HIDAYATUL AZKIA
010SYE16
Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan
HIDAYATUL AZKIA
010SYE16
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : 010SYE16
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Pembuat Pernyataan
Hidayatul Azkia
Mengetahui
Pembimbing I Pembimbing II
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Diajukan oleh
HIDAYATUL AZKIA
010SYE16
Mengetahui
Prodi Keperawatan jenjang D.III
Ketua
iv
(Melati Inayati Albayani, S.Pd., Ners.,MPH )
NIK : 2109715
v
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
diajukan oleh
HIDAYATUL AZKIA
010SYE16
Dewan Penguji:
Mengetahui
Prodi Keperawatan Jenjang D.III
Ketua,
vi
(Melati Inayati Albayani, SST., SPd., Ners., MPH)
NIK: 2109715
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala
limpahan Rahmat dan KaruniaNya, Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemberian
Water Tepid Sponge Pada Anak Dengan Dengue Haemoragic Fever di Ruang Gili
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
1. H. Zulkahfi, S.Kep, Ners, M.Kes selaku Ketua STIKES Yarsi Mataram yang
telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan
2. dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM., MARS selaku Direktur RSUDP NTB yang
3. Melati Inayati Albayani, S.Kep., Ners., MPH selaku ketua program Studi D.III
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
vii
5. Haryani, SST., M.Kes selaku pembimbing 2 yang juga telah meluangkan
6. Semua staf pengajar dan tata usaha STIKES YARSI mataram yang telah
Semoga Allah SWT membalas kemurahan hati dan budi baik semua
pihak yang telah memberikan kesempatan, dukungan, fasilitas, kritik dan saran
Penulis
viii
INTISARI
HIDAYATUL AZKIA
(2019)
ix
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
INTISARI........................................................................................................ viii
ABSTRAK....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 RumusanMasalah ........................................................................... 4
1.3 TujuanStudi Kasus.......................................................................... 4
1.4 ManfaatStudi Kasus........................................................................ 4
1.4.1 Masyarakat.............................................................................. 4
1.4.2 Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Keperawatan 4
1.4.3 Bagi Rumah Sakit................................................................... 4
1.4.4 Penulis..................................................................................... 4
xi
3.2 Subjek Studi Kasus......................................................................... 43
3.3 Fokus Studi..................................................................................... 43
3.4 DefinisiOperasional Fokus Studi.................................................... 44
3.4.1 Definisi.................................................................................. 44
3.5 Instrumen Studi Kasus ................................................................... 44
3.6 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 45
3.6.1 Biofisiologis .......................................................................... 45
3.6.2 Observasi .............................................................................. 45
3.6.3 Wawancara ........................................................................... 45
3.7 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus .................................................... 46
3.8 Analisis Data Dan Penyajian Data ................................................ 46
3.9 Etika Studi Kasus .......................................................................... 47
3.9.1 Informed consent ................................................................. 47
3.9.2 Anonimity ............................................................................ 47
3.9.3 Confidentiality ..................................................................... 47
DaftarPustaka
Lampiran
xii
DAFTAR TABEL
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR SINGKATAN
xv
RBC : Red Blood Cell
RR : Respiration Rate
RSUDP : Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
S : Suhu
SAP : Satuan Acara Penyuluhan
SOP : Standar Operasional Prosedur
SMART : Spesifik Measurable Achievable Reasonable Time
TB : Tinggi Badan
TD : Tekanan Darah
TTV : Tanda-Tanda Vital
TT : Tetanus Toxoid
WBC : White Blood Cell
WHO : World Health Organization
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
kemarau dan penghujan dan memiliki ciri khas tingkat curah hujan yang tinggi
terdapat didaerah tropis. Virus dengue ini bisa saja mengakibatkan kematian.
angka kematian 24.000 jiwa setiap tahunnya. Sekitar 90% infeksi terjadi pada
- 2,5%. Dari setiap 100 kasus DBD, 1 – 3 orang akan meninggal dunia karena
tahun sebelumnya, yakni sebanyak 100.347 penderita DBD dan sebanyak 907
18
19
disertai dengan penurunan kadar albumin, protein dan natrium. Dengue Syok
Ibuprofen, manajemen cairan. Obat- obatan saja tidak cukup, sehingga perlu
Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh
bila anak mengalami demam. Ada beberapa macam kompres yang bisa
diberikan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu kompres air hangat dan tepid
sponge bath. Kompres air hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui
tubuh di luar akan hangat sehingga tubuh akan merespon bahwa suhu di luar
cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan pengatur suhu di dalam otak
supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu di luar hangat
kompres air hangat ini dilakukan di tempat tempat tertentu di bagian tubuh.
(Dewi, 2016).
Water tepid sponge adalah sebuah tehnik kompres hangat yang dimana
aliran udara lembab membantu pelepasan panas tubuh dengan cara konveksi
(perpindahan). Suhu tubuh lebih hangat daripada suhu udara atau suhu air
dilakukan dengan cara menyeka seluruh tubuh klien dengan air hangat. Water
tepid sponge efektif dalam menurunkan suhu tubuh pada anak dengan demam
Menurut penelitian Maling (2012) bahwa suhu tubuh pada pasien anak setelah
salah satu tugas mandiri perawat. Pelaksanaan water tepid sponge harus
dilakukan sesuai SOP agar hasilnya maksimal. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk melakukan studi kasus tentang pemberian water tepid sponge pada anak
DHF.
21
keperawatan dengan pemberian water tepid sponge pada anak dengan DHF?
1.4.1 Masyarakat
DHF untuk mempertahankan suhu tubuh pada anak DHF melalui metode
DHF.
1.4.3 Penulis
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengertian
2.1.2 Klasifikasi
1. Derajat I
hemokonsentrasi.
2. Derajat II
perdarahan gusi.
3. Derajat III
23
80/0, 0/0)
4. Derajat IV
2.1.3 Etiologi
tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang
b. Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk
pada tumbu-tumbuhan.
d. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan
dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan yang disertai dengan
demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapai 40C atau lebih
dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka,
25
peredaran darah.
sebagai berikut :
diastolnya.
raksa tensimeter.
3. Pembesaran hati.
4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan
atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan lembab, terutama
pada ujung hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul
2.1.5 Patofisiologi
2.1.6 Patways
Arbovirus ( melalui nyamuk Beredar dalam aliran darah Infeksi virus dengue
aedes aegypti) (viremia)
Kebocoran plasma
DIC
Paru-paru
28
hepar Abdomen
Mual,muntah
Ketidakefektifan pola nafas
Penekanan intraabdomen
Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebuthan
Nyeri tubuh
MRS
Tindakan Perpisahan,
Invasif Lingkungan Kurangnya Situasi Krisis
2.1.7 Pemeriksaan
baru Penunjang informasi
terdapat Leukopenia padahari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD terjadi
(metode cell culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue
Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang berkembang saat ini
29
2.1.8 Penatalaksanaan
berikut:
1. Tirah baring
2. Makanan lunak, dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2
liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula) atau air tawar yang
ditambah garam.
teratasi.
pernapasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari
darah.
30
2.1.9 Komplikasi
berdarah diantaranya :
tanpa kejang.
3. Perdarahan luas.
2.2.1 Pengkajian
1. Identitas / Biodata
31
dan dewasa.
2. Riwayat Penyakit
aigepthy.
bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung
perkembangan anak :
pemberian.
d. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutris saat : usia
6. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a. Pernafasan
b. Eliminasi
c. Nutrisi
sesaknya.
35
perawat.
g. Kebutuhan berkomunikasi
BAK.
i. Kebutuhan berpakaian
k. Kebutuhan spiritual
keda anaknya.
menurun.
m. Kebutuhan belajar
8. Pemeriksaan fisik
b. Kesadaran
a. Tanda-tanda vital
2) Antropometri
a) Lahir : 3,25 kg
a) Lahir : 50 cm
b) Umur 1 tahun : 75 cm
37
a) Lahir : 11 cm
b) 1-3 tahun : 16 cm
(1) Lahir : 11 cm
(2) 1 tahun : 16 cm
(IMT):
9. Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan periodik.
(metode cell culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue
2013).
1. Analisa Data
(Potter,2013).
Tabel 2.3 Analisa Data dan Perumusan Masalah (NANDA NIC NOC 2015,
SDKI)
a. penurunan tekanan
nadi
b. penurunan turgor
kulit
c. membrane mukosa
kering
d. kulit kering
e. peningkatan suhu
tubuh
f. peningkatan
frekuensi nadi
g. penurunan berat
badan
h. penurunan
pengisian vena
a. Mengekspresikan
perilaku merengek,
menangis atau
gelisah anak
cengeng-
berkeringat
b. Sikap melindungi
area nyeri
c. Fokus pada diri
sendiri
d. Perubahan posisi
untuk menghindari
nyeri
e. Sikap tubuh
melindungi
f. Dilatasi pupil
g. Adanya ganguan
tidur akibat nyeri
h. Skala dalam rentan
(0-10)
42
d. Trauma
e. Sirkumsisi
f. Aneurisme
g. Trombosit
>100.000/ml
h. Hematuria
i. Ekimosis
j. Epistaksis
k. Pateckia
l. Purpura
Hematemesis melena
>120x/mnt.
dengan sakit perut bagian atas juga saat menelan, P : nyeri saat
rentan (0-10).
tidak mau makan dan minum bila sedang sakit, klien rewel &
akses cairan.
2.2.3 Perencanaan
Pada tahap perencanaan ada 4 hal yang harus diperhatikan antara lain :
keperawatan.
2. Menentukan tujuan
ganda).
ilmiah).
2.2.3 Pelaksanaan
2.2.4 Evaluasi
tercapai.
keperawatan.
keluarga.
55
Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh
2011).
diberikan perawat.
keperawatan.
2.3.1 Pengertian
pada bak mandi yang berisi air hangat atau dengan mengusap dan
melap seluruh bagian tubuh anak dengan air hangat (Sharber, 1997).
1. Tahap persiapan
2. Pelaksanaan
b. Ukur suhu tubuh klien dan catat. Catat jenis dan waktu
wash lap atau lap mandi, usapkan mulai dari kepala, dan
BAB 3
METODE PENELITIAN
adalah desain studi kasus. Penilitian desain studi kasus adalah studi yang
informasi.
Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang
dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu. Penelitian studi kasus ini
Pada Anak Dengan Dengue Haemoragic Fever di Rumah Sakit Umum Daerah
Provinsi NTB”.
dengan DHF.
60
tubuh sehingga darah dapat mengalir dengan lancar. Tindakan tepid water
sponge juga akan memberikan sinyal ke hipotalamus anterior yang nanti akan
3. Handuk mandi
4. Selimut mandi
5. Perlak
6. Termometer digital.
tindakan dari pemberian water tepid sponge pada anak dengan DHF.
61
keadaan responden mulai dari mencatat tingkah laku tanda dan geja
3.6.3 Wawancara
dapat, selain itu peneliti juga akan menggunakan tekhnik tatap muka
disusun sitematis.
Daerah Provinsi NTB di Ruang Nanggu sejak bulan Februari sampai bulan
April 2019.
data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara
observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk
analisis adalah :
nama.
3.8.3 Kesimpulan
induksi.
pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
(Hidayat,2010).
(Hidayat,2010).
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
perawatan, 1 ruangan dapat menampung 2-3 pasien anak. Rumah sakit ini
4.2.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Anak
Agama : Islam
Suku/bangsa : Sasak
b. Orang tua
1) Ayah
Nama : Tn. A
Umur : 39 tahun
Pekerjaan : Wirausaha
Pendidikan : SMP
Agama : Islam
2) Ibu
Nama : Ny. N
Umur : 35 Tahun
Pendidikan : SD
Agama : Islam
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
dirawat di rumah.
e. Genogram.
: laki - laki
: perempuan
: pasien
:garis pernikahan
: garis keturunan
tersebut.
3. Riwayat imunisasi
lengkap.
4. Riwayat alergi
terhadap apupun.
a. Pola pernafasan
bernafas.
b. Pola eliminasi
jernih.
c. Pola nutrisi
makanan.
bantuan.
hanya 2 jam.
rumah.
dengan keluarganya.
dan teman-temannya.
h. Kebutuhan spiritual
teman sebanyanya.
rumah.
lingkungan barunya.
j. Kebutuhan berkomunikasi
k. Kebutuhan berpakaian
untuk bermain.
menyerap keringat.
tubuhnya.
m. Kebutuhan belajar
biasanya.
n. Kebutuhan bekerja
masih bersekolah
74
masih bersekolah
b. Tanda-tanda Vital :
TD : - mmHg RR : 20x/menit
N : 90 x/menit S : 37,8 ˚C
c. Antropometri
TB : 119 cm LIDA : 65 cm
BB : 25 kg LIKA : 53 cm
d. Head to toe
hidung
7. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Tanggal : 19 Juli 2019
Tabel 4.2 hasil laboratorium
Hasil Nilai Normal
SPOT/SPGT 141/74
8. Terapi
a. Infus RL
b. Ranitidin 50mg
DO :
1. Suhu tubuh Demam
pasien 37,8oC
2. Teraba panas
3. Akral hangat
4. Nadi :90x/menit
5. Tidak ada bitnik
merah diseluruh
estermitas
7. Berikan
pengobatan
untuk 8. Membuat
mengatasi pembuluh darah
penyebab tepi di kulit
demam melebar dan
mengalami
vasodilatasi
8. Lakukan tepid sehingga pori-
sponge. pori kulit akan
membuka dan
mempermudah
pengeluaran
panas, sehingga
79
akan terjadi
penurunan suhu
tubuh.
9. Proses
hilangnya
panas akan
terhalangi
oleh
pakaian
9. Tingkatkan tebal dan
sirkulasi udara tidak dapat
dengan cara menyerap
memakai keringat
pakaian yang
mudah
menyerap
keringat
pada pemberi
perawatan
kesehatan,
dengan cara
yang tepat.
14.20 1 Azkia
WITA
4. Pasien mau
4. Melakukan water mengikuti arahan
14.40 tepid sponge. dari perawat
WITA 1 Azkia
12. S: 36,9oC
12. Mengobservasi suhu
09.30 1 Azkia
WITA 2. Memonitor suhu 2. Pasien tampak
tubuh tampak demam
11.00
82
WITA 1 Azkia
4. Mengobservasi suhu 4. S: 37,9˚C
tubuh.
13.00
WITA 1 5. Melakukan tindakan 5. Pasien bersedia Azkia
water tepid sponge melakukan tindakan
water tepid sponge
15.00
WITA 6. Memberikan obat 6. Demam berkurag Perawat
1 penurun panas atas S:36,7˚C Pasien
instruksi dokter sirup tampak menangis.
PCT 5 cc/oral.
perawat
2. Suhu tubuh
09.10 2. Mengobservasi suhu pasien 37,90C
WITA 1 tubuh pasien Azkia
3. TTV pasien:
3. Memonitor tekanan TD :
darah, nadi, dan RR 110/mmHg
Nadi : 90
x/menit
RR : 20
x/menit
09.30 Suhu :37,9oC
WITA 1
Azkia
12.30
1 6. Melakukan tindakan 6. Pasien Azkia
WITA
water tepid sponge mengikuti
arahan dari
pasien
13.30
WITA 1 Azkia
7. Suhu : 36,8
7. Mengobservasi suhu
tubuh pasien
14:00
WITA
1
8. Pasien tanpak
8. Membantu lebih nyaman
mengantikan pasien
14:20 baju tipis dan
WITA Perawat
menyerap keringat
1
9. Menganjurkan 9. Pasien tampak
pasien untuk minum 5-6
menambah intake gelas
cairan
16:00
WITA 1 Perawat
10. Memberikan obat 10. Pasien tanpak
penurun panas PCT tenang dan
sirup atas instruksi tidak tampak
dokter 5 cc peroral alergi
17:00
WITA 1
Perawat
11. Memberikan terapi
sesuai perogeram 11. Obat msuk
dokter melalui infus. dengan lancer
dan tidak ada
keluhan
Perawat
12. Memberikan terapi
sesuai perogeram
dokter injeksi 12. Tidak tampak
ranitidin 15 mg/IV adanya alergi
Menganjurkan
pasien makan selagi
84
hangat
4.3 Pembahasan
kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dan tinjauan kasus yang
dengan DHF” dari tanggal 19 Juli 2019 sampai 21 Juli 2019 di Ruang Gili
Pengumpulan data pada tanggal 19 juli 2019 pukul 12.30 WITA dengan
diperoleh data pasien datang ke RSUDP NTB pada hari kamis tanggal 19 juli
2019 sekitar pukul 11.45 Wita. Pasien beridentitas nama An. B berumur 10
Lombok Tengah, agama islam dan suku sasak. Pengumpulan data pada pasien
tindakan keperawatan.
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada pasien pada hari Jum’at 19
Juli 2019 didapatkan keluhan ibu pasien mengatakan anaknya demam, pasien
masih merasa mual dan pusing. Pasien tampak lemas, suhu pasien 37,8oC,
akral hangat, tidak ada tampak bintik kemerahan (peteki), mukosa bibir
tampak kering, bibir tampak pecah-pecah. Secara teori tanda dan gejala
penyakit DHF adalah : Penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri
otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit,
hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar
pasien yang dimana sekitar tempat tingga pasien sangat padat, dibelakang
rumah pasien terdapat sungai dan terkadang warga sekitar membuang sampah
87
dan rekreasi yang dimana ibu pasien mengatakan pasien sering bermain
temannya dibelakang rumah. Secara teori ini sesuai dengan penelitian yang
saling berinteraksi, diantaranya agent (virus dengue), host yang rentan serta
penduduk; sedangkan tata letak rumah dan keberadaan jentik tidak menjadi
pasien mengatakan pasien pernah mengalami diare 2 minggu yang lalu dan
anak rentan tertular penyakit. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa terdapat antibodi spesifik terhadap jenis virus tertentu, maka dapat
keperawtan yang bisa dilakukan menurut (Dewi, 2016) bahwa water tepid
sponge adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila anak
mengalami demam. Water tepid sponge dapat menurunkan suhu tubuh melalui
di luar akan hangat sehingga tubuh akan merespon bahwa suhu di luar cukup
panas, akhirnya tubuh akan menurunkan pengatur suhu di dalam otak supaya
tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu di luar hangat akan
panas, sehingga akan terjadi penurunan suhu tubuh. Pemberian kompres air
Tindakan water tepid sponge ini dilakukan secara mandiri oleh peneliti,
sakit ataupun jika ada anggota keluarga lain yang mengalami hipertermi.
Sebelum melakukan tindakan water tepid sponge ini, ada beberapa tahap yang
perlahan karena kekuatan kerangka tulang dan organ anak masih dalam masa
tindakan berjalan dengan lancar dan efektif. Kelancaran dan keefektifan ini
ditandai dengan anak yang kooperatif serta anak tidak menangis saat peneliti
89
peneliti perlu melakukan observasi terhadap suhu pasien yang berfungsi untuk
diantara lain termometer, sarung tangan, perlak, satu set pakaian bersih, wadah
pakaian kotor, selimut mandi, waslap, baskom berisi air, handuk, termos berisi
air panas, termometer air. Kemudian memberikan salam pada keluarga dan
dan anak, lalu menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga,
dengan tempat tidur pasien, tutup jendela atau gorden untuk menjaga privasi,
cuci tangan, kenakan sarung tangan, ukur suhu tubuh klien, tuang air panas ke
dalam baskom berisi air hingga suhu air mencapai 40-46 derajat celcius
bawah tubuh pasien, pasang selimut mandi, lepaskan pakaian pasien, celupkan
tindakan tersebut beberapa kali setelah kulit pasien kering, kaji perubahan
suhu setiap 15-20 menit sekali, hentikan prosedur jika suhu tubuh mendekati
sarung tangan, bantu pasien merapikan pakaian dan tempat tidurnya, kaji
dilakukan. Suhu tubuh pada pasien setelah pemberian kompres tepid sponge
90
(Dewi, 2016).
evaluasi terhadap pasien pada An. B, semua masalah yang terjadi sudah
teratasi. Pasien An. B masuk Rumah Sakit pada hari Jum’at 19 Juli 2019
dirawat oleh penulis mulai tanggal 19-21 Juli 2019. Pasien menunjukkan suatu
perubahan yang signifikan kearah yang lebih baik, semakin hari kondisi
sudah turun, suhu tubuh pasien 36,8 oC, teraba tidak panas, akral dingin, nadi :
tanggal 22 Juli 2019 jam 14.00 Wita, pasien An. B sudah dibolehkan pulang.
dengan DHF yaitu kondisi anak yang kurang mendukung karena anak manja
terhadap ibunya dan sulit untuk melakukan pendekatan terhadap anak tersebut.
Keterbatasan alat untuk melakukan penelitian seperti tidak adanya alat untuk
mengukur suhu air, sehingga peneliti hanya mengukur suhu air dengan cara
terletak pada kesulitan mencari pasien yang mengalami penyakit DHF, karena
BAB 5
5.1 Kesimpulan
91
Grade 1 dikarenakan tanda dan gejala yang di temui pada An. B antara
5.2 Saran
5.2.1 Masyarakat
hipertermi.
tepid sponge.
5.2.4 Peneliti
93
95
DAFTAR PUSTAKA
Ayu, E. I., Irnawanti, W., & Mulyanti. (2015). Kompres Air Hangat pada Daerah
Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di
PKU Muhammadiyah Kutoarjo. Journal ners and midwifery indonesia ,
11.
WHO. Dengue and Severe dengue 2005 [cited 2016 28 Februari]. Available from:
http://who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/.
96
.
Lembar Observasi Pelaksanaan Fisioterapi dada Pada Pneumonia Di Ruangan Gili
Nanggu Rumah Sakit Umum Provinsi NTB
2 RR 28x/menit 26x/menit
Kamis, Dahak Tampak encer dan Tampak encer dan
20 juni berwarna putih (pasien berwarna putih(pasien
2019 tampak mampu tampak mampu
mengeluarkan dahak) mengeluarkan dahak)
sianosis Tidak terdapat sianosis Tidak terdapat
sianosis
Dipsnea Napas cepat berkurang Napas cepat
berkurang
Tarikan Terdapat tarikan Tidak terdapat tarikan
diding dada dinding dada secara dinding dada
dangkal
Bunyi Terdapat suara napas Terdapat suara napas
nafas tambahan (ronchi) tambahan (ronchi)
3 RR 26x/menit 25x/menit
Jumat, Dahak Tampak encer dan Tampak encer dan
21 juni berwarna putih berwarna putih.
2019
Sianosis Tidak terdapat sianosis Tidak terdapat
sianosis
Dipsnea Napas cepat berkurang Napas cepat
berkurang
Tarikan Tidak terdapat tarikan Tidak terdapat tarikan
No Tanggal Uraian Sebelum tindakan Sesudah tindakan
diding dada dinding dada dinding dada
Bunyi Terdapat suara napas Terdapat suara napas
nafas tambahan (ronchi) tambahan (ronchi)
FORMAT PENGKAJIAN
9. Identitas
c. Anak
Nama :
Jenis Kelamin :
TTL/Umur :
Alamat :
Agama :
Suku/bangsa :
Dx. Medis :
d. Orang tua
3) Ayah
4) Ibu
10. Riwayat Kesehatan
g. Keluhan utama
h. Riwayat penyakit sekarang
i. Riwayat penyakit dahulu
j. Riwayat Penyakit Keluarga
k. Genogram.
l. Riwayat kesehatan lingkungan
11. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Prenatal
b. Intranatal
c. Post natal
12. Riwayat imunisasi
13. Riwayat alergi
14. Riwayat bio, psiko, sosial dan spiritual (Virginia henderson)
o. Pola pernafasan
Sebelum sakit :
Saat sakit :
p. Pola eliminasi
Sebelum sakit :
Saat sakit :
q. Pola nutrisi
Sebelum sakit :
Saat sakit :
r. Pola personal hygine
Sebelum sakit :
Saat sakit :
s. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit :
Saat sakit :
t. Pola keseimbangan tubuh
Sebelum sakit :
Saat sakit :
u. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit:
Saat sakit :
v. Kebutuhan spiritual
Sebelum sakit :
Saat sakit :
w. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Sebelum sakit :
Saat sakit :
x. Kebutuhan berkomunikasi
Sebelum sakit:
Saat sakit :
y. Kebutuhan berpakaiaan
Sebelum sakit :
Saat sakit :
z. Pengaturan suhu tubuh
Sebelum sakit : .
Saat sakit :
aa. Kebutuhan belajar
Sebelum sakit :
Saat sakit :
bb. Kebutuhan bekerja
Sebelum sakit :
Saat sakit :
15. Pemeriksaan fisik (head to toe)
e. Keadaan umun
f. Tanda-tanda Vital
g. Antropometri
h. Head to toe
16. Pemeriksaan penunjang
17. Terapi
2. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
No Symtom Etiologi Problem
1
2
4. Implementasi Keperawatan
Hari/tgl No Dx Implementasi Respon Hasil Paraf
/jam
5. Evaluasi Keperawatan
No Evaluasi hari Evaluasi hari Evaluasi hari Evaluasi hari
Dx ke 1 ke 2 ke 3 ke 4
1 .
2
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
“FISIOTERAPI DADA”
OLEH:
SOLATIYAH
031 SYE 16
Pengertian Fisioterapi dada merupakan tindakan yang dilakukan pada klien yang
mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan
bantuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi
Tujuan 1. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
2. Memperkuat otot pernapasan
3. Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan
4. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan
oksigen yang cukup.
Persiapan 1. Persiapan Alat
1) Handuk kecil.
2) Tisu wajah
3) Sputum pot
2. Persiapan Pasien
1) Ucapkan salam
2) Kontrak topik, waktu, dan tempat
3) Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Persiapan Lingkungan
1) Ciptakan lingkungan nyaman bagi klien
2) Duduk berhadapan atau berdampingan dengan klien
3) Jaga privasi klien.
Prosedur 1. Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk untuk
mengurangi ketidaknyamanan
2. Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips
breathing
3. Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada
pergelangan tangan saat pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien
inspirasi
4. Istirahatkan pasien
5. Ulangi vibrasi hingga 3X, minta pasien untuk batuk
Indikator 1. Mendemonstrasikan batuk efektif
Pencapaian 2. Suara nafas yang bersih
3. Tidak adanya sianosis dan dyspnea ( mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dangan mudah, tidak ada pursed lips)
4. Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentan normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
5. Adanya laporan sesak berkurang .
6. Adanya laporan Batuk hilang.
7. Tidak ada suara nafas tambahan.
8. Anak tidak gelisah/rewel.
9. RR dalam rentan normal
a. Bayi baru lahir 35 x/menit
b. 1-11 bulan 30 x/ menit
c. 2 tahun 25 x/ menit
d. 4-12 tahun 19-23 x/menit
e. 14-18 tahun 16-18 x/menit
Waktu : 1 x 30 menit
A. LATAR BELAKANG
Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian: postural drainage, clapping/perkusi, dan
vibrasi. Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna
bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi
dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam
upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi
paru yang terganggu
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Pada akhir proses penyuluhan, peserta dapat mengetahui pengertian
dan jenis fisioterapi dada pada anak
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan tentang hipertensi selama 1 X 30
menit diharapkan peserta dapat :
1) Menyebutkan pengertian dari fisioterapi dada.
2) Mengerti tekhnik dalam melakukan fisioterapi dada.
3) Mengetahui tujuan Fisioterapi
C. SASARAN
1. Sasaran Langsung
Sasaran langsung pada keluarga dengan anak yang mengalami masalah
pernafasan, yang membutuhkan penangan dengan fisioterapi dada.
No
Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Waktu
.
A. Pengertian
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat
berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis.
Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada
penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan
neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti
fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik.
Fisioterapi dada adalah suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas
perkusi dan vibrasi, postural drainase, latihan pernapasan/napas dalam, dan batuk
yang efektif. (Brunner & Suddarth, 2002: 647). Tujuan: untuk membuang sekresi
bronkial, memperbaiki ventilasi, dan meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan.
Brunner, Suddarth. ( 2002: 647). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta:
EGC http://www.rsazra.co.id/RSAZRA/index.php/tutorials-mainmenu-
48/artikelkesehatanmenu/rehabilitasimedis/314-rehabilitasimedisartikel6
FISIOTERAPI rangkaian tindakan tubuh mendapatkan
DADA oksigen yang cukup
keperawatan yang
terdiri atas perkusi
6. Mengeluarkan
dan vibrasi, postural
sekret dari saluran
drainase, latihan
pernapasan
pernapasan/napas
dalam, dan batuk Jenis-jenis dan
647). 1. Clapping/
Perkusi
Tujuan fisoterapi dada
Tepukkan atau
OLEH
Tujuan pokok pukulan ringan
SOLATIYAH fisioterapi pada pada dinding dada
031 SYE 16
penyakit paru adalah: klien
menggunakan
1. Mengembalikan dan
telapak tangan
memelihara fungsi
yang dibentuk
otot-otot pernafasan
seperti mangkuk,
2. Membantu tepukan tangan
YAYASAN membersihkan secara berirama
RUMAH SAKIT sekret dari bronkus dan sistematis dari
ISLAM NUSA
TENGGARA arah atas menuju
3. Untuk mencegah
BARAT SEKOLAH kebawah.
TIINGGI ILMU penumpukan sekret,
KESEHATAN memperbaiki
YARSI MATARAM
pergerakan dan
PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN aliran sekret
JENJANG D3
2019 4. Meningkatkan
efisiensi
APA ITU
pernapasan dan
FISIOTERAPI DADA
ekspansi paru