebagian atau seluruh anggota tubuh digunakan oleh

anak dalam melakukan gerakan tubuh (Anggraini, 2017).

3.4.3 Stimulasi motorik kasar merupakan upaya orang tua untuk merangsang

perkembangan motorik kasar seperti melatih anak berjalan, berdiri

dengan satu kaki, melatih anak mencuci kaki, mencuci tangan, dan

melatih anak mengenal bentuk dan warna benda (Ahda, Erlyani, &

Rahmayanti, 2017).
43

3.4.4 Pemberian stimulasi motorik kasar merupakan hal yang penting dalam

perkembangan anak. Anak yang mendapatkan stimulasi terarah dan

teratur bisa lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang

tidak atau kurang mendapat stimulasi (Syofiah, Machmud, & Yantri,

2019).

3.5 Instrumen Studi Kasus

Instrumen penelitian yang digunakan dalam studi kasus ini yaitu:

1. SDIDTK usia 18-24 bulan

2. KPSP usia 18-24 bulan

3. SAP keterlambatan berjalan

4. Leaflet keterlambatan berjalan

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan:

1. Wawancara

Suatu metode pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan

secara lisan kepada klien atau keluarga untuk menjawabnya. Wawancara

bisa dilakukan dengan cara tatap muka antara peneliti dan klien untuk bisa

mendapatkan informasi yang jelas (Surahman Dkk, 2016).

2. Observasi

Suatu pengumpulan data dengan cara melihat secara langsung dengan

pancaindra penglihatan, penciuman dan pendengaran atau dengan alat

untuk memperoleh informasi (Surahman Dkk, 2016).


44

3. Pemeriksaan Fisik

Menurut Sugiarto (2018), pemeriksaan fisik merupakan suatu proses

pemeriksaan untuk mengetahui keadaan fisik dan menentukan ada atau

tidaknya masalah fisik pada klien. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan

dengan empat tehnik yaitu:

a. Inspeksi

Inspeksi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan

menggunakan alat indra penglihatan, penciuman untuk mengetahui

keadaan fisik klien. Inspeksi dilakukan secara beururtan dari kepala

sampai kaki.

b. Palpasi

Palpasi adalah metode pemeriksaan yang dilakukan dengan

menggunakan indra peraba yaitu tangan. Bisa menggunakan satu atau

dua tangan agar dapat terbentuk gambaran organ tubuh atau masa

abnormal.

c. Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaa fisik yang dapat dilakukan dengan cara

pengetukan pada bagian tubuh dengan menggunakan jari, tangan atau

alat kecil untuk mengevaluasi ukuran, konsistensi, batas atau adanya

cairan dalam organ tubuh.

d. Auskultasi
45

Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan denga alat indra

pendengaran. Dengan cara mendengar bunyi yang berasal dari dalam

tubuh yang meliputi frekuensi, intensitas, durasi dan kualitas. Untuk

mendengar bunyi mempunyai batas waktu tertentu sehingga diperlukan

suatu alat yaitu stetoskop.

3.7 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas

Penimbung Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat di Desa

Penimbung Dusun Gubuk Baru sekitar bulan September 2022.

3.8 Analisis Data Dan Penyajian Data

Analisa data dilakukan sejak di lapangan, sewaktu pengumpulan data

sampai dengan semua data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisa yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban

dari penelitian yang diperoleh dari hasil interprestasi wawancara mendalam

yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah peneliti dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterprestasikan

oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasikan dalam intervensi tersebut (Hidayat & Alimul Aziz, 2011).

Urutan dalam anilisis data:


46

1. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil anamnesa mendalam. Hasil ditulis dalam

bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip.

a. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun

teks naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari responden atau dengan menggunakan inisial

nama dan berdasarkan data.

b. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan.Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi.

3.9 Etika Studi Kasus

Etika yang mendasari suatu penelitian, terdiri dari:

3.9.1 Informed consent (persetujuan menjadi responden)

Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden (Hidayat & Alimul Aziz, 2011).

3.9.2 Anonimity (tanpa nama)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
47

data atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat & Alimul Aziz,

2011).

3.9.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat & Alimul

Aziz, 2011).

Anda mungkin juga menyukai