Anda di halaman 1dari 124

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN WATER TEPID SPONGE PADA ANAK DENGAN


DENGUE HAEMORAGIC FEVER DI RUANG GILI NANGGU
RSUD PROVINSI NTB

HIDAYATUL AZKIA
010SYE16

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGARAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG D.III
MATARAM
2019
KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN WATER TEPID SPONGE PADA ANAK DENGAN


DENGUE HAEMORAGIC FEVER DI RUANG GILI NANGGU
RSUD PROVINSI NTB

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

HIDAYATUL AZKIA
010SYE16

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PRODI STUDI KEPERAWATAN JENJANG D. III
MATARAM
2019

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Hidayatul Azkia

NIM : 010SYE16

Program Studi : Diploma Tiga Keperawatan

Institusi : STIKES YARSI Mataram

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Mataram, 26 Agustus 2019

Pembuat Pernyataan

Hidayatul Azkia

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Zurriyatun Thoyibah, Ners., M.Kep Haryani, SST., M.Kes


NIK: 3010980 NIK: 2089818

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN WATER TEPID SPONGE PADA ANAK DENGAN


DENGUE HAEMORAGIC FEVER DI RUANG GILI NANGGU
RSUD PROVINSI NTB

Diajukan oleh
HIDAYATUL AZKIA
010SYE16

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Pembimbing 1 :Zurriyatun Thoyibah, Ners., M.Kep ( )


Tanggal :

Pembimbing 2 :Haryani, SST., M.Kes ( )


Tanggal :

Mengetahui
Prodi Keperawatan jenjang D.III
Ketua

iv
(Melati Inayati Albayani, S.Pd., Ners.,MPH )
NIK : 2109715

v
LEMBAR PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN WATER TEPID SPONGE PADA ANAK DENGAN


DENGUE HAEMORAGIC FEVER DI RUANG GILI NANGGU
RSUD PROVINSI NTB

diajukan oleh
HIDAYATUL AZKIA
010SYE16

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada 26 Aguatus 2019

Dewan Penguji:

Penguji I : Kusniyati Utami, Ners., M.Kep. (......................)


NIK: 3060749

Penguji II : Zurriyatun Thoyibah, Ners., M.Kep. (......................)


NIK: 3010980

Penguji III : Haryani, SST., M.Kes (......................)


NIK: 2089818

Mengetahui
Prodi Keperawatan Jenjang D.III
Ketua,

vi
(Melati Inayati Albayani, SST., SPd., Ners., MPH)
NIK: 2109715

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala

limpahan Rahmat dan KaruniaNya, Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemberian

Water Tepid Sponge Pada Anak Dengan Dengue Haemoragic Fever di Ruang Gili

Nanggu Rumah Sakit Umum Provinsi NTB” ini dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. H. Zulkahfi, S.Kep, Ners, M.Kes selaku Ketua STIKES Yarsi Mataram yang

telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan Program Studi D.III Ilmu Keperawatan.

2. dr. H. Lalu Hamzi Fikri, MM., MARS selaku Direktur RSUDP NTB yang

telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk melakukan

penelitian yang menjadi syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi

D.III Ilmu Keperawatan.

3. Melati Inayati Albayani, S.Kep., Ners., MPH selaku ketua program Studi D.III

ilmu keperawatan STIKES YARSI Mataram yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi

D.III Ilmu Keperawatan.

4. Zurriyatun Thoyibah, Ners., M.Kep selaku pembimbing 1 yang juga telah

meluangkan waktu untuk membimbing, memberi motivasi dan saran-saran

sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

vii
5. Haryani, SST., M.Kes selaku pembimbing 2 yang juga telah meluangkan

waktu untuk membimbing, memberi motivasi dan saran-saran sehingga Karya

Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

6. Semua staf pengajar dan tata usaha STIKES YARSI mataram yang telah

banyak membantu dan memudahkan segala fasilitas sehingga Karya Tulis

Ilmiah ini selsai tepat pada waktunya.

Semoga Allah SWT membalas kemurahan hati dan budi baik semua

pihak yang telah memberikan kesempatan, dukungan, fasilitas, kritik dan saran

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Mataram, Agustus 2019

Penulis

viii
INTISARI

PEMBERIAN WATER TEPID SPONGE PADA ANAK DENGAN


DENGUE HAEMORAGIC FEVER DI RUANG GILI NANGGU
RSUD PROVINSI NTB

HIDAYATUL AZKIA
(2019)

Program Studi Keperawatan Jenjang D.III


STIKES YARSI Mataram

Zurriyatun Thoyibah, Ners., M.Kep dan Haryani, SST., M.Kes.

Latar belakang: Dengue Haemorhragic Fever adalah penyakit infeksi yang


disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti.
Dengue Hemorrhagic Fever ditandai gejala panas yang mendadak, perdarahan dan
kebocoran plasma. Penatalaksanaan demam dapat mengurangi rasa
ketidaknyamanan pasien baik secara farmakologis dan non farmakologis, seperti
pemberian antipiretik dan pemberian Water Tepid Sponge. Tujuan:
Menggambarkan asuhan keperawatan dengan pemberian water tepid sponge pada
anak dengan Dengue Haemoragic Fever. Metode: Studi kasus pada satu
responden anak umur 10 tahun dengan Dengue Haemoragic Fever. Hasil: Studi
kasus pada An. B menunjukkan anak mengalami Dengue Haemoragic Fever
Grade 1, dengan suhu 37,8oC. Setelah dilakukan water tepid sponge selama 3x24
jam didapatkan masalah keperawatan hipertermi dapat teratasi dengan suhu 36,8o
C. Kesimpulan: Pemberian water tepid sponge efektif dalam menurunkan panas
pada anak Dengue Haemoragic Fever. Saran: Bagi peneliti selanjutnya
diharapkan dalam Pemberian Water Tepid Sponge dapat dikombinasikan dengan
obat antipiretik karena mampu menurunkan suhu tubuh dengan cepat.

Kata kunci : Dengue Haemoragic Fever, Water Tepid Sponge.

ix
x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................... ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN........................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ v
KATA PENGANTAR.................................................................................... vi
INTISARI........................................................................................................ viii
ABSTRAK....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xv

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 RumusanMasalah ........................................................................... 4
1.3 TujuanStudi Kasus.......................................................................... 4
1.4 ManfaatStudi Kasus........................................................................ 4
1.4.1 Masyarakat.............................................................................. 4
1.4.2 Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Keperawatan 4
1.4.3 Bagi Rumah Sakit................................................................... 4
1.4.4 Penulis..................................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Medis................................................................................. 5
2.1.1 Pengertian.............................................................................. 5
2.1.2 Etiologi.................................................................................. 6
2.1.3 Tanda Dan Gejala.................................................................. 7
2.1.4 Patofisiologi Dan WOC......................................................... 9
2.1.5 Pemerksaan penunjang.......................................................... 11
2.1.6 Penatalaksanaan..................................................................... 11
2.1.7 Komplikasi............................................................................. 12
2.1.8 Pencegahan............................................................................ 13
2.2 Asuhan Keperawatan Anak Dengan Dengue Haemoragic Fever... 15
2.2.1 Pengkajian.............................................................................. 15
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.......................................................... 24
2.2.3 Intervensi Keperawatan......................................................... 29
2.2.4 Implementasi Keperawatan .................................................. 37
2.2.5 Evaluasi.................................................................................. 38
2.3 Water Tepid Sponge....................................................................... 40
2.3.1 Pengertian.............................................................................. 40
2.3.2 Teknik Metode Water Tepid Sponge..................................... 41

BAB 3 METODE PENELITIAN


3.1 Jenis/Desain/Rancangan Penelitian................................................ 43

xi
3.2 Subjek Studi Kasus......................................................................... 43
3.3 Fokus Studi..................................................................................... 43
3.4 DefinisiOperasional Fokus Studi.................................................... 44
3.4.1 Definisi.................................................................................. 44
3.5 Instrumen Studi Kasus ................................................................... 44
3.6 Metode Pengumpulan Data ............................................................ 45
3.6.1 Biofisiologis .......................................................................... 45
3.6.2 Observasi .............................................................................. 45
3.6.3 Wawancara ........................................................................... 45
3.7 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus .................................................... 46
3.8 Analisis Data Dan Penyajian Data ................................................ 46
3.9 Etika Studi Kasus .......................................................................... 47
3.9.1 Informed consent ................................................................. 47
3.9.2 Anonimity ............................................................................ 47
3.9.3 Confidentiality ..................................................................... 47

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Gambar Lokasi penelitian............................................................... 48
4.2 Hasil Study Kasus...........................................................................
4.1.1 Pengkajian............................................................................. 48
4.1.2 DiagnosaKeperawatan.......................................................... 61
4.1.3 IntervensiKeperawatan......................................................... 62
4.1 4 ImplementasiKeperawatan................................................... 64
4.1.5 Evaluasi................................................................................. 68
4.3 Pembahasan.................................................................................... 69
4.4 Keterbatasan Study Kasus.............................................................. 73

BAB 5 KESIMPILAN DAN SARAN


5.I Kesimpulan...................................................................................... 75
5.2 Saran............................................................................................... 75
5.2.1 Masyarakat............................................................................. 75
5.2.2 Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi
Keperawatan.......................................................................... 76
5.2.3 Bagi Rumah Sakit.................................................................. 76
5.2.4 Peneliti................................................................................... 76

DaftarPustaka
Lampiran

xii
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 2.1 Pemeriksaan Fisisk Dan Head To Toe........................................... 29


Tabel 2.2 Analisa Data .................................................................................. 31
Tabel 2.3 Intervensi Keperawatan.................................................................. 36
Tabel 4.1 Head To Toe ................................................................................. 70
Tabel 4.2 Pemeriksaan Penunjang................................................................. 71
Tabel 4.3 Diagnosa Keperawatan.................................................................. 73
Tabel 4.4 Rumusan Dignosa Keperawatan.................................................... 73
Tabel 4.5 Intervensi Keperawatan................................................................. 75
Tabel 4.6 Implementasi Keperawatan............................................................ 74
Tabel 4.7 Evaluasi Keperawatan.................................................................... 82

xiii
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 2.1 Pathway........................................................................................ 10


Gambar 4.1 Genogram..................................................................................... 64

xiv
DAFTAR SINGKATAN

BAB : Buang Air Besar


BAK : Buang Air Kecil
BB : Berat Badan
BCG : Bacillus Calmette Guerin
CBC : Coplete Blood Count
CRT : Capillary Refill Time
DEPKES : Dewan Penelitian Kesehatan
DO : Data Obyektif
DS : Data Subyektif
DIKES : Dinas Kesehatan
HB : Hemoglobin
HCT : Hematokrit
HCL : Hidroklorida
IGD : Instalasi Gawat Darurat
IMT : Indeks Masa Tubuh
LED : Laju Endap Darah
LIDA : Lingkar Dada
LIKA : Lingkar Lengan Atas
LPM : Liter Permenit
N : Nadi
NACL : Natrium Chloride
NIC : Nursing Interventions Classification
NOC : Nursing Outcomes Classification
NTB : Nusa Tenggara Barat
PCT : Paracetamol
PLT : Platelet

xv
RBC : Red Blood Cell
RR : Respiration Rate
RSUDP : Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi
S : Suhu
SAP : Satuan Acara Penyuluhan
SOP : Standar Operasional Prosedur
SMART : Spesifik Measurable Achievable Reasonable Time
TB : Tinggi Badan
TD : Tekanan Darah
TTV : Tanda-Tanda Vital
TT : Tetanus Toxoid
WBC : White Blood Cell
WHO : World Health Organization

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Persetujuan Menjadi Responden


Lampiran 2 : Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian
Lampiran 3 : Lembar Observasi
Lampiran 4 : Format Pengkajian
Lampiran 5 : SOP (Standar Operasional Prosedur) Water Tepid Sponge
Lampiran 6 : Leaflet
Lampiran 7 : Surat Rekomendasi Penelitian Dari STIKES YARSI Mataram
Lampiran 8 : Surat Ijin Penelitian Dari BALITBANG
Lampiran 9 : Lembar Konsultasi

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang memiliki iklim tropis yaitu musim

kemarau dan penghujan dan memiliki ciri khas tingkat curah hujan yang tinggi

sehingga tidak jarang Indonesia terjangkit penyakit yang bersangkutan dengan

lingkungan salah satunya penyakit Dengue Haemoragic Fever atau biasa

dikenal dengan Demam Berdarah Dengue. Demam Berdarah Dengue (DBD)

atau Dengue Haemorhragic Fever adalah penyakit yang dimana merupakan

penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue tersebut, biasanya

terdapat didaerah tropis. Virus dengue ini bisa saja mengakibatkan kematian.

Tingkat kejadian dengue hemorrhagic fever ini cukup tinggi. WHO

(World Health Organization) memperkirakan terjadi 50-100 juta kasus infeksi

dengue global setiap tahunnya, dengan 250.000-500.000 kasus DBD dan

angka kematian 24.000 jiwa setiap tahunnya. Sekitar 90% infeksi terjadi pada

golongan anak di bawah 15 tahun. Di negara–negara berkembang, penyakit ini

mengalami ketidakstabilan setiap tahun, dengan persentasi kejadian berkisar 1

- 2,5%. Dari setiap 100 kasus DBD, 1 – 3 orang akan meninggal dunia karena

penyakit tersebut (Artini & Pratana, 2017).

Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016, tercatat

sebanyak 126.675 penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia, dan 1.229 orang

di antaranya meninggal dunia. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan

tahun sebelumnya, yakni sebanyak 100.347 penderita DBD dan sebanyak 907

penderita meninggal dunia pada tahun 2014 (KEMENKES, 2016).

18
19

Dengue Hemorrhagic Fever ditandai gejala panas yang mendadak,

perdarahan dan kebocoran plasma. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya

penurunan jumlah trombosit, peningkatan hematokrit, ditemukan efusi pleura

disertai dengan penurunan kadar albumin, protein dan natrium. Dengue Syok

Syndrome (DSS) sebagai manifestasi klinis dengue hemorrhagic fever dengan

ditandai syok yang dapat mengancam kehidupan penderita (Nisa, Notoatmojo,

& Rohman, 2013).

Penatalaksanaan demam sangat bermanfaat untuk mengurangi rasa

ketidaknyamanan yang dirasakan pasien. Saat ini pengobatan demam

dilakukan dengan beberapa cara, baik tindakan farmakologis dan non

farmakologis seperti pemberian antipiretik, seperti paracetamol ataupun

Ibuprofen, manajemen cairan. Obat- obatan saja tidak cukup, sehingga perlu

dilakukan kompres untuk membantu menurunkan suhu tubuh saat demam

(Ayu, Irnawanti, & Mulyanti, 2015).

Kompres adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh

bila anak mengalami demam. Ada beberapa macam kompres yang bisa

diberikan untuk menurunkan suhu tubuh yaitu kompres air hangat dan tepid

sponge bath. Kompres air hangat dapat menurunkan suhu tubuh melalui

proses evaporasi (penguapan). Dengan kompres air hangat menyebabkan suhu

tubuh di luar akan hangat sehingga tubuh akan merespon bahwa suhu di luar

cukup panas, akhirnya tubuh akan menurunkan pengatur suhu di dalam otak

supaya tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu di luar hangat

akan membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar dan mengalami

vasodilatasi sehingga pori pori kulit akan membuka dan mempermudah


20

pengeluaran panas, sehingga akan terjadi penurunan suhu tubuh. Pemberian

kompres air hangat ini dilakukan di tempat tempat tertentu di bagian tubuh.

(Dewi, 2016).

Water tepid sponge adalah sebuah tehnik kompres hangat yang dimana

dilakukan dengan tehnik seka. Pemberian water tepid sponge memungkinkan

aliran udara lembab membantu pelepasan panas tubuh dengan cara konveksi

(perpindahan). Suhu tubuh lebih hangat daripada suhu udara atau suhu air

memungkinkan panas akan pindah ke molekul molekul udara melalui kontak

langsung dengan permukaan kulit. Pemberian water tepid sponge ini

dilakukan dengan cara menyeka seluruh tubuh klien dengan air hangat. Water

tepid sponge efektif dalam menurunkan suhu tubuh pada anak dengan demam

dan juga membantu dalam mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan.

Menurut penelitian Maling (2012) bahwa suhu tubuh pada pasien anak setelah

pemberian kompres tepid sponge rata-rata dapat mengalami penurunan

sebesar 1,40 C dalam waktu 20 menit (Dewi, 2016).

Pemberian water tepid sponge pada anak demam berdarah merupakan

salah satu tugas mandiri perawat. Pelaksanaan water tepid sponge harus

dilakukan sesuai SOP agar hasilnya maksimal. Oleh karena itu penulis tertarik

untuk melakukan studi kasus tentang pemberian water tepid sponge pada anak

DHF.
21

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari studi kasus ini adalah bagaimana asuhan

keperawatan dengan pemberian water tepid sponge pada anak dengan DHF?

1.3 Tujuan Studi Kasus

Tujuan studi kasus ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan

dengan pemberian water tepid sponge pada anak dengan DHF.

1.4 Manfaat Studi Kasus

Karya tulis ini diharapkan memberikan manfaat bagi :

1.4.1 Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan keluarga yang memiliki anak dengan

DHF untuk mempertahankan suhu tubuh pada anak DHF melalui metode

pemberian water tepid sponge.

1.4.2 Bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang

keperawatan dalam pemberian water tepid sponge pada anak dengan

DHF.

1.4.3 Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan prosedur

pemberian water tepid sponge pada anak dengan DHF.


22

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Medis

2.1.1 Pengertian

Penyakit Demam Berdarah Dengue atau Dengue Hemorrhagic

Fever merupakan penyakit akibat infeksi virus Dengue yang masih

menjadi problem kesehatan masyarakat. Penyakit ini ditemukan nyaris

di seluruh belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan

subtropik baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik (Nisa,

Notoatmojo, & Rohman, 2013).

2.1.2 Klasifikasi

WHO, 1986 mengklarifikasikan DHF menurut derajat

penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu :

1. Derajat I

Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan

spontan. Panas 2-7 hari, uji tourniquet positif, trombositopenia dan

hemokonsentrasi.

2. Derajat II

Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala

perdarahan spontan seperti petekie,ekimosis, hematemesis, melena,

perdarahan gusi.

3. Derajat III
23

Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi

lemah dan cepat (>120x/menit) tekanan nadi sempit (120 mmHg),

tekanan darah menurun 120/80, 120/100, 120/110, 90/70, 80/70,

80/0, 0/0)

4. Derajat IV

Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teratur (denyut

jantung, 140x/menit) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan

kulit tampak biru.

2.1.3 Etiologi

Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue

haemorragic fever (DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus

tersebut saat ini telah diisolasi menjadi 4 serotipe virus dengue yang

termasuk dalam grup B. Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu

DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3

merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand

dilaporkan bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di

Indonesia yang terutama deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini

adalah kecenderungan dominan DEN-2. Setelah oleh nyamuk yang

membawa virus, maka inkubasi akan berlangsung antara 3-15 hari

sampai gejala demam Dengue muncul (Meilany, 2010).

Menurut (Warsidi, E.2009) Karakteristik nyamuk Aedes

aegypti yang menyebarkan penyakit demam berdarah antara lain:

a. Badannya kecil, warnanya hitam dengan bintik-bintik putih.


24

b. Hidup didalam dan disekitar rumah di tempat yang bersih dan sejuk

seperti: hinggap di pakaian yang tergantung, vas bunga yang ada

airnya atau ditempat kaleng bekas yang menampung air hujan.

c. Biasanya nyamuk Aedes aegypti yang menggigit tubuh manusia

adalah betina, sedangkan nyamuk jantan manyukai aroma manis

pada tumbu-tumbuhan.

d. Nyamuk Aedes aegypti menggigit pada siang atau sore hari dengan

peningkatan aktivitas menggigit sekitar 2 jam sesudah matahari

terbit dan beberapa jam setelah mataharit terbenam, sedangkan

malamnya digunakan untuk bertelur.

2.1.4 Tanda dan Gejala

Bentuk ringan demam dengue menyerang semua golongan

umur dan bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam

dengue pada bayi dan anak berupa demam ringan yang disertai dengan

timbulnya ruam makulopapular. Pada anak besar dan dewasa,

penyakit ini dikenal dengan sindrom triase dengue yang berupa

demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapai 40C atau lebih

dan terkadang disertai dengan kejang demam, sakit kepala, anoreksia,

muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri perut kanan

atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan

kulit, walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu,

perdarahan kulit dapat berwujud memar atau juga berupa perdarahan

spontan mulai dari petechiae (muncul pada hari-hari pertama demam

dan berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka,
25

sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara perdarahan

gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi pada

kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali

ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali.

Nyeri tekan sering kali ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan

peredaran darah.

Patokan World Health Organization (WHO, 1975) untuk

menegaskan diagnosa Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah

sebagai berikut :

1. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari.

2. Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet

positif dan bentuk lain perdarahan/perdarahan spontan (Patechia,

purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi) dan hematemesis

melena. Rumpel leed test dengan tekhnik:

a. Klien diukur tekanan darahnya dan dicari sistol dan

diastolnya.

b. Setelah ketemu kemudian dijumlahkan lalu dibagi dua.

c. Hasil digunakan untuk patokan mempertahankan tekanan air

raksa tensimeter.

d. Pompa lagi balon tensimeter sampai patokan tadi lalu kunci

dan pertahankan sampai 5 menit.

e. Setelah itu buka kuncinya dan mansit dilepaskan.


26

f. Kemudian lihat apakah ada petekie / tidak didaerah vola

lengan bawah.      Kriteria normal Rumple leede yaitu <10

dalam 1 lingkaran 5 cm.

3. Pembesaran hati.

4. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan

tekanan nadi yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan

darah yang menurun (tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg

atau kurang) dan kulit yang teraba dingin dan lembab, terutama

pada ujung hidung, jari dan kaki penderita gelisah serta timbul

sianosis disekitar mulut.

2.1.5 Patofisiologi

1. Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk

aedes aegypti dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan

terbentuklah kompleks virus antibody, dalam sirkulasi akan

mengaktivitasi sistem complement. Akibat aktivitas C3 dan C5

akan dilepas C3 dan C5a, dua peptide yang berdaya untuk

melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor

meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan

menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu.

2. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan

menurunnya factor koagulasi (prothrombin, factor V, VII, IX, X

dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan

hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.


27

3. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya

permeabilitas dinding pembuluh darah, menurunnya volume

plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis

hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.

4. Nilai hematocrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma

melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya

plasma pasien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa

terjadi anoksia jaringan, asidosis metabolic dan kematian.

2.1.6 Patways

Gambar 2.1 (NANDA NIC NOC 2015, SDKI)

Arbovirus ( melalui nyamuk Beredar dalam aliran darah Infeksi virus dengue
aedes aegypti) (viremia)

PGE2 Hipothalamus Membentuk & melepaskan Mengaktifkan sistem


zat C3a, C5a komplemen

Hipertermi Peningkatan reabsorbsi Na+ Permeabillitas membram


dan H2O meningkat

Agregasi trombosit Kerusakan endotel pembuluh Resiko syok hipovolemik


darah
Renjatan hipovolemik dan
TromboSitopeni Merangsang & mengaktivitas hipotensi
factor pembekuan

Kebocoran plasma
DIC

Resiko perdarahan Perdarahan

Resiko perfusi jaringan tidak


efektif

Asidosis metabolic Hipoksia jaringan

Resiko syok ( hipovolemik) Ke extravaskuler


Kekurangan volume cairan

Paru-paru
28

hepar Abdomen

Efusi pleura Hepatomegaly Ascites

Mual,muntah
Ketidakefektifan pola nafas
Penekanan intraabdomen
Ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebuthan
Nyeri tubuh

MRS

Hospitalisasi Family center problem

Tindakan Perpisahan,
Invasif Lingkungan Kurangnya Situasi Krisis
2.1.7 Pemeriksaan
baru Penunjang informasi

Nyeri dan Pemeriksaan


a.Cemas Kurangnya
untuk menskrining penderita demam dengue
Cemas
injuri b.Gangguan pengetahuan
fungsional
adalah melalui uji rumpel leede, pemeriksaan kadar hemoglobin,

kadar hematokrit dan hapus darah tepi untuk melihat adanya

limpositosis relatif disertai gambar limfosit plasma biru. Pada DD

terdapat Leukopenia padahari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD terjadi

leukopenia dan Hemokonsentrasi. Trombositopenia : Trombosit <

150.000/mm3, penurunan progresif pada pemeriksaan periodik dan

waktu perdarahan memanjang. Hemokonsentrasi : Hematokrit saat

MRS>20% atau meningkat progresif pada pemeriksaan periodik.

Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue

(metode cell culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue

dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptosi Polymerase Chain

Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang berkembang saat ini
29

adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total,

IgM maupun IgG) (Warsidi, E, 2009).

2.1.8 Penatalaksanaan

Menurut (Meilany, 2010) penatalaksanaan untuk DBD sebagai

berikut:

1. Tirah baring

2. Makanan lunak, dan bila belum nafsu makan diberi minum 1,5-2

liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula) atau air tawar yang

ditambah garam.

3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis, seperti hiepertermia

diberikan asetamiofen, jangan diberikan asetosal karena bahaya

perdarahan. Sedangkan pada pasien tanda renjatan dilakukan:

a. Pemasangan infus dan dipertahankan 12-48 jam setelah renjatan

teratasi.

b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan

pernapasan tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4-6 jam pada hari

pertama selanjutnya tiap 24 jam.

c. Pada pasien DSS diberikan cairan intravena yang diberikan

dengan diguyur, seperti NaCl, ringer laktat, yang dipertahankan

selama 12-24 jam setelah renjatan teratasi. Bila tidak nampak

perbaikan dapat diberikan plasma sejumlah 15-29 ml/kg BB dan

dipertahankan selama 12-24 jam. Setelah renjatan teratasi bila

kadar Hb dan Ht mengalami penurunan maka diberi transfusi

darah.
30

2.1.9 Komplikasi

Menurut (Warsidi, E, 2009) Komplikasi dari penyakit demam

berdarah diantaranya :

1. Ensepalopati : demam tinggi,gangguan kesadaran disertai atau

tanpa kejang.

2. Disorientasi dan penurunan kesadaran.

3. Perdarahan luas.

4. Shock atau renjatan dan dapat terjadi Anoksia jaringan.

2.2 Asuhan Keperawatan Dengue Haemoragic Dengue

Asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan pada praktik

keperawatan yang langsung diberikan pada klien dengan berbagai tatanan

pelayanan kesehatan pada standar keperawatan dalam lingkup/wewenang serta

tanggung jawab keperawatan (Nursalam, 2012).

Asuhan Keperawatan pada anak dengan DHF diberikan sesuai tahap--

tahap dalam proses keperawatan sebagai berikut :

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses

keperawatan secara keseluruhan, pada tahap ini data / informasi pasien

yang dibutuhkan, dikumpulkan untuk menentukan masalah

kesehatan/keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan

data, validasi data dan pengelompokan data.

Adapun data yang dikumpulkan pada bayi BBLR adalah:

1. Identitas / Biodata
31

a. Biodata anak mencakup nama, umur, tempat dan tanggal lahir

agama, suku/bangsa, alamat. DHF merupakan penyakit daerah

tropis yang sering menyebabkan kematian pada anak, remaja

dan dewasa.

b. Identitas penangung jawab mencakup nama, umur, alamat,

pekerjaan, agama, suku/bangsa hubungan dengan pasien.

2. Riwayat Penyakit

a. Keluhan utama : Pasien mengeluh demam tinggi mendadak dan

terus-menerus selama 2-7 hari, sakit kepala, lemah, nyeri ulu

hati, mual dan nafsu makan menurun.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat kesehatan menunjukkan adanya demam tinggi

mendadak dan terus-menerus selama 2-7 hari, sakit kepala, nyeri

otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemas,

panas, dan nafsu makan menurun.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Tidak ada penyakit yang diderita secara specific.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga

yang lain sangat menentukan karena penyakit DHF adalah


32

penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aides

aigepthy.

e. Riwayat Kesehatan Lingkungan

Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air

bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung

yang jaraang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan.

3. Riwayat imunisasi: Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan

imunisasi seperti BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis.

4. Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan

a. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak :

1) Faktor Keturunan : Faktor gen yang diturunkan

dari kedua orang tuanya.

2) Faktor Hormonal : Banyak hormon yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak,

namun yang paling berperan adalah Growth Hormon (GH).

3) Faktor Gizi : Setiap sel memerlukan

makanan atau gizi yang baik. Untuk mencapai tumbuh

kembang yang baik dibutuhkan gizi yang baik.

4) Faktor Lingkungan : Terdiri dari lingkungan

fisik, lingkungan biologi dan lingkungan psikososial.


33

b. Riwayat tumbuh kembang meliputi :

Pertumbuhan fisik terdiri dari:

Tabel 2.1 Pertumbuhan Fisik

Usia (BB) Usia (TB)

BBL (2500 – 4000 gr) TBL (50 cm)

3 -12 bln (umur(bulan) + 9) 1 tahun (75 cm)

1-6 tahun (umur (tahun) x 2+8) >1 tahun (2x TB lahir)

- 6 tahun (1,5 x TB setahun)

- 9 tahun (2,1 x TBL)

Perkembangan tiap tahap usia

1) Berguling : 3-6 bulan

2) Duduk : 6-9 bulan

3) Merangkak : 9-10 bulan

4) Berdiri : 9-12 bulan

5) Jalan : 12-18 bulan

6) Senyum pertama kali dengan orang lain : 2-3 bulan

7) Bicara : 2-3 tahun

8) Berpakaian tanpa dibantu : 3-4 tahun

5. Riwayat nutrisi meliputi :

a. Pemberian ASI pertama kali disusui, lama pemberian, waktu

dan cara pemberian.

b. Pemberian susu formula terdiri dari alasan pemberian, jumlah

pemberian.

c. Pemberian makanan tambahan terdiri atas usia pertama kali

diberikan jenis dan cara pemberian.


34

d. Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai nutris saat : usia

0 – 6 bulan, 6 – 12 bulan dan saat ini.

6. Riwayat Bio-Psiko-Sosial-Spiritual

Dalam pengkajian kebiasaan sehari-hari/kebutuhan dasar, yaitu :

7. Riwayat bio, psiko, sosial, spiritual (Virginia Handerson):

a. Pernafasan

Pada anak dengan DHF ditemukan nafas kadang-kadang terasa

sesak, respirasi lebih dari 30-50x/ menit.

b. Eliminasi

Biasanya pada kasus DHF yang perlu dikaji pada eliminasi

adalah frekuensi jumlah dan konsistensi BAB dan BAK.

c. Nutrisi

Biasanya pada anak dengan DHF terjadi penurunan nafsu

makan sehingga anak diberikan cairan prenteral untuk

mencukupi kebutuhan elektrolit cairan, kalori juga mengoreksi

dehidrasi, asitosis metabolik dan hipoglekemi.

d. Kebutuhan istirahat tidur

Pada anak dengan DHF biasanya ditemukan gangguan istirahat

tidur karena adanya sesak dan demam.

e. Kebutuhan keseimbangan tubuh

Biasanya anak dengan DHF keseimbangan

tubuh/pergerakannya agak lambat karena terganggu oleh

sesaknya.
35

f. Kebutuhan personal hygine

Biasanya personal hygineakan dibantu oleh orang tua dan

perawat.

g. Kebutuhan berkomunikasi

Biasanya anak dengan DHF akan menangis jika BAB atau

BAK.

h. Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Biasanya anak dengan DHF menunjukan rasa tidak aman dan

nyaman dengan menangis seperti jika merasakan perubahan

pada tubuhnya anak akan menunjukan dengan cara menangis

dan merasa aman bila bersama ibunya.

i. Kebutuhan berpakaian

Biasanya anak dengan DHF berpakaian akan dibantu oleh

perawat ataupun keluarganya.

j. Pengaturan suhu tubuh

Anak dengan DHF biasanya akan mengalami hipertermi (> 380

C) dengan suhu tubuh normal 36,5-37,50 C.

k. Kebutuhan spiritual

Biasanya pada anak kebutuhan spiritualnya masih tergantung

pada orang tuanya seperti orang tuanya mengajarkan berdoa

keda anaknya.

l. Kebutuhan bermain dan rekreasi

Pada anak dengan DHF tidak mampu beraktifitas seperti

biasanya apabila dalam keadaan lemah kesadarannya menurun


36

apalagi respon terhadap ransangan serta tonus ototpun

menurun.

m. Kebutuhan belajar

Biasanya pada anak dengan DHF kurang mampu mengetahui

hal-hal yang berhubungan dengan sekitarnya.

8. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum biasanya meliputi ringan,sedang dan berat.

b. Kesadaran

Pada anak dengan DHF menunjukan tingkat kesadaran yang

menurun dan biasa sampai koma.

a. Tanda-tanda vital

1) Pada anak HR (lebih dari110 x/menit), suhu (lebih dari

380C) dan RR (lebih dari 50 x/menit).

2) Antropometri

Rumusan cara mencari berat badan normal:

a) Perkiraan berat badan dengan kilogram

a) Lahir : 3,25 kg

b) 3-12 bulan : 1/2x(usia dalam bulan +9) kg

c) 1-6 tahun : 2x(usia anak dalam tahun)+8 kg

b) Perkiraan tinggi badan dalam sentimeter

a) Lahir : 50 cm

b) Umur 1 tahun : 75 cm
37

c) 2-12 tahun : 6 x (usia anak)+77cm

c) Periksa Lingkar Lengan atas dalam sentimeter

a) Lahir : 11 cm

b) 1-3 tahun : 16 cm

c) 1 tahun : bertambah 5 cm/tahun

d) Periksa lingkar lengan atas dalam sentimeter

(1) Lahir : 11 cm

(2) 1 tahun : 16 cm

e) Pemeriksaan dengan pengukuran Indeks Masa Tubuh

(IMT):

IMT = Berat badan (BB) Kg

(Tinggi badan (TB) m)2

b. Pemeriksaan head to toe:


< 16 : Malnutrisi
Tabel 2.2 16-19 : BB kurang
20-25 : Normal
Pemeriksaan fisik 26-30 : BB lebih
31-40 : Kegemukan sedang menuju berat
head to toe >40 : Kegemukan yang tidak wajar
Head to toe Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi
Kepala Bentuk kepala bulat Teraba - -
atau lonjong, benjolan
kebersihan rambut, tidak
warna rambut hitam
atau pirang, tidak ada
lesi
Mata Tampak simetris kiri- - - -
kanan, konjungtiva
anemis, seklera
ikterik, area gelap di
kelopak mata.
Hidung Tampak mengalami - - -
pendarahan/mimisan
(II,III,IV), adanya
pernafasan cuping
hidung
Wajah Tampak gelisah - - -
rewel/menangis
38

Head to toe Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi


Mulut Mukosa bibir kering, - - -
pecah-pecah, gusi
berdarah atau
tidak( pada derajat
II,III,IV), lidah bersih
atau tidak.
Telinga Ada secret tidak Ada - -
nyeri
tekan
tidak
Leher Tidak tampak - - -
pemebsaran kelenjar
tiroid
Dada Bentuk simetris dan - - Kadang-
kadang adanya tarikan kadang ada
dinding dada suara nafas
(retraksi) tambahan.
Tidak ada
bising aorta
dan mur-
mur, suara
jantung S1
“Lup”, S2
“Dup”
Abdomen Tampak adanya Ada Ada tidak Peristaltic
pembesar hati, dan nyeri bunyi 3-5 x/menit
asietas tekan nyaring
khas
kembung
Ekstremitas Replek bisep (+), Akral - -
trisep (+), kekuatan teraba
otot (1-5) hangat
atau
panas.
Teraba
dingin
(derajat
IV)
Genetalia Bersih tidak, ada lesi. - - -
Integumen Tampak sianosis, - - -
turgor kulit menurun
normal (2-5 detik),
tampak kemerahan
jika panas tinggi.

9. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan untuk menskrining penderita demam dengue

adalah melalui uji rumpel leede, pemeriksaan kadar hemoglobin,

kadar hematokrit dan hapus darah tepi untuk melihat adanya


39

limpositosis relatif disertai gambar limfosit plasma biru. Pada DD

terdapat Leukopenia padahari ke-2 atau hari ke-3. Pada DBD

terjadi leukopenia dan Hemokonsentrasi. Trombositopenia :

Trombosit < 150.000/mm3, penurunan progresif pada pemeriksaan

periodik dan waktu perdarahan memanjang. Hemokonsentrasi :

Hematokrit saat MRS>20% atau meningkat progresif pada

pemeriksaan periodik.

Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue

(metode cell culture) atau pun deteksi antigen virus RNA dengue

dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptosi Polymerase Chain

Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang berkembang saat

ini adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi

total, IgM maupun IgG) (Warsidi, E, 2009).

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang respon

individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah-masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial (Alen,

2013).

1. Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan meningkatkan data dan

menghubungkan data tersebut dengan konsep teori dan prinsip

yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan

masalah kesehatan dan keperawatan klien. Data yang telah

dikelompokan selanjutnya dianalisa sehingga didapatkan masalah


40

yang dirumuskan kedalam bentuk diagnosa keperawatan

(Potter,2013).

Tabel 2.3 Analisa Data dan Perumusan Masalah (NANDA NIC NOC 2015,

SDKI)

No Symptom Etiologi Problem

1. Data Subjektif : Proses penyakit Hiperthermia


a. Ibu mengeluh badan 
anak panas & tidak Infeksi dengue
turun - turun
Data Obyektif :
a. Suhu tubuh
meningkat
b. badan teraba
hangat
c. kulit kemerahan
d. Suhu >38oC
e. RR : >30x/mnt
f. N : >120x/mnt

2. Data Subjektif : Infeksi dengue Ketidakefektifan


a. Ibu mengatakan  pola napas.
anaknya terlihat Vaskulitis +
sulit bernafas & Reaksi imunologik
napasnya terlihat 
cepat Permeabilitas
Data Obyektif : vaskuler
a. Adanya meningkat
pernapasan cuping 
hidung Kebocoran plasma
b. Retraksi 
intercostalis Efusi serosa
servikal-ronkhi -/+ Cairan menumpuk
kering ha-lus dirongga pleural
c. RR > 30 pa-ru,terjadi
d. Fase ekspirasi penurunan
lebih panjang ekspansi paru
e. Bradipnea
f. Dyspnea

3. Data Subjektif : ketidakseimbangan Deficit volume


a. ibu mengatakan input dan output cairan
anak terlihat lemah cairan
dan selalu haus
Data Objektif :
41

No Symptom Etiologi Problem

a. penurunan tekanan
nadi
b. penurunan turgor
kulit
c. membrane mukosa
kering
d. kulit kering
e. peningkatan suhu
tubuh
f. peningkatan
frekuensi nadi
g. penurunan berat
badan
h. penurunan
pengisian vena

4. Data Subjektif : Proses Nyeri akut


a. ibu mengatakan penyakitnya
anak sakit perut 
bagian atas juga Infeksi dengue
saat menelan.
P : nyeri saat banyak
bergerak
Q : biasanya seperti
tertekan ditusuk-tusuk
R : abdomen
T : hilang timbul
Data Obyektif :

a. Mengekspresikan
perilaku merengek,
menangis atau
gelisah anak
cengeng-
berkeringat
b. Sikap melindungi
area nyeri
c. Fokus pada diri
sendiri
d. Perubahan posisi
untuk menghindari
nyeri
e. Sikap tubuh
melindungi
f. Dilatasi pupil
g. Adanya ganguan
tidur akibat nyeri
h. Skala dalam rentan
(0-10)
42

No Symptom Etiologi Problem

5. Data Subjektif Nafsu ,akan Ketidakseimbangan


a. Ibu mengatakan menurun nutrisi kurang dari
klien tidak mau  kebutuhan tubuh
makan dan minum Nyeri menelan,
bila sedang sakit. mual-muntah
Data Obyektif :
a. klien rewel &
cengeng,
b. nafsu makan
menurun,
c. kurang minat pada
makanan
d. mengeluh sakit
me-nelan,
e. mukosa mulut
kering dan pucat
f. Mual-muntah
g. Bising usus
hiperaktif
h. Berat badan 20 %
atau lebih dibawah
berat badan ideal

6. Data Subjektif : Proses penyakit Resiko tejadi syok


Data Obyektif :  hipovolemik
a. Kehilangan Infeksi dengue
volume cairan aktif 
b. Kegagalan fungsi Trombositopeni &
regular vaskulitis
c. Kehilangan cairan 
melalui rute Permiabilitas
abnormal pembuluh darah
d. Berat badan meningkat 
ekstrim Perdarahan
e. Kurang
pengetahuan
f. Penyimpangan
yang
mempengaruhi
akses cairan

7. Data Subjektif : Koagulasi inheren Resiko terjadinya


Data Obyektif :  perdarahan
a. Gangguan Trombositopenia
gastrointestinal
b. Gangguan fungsi
hati
c. Koagulopati
inheren seperti
trombositopenia
43

No Symptom Etiologi Problem

d. Trauma
e. Sirkumsisi
f. Aneurisme
g. Trombosit
>100.000/ml
h. Hematuria
i. Ekimosis
j. Epistaksis
k. Pateckia
l. Purpura
Hematemesis melena

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan

Perumusan diagnosa pada tahap ini merupakan

pengembangan dan interprestasi data dasar yang telah

dikurnpulkan sebelumnya ke dalam identifikasi yang spesifik

mengenai masalah atau diagnosa.

Masalah adalah hal yang berhubungan dengan penyakit

yang dialami pasien. Pengetahuan profesional sebagai

dasar/arahan untuk mengambil tindakan (Hidayat, 2010).

Masalah yang muncul :

a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan

infeksi virus dengue ditandai dengan badan anak panas &

tidak turun – turun, suhu tubuh meningkat,badan teraba

hangat, kulit kemerahan, Suhu >38oC, RR : >30x/mnt, N :

>120x/mnt.

b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan efusi pleura

ditandai dengan terlihat sulit bernafas & napasnya terlihat

cepat, adanya pernapasan cuping hidung, retraksi intercostalis


44

servikal-ronkhi -/+ kering halus, RR > 30, fase ekspirasi lebih

panjang, bradipnea, dyspnea.

c. Deficit volume cairan tubuh berhubungan dengan

ketidakseimbangan input dan output cairan ditandai dengan

terlihat lemah dan selalu haus, penurunan tekanan nadi,

penurunan turgor kulit, membrane mukosa kering, kulit

kering, peningkatan suhu tubuh, peningkatan frekuensi nadi,

penurunan berat badan, penurunan pengisian vena.

d. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi dengue ditandai

dengan sakit perut bagian atas juga saat menelan, P : nyeri saat

banyak bergerak, Q : biasanya seperti tertekan ditusuk-tusuk,

R : abdomen, T : hilang timbul, mengekspresikan perilaku

merengek, menangis atau gelisah anak cengeng-berkeringat,

ikap melindungi area nyeri, fokus pada diri sendiri, perubahan

posisi untuk menghindari nyeri, sikap tubuh melindungi,

dilatasi pupil, adanya ganguan tidur akibat nyeri, skala dalam

rentan (0-10).

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia ditandai dengan

tidak mau makan dan minum bila sedang sakit, klien rewel &

cengeng, nafsu makan menurun, kurang minat pada makanan,

mengeluh sakit me-nelan, mukosa mulut kering dan pucat,

mual-muntah, bising usus hiperaktif, erat badan 20 % atau

lebih dibawah berat badan ideal.


45

f. Resiko syok hivopolemik berhubungan dengan permiabilitas

pembuluh darah meningkat perdarahan ditandai dengan

kehilangan volume cairan aktif, kegagalan fungsi regular,

kehilangan cairan melalui rute abnormal, berat badan ekstrim,

kurang pengetahuan, penyimpangan yang mempengaruhi

akses cairan.

g. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan

trombositopenia ditandai dengan gangguan gastrointestinal,

gangguan fungsi hati, koagulopati inheren seperti

trombositopenia, trauma, sirkumsisi, aneurisme, trombosit

>100.000/ml, hematuria, ekimosis, epistaksis, pateckia,

purpura, hematemesis melena.

2.2.3 Perencanaan

Rencana keperawatan adalah penyusunan tindakan

keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah

sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan

tujuan terpenuhinya kebutuhan pasien (Effendi, 2014). Perencanaan

ini merupakan langkah ketiga dalam membuat suatu proses

keperawatan (Hidayat, 2011).

Pada tahap perencanaan ada 4 hal yang harus diperhatikan antara lain :

1. Menentukan prioritas masalah

Berbagai cara dalam memprioritaskan masalah diantaranya :

a. Berdasarkan Maslow yaitu fisiologis, keamanan/keselamatan,

mencintai dan memiliki, harga diri dan aktualisasi diri.


46

b. Berdasarkan Griffth-Kenney Christensen dengan urutan:

ancaman kehidupan dan kesehatan, sumber daya dan yang

tersedia, peran serta pasien, prinsip ilmiah dan praktik

keperawatan.

2. Menentukan tujuan

Dalam menentukan tujuan digambarkan kondisi yang

diharapkan disertai jangka waktu.

3. Menetukan kriteria hasil

Pedoman penulisan kriteria hasil berdasarkan "SMART":

S : Spesifik (tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan arti

ganda).

M : Measurable (tujuan keperawatan harus; dapat diukur,

khususnya tentang perilaku klien: dapat dilihat, didengar, diraba,

dirasakan dan dibau)

A : Achievable (tujuan harus dapat dicapai).

R: Reasonable (tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah).

T : Time (tujuan keperawatan).

4. Merumuskan intervensi dan aktivitas perawatan.

Hal-hal yang perlu direncanakan sesuai dengan

kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul adalah :

Tabel 2.4 Rencana Tindakan modifikasi NANDA NIC-NOC (2015)


47

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil

1. Hipertermia NOC NIC 1. Mengetahui


Thermoregulation Fever treatment peningkatan dan
Setelah 1. Monitor suhu penurunan suhu.
dilakukan sesering mungkin 2. Mengetahui cairan
tindakan 2. Monitor IWL yang hilang.
keperawatan 3. Monitor warna dan 3. Mengetahui suhu
selama suhu kulit tubuh secara pasti
3x24/jam 4. Monitor tekanan 4. Acuhan untuk
diharapkan darah, nadi, dan RR mengetahui keadaan
Kriteria Hasil : 5. Monitor penurunan umum pasien
1. Suhu tubuh tingkat kesadaran 5. Untuk mengetahui
dalam rentan 6. Berikan antipiretik tingkat kesadaran
normal (36,5- 7. Berikan pengobatan pasien.
37,50 C) untuk mengatasi 6. Mengurangi demam
2. Nadi dan RR penyebab demam 7. Mengatasi demam
dalam rentang 8. Lakukan tepid 8. Mengatasi hipertermi.
normal (N : 85- sponge. 9. Proses hilangnya
100x/mnt; RR : 9. Tingkatkan sirkulasi panas akan terhalangi
22-30x/mnt) udara dengan cara oleh pakaian tebal
3. Tidak ada memakai pakaian dan tidak dapat
perubahn warna yang mudah menyerap keringat
kulit dan tidak menyerap keringat
ada pusing

Resiko NOC NIC


perdarahan 1. Blood lose Bleding precautions 1. Mengetahui tingkatan
severity 1. Monitor ketat tanda- suhu tubuh
2. Blood tanda perdarahan 2. mengetahui
koagulation 2. Catat nilai Hb dan peningkatan Hb dan Ht
Setelah dilakukan Ht sebelum dan 3. NIlai lab merupakan
tindakan sesudah terjadinya indikasi suatu penyakit
keperawatan selama perdarahan 4. mengetahui tingkat
3x24/jam 3. Monitor nilai lab kesadaran pasien
diharapkan (koagulasi) yang 5. mempertahankan
Kriteria hasil : meliputi PT,PTT, mekanisme koping adaftif
1. Tidak ada trombosit 6. untuk transfuse darah
hematuria dan 4. Monitor TTV 7. Untuk mencegah
hematemesis ortostatik tejadinya perdarahan
2. Kehilangan darah 5. Pertahankan bed rest berlanjut
yang terlihat seama perdarahan 8. Menghindari kontak
3. Tekanan darah aktif den gan mikroorganisme
dalam batas 6. Kolaborasi dalam 9. akan meningkatkan
normal sistol dan pemberian produk perdarahan
diastole darah 10. Meningkatkan
4. Tidak ada 7. Lindungi pasien dari masukan
perdarahan trauma yang dapat 11. Pola defekasi tidak
pervagina menyebabkan teratur
5. Tidak ada perdarahan
distensi 8. Hindari mengukur
abdominal suhu lewat rectal
6. Hemoglobin dan 9. Hindari pemberian
hematocrit dalam aspirin dan
batas normal anticoagulant
10. Anjurkan pasien
48

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil

7. Plasma, PT,PTT, untuk meningkatkan


dalam batas intake makanan
normal. yang banyak
mengandung
vitamin K
11. Hindari terjadinya
kontipasi dengan
menganjurkan untuk
mempertahankan
intake cairan yang
adekuat dan
pelembut feses

Resiko Syok NOC NIC 1. Mengetahui suhu


1. Syok Syok prevention tubuh secara pasti
prevention 1. Monitor status 2. Memberikan/menyedi
2. Syok sirkulasi BP, warna akan ventilasi yang
managemen t kulit, suhu kulit, adekuat
Setelah denyut jantung, HR, 3. Mengetahui
dilakukan dan ritme nadi peningkatan dan
tindakan perifer dan kapiler penurunan suhu.
keperawatan refill 4. Mempertahankan
selama 2. Monitor tanda keseimbangan nutrisi
3x24/jam inadekuat oksigenasi 5. Mengetahui indikasi
diharapkan jaringan penyakit
Kriteria Hasil : 3. Monitor suhu dan 6. Mengetahui
pernafasan efektifitas curah
1. Nadi dalam 4. Monitor input dan jantung
batas yang output 7. Untuk mengetahui
diharapkan. 5. Pantau nilai labor : kondisi ketika cairan
(85- HB,HT,AGD dan mengisi rongga
100x/mnt) elektrolit abdomen
2. Irama 6. Monitor 8. Agar dapat segera
jantung hemodinamik invas dilakukan tindakan
dalam batas yang sesuai 9. Dilakukan pada psien
yang 7. Monitor tanda dan dengan kelemahan
diharapkan gejala asites fisik
3. Frekuensi 8. Monitor tanda awal 10. Untuk
napas syok menghilangkan
dalam batas 9. Tempatkan pasien obstruksi parsial
yang pada posisi supine, maupun total akibat
diharapkan kaki elevasi untuk kesalahan
(22- peningkatan preload 11. Mengatasi kehilangan
30x/mnt) dengan tepat cairan
4. Irama 10. Lihat dan pelihara 12. Penurunan curah
pernafasan kepatenan jalan jantung
dalam batas nafas 13. Dapat melakukan
yang 11. Berikan cairan IV tindakan segera
diharapkan dana tau oral yang 14. Untuk mengenal dan
5. Natrium tepat cara mengatasi
serum dbn 12. Berikan vasodilator dengan mandiri.
(135-145 yang tepat
mmol/L 13. Ajarkan keluarga
6. Kalium dan pasien tentang
49

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil

serum dbn tanda gejala


(3,5-5 datangnya syok
mmol/L) 14. Ajarkan keluarga
7. Klorida dan pasien tentang
serum dbn lagkah untuk
(135-145 mengatasi gejala
mmol/L syok
8. Kalsium
serum dbn
(8,8-10
mg/dL)
9. Magnesium
serum dbn
(1,8-2,2
mg/dL)
10. pH darah
serum dbn
(7,35-7,45)
Hidrasi :
1. indicator :
a. mata
cekung
tidak
ditemuk
an
b. demam
tidak
ditemuk
an
c. TD dbn
d. Hemato
krit dbn

Resiko NOC NIC 1.


kekurangan 1. Fluid balance Fluid management 1. Mengetahui
volume 2. Hidration 1. Timbang peningkatan
cairan 3. Nutritionsl popok/pembalut dan
Status : food jika diperlukan. penurunan
and fluid 2. Pertahankan catat cairan
intake. intake dan output 2. Mempertaha
Setelah yang akurat. nkan
dilakukan 3. Monitor status keseimbanga
tindakan hidrasi n nutrisi
keperawatan (kelembaban 3. Memberikan
selama membrane mukosa, informasi
3x24/jam nadi adekuat, tentang
diharapkan tekanan darah ketidakseim
Kriteria hasil : ortostatik), jika bangan
1. Mempertahank diperlukan. cairan
an urine output 4. Monitor vital sign 4. Mengetahui
sesuai dengan 5. Monitor masukan kondisi
usia dan BB, makanan/cairan pasien
BJ urine dan hitung intake 5. Mempertaha
50

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil

normal, HT kalori harian nkan


normal. 6. Kolaborasi keseimbanga
2. Tekanan darah, pemberian cairan n nutrisi
nadi, suhu IV 6. Mengatasi
tubuh dalam 7. Monitor status kehilangan
batas normal nutrisi cairan
3. Tidak ada 8. Berikan cairan IV 7. Mempertaha
tanda tanda pada suhu ruangan nkan
dehidrasi, 9. Dorong masukan keseimbanga
elastisitas oral n nutrisi
turgor kulit 10. Berikan 8. Mengatasi
baik, penggantian kehilangan
membrane nesogatrik sesuai cairan
mukosa output 9. Mengatasi
lembab, tidak 11. Dorong keluarga kehilangan
ada rasa haus untuk membantu cairan
yang pasien makan 10. Mencegah
berlebihan. 12. Tawarkan snack adanya
(jus buah, buah mikroorgani
segar) sme
13. Kolaborasi dengan 11. Meningkatk
dokter an nutrisi
14. Atur kemungkinan pasien
transfuse 12. Mempertaha
nkan
keseimbanga
n pasien
13. Agar sesuai
dengan
kebutuhan
tubuh pasien
14. Mencegah
terjadinya
kekurangan
cairan

Ketidakefekti NOC NIC 1. Mempertahankan


fan Pola 1. Respiratory Airway Management kepatenan jalan
Nafas status : 1. Buka jalan nafas, napas
Ventilation gunakan teknik chin 2. Menjaga ventilasi
2. Respiratory lift atau jawtrust bila 3. Meminimalisir
status : Airway perlu ganguan pola napas
Patency 2. Posisikan pasien pada pasien
3. Vital Sign Status untuk 4. Menjaga kepatenan
Setelah memaksimalkan jalan napas
dilakukan ventilasi 5. Meminimalisir
tindakan 3. Identifikasi pasien gangguan
keperawatan perlunya pernapasan
selama pemasangan alat 6. Mencegah adanya
3x24/jam jalan nafas buatan sumbatan
diharapkan 4. Pasang mayo bila 7. Mengetahui adanya
Kriteria Hasil : perlu gangguan
1. Mendemonstras 5. Lakukan fisioterapi pernapasan
ikan batuk 8. Mengurangi
51

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil

efektif dan dada jika perlu gangguan


suara nafas 6. Keluarkan secret pernapasan
yang bersih, dengan batuk atau
tidak ada suction
sianosis dan 7. Auskultasi suara
dyspnea nafas, catat adanya
(mampu suara tambahan
mengeluarkan 8. Lakukan suction
sputum, mampu pada mayo
bernafas dengan 9. Berikan
mudah, tidak bronkodilator bila
ada pursed lips) perlu
2. Menunjukkan 10. Berikan pelembab
jalan nafas yang udara kassa basah
paten (klien NaCL lembab
tidak merasa 11. Atur intake untuk
tercekik, irama cairan
nafas, frekuensi mengoptimalkan
pernafasan keseimbangan.
dalam rentan 12. Monitor respirasi
normal, tidak atau status O2.
ada suara nafas
abnormal)
3. Tanda Tanda
vital dalam
rentang normal
(tekanan darah,
nadi,
pernafasan)

NOC NIC 1. Membantu


1. Pain Level, Pain Management mengevalusai derajat
Nyeri akut 2. Pain control 1. Lakukan pengkajian ketidaknyamanan
3. Comport level nyeri secara terjadinya komplikasi
Setelah melakukan komprehensif 2. Membantu
tindakan termasuk lokasi, mengevalusai derajat
keperawatan selama karakteristik, durasi, ketidaknyamanan
3x24jam/hari frekuensi, kualitas terjadinya komplikasi
diharapkan dan factor presipitasi 3. Mengetui pengalaman
Kriteria hasil : 2. Observasi reaksi nyeri pasien
1. Mampu nonverbal dari 4. Untuk mengethui
mengontrol ketidaknyamanan intensitas nyeri dan
nyeri (tahu 3. Gunakan teknik untuk pengawasan
penyebab nyeri, komunikasi 5. Mengukur
mampu terapeutik untuk keberhasilan
menggunakan mengetahui perawatan yang
tehnik pengalaman nyeri dilakukan pada klien
nonfarmakologi pasien 6. Mengukur
untuk 4. Kaji kultur yang keberhasilan
mengurangi mempengaruhi perawatan yang
nyeri, mencari respon nyeri dilakukan pada klien
bantuan) 5. Evaluasi 7. Menurunkan nyeri
2. Melaporkan pengalaman nyeri
52

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil

bahwa nyeri masa lampau yang dirasakan


berkurang 6. Evaluasi bersama 8. Dukungan keluarga
dengan pasien dan tim meningkatkan
menggunakan kesehatan lain kenyamanan pasien
manajegen nyeri tentang dan tim 9. Berhubungan dengan
3. Mampu kesehatan lain proses infeksi
mengenali nyeri tentang 10. Membantu
(skala,intensitas ketidakefektifan mengevalusai derajat
, frekuensi dan control nyeri masa ketidaknyamanan
tanda nyeri) lampau terjadinya komplikasi
4. Menyatakan 7. Bantu paien dan 11. Membantu
rasa nyaman keluarga untuk mengevalusai derajat
setelah nyeri mencari dan ketidaknyamanan
berkurang menemukan terjadinya komplikasi
dukungan 12. Mengetahui onset
8. Control lingkungan lakukan pengkajian
yang dapat nyeri
mempengaruhi nyeri 13. Mengatasi nyeri
seperti suhu 14. Pemahaman pasien
ruangan, tentang penyebab yeri
pencahayaan dan 15. Mengurangi nyeri
kebisingan 16. Membantu
9. Kurangi factor mengevalusai derajat
presipitasi nyeri ketidaknyamanan
10. Pilih dan lakukan terjadinya komplikasi
penanganan nyeri 17. Membantu
11. Pilih dan lakukan mengevalusai derajat
penangnan nyeri ketidaknyamanan
12. Kaji tipe dan sumber terjadinya komplikasi
nyeri untuk
menentukan
intervensi
13. Ajarkan tentang
teknik
nonfarmakologi
nyeri
14. Evaluasi kefektifan
control nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasi dengan
dokter jika ada
keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri

Ketidakseimb NOC NIC 1. Megurangi factor


angan nutrisi 1. Nutritional Nutritional Management resiko gangguan
kurang dari Status 1. Kaji adanya alergi nutrisi
kebutuhan 2. Nutritional makanan 2. Memenuhi kebutuhan
Status : food 2. Kolaborasi dengan nutrisi
and fluid intake ahli gizi untuk 3. Membantu
53

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi Rasional


Hasil

3. Nutritional menentukan jumlah pembentukan sel


Status : kalori dan nutrisi darah merah
nutrition intake yang dibutuhkan 4. Mempertahankan
4. Weight control pasien. kelembaban kulit dan
Setelah 3. Anjurkan pasien cairan dalam tubuh
dilakukan untuk meningkatkan 5. Menjaga
tindakan intake Fe keseimbangan tubuh
keperawatan 4. Anjurkan pasien 6. Pencegahan
selama untuk meningkatkan konstipasi
3x24/jam protein dan vitamin 7. Menjaga
diharapkan C keseimbangan nutrisi
Kriteria Hasil : 5. Berikan substansi 8. Menjaga
1. Adanya gula keseimbangan nutrisi
peningkatan 6. Yakinkan diet yang pasien
berat badan dimakan 9. Mencapai kebutuhan
sesuai dengan mengandung tinggi nutrisi tubuh yag
tujuan serat untuk sesuai
2. Berat badan mencegah konstipasi 10. Menjaga
ideal sesuai 7. Berikan makanan keseimbngan tubuh
dengan tinggi yang terpilih (sudah 11.Menjaga
badan dikonsultasikan keseimbangan nutrisi
3. Mampu dengan ahli gizi)
mengindetifikas 8. Ajarkan pasien
i kebutuhan bagaimana membuat
nutrisi catatan makanan
4. Tidak ada tanda harian
tanda malnutrisi 9. Monitor jumlah
5. Menunjukkan nutrisi dan
peningkatan kandungan kalori
fungsi 10. Berikan informasi
pengecapan dari tentang kebutuhan
menelan nutrisi
6. Tidak terjadi 11. Kaji kemampuan
penurunan berat pasien untuk
badan yang mendapatkan nutrisi
berarti yang dibutuhkanya

2.2.3 Pelaksanaan

Merupakan realisasi dari rencana tindakan keperawatan yang

diberikan kepada pasien oleh perawat, dengan tujuan umum untuk

membantu klien dalam mencapai hasil yang telah ditetapkan yang

mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan

kesehatan dan memasilitasi koping.

Tiga fase implementasi keperawatan yaitu : fase persiapan,

meliputi pertama pengetahuan tentang rencana, validasi rencana,


54

pengetahuan, dan keterampilan mengimplementasikan rencana, kedua

fase persiapan klien, ketiga fase persiapan lingkungan berdasarkan

dengan intervensi yang direncanakan (Nursalam, 2012).

2.2.4 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan.

Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus yang

bertujuan untuk menilai apakah tujuan yang hendak dicapai barhasil

atau tidak. Ada tiga alternatif dalam penilaian keberhasilan tujuan

yaitu tujuan tercapai, tujuan tercapai sebagian, dan tujuan tidak

tercapai.

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara

hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan

untuk melihat keberhasilannya.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang

operasional dengan pengertian:

S : Ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara obyektif

oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.

O : Keadaan subyektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamat yang objektif setelah implementasi

keperawatan.

A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif

dan masalah keluarga yang dibandingkan dengan kriteria dan standar

yang telah ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan

keluarga.
55

P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis pada

tahap ini ada 2 evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh perawat.

Pada tahap ini ada dua evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh

perawat, yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil

implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan

sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan

menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa

keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian,

diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan (Suprajitno,

2011).

Apabila dalam penilaian, tujuan tidak tercapai maka perlu

dicari penyebabnya. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor :

1. Tujuan tidak realitas

2. Tindakan keperawatan yang tidak jelas

3. Ada faktor lingkungan yang tidak dapat diatasi

Adapun metode yang digunakan dalam penilaian yaitu:

1. Observasi langsung : mengamati secara langsung perubahan

yang terjadi dalam keluarga.

2. Wawancara : mewawancarai keluarga yang berkaitan dengan

perubahan sikap, apakah telah menjalankan anjuran yang

diberikan perawat.

3. Memeriksa laporan : dapat dilihat dari rencana asuhan

keperawatan yang dibuat dan tindakan yang dilaksanakan

sesuai dengan rencana.


56

4. Latihan stimulasi : latihan stimulasi berguna dalam

menentukan perkembangan kesanggupan melaksanakan asuhan

keperawatan.

2.3 Metode Water Tepid Sponge

2.3.1 Pengertian

Tepid water sponge dapat dilakukan dengan meletakkan anak

pada bak mandi yang berisi air hangat atau dengan mengusap dan

melap seluruh bagian tubuh anak dengan air hangat (Sharber, 1997).

Tepid water sponge bertujuan untuk mendorong darah ke permukaan

tubuh sehingga darah dapat mengalir dengan lancar. Tindakan tepid

water sponge juga akan memberikan sinyal ke hipotalamus anterior

yang nanti akan merangsang sistem effektor sehingga diharapkan

terjadi penurunan suhu tubuh pada anak (Filipinomedia, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Sharber (1997) pada anak

menunjukkan bahwa tepid water sponge ditambah acetominophen

dapat menurunkan suhu tubuh anak lebih cepat dibandingkan dengan

acetominophen itu sendiri. Penelitian lain tentang tepid sponge juga

dilakukan oleh Setiawati (2009), dimana penelitian ini melihat

pengaruh tepid sponge terhadap penurunan suhu tubuh dan

kenyamanan pada anak usia prasekolah dan sekolah. Studi literatur

tentang pemberian antipiretik disertai tepid sponge menunjukkan

bahwa tindakan ini efektif menurunkan demam dibandingkan jika

pemberian antipiretik saja.


57

Tepid water sponge sering direkomendasikan untuk

mempercepat penurunan suhu tubuh (Corrad, 2002; Carton, et al.,

2001, dalam Setiawati, 2009).

Pemberian tepid water sponge pada daerah tubuh akan

mengakibatkan anak berkeringat. Tepid water sponge bertujuan untuk

mendorong darah ke permukaan tubuh sehingga darah dapat mengalir

dengan lancar. Ketika suhu tubuh meningkat dan dilakukan tepid

water sponge, hipotalamus anterior memberi sinyal pada kelenjar

keringat untuk melepaskan keringat. Tindakan ini diharapkan akan

terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal

kembali (Filipinomedia, 2010).

2.3.2 Teknik Metode Water Tepid Sponge

Tahap-tahap pelaksanaan tepid water sponge (Rosdahl &

Kowalski, 2008, dalam Setiawati, 2009):

1. Tahap persiapan

a. Jelaskan prosedur dan demonstrasikan kepada keluarga cara

tepid water sponge.

b. Persiapan alat meliputi ember atau baskom untuk tempat air

hangat (37°C-40°C), lap mandi/wash lap, handuk mandi,

selimut mandi, perlak, termometer digital.

2. Pelaksanaan

a. Beri kesempatan klien untuk buang air sebelum dilakukan

tepid water sponge.


58

b. Ukur suhu tubuh klien dan catat. Catat jenis dan waktu

pemberian antipiretik pada klien.

c. Buka seluruh pakaian klien dan alas klien dengan perlak.

d. Tutup tubuh klien dengan handuk mandi. Kemudian basahkan

wash lap atau lap mandi, usapkan mulai dari kepala, dan

dengan tekanan lembut yang lama, lap seluruh tubuh, lakukan

sampai ke arah ekstremitas bawah secara bertahap. Lap tubuh

klien selama 15 menit. Pertahankan suhu air (37°C-40°C).

e. Apabila wash lap mulai mengering maka rendam kembali

dengan air hangat lalu ulangi tindakan seperti diatas.

f. Hentikan prosedur jika klien kedinginan atau menggigil atau

segera setelah suhu tubuh klien mendekati normal. Selimuti

klien dengan selimut mandi dan keringkan. Pakaikan klien baju

yang tipis dan mudah menyerap keringat.

g. Catat suhu tubuh klien sebelum dan sesudah tindakan.


59

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis/Desain/Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah

adalah desain studi kasus. Penilitian desain studi kasus adalah studi yang

mengeksplorasi suatu masalah keperawatan dengan batasan terperinci,

memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai sumber

informasi.

Penelitian studi kasus dibatasi oleh waktu dan tempat, serta kasus yang

dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu. Penelitian studi kasus ini

adalah studi untuk mengeksplorasi masalah “Pemberian Water Tepid Sponge

Pada Anak Dengan Dengue Haemoragic Fever di Rumah Sakit Umum Daerah

Provinsi NTB”.

3.2 Subyek Studi Kasus

Subyek merupakan orang yang dijadikan sebagai responden untuk

mengambil kasus, Subyek penelitian yang digunakan adalah 1 pasien dengan

masalah keperawatan yaitu dengan Pemberian Water Tepid Sponge Pada

Anak Dengan DHF.

3.3 Fokus Studi

Penerapan prosedur metode pemberian water tepid sponge pada anak

dengan DHF.
60

3.4 Definisi Operasional

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit menular

yang berbahaya. Penyakit ini dapat menimbulkan wabah dan menyebabkan

kematian dalam waktu yang singkat. (Meilany, 2010).

Tepid water sponge bertujuan untuk mendorong darah ke permukaan

tubuh sehingga darah dapat mengalir dengan lancar. Tindakan tepid water

sponge juga akan memberikan sinyal ke hipotalamus anterior yang nanti akan

merangsang sistem efektor sehingga diharapkan terjadi penurunan suhu tubuh

pada anak (Filipinomedia, 2010).

3.5 Instrumen Studi Kasus

Instrument penelitian yang digunakan dalam study kasus ini yaitu :

3.5.1 Alat Untuk Perawatan Metode Water Tepid Sponge

1. Ember atau baskom untuk tempat air hangat (37°C-40°C)

2. Lap mandi/wash lap

3. Handuk mandi

4. Selimut mandi

5. Perlak

6. Termometer digital.

3.5.2 Alat tulis (bolpoint, penghapus)

Digunakan untuk meengisi format penelitian.

3.5.3 Lembar observasi (check list)

Dalam penelitian ini, lembar observasi digunakan bertujuan

untuk mengetahui secara langsung dan menggali bagaimana hasil

tindakan dari pemberian water tepid sponge pada anak dengan DHF.
61

3.5.4 Lembar wawancara

Lembar wawancara berisi pertanyan penerapan metode

pemberian water tepid sponge pada anak dengan DHF. Dalam

penelitian ini, pewancaraa mengajukan pertanyaan sesuai dengan

daftar pertanyaan yang sudah disiapkan.secara sistematis.

3.6 Metode Pengumpulan Data

3.6.1 Biofisiologis (pengukuran yang berorientasi pada dimensi

fisiologis manusia, baik invivo maupun invitro)

Metode ini akan dilakukan peneliti dengan melakukan

pemeriksaan fisik/fisiologis pada responden dengan tekhnik melihat,

meraba, mengetuk serta mendengarkan, dan melakukan pengamatan

yang tersirat atau respon dari angota tubuh yang diperiksa.

3.6.2 Observasi (terstruktur dan tidak terstruktur)

Metode ini akan dilakukan peneliti dengan meengamati

keadaan responden mulai dari mencatat tingkah laku tanda dan geja

responden, mengamati lingkungan, suasana sekitar responden yang

mungkin tidak bisa tercantum dalam hasil wawancara dan kuesioner.

3.6.3 Wawancara

Metode ini akan dilakukan peneliti dengan cara terstruktur

yaitu mengajukan pertanyaan yang sudah tersusun dengan sistematis

oleh peneliti sehigga mengetahui informasi apa saja yang akan di

dapat, selain itu peneliti juga akan menggunakan tekhnik tatap muka

langsung atau secra tidak langsung (melalui handphone) dengan


62

responden tanpa menggunakan pedoman wawancara yang sudah

disusun sitematis.

3.7 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

Penelitian studi kasus akan di laksanakan dirumah Di Rumah Sakit Umum

Daerah Provinsi NTB di Ruang Nanggu sejak bulan Februari sampai bulan

April 2019.

3.8 Analisis Data Dan Penyajian Data

Analisa data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara

mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisa yang

digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penelitian yang

diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk

menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik analisa digunakan dengan cara

observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk

selanjutnya diinterpretasikan oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai

bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan dalam

analisis adalah :

3.8.1 Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil anamnesa mendalam. Hasil ditulis dalam

bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip.

3.8.2 Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun

teks naratif. Kerahasiaan dari responden dijamin dengan jalan


63

mengaburkan identitas dari responden atau dengan menggunakan inisial

nama.

3.8.3 Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi.

3.9 Etika Studi Kasus

Etika yang mendasari suatu penelitian, terdiri dari :

3.9.1 Informed consent (persetujuan menjadi responden)

Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden (Hidayat, 2010).

3.9.2 Anonimity (tanpa nama)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden

pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan

(Hidayat,2010).

3.9.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian,baik

informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang

telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya


64

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Hidayat,2010).

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di ruang Gili Nanggu RSUD Provinsi NTB. Gili

Nanggu merupakan ruang perawatan khusus anak yang memiliki 8 ruang

perawatan, 1 ruangan dapat menampung 2-3 pasien anak. Rumah sakit ini

merupakan rujukan bagian timur yang beralamatkan di Jl. Prabu Rangkasari,

Dasan Cermen, Sandubaya, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.

4.2 Hasil Study Kasus

4.2.1 Pengkajian

Tgl Masuk : 19 Juli 2019

Tgl Pengkajian : 19 Juli 2019

1. Identitas

a. Anak

Nama : An. B No. RM :

Jenis Kelamin : Perempuan

TTL/Umur : Ketangga 12 Desember 2008/ 10

Tahun 7 Bula 19 Hari

Alamat : Ketangga, Kateng, Praya

Agama : Islam

Suku/bangsa : Sasak

Dx. Medis : DHF Grade 1


65

b. Orang tua

1) Ayah

Nama : Tn. A

Umur : 39 tahun

Pekerjaan : Wirausaha

Pendidikan : SMP

Agama : Islam

Alamat : Ketangga, Kateng, Praya

2) Ibu

Nama : Ny. N

Umur : 35 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Alamat : Ketangga, Kateng, Praya

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan utama

Ibu pasien mengatakan anaknya panas.

b. Riwayat penyakit sekarang

Ibu pasien mengatakan pasien dibawa ke IGD

RSUDP NTB pada tanggal 19 juli 2019 jam 11.45 wita

dengan keluhan panas tinggi sejak 6 hari lalu dan disertai

nyeri perut. Sebelum dirawat di IGD RSUDP NTB, pasien

dirawat di rumah selama 2 hari dengan keluhan mual


66

muntah beserta demam dan pusing. Lalu pasien dibawa ke

Rumah Sakit Risa dan pasien diberikan obat penurun panas

tetapi demam pasien tidak kunjung turun, dan pasien

dirujuk ke IGD RSUD Provinsi NTB. Selama di IGD

pasien terpasang infus diberikan obat injeksi ranitidine

15mg melalui IV, dokter telah mendiagnosa pasien

menderita penyakit DHF Grade 1, kemudian pasien

dianjurkan untuk menjalani perawatan di Ruang Anak Gili

Nanggu RSUD Provinsi NTB.

Dari hasil pengkajian pada tangga 19 Juli 2019, jam

17.30 wita ibu pasien mengatakan badan anaknya teraba

panas, masih demam, tidak ada nafsu makan, pasien hanya

menghabiskan kurang lebih 2-3 sendok makan, minum air

putih 3-4 gelas perhari (kurag lebih 800 ml/hari), pasien

masih merasa mual tetapi tidak muntah dan pusing, ibu

selalu bertanya tentang kondisi penyakit anaknya. Ibu

pasien mengatakan sering mendengar informasi tentang

penyakit DBD dari tetangga dan internet, tetapi ibu tidak

mengetahui tindakan awal untuk menangani tanda dan

gejala pada DBD. Pasien tampak lemas, akral hangat,

pasien teraba panas, turgor kulit baik, kulit tampak kering,

CRT < 2 detik, tampak terbaring di tempat tidur, mukosa

bibir tampak kering dan tampak pecah-pecah.

c. Riwayat penyakit dahulu


67

Ibu pasien mengatakan bahwa pasien pernah

mengalami penyakit diare 2 minggu yang lalu dan hanya

dirawat di rumah.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Ibu pasien mengatakan tidak ada penyakit apapun

yang pernah diderita oleh keluarga pasien.

e. Genogram.

: laki - laki

: perempuan

: pasien

:garis pernikahan

: garis keturunan

f. Riwayat kesehatan lingkungan


68

Kondisi sekitar lingkungan tempat tinggal pasien sangat

padat, dibelakang rumah pasien terdapat sungai dan

terkadang warga sekitar membuang sampah di sungai

tersebut.

3. Riwayat imunisasi

Ibu pasien mengatakan pasien mendapatkan imunisasi

lengkap.

4. Riwayat alergi

Ibu pasien mengatakan pasien tidak memiliki riwayat alergi

terhadap apupun.

5. Riwayat bio, psiko, sosial dan spiritual (Virginia henderson)

a. Pola pernafasan

Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan sebelum sakit pasien

tidak memiliki masalah pernafasan, seperti

sesak nafas dan tidak mengalami nyeri saat

bernafas.

Saat sakit : ibu pasien mengatakan anaknya tidak

mengalami sesak nafas, batuk, dan

respirasi pasien 20x/menit.

b. Pola eliminasi

Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan sebelum sakit BAB

1-2 kali sehari konsistensi lembek, bau khas


69

feses, BAK 5-6 x/hari, warna kuning

jernih.

Saat sakit :ibu pasien mengatakan BAB 1x sehari

konsistensi lembek, bau khas feses, BAK 3-

4 x/hari warna kuning.

c. Pola nutrisi

Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien makan 3x

sehari dengan komposisi, nasi, dan

sayur-sayuran selalu menghabiskan porsi

yang disediakan oleh ibunya, pasien

biasa minum 7-8 gelas air sehari.

Saat sakit : ibu pasien mengatakan pasien anaknya

merasa mual tetapi tidak muntah, pasien

hanya makan 2-3 sendok makan yang

disediakan oleh Rumah Sakit dan minum

3-4 gelas sehari (kurang lebih 800

ml/hari), dan tidak ada alergi terhadap

makanan.

d. Pola personal hygine

Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien mandi dan

gosok gigi 2x/hari, pagi setelah selesai

sarapan dan sebelum tidur. Pasien


70

keramas 3 kali seminggu sebelum

berangkat sekolah, dan pasien

melakukan secara mandiri tanpa

bantuan.

Saat sakit : ibu pasien mengatakan selama dirawat

pasien dibantu oleh orang tua dan

perawat untuk gosok gigi dan mandi

dengan cara diseka 2 kali sehari yaitu

pagi dan sore.

e. Pola istirahat tidur

Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien tidak

pernah mengalami gangguan dalam

istirahat. Biasanya pasien bisa tidur

malam kurang lebih 7-8 jam dari pukul

21.00-05.00 wita, dan tidur siang kadang

hanya 2 jam.

Saat sakit : ibu pasien mengatakan anaknya sering

terbangun saat tidur malam karena demam

yang tinggi, ibu pasien mengatakan

anaknya bisa tidur malam kurang lebih 6-

7 jam dari pukul 21.00-05.00 wita dan

tidur siang pukul 12.00-15.00 wita.

f. Pola keseimbangan tubuh


71

Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien sangat aktif

bermain dengan teman sebayanya diluar

rumah.

Saat sakit : ibu pasien mengatakan pasien hanya

bermain di tempat tidurnya ditemani

dengan keluarganya.

g. Kebutuhan rasa aman dan nyaman

Sebelum sakit: ibu pasien mengatakan pasien merasa

aman dan nyaman jika bersama keluarga

dan teman-temannya.

Saat sakit : ibu pasien mengatakan pasien merasa

tidak nyaman dengan kondisi yang

sekarang karena berada dirumah sakit.

h. Kebutuhan spiritual

Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien

mengatakan anaknya bisa melakukan

ibadah seperti sholat dan mengaji setiap

selesai sholat magrib bersama teman-

teman sebanyanya.

Saat sakit : ibu pasien mengatakan pasien tidak

dapat melakukan ibadah sepeti biasanya.

i. Kebutuhan bermain dan rekreasi

Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien sering

bermain dengan teman-teman


72

sebayanya, pasien sering bermain

bersama teman-temannya dibelakang

rumah.

Saat sakit : ibu pasien mengatakan pasien tidak dapat

bermain lagi dengan teman-temannya,

dan pasien merasa tidak nyaman dengan

lingkungan barunya.

j. Kebutuhan berkomunikasi

Sebelum sakit: ibu pasien mengatakan pasien dapat

berkomunikasi dengan baik dengan

orang-orang yang ada disekitarnya.

Saat sakit : ibu pasien mengatakan pasien dapat

berkomunikasi dengan baik dengan

orang-orang yang ada disekitarnya.

k. Kebutuhan berpakaian

Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien dapat

menggunakan baju yang biasa digunakan

untuk bermain.

Saat sakit : ibu pasien mengatakan pasien

menggunakan baju yang tebal dan tidak

menyerap keringat.

l. Pengaturan suhu tubuh


73

Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien tidak

memiliki masalah dengan suhu

tubuhnya.

Saat sakit : ibu pasien mengatakan pada awal

dirasakannya penyakit, anaknya sering

mengalami demam dengan suhu 37,8oC,

badannya teraba hangat, kaki dan tangan

teraba hangat, bibir kering dan ibu

pasien mengatakan selama dirawat

dirumah sakit anaknya mengalami

demam, biasanya pasien memberikan

kompres air hangat pada dahi pasien,

menggunakan pakaian dengan kain yang

tebal dan tidak menyerap keringat.

m. Kebutuhan belajar

Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien bisa belajar

dan pergi ke sekolah setiah hari.

Saat sakit : ibu pasien mengatakan pasien belum

mampu untu bersekolah kembali seperti

biasanya.

n. Kebutuhan bekerja

Sebelum sakit : ibu pasien mengatakan pasien belum

cukup umur untuk bekerja karena pasien

masih bersekolah
74

Saat sakit : ibu pasien mengatakan pasien belum

cukup umur untuk bekerja karena pasien

masih bersekolah

6. Pemeriksaan fisik (head to toe)

a. Keadaan umun : lemah.

b. Tanda-tanda Vital :

TD : - mmHg RR : 20x/menit

N : 90 x/menit S : 37,8 ˚C

c. Antropometri

TB : 119 cm LIDA : 65 cm

BB : 25 kg LIKA : 53 cm

d. Head to toe

Tabel 4.1 Head to toe


Head to Inspeksi Palpasi Perkusi Aus
toe kultasi

Kepala Bulat,rambut Tidak


lurus, kulit ada nyeri
kepala bersih, tekan.
tidak ada lesi. Teraba
panas
37,8oC

Mata Simetris kanan


kiri, konjungtiva
anemis, sclera
tidak ikterik,
reflek pupil (+),
reflek berkedip
(+).

Hidung Tampak simetris,


tidak ada polip,
tidak ada secret
yang keluar dari
75

Head to Inspeksi Palpasi Perkusi Aus


toe kultasi

hidung

Wajah Bersih, tampak Dahi


pucat. teraba
panas

Mulut Bibir tampak


kering, lidah
bersih, tidak
terdapat
pembesaran
tonsil. Gigi
tampak utuh dan
tidak ada
sariawan.

Telinga Tidak terdapat


dahak, simetris
kanan kiri,
tampak bersih

Leher Tidak terdapat Tidak


pembesaran vena adanya
jugularis,tidak pembeng
terdapat kakan
pembesaran tiroid.
kelenjar tyroid,
tamppak besih.

Dada Simetris, tidak Tidak Suara paru Terden


terdapat tarikan terdapat sonor gar
diding dada, nyeri suara
tidak ada lesi, tekan nafas
RR 20x/menit vesikul
er

Abdomen Tidak terdapat terdapat Bising


benjolan, warna nyeri usus
kulit sama tekan 15x/m
dengan area enit
sekitarnya

Ekstermita Tampak bersih, akral


s tidk terdapat lesi, teraba
tidak terdapat hangat
fraktur,
Tidak terdapat
edema kekuatan
otot 5.

Genetalia Besih, tidak


terdapat lesi,
tidak terdapat
edema
76

Head to Inspeksi Palpasi Perkusi Aus


toe kultasi

Integumen Bersih, wana CRT < 2


t kulit merata, detik,
tidak terdapat akral
kelainan teraba
hangat

7. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
Tanggal : 19 Juli 2019
Tabel 4.2 hasil laboratorium
Hasil Nilai Normal

HB : 13,7 gr/dl 10-16 gr/dl

RBC : 4,74 10 ̂ 6/ 3,80 – 5,80 106/ mm3

HCT : 41 % 35,0 – 50,0 %

WBC : 5,2 x 103/ 3,5 – 10, 0 L 103/mm3

PLT : 42 x 10 ̂ 3/ 150-390 L 103/mm3

SPOT/SPGT 141/74

8. Terapi

Tanggal : 19 Juli 2019

a. Infus RL

b. Ranitidin 50mg

c. Pct sirup 3x3 cc/oral


77

4.2.2 Diagnosa Keperawatan


Tabel 4.3 Analisa Data

No Symptom Etiologi Problem

1 DS : Infeksi virus Dengue Hipertermi


1. Ibu pasien
mengatakan
pasien teraba
panas Menyerang antibodi
2. Ibu pasien
mengatakan
anaknya masih
demam Viremia

DO :
1. Suhu tubuh Demam
pasien 37,8oC
2. Teraba panas
3. Akral hangat
4. Nadi :90x/menit
5. Tidak ada bitnik
merah diseluruh
estermitas

2 DS : Kurang Pengetahuan Kurang


Pengetahuan
1. Ibu mengatakan Tentang
tidak mengetahui Penanganan
tentang Hipertermi Pada
penanganan awal Demam Berdarah
pada penyakit
DHF.
2. Ibu tampak
menanyakan
penyakit
anaknya.
DO :
1. Pendidikan
terakhir ibu ialah
SD

Tabel 4.4 Rumusan Diagnosa Keperawatan


Tanggal No Diagnosa Keperawatan
/jam Dx

19/07/2019 1 Hipertermi berhubungan dengan infeksi virus dengue,


(11.50 ditandai dengan ibu pasien mengatakan anaknya demam,
WITA) ibu pasien mengatakan pasien teraba panas, akral hangat
dan tidak ada tampak bintik merah ada ekstermitas,
mukosa bibir kering RR 20x/menit, Suhu 37,8oC.

19/07/2019 2 Kurang pengetahuan tentang penanganan hipertermi pada


demam berdarah ditandai dengan ibu pasien megatakan
78

Tanggal No Diagnosa Keperawatan


/jam Dx

(11.50 tidak mengetahui tentang penanganan awal pada penyakit


WITA) DHF, pendidikan terakhir ibu ialah SD, ibu tampak
menanyakan penyakit anaknya.

Tabel 4.5 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional
Kep kriteria hasil

Hipertermi Setelah 1. Monitor suhu 1. Mengetahui


Dilakukan sesering peningkatan
Tindakan mungkin dan penurunan
Keperawatan suhu.
Selama 2. Mengetahui
3x24/jam 2. Monitor IWL cairan yang
diharapkan hilang.
Kriteria Hasil : 3. Mengetahui
1. Suhu tubuh suhu tubuh
dalam 3. Monitor secara pasti.
rentan warna dan
normal suhu kulit 4. Acuhan untuk
(36,5- mengetahui
37,5oC) keadaan umum
2. Nadi dan 4. Monitor pasien
RR dalam tekanan darah, 5. Untuk
rentang nadi, dan RR mengetahui
normal (N : tingkat
85- kesadaran
5. Monitor
100x/mnt; pasien.
penurunan
RR : 22-
tingkat
30x/mnt) 6. Mengurangi
kesadaran
3. Tidak ada demam
perubahn
warna kulit 7. Mengatasi
dan tidak 6. Berikan demam
ada pusing antipiretik

7. Berikan
pengobatan
untuk 8. Membuat
mengatasi pembuluh darah
penyebab tepi di kulit
demam melebar dan
mengalami
vasodilatasi
8. Lakukan tepid sehingga pori-
sponge. pori kulit akan
membuka dan
mempermudah
pengeluaran
panas, sehingga
79

akan terjadi
penurunan suhu
tubuh.

9. Proses
hilangnya
panas akan
terhalangi
oleh
pakaian
9. Tingkatkan tebal dan
sirkulasi udara tidak dapat
dengan cara menyerap
memakai keringat
pakaian yang
mudah
menyerap
keringat

Kurang Setelah 1. Jelaskan 1. Mengetahui


pengetahuan Dilakukan patofisiologi perjalanan
Tindakan dari penyakit penyakit
Keperawatan dan
Selama bagaimana
3x24/jam hal ini
diharapkan berhubungan
Kriteria Hasil : dengan
1. Keluarga anatomi dan
pasien fisiologi,
menyatakan dengan cara
pemahaman yang tepat.
tentang 2. Gambarkan 2. Penjabaran
penykit, proses proses
kondisi, penyakit, patofisiologi
prognosis sampai
dengan cara
dan program munculnya
pengobatan. yang tepat. tanda dan gejala
2. Keluarga penyakit.
pasien 3. Sediakan 3. Kondisi
mampu informasi penyakit pasien
menjelaskan pada sehingga dapat
kembali apa keluarga dirawat secara
yang mandiri.
tentang
dijelaskan
perawat/ tim kondisi,
kesehatan dengan cara
lainnya. yang tepat.
4. Instruksikan 4. Penjabaran
pada proses
keluarga patofisiologi
sampai
mengenai
munculnya
tanda dan tanda dan gejala
gejala untuk penyakit.
melaporkan
80

pada pemberi
perawatan
kesehatan,
dengan cara
yang tepat.

Tabel 4.6 Implementasi Keperawatan


Hari/tgl No Implementasi Respon Hasil Paraf
/jam Dx

Jumat 1 1. Mengobservasi TTV 1. S: 37,8˚C N : Azkia


19/07/2 90x/menit RR :
019 20x/menit.
12.30
WITA

13.00 1 2. Demam menurun Perawat


WITA 2. Memberikan obat tidak ada reaksi
atas istruksi dokter alergi.
PCT sirup 5cc untuk
menurunkan demam
dan injeksi ampiciliin
250 mg/IV.
13.30 1 Azkia
WITA
3. Menganjurkan 3. Pasien menggunakan
menggunakan pakaian yang tipis
pakaian yang longgar (baju dalam).
dan tipis.

14.20 1 Azkia
WITA
4. Pasien mau
4. Melakukan water mengikuti arahan
14.40 tepid sponge. dari perawat
WITA 1 Azkia

5. Mengobservasi suhu 5. S: 37,5˚C.


tubuh pasien setelah
15.00 1 melakukan tindakan
WITA water tepid sponge. Azkia
6. Menganjurkan 6. Keluarga pasien mau
keluarga pasien utuk mengikuti instruksi
81

Hari/tgl No Implementasi Respon Hasil Paraf


/jam Dx

melakukan water dari perawat


tepid sponge saat
pasien demam
16.00 1 Perawat
WITA
7. Pasien tampak
7. Mengganti cairan tenang, infus lancer
infus infus RL 7 tpm Perawat
16.30
WITA 8. Pasien tanpak tenang
dan suhu tubuh
8. Memberikan obat pasien menurun
penurun panas PCT
sirup atas instruksi Azkia
17.00 dokter 5 cc peroral
WITA 9. Panas berkurang
37,3˚C
9. Mengobservasi suhu Perawat
18.00 tubuh
WITA 10. Pasien tanpak lebih
10. Melakukan water tenang dari
tepid spoge oleh sebelumnya
keluarga karena
21.30 pasien teraba panas
WITA Perawat

11. Memberikan obat 11. Pasien tanpak


22.00 penurun panas PCT tenang dan suhu
WITA sirup atas instruksi tubuh pasien
dokter 5 cc peroral menurun Perawat

12. S: 36,9oC
12. Mengobservasi suhu

Sabtu 1 1. Memonitor tekstur 1. Kulit pasien teraba Azkia


20/07/2 kulit kering.
019
09.00
WITA

09.30 1 Azkia
WITA 2. Memonitor suhu 2. Pasien tampak
tubuh tampak demam

10.00 1 3. Melakukan tindakan 3. Pasien mau Azkia


WITA water tepid sponge mengikuti arahan
dari pearawat

11.00
82

Hari/tgl No Implementasi Respon Hasil Paraf


/jam Dx

WITA 1 Azkia
4. Mengobservasi suhu 4. S: 37,9˚C
tubuh.

13.00
WITA 1 5. Melakukan tindakan 5. Pasien bersedia Azkia
water tepid sponge melakukan tindakan
water tepid sponge

15.00
WITA 6. Memberikan obat 6. Demam berkurag Perawat
1 penurun panas atas S:36,7˚C Pasien
instruksi dokter sirup tampak menangis.
PCT 5 cc/oral.

perawat

15.40 7. Mengobservasi TTV


WITA 1 7. S: 36,7˚C, N :
90x/Menit perawat
RR: 20x/menit
8. Menanyakan
15.50 kembali tanda dan 8. Pasien tampak
1 gejala penyebab dan tenang.
penanganan penyakit
Minggu pasien Azkia
21/07/2
019 1
09.00
WITA 1. Mengkaji keluhan 1. Ibu pasien
pasien mengatakan
anaknya masih Azkia
1 demam

2. Suhu tubuh
09.10 2. Mengobservasi suhu pasien 37,90C
WITA 1 tubuh pasien Azkia

3. TTV pasien:
3. Memonitor tekanan TD :
darah, nadi, dan RR 110/mmHg
Nadi : 90
x/menit
RR : 20
x/menit
09.30 Suhu :37,9oC
WITA 1
Azkia

11.00 4. Pasien tampak


4. Menciptakan
83

Hari/tgl No Implementasi Respon Hasil Paraf


/jam Dx

WITA 1 lingkungan yang lebih nyaman Azkia


nyaman

5. Menganjurkan 5. Pasien tampak


12.00 pasien untuk banyak minum 1 gelas
WITA 1 minum air putih Azkia

12.30
1 6. Melakukan tindakan 6. Pasien Azkia
WITA
water tepid sponge mengikuti
arahan dari
pasien
13.30
WITA 1 Azkia
7. Suhu : 36,8
7. Mengobservasi suhu
tubuh pasien
14:00
WITA
1
8. Pasien tanpak
8. Membantu lebih nyaman
mengantikan pasien
14:20 baju tipis dan
WITA Perawat
menyerap keringat
1
9. Menganjurkan 9. Pasien tampak
pasien untuk minum 5-6
menambah intake gelas
cairan
16:00
WITA 1 Perawat
10. Memberikan obat 10. Pasien tanpak
penurun panas PCT tenang dan
sirup atas instruksi tidak tampak
dokter 5 cc peroral alergi
17:00
WITA 1
Perawat
11. Memberikan terapi
sesuai perogeram 11. Obat msuk
dokter melalui infus. dengan lancer
dan tidak ada
keluhan
Perawat
12. Memberikan terapi
sesuai perogeram
dokter injeksi 12. Tidak tampak
ranitidin 15 mg/IV adanya alergi
Menganjurkan
pasien makan selagi
84

Hari/tgl No Implementasi Respon Hasil Paraf


/jam Dx

hangat

Tabel 4.7 Evaluasi Keperawatan


No Evaluasi hari ke 1 Evaluasi hari ke 2 Evaluasi hari ke 3
Dx Jum’at , 19 juli Sabtu , 20 juli 2019 Minggu , 21 juli 2019
2019 Jam : 15.00 wita Jam : 12.30 wita
Jam : 14.40 wita
1 S: S: S:
Ibu pasien Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan
mengatakan pasien demamnya sudah sedikit demamnya sudah turun
teraba panas turun O:
O: O: Suhu tubuh pasien,
Suhu tubuh pasien, Suhu tubuh pasien, 36,7 36,8oC, teraba tidak
37,80C, teraba panas, o
C, teraba panas, akral panas, akral dingin, nadi :
akral hangat, nadi : hangat, nadi :90x/menit, 90x/menit, tidak ada
90x/menit, tidak ada tidak ada bitnik merah bintik merah diseluruh
bitnik merah diseluruh estermitas ekstermitas
diseluruh estermitas A:
Masalah hipertermi
85

No Evaluasi hari ke 1 Evaluasi hari ke 2 Evaluasi hari ke 3


Dx Jum’at , 19 juli Sabtu , 20 juli 2019 Minggu , 21 juli 2019
2019 Jam : 15.00 wita Jam : 12.30 wita
Jam : 14.40 wita
A: A: teratasi
Masalah hipertermi Masalah hipertermi P:
teratasi sebagian teratasi sebagian Intervensi di hentikan
pasien pulang
P: P:
Intervensi di Intervensi di lanjutkan
lanjutkan 1. Monitor suhu sesering
1. Monitor suhu mungkin
sesering mungkin 2. Monitor tekanan darah,
2. Monitor IWL nadi, dan RR
3. Monitor warna 3. Berikan antipiretik
dan suhu kulit 4. Berikan pengobatan
4. Monitor tekanan untuk mengatasi
darah, nadi, dan penyebab demam
RR 5. Lakukan tepid sponge.
6. Berikan antipiretik
7. Berikan
pengobatan untuk
mengatasi
penyebab demam
8. Lakukan water
tepid sponge.

4.3 Pembahasan

Pada BAB 4 ini peneliti akan mencoba untuk menguraikan tentang

kesenjangan yang terjadi antara tinjauan teori dan tinjauan kasus yang

ditemukan selama penerapan “ Pemberian Water Tepid Sponge Pada Anak


86

dengan DHF” dari tanggal 19 Juli 2019 sampai 21 Juli 2019 di Ruang Gili

Nanggu RSUD Provinsi NTB.

Pengumpulan data pada tanggal 19 juli 2019 pukul 12.30 WITA dengan

mengadakan wawancara terhadap orang tua pasien, observasi, pemeriksaan

fisik, dan dokumentasi status pasien yang menunjang dalam pengkajian,

diperoleh data pasien datang ke RSUDP NTB pada hari kamis tanggal 19 juli

2019 sekitar pukul 11.45 Wita. Pasien beridentitas nama An. B berumur 10

tahun 7 bulan 19 hari, berjenis kelamin perempuan, alamat Ketangga, Praya

Lombok Tengah, agama islam dan suku sasak. Pengumpulan data pada pasien

tidak dilakukan sekaligus karena diselingi dengan kegiatan pelaksanaan

tindakan keperawatan.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada pasien pada hari Jum’at 19

Juli 2019 didapatkan keluhan ibu pasien mengatakan anaknya demam, pasien

masih merasa mual dan pusing. Pasien tampak lemas, suhu pasien 37,8oC,

akral hangat, tidak ada tampak bintik kemerahan (peteki), mukosa bibir

tampak kering, bibir tampak pecah-pecah. Secara teori tanda dan gejala

penyakit DHF adalah : Penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri

otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik merah pada kulit,

hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar

getah bening, pembesaran hati (Ngastiyah, 2005).

Pada saat peneliti melakukan wawancara terkait dengan kondisi

lingkungan rumah An. B didapatkan, kondisi lingkungan tempat tinggal

pasien yang dimana sekitar tempat tingga pasien sangat padat, dibelakang

rumah pasien terdapat sungai dan terkadang warga sekitar membuang sampah
87

di sungai tersebut. Pada pengkajian pola fungsi kesehatan menggunakan

fungsi virginia handerson ditemukan juga masalah tentang kebutuhan bermain

dan rekreasi yang dimana ibu pasien mengatakan pasien sering bermain

dengan teman-teman sebayanya, pasien sering bermain bersama teman-

temannya dibelakang rumah. Secara teori ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Kasjono H (2008) munculnya kejadian DBD, dikarenakan

penyebab majemuk, artinya munculnya kesakitan karena berbagai faktor yang

saling berinteraksi, diantaranya agent (virus dengue), host yang rentan serta

lingkungan yang memungkinan tumbuh dan berkembang biaknya nyamuk

Aedes. Diketahui faktor yang berpengaruh terhadap kejadian DHF adalah

pendidikan dan pekerjaan masyarakat, jarak antar rumah, keberadaan tempat

penampungan air, keberadaan tanaman hias dan pekarangan serta mobilisai

penduduk; sedangkan tata letak rumah dan keberadaan jentik tidak menjadi

faktor risiko (Roose A, 2008).

Dari hasil pengkajian riwayat penyakit dahulu didapatkan bahwa ibu

pasien mengatakan pasien pernah mengalami diare 2 minggu yang lalu dan

hanya dirawat di rumah, sehingga kemungkinan dapat menyebabkan imun

anak rentan tertular penyakit. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa terdapat antibodi spesifik terhadap jenis virus tertentu, maka dapat

mencegah penyakit yang diakibatkan oleh virus tersebut, tetapi sebaliknya

apabila antibodinya tidak dapat menetralisasi virus, justru akan menimbulkan

penyakit yang berat (Soegijanto S., 2002).

Pada An. B didapatkan dua masalah keperawatan utama yaitu:

Hipertermi. Perencanaan terhadap diangnosa hipertermi salah satu tindakan


88

keperawtan yang bisa dilakukan menurut (Dewi, 2016) bahwa water tepid

sponge adalah salah satu metode fisik untuk menurunkan suhu tubuh bila anak

mengalami demam. Water tepid sponge dapat menurunkan suhu tubuh melalui

proses evaporasi (penguapan). Water tepid sponge menyebabkan suhu tubuh

di luar akan hangat sehingga tubuh akan merespon bahwa suhu di luar cukup

panas, akhirnya tubuh akan menurunkan pengatur suhu di dalam otak supaya

tidak meningkatkan suhu pengatur tubuh, dengan suhu di luar hangat akan

membuat pembuluh darah tepi di kulit melebar dan mengalami vasodilatasi

sehingga pori-pori kulit akan membuka dan mempermudah pengeluaran

panas, sehingga akan terjadi penurunan suhu tubuh. Pemberian kompres air

hangat ini dilakukan di tempat tempat tertentu di bagian tubuh.

Tindakan water tepid sponge ini dilakukan secara mandiri oleh peneliti,

sedangkan keluarga hanya melihat dan sesekali membantu memegangi An. B

agar tenang. Peneliti juga mengajarkan tindakan keperawatan yang peneliti

lakukan agar keluarga dapat menerapkannya di rumah jika pasien kembali

sakit ataupun jika ada anggota keluarga lain yang mengalami hipertermi.

Sebelum melakukan tindakan water tepid sponge ini, ada beberapa tahap yang

dilakukan oleh peneliti, seperti berkenalan dan menjelaskan tujuan pemberian

water tepid sponge.

Peneliti melakukan tindakan water tepid sponge secara hati-hati dan

perlahan karena kekuatan kerangka tulang dan organ anak masih dalam masa

pertumbuhan. Peneliti juga melakukan tindakan ini dengaan kooperatif agar

tindakan berjalan dengan lancar dan efektif. Kelancaran dan keefektifan ini

ditandai dengan anak yang kooperatif serta anak tidak menangis saat peneliti
89

melakukan tindakan water tepid sponge. Sebelum dilakukan kompres maka

peneliti perlu melakukan observasi terhadap suhu pasien yang berfungsi untuk

menngetahui peningkatan dan penurunan suhu pasien.

Adapun langkah-langkah dari pemberian water tepid sponge dimulai

dengan cara melakukan verfikasi program perawatan pasien, menyiapkan alat

diantara lain termometer, sarung tangan, perlak, satu set pakaian bersih, wadah

pakaian kotor, selimut mandi, waslap, baskom berisi air, handuk, termos berisi

air panas, termometer air. Kemudian memberikan salam pada keluarga dan

dan anak, lalu menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga,

menanyakan persetujuan sebelum tindakan dilakukan. Selanjutnya

menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan, dekatkan peralatan

dengan tempat tidur pasien, tutup jendela atau gorden untuk menjaga privasi,

cuci tangan, kenakan sarung tangan, ukur suhu tubuh klien, tuang air panas ke

dalam baskom berisi air hingga suhu air mencapai 40-46 derajat celcius

(diukur dengan cara meneteskan air di punggung tangan), pasang perlak di

bawah tubuh pasien, pasang selimut mandi, lepaskan pakaian pasien, celupkan

waslap ke dalam baskom dan usapkan ke seluruh tubuh pasien. Ulangi

tindakan tersebut beberapa kali setelah kulit pasien kering, kaji perubahan

suhu setiap 15-20 menit sekali, hentikan prosedur jika suhu tubuh mendekati

normal, miringkan tubuh pasien dengan handuk, mapikan peralatan, lepaskan

sarung tangan, bantu pasien merapikan pakaian dan tempat tidurnya, kaji

kenyamanan pasien, cuci tangan, dokumentasikan tindakan yang sudah

dilakukan. Suhu tubuh pada pasien setelah pemberian kompres tepid sponge
90

rata-rata dapat mengalami penurunan sebesar 1,40 C dalam waktu 20 menit

(Dewi, 2016).

Setelah dilakukan tindakan water tepid sponge selama 3 hari hasil

evaluasi terhadap pasien pada An. B, semua masalah yang terjadi sudah

teratasi. Pasien An. B masuk Rumah Sakit pada hari Jum’at 19 Juli 2019

dirawat oleh penulis mulai tanggal 19-21 Juli 2019. Pasien menunjukkan suatu

perubahan yang signifikan kearah yang lebih baik, semakin hari kondisi

pasien secara umum semakin membaik, Ibu pasien mengatakan demamnya

sudah turun, suhu tubuh pasien 36,8 oC, teraba tidak panas, akral dingin, nadi :

90x/menit, tidak ada bintik merah diseluruh ekstermitas. Kemudian pada

tanggal 22 Juli 2019 jam 14.00 Wita, pasien An. B sudah dibolehkan pulang.

4.4 Keterbatasan Study Kasus

Keterbatasan study kasus yang ditemukan pada peneliti pada An. B

dengan DHF yaitu kondisi anak yang kurang mendukung karena anak manja

terhadap ibunya dan sulit untuk melakukan pendekatan terhadap anak tersebut.

Keterbatasan alat untuk melakukan penelitian seperti tidak adanya alat untuk

mengukur suhu air, sehingga peneliti hanya mengukur suhu air dengan cara

manual yaitu meneteskan air di punggung tangan. Keterbatasan peneliti juga

terletak pada kesulitan mencari pasien yang mengalami penyakit DHF, karena

diketahui DHF merupakan penyakit yang muncul pada waktu tertentu.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
91

Berdasarkan studi kasus pada An. B yang mengalami DHF

Grade 1 dikarenakan tanda dan gejala yang di temui pada An. B antara

lain : S : 37,8oC, N : 90x/menit, RR :20x/menit, akral teraba hangat dan

ditemukan dua masalah keperawatan utama yaitu hipertermi dan kurang

pengetahuan, sehingga dilakukan kompres dengan metode water tepid

sponge. Setelah dilakukan water tepid sponge selama 3x 24 jam.

Pemberian water tepid sponge dikatakan cukup efektif dapat menurunkan

panas pada anak dengan DHF.

5.2 Saran

5.2.1 Masyarakat

Bagi ibu yang memiki anak dengan riwayat penyakit DHF

diharapkan dapat melakukan tindakan water tepid sponge secara

mandiri pada anaknya maupun keluarga dekat yang mengalami

hipertermi.

5.2.2 Bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


keperawatan
Bagi STIKES YARSI Mataram diharapkan untuk

mengadakan pemahaman tentang water tepid sponge dan

meningkatkan sarana informasi terbaru tentang pemberian water

tepid sponge.

5.2.3 Bagi rumah sakit

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi


87
atau masukan bagi tenanga kesehatan yang ada di RSUDP NTB
92

dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang pemberian water

tepid sponge pada anak dengan dengue haemoragic fever.

5.2.4 Peneliti

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan

water tepid sponge dengan metode yang lebih lengkap. Sehingga

dapat meningkatkan kesembuhan pasien dengan hipertermi.


DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Widya Harwina. 2010. Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta: TIM.
Asmadi. (2008). Teknik prosedural keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan
dasar klien. Jakarta: EGC.
Bare Brenda G, Smeltzer Suzan C. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 1,
EGC, Jakarta.
Brunner, Suddarth.(1997). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.
Egram, (2011) Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta: EGC.
Jeremi. (2007). Ilmu Penyakit Dalam. EGC. Jakarta.
Lackman’s (1996).Care Principle and Practise Of Medical Surgical Nursing,
Philadelpia : WB Saunders Company.
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius.
Marini. (2014). Perawatan Anak Sakit. EGC. Jakarta.
Misniadiarly. (2012). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica.
Muttaqin, Arif. 2014. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernspasan.Jakarta : Salemba Medika.
NANDAN, NIC & NOC, 2010,Pengantar Proses Keperawatan, EGC,Jakarta.
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC.
Nursalam, 2008, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan
Bidan), Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, 2011, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan
Bidan), Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam, 2013, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (Untuk Perawat dan
Bidan),Jakarta:Salemba Medika.
Price Anderson Sylvia, Milson McCarty Covraine, Patofisiologi, buku-2, Edisi 4,
EGC, Jakarta.
Suriadi, SKp, MSN. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: Sagung
Seto.
Tim Penyusun. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 3. Volume II, 2001, FKUI.

93
95

DAFTAR PUSTAKA

Ali Hamid, Muhammad. 2011. “Keefektifan Kompres Tepid Sponge yang


Dilakukan Ibudalam Menurunkan Demam pada Anak : Randomized
Control Trial Di Puskesmas Mumbulsari Kabupaten
Jember”.http://eprints.uns.ac.id/7020/1/211211812201107501.pdfdiakses
tanggal 13 Juni 2014 pukul 14.28 WIB.

Artini, G. A., & Pratana, W. A. (2017). Gambaran Pola Penataksanaan Demam


Berdarah Dengue (DBD) Pada Anak Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Buleleng Tahun 2013. E-Jurnal Medika, VOL 6
NO 5, 22.

Ayu, E. I., Irnawanti, W., & Mulyanti. (2015). Kompres Air Hangat pada Daerah
Aksila dan Dahi Terhadap Penurunan Suhu Tubuh pada Pasien Demam di
PKU Muhammadiyah Kutoarjo. Journal ners and midwifery indonesia ,
11.

Dewi, A. K. (2016). Perbedaan Penurunan Suhu Tubuh Antara Pemberian


Kompres Air Hangat Dengan Tepid Sponge Bath Pada Anak Demam.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah , 64.

KEMENKES. (2016). Profil Kesehatan Indonesia. Retrieved Januari 3, 2018,


from
www.depkes.go.id:http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/
lainlain/Data%20dan%20Informasi%20Kesehatan%20Profil
%20Kesehatan%20 Indonesia%202016%20-%20%20smaller%20size
%20-%20web.pdf

Nanda, (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &


NANDA NIC NOC. Yogyakarta: Mediaction

Nisa, W. D., Notoatmojo, H., & Rohman, A. (2013). Karakteristik Demam


Berdarah Dengue pada Anak di Rumah Sakit Roemani Semarang. Jurnal
Kedokteran Muhammadiyah Volume 1 , 94.

Nursalam, (2012). Peroses & Dokumentasi Keperawatan: Konsep Dan Praktik,


Jakarta: Salemba Medika.

Warsidi E. Bahaya dan Pencegahan DBD. Bekasi: Mitra Utama; 2009.

WHO. Dengue and Severe dengue 2005 [cited 2016 28 Februari]. Available from:
http://who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/.
96

.
Lembar Observasi Pelaksanaan Fisioterapi dada Pada Pneumonia Di Ruangan Gili
Nanggu Rumah Sakit Umum Provinsi NTB

No Tanggal Uraian Sebelum tindakan Sesudah tindakan


1 RR 45x/menit 43x/menit
Rabu, Dahak Tampak kental dan Tampak kental dan
19 juni berwarna kehijauan masih berwarna
2019 (pasien tampak sulit kehijauan (pasien
mengeluarkan dahak) tampak mampu
mengeluarkan dahak
namun belum
optimal)
sianosis Tidak terdapat sianosis Tidak terdapat
sianosis
Dipsnea Masih terdapat napas Masih terdapat nafas
cepat cepat
Tarikan Terdapat tarikan Terdapat tarikan
diding dada dinding dada dinding dada secara
dangkal
Bunyi Terdapat suara napas Terdapat suara napas
nafas tambahan (ronchi) tambahan (ronchi)

2 RR 28x/menit 26x/menit
Kamis, Dahak Tampak encer dan Tampak encer dan
20 juni berwarna putih (pasien berwarna putih(pasien
2019 tampak mampu tampak mampu
mengeluarkan dahak) mengeluarkan dahak)
sianosis Tidak terdapat sianosis Tidak terdapat
sianosis
Dipsnea Napas cepat berkurang Napas cepat
berkurang
Tarikan Terdapat tarikan Tidak terdapat tarikan
diding dada dinding dada secara dinding dada
dangkal
Bunyi Terdapat suara napas Terdapat suara napas
nafas tambahan (ronchi) tambahan (ronchi)

3 RR 26x/menit 25x/menit
Jumat, Dahak Tampak encer dan Tampak encer dan
21 juni berwarna putih berwarna putih.
2019
Sianosis Tidak terdapat sianosis Tidak terdapat
sianosis
Dipsnea Napas cepat berkurang Napas cepat
berkurang
Tarikan Tidak terdapat tarikan Tidak terdapat tarikan
No Tanggal Uraian Sebelum tindakan Sesudah tindakan
diding dada dinding dada dinding dada
Bunyi Terdapat suara napas Terdapat suara napas
nafas tambahan (ronchi) tambahan (ronchi)
FORMAT PENGKAJIAN
9. Identitas
c. Anak
Nama :
Jenis Kelamin :
TTL/Umur :
Alamat :
Agama :
Suku/bangsa :
Dx. Medis :
d. Orang tua
3) Ayah
4) Ibu
10. Riwayat Kesehatan
g. Keluhan utama
h. Riwayat penyakit sekarang
i. Riwayat penyakit dahulu
j. Riwayat Penyakit Keluarga
k. Genogram.
l. Riwayat kesehatan lingkungan
11. Riwayat kehamilan dan persalinan
a. Prenatal
b. Intranatal
c. Post natal
12. Riwayat imunisasi
13. Riwayat alergi
14. Riwayat bio, psiko, sosial dan spiritual (Virginia henderson)
o. Pola pernafasan
Sebelum sakit :
Saat sakit :
p. Pola eliminasi
Sebelum sakit :
Saat sakit :
q. Pola nutrisi
Sebelum sakit :
Saat sakit :
r. Pola personal hygine
Sebelum sakit :
Saat sakit :
s. Pola istirahat tidur
Sebelum sakit :
Saat sakit :
t. Pola keseimbangan tubuh
Sebelum sakit :
Saat sakit :
u. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Sebelum sakit:
Saat sakit :
v. Kebutuhan spiritual
Sebelum sakit :
Saat sakit :
w. Kebutuhan bermain dan rekreasi
Sebelum sakit :
Saat sakit :
x. Kebutuhan berkomunikasi
Sebelum sakit:
Saat sakit :
y. Kebutuhan berpakaiaan
Sebelum sakit :
Saat sakit :
z. Pengaturan suhu tubuh
Sebelum sakit : .
Saat sakit :
aa. Kebutuhan belajar
Sebelum sakit :
Saat sakit :
bb. Kebutuhan bekerja
Sebelum sakit :
Saat sakit :
15. Pemeriksaan fisik (head to toe)
e. Keadaan umun
f. Tanda-tanda Vital
g. Antropometri
h. Head to toe
16. Pemeriksaan penunjang
17. Terapi
2. Diagnosa Keperawatan
1. Analisa Data
No Symtom Etiologi Problem

1
2

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan


Tanggal /jam No Dx Diagnosa
Keperawatan
1
2
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Kep Tujuan dan Intervensi Rasional
Kriteria Hasil
1
2

4. Implementasi Keperawatan
Hari/tgl No Dx Implementasi Respon Hasil Paraf
/jam

5. Evaluasi Keperawatan
No Evaluasi hari Evaluasi hari Evaluasi hari Evaluasi hari
Dx ke 1 ke 2 ke 3 ke 4

1 .
2
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
“FISIOTERAPI DADA”

OLEH:
SOLATIYAH
031 SYE 16

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D.III
MATARAM
2019
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
FISIOTERAPI DADA

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Prosedur Tetap Ditetapkan oleh :


Tanggal terbit

Pengertian Fisioterapi dada merupakan tindakan yang dilakukan pada klien yang
mengalami retensi sekresi dan gangguan oksigenasi yang memerlukan
bantuan untuk mengencerkan atau mengeluarkan sekresi
Tujuan 1. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
2. Memperkuat otot pernapasan
3. Mengeluarkan secret dari saluran pernapasan
4. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan
oksigen yang cukup.
Persiapan 1. Persiapan Alat
1) Handuk kecil.
2) Tisu wajah
3) Sputum pot
2. Persiapan Pasien
1) Ucapkan salam
2) Kontrak topik, waktu, dan tempat
3) Jelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan
3. Persiapan Lingkungan
1) Ciptakan lingkungan nyaman bagi klien
2) Duduk berhadapan atau berdampingan dengan klien
3) Jaga privasi klien.

Prosedur 1. Tutup area yang akan dilakukan perkusi dengan handuk untuk
mengurangi ketidaknyamanan
2. Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips
breathing
3. Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada
pergelangan tangan saat pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien
inspirasi
4. Istirahatkan pasien
5. Ulangi vibrasi hingga 3X, minta pasien untuk batuk
Indikator 1. Mendemonstrasikan batuk efektif
Pencapaian 2. Suara nafas yang bersih
3. Tidak adanya sianosis dan dyspnea ( mampu mengeluarkan sputum,
mampu bernafas dangan mudah, tidak ada pursed lips)
4. Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentan normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
5. Adanya laporan sesak berkurang .
6. Adanya laporan Batuk hilang.
7. Tidak ada suara nafas tambahan.
8. Anak tidak gelisah/rewel.
9. RR dalam rentan normal
a. Bayi baru lahir 35 x/menit
b. 1-11 bulan 30 x/ menit
c. 2 tahun 25 x/ menit
d. 4-12 tahun 19-23 x/menit
e. 14-18 tahun 16-18 x/menit

Sumber Rujukan Brunner, Suddarth.(1997). Buku ajar keperawatan medikal


bedah. Jakarta: EGC.

Muttaqin, Arif (2014). Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Sistem Pernspasan. Jakarta : Salemba
Medika
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Fisioterapi Dada

Sub Pokok Bahasan : Pengertian Dan jenis Fisioterapi Dada

Sasaran : Pasien Anak Yang Ada Di Ruang Gili Nanggu

Hari/Tanggal : Rabu 19 Juni 2019

Waktu : 1 x 30 menit

Tempat : Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi NTB

A. LATAR BELAKANG
Fisioterapi dada ini meliputi rangkaian: postural drainage, clapping/perkusi, dan
vibrasi. Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna
bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi
dada ini walaupun caranya kelihatan tidak istimewa tetapi ini sangat efektif dalam
upaya mengeluarkan sekret dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi
paru yang terganggu

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Pada akhir proses penyuluhan, peserta dapat mengetahui pengertian
dan jenis fisioterapi dada pada anak
2. Tujuan Khusus :
Setelah mengikuti penyuluhan tentang hipertensi selama 1 X 30
menit diharapkan peserta dapat :
1) Menyebutkan pengertian dari fisioterapi dada.
2) Mengerti tekhnik dalam melakukan fisioterapi dada.
3) Mengetahui tujuan Fisioterapi

C. SASARAN
1. Sasaran Langsung
Sasaran langsung pada keluarga dengan anak yang mengalami masalah
pernafasan, yang membutuhkan penangan dengan fisioterapi dada.

2. Sasaran Tidak Langsung


Sasaran tidah langsung pada penyuluhan fisioterapi dada yaitu klien/
pasien di ruang ruangan yang memliki keluarga/ anak yang mengalami
masalah pernafasan yang berada di ruang gili nanggu
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. MEDIA
- Leaflet
F. SETTING TEMPAT
- Peserta duduk di kursi
- Penyaji didepannya
G. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
 Peserta hadir
 Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di ruang gili nanggu
 Jadwal, alat bantu atau media, pengorganisasian, proses penyuluhan
dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi Proses
 Peserta antusias terhadap materi penyuluhan
 Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
 Peserta mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan secara benar.
3. Evaluasi Hasil
 Peserta mengetahui tentang pengertian fisioterapi dada
 Peserta mengerti tentang tekhnik yang telah dijelaskan
 Peserta hadir saat pertemuan
PELAKSANAAN KEGIATAN

No
Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta Waktu
.

1. Pembukaan a. Membuka kegiatan - Menjawab salam 3 menit


dengan mengucapkan
salam
b. Memperkenalkan diri - Menjabat tangan
c. Menjelaskan tujuan - Mendengarkan
dari penyuluhan
d. Menyebutkan materi
yang akan diberikan. - Memberi respon

2. Pelaksanaan Menyampaikan materi : 15


menit
a. Menjelaskan tentang - Mendengarkan
pengertian fisioterafi dan
dada memperhatikan
b. Menjelaskan Jenis
fisioterapi dada
c. Memberi kesempatan
kepada peserta untuk
bertanya

3. Evaluasi a. Tanya jawab - Menjawab 10


Pertannyaan menit
- Mendengarkan
b. Menyimpulkan hasil
materi

4 Penutup  Mengucapkan terima - Mendengarkan 2 Menit


kasih atas peran serta
 Mengucapkan salam
penutup - Menjawab salam
FISIOTERAPI DADA

A. Pengertian
Fisioterapi dada adalah salah satu dari pada fisioterapi yang sangat
berguna bagi penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis.
Fisioterapi dada ini dapat digunakan untuk pengobatan dan pencegahan pada
penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan
neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti
fibrosis dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik.
Fisioterapi dada adalah suatu rangkaian tindakan keperawatan yang terdiri atas
perkusi dan vibrasi, postural drainase, latihan pernapasan/napas dalam, dan batuk
yang efektif. (Brunner & Suddarth, 2002: 647). Tujuan: untuk membuang sekresi
bronkial, memperbaiki ventilasi, dan meningkatkan efisiensi otot-otot pernapasan.

B. Tujuan Fisioterapi Dada


Tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah:

1. Mengembalikan dan memelihara fungsi otot-otot pernafasan


2. Membantu membersihkan sekret dari bronkus
3. Untuk mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran
sekret
4. Meningkatkan efisiensi pernapasan dan ekspansi paru
5. Klien dapat bernapas dengan bebas dan tubuh mendapatkan oksigen yang
cukup
6. Mengeluarkan sekret dari saluran pernapasan.
C. Jenis – jenis dan tekhnik fisioterapi dada.
1. Clapping/ Perkusi
Tepukkan atau pukulan ringan pada dinding dada klien menggunakan
telapak tangan yang dibentuk seperti mangkuk, tepukan tangan secara
berirama dan sistematis dari arah atas menuju kebawah. Selalu perhatikan
ekspresi wajah klien untuk mengkaji kemungkinan nyeri. Setiap lokasi
dilakukan perkusi selama 1-2 menit.

Tujuan untuk menolong pasien mendorong / menggerakkan sekresi


didalam paru-paru yang diharapkan dapat keluar secara gaya berat,
dilaksanakan dengan menepuk tangan dalam posisi telungkup.
a. Tujuan:
Perkusi dilakukan pada dinding dada dengan tujuan melepaskan atau
melonggarkan secret yang tertahan.
2. Vibrasi
Vibrasi adalah kompresi dan getaran kuat secara serial oleh tangan yang
diletakan secara datar pada dinding dada klien selama fase ekshalasi pernafasan.
Vibrasi dilakukan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara ekspirasi
sehingga dapat melepaskan mucus kental yang melekat pada bronkus dan
bronkiolus. Vibrasi dan perkusi dilakukan secara bergantian, ekspirasi.

Vibrasi dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih


pada dada kemudian dengan dorongan bergetar. Kontra indikasinya adalah patah
tulang dan hemoptisis.
a. Tujuan
Vibrasi digunakan setelah perkusi untuk meningkatkan turbulensi udara
ekspirasi dan melepaskan mukus yang kental. Sering dilakukan bergantian
dengan perkusi.
3. Postural Drainase
Postural drainase adalah pengaliran sekresi dari berbagai segmen paru
dengan bantuan gravitasi. Postural drainase menggunakan posisi khusus yang
memungkinkan gaya gravitasi membantu mengeluarkan sekresi bronkial. Sekresi
mengalir dari bronkiolus yang terkena ke bronki dan trakea lalu membuangnya
dengan membatukkan dan pengisapan
a. Tujuan
menghilangkan atau mencegah obstruksi bronkial yang disebabkan oleh
akumulasi sekresi. Dilakukan sebelum makan (untuk mencegah mual,
muntah dan aspirasi ) dan menjelang/sebelum tidur.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. ( 2002: 647). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta:
EGC http://www.rsazra.co.id/RSAZRA/index.php/tutorials-mainmenu-
48/artikelkesehatanmenu/rehabilitasimedis/314-rehabilitasimedisartikel6
FISIOTERAPI rangkaian tindakan tubuh mendapatkan
DADA oksigen yang cukup
keperawatan yang
terdiri atas perkusi
6. Mengeluarkan
dan vibrasi, postural
sekret dari saluran
drainase, latihan
pernapasan
pernapasan/napas
dalam, dan batuk Jenis-jenis dan

yang efektif. (Brunner tekhnik fisioterapi

& Suddarth, 2002: dada

647). 1. Clapping/
Perkusi
Tujuan fisoterapi dada
Tepukkan atau
OLEH
Tujuan pokok pukulan ringan
SOLATIYAH fisioterapi pada pada dinding dada
031 SYE 16
penyakit paru adalah: klien
menggunakan
1. Mengembalikan dan
telapak tangan
memelihara fungsi
yang dibentuk
otot-otot pernafasan
seperti mangkuk,
2. Membantu tepukan tangan
YAYASAN membersihkan secara berirama
RUMAH SAKIT sekret dari bronkus dan sistematis dari
ISLAM NUSA
TENGGARA arah atas menuju
3. Untuk mencegah
BARAT SEKOLAH kebawah.
TIINGGI ILMU penumpukan sekret,
KESEHATAN memperbaiki
YARSI MATARAM
pergerakan dan
PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN aliran sekret
JENJANG D3
2019 4. Meningkatkan
efisiensi
APA ITU
pernapasan dan
FISIOTERAPI DADA
ekspansi paru

Fisioterapi dada 5. Klien dapat bernapas

adalah suatu dengan bebas dan


menghilangkan
atau mencegah
obstruksi bronkial
yang disebabkan
oleh akumulasi
sekresi. Dilakukan
sebelum makan
Vibrasi digunakan (untuk mencegah
setelah perkusi mual, muntah dan
untuk meningkatkan aspirasi ) dan
turbulensi udara menjelang/sebelu
Tujuan perkusi ekspirasi dan m tidur
melepaskan mukus
dilakukan pada
yang kental 4. Batuk efektif
dinding dada
3. Postural Drainase Suatu metode batuk
dengan tujuan yang benar dimana
Postural drainase
melepaskan atau pasien dapat
adalah pengaliran
melonggarkan sekresi dari menghemat energi
secret yang berbagai segmen untuk mengeluarkan
tertahan. paru dengan dahak secara

bantuan gravitasi, maksimal, dengan

tekhnik ini batuk efektif, maka

2. Vibrasi menggunakan 12 berbagai

Vibrasi adalah posisi yang berbeda. penghalang yang

kompresi dan menghambat atau

getaran kuat secara menutup saluran

serial oleh tangan pernafasan daapat

yang diletakan dihilangkan.

secara datar pada


dinding dada klien
selama fase
ekshalasi
pernafasan
Tujuan dilakuan batuk
efektif Membebasakn
jalan nafas dari
akumulasi secret,
mengurangi sesak
nafas karna akumulasi
secret.
.

Anda mungkin juga menyukai