WIWIK SUHERNI
031SYE19
WIWIK SUHERNI
031SYE19
i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini:
Nama : Wiwik Suherni
NIM : 031SYE19
Program Studi : D.3 Keperawatan
Institusi : STIKES Yarsi Mataram
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang
saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan
bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang
saya akui sebagai hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya
Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas
perbuatan tersebut.
Wiwik Suherni
Mengetahui:
Pembimbing I Pembimbing II
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Diajukan oleh
WIWIK SUHERNI
031SYE19
Mengetahui
Prodi Keperawatan Jenjang D.3
Ketua
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan oleh
WIWIK SUHERNI
031SYE19
Dewan Penguji
Mengetahui
Prodi Keperawatan Jenjang D.3
Ketua
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya
penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna
mengikuti ujian Karya Tulis Ilmiah penelitian untuk memperoleh gelar ahli madya
Mataram.
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
1. Dr. H. Zulkahfi, S.Kep., Ners., M.Kes. selaku Ketua STIKES Yarsi Mataram
Keperawatan.
2. Melati Inayati Albayani, S. Kep., Ners., MPH selaku Ketua Program Studi
motivasi dengan ikhlas dan sabar sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
v
3. Zurriyatun Thoyibah, S. Kep., Ners., M. Kep selaku pembimbing II yang
motivasi dengan ikhlas dan sabar sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
4. Kedua orang tua yang telah memberikan perhatian, doa, dan dukungan moril
sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada
waktunya.
5. Semua Staf pengajar dan tata usaha STIKES Yarsi Mataram yang telah
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kemurahan hati dan budi baik
dan saran dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis
Peneliti
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................iv
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Studi Kasus 3
1.4. Manfaat Sutdi Kasus 3
1.4.1 Masyarakat 4
1.4.2 Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan 4
1.4.3 Penulis 4
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Table 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak..............................34
Tabel 2.2 Analisa Data...................................................................................40
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan..................................................................42
Tabel 2.4 Hamilton Rating Scale For Anxietas (HARS) ...............................59
viii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk
ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal yaitu
>37, 5°C yang disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamur atau parasit),
yang tinggi pada saat demam dapat menimbulkan serangan kejang demam
pada anak. Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada
kejang demam terjadi pada 2-5% anak usia 6 bulan sampai 5 tahun di negara
meningkat dua kali lipat bila dibandingkan di Eropa dan di Amerika Serikat.
insiden demam mencapai 14% (Angelia et al., 2019). Insiden kejang demam
di negara lain bervariasi seperti Jepang 8, 8%, Guam 14%, India 5-10%.
Amerika serikat inisden kejang demam mencapai 2%-5% pada anak yang
demam pada anak mencapai 25% dengan 85% yang disebabkan oleh infeksi
kejang sebesar 22,2%, tahun 2019 anak yang mengalami kejang demam
21,9 % kasus dan di tahun 2020 terjadi 18,8 % kasus. Data Profil Kesehatan
Nusa Tenggara Barat tahun 2018 menyatakan bahwa kejang demam tahun
NTB tahun 2017 sebesar 32, 4% menurun menjadi 10, 7% pada tahun 2018.
Ambang batas per 100.000 penduduk yang ditetapkan secara nasional yakni
berlebihan, trauma secara emosi dan kecemasan pada orang tua, anak kejang
pada orang tua, hal ini menjadi masalah dan sangat mengganggu (Angelia et
al., 2019). Salah satu cara yang digunakan untuk mengatasi kecemasan anak
dapat menurunkan kecemasan pada anak. Hal ini diakibatkan saat bermain
puzzle anak dituntut untuk sabar dan tekun dalam merangkainya. Lambat
laun hal ini akan berakibat pada mental anak sehingga anak terbiasa
kejang demam
1.4.1 Masyarakat
hospitalisasi.
1.4.3 Penulis
karya ilmiah terapi bermain pada anak yang sedang dirawat di rumah
sakit.
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh
kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang
suhu di atas 38°C dengan metode pengukuran suhu apapun yang dapat
2.1.2 Etiologi
Kenaikan suhu badan yang cepat dan tinggi akibat infeksi yang
demam, yaitu:
1. Umur
demam. Pada anak berumur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5
(Ismael, 2016).
Kejang dapat terjadi bila suhu tubuh atau suhu rektal mencapai
lebih dari 38°C pada anak. Kejang juga dapat terjadi pada bayi
3. Faktor genetika
2.1.4 Klasifikasi
tonik dan atau klonik dengan tanpa gerakan fokal. Dalam waktu 24
berlangsung lebih dari 15 menit atau berulang lebih dari 2 kali atau
demam dan kejang berulang terjadi pada 16% diantara anak yang
sadar. Kejang ini merupakan kejang fokal (parsial satu sisi) atau
2.1.5 Patifisiologi
terjadi difusi dari ion kalium dan natrium melalui membran listrik,
meluas dengan seluruh sel dan membran sel sekitarnya dengan bantuan
9
dengan ambang kejang yang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu
38°C dan anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada
suhu 40°C atau lebih, kejang yang berlangsung lama (>15 menit)
2.1.6 Pathway
Keseimbangan potensial
Pola napas tidak efektif
Hipertermia Membrane APTASE
Difusi Na + dan K +
Ansieta
Penurunan kesadaran s
Resiko cedera
1. Pemeriksaan laboratorium
2. Fungsi lumbal
3. Elektroensefalografi (EEG)
nervus kranialis.
2.1.8 Penatalaksanaan
yaitu:
pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada
tetanus).
2.1.9 Komplikasi
dengan gigi
2. Dapat terjadi perlukaan akibat terkena benda tajam atau keras yang
seperti:
apnea.
2.1.10 Pencegahan
orang tua tau anak panas, dan pemberian obat diteruskan sampai
2.2.1 Hospitalisasi
1. Pengertian Hospitalisasi
(Supartini, 2012)
2. Dampak Hospitalisasi
a. Bayi
masih bergantung pada orang lain untuk diasuh dan dijaga. Pada
pada umur ini sadar akan adanya pengasuh utama mereka dan
b. Balita
peristiwa-peristiwa traumatis.
16
c. Prasekolah
dan verbal yang lebih baik, untuk beradaptasi tehadap situasi yang
e. Remaja
menjadi cemas dan takut. Oleh karena itu hal tersebut dapat
(Supartini, 2012).
5. Pelayanan Hospitalisasi
(Hidayat, 2017).
2.2.2 Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan
2. Tanda-Tanda Kecemasan
a. Sakit kepala
b. Sulit bernafas
e. Sakit perut
f. Gelisah
g. Jantung berdebar
h. Gemetar
i. Mimpi buruk
Anak
a. Jenis Kelamin
b. Umur
mengendalikan emosinya.
a. Fase protes
peningkatan stress
atau bergerak.
c. Fase pelepasan
kesenangan.
5. Klasifikasi Cemas
a. Kecemasan Ringan
2012).
b. Kecemasan Sedang
c. Kecemasan berat
pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang
d. Panik
tremor. Tanda dan gejala yang terjadi pada keadaan ini adalah
2012).
a. Respon motoric
menghisap jari.
25
b. Respon fisiologis
c. Respon kognitif
Image Scale (FIS). Faces Image Scale terdiri dari lima kategori
sensitif dan
c. TheModifiedDentalAnxietyScale(MDAS)
1.3.1 Pengkajian
1. Anamnesis
a. Identitas pasien
(Wong, 2012).
28
b. Riwayat kesehatan
a) Keluhan utama
c) Riwayat keluarga
1. Prenatal Care
b) Imunisasi dasar
2. Natal
a. Jenis persalinan
mengeluarka bayi.
setelah melahirlan
plasenta keluar
3. Post Natal
2. Tumbuh Kembang
1. Pertumbuhan fisik
a. PB/TB
b. Berat Badan
berat badan atau tinggi badan dari nilai berat badan atau tinggi
a) BB/ U
Z score: BB Dihitung- Median Baku Rujukan
Simpangan Baku Rujukan
b) TB/ U
Z score: TB Dihitung- Median Baku Rujukan
Simpangan Baku Rujukan
31
c) BB/ TB
Z score: TB Dihitung- Median Baku Rujukan
Simpangan Baku Rujukan
c. Lingkar kepala
psiko-sosio-kultural-spritual).
1. Pernapasan
2. Eliminasi
BAK.
3. Nutrisi
7. Kebutuhan berkomunikasi
bersama ibunya.
9. Kebutuhan berpakaian
dengan sekitarnya.
4. Pemeriksaan fisik
2) TTV :
a. Suhu: >38,0oC
3) Kepala
4) Mata:
konjungtiva anemis.
tampak kotor.
6) Telinga
7) Hidung
8) Leher
9) Dada
a. Thoraks
seperti ronchi.
jantung
c) Perkusi:
kanan.
10) Abdomen
bekasoperasidankolostomi.
b. Palpasi: tidakterdapatnyeritekan
c. Perkusi: timpani
11) Ekstermitas
a. Ekstremitasatas
b. Ekstremitasbawah
cuping hidung.
38
tubuh.
2.3.5 Implementasi
2.3.6 Evaluasi
S : Data subjektif
O : Data objektif
tindakan keperawatan.
A : Analisa
terjadi, atau juga dapat dituliskan suatu masalah/ diagnosis baru yang
P : Planning
dihentikan.
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan
situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak anak perlu
bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami
2013).
penuh dengan stress, baik bagi anak maupun bagi orangtua. Beberapa
sosial. Perasaan seperti takut, cemas, tegang, nyeri, dan perasaan yang
lainnya.
berbeda.
anak laki-laki suka main bola dan anak perempuan suka bermain
boneka.
46
permainan anak.
menjadi 2 yaitu:
5 Bermain Aktif
kata.
6 Bermain Pasif
1. Berdasarkan isinya
47
peran dari orang lain. Dalam permainan ini akan membuat anak
a. Solitary Play
b. Paralel Play
c. Asosiative play
d. Cooperative play
e. Therapeutik play
fisiologis.
dapat menurunkan kecemasan pada anak. Hal ini karena saat bermain
Lambat laun hal ini akan berakibat pada mental anak sehingga anak
anak. Jika kecemasan tidak diatasi maka anak akan kehilangan kontrol
diri dan tidak kooperatif saat diberikan perawatan, hal ini akan
sederhana.
asing.
mengeksplorasi perasaan.
52
di rumah sakit.
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
desain studi kasus. Penelitian desain studi kasus adalah studi yang
sumber informasi. Penelitian studi ini di batasi oleh waktu dan tempat, serta
demam.
Subyek studi kasus dalam Proposal Karya Tulis Ilmiah ini adalah 2 pasien
anak usia pra sekolah yang mengalami kejang demam, adapun kriteria inklusi
hospitalisasi
Fokus studi kasus pada proposal ini adalah penerapan terapi bermain
3.4.1 Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38°C) yang disebabkan oleh suatu
(Herdman H. T, 2014).
3.4.4 Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah
situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak anak perlu
bermain untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami
a. Persiapan
1) Menyiapkan ruangan
3) Menyiapkan alat-alat
b. Pembukaan
c. Pelaksanaan
sampai selesai
d. Evaluasi
4) Menyimpulkan kegiatan
Data bedasarkan cara memperoleh dibagi menjadi 2 yaitu data primer dan
Data primer adalah data yang secara lansung diambil dari subyek
1. Wawancara
2. Observasi
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi
b. Palpasi
c. Perkusi
d. Auskultasi
Penelitian studi kasus ini telah laksanakan di RSUD Patut Patuh Patju
sampai dengan semua data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data
dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.
oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan
transkrip.
1. Penyajian data
2. Kesimpulan
2010).
data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2010
61
BAB 4
yang telah dilakukan pada kedua klien dengan diagnosa hipertermi, ansietas
4.1.1 Pengkajian
1. Pasien 1
IGD Rumah Sakit Patut Patuh Patju Lombok Barat dan dari IGD
merokok.
didapatkan Tinggi Badan (TB) anak 85 cm, Berat Badan (BB) 11, 5
fisik suhu anak 38,5OC, akral teraba hangat, kulit tampak kemerahan,
anak tampak meringis, anak tampak gelisah, dan anak merasa tidak
2. Pasien 2
lalu pernah dirawat di Rumah Sakit Patut Patuh Patju Lombok Barat
mengalami kejang demam pada usia 7 bulan dan 2 tahun 8 bulan dan
didapatkan Tinggi Badan (TB) anak 97 cm, Berat Badan (BB) 19,8
kg, Lingkar Kepala (LK) 48,4 cm, Lingkar Lengan (LILA) 11,5 cm
fisik suhu anak 38,8OC, akral teraba hangat, kulit tampak kemerahan,
anak tampak meringis, anak tampak gelisah, dan anak merasa tidak
65
mengatakan anaknya demam, suhu tubuh 38,5OC, dan kriteria minor ibu
diagnosa hipertermi.
tampak gelisah, pasien tampak tegang, dan kriteria minor muka tampak
mengeluh tidak nyaman, pasien tampak gelisah, dan kriteria minor ibu
pasien tampak gelisah, pasien tampak tegang, dan kriteria minor muka
diagnosa ansietas.
1. Pasien 1
2. Pasien 2
ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami keringat
nyaman.
puzzle.
1. Pasien 1
ibu pasien untuk mengganti linen setiap hari ketika anak mengalami
selanjutnya.
menangis.
2. Pasien 2
pakaian anaknya.
menangis.
4.1.5 Evaluasi
1. Pasien 1
tidak panas lagi, didapatkan juga data objektif yaitu pasien tampak
2. Pasien 2
intervensi dihentikan.
4.2 Pembahasan
atau perbandingan yang ditemukan pada kasus 1 dan 2 dengan masalah yang
sama yaitu kejang demam. Dalam proses keperawatan ini, maka penulis akan
4.2.1 Pengkajan
didapat keluhan yang dirasakan oleh pasien sama dengan teori yaitu
anak diberikan obat penurun panas akan tetapi setelah 2 hari sesudah
75
dibawa ke Rumah Sakit Patut Patuh Patju Lombok Barat pada saat
Rumah Sakit Patut Patuh Patju Kabupaten Lombok Barat pada saat
penelitian tingkat kecemasan pada anak, anak pada saat didekatkan oleh
kecemasan berat.
muncul pada penderita kejang demam berupa, suhu tubuh anak lebih
dari 38°C, anak pucat/diam saja, mata melirik ke atas disertai kekakuan
menit. Dari hasil pengkajian dapat dilihat bahwa tanda dan gejala yang
76
5 menit, anak tampak pucat, suhu tubuh anak 38,5OC, Sedangkan pada
peningkatan frekuensi nadi pada kasus 1 dan 2 seperti pada teori karena
pasien dalam batas normal yaitu 22-34 x/ menit dan nadi juga dalam
ke atas, suhu tubuh 38,5o C, kulit pasien tampak memerah, kulit pasien
menit.
atau lepaskan pakaian, ganti linen setiap hari atau lebih sering jika
menganjurkan ibu pasien untuk mengganti linen setiap hari ketika anak
selanjutnya.
anaknya.
ada beberapa yang tidak dilakukan karena alat dan bahan yang kurang.
80
dapat terlaksanan karena penulis tidak 24 jam berapa di ruang irna anak.
hasil yang sama yaitu anak sudah tidak mengalami demam, kejang,
kecemasan dan gangguan rasa nyaman dan anak juga sudah dibolehkan
pulang.
dapat memberikan rasa nyaman dan bahagia anak serta cara ini juga
penerapan tindakan keperawatan yakni anak sangat rewel ketika di sentuh dan
hampiri, segi waktu yang terkadang bentrok dengan jam tidur anak yang tidak
karena dalam sehari hanya 1 kali kunjugan. Namun dengan begitu ibu pasien
dapat melakukan tindakan terapi bermain puzzle seperti yang telah diajarkan
BAB 5
5.1 Kesimpulan
dengan kejang demam dan dapat meningkatkan kemampuan orang tua untuk
bermain puzzle.
5.2 Saran
5.2.1 Masyarakat
terapi bermain puzzle supaya anak lebih merasa nyaman dan tenang
demam.
yang muncul.
83