Anda di halaman 1dari 22

Lampiran 1.

PENJELASAN UNTUK MENGIKUTI PENELITIAN

1. Kami adalah Peneliti berasal dari STIKES Yarsi Mataram Program Studi
Keperawatan Jenjang D.3 dengan ini meminta anda untuk berpartisipasi
dengan sukarela dalam penelitian yang berjudul Pemberian Stimulasi Motorik
Kasar Pada Anak Usia 18-24 Bulan Dengan Keterlambatan Berjalan.
2. Tujuan dari penelitian studi kasus ini adalah menggambarkan asuhan
keperawatan anak dengan keterlambatan berjalan yang dapat memberi
manfaat berupa memberikan pemahaman bagi ibu untuk merawat anak dengan
keterlambatan berjalan.
3. Prosedur pengambilan bahan data dengan cara stimulasi motorik kasar. Cara
ini mungkin menyebabkan ketidaknyamanan tetapi anda tidak perlu khawatir
karena penelitian ini untuk kepentingan pengembangan asuhan/pelayanan
keperawatan.
4. Keuntungan yang anda peroleh dalam keikutsertaan anda pada penelitian ini
adalah anda turut terilibat aktif mengikuti perkembangan asuhan/ tindakan
yang diberikan.
5. Nama dan jati diri anda beserta seluruh informasi yang saudara sampaikan
akan tetap dirahasiakan.
6. Jika saudara membutuhkan informasi sehubungan dengan penelitian ini,
silakan menghubungi peneliti pada nomor Hp: 087879798889.

Mataram,………2022

Peneliti
Qudwatul Hasanah
Lampiran 2.

INFORMED CONSENT
(Persetujuan menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah

mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang

akan dilakukan oleh Qudwatul Hasanah dengan judul “Pemberian Stimulasi

Motorik Kasar Pada Anak Usia 18-24 Bulan Dengan Keterlambatan Berjalan”.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini

secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan

mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi

apapun.

Mataram,.........................2022
Saksi Yang memberikan persetujuan

( )
( )

Mataram,.........................2022
Peneliti

Qudwatul Hasanah

Lampiran 3.
PENGKAJIAN KEPERAWATAN PADA ANAK

(VIRGINIA HENDERSON)
1. Pengkajian Umum

a. Identitas Pasien

Nama :

Tempat/Tgl lahir :

Jenis Kelamin :

Suku/ Bangsa :

Agama :

Alamat :

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama :

Umur :

Alamat :

Pekerjaan :

Agama :

Suku/Bangsa :

Hub. dengan pasien :

c. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama :

2) Riwayat penyakit sekarang :

3) Riwayat penyakit dahulu :

4) Riwayat persalinan

a) Prenatal :
b) Intranatal :

c) Penolong persalinan :

5) Tumbuh kembang

a) Pertumbuhan fisik :

b) Perkembangan anak :

6) Pola fungsi kesehatan menurut Virginia Henderson (Data Bio-psiko-

sosio-kultural-spiritual)

a) Pola respirasi :

b) Pola eliminasi :

c) Pola nutrisi :

d) Pola personal hygiene :

e) Pola istirahat tidur :

f) Pola aktifitas latihan :

g) Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan :

h) Pola pertahanan suhu tubuh :

i) Pola rekreasi :

j) Pola beribadah :

k) Pola bermain :

l) Pola berkomunikasi :

m)Pola belajar :

7) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum :

b) Kesadaran :

c) Head To Toe
(1) Kepala

(a) Inspeksi :

(b) Palpasi :

(2) Mata

(a) Inspeksi :

(b) Palpasi :

(3) Hidung

(a) Inspeksi :

(b) Palpasi :

(4) Mulut

(a) Inspeksi :

(b) Palpasi :

(5) Telinga

(a) Inspeksi :

(b) Palpasi :

(6) Leher

(a) Inspeksi :

(b) Palpasi :

(7) Kulit

(a) Inspeksi :

(b) Palpasi :

(8) Dada

(a) Inspeksi :

(b) Palpasi :
(c) Aukultasi :

(d) Perkusi :

(9) Ekstremitas

(a) Inspeksi :

(b) Palpasi :

(c) Perkusi :

(10) Genetalia

(a) Inspeksi :

(b) Palpasi :

8) Pemeriksaan Penunjang

(a) Lab

(b) Radiologi

Lampiran 4.
Perkembangan Dan Stimulasi Umur 18-24 Bulan
GERAK KASAR
TAHAPAN PERKEMBANGAN
1. Berdiri sendiri tanpa berpegangan 30 detik
STIMULASI
1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan:
Dorong anak agar mau berlari, berjalan dengan berjinjit, bermain di air, menendang,
melempar dan menangkap bola besar serta berjalan naik turun tangga
2. Berjalan tanpa terhuyung-huyung
3. Melatih keseimbangan tubuh
Ajari anak cara berdiri dengan satu kaki secara bergantian. Ia mungkin perlu berpegangan
kepada anda atau kursi ketika ia melakukan untuk pertama kalinya.
Usahakan agar anak menjadi terbiasa dan dapat berdiri dengan seimbang dalam waktu yang
lebih lama setiap kali ia mengulangi permainan ini.
4. Mendorong mainan dengan kaki. Biarkan anak mencoba mainan yang perlu didorong dengan
kakinya agar mainan itu dapat bergerak maju

GERAK HALUS
TAHAPAN PERKEMBANGAN
1. Menumpuk 4 buah kubus
2. Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk
3. Menggelindingkan bola kearah sasaran
STIMULASI
1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan:
a. Dorong agar anak mau main balok-balok, memasukkan benda yang satu ke dalam benda
lainnya
b. Menggambar dengan crayon, spidol, pensil berwarna
c. Menggambar pakai tangan
2. Mengenal berbagai ukuran dan bentuk. Buat lubang-lubang dengan ukuran dan bentuk yang
berbeda pada sebuah tutup kotak/kardus. Beri anak mainan/benda-benda yang bisa
dimasukkan lewat lubang-lubang itu.
3. Bermain puzzle. Beri anak permainan puzzle sederhana, yang hanya terdiri dari 2-3 potong
saja. Puzzle semacam itu dapat dibeli atau dibuat sendiri dari sepotong karton yang diberi
gambar, kemudian dipotong-potong menjadi 2 atau 3 bagian.
4. Menggambar wajah atau bentuk. Tunjukkan kepada anak cara menggambar bentuk-bentuk
seperti: garis, bulatan, dan lainnya. Pakai spidol, crayon dan lainnya. Ajarkan juga cara
menggambar wajah.
5. Membuat berbagai bentuk dari adonan kue/lilin mainan. Beri anak adonan kue (apabila anda
membuat kue) atau lilin yang bisa dibentuk. Ajari bagaimana cara membuat berbagai bentuk.

BICARA BAHASA
TAHAPAN PERKEMBANGAN
1. Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti.
STIMULASI
1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan:
a. Bernyanyi, bercerita dan membaca sajak-sajak untuk anak. Ajak anak agar ia mau ikut
serta.
b. Bicara banyak-banyak kepada anak, gunakan kalimat-kalimat pendek, jelas dan mudah
ditiru anak.
c. Setiap hari, anak dibacakan buku.
d. Dorong agar anak anda mau menceritakan hal-hal yang dilakukan dan dilihatnya.
2. Melihat acara televisi.
Biarkan anak melihat acara anak-anak di televisi. Dampingi anak dan bicarakan apa yang
dilihatnya. Pilih acara yang bermutu dan sesuai dengan perkembangan anak dan batasi agar
anak melihat televisi tidak lebih dari 1 jam sehari.
3. Mengerjakan perintah sederhana mulai memberi perintah kepada anak. "Tolong bawakan
kaus kaki merah", ATAU "Letakkan cangkirmu di meja". Tunjukkan kepada anak cara
mengerjakan perintah tadi, gunakan kata-kata sederhana.
4. Bercerita tentang apa yang dilihatnya. Perlihatkan sering-sering buku dan majalah bergambar
kepada anak. Usahakan agar anak mau menceritakan apa yang dilihatnya. Usahakan agar
anak mau menceritakan apa yang dilihatnya.

SOSIALISASI KEMANDIRIAN
TAHAPAN PERKEMBANGAN
1. Memegang cangkir sendiri, belajar makan-minum sendiri.
2. Bertepuk tangan, melambai-lambai
3. Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga
4. Mengetahui jenis kelamin diri sendiri perempuan atau laki-laki
STIMULASI
1. Stimulasi yang perlu dilanjutkan:
a. Ajak anak mengunjungi tempat bermain kebun binatang, lapangan terbang, museum dan
lainnya.
b. Bujuk dan tenangkan anak ketika rewel.
c. Usahakan agar anak mau melepas pakaiannya sendiri (tanpa harus dibantu), membereskan
mainannya dan membantu kegiatan rumah tangga yang ringan.
d. Ajari ia makan sendiri dengan memakai sendok dan garpu, dan ajak ia akan makan
bersama keluarga.
2. Mengancingkan kancing baju
Beri anak pakaian atau mainan yang mempunyai bush kancing/kancing tarik. Ajari anak cara
mengancingkan kancing tersebut.
3. Permainan yang memerlukan interaksi dengan teman bermain.
Usahakan agar anak bermain dengan teman sebaya misalnya bermain petak umpet. Dengan
bermain seperti ini, anak akan belajar bagaimana mengikuti aturan permainan dan giliran
bermain dengan teman-temannya.
4. Membuat rumah-rumahan. Ajak anak membuat rumah-rumahan dari kotak besar/kardus.
Potong kardus itu untuk membuat jendela dan pintu rumah.
5. Berpakaian. Biarkan anak memakai pakaiannya sendiri sejauh yang dapat dilakukannya.
Setelah belajar lebih banyak mengenal hal ini, berangsur-angsur ia akan mau melakukan
sendiri tanpa dibantu.
6. Mulai diperkenalkan tentang jenis kelamin anak, baik saat memandikan anak atau
memakaikan pakaian. Gunakan kata sederhana dan dengan intonasi datar.
Lampiran 5.

KPSP Pada Anak Usia 15 Bulan


Alat dan bahan yang dibutuhkan:
1. Kubus
2. Kismis
Ya Tidak
Bayi di pangku ibunya/Pengasuh di tepi meja periksa
1 Beri 2 kubus, tanpa bantuan, apakah anak dapat Gerak Halus
mempertemukan dua kubus kecil yang ia pegang?
2 Apakah anak anak dapat mengambil benda kecil Gerak Halus
seperti kacang, kismis, atau potongan biskuit dengan
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk seperti pada
gambar?

Tanya ibu/Pengasuh
3 Apakah anak dapat jalan sendiri atau jalan dengan Gerak Kasar
berpegangan?
4 Tanpa bantuan, apakah anak dapat bertepuk tangan Sosialisasi dan
atau melambailambai? kemandirian
5 Jawab TIDAK bila ia membutuh kan bantuan Apakah Bicara dan
anak dapat mengatakan "papa" ketika ia Bahasa
memanggil/melihat ayahnya, atau mengatakan "mama"
jika memanggil/melihat ibunya?
6 Jawab YA bila anak mengatakan salah satu Sosialisasi dan
diantaranya Apakah anak dapat menunjukkan apa yang kemandirian
diinginkannya tanpa menangis atau merengek? Jawab
YA bila ia menunjuk, menarik atau mengeluarkan
suara yang menyenangkan
Coba berdirikan anak
7 Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar
selama kira-kira 5 detik?
8 Apakah anak dapat berdiri sendiri tanpa berpegangan Gerak Kasar
selama 30 detik atau lebih?
9 Taruh kubus di lantai, tanpa berpegangan atau Gerak Kasar
menyentuh lantai, apakah anak dapat membungkuk
untuk memungut kubus di lantai dan kemudian berdiri
kembali?
10 Apakah anak dapat berjalan di sepanjang ruangan Gerak Kasar
tanpa jatuh atau terhuyung-huyung?
TOTAL

Lihat Algoritme untuk interpretasi dan Tindakan


Perinci untuk Aspek Perkembangan dengan jawaban “Tidak”

Gerak Kasar
Gerak Halus
Bicara dan Bahasa
Sosialisasi dan Kemandirian

KPSP Pada Anak Usia 18 Bulan


Alat dan bahan yang dibutuhkan:
1. Kismis
2. Bola tenis
3. Kubus
Ya Tidak
Bayi di pangku ibunya/Pengasuh di tepi meja periksa
1 Letakkan kismis diatas meja dekat anak, apakah anak Gerak Halus
dapat mengambil dengan ibu jari dan telunjuk?
2 Gelindingkan bola tenis ke arah anak, apakah dapat Gerak Halus
mengelindingkan/melempar bola kembali kepada
anak?

Tanya Ibu
3 Apakah anak dapat bertepuk tangan atau melambaikan Sosialisasi dan
tangan tanpa bantuan? kemandirian

4 Apakah anak dapat mengatakan “papa” ketika melihat Bicara dan


atau memanggil ayahnya atau mengatakan “mama” Bahasa
ketika melihat atau memanggil ibunya?

5 Apakah anak dapat menunjukkan apa yang diingikan Sosialisasi dan


tanpa menangis atau merengek? kemandirian

6 Apakah anak dapat minum dari cangkir/gelas sendiri Sosialisasi dan


tanpa tumpah? kemandirian

Coba berdirikan anak


7 Apakah anak dapat berdiri kira-kira 5 detik tanpa Gerak Kasar
pegangan?
8 Apakah anak dapat berdiri kira kira lebih dari 30 detik Gerak Kasar
tanpa pegangan?

9 Letakkan kubus di lantai, minta anak memungut, Gerak Kasar


apakah anak dapat memungut dan berdiri kembali
tanpa berpegangan?

10 Minta anak berjalan sepanjang ruangan, dapatkan ia Gerak Kasar


berjalan tanpa terhunyung/jatuh?

TOTAL

Lihat Algoritme untuk interpretasi dan Tindakan


Perinci untuk Aspek Perkembangan dengan jawaban “Tidak”
Gerak Kasar
Gerak Halus
Bicara dan Bahasa
Sosialisasi dan Kemandirian

Lampiran 6.

SATUAN ACARA PENGAJARAN


PENDIDIKAN KESEHATAN

MASALAH KESEHATAN SESUAI PRIORITAS


1. Keterlambatan berjalan (Delayed walking)
Masalah 1.
a. Area/pesan pokok : Dusun Gubuk Baru Desa Kebon Ayu
b. Sasaran : Orang tua pasien
c. Hari/tanggal :
d. Tempat : Dusun Gubuk Baru Desa Kebon Ayu
e. Pelaksana : Qudwatul Hasanah
f. Waktu/durasi : 25 Menit
g. Metode pendidikan : Ceramah dan Tanya jawab.
h. Media yang digunakan : SAP & Leaflet.
i. Rencana kegiatan :
Tahap Kegiatan Pengajar Kegiatan Sasaran Waktu
Kegiatan
Pendahuluan 1. Menyampaikan salam dan 1. Menjawab salam
memperkenalkan diri. 2. Mendengarkan dan
2. Menjelaskan tujuan dan memperhatikan. 5
menjelaskan topik 3. Mendengarkan dan Menit
penyuluhan. memperhatikan.
3. Kontrak waktu.
Penyajian 1. Pengertian keterlambatan 1. Mendengarkan dan
berjalan memperhatikan.
2. Faktor yang mempengaruhi
proses berdiri dan berjalan 15
3. Faktor yang mempengaruhi Menit
keterlambatan berjalan
4. Tahapan berjalan

Penutup 1. Memberikan kesempatan 1. Menyampaikan 5


kepada peserta untuk respon selama Menit
bertanya. kegiatan.
2. Menyimpulkan materi 2. Menjawab salam.
penyuluhan.
3. Menutup pertemuan dan
memberikan salam.

j. Lampiran materi selengkapnya


1) Pengertian Keterlambatan Berjalan

Keterlambatan berjalan adalah gangguan keterlambatan berjalan

pada anak usia 9-18 bulan. Beberapa indikator yang menyebabkan

keterlambatan berjalan pada anak diantaranya motorik, genetik dan

temperamen. Faktor ini jarang dipahami oleh orang tua juga terkadang

penundaan tampaknya di biarkan dan itu dapat menyebabkan

kegagalannya sendiri. Kurangnya waktu untuk berkonsultasi dengan

spesialis anak mengakibatkan kasus seperti itu tampaknya dibiarkan

begitu saja (Wiyandra & Yenila, 2020).

Secara umum indikator perkembangan anak biasanya sudah mulai

berjalan pada usia kurang lebih 9-18 bulan, jika dalam usia 18 bulan

anak belum dapat berjalan tanpa di pegang maka bisa dikatakan anak

mengalami delayed walking atau biasa disebut dengan keterlambatan

berjalan (Nova & Wati, 2019).

2) Faktor yang Mempengaruhi Anak Terlambat Berjalan

Beberapa faktor yang mempengaruhi keterlambatan berjalan pada

anak yaitu, sebagai berikut:

a) Gizi pada ibu

Gizi ibu yang buruk baik sebelum terjadinya kehamilan maupun

ketika sedang hamil, sering menghasilkan bayi BBLR (Berat Bayi


Lahir Rendah) atau cacat bawaan. Selain itu, juga dapat

menyebabkan pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir,

mudah terkena infeksi dan sebagainya (Indrijati, 2016).

b) Kekurangan Vitamin

Kekurangan vitamin akan mengakibatkan berbagai macam

penyakit sehimgga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

bayi pada saat lahir nantinya.

c) Kesehatan Ibu

Pada saat kehamilan, seorang ibu sangat perlu menjaga

kesehatannya, karena perubahan yang terjadi di tubuhnya akan

mempengaruhi janin.

d) Faktor Rhesus

Ketidaksesuaian antara rhesus ibu dan ayah yang dapat

menyebabkan kerusakan sel pada janin dapat menimbulkan

komplikasi fisik ataupun mental yang berbahaya.

e) Obat-obatan

Obat-obatan sangat tidak diperbolehkan untuk ibu hamil

misalnya obat penenang (menyebabkan mulut-mulut janin terbelah),

barbiturates (pada dosis tinggi menyebabkan janin kecanduan,

gelisah dan mudah terkena luka).

f) Sinar x
Radiasi dapat menyebabkan mutasi gen (perubahan permanen

pada materi genetik) misalnya saja terjadi kecacatan fisik permanen

pada anak-anak chernobly yang terkenan radiasi nuklir.

g) Alkohol

Fetal Alcohol Syndrome (FAS) Merupakan keabnormalan yang

tampak pada anak dari ibu yang meminum akohol selama kehamilan

h) Mengisap rokok

Ibu yang merokok akan berdampak pada perkembangan

kandungan pra kelahiran dan pasca kelahiran

i) Kelahiran Prematur

Kelahiran prematur merupakan masalah global yang terjadi

diberbagai negara di dunia. Banyak masalah yang timbul karena

kelahiran prematur. Bayi prematur memiliki resiko kematian lebih

tinggi dibandingkan dengan bayi yang lahir cukup bulan. Selain itu,

masalah yang timbul akibat kelahiran prematur yaitu masalah

perkembangan neurologi yang bervariasi dari gangguan neurologis

berat, seperti gangguan penglihatan dan tuli (Karmelita, 2020).

j) Kekurangan nutrisi dan stimulasi

Asupan nutrisi dan stimulasi yang tidak memadai di masa awal

kehidupan anak terutama usia 1-3 tahun akan berdampak pada

pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal. Pada usia ini

anak tumbuh dan berkembang dengan pesat. Peran orang tua dalam
memenuhi kebutuhan dasar anak sangat penting, salah satunya yaitu

asuhan nutrisi dan stimulasi (Ulfah et al, 2018).

3) Faktor yang Mempengaruhi Proses Berdiri dan Berjalan

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses berdiri dan berjalan

pada anak menurut (IDAI, 2016) yaitu:

a) Keinginan dari dalam diri untuk bergerak

Keinginan untuk bergerak harus dimiliki anak untuk bisa berdiri

dan berjalan. Keinginan ini harus didukung oleh nutrisi yang cukup,

bagian tubuh bebas dari rasa nyeri, kemampuan sensoris dan kognitif

yang baik dan kondisi jantung dan paru yang sehat.

b) Pola Asuh

Pola asuh yang kurang tepat dapat dilihat dari kurangnya orang

tua memberikan kesempatan kepada anak untuk melatih kakinya

berjalan. Kebiasaan orang tua atau pengasuh yang selalu

menggendong anak dengan alasan takut kotor apabila bermain di

lantai atau takut anak akan terjatuh, takut rumah berantakan dan lain-

lain. Hal ini dapat menghambat kemampuan berjalan pada anak,

anak juga akan terbiasa dengan pola asuh yang kurang tepat, dan

berimbas pada kurang percaya dirinya untuk berlatih berjalan, anak

akan merasa takut dan tidak terbiasa untuk menjejakkan kakinya di

lantai.

c) Pola gerakan yang baik


Proses berdiri dan berjalan yang baik membutuhkan pola gerakan

yang tepat. Untuk bisa berdiri tumit kaki menumpu, lutut menekuk,

panggul dan sumbu tubuh condong ke depan. Kemudian untuk

berjalan memerlukan pola gerakan yang terdiri dari placing

(menempatkan dan menumpukan kaki pada lantai) dan stepping

(melangkahkan kaki). Stepping dan placing memerlukan koordinasi

gerakan yang baik antara sisi tubuh kiri dan kanan.

d) Tonus otot optimal (normotoni), memiliki kekuatan otot yang baik,

terutama pada otot sumbuh tubuh, panggul, lutut, dan tumit, tidak

ada reflex gerakan primitif, sendi dapat digerakkan sesuai dengan

batasa normal, mempunyai keseimbangan yang baik.

e) Faktor Lingkungan

Lingkungan yang mendukung proses berdiri dan berjalan yaitu

dapat memberikan peluang pada anak untuk berdiri dan berjalan,

faktor ini dipengaruhi oleh pola asuh. Kondisi lingkungan yang

mendorong anak untuk berdiri dan berjalan seperti meletakkan

mainan di posisi yang membuat anak berdiri atau berjalan untuk

meraih mainan tersebut dan membuat lingkungan seaman mungkin

sehingga anak tidak terpleset, terjatuh, dan terbentur.

f) Faktor aktivitas

Mendorong anak untuk beraktivitas yang sesuai dengan usia

perkembangan yaitu usia 9 bulan berdiri dan usia 12 bulan berjalan.

Apabila pada usia itu anak terlalu banyak duduk atau digendong
maka tingkat perkembangan anak menjadi seperti anak usia 6-7

bulan.

4) Tanda dan Gejala

a) Tidak bisa berdiri sendiri

b) Tidak bisa menarik sesuatu, seperti tali atau mainan

c) Tidak bisa bangkit dari duduk

d) Tidak bisa mendorong mainan sambil berdiri

e) Anak usia 12-18 bulan belum bisa berjalan sama sekali

5) Penanganan Anak Terlambat Berjalan

a) Terapi Non-Medis

Pemijatan bayi dipandang sebagai salah satu aspek penting yang

bisa dilakukan oleh orang tua bayi sebagai langkah awal komunikasi

personal antara orang tua dan bayi. Adanya rangsangan pada kulit

berupa pijat anak di hantarkan oleh ujung-ujung saraf di sekitar

folikel rambut, kemudian melalui jaringan saraf di tulang belakang

akan tersampaikan ke otak. Pijat bayi menimbulkan efek fisik dan

biokimia positif. Efek fisik yaitu meningkatkan jumlah dan sitoksitas

dari sistem imunitas mengubah gelombang otak secara positif,

meningkatkan berat badan, memperbaiki sirkulasi darah dan

pernafasan, membuat tidur lelap, mengurangi rasa sakit. Efek

biokimia seperti menurunkan kadar hormon stress dan meningkatkan

aktivitas neurotransmiter hormon serotonin. Pijat bayi dapat

meningkatkan kekuatan otot, menyeimbangkan hormon dan syaraf,

dan meregangkan sendi.


Pemberian pijatan merupakan salah satu teknik memberikan

rangsangan terhadap bayi sehingga dapat mendorong perkembangan

motorik bayi. Bayi yang mendapatkan pemijatan dengan tekanan

sedang lebih menunjukkan peningkatan pada motorik kasar daripada

bayi yang mendapatkan pemijatan dengan tekanan yang ringan

(Taamu, L, & Saadi, 2019).

b) Memberikan stimulasi

Stimulasi merupakan hal yang penting yang harus dilakukan

untuk menunjang tumbuh kembang anak. Stimulasi yang diberikan

pada usia 3 tahun pertama akan berpengaruh besar bagi

perkembangan otak dan menjadi dasar untuk kehidupan anak di

masa yang akan datang. Kegiatan stimulasi bisa meliputi berbagai

jenis kegiatan untuk merangsang perkembangan anak seperti melatih

anak melakukan suatu gerakan, berpikir, mandiri dan bergaul dengan

temannya. Dengan menyediakan fasilitas yang lengkap dan

bervariasi dapat membantu anak dalam memenuhi tugas kemampuan

motoriknya. Fasilitas yang lengkap dapat menstimulasi anak untuk

beraktivitas dalam motorik, karena fasilitas yang lengkap akan selalu

memacu anak untuk selalu ingin tahu dalam menggunakan fasilitas

yang ada. Bentuk fasilitas yang dapat menstimulasi minat anak

dalam belajar motorik yaitu digunakan sambil bermain dan edukatif

(Ekawaty & Ruhaena, 2020).

c) Bermain
Kegiatan bermain merupakan aktivitas yang digemari anak dan

menjadi kunci utama proses pengenalan terhadap lingkungan, orang

lain, dan dirinya sendiri. Kegiatan bermain dapat membantu segala

aspek-aspek yang terdapat pada anak dan dapat mengoptimalkan

kemampuan. Ketika bermain anak melakukan kegiatan yang

melibatkan gerakan tubuh yang membuat tubuh anak sehat, dan otot

menjadi kuat (Destria, Nasution, & Noverina 2020).

DAFTAR PUSTAKA

Ahda, H., Erilyani, N., & Rahmayanti, D. (2017). Peranan Stimulasi Orang Tua
Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 0-3 Tahun Di Sungai
Besar Banjar Baru. Jurnal Ners Lentera, 3(3).

Anggraini, Dewi. (2017). Pengaruh Stimulasi Perkembangan Dengan Pencapaian


Perkembangan Motorik Anak Usia 1-3 Tahun Di Play Group Kelurahan
Pandean Kota Madiun. Skripsi. Madiun: Prodi S1 Keperawatan STIKES
Bhakti Husada Mulia

Ariani, Permadi, P. I., Mastuti, N. L., Wulandari, H., & Suyanto. (2020).
Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Dengan Penyakit Jantung Bawaan.
Malang: UB Press.

Bahren, Raehanul. (2013). Bagaimana Mendidik Anak yang Bandel (VI Tahun 1).
Jakarta: Pustaka Muslim.

Cross, Sarah J. Linker, Kay E. Leslie, F. M. (2016). 乳鼠心肌提取 HHS Public


https://doi.org/10.1542/peds.2015-2959.Autism

Destria, R., Nasution, M. D., & Noverina, R. S. (2020). Pengaruh Permainan


Sirkuit Warna Warni Terhadap Kemampuan Motorik Kasar Anak Kelompok
B Taman Kanak-Kanak Pgri 2 Mesuji Makmur Di Ogan Komering Ilir
Sumatera Selatan. Jurnal Pendidikan Anak, 1-13.

Depkes RI. (2010). Pedoman Pelaksanaan, Stimulasi, Deteksi, Dan Intervensi


Dini Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Dirjen BInkesmas Departemen
Kesehatan RI.

Ekawaty, D. W., & Ruhaena, L. (2020). Stimulasi Kemampuan Motorik Anak


Prasekolah oleh Ibu di Rumah. Jurnal Ilmiah Psikologi, 14-24.

Farida, A. M. (2016). Urgensi Perkembangan Motorik Kasar pada Perkembangan


Anak Usia Dini. RAUDHAH, 1-10.

Hidayat, A, & Alimul Aziz. (2011). Metode penelitian keperawatan dan teknik
analisis data. Jakarta : Salemba Medika.

IDAI. (2016). Tips Melatih Anak Berdiri dan Berjalan. IDAI.

Indrijati, H. (2016). Psikologi Perkembangan Dan Pendidikan Anak Usia Dini.


Jakarta: Kencana.

Karmelita, D. M. (2020). Efektivitas Nipedipin Sebagai Tokolitik Dalam


Persalinan Prematur . Jurnal Kedokteran STM, 49-58.

Kementrian Kesehatan RI.,(2016) Pedoman Pelaksanaan Stimuasi Deteksi dan


Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan
Dasar, Jakarta;

Kemenkes RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian


Kesehatan RI.

Mahendra, S. (2015).Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kondisi Development


Delayed (DD) dengan Metode Play Exercise. Dd, 29–39.

Mudlikah, S., Hamida, S., Mala, N. A., & Noviana, A. A. (2020). Penerapan
Massase Untuk Mencegah Keterlambatan Perkembangan Motorik Kasar
Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Desa Jatikalang Kec.Prambon Kab. Sidoarjo.
Journal of Community Service, 463-471.

Nova, & Wati, D. E. (2019). Peran Orang Dewasa Dalam Stimulasi Motorik
Kasar Pada Anak Delayed Walking (Keterlambatan Berjalan). Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Nursalam, 2013. Metodologi Ilmu Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Salemba


Medika
PPNI. T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI). Definisi
Dan Indikator Diagnostik ( (Cetakan III) 1 Ed). Jakarta Selatan: DPP PPNI.

PPNI. T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Definisi


Dan Tindakan Keperawatan ( (Cetakan II) 1 Ed). Jakarta Selatan: DPP
PPNI.

PPNI. T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Definisi Dan


Kriteria Hasil Keperawatan ( (Cetakan II) 1 Ed). Jakarta Selatan: DPP PPNI

Raihana. (2018). Urgensi Sekolah Paud Untuk Tumbuh Kembang Anak Usia
Dini. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 17-28.

Santrock JW. (2010). Tahapan Perkembangan Anak. Terjemahan oleh Mila


Rachmawati dan Anna Kuswanti. Jakarta : Erlangga.

Sembiring, E. (2020). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perkembangan


Motorik Halus Dan Motorik Kasar Pada Anak Usia 3-6 Tahun Di Desa
Namorambe Tahun 2018. Jurnal Ners Indonesia, 27-33.

Syofiah, P. N., Machmud, R., & Yantri, E. (2019). Analisis Pelaksanaan Program
Stimulasi, Deteksi Dini dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)
Balita di Puskesmas Kota Padang Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Andalas,
151-156.

Soetijiningsih, (2017). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Sugiarto, Dkk. (2018). Buku Manual Keterampilan Klinik Topik Physical


Examination Tehnik Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi. Surakarta:
Kementrian Riset Teknologi.

Surahman, Dkk. (2016). Metodologi Penelitian. Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan

Taamu, L, M., & Saadi, D. M. (2019). Video pijat bayi sebagai media peningkatan
keterampilan ibu dalam merangsang perkembangan motorik bayi.
myjurnal.poltekkes-kdi,ac.id, 155-164.

Tartowo & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan. Jakarta.

Ulfah, E., Rahayuningsih, S. E., Herman, H., Susiarno, H., Gurnida, D. A.,
Sukandar, H. (2018). Asuhan Nutrisi dan Stimulasi dengan Status
Pertumbuhan dan Perkembangan Balita Usia 12-36 Bulan. ejournal unisba,
12-20.

Valentín-Gudiol, M., Mattern-Baxter, K., Girabent-Farrés, M., Bagur-Calafat, C.,


HaddersAlgra, M., & Angulo-Barroso, R. M. (2017). Treadmill interventions
in children under six years of age at risk of neuromotor delay. Cochrane
Database of systematic Reviews, 2017(7).https://doi.org/10.1002/14651858.
CD009242.pub3

Yanuar, K. (2019). Belajar Keterampilan Motorik. Jakarta: Prenamedia Group.

Yunita, Desra, Amir Luthfi, & Erlinawati. (2020). Hubungan Pemberian


Stimulasi Dini Dengan Perkembangan Motorik Pada Balita Di Desa Tanjung
Berulak Wilayah Kerja Puskesmas Kampar. Program Studi DIV Kebidanan
Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai. Jurnal Kesehatan Tambusai.

WHO. (2018). Levels And Trends In Child Malnutrition. Unicef.

Wiyandra, Y., & Yenila, F. (2020). Expert System Delayed Walking in the
Toddler. Jurnal KomTekInfo, 152-158.

Wu, Y. C., Leng, C. H., Hsieh, W. S., Hsu, C. H., Chen, W. J., Gau, S. S. F.,
Chiu, N. C., Yang, M. C., Li-Jung Fang, Hsu, H. C., Yu, Y. T., Wu, Y. T.,
Chen, L. C., & Jeng, S. F. (2014). Arandomized controlled trial of clinic
based and home-based interventions incomparison with usual care for
preterm infants: Effects and mediators. Research in Developmental
Disabilities, 35(10), 2384–2393. https://doi.org/10.1016/j.ridd.2014.06.009

Zaidah, L. (2020). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Delayed Walking Pada


Anak Usia 12-24 Bulan di Rumah Sakit Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kesehatan,
14(2).

Anda mungkin juga menyukai