Anda di halaman 1dari 130

KARYA TULIS ILMIAH

PENGAJARAN NUTRISI PADA KELUARGA DENGAN ANAK USIA


TODLER DENGAN STATUS GIZI BURUK DI DUSUN DASAN BAGEK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH

FE TAUFIK HIDAYAT
011 SYE 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSATENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D.III
MATARAM
2020
KARYA TULIS ILMIAH

PENGAJARAN NUTRISI PADA KELUARGA DENGAN ANAK USIA


TODLER DENGAN STATUS GIZI BURUK DI DUSUN DASAN BAGEK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

FE TAUFIK HIDAYAT
011 SYE 17

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSATENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN JENJANG D.III
MATARAM
2020
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Fe Taufik Hidayat

NIM : 011 SYE 17

Program Studi : DIII Keperawatan

Institusi : STIKES YARSI Mataram

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya


tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan
merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai
hasil tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis


Ilmiah ini hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut.

Mataram, 30 Agustus 2020


Pembuat Pernyataan

Fe Taufik Hidayat

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Haryani, SST.,M.Kes ZurriyatunThoyibah., Ners.,M.Kep


NIK.2099818 NIK. 30/0980
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

PENGAJARAN NUTRISI PADA KELUARGA DENGAN ANAK USIA


TOODLER DENGAN STATUS GIZI BURUK DI DUSUN DASAN BAGEK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH

diajukan oleh

FE TAUFIK HIDAYAT
011 SYE 17

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Pembimbing I : Haryani, SST.,M.Kes (….......................)


Tanggal :

Pembimbing II : Zurriyatun Thoyibah, Ners., M.Kep. (...........................)


Tanggal :

Mengetahui
Prodi Keperawatan Jenjang D.III
Ketua,

(Melati Inayati AB, SST.,S.Pd., Ners.,MPH)


NIK: 2109715
LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

PENGAJARAN NUTRISI PADA KELUARGA DENGAN ANAK USIA


TODDLER DENGAN STATUS GIZI BURUK DI DUSUN DASAN BAGEK
KABUPATEN LOMBOK TENGAH

diajukan oleh:
FE TAUFIK HIDAYAT
011 SYE 17

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


pada tanggal...... bulan....................... tahun........

Penguji I : Kusniyati Utami, Ners., M.Kep (...............................)


NIK.3060749

Penguji II :Haryani, SST.,M.Kes (...............................)


NIK.2099818

Penguji III :Zurriyatun Thoyibah., Ners., M.Kep (...............................)


NIK. 30/0980

Mengetahui,
Prodi Keperawatan Jenjang D.III
Ketua,

(Melati Inayati Albayani, SST.,S.Pd.,Ners.,MPH)


NIK. 2109715
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Pengajaran Nutrisi Pada

Keluarga Dengan Anak Usia Toddler Dengan Status Gizi Buruk” dapat

terselesaikan dengan baik. Adapun penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah ini

dimaksudkan untuk memenuhi syarat guna mengikuti ujian Karya Tulis Ilmiah

penelitian untuk memperoleh gelar ahli madya keperawatan (Amd.Kep) Program

Studi Keperawatan Jenjang D.3 STIKES YARSI Mataram.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak mendapat dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. H. Zulkahfi, S.Kep., Ners., M.Kes. selaku Ketua STIKES YARSI Mataram

yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk

mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi D.3 Ilmu

Keperawatan.

2. Kepala Desa Janaprie dan Keluarga pasien yang telah memberikan izin,

dukungan, dan arahan selama dilakukannya penelitian yang banyak

membantu dan memudahkan sehingga penelitian berjalan dengan lancar dan

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya.

3. Melati Inayati Albayani, SST.,S.Pd.,Ners.,MPH selaku Ketua Program Studi

D.III Keperawatan STIKES YARSI Mataram yang telah memberikan

fasilitas serta arahan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan

Diploma III Keperawatan di STIKES YARSI Mataram


4. Haryani, SST.,M.KES selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu

untuk memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dengan ikhlas dan sabar

sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

5. Zurriyatun Thoyibah, Ners., M.Kep selaku pembimbing II yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi

dengan ikhlas dan sabar sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan

tepat pada waktunya.

6. Kedua orang tua yang telah memberikan perhatian, doa, dan dukungan moril

sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada

waktunya.

7. Semua Staf pengajar dan tata usaha STIKES YARSI Mataram yang telah

banyak membantu dan memudahkan segala fasilitas sehingga Karya Tulis

Ilmiah ini selesai tepat waktu

8. Rekan-rekan seperjuangan yang telah memberikan semangat dan motivasi

dalam memberikan ide dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan

Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kemurahan hati dan budi baik

semua pihak yang telah memberikan kesempatan, dukungan, fasilitas, kritik

dan saran dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.Semoga Karya Tulis

Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.


INTISARI
PENGAJARAN NUTRISI PADA KELUARGA DENGAN ANAK USIA
TOODLER DENGAN STATUS GIZI BURUK.

FE TAUFIK HIDAYAT
(012SYE17)

Program Studi Keperawatan Jenjang D3


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan Rumah Sakit Islam Mataram

Haryani, SST.,M.Kes., Zurriyatun Thoyibah, Ners., M.Kep.

Latar belakang : Permasalahan gizi kurang yang merupakan masalah kesehatan


masyarakat, dipengaruhi beberapa faktor antara lain, penyakit infeksi, konsumsi
makanan, tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, dan pola
pemberian makan. Tujuan umum: Tujuan studi kasus ini adalah menggambarkan
asuhan keperawatan pengajaran nutrisi pada keluarga dengan anak usia toddler
dengan status gizi buruk Metode : penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan
pendekatan studi kasus. Data diperoleh dari wawancara dan observasi,
pemeriksaan fisik Subjek dari studi kasus 1 pasien. Hasil : Setelah melakukan
pengajaran nutrisi pada anak dengan satatus gizi buruk selama 3 hari keluarga
mampu mengetahui tentang pentingnya pola pemberian nutrisi pada anak dengan
gizi. Kesimpulan: Berdasarkan hasil penerapa n pada An”F” disimpulkan bahwa
asuhan keperawatan pengajaran nutrisi pada keluarga efektif dalam meningkatkan
pengetahuan ibu tentang pemberian nutrisi pada anak usia toddler dalam status gizi
buruk.
Kata Kunci : Gizi Buruk Pada Anak Usia Toddler
ABSTRACT

NUTRITION TEACHING TO FAMILIES WITH TOODLER AGE


CHILDREN WITH BAD NUTRITIONAL STATUS.

FE TAUFIK HIDAYAT
(012SYE17)

Nursing Study Program Level D3


Mataram Islamic Hospital Foundation College of Health Sciences

Haryani, SST., M.Kes., Zurriyatun Thoyibah, Ners., M.Kep.

Background: Food is an important part of human health considering that food-


borne diseases can occur at any time. Malnutrition, which is a public health
problem, is influenced by several factors, including infectious diseases, food
consumption, family income level, number of family members, mother's
education level, mother's knowledge level about nutrition, health services, family
income, food abstinence culture, and feeding patterns (Nurwijayanti 2016)
General objective: The purpose of this case study is to describe nursing care for
teaching nutrition to families with toddlers with poor nutritional status. Method:
This research is descriptive analytic with a case study approach. Data obtained
from interviews and observations, physical examination. Subjects from a case
study of 1 patient, starting in July 2020. Results: After teaching nutrition to
children with malnutrition for 3 days, the family was able to recognize the status
of malnutrition in toddlers. Nursing to teach nutrition to families with toddlers
with poor nutritional status, can increase nutritional intake in children and
increase knowledge about the programmed diet.

Keywords: Malnutrition in Toddler Age Children


DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN..........................................................................................i
SAMPUL DALAM........................................................................................ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN..............................iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................iv
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI........................................................v
KATA PENGANTAR...................................................................................vi
INTISARI .....................................................................................................vii
ABSTRAK ...................................................................................................viii
DAFTAR ISI..................................................................................................ix
DAFTAR TABEL..........................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR....................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
Latar Belakang ....................................................................................1
Rumusan Masalah................................................................................4
Tujuan Studi Kasus..............................................................................4
Manfaat Studi Kasus............................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................6
Konsep Nutrisi.....................................................................................6
Pengertian................................................................................6
Jenis Nutrisi.............................................................................6
Gizi Seimbang Pada Anak.......................................................7
Pengertian Gizi Buruk.........................................................................9
Pengertian Gizi Buruk.............................................................9
Tanda dan Gejala Gizi Buruk.................................................10
Klasifikasi...............................................................................13
Etiologi...................................................................................14
Patofisiologi............................................................................19
Pathway..................................................................................21
Pemeriksaan Penunjang..........................................................22
Penatalaksanaan......................................................................23
Komplikasi..............................................................................28
Konsep asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak usia
toddler dengan status gizi buruk.........................................................30
BAB 3 METODE PENELITIAN................................................................70
Rencana Penelitian..............................................................................70
Subyek Studi Kasus............................................................................70
Fokus Studi Kasus..............................................................................70
Definisi Operasional...........................................................................70
Instrumen Studi Kasus........................................................................71
Metode Pengumpulan Data.................................................................71
Lokasi Dan Studi Kasus......................................................................74
Analisa Data........................................................................................74
Etika Penelitian...................................................................................75

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................76


Gambaran Lokasi Penelitian...............................................................76
Hasil Studi Kasus................................................................................77
Pengkajian ..............................................................................77
Riwayat Penyakit....................................................................80
Riwayat Immunisasi (Imunisasi Lengkap).............................80
Tumbuh Kembang..................................................................80
Pengkajian Pola Kesehatan Menurut Gordon.........................84
Pengawasan Kesehatan...........................................................84
Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)..........................................84
Analisa Data............................................................................89
Rencana Keperawatan.............................................................92
Implementasi keperawatan.....................................................97
Evaluasi Keperawatan............................................................104
Pembahasan....................................................................................107
Keterbatasan studi kasus................................................................116

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN........................................................117


Kesimpulan.....................................................................................117
Saran...............................................................................................117
Masyarakat.........................................................................117
Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi Keperawatan.....................................................118
Penulis Selanjutnya............................................................118
Rumah Sakit.......................................................................118
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Table 2.1 Tabel Riwayat Imunisasi................................................................35

Tabel 2.2 Tabel Analisa Data.........................................................................47

Tabel 2.3 Tabel Intervensi Keperawatan........................................................53

Tabel 4.1 Tabel Riwayat Imunisasi Anak.......................................................80

Table 4.2 Tabel Analisa Data.........................................................................89

Table 4.3 Tabel Rencana Keperawatan..........................................................93

Tabel 4.4 Tabel Implementasi Keperawatan..................................................99

Tabel 4.5 Tabel Evaluasi...............................................................................107


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.2 Jenis Gizi Buruk...........................................................................9

Gambar 2.2 Phatway Gizi Buruk....................................................................21


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Infrom Consent


Lampiran 2 SAP (Satua Acara Pelaksanaan)
Lampiran 3 Leaflet Gizi Buruk
Lampiran 4 Surat Izin Penelitian
Lampiran 5 Surat Balasan
Lampiran 6 Dokumentasi
Lampiran 5 Konsultasi Proposal Dan KTI

i
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Makanan merupakan salah satu bagian yang penting untuk

kesehatan manusia mengingat setiap saat dapat saja terjadi penyakit -

penyakit yang diakibatkan oleh makanan. Kasus penyakit bawaan makanan

(foodborne disease) dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor – faktor

tersebut antara lain, kebiasaan mengolah makanan secara tradisional,

menyimpan dan menyajikan yang tidak bersih dan tidak memenuhi

persyaratan sanitasi (Chandra, 2012:85). Kontaminasi makanan dapat

terjadi akibat agens penyakit yang menyebabkan infeksi atau akibat proses

pembusukan (Chandra, 2012:93). Infeksi bisa berhubungan dengan

gangguan gizi melalui beberapa cara, yaitu mempengaruhi nafsu makan,

menyebabkan kehilangan bahan makanan karena muntah/diare, atau

mempengaruhi metabolisme makanan. Gizi buruk dan infeksi, keduannya

dapat bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan

sanitasi buruk (Adriani, 2014). Agar makanan dapat berfungsi dengan baik,

maka sanitasi makanan harus diperhatikan.Kebersihan makanan diantaranya

sayur harus bersih dari pestisida, kerbersihan indivdu dalam memasak

misalnya tidak memanjangkan kuku tangan, memakai masker ketika flu,

kebersihan saat mencuci alat makan dan menyimpan alat makan.Sanitasi

yang buruk dapat menyebabkan kontaminasi makanan yang menyebabkan

1
2

penyakit infeksi yang berulang sehingga tubuh tidak bisa menyerap zat – zat

makanan dengan baik dan dapat mempengaruhi status gizi.

Masalah gizi disebabkan oleh banyak faktor yang saling

mempengaruhi secara komplek.Ada penyebab langsung dan tidak langsung.

Penyebab langsung seperti, asupan gizi dan penyakit infeksi.Dalam hal ini

meskipun anak mendapat makanan cukup, tetapi sering diserang diare atau

ispa dan demam, akhirnya dapat menderita kurang gizi.Adapun penyebab

tidak langsung, seperti ketahanan pangan dalam keluarga, pola pengasuhan

anak, pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan dan ada beberapa

factor. Permasalahan gizi kurang yang merupakan masalah kesehatan

masyarakat, dipengaruhi beberapa faktor antara lain, penyakit infeksi,

konsumsi makanan, tingkat pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga,

tingkat pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu tentang gizi, pelayanan

kesehatan, pendapatan keluarga, budaya pantang makanan, dan pola

pemberian makan (Nurwijayanti 2016).

Orang tua sering memaksa anaknya untuk makan tanpa

memperhatikan kebutuhan anaknya. Kondisi ini menyebabkan anak tidak

dapat membedakan rasa lapar dan keharusan untuk makan serta

menganggap makan sebagai sebuah hukuman. Selain itu seringkali orang

tua memberikan makan bukan pada situasi makan, misalnya dengan

menonton televisi atau bermain.Hal ini menyebabkan anak berpikiran

bahwa situasi yang telah menjadi kebiasaan tersebut harus tercipta baru anak

mau makan. Kondisi lainnya adalah variasi menu yang kurang,

menyebabkananak bosan dan malas makan, namun seringkali anak malah


3

dimarahi sehingga semakin menekan anak dan tidak mau makan

(Nurwijayanti 2016).

Akibat yang timbul dari kekurangan gizi adalah malnutrisi

yang terjadi karena defisiensi protein, kalori atau keduanya, dapat

menyebabkan malnutrisi protein, yang dikenal sebagai kwashiorkor

atau marasmus. Gejalanya meliputi gangguan pertumbuhan dan

perkembangan, kelemahan otot, depigmentasi rambut kulit serta edema.

Sedangkan marasmus terjadi karena kekurangan protein dan kalori.

Manifestasi kliniknya meliputi atrofi otot, kelemahan dan edema.

Kelainan ini umumnya terjadi pada anak-anak (Nurwijayanti 2016).

Status gizi erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan

yang merupakan suatu rangkaian proses tumbuh kembang tubuh yang

berlangsung secara teratur dan terus menerus melalui tahapan – tahapan

sesuai dengan perkembangan baik struktur maupun fungsi berbagai jaringan

dan organ tubuh (Rusilanti, 2012). Keadaan bahan pangan dan peralatan

yang digunakan dalam proses pembuatan makanan yang digunakan untuk

balita seharusnya dalam keadaan bersih (steril) (Wirakusumah, 2012 : 45).

Lingkungan yang tidak sehat dapat berpengaruh terhadap status gizi, untuk

itu mencegah kontaminasi makanan dengan zat – zat yang dapat

mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan penerapan sanitasi makanan.

Gizi buruk merupakan kelainan gizi yang dapat berakibat fatal pada

kesehatan anak. Kejadian gizi buruk ini apabila tidak diatasi akan

menyebabkan dampak yang buruk bagi balita. Gizi buruk akan

menimbulkan dampak hambatan bagi pertumbuhan anak.


4

Menurut Notoatmodjo (2007), untuk melaksanakan perubahan

perilaku seseorang dapat dilakukan dengan memberikan pengetahuan. Perlu

dilakukan pemberian penyuluhan secara intensif kepada keluarga khususnya

ibu tentang pola pemberian makan yang baik di Posyandu atau melalui

acara-acara perkumpulan ibu, misalnya PKK. Melalui kegiatan ini

diharapkan ibu dapat memahami pola pemberian makan yang baik. Dengan

pola pemberian makan yang baik, diharapkan perkembangan anak juga

menjadi baik oleh karna itu. Penting terkait untuk melakukan setudi kasus

tentang pengajaran nutrisi pada keluarga dengan anak usia toddler dengan

setatus gizi buruk.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari studi kasus ini adalah bagimana asuhan

keperawatan pengajaran nutrisi pada keluarga dengan anak usia toddler pada

status gizi buruk?

1.3 Tujuan Studi Kasus

Tujuan studi kasus ini adalah menggambarkan asuhan keperawatan

pengajaran nutrisi pada keluarga dengan anak usia toddler pada status gizi

buruk

1.4 Manfaat Studi kasus

Karya tulis ilmiah ini diharapkan memberikan manfaat bagi:

1.4.1 Masyarakat

Meningkatkan pengetahuan masyarakat terutama pada

keluarga yang memiliki anak usia toddler untuk mencegah terjadinya

gizi buruk.
5

1.4.2 Bagi perkembangan ilmu penegtahuan dan teknologi

keperawatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang

bidang keperawatan dalam mempertahankan gizi normal pada anak

usia toddler.

1.4.3 Penulis

Untuk memperoleh pengalaman dalam mengimplementasikan

mempertahankan nutrisi pada anak usia toddler.


6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Nutrisi

2.1.1 Pengertian

Nutrisi adalah proses penggunaan makanan secara normal

melalui proses digesti, obsorpsi, transportasi, penyimpanan,

metabolism, dan ekskresi atau pembuangan zat yang tidak berguna

untuk mempertahankan kelansungan hidup, fungsi organ-organ tubuh,

dan tidak menghasilkan energy (Erlysita Lammarisi,2015).

Nutrisi adalah makanan dan zat gizi dalam makanan yang berguna bagi

kesehatan (Sunita Almatsir, 2013).

2.1.2 Jenis Nutrisi

1. Karbohidrat adalah satu atau beberapa senyawa kimia termasuk

gula, pati, dan serat yang mengandung atom C, H dan O dengan

rumus kimia Cn(H2O)n. Karbohidrat merupakan sumber energi

utama bagi tubuh manusia, kalau yang didapat belum 80% berasal

dari karbohidrat.

2. Lemak adalah garam yang terjadi dari pernyatuan asam lemak

dengan alkohol organik yang disebut gliserol atau gliserin.

3. Protein adalah senyawa kimia yang mengandung asam amino,

tersusun atau atom-atom C, H, O dan N. Protein berasal dari kata

proteos yang berarti menduduki tempat pertama

6
7

4. Vitamin adalah senyawa organik yang diperlukan oleh tubuh dalam

jumlah sedikit untuk mengatur fungsi-fungsi tubuh yang spesifik

seperti: pertumbuhan normal, memelihara kesehatan dan

reproduksi. Vitamin tidak dapat dihasilkan oleh tubuh, sehingga

harus diperoleh dari mengkonsumsi bahan makanan.

5. Mineral adalah zat organik yang diperlukan oleh tubuh dalam

jumlah kecil untuk membantu reaksi fungsional tubuh, misalnya

untuk memelihara keteraturan metabolisme.

6. Air merupakan komponen terbesar dari struktur tubuh manusia

kurang lebih 60-70% berat badan orang dewasa berupa air,

sehingga air sangat diperlukan oleh tubuh terutama bagi yang

melakukan olahraga atau aktivitas berat. Serat makanan termasuk

karbohidrat komplek yang tak dapat dicerna, berperan untuk

memelihara fungsi normal saluran cerna (Erlysita Lammarisi,

2015).

2.1.3 Gizi Seimbang Pada Anak

Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang

mengandung zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan

kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman

pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan

berat badan normal untuk mencegah masalah gizi (Kemenkes RI,

2014: 3)
8

Makanan anak usia 1-5 tahun

Pada usia ini anak sudah harus makan seperti pola makan

keluarga, yaitu: sarapan, makan siang, makan malam dan 2 kali

selingan. Porsi makan pada usia ini setengah dari porsi orang dewasa.

Memasuki usia 1 tahun pertumbuhan mulai lambat dan

permasalahan mulai sulit makan muncul. Sementara itu aktivitas mulai

bertambah dengan bermain sehingga makan dapat dilakukan sambil

bermain. Namun selanjutnya akan lebih baik kalau makan dilakukan

bersama seluruh anggota keluarga dengan mengajarkannya duduk

bersama di meja makan. Beberapa hal yang harus diperhaikan dalam

pemberian makan anak usia 1-5 tahun:

1) Selalu variasikan makanan yang diberikan meliputi makanan

pokok, lauk pauk, sayuran dan buah. Usahakan protein yang

diberikan juga berganti sehingga semua zat gizi terpenuhi.

2) Variasikan cara mengolah sehingga semua bahan makanan dapat

masuk, misalnya anak tidak mau makanbayam maka bayam dapat

dibuat dalam telur dadar.

3) Berikan air putih setiap kali habis makan.

4) Hindari memberikan makanan selingan mendekati jam makan

utama.

5) Ketika masuk usia 2 tahun jelaskan manfaat makanan yang harus

dimakan sehingga dapat mengurangi rasa tidak sukanya (Rizqie

Auliana,2011).
9

Gizi seimbang dapat dipenuhi dengan pemberian makanan

sebagai berikut

Kebutuhan makanan itu perlu diatur, sehingga anak

mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalamsatu

hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah:

1) Pagi hari waktu sarapan

2) Pukul 10:00 sebagai selingan tambahkan susu

3) Pukul 12:00 pada waktu makan siang

4) Pukul 16:00 sebagai selingan

5) Pukul 18:00 pada waktu malam

6) Sebelum tidur malam tambahkan susu

7) Jangan lupa kumur-kumur pakai air putih atau gosok gigi.

2.2 Pengertian Gizi buruk

Gambar 1 jenis Gizi Buruk

2.2.1 Pengertian Gizi Buruk

Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks

berat badan menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah


10

underweight (gizi kurang) dan severely underweight (gizi

buruk).Balita disebut gizi buruk apabila indeks Berat Badan menurut

Umur (BB/U) kurang dari -2 SD (standar deviasi) (Kemenkes,

2011).Gizi buruk (severemalnutrition) adalah suatu istilah teknis yang

umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran. Gizi

buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi

menahun (Sunita Almatsir, 2013).

2.2.2 Tanda dan Gejala Gizi Buruk

a. Marasmus

Marasmus terjadi disebabkan asupan kalori yang tidak

cukup.Marasmus sering sekali terjadi pada bayi di bawah 12

bulan.Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga

wajah seperti orangtua, kulit keriput, cengeng dan rewel meskipun

setelah makan, perut cekung, rambut tipis, jarang dan kusam,

tulang iga tampak jelas dan pantat kendur dan keriput (baggy pant).

b. Kwashiorkor

Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein

yang berat disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau

tinggi namun asupan protein yang inadekuat (Liansyah TM, 2015).

Beberapa tanda khusus dari kwashiorkor adalah: rambut berubah

menjadi warna kemerahan atau abu-abu, menipis dan mudah

rontok, apabila rambut keriting menjadi lurus, kulit tampak pucat

dan biasanya disertai anemia, terjadi dispigmentasi dikarenakan

habisnya cadangan energi atau protein. Pada kulit yang terdapat


11

dispigmentasi akan tampak pucat, Sering terjadi dermatitis (radang

pada kulit), terjadi pembengkakan, terutama pada kaki dan

tungkaibawah sehingga balita terlihat gemuk. Pembengkakan yang

terjadi disebabkan oleh akumulasi cairan yang berlebihan.Balita

memiliki selera yang berubah-ubah dan mudah terkena gangguan

pencernaan (Arvin Ann M, 2000).

c. Marasmus-Kwashiorkor

Memperlihatkan gejala campuran antara marasmus dan

kwashiorkor.Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung protein

dan energi untuk pertumbuhan normal.Pada penderita berat badan

dibawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda

kwashiorkor seperti edema, kelainan rambut, kelainan kulit serta

kelainan biokimia (Pudjiadi S, 2010).

Malnutrisi atau gizi buruk disebabkan oleh asupan nutrisi yang

kurang dan tidak tepat, kurangnya pengetahuan orang tua tentang

nutrisi pada anak, pola pengasuhan anak yaitu kemampuan keluarga

untuk menyediakan waktunya, perhatian dan dukungan terhadap anak

agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik, mental

maupun sosial, ketahanan pangan dalam keluarga yaitu kemampuan

anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam jumlah

yang cukup dan bergizi seimbang, dan ekonomi kelurga (Ariani,

2017).

Menurut Liansyah (2016), diagnosis gizi buruk dapat diketahui

melalui gejala klinis, antropometri dan pemeriksaan laboratorium.


12

Gejala klinis malnutrisi berbeda-beda tergantung dari derajat dan

lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita,

modifikasidisebabkan karena adanya kekurangan vitamin dan mineral

yang menyertainya.Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak

terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti

berat badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat.Salah

satu tanda gizi buruk balita adalah berat badan balita dibawah garis

merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS).Pengukuran antropometri

lebih ditujukan untuk menemukan gizi buruk ringan atau sedang.Pada

pemeriksaan antropometri, dilakukan pengukuran-pengukuran fisik

pada anak (berat badan, tinggi badan, lingkar lengan dan lingkar

kepala).

Kajian yang dilakukan oleh Blair, et.al (2003) menemukan

fakta bahwa kesehatan anak sangat bergantung pada orang tua dan apa

yang mampu dipenuhi oleh orang tua, sehingga perubahan perilaku

orang tua telah memainkan peran yang penting yang ditunjukkan

dengan adanya peningkatan kesejahteraan anak pada sedikitnya di tiga

negara berkembang bahkan intervensi yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan terbukti tidak dapat memberikan perbaikan (Sunita Almatsir,

2013).

Peran ibu perlu diperhitungkan mengingat bahwa faktor-faktor

yang mempengaruhi munculnya masalah kesehatan anak tidak lain

adalah karena faktor perilaku yang dimunculkan oleh ibu.

Permasalahan anak yang tidak tercukupi kebutuhan gizinya ini bisa


13

diartikan sebagai suatu kondisi atau kualitas hidup yang tidak

menyenangkan yang dimunculkan dari adanya perilaku kesehatan

yangtidak baik. UNICEF (2013) menyebutkan bahwa kurangnya

pangan (kemiskinan) bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan

persoalan gizi pada anak tetapi juga karena adanya anggapan dari orang

tua bahwa masalah gizi bukan merupakan masalah serius, disamping

keluarga tidak memiliki pengetahuan tentang gizi dan perilaku

kesehatan.Berbagai macam faktor memiliki pengaruh terahadap

kualitas hidup suatu individu maupun komunitas. Untuk

mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi munculnya kondisi

tersebut terkait dengan faktor manusia dan sosial, Adi (2013).

2.2.3 Klasifikasi

Untuk kepentingan praktis di klinik maupun dilapangan

klasifikasi Malnutrisi Energi Protein (MEP) ditetapkan dengan patokan

perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:

1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema: gizi kurang (MEP

ringan).

2. Berat badan 60-80% standar dengan edema: kwashiorkor (MEP

berat)

3. Berat badan <60%:marasmus (MEP berat)

4. Mlanutrisi badan <60%: marasmik kwashiorkor (MEP berat)

Malnutrisi secara umum dibedakan menjadi marasmus dan

kwashiorkor. Malnutrisi secara umum dibedakan menjadi marasmus

dan kwashiorkor.
14

1. Marasmus adalah suatu keadaan kekurangan kalori protein berat.

Namun, lebih kekurangan kalori dari pada protein. Penyebab

marasmus adalah sebagai berikut:

1) Intake kalori yang sedikit

2) Infeksi yang berat dan lama, terutama infeksi enternal

3) Kelainan struktur bawaan

4) Prematuritas dan penyakit pada masa neonates

5) Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan

tambahan yang cukup

6) Gangguan metabolism

7) Tumor hipotalamus

8) Penyapihan yang terlalu dini disertai dengan pemberian

makanan yang kurang

2. Kwashiorkor adalah suatu keadaan dimana tubuh kekurangan

protein dalam jumlah besar. Selain itu, penderita juga mengalami

kekurangan kalori. Penyebabnya adalah:

1) Intake protein yang buruk

2) Infeksi suatu penyakit.

2.2.4 Etiologi

WHO menyebutkan bahwa banyak faktor dapat

menyebabkan gizi buruk, yang sebagian besar berhubungan dengan

pola makan yang buruk, infeksi berat dan berulang terutama pada

populasi yang kurang mampu. Diet yang tidak memadai, dan penyakit

infeksi terkait erat dengan standar umum hidup, kondisi lingkungan,


15

kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan,

perumahan dan perawatan kesehatan (WHO, 2012). Banyak faktor

yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk, diantaranya adalah status

sosial ekonomi, ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik

untuk anak, dan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) (Kusriadi, 2010).

a. Konsumsi zat gizi

Konsumsi zat gizi yang kurang dapat menyebabkan

keterlambatan pertumbuhan badan dan keterlambatan

perkembangan otak serta dapat pula terjadinya penurunan atau

rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi (Krisnansari

d, 2010). Selain itu faktor kurangnya asupan makanan disebabkan

oleh ketersediaan pangan, nafsu makan anak, gangguan sistem

pencernaan serta penyakit infeksi yang diderita (Proverawati A,

2009).

b. Penyakit infeksi

Infeksi dan kekurangan gizi selalu berhubungan

erat.Infeksi pada anak-anak yang malnutrisi sebagian besar

disebabkan kerusakan fungsi kekebalan tubuh, produksi kekebalan

tubuh yang terbatas dan atau kapasitas fungsional berkurang dari

semua komponen seluler dari sistem kekebalan tubuh pada

penderita malnutrisi.

c. Pengetahuan ibu tentang gizi dan kesehatan

Seorang ibu merupakan sosok yang menjadi tumpuan

dalam mengelola makan keluarga.pengetahuan ibu tentang gizi


16

balita merupakan segala bentuk informasi yang dimiliki oleh ibu

mengenai zat makanan yang dibutuhkan bagi tubuh balita dan

kemampuan ibu untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-

hari (Mulyaningsih F, 2008). Kurangnya pengetahuan tentang gizi

akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan untuk menerapkan

informasi dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan salah satu

penyebab terjadinya gangguan gizi (Notoadmodjo S, 2003).

Pemilihan bahan makanan, tersedianya jumlah makanan yang

cukup dan keanekaragaman makanan ini dipengaruhi oleh tingkat

pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya.Ketidaktahuan ibu

dapat menyebabkan kesalahan pemilihan makanan terutama untuk

anak balita (Nainggolan J dan Zuraida R, 2010).

d. Pendidikan ibu

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka

semakin mudah diberikan pengertian mengenai suatu informasi

dan semakin mudah untuk mengimplementasikan pengetahuannya

dalam perilaku khususnya dalam hal kesehatan dan gizi (Ihsan

M.Hiswani, Jemadi, 2012). Pendidikan ibu yang relatif rendah

akan berkaitan dengan sikap dan tindakan ibu dalam menangani

masalah kurang gizi pada anak balitanya (Oktavianis, 2016).

e. Pola asuh anak

Pola asuh anak merupakan praktek pengasuhan yang

diterapkan kepada anak balita dan pemeliharaan kesehatan (Siti M,

2015). Pola asuh makan adalah praktik-praktik pengasuhan yang


17

diterapkan ibu kepada anak balita yang berkaitan dengan cara dan

situasi makan. Pola asuh yang baik dari ibu akan memberikan

kontribusi yang besar pada pertumbuhan dan perkembangan balita

sehingga akan menurunkan angka kejadian gangguan gizi dan

begitu sebaliknya (Siti M, 2015).

f. Sanitasi

Sanitasi lingkungan termasuk faktor tidak langsung yang

mempengaruhi status gizi. Gizi buruk dan infeksi kedua – duanya

bermula dari kemiskinan dan lingkungan yang tidak sehat dengan

sanitasi buruk (Suharjo, 2010). Upaya penurunan angka kejadian

penyakit bayi dan balita dapat diusahakan dengan menciptakan

sanitasi lingkungan yang sehat, yang pada akhirnya akan

memperbaiki status gizinya (Hidayat T, dan Fuada N, 2011).

g. Tingkat pendapatan

Tingkat pendapatan keluarga merupakan faktor eksternal

yang mempengaruhi status gizi balita (Mulyana DW, 2013).

Keluarga dengan status ekonomi menengah kebawah,

memungkinkan konsumsi pangan dan gizi terutama pada balita

rendah dan hal ini mempengaruhi status gizi pada anak balita

(Supariasa IDN, 2012). Balita yang mempunyai orang tua dengan

tingkat pendapatan kurang memiliki risiko 4 kali lebih

besarmenderita status gizi kurang dibanding dengan balita yang

memiliki orang tua dengan tingkat pendapatan cukup (Persulessy

V, 2013).
18

h. Ketersediaan pangan

Kemiskinan dan ketahanan pangan merupakan penyebab

tidak langsung terjadinya status gizi kurang atau buruk Masalah

gizi yang muncul sering berkaitan dengan masalah kekurangan

pangan, salah satunya timbul akibat masalah ketahananpangan

ditingkat rumahtangga, yaitu kemampuan rumahtangga

memperoleh makanan untuk semua anggotanya (Roehadi S, 2013).

i. Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga berperan dalam status gizi

seseorang.Anak yang tumbuh dalam keluarga miskin paling rawan

terhadap kurang gizi.apabila anggota keluarga bertambah maka

pangan untuk setiap anak berkurang, asupan makanan yang tidak

adekuat merupakan salah satu penyebab langsung karena dapat

menimbulkan manifestasi berupa penurunan berat badan atau

terhambat pertumbuhan pada anak, oleh sebab itu jumlah anak

merupakan faktor yang turut menentukan status gizi balita

(Faradevi R, 2017).

j. Sosial budaya Budaya mempengaruhi seseorang dalam

menentukan apa yang akan dimakan, bagaimana pengolahan,

persiapan, dan penyajiannya serta untuk siapa dan dalam kondisi

bagaimana pangan tersebut dikonsumsi. Sehingga hal tersebut

dapat menimbulkan masalah gizi buruk (Faradevi R, 2017).


19

2.2.5 Patofisiologi

1. Marasmus

Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan

tubuh akan kalori, protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet.

Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk

mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau

energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat,

protein dan lemak merupakan hal yang sangat penting untuk

mempertahankan kehidupan, karbohidrat (glukosa) dapat dipakai

oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya

kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit,

sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan. Akibatnya

katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan

menghasilkan asam amino yang segera diubah menjadi karbohidrat

di hepar dan ginjal. Selama puasa jaringan lemak dipecah menjadi

asam lemak, gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan

asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energy. Jika

kekurangan makanan ini berjalan menahun, tubuh

akanmempertahankan diri jangan sampai memecah protein lagi

seteah kirakira kehilangan separuh dari tubuh

2. Kwashiorkor

Pada defisiensi protein murni tidak terjadi katabolisme

jaringan yang sangat berlebih, karena persediaan energi dapat

dipenuhi oleh jumlah kalori dalam dietnya. Kelainan yang


20

mencolok adalah gangguan metabolik dan perubahan sel yang

menyebabkan edema dan perlemakan hati. Karena kekurangan

protein dalam diet, akan terjadi kekurangan berbagai asam amino

esensial dalam serum yang diperlukan untuk sintesis dan

metabolisme. Selama diet mengandung cukup KH, maka produksi

insulin akan meningkat dan sebagian asam amino dalam serum

yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke jaringan

otot. Makin berkurangnya asam amino dalam serum ini akan

menyebabkan kurangnya produksi albumin hepar, yang berakibat

timbulnya edema. Perlemakan hati terjadi karena gangguan

pembentukan beta-lipoprotein, sehingga transport lemak dari hati

ke depot terganggu, dengan akibat terjadinya penimbunan lemak di

hati.
21

2.2.6 Pathway

Faktor psikologis, perubahan Gangguan Gi (malabsorbsi) Faktor social ekonomi (kemiskinan,


respon imun (infeksi), penyakit bencana)
neoplasma

Peningkatan kebutuhan Kehilangan nutrient meningkat Ketidak adekuatan pemberian


kalori protein (kalori protein) ASI

Intake kalori-protein kurang Marasmus Defisit nutrisi

Penurunan masa otot, Ketidak seimbangan Asupan cairan tidak Resiko infeksi
cepat letih nutrisi kurang dari seimbang dengan
kebutuhan kebutuhan tubuh

Intoleransi Gangguan pertumbuhan Resiko ketidak seimbangan


aktivitas
Diare
dan perkembangan volume cairan

Kehilangan penyimpan Gangguan cairan tidak dapat


jaringan dan kapasitas dikoreksi
fungsional

Kehilangan fungsi homeostasis Resiko syok hipomolemik

Kematian Pemakaian jaringan lemak untuk


homeostasis tubuh

Jaringan lemak subkutan menipis

2.2 Gambar Phatway Gizi Buruk Resiko kerusakan


integritas kulit
22

2.2.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia.

Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi

tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

tingkat gizi (Supariasa, 2002). Beberapa indeks antropometri yang

sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U),

tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut

tinggi badan (BB/TB).

a. Indeks berat badan menurut umur (BB/U) Merupakan

pengukuran antropometri yang sering digunakan sebagai

indikator dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan

dan keseimbangan antara intake dan kebutuhan gizi terjamin.

Berat badan memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot

dan lemak). Massa tubuh sangat sensitif terhadap

perubahan keadaan yang mendadak, misalnya terserang

infeksi, kurang nafsu makan dan menurunnya jumlah

makanan yang dikonsumsi. BB/U lebih menggambarkan

status gizi sekarang. Berat badan yang bersifat labil,

menyebabkan indeks ini lebih menggambarkan status gizi

seseorang saat ini (Current Nutritional Status).


23

b. Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) Indeks TB/U

disamping memberikan gambaran status gizi masa lampaujuga

lebih erat kaitannya dengan status ekonomi (Beaton dan

Bengoa (1973) dalam.

c. Indeks berat badan menurut tinggi badan (BB/TB) Berat

badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan.

Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah

dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu

(Supariasa, dkk 2002).

d. Melakukan pemeriksaan darah untuk melihat ketidaknormalan

Melakukan pemeriksaan X-Ray untuk memeriksa apakah ada

kelainan pada tulang dan organ tubuh lain Memeriksa penyakit

atau kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya gizi

buruk.

2.2.8 Penatalaksanaan

Tata laksana diet pada balita KEP berat/gizi buruk ditujukan

untuk memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein serta cukup

vitamin dan mineral secara bertahap, guna mencapai status gizi

optimal.Ada 4 kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu

pemberian diet, pemantauan dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak

lanjut.
24

1. Pemberian Diet Pemberian diet pada KEP berat/gizi buruk harus

memenuhi syarat sebagai berikut :

a. Melalui 3 periode yaitu periode stabilisasi, periode transisi, dan

periode rehabilitasi.

b. Kebutuhan energi mulai dari 80 sampai 200 kalori per kg

BB/hari.

c. Kebutuhan protein mulai dari 1 sampai 6 gram per kg BB/hari.

d. Pemberian suplementasi vitamin dan mineral bila ada defisiensi

atau pemberian bahan makanan sumber mineral tertentu,

sebagai berikut : Bahan makanan sumber mineral khusus :

Sumber Zn : daging sapi, hati, makanan laut, kacang tanah,

telur ayam.

Sumber Cuprum : tiram, daging, hati

Sumber Mangan : beras, kacang tanah, kedelai

Sumber Magnesium : daun seledri, bubuk coklat, kacang-

kacangan, bayam, Sumber Kalium : jus tomat, pisang, kacang-

kacangan, kentang, apel, alpukat, bayam, daging tanpa lemak

e. Jumlah cairan 130-200 ml per kg BB/hari, bila terdapat edema

dikurangi.

f. Cara pemberian : per oral atau lewat pipa nasogastrik (NGT).

g. Porsi makanan kecil dan frekuensi makan sering.

h. Makanan fase stabilisasi hipoosmolar/isoosmolar dan rendah

laktosa dan rendah serat.

i. Meneruskan pemberian ASI.


25

j. Membedakan jenis makanan berdasarkan berat badan, yaitu:

BB<7 kg diberikan kembali makanan bayi dan BB >7 kg dapat

langsung diberikan makanan anak secara bertahap.

k. Mempertimbangkan hasil anamnesis riwayat gizi

2. Evaluasi dan Pemantauan Pemberian Diet

a. BB sekali seminggu: Bila tidak naik, kaji penyebab antara lain:

masukkan zat gizi tidak adekuat, defisiensi zat tertentu,

misalnya iodium, adanya infeksi, adanya masalah psikologis.

b. Pemeriksaan laboratorium: Hb, Gula darah, feses (adanya

cacing), dan urin

c. Masukan zat gizi: bila kurang, modifikasi diet sesuai selera

d. Kejadian diare: gunakan formula rendah atau bebas laktosa

dan hiperosmolar, misal: susu rendah laktosa, tempe, dan

tepung-tepungan

e. Kejadian hipoglikemi: beri minum air guila atau makan setiap

2 jam

3. Penyuluhan Gizi di Rumah Sakit

a. Menggunakan leaflet khusus yang berisi: jumlah, jenis, dan

frekuensi pemberian makanan

b. Selalu memberikan contoh menu

c. Mempromposikan ASI

d. Memperhatikan riwayat gizi

e. Mempertimbangkan sosial-ekonomi keluarga


26

f. Memberikan demonstrasi atau praktek memasak makanan

balita untuik ibu

4. Tindak lanjut

a. Merujuk ke puskesmas

b. Merencanakan dan mengikuti kunjungan rumah

c. Merencanakan pemberdayaan keluarga

Pada proses pengobatan KEP berat terdapat 3 fase, adalah

fase stabilisasi, fase transisi dan fase rehabilitasi. Petugas kesehatan

harus trampil memilih langkah mana yang cocok untuk setiap

fase.Tatalaksana ini digunakan baik pada penderita kwashiorkor,

marasmus maupun marasmik-kwarshiorkor.

1. Tahap Penyesuaian

Tujuannya adalah menyesuaikan kemampuan pasien

menerima makanan hingga ia mampu menerima diet tinggi energi

dan tingi protein (TETP). Tahap penyesuaian ini dapat berlangsung

singkat, adalah selama 1-2 minggu atau lebih lama, bergantung

pada kemampuan pasien untuk menerima dan mencerna makanan.

Jika berat badan pasien kurang dari 7 kg, makanan yang diberikan

berupa makanan bayi.Makanan utama adalah formula yang

dimodifikasi. Contoh: susu rendah laktosa +2,5-5% glukosa +2%

tepung. Secara berangsur ditambahkan makanan lumat dan

makanan lembek.Bila ada, berikan ASI.Jika berat badan pasien 7

kg atau lebih, makanan diberikan seperti makanan untuk anak di

atas 1 tahun. Pemberian makanan dimulai dengan makanan cair,


27

kemudian makanan lunak dan makanan biasa, dengan ketentuan

sebagai berikut:

a. Pemberian energi dimulai dengan 50 kkal/kg berat badan

sehari.

b. Jumlah cairan 200 ml/kg berat badan sehari.

c. Sumber protein utama adalah susu yang diberikan secara

bertahap dengan keenceran 1/3, 2/3, dan 3/3, masing-masing

tahap selama 2-3 hari. Untuk meningkatkan energi

ditambahkan 5% glukosa

d. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering, adalah 8-10

kali sehari tiap 2-3 jam. Bila konsumsi per-oral tidak

mencukupi, perlu diberi tambahan makanan lewat pipa (per-

sonde).

2. Tahap Penyembuhan

Bila nafsu makan dan toleransi terhadap makanan

bertambah baik, secara berangsur, tiap 1-2 hari, pemberian

makanan ditingkatkan hingga konsumsi mencapai 150-200 kkal/kg

berat badan sehari dan 2-5 gram protein/kg berat badan sehari.

3. Tahap Lanjutan

Sebelum pasien dipulangkan, hendaknya ia sudah

dibiasakan memperoleh makanan biasa yang bukan merupakan

diet TETP. Kepada orang tua hendaknya diberikan penyuluhan

kesehatan dan gizi, khususnya tentang mengatur makanan, memilih


28

bahan makanan, dan mengolahnya sesuai dengan kemampuan daya

belinya. Suplementasi zat gizi yang mungkin diperlukan adalah

a. Glukosa biasanya secara intravena diberikan bila

terdapat tandatanda hipoglikemia.

b. KCl, sesuai dengan kebutuhan, diberikan bila ada hipokalemia.

c. Mg, berupa MgSO4 50%, diberikan secara intra muskuler bila

terdapat hipomagnesimia.

d. Vitamin A (Ikan makarel atau salmon, minyak hati ikan kod,

hati ayam, keju, telur rebus) diberikan sebagai pencegahan

sebanyak 200.000 SI peroral atau 100.000 SI secara intra

muskuler. Bila terdapat xeroftalmia, vitamin A diberikan

dengan dosis total 50.000 SI/kg berat badan dan dosis

maksimal 400.000 SI.

e. Vitamin B (daging dagingan dan ikan, susu, buah dan sayur,

kacang-kacangan, roti dan pasta) dan vitamin C (jambu biji,

jeruk, papaya, strawberry, cabe merah, brokoli, kembang kol,

bayam) dapat diberikan secara suntikan per-oral. Zat besi (Fe)

( buncis, biji wijen, baked potatoes, daging merah, temped an

tahu, bayam, roti gandum, hati ayam atau sapi, tiram, kacang

mete, ikan salmon) dan asam folat diberikan bila terdapat

anemia yang biasanya menyertai KKP berat


29

2.2.9 Komplikasi

1. Hipotermi (mudah kedinginan)

Hipotermia +hipoglikemia++infeksi, cadangan energy

balita gizi buruk sangat terbatas , tidak mampu memproduksi panas

untuk mempertahankan sushu tubuh

2. Hipoglikemi.

Kadar glukos darah yang sangat rendah (<3 mmol/liter

atau <54mg/dl). Biasanya terjadi bersamaan dengan hipotermia.

Tanda lain letargis, nadi lemah, kehilangan kesadaran. Gejala

hipoglikemia berupa berkeringat dan pucat sangat jarang dijumpai

pada balita gizi buruk

3. Infeksi

Penyakit infeksi sangat erat kaitannya dengan status gizi

yang rendah. Hal ini dapat dijelaskan melalui mekanisme

pertahanan tubuh yaitu pada balita yang KEP terjadi kekurangan

masukan energy dan protein ke dalam tubuh sehingga kemampuan

tubuh untuk membentuk protein baru berkurang. Hal ini kemudian

menyebabkan pembentukan kekebalan tubuh seluler terganggu,

sehingga tubuh menderita rawan serangan infeksi (Jeliffe, 1989).

4. Diare dan Dehidrasi

Sebagai berlanjutnya episode diare selama 14 hari atau

lebih yang dimulai dari suatu diare cair akut atau berdarah

(disentri). Kejadian ini sering dihubungkan dengan kehilangan

berat badan dan infeksi non intelektual.


30

Diare yang berat dan terjadi berulang-ulang akan

menyebabkan seorang anak akan menderita KEP dan hal ini bisa

berakibatkan terhadap tingginya hambatan pertumbuhan, tingginya

morbiditas dan moralitas. KEP dengan diare merupakan hubungan

dua arah yang mengarah pada status gizi yang semakin memburuk.

2.3 Konsep asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak usia toddler

dengan gizi buruk

Asuhan keperawatan adalah suatu rangkaian kegiatan pada praktik

keperawatan yang langsung diberikan pada klien dengan berbagai tatanan

pelayanan kesehatan pada standar keperawatan dalam lingkup/wewenang serta

tanggung jawab keperawatan (Nursalam, 2012).

Asuhan Keperawatan pada anak usia toddler pada status gizi buruk

diberikan sesuai tahap-tahap dalam proses keperawatan sebagai berikut :

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses

keperawatan secara keseluruhan, pada tahap ini data / informasi pasien

yang dibutuhkan, dikumpulkan untuk menentukan masalah

kesehatan/keperawatan. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan

data, validasi data dan pengelompokan data.

Adapun data yang dikumpulkan pada anak gizi buruk adalah:

1. Identitas / Biodata

a. Biodata anak mencakup nama, umur, tempat dan tanggal lahir

agama, suku/bangsa, alamat.


31

b. Identitas penangung jawab mencakup nama, umur, alamat,

pekerjaan, agama, suku/bangsa hubungan dengan pasien.

Biasanya kejadian kasus anak gizi buruk pada sosial ekonomi

keluarga yang rendah.

2. Riwayat Penyakit

a. Keluhan Utama

Keluhan utama pada umumnya anak gizi buruk dengan

keluhan gangguan pertumbuhan (berat badan semakin lama

semakin turun), bengkak pada tungkai, sering diare dan

keluhan lain yang menunjukkan terjadinya gangguan

kekurangan gizi.

b. Riwayat penyakit sekarang

Kelelahan dan kekurangan energy,pusing, system

kekebalan tubuh yang rendah ( yang mengakibatkan tubuh

kesulitan untuk melawan infeksi), kulit kering dan bersisik,

sulit untuk berkonsentrasi dan mempunyai reaksi yang lambat,

berat badang kurang, pertumbuhan yang lambat, kelemahan

pada otot, perut kembung, tulang yang mudah patah, terdapat

masalah pada fungsi organ tubuh.

c. Riwayat penyakit dahulu

Tanyakan pada keluarga apakah memiliki menderita

riwayat premature, diit yang tidak baik dan sering sakit-sakitan

karena terjadi penurunan ketahanan tubuh.


32

d. Riwayat penyakit keluarga

Mengidentifikasi komposisi keluarga, lingkungan

rumah dan komunitas, pedidikan dan pekerjaan anggota

keluarga, fungsi dan hubungan anggota keluarga, kultur dan

kepercayaan, perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,

persepsi keluarga tentang penyakit pasien.

3. Riwayat Kesehatan Anak (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)

1) Prenatal Care

a) Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu

Hal yang dikaji adalah terkait asupan nutrisi pada

ibu selama kehamilan. Kekurangan nutrisi pada ibu selama

kehamilan juga memungkinkan anak juga akan mengalami

malnutrisi. Setelah itu, infeksi yang mungkin dapat timbul

pada ibu dan menyalur ke anak dan menjadi infeksi kronis

bagi anak.

b) Imunisasi TT

Apakah pada saat lahir bayi sudah mendapatkan imunisasi

dasar yaitu Hb 0.

2) Natal

a. Jenis persalinan

1) Persalinan normal adalah peroses persalinan lewat

vagina tanpa bantuan alat maupun obat tertentu, baik

induksi, vakum, dan metode lainnya.


33

2) Operasi Caesar adalah jenis persalinan dengan

memberikan sayatan pada perut dan rahim ibu untuk

mengeluarka bayi.

b. Penolong persalinan

Bidan dan dokter kandungan

c. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan

setelah melahirlan

1) Perdarahan usai persalinan bisa terjadi bila kondisi

rahim terlalu lemah dan tidak megerut akibat proses

persalian terlalu lam dan melelahkan

2) Infeksi komplikasi setelah persalinan yang paling sering

terjaadi endometritis, yaitu infeksi yang terjadi pada

endometrium atau pelapis rahim yang peka setelah

plasenta keluar

3) Luka vagina komplikasi ini terjadi akibat adanya luka

atau robekan pada vagina atau leher rahim yang

diketahui setelah persalinan selesai.

3) Post Natal

a. Kondisi bayi

Hal yang dikaji adalah asupan nutrisi seperti

pemberian ASI eksklusif dan pemberian nutrisi

setelah asi eksklusif. Beberapa ibu terkadang tidak

memberikan asi eksklusif pada bayinya setelah


34

melahirkan.hal ini berisiko anak mengalami

malnutrisi.

b. BB lahir

Hal yang dikaji adalah proses selama persalinan.

Bayi mungkin dapat lahir dengan berat badan

rendah, dan karena pengetahuan ibu yang kurang

sehingga marasmus atau kwarshiorkor dapat timbul

saat bayi. Berat badan lahir anak dikatakan normal

biasa berada di kisaran 2500-4000gram, pada bayi

lahir cukup umur 37-42 minggu.

c. Riwayat Penyakit Keluarga

Hal yang dikaji adalah apakah ada riwayat keluarga

yang bisa menyebabkan terjadinya malnutrisi.

Namun, sebagian besar tidak ada pengaruh genetik

yang dapat menyebabkan malnutrisi. Penyebab

malnutrisi dikaitkan dengan asupan nutrisi yang

tidak adekuat.

2.3.2 Genogram

: Laki-laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

? : Tidak di ketahui

: Garis Perkawinan
35

: Garis keturunan

------ : Garis Serumah

2.3.3 Riwayat Immunisasi (Imunisasi Lengkap)

Waktu Pemberian Reaksi setelah Pemberian


NO Jenis Imunisasi
(Mgg/bln) (Ada/Tidak)

1. BCG

2. DPT (I,II,III)

3. Polio (I,II,III,IV)

4. Campak

5. Hepatitis

2.3.4 Tumbuh Kembang

1. Pertumbuhan fisik`

a. PB/TB : Panjang badan menurut tinggi badan pada anak

a) panjang badan menurut tinggi badan normal

normal ≥-2SD sampai 3SD

b) panjang badan menurut tinggi badan <-2SD

sampai -3SD

c) panjang badan menurut tinggi badan sangat

kurang <-3SD

b. BB : Berat badan ideal anak laki-laki pada umur 1 tahun

10,8kg-13,4kg, pada umur 2 tahun berat badan ideal 13,9kg-

16,2kg dan pada umur 3 tahun 16,4kg-18,6kg. Berat badan

ideal pada anak perempuan umur 1 tahun 10,1kg-12,8 kg, pada

umur 2 tahun 13,0kg-15,6 dan pada umur 3 tahun 15,8kg-18,3

kg.
36

c. LK : Lingkar kepala anak toodler di kisaran 35-49 sentimeter

d. LILA : LILA lebih sesuai untuk dipakai menilai keadaan

gizi/tumbuh kembang pada anak kelompok umur

prasekolah (1-5 tahun). Interprestasi hasil dapat

berupa: <12.5 cm=gizi buruk, 12-13,5=gizi kurang,

>13,5 gizi baik.

a) Antropometri

1) BB : Berat Badan (BB) adalah parameter pertumbuha

yang paling sederhana, mudah diukur, dan diulang.

Dinyatakan gizi buruk apabila dalam presentase

<60% di sebut gizi buruk.

2) TB : Status gizi annak berdasarkan TB/U yakni: tinggi

badan di atas normal:>2SD, Tinggi badan normal:

-2SD samapai denga 2 SD, Pendek (stunting):-3SD

sampai dengan 2 SD dan sangat pendek:<-3SD

3) LK : Lingkar kepala anak toodler di kisaran 35-49

sentimeter

4) LILA : LILA lebih sesuai untuk dipakai menilai keadaan

gizi/tumbuh kembang pada anak kelompok umur

prasekolah (1-5 tahun). Interprestasi hasil dapat

berupa: <12.5 cm=gizi buruk, 12-13,5= gizi

kurang, >13,5 gizi baik.


37

5) Status Antropometri

a) BB/U : Berat badan menurut umur

d) Berat badan normal normal ≥-2SD sampai 3SD

e) Berat badan kurang <-2SD sampai -3SD

f) Berat badan sangat kurang <-3SD

b) PB/U-PB : Dinyatakan gizi buruk apabila panjang

badan dalam presentase <70% median.

c) IMT/U : Dinyatakan gizi buruk apabila nilai IMT

<17.0

2.3.5 Pengkajian Pola Kesehatan Menurut Gordon

A. Pola persepsi dan penanganan kesehatan

B. Eliminasi

Anak gizi buru biasanya terkena diare karna di sebabkan

oleh virus penyebabnya karna infeksi bakteri dan varasit

C. Aktifitas

Anak dengan gizi buruk bisanya kurangnya beraktivitas

fisik dapat memperlambat peroses percernaan dan anak gizi buruk

mengalami gangguan aktifitas karna memiliki tubuh yang lemah

yang di sebabkan oleh gangguan metabolisme dalam tubuh nya.

D. Istirahat dan tidur

Anak gizi buruk biasanya sering rewel karena selalu

merasa lapar meskipun sudah diberi makan sehingga sering

terbangun pada malam hari.


38

E. Kognitif persepsi

Anak nomal tampa ada masalah kesehatan persepsi

kognitipnya mulai aktif mencari jawaban atas pertanyaan-

pertanyaannya dan belajar mengamati dan mendengarkan instruksi

tetapi anak dengan setatus gizi buru agak lambat utuk

perkembangan kognitif nya

F. Persepsi diri-konsep diri

Konsep diri pada anak suata persepsi tentang diri dan

kemampuan anak yang merupakan suatu kenyataan di mana

mereka memandang dan menilai diri mereka sendiri yang

mempengaruhi sikap yang mereka tentukan dan anak gizi buruk

cenderung tidak terlalu percaya diri, di karnakan kurang

kemampuan dan keterbatasan yang di milikinya.

G. Pola hubungan peran

Seorang anak memiliki peranan tersendiri dalam keluarga,

sebagai komponen yang sedang bertumbuh, memiliki tugas utama

belajar moral, kehidupan, sopansantun, agama dan pengetahuan

umum.

H. Pola reproduksi dan kesehatan

Tidak ada gangguan

I. Pola toleransi terhdap stress koping

Di mana anak melakukan interaksi dengan lingkungan

sekitarnya dengan tujuan menyelesaikan sesuatu tetapi pada anak


39

gizi buruk cenderung kurang interaksi sama teman seabayanya di

karnakan keadaan tubuh nya lemah.

J. Pola keyakinan dan Nilai

Nilai adalah suata yang berharga dan keyakinan adalah

suatu yang di percaya dan diterima sebagai kebenarannya melalui

pertimbangannya.

2.3.6 Pengawasan Kesehatan

a. Bila sehat diawasi tidak/ya di puskesma,dokter dll

b. Bila sakit minta pertolongan kepada:

c. Kunjungan ke posyandu:

d. Pengawasan anak dirumah

2.3.7 Pemeriksaan Fisik

A. Kesan Umum

B. Kesadaran: comfosmetis

C. Tanfa-tanda vital (Head To Toe)

1. Suhu : Suhu anak toodler di kisaran 36,5 sampai

37,0 derajat celcius

2. Nadi : Dalam anak usia toddler nadi normal

biasanya 90-150 x/menit

3. Respirasi : Respirasi normal anak usia toddler 24-

40x/menit

4. Tekanan darah : Tekanan darah pada anak usia toddler

normal biasanya 80-100 mmHg


40

D. Kepala

a) Inpeksi

Pada pemeriksaan ini dapat di lihat apakah anak pucat,

sianosis atau ikterik. Pada anak gizi buruk sering ditemukan

Lingkar kepala klien biasanya lebih kecil dari normal dan

warna rambut kusam.

b) Palpasi

Palpasi wajah menilai apakah ada tonjolan tulang, adakah

massa/tumor, adakah nyeri tekan.

c) Perkusi

Dengan melakukan ketokan ringan pada cabang nevus fasilis,

tepat atau sedikit bawah arkus zigomatikus ( di depan telinga

luar) yang menimbukan kontraksi atau spasme otot-otot fasialis

( sudut mulut, ala nasi sampai seluruh muka) pada sisi yang

sama

E. Mata

a) Inpeksi

Pemeriksaan posisi dan kesejajaran mata dengan cara pasien di

minta melihat pada satu obyek kemudian mata pasien di minta

mengikuti pergerakan obyek, pemeriksaan konjung tiva dengan

cara membuka palpebra inferior, pemeriksaan sclera dengan

cara membuka palpebra superior, pemeriksaan pupil dengan

memberikan cahaya dari samping tengah, pupil normal miosis

(penyempit) bila terkena cahaya dan pemeriksaan lensa dengan


41

cara memberikan cahaya lewat pupil di nilae media refrakta di

belakang pupil. Pada anak gizi buruk ditemukan mata cekung,

anemis, mata pasien memerah, berair dan belekan namun

penderita gizi buruk jarang mengalami gangguan pengelihatan

b) Palpasi

Pemeriksaan palpasi meliputi pemeriksaan palpebral dan

tekanan bola mata. Pada anak gizi buruk tidak ada

kelainan,atau benjolan pada bola mata, tidak ada nyeri tekan.

F. Hidung

a) Inpeksi

Perhatikan permukaan hidung ada atau tidak asimetri,

deformitas atau inflamasi dan perhatikan apakah ada secret.

Pada anak gizi buruk ditemukan terdapat secret dan terpasang

selang NGT.

b) Palpasi

Pemeriksaan palpasi hidung untuk menilai adanya fraktur os

nasalis dan nyeri tekan. Pada anak gizi buruk tidak adanya

terjadi adanya nyeri tekan.

G. Telinga

a) Inspeksi

Inspeksi auricular : bentuk, ukuran,simetris/ tanda radang.

Inspeksi kanalis auricularis : adakah serumen prop, tanda

radang, corpus alienum.


42

b) Palpasi

Adakah nyeri, tragus pain, mastoid pain, dan tumor

H. Mulut

a) Inpeksi

Perhatikan warna (adakah sianosis atau pucat), kelembaban,

oedema, ulserasi, atau pecah-pecah. Menilai adanya

impelamansi, oedema, pendarahan, retraksi atau peruahan

warna gusi, gigi tunggal atau hilang. Pada anak gizi buruk

ditemukan mukosa bibir kering,terdapat lesi, bibir pecah-pecah

dan pada gigi seringditemukan caries pada gigi.

I. Leher:

a) Inspeksi

Inspeksi dilakukan dengan melihatadakah pembesaran tiroid,

bentuk dan ukuran leher.

b) Palpasi

Palpasi dilakukan adanya deviasi, ukuran, bentuk, kesimetrisan,

nyeri tekan. Pada anak gizi buruk biasanya ditemukan kaku

duduk.

J. Thoraks, pernafasan

a) Inspeksi

Inspeksi dilakukan dengan melihat bentuk dan ukuran dada,

warna kulit di area dada, serta cara bernapas dan penggunaan

otot-otot dada. Pada anak gizi biasanya adanya tarikan dada

saat bernapas.
43

b) Palpasi

Palpasi dilakukan bila tulang dada teraba luak, cekung, atau

menonjol.

c) Perkusi

Perkusi dilakukan untuk menemukan ketuka akan lebih

kencang dan bergaung pada bagia tubuh yang berisi udara, dan

akan lebih lemah dan redup pada bagian tubuh yang padat atau

berisi air. Pada anak gizi buruk terdapat suara weezing dan

ronchi akibat adanya penyakit penyerta.

K. Abdomen

a) Inspeksi:

1) Klien tampak kurus, ada edema pada muka dan kaki

2) Warna rambut kemerahan, kering da mudah patah/cabut

3) Mata terlihat cekung/pucat

4) Terlihat pergerakan usus

5) Ada pembesaran/edema pada tungkai

Inspeksi pada marasmus ditemukan perut cekung,terdapat

penumpukan cairan di perut. Sedangkan pada kwashiorkor

ditemukan perut membuncit.

b) Auskultasi

a) Bunyi peristaltic usus meningkat

b) Bunyi paru-paru wheezing dan ronchi

c) Terdengar bunyi hipertimpani


44

Pada marasmus ditemuakan bising usus meningkat dan

hipertimpani, sedangkan pada kwashiorkor bising usus dapat

meningkat bila terjadi diare

c) Palpasi

Pada status gizi buruk marasmus dan kwashiorkor ditemukan

pembesaran hati.

L. Jantung

a) Auskultasi

Bunyi jantung sehat memiliki irama yang teratur, dan tidak ada

bunyi tambahan. Pada anak gizi buruk bisa terjadi

miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung

disebabkan hipokalemi dan hipmagnesemia.

M. Genetalia dan anus

1. Genetalia laki-laki

a) Inspeksi

Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lain. Pada

penis yang tidak di sirkumsisi buka prepusium dan amati

kepala penis adanya lesi. Amati skrotum apakah ada hernia

inguinal, amati bentuk dan ukuran.

b) Palpasi

Tekan dengan lembut batang penis unntuk mengetahui

adanya nyeri. Tekan saluran sperma dengan jari dan ibu

jari.
45

2. Genetalia wanita

a) Inspeksi

Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau

tidak.Amati adanya lesi, eritema, keputihan/ candidiasis.

b) Palpasi

Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan

untuk mengetahui keadaan elitoris, selaput dara, orifisium

dan perineum.

N. Ekstrimitas (integument/muskuluskletal)

a) Ekstrimitas atas: ditemukan pada anak gizi buruk biasanya

lingkar atas abnormal, akral dingin dan pucat

a) Ekstremitas bawah: ditemukan pada anak gizi buruk biasanya

terjadi edema tungkai

O. Kulit

Anak dengan gizi buruk biasanya keadaan turgor kulit menurun,

kulit keriput, CRT:>3 detik. Pada pasien marasmus sering biasanya

ditemukan kulit kering, hiperpigmentasi, bersisik dan adanya crazy

pavement dermatosis terutama pada bagian tubuh yang sering

tertekan (bokong, fosa popliteal, lutut, ruas jari kaki, paha dan lipat

paha). Sedangkan pada kwashiorkor terdapat bintik/ belang

hiperpigmentasi bilateral pada kulit yang mengelupas mirip luka

bakar. Jaringan bawah kulit edema akibat terjadi penumpukan

cairan dan akan membentuk cekungan jika di palpasi, lalu akan

kembali ke bentuk semula setelah beberapa derik atau menit.


46

2.3.8 Analisa Data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan

kemampuan berfikir sosial sesuai dengan latar belakang ilmu

pengetahuan.

2.1 Tabel Analisa Data (SDKI)


NO Symtom Etiologi Problem
1 DS: Factor sosial ekonomi Defisit Nutrisi
1. Cepat kenyang
setelah makan
2. Keram atau nyeri Ketidakadekuatan pemberian
abdomen ASI
3. Nafsu makan
menurun
DO:
1. Berat badan Defisit nutrisi
menurun minimal
10% dibawah
rentang ideal
2. Bising usus
hiperaktif
3. Otot pengunyah
lemah
4. Otot menelan
lemah
5. Membrane mukosa
pucat
6. Sariawan
7. Serum albumin
turun
8. Diare

2 DS: Gangguan GI (malabsorbsi) Intoleransi aktivitas


1. Mengeluh lelah penyakit
2. Dispnea
saat/setelah
aktivitas Kehilangan Nutrien
3. Merasa tidak Meningkat
nyaman setelah
aktivitas
4. Merasa lemah Gizi Buruk
DO:
1. Frekuensi jantung
meningkat>20% Menurun masa otot cepat
dari kondisi lelah
istirahatan
2. Gambaran EKG
menunjukkan Intoleransi aktivitas
aritmia saat/
setelah aktivitas
3. Gambaran EKG
menunjukkan
47

NO Symtom Etiologi Problem


iskemia
4. Sianosis
3 DS:- Gangguan malabsorfasi gangguan pertumbuhan dan
DO: penyakit
perkembangan
1. tidak mampu
melkukan
keterampilan atau Kehilaangan nutrient
perilaku khas meningkat
sesuai usia
2. pertumbuhan fisik
terganggu
3. kontak mata maramus
terbatas
4. nafsu makan
menurun
5. lesu ketidak seimbangan nutrisi
6. pola tidur kurang dari kebutuhan tubuh
terganggu
gangguan pertumbuhan dan
perkembangan
4 DO: Faktor sosial ekonomi Resiko Infeksi
1. Pasien Deman

DS: Ketidak adekuatan


1. Hipoalbuminemia pemberian ASI
2. Diare
3. Anoreksia
4. Nadi lemah Intake nutrisi kurang

Resiko Infeksi

5 DS Factor sosial ekonomi Resiko Ketidakseimbangan


1. pasien mengeluh
volume cairan
muntah diare dan
batuk yang tidak Ketidak adekuatan
kunjung sembuh, pemberian ASI
DO
suhu tubuh 38°C
1. RR 32x/menit Intake nutrisi kurang
cepat dan dagkal,
2. anak tampak kurus
3. mukosa bibir Asupan cairan tidak
kering seimbang dengan kebutuhan
4. BB/TB <-3 SD tubuh
lingkar 7 cm
5. albumin 1,8 gr (N=
4,4-5,4), kulit Resiko ketidak seimbangan
keriput volume cairan
6 DS: Factor sosial ekonomi Diare
1. Urgency
2. Nyeri/kram
abdomen
Ketidak adekuatan
DO: pemberian ASI
1. Defekasi lebih dari
tiga kali dalam 24
48

NO Symtom Etiologi Problem


jam
2. Feses lembek atau Intake nutrisi kurang
cair
3. Frekuensi
peristaltic Resiko infeksi
meningkat
4. Bising usus
hiperaktif Diare

2.3.9 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan

pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas

dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan

merubah.

a. Intake nutrisi kurang berhubungan dengan factor ekonomi,

ketidakseimbangan pemberian ASI di tandai dengan pasien cepat

kenyang setelah makan, kram atau nyeri abdomen, nafsu makan

menurun, Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang

ideal, Bising usus hiperaktif, Otot pengunyah lemah, Otot menelan

lemah, Membrane mukosa pucat, Sariawan, Serum albumin turun,

diare.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan GI

(malabsorbsi) penyakit, kehilangan nutrien meningkat, gizi buruk,

menurun masa otot cepat lelah ditandai dengan mengeluh lelah,

Dispnea saat/setelah aktivitas, Merasa tidak nyaman setelah

aktivitas, Merasa lemah, frekuensi jantung meningkat>20% dari


49

kondisi istirahat, gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/ setelah

aktivitas, gambaran EKG menunjukkan iskemia, sianosis.

c. Gangguan pertumbuhan dan perkembahangan berhubungan dengan

kehilanga nutrient meningkat, marasmus, ketidak seimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan tidak mampu

melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia,

pertumbuhan fisik terganggu, kontak mata terbatas, nafsu makan

menurun,lesu, pola tidur terganggu

d. Risiko infeksi berhubungan denganfaktor sosial ekonomi, ketidak

adekuatan pemberian ASI, intake nutrisi kurang di tandai dengan

pasien demam, hipoalbuminemia, diare, anoreksia, nadi lemah.

e. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubunnga dengan

factor sosial ekonomi, ketidak adekuatan pemberian ASI, intake

nutrisi kurang, asupan cairan tidak seimbang dengan kebutuhan

tubuh di tandai dengan pasien mengeluh muntah diare dan batuk

yang tidak kunjung sembuh, suhu tubuh 38°C, RR 32x/menit cepat

dan dagkal, anak tampak kurus, mukosa bibir kering, BB/TB <-3

SD lingkar 7 cm, albumin 1,8 gr (N= 4,4-5,4), kulit keriput.

f. Diare berhubungan dengan factor sosial ekonomi, ketidak

adekuatan pemberian ASI, intake nutrisi kurang, resiko infeksi

ditandai dengan urgency, nyeri/kram abdomen, defekasi lebih dari

tiga kali dalam 24 jam, feses lembek atau cair, frekuensi penstaltic

meningkat, bising usus hiperaktif.


50

g. Risiko syok hipomolemik berhubungan dengan factor sosial

ekonomi, ketidak adekuatan pemberian ASI, intake nutrisi kurang,

asupan cairan tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, resiko

ketidak seimbangan volume cairan, gangguan cairan tidak dapat

dikoreksi di tandai dengan pasien tampak lemas, turunnya tekanan

darah, denyut nadi cepat, napas cepat, turunnya suhu tubuh, pucat,

cemas,bingung atau gelisah.

2.3.10 Rencana Keperawatan

Tabel 2. Rencana Keeperawatan (SLKI, SIKI)


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Defisit Nutrisi kurangetelah dilakukan Tindakan Menejemen Nutrisi:
berhubungan dengan keperawatan selama 3 hari Observasi
factor ekonomi, ketidak pertemuandiharapkan dengan a. identifikasi status nutrisi
seimbangan pemberian Kriteria Hasil: b. identifikasi alergi dan
ASI, di tandai dengan a. Porsi makan meningkat intoteransi makanan
b. Berat badan meningkat c. identifikai makanan yang
c. Frekuensi membaik disukai
d. Nafsu makan membaik d. identifikasi kebutuhan kalori
e. Bising usus membaik dan jenis nutrient
f. Asupan cairan e. identifikasi perlunya
meningkat penggunaan selang
g. Energy untuk makan nasogastric
meningkat f. monitor asupan makanan
h. Kemampuan g. Monitor berat badan
menikmati makanan h. Monitor hasil pemeriksaan
meningkat laboratorium
Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene sebelum
makan
b. Fasilitasi menentukan
pedoman diet
c. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
d. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
e. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
f. Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi.
Edukasi
a. Ajarkan diet yang di
programkan
b. Anjurkan posisi duduk
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi
51

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutien yang
dibutuhkan
b. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan.
Pemantauan Nutrisi:
a. Identifikasi faktor yang
mempengaruhi asupan gizi
b. Identifikasi perubahan berat
badan
c. Identifikasi kelainan pada
kulit
d. Identifikasi kelainan pada
rambut
e. Identifikasi pola makan
f. Identifikasi kelainan pada
kuku
g. Identifikasi kemampuan
menelan
h. Identifikasi kelainan rongga
mulut
i. Identifikasi kelainan eliminasi
j. Monitor mual muntah
k. Monitor asupan oral
l. Monitor warna konjungtiva
m. Monitor hasil laboratorium
Terapeutik
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan

2 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Tindakan Menejemen Energi:


berhubungan dengan keperawatan selama 3 hari Observasi
gangguan GI pertemuandiharapkan dengan a. Identifikasi gangguan fungsi
(malabsorbsi) penyakit, kriteria hasil tubuh yang mengakibatkan
kehilangan nutrien a. Frekuensi nadi kelelahan
meningkat, gizi buruk, meningkat b. Monitor kelemahan fisik dan
menurun masa otot cepat b. Kemudahan dalam emosional
lelah, di tandai dengan melakukan aktivitas c. Monitor pola dan jam tidur
meningkat d. Monitor lokasi dan
c. Kemaampuan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
rutin meningkat Terapeutik
d. Sianosis menurun a. Sediakan lingkungan nyaman
e. Selera makan membaik dan rendah stimulus
b. Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan/atau aktif
c. Berikan aktivitas distraksi
yang menyenangkan
d. Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan
kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
52

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


asupan makanan
Terapi Aktivitas:
Observasi
a. Identifikasi deficit tingkat
aktivitas
b. Identifikasi kemampuan
berpartisifasi dalam aktivitas
tertentu
c. Identifikasi sumber daya
untuk aktifitas yang
diinginkan
d. Identifikasi strategi
meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
e. Identifikasi makna aktivitas
rutin dan waktu luang
f. Monitor respon
emosional,fisik, sosial, dan
spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik
a. Fasilitasi focus pada
kemampuan, bukan deficit
yang di alami
b. Sepakati komitmen untuk
meningkatkan frekuensi dan
tentang aktivitas
c. Fasilitasi memilih aktifitas
dan tetapkan tujuan aktivitas
yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, fsikologis,
dan sosial
d. Koordinasi pemilihan
aktivitas sesuai usia
e. Fasilitasi makna aktivitas
yang dipilih
f. Fasillitasi transportasi untuk
menghadiri aktivitas
g. Fasilitasi pasien dan keluarga
dalam menyesuaikan
lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas
yang di pilih
h. Fasilitasi aktivitas fisik rutin
i. Fasilitasi aktivitas pengganti
saat mengalami keterbatasan
waktu, energy atau gerak
j. Fasilitasi aktivitas motorik
kasar untuk pasien hiperaktif
k. Tingkatkan aktivitas fisik
53

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


untuk memelihara berat
badan
l. Fasilitasi aktivitas motoric
untuk merelaksasi otot
m. Fasilitasi aktivitas dengan
komponen memori implisit
dan emosional untuk pasien
demensia
n. Libatkan dalam permainan
kelompok yang tidak
kompetitif, terstruktur dan
aktif
o. Tingkatkan keterlibatan
dalam aktivitas rekreasi dan
versifikasi untuk menurunkan
kecemasan
p. Libatkan keluarga dalam
aktivitas
q. Fasilitasi mengembangkan
motivasi dan penguatan diri
r. Fasilitasi pasien dan keluarga
memantau kemajuannya
sendiri untuk mencapai tujuan
s. Jadwalkan aktivitas dalam
rutinitas sehari-hari
t. Berikan penguatan positif
atas atas partisipasi dalam
aktivitas
Edukasi
a. Jelaskan metode aktivitas fisik
sehari-hari
b. Ajarkan cara melakukan
aktivitas yang dipilih
c. Anjurkan melakukan aktivitas
fisik, sosial, spiritual, dan
kognitif dalam menjaga fungsi
dan kesehatan
d. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok atau terapi
e. Anjurkan keluarga untuk
memberi penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan terapis
okupasi dalam merencanakan
dan memonitor program
aktivitas
b. Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas
54

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


3 Gangguan pertumbuhan Setelah dilakukan Tindakan Perawatan Perkembangan
dan perkembahangan keperawatan selama 3 hari Observasi
berhubungan dengan pertemuandiharapkan dengan a. Identifikasi pencapaian tugas
kehilanga nutrient Kriteria Hasil: perkembangan anak
meningkat, marasmus, a. Kontak mata meningkat b. Identifikasi isyarat perilaku
ketidak seimbangan b. Pola tidur membaik dan fisiologis yang
nutrisi kurang dari c. Berat badan sesuai usia ditunjukkan bayi
kebutuhan tubuh, di meningkat Terapeutik
tandai dengan d. Asupan nutrisi c. Pertahankan sentuhan
meningkat seminimal mungkin pada bayi
premature
d. Berikan sentuhan yang bersifat
gentle dan tidak ragu-ragu
e. Minimalkan nyeri
f. Minimalkan kebisingan
ruangan
g. Pertahankan linngkungan yang
mendukung perkembangan
optimal
h. Motivasi anak berinteraksi
dengan anak lain
i. Sediakakan aktivitas yang
memotivasi anak berinteraksi
dengan anak lainnya
j. Fasilitasi anak berbagai dan
bergantian/bergilir
k. Dukung anak mengespresikan
diri melalui penghargaan
positif atau umpan baik atas
usahanya
l. Pertahankan kenyamanan anak
m. Fasilitasi anak melatih
keterampilan pemenuhan
kebutuhan secara mandiri
n. Bernyanyi bersama anak lagu-
lagu yang disukai
o. Bacakan cerita atau dongeng
p. Dukung partisipasi anak
disekolah, ekstrakurikuler dan
aktivitas komunitas
Edukasi
a. Jelaskan orang tua atau
pengasuh tentang milestone
perkembangan anak dan
perilaku anak
b. Anjurkan orang tua menyentuh
atau menggendong bayinya
c. Anjurkan orang tua
berinteraksi dengan anaknya
d. Ajarkan anak keterampilan
berinteraksi
e. Ajarkan anak teknik asertif
Kolaborasi
a. Rujuk untuk konseling
Promosi perkembangan anak
Observasi
a. Identifikasi kebutuhan khusus
55

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


anak dan kemampuan adaptasi
anak
Terapeutik
b. Fasilitasi hubungan anak
dengan teman sebaya
c. Dukung anak berinteraksi
dengan anak lain
d. Dukung anak mengekpresikan
perasaannya secara positif
e. Dukung anak bermimpi atau
berfantasi sewajarnya
f. Dukung partisipasi anak
sekolah, ekstrakurikuler dan
aktivitas komunitas
g. Berikan mainan yang sesuai
dengan usia anak
h. Bernyanyi bersama anak lagu-
lagu yang disukai anak
i. Bacakan cerita/dongeng untuk
anak
j. Diskusikan bersama remaja
tujuan dan harapannya
k. Sediakan kesempatan dan alat-
alat untuk menggambar,
melukis, dan mewarnai
sediakan mainan berupa puzzle
atau maze
Edukasi
a. Jelaskan nama-nama benda
obyek yang ada di lingkungan
sekitar
b. Ajarkan pengasuh milestones
perkembangan dan perilaku
yang dibentuk
c. Ajarkan sikap kooperatif,
bukan kompetisi diantara anak
d. Ajarkan anak cara meminta
bantuan dari anak lain
e. Ajarkan teknik asertif pada
anak dan remaja
f. Demonstrasikan kegiatan yang
meningkatkan perkembangan
pada pengasuh
Kolaborasi
a. Rujuk untuk konseling
Edukasi Nutrisi Anak:
Observasi
a. Identifiksi Kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
a. Jelaskan kebutuhan gizi
seimbang pada anak sediakan
materi dan media pendidikan
kesehatan
b. Jelaskan pentingnya
pemberian makanan
56

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


mengandung vitamin D dan
zat besi pada masa pra
puberrtas dan pubertas, zat
besi terutama pada anak
perempuan telah menstruasi
c. Anjurkan menghindari
makanan jajan yang tidak
sehat
d. Ajarkan ibu mngidentifikasi
makanan dengan gizi
seimbang
e. Ajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS)

4 Risiko infeksi Setelah dilakukan Tindakan Pencegahan infeksi:


berhubungan keperawatan selama 3 hari Observasi
denganfaktor sosial pertemuandiharapkan dengan a. Monitor tanda dan gejala
ekonomi, ketidak ktiteria hasil: infeksi local dan sistemik
adekuatan pemberian a. Kebersihan tangan Terapeutik
ASI, intake nutrisi meningkat a. Batasi jumlah pengunjung
kurang, di tandai b. Demam menurun b. Berikan perawatan kulit pada
dengan c. Porsi makan yang di area edema
habiskan meningkat c. Cuci tangan sebelum dan
d. Diare menurun sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
d. Pertahankan teknik aseptic
pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
a. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
b. Ajarkan cara mencuci tangan
yang benar
c. Ajarkan etika batuk
d. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau operasi
e. Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
f. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian
imunisasi,jika perlu
Menejemen Nutrisi:
Observasi
a. Identifikasi status nutrisi
b. Identifikasi alergi dan
intoteransi makanan
c. Identifikai makanan yang
disukai
d. Identifikasi kebutuhan kalori
dan jenis nutrient
e. Identifikasi perlunya
penggunaan selang
nasogastric
f. Monitor asupan makanan
g. Monitor berat badan
57

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


h. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Terapeutik
a. Lakukan oral hygiene
sebelum makan
b. Fasilitasi menentukan
pedoman diet
c. Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang sesuai
d. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
e. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
f. Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogatrik jika
asupan oral dapat ditoleransi.
Edukasi
a. Ajarkan diet yang di
programkan
b. Anjurkan posisi duduk
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutien yang
dibutuhkan
b. Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan.
5 Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Cairan:
volume cairan keperawatan selama 3 hari Observasi
berhubunnga dengan pertemuandiharapkan a. Monitor status hidrasi
factor sosial dengan Kriteria Hasil: b. Monitor berat badan harian
ekonomi, ketidak a. Asupan cairan c. Monitor berat badan sebelum
adekuatan pemberian meningkat dan sesudah dialisis
ASI, intake nutrisi b. Kelembapan mukosa d. Monitor hasil pemeriksaan
kurang, asupan cairan meningkat laboratorium
tidak seimbang c. Asupan makanan e. Monitor status hemodinamik
dengan kebutuhan meningkat Terapeutik
tubuh a. Catat intake-output dan hitung
balans cairan 24 jam
b. Berikan asupan cairan,bila
perlu
c. Berikan cairan intravena
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian diuretik
pemantauan cairan:
Observasi
a. Monitor frekuensi dan
kekuatan nadi
b. Monitor frekuensi napas
c. Monitor tekanan darah
d. Monitor berat badan
e. Monitor elastisitas atau turgor
kulit
f. Monitor jumlah, warna dan
berat jenis urine
g. Monitor kadar albumin dan
58

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


protein total
h. Monitor hasil pemeriksaan
serum
i. Identifikasi tanda-tanda
hipervolemia
b. Identifikasi factor risiko
ketidakseimbangan cairan
Terapeutik
a. Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
b. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
a. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
b. Informasikan hasil
pemantauan
6 Diare berhubungan Setelah dilakukan Tindakan Manajemen Diare
dengan factor sosial keperawatan selama 3 hari Observasi
ekonomi, ketidak pertemuandiharapkan dengan a. Identifikasi penyebab diare
adekuatan pemberian Kriteria Hasil: b. Identifikasi riwayat pemberian
ASI, intake nutrisi a. Kontrol pengeluaran makanan
kurang, resiko infeksi, di feses meningkat c. Identifikasi gejala invaginasi
tandai dengan b. Urgency menurun d. Monitor
c. Nyeri abdomen warna,volume,frekuensi dan
menurun konsistensi tinja
d. Kram abdomen e. Monitor jumlah pengeluaran
menurun diare
f. Monitor tanda dan gejala
hypovolemia
g. Monitor iritasi dan ulserasi
kulit di daerah perianal
h. Monitor jumlah pengeluaran
diare
i. Monitor keamanan penyiapan
makanan
Terapeutik
a. Berikan asupan cairan oral
b. pasang jalur intravena
c. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
d. Ambil sampel feses untuk
kultur
Edukasi
a. Anjurkan makanan porsi kecil
dan sering secara bertahap
b. Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas dan mengandung laktosa
c. Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas
59

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


b. Kolaborasi pemberian obat
antispasmodic/spasmolitik
c. Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses
menejemen eliminasi fekal:
Observasi
a. Identifikasi masalah usus dan
penggunaan obat
a. Identifikasi pengobatan yang
berefek pada kondisi
gastrointestinal
b. Monitor buang air besar
c. Monitor tanda gejala
diare,konstipasi atai impaksi
Terapeutik
a. Berikan air hangat setelah
makan
b. Jadwalkan waktu defekasi
bersama pasien
c. Sediakan makanan tinggi serat
Edukasi
a. Jelaskan jenis makanan yang
membantu meningkatkan
keteraturan peristaltic
b. Anjurkan mencatat
warna,frekuensi,konsistensi,vo
lume feses
c. Anjurkan meningkatkan
aktifitas fisik, sesuai toleransi
d. Anjurkan pengurangan asupan
makanan yang meningkatkan
pembentukan gas
e. Anjurkan makanan yang
mengandung tinggi serat
f. Anjurkan meningkatkan
asupan cairan,jika tidak ada
kontraindikasi
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian obat
supositosia
7 Risiko syok hipomolemik Setelah dilakukan Tindakan Manajemen syok hipovolemik:
berhubungan dengan keperawatan selama 3 hari Observasi
factor sosial ekonomi, pertemuandiharapkan dengan a. Monitor status kardiopulmonal
ketidak adekuatan kriteria Hasil: b. Monitor status oksigenasi
pemberian ASI, intake a. Berat badan meningkat c. Monitor cairan
nutrisi kurang, asupan b. Membrane mukosa d. Monitor tingkat kesadaran
cairan tidak seimbang membaik respon pupil
dengan kebutuhan tubuh, c. Intake cairan membaik e. Periksa seluruh permukaan
resiko ketidak d. Asupan cairan tubuh terhadap adanya DOTS
seimbangan volume meningkat Terapeutik
cairan, gangguan cairan e. Asupan makanan a. Pertahankan jalan napas paten
tidak dapat dikoreksi di meningkat b. Berikan oksigen untuk
tandai dengan f. Mata cekung membaik mempertahankan saturan
g. Turgor kulit membaik oksigen>94%
c. Persiapan intubasi dan
ventilasi mekanis,jika perlu
60

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi


d. Lakukan penekanan langsung
(modified trendelenberg)
e. Pasang jalur IV berukuran
besar
f. Pasang kateter urine untuk
menilai prosedur urine
g. Pasang selang nasogatrik untuk
dekompresi lambung
h. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian infus
cairan kristaloid 1-2 L pada
dewasa
b. Kolaborasi pemberian infus
cairan kristaloid 20 mL/kgBB
pada anak
c. Kolaborasi pemberian
transfuse darah,jika perlu

2.3.11 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intlektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan, dan pelaksanaanyan sudah berhasil dicapai dengan

mengukur pembangunan pasien dalam mencapai suatu tujuan. Maka

perawat bisa menentukan efektifitas keperawatan (Nursalam 2010).

2.3.12 Pendokumentasian

Pendokumentasian adalah suatu kegiatan mencatat semua

hasil dari kegiatan pemberian asuhan keperawatan merupakan

tanggung gugat dan tanggung jawab seorang perawat (Nursalam 2010).


BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Rencana penelitian

Desain penelitian yang di gunakan dalam penulisan Karya Tulis

Iimiah adalah desain studi kasus. Penelitian desain studi kasus adalah studi

yang mengesksplorasi suatu masalah keperawatan dengan batasan terperinci,

memiliki pengambilan data yang mendalam dan menyertakan berbagai

sumber informasi.Penelitian setudi ini di batasi oleh waktu dan tempat, serta

kasus yang di pelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu.

Penelitian studi kasus ini adalah studi untuk mengeksporasi masalah

asuhan keperawatan keluarga tentang pengajaran nutrisi pada keluarga

dengan anak usia toddler dengan setatus gizi buruk

3.2 Subyek Studi Kasus

Subyek merupakan orang yang dijadikan sebagai responden untuk

mengambil kasus, subyek pada penelitian studi kasus adalah 1 pasien atau

keluarga yang memiliki anak yang menderita gizi buruk.

3.3 Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah pengajaran

nutrisi pada keluarga pada anak usia toddler dengan status gizi buruk.

3.4 Definisi Oprasional

3.4.1 Nutrisi adalah peroses penggunaan makanan secara normal melalui

proses digesti,obsorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan

ekskresi atau pembuangan zat yang tidak berguna untuk


62

mempertahankan kelansungan hidup, fungsi organ-organ tubuh, dan

tidak menghasilkan energy (Erlysita Lammarisi,2015).Pengajaran

nutrisi adalah pengajaran informasi mengenai gizi seimbang pada

anak dengan gizi buruk.

3.4.2 Gizi buruk adalah status gizi yang didasarkan pada indeks berat badan

menurut umur (BB/U) yang merupakan padanan istilah underweight

(gizi kurang) dan severely underweight (gizi buruk).Balita disebut gizi

buruk apabila indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) kurang dari

-3 SD (Kemenkes, 2011).Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu

istilah teknis yang umumnya dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan

kedokteran. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya

kekurangan gizi menahun (Sunita Almatsir,2013).

3.5 Instrumen Studi Kasus

3.5.1 SAP Pengajaran Nutrisi

3.5.2 Leaflet Gizi Buruk

3.5.3 Alat Ukur Antropometri (BB, Meteran)

3.5.4 Tabel status gizi

3.6 Metode Pengumpulan Data

Data bedasarkan cara memperoleh dibagi menjadi 2 yaitu data primer

dan data skunder (Riwidikto,2011)

3.6.1 Data primer

Data primer adalah data yang secara lansung diambil dari

subyek atau obyek penelitian oleh perorangan maupun organisasi. Data

primer dapat di peroleh dari :


63

1. Wawancara

Yaitu metode yang di gunakan untuk mengumpulkan data,

dimana peneliti mendapatkan keterangan atau penelitian secara

lisan dari seorang respponden atau sasaran penelitian atau

bercakap-cakap bedasarkan muka dengan orang tersebut (face to

face) (Notoadmodjo,2012).

Pada kasus wawancara dilakuakan pada keluarga dan

dengan lansia yang tinggal bersama dengan keluarga tersebut.

2. Observasi

Observasi adalah suatu prosedur yang terencana anatara

lain meliputi: melihat, mencatat jumlah data, syarat aktivitas

tertentu yang ada hubungannya dengan yang teliti

(notoadmodjo,2012).

3. Pemeriksaan fisik

Menurut Nursalam (2010), pemeriksaan fisik di

pergunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien secara

sistematis dengan cara:

a. Inspeksi

Suatu proses observasi yang dilaksanakan secara

sistematis dengan menggunakan indra penglihatan, pandangan

dan penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data.

Inspeksi dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai

kaki.
64

b. Palpasi

Adalah suatu pemeriksaan seluruh bagian tubuh

yang dapat teraba dengan menggunakan bagian tangan yang

berbeda untuk mendeteksi jaringan, bentuk tubuh, persepsi

getaran atau pergerakan dan konsistensi, palpasi ini digunakan

untuk memeriksa turgor kulit pasien.

c. Perkusi

Adalah mengetuk permukaan tubuh dengan jari

untuk menghasilkan getaran yang menjalar melali jaringan

tubuh.

d. Auskultasi

Adalah mendengarkan bunyi yang berbentuk dalam

organ tubuh untuk mendeteksi perbedaan dari

normal.Dilakukan untuk memeriksa detak jantung pasien.

3.6.2 Data Sekunder

Data skunder adalah data yang didapat tidak secara

langsung dari obyek penelitian (Riwidikdo,2011).

1. Studi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang tidak

langsung ditujukan pada obyek penelitian, namun melalui

dokumen (Hasan,2012)

2. Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data yang diproleh

atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari

ilmu pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Peneliti


65

memanfaatkan teori-teori yang sudah ada dibuku atau hasil

penelitian lain untuk kepentingan penelitian (Hasan, 2012). Studi

kepustakaan diambil dari tahun 2010-2016.

3.7 Lokasi Dan Studi Kasus

Penelitian studi kasus ini di laksanakan Pada Tanggal 30 Juli sampai

02 Agustus 2020 di lingkungan Dusun Dasan Bagek Pendem Kecamatan

Janapria Kabupaten Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat

3.8 Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak di lapangan, sewaktu pengumpulan data

sampai dengan semua data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisa yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban

dari penelitian yang diperoleh dari hasil interprestasi wawancara mendalam

yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah peneliti dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterprestasikan

oleh peneliti dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasikan dalam intervensi tersebut.

Urutan dalam anilisis data:

3.8.1 Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil anamnesa mendalam.Hasil ditulis dalam

bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip.


66

1. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan table, gambar, bagan

maupun teks naratif.Kerahasiaan dari responden dijamin dengan

jalan mengaburkan identitas dari responden atau dengan

menggunakan inisial nama dan berdasarkan data.

2. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan.Penarikan kesimpulan dilakukan dengan

metode induksi.

3.9 Etika Penelitian

Etika yang mendasari suatu penelitian, terdiri dari:

3.9.1 Informed consent (persetujuan menjadi responden)

Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan

memberikan lembar persetujuan.Infored consent tersebut diberikan

sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden (Hidayat, 2010).

3.9.2 Anonymity (tanpa nama)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2010).


67

3.9.3 Confidentialy (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok

data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2010).
68

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan Dusun Dasan Bagek ini berada di Desa

Pendem Kecamatan Janapria Kabupaten Lombok Tengah Provinsi Nusa

Tenggara Barat. Didapatkan dari polindes di Desa Dusun Dasan bagek hanya

ada satu orang yang menderita gizi buruk yaitu AN.F yang menjadi pasien

studi kasus ini.

4.2 Hasil Studi Kasus

4.2.1 Pengkajian

1. Identitas

a. Nama :AN. F

b. Anak yang ke :Pertama

c. Tanggal lahir/umur : 22 Januari 2018/ dua tahun 6 bulan

8 hari

d. Jenis kelamin :Perempuan

e. Agama :Islam

f. Tanggal pengkajian : 30 juli 2020

2. Orang Tua

1. Ayah

a. Nama : TN , E

b. Umur : 31

c. Pekerjaan : Guru
69

d. Pendidikan : Sarjana

e. Agama : Islam

f. Alamat : Dasan bagek pendem kecamatan janaprie

2. Ibu

a. Nama : NY. I

b. Umur : 20 Tahun

c. Pekerjaan : Ibu rumah tangga

d. Pendidikan : SMA

e. Agama : Islam

f. Alamat : Dasan bagek pendem kecamatan jeneprie

4.2.2 Riwayat Penyakit

A. Riwayat penyakit sekarang

a) Keluhan Utama

Ibu pasien mengatakan anaknya mengalami diare.

b) Riwayat penyakit sekarang

Pada saat pengkajian tanggal 30 juli 2020 Ibu pasien

mengatakan anaknya diare. Pada saat pasien di bawa ke

puskesmas janapria kecamatan Janapria kabupaten Lombok

tengah. pasien datang dengan keluhan fesesnya lembek

,cair, dan mual dan muntah, kehilangan nafsu makan pasien

mengalami penyusutan berat badan dari satu bulan yang

lalu 9,7 kg sampai badan pasien sekarang 9,5 kg dan

pasien pada saat makan tidak dihabiskan makanan nya.


70

c) Riwayat penyakit dahulu

Ibu pasien mengatakan pada saat pengkajian anak

nya sering mengalami diare, demam, batuk, kurangnya

nafsu makan, dan anak mudah sakit. Ibu pasien mengatakan

anaknya mengalami gizi buruk semenjak mertuanya

membawa anaknya ke puskesmas janapria disana ibu bidan

mengatakan anak nya mengalami gizi buruk pada umur satu

tahun satu bulan deangan berat 6,4 kg (-3SD) sampae

sampai umur 2 tahun 3 bulan deangan berat badan 8,5 kg

(-3SD) sehingga anaknya di nyatakan gizi buruk.

d) Riwayat penyakit keluarga

Keluarga pasien mengatakan dalam keluarganya

tidak anak yang mengalami penyakit gizi buruk yang sama

seperti yang di derita anak nya

A. Riwayat Kesehatan Anak (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)

1. Prenatal Care

a. Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh ibu:

Ibu pasien mengatakan selama hamil kurang makan

makanan bergizi kebanyakan makan makanan siap saji dan ibu

pasien mengatakan pernah mengalami anemia dan kekurangan

tenaga.
71

b. Imunisasi TT: ya

c. Obat yang pernah di konsumsi: pasien tidak pernah

mekonsumsi obat obatan

2. Natal

a. Jenis persalinan: Pasien melahirkan dengan normal

b. Penolong persalinan: Bidan

c. Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan

setelah melahirlan:

Ibu pasien mengatakan pada saat persalinan mengalami

gangguan persalinan pecah ketuban dini. Pasien lahir premature

yaitu lahir di usia 38 minggu persentasi bawah kepala BBL:

2700gr dan PB: 48cm.

3. Post Natal

a. Kondisi bayi:

Ibu klien mengatakan klien lahir secara normal dalam umur

kandungan 8 bulan dan spontan, tidak ada kelainan bawaan

dan tidak mempunyai gangguan selama proses persalinan.

Klien lahir premature yaitu hamil usia 38 minggu presentasi

bawah kepala BBL:2700gr dan PB: 48 cm

b. BB lahir: 2700gr

c. Riwayat Penyakit Keluarga:

Ibu pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang

menderita penyakit yang sama seperti anaknya dan ibu pasien


72

mengatakan ada anggota keluarganya yang mengalami

penyakit DM yaitu ibunya, tidak ada penyakit yang serius

lainnya.

4.2.3 Riwayat Immunisasi (Imunisasi Lengkap)

4.1 Tabel Riwayat Imunisasai

Waktu Pemberian Reaksi setelah Pemberian


NO Jenis Imunisasi
(Mgg/bln) (Ada/Tidak)

BCG 22 maret 2018 Anak menjadi sangat rewel dan


anak mengalami bekas luka
1. suntikan dan lebam selama
beberapa hari

DPT (I,II,III) 22 maret 2018 Anak mengalami demam


2.

Polio (I,II,III,IV) 2 mei 2018 Anak mengalami gatal


3.

Campak
4.

Hepatitis
5.

4.2.4 Tumbuh Kembang

A. Antropometri

1. BB : 9,5 Kg

2. TB :89cm

3. Lingkar Kepala :48cm

4. Lingkar Lengan :11cm

5. Status atropometri

1) BB/U : <-2SD ( gizi kurang )


73

2) TB/U : 1SD ( normal)

3) IMT/U : <-3SD (gizi sangat kurang)

4.2.5 Pengkajian Pola Kesehatan Menurut Gordon

A. Pola persepsi dan penanganan kesehatan

Ibu pasien mengatakan jika anaknya sakit pasien langsung

dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat dan ibunya mengatakan

dia selalu khawatir jika anaknya mengalami sakit.

B. Nutrisi metabolic

1. Bayi

ASI/PASI` : Ibu pasien mengatakan anaknya meminum asi

esklusif selama satu minggu pas anaknya baru

lahir dan meninggalkan anaknya selama 7 bulan

anaknya hanya meminum susu formula, air gula

dan air putih.

Makanan pendamping asi : air gula, air putih

Makanan cair(air buah/sari buah) diberi umur :14 hari

Bubur susu diberi umur : 1 th

Nasi tim sering di beri umur : 1th

Makanan tambahan lainnya : nasi dan bubur

C. Eliminasi

BAB: Ibu pasien mengatakan anaknya sering BAB 3 kali sehari

dengan warna kuning berbau has feses, frekuensi lembek

dan cair, tejadi keluhan nyeri di perut walaupun pasien

sudah BAB dan anaknya terlihat lemah. pasien tidak mampu


74

melakukan perawatan diri dan harus di bantu oleh orang tua

nya, ibu pasien mengatakan anaknya sering di berikan obat

oralit, ibu pasien mengatakan membersihkan BAB anaknya

dengan air di tampung di dalam bak kamar mandi dengan air

mengalir.

BAK: Ibu pasien mengatakan anaknya BAK empat kali sehari ,

dengan warna kuning berbau khas urin, ibu pasien

mengatakan tidak ada keluhan saat berkemih dan pasien

dapat mengonterol BAK nya.

D. Aktifitas

Ibu Klien mengatakan anaknya tidak terlalu aktif bermain

sama teman-teman sebayanya dan melakukan aktifitas lainnya.

Klien lebih banyak beraktifitas bersama kedua orang tuanya seperti

digendong atau tidak terlalu aktif untuk beraktifitas.

E. Istirahat dan tidur

Ibu pasien mengatakan anaknya sering gelisah ketika

pasien mau tidur. pasien bisa tidur ketika di temani oleh ibu nya

dan di kipasi oleh ibu nya. Ibu pasien mengatakan anaknya tidur

lima sampe enam jam pada malam hari dan anaknya tidak sering

tidur pada saat siang hari. lingkungan tempat tidur pasien aman dan

nyaman di karenakan ibu nya selalu membersihkan tempat tidur

anaknya
75

F. Kognitif persepsi

Ibu pasien mengatakan anaknya dapat melihat dan

mendengar dengan jelas tanpa alat bantu pasien dapat merasakan

sentuhan saat di lakukan tindakan pasien dapat mencium aroma

makanan yang di makan pasca indera pasien dapat berfungsi

dengan baik pasien tidak menggunakan kaca mata atau alat bantu

untuk mendengar.

G. Persepsi diri-konsep diri

Ibu pasien mengatakan anaknya belum bersekolah, orang

tuanya mengatakan anaknya belum mengerti tentang penyakit yang

di derita oleh pasien ibu pasien mengatakan anaknya tidak sering

bermain sama teman sebaya nya di karenakan anak nya pemalu dan

tidak terlalu aktif dalam melakukan aktifitas.

H. Pola hubungan peran

Ibu pasien mengatakan pada saat anaknya baru lahir selama

satu minggu dia di tinggalan oleh ibuknya selama 7 bulan di

akibatkan karna perceraiyan dan di asuh sama ibu dari bapaknya

selama dia di tinggal.

I. Pola reproduksi dan kesehatan

Klien berjenis kelamin perempuan dan tidak ada masalah

dalam system repsroduksi.

J. Pola toleransi terhdap stress koping


76

Klien hanya tiduran dan apabila klien kesakitan klien

menangis dan rewel dan di asuh oleh ibu dan ayah nya

K. Pola keyakinan dan Nilai

Ibu pasien mengatakan pasien memiliki ekonomi menengah

bawah, pasien merupakan seorang muslim yang taat pada

agamanya dan berbakti pada orang tau nya. Pasien tetap

menjalankan ibadahnya dengan lancar.

4.2.6 Pengawasan Kesehatan

Bila sehat diawasi tidak/ya di puskesma,dokter dll

Bila sakit minta pertolongan kepada: ibu pasien mengatakan bila

anaknya sakit anaknya lansung

di bawa ke tenaga kesehatan

Kunjungan ke posyandu: ibu pasien mengatakan anak

nya jarang di bawa ke

posyandu

Pengawasan anak dirumah : ibu pasien mengatakan anaknya

di awasi oleh saya sendiri di

rumah.

4.2.7 Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)

A. Kesan Umum

B. Kesadaran: composmetis

C. Tanfa-tanda vital

1. Suhu :36,6°C

2. Nadi :70x/menit
77

3. Pernafasan : 21x/mnt

4. Tekanan darah :80/60 mmHg

D. Kepala

a. Inspeksi :Rambut tampak tipis, jarang,kusam dan berminyak

serta distribusi rambut tidak merata

b. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan benjolan

E. Mata

a. Inspeksi :Simetris kiri dan kanan, kelopak mata dapat

membuka dan menutup,mata Nampak cekung,

konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik, reflex pupil

(+) dan isokor, klien dapat menggeserkan bola mata

kesegala arah seperti bawah atas dalam, fungsi

penglihatan baik dimana klien dapat melihat buku

dan menyebut warnanya.

b. Palpasi :Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembekakan dan

tidak ada peningkatan TIO.

F. Hidung

a. Inspeksi :Bentuk hidung simetris kiri dan kanan, terdapat

secret, tidak ada perdarahan atau peradangan pada

hidung dan fungsi penciuman klien baik.

b. Palpasi :tidak ada nyeri tekan dan benjolan

G. Telinga

a. Inspeksi :tidak ada lesi pada telinga,tidak ada


78

serumen,perdarahan atau peradangan pada lubang

telinga. Fungsi pendengaran klien baik dimana klien

dapat mendengar suara musik.

b. Palpasi :Tidak nyeri tekan dan pembekakan pada telinga.

H. Mulut

a. Inspeksi :mukosa bibir kering, gigi nampak kotor, tidak ada

lesi atau peradangan, tidak ada karies, tidak ada

stomatitis, tidak ada perdarahan gusi, jumlah gigi

belum lengkap, lidah bersih dan bewarna merah,

pergerakan lidah kesegala arah, palatum dan faring

merah muda dan lunak, tidak ada sianosis, reflex

menelan baik dimana ketika dianjurkan menelan,

fungsi pengecapan klien baik dimana klien dapat

merasakan rasa manis, asin, dan pahit.

I. Leher

a. Inpeksi :tidak terdapat adanya pembesaran tiroid dan

paratiroid

b. Palpasi :tidak ada nyeri tekan pada kelenjar tiroid dan

paratiroid.

J. Torax dan pernafasan

a. Inspeksi :bentuk dada normal, Tulang iga tampak jelas, tidak

terdapat adanya retraksi dinding dada, tidak terdapat

penggunaan otot-otot bantu pernapasan, frekuensi

nafas 28x/mnt.
79

b. Palpasi :tidak terdapat nyeri dada dan pembekakakn pada

dada.

c. Perkusi :perkusi paru terdengar resonan

d. Auskultasi :bunyi nafas vesikuler, dan tidak ada bunyi suara

nafas tambahan seperti ronchi dan wheezing.

K. Abdomen

a. Inspeksi : perut tampak buncit.

b. Auskultasi :bising usus 10x/menit.

c. Palpasi :tidak teraba adanya pembesaran hati dan limpa,

tidak ada nyeri tekan pada abdomen, dan cubit

perut lambat >3 detik

d. Perkusi :perkusi abdomen hipertimpani pada daerah

epiastrium

L. Genitourinary

a. Inspeksi :Anus pasien tampak kemerahan

M. Ekstrimitas (integument/muskuluskletal)

a. Inpeksi :bentuk kedua ekstrimitas simestris kiri dan kanan,

tidak ada edema, kuku nampak kotor, pergerakan

ROM kedua ekstrimitas tidak terbatas.

b. Palpasi :tidak ada nyeri tekan, jaringan subkutis tipis

lembut.

N. Jantung

a. Inspeksi : tidak tampak ictus cordis

b. Palpasi :tidak terdapat peningkatan vena jugularis


80

c. Perkusi :perkusi jantung pekak

d. Auskultasi :terdengar bunyi jantung Lup (S1) terdengar pada

ICS 4 & 5 garis midklavikula kiri dan bunyi Dup

(S2) terdengar pada ICS 2 daerah parasternal kanan

dan kiri dan tidak ada bunyi jantung

tambahan/mur-mur.

O. Genetalia dan anus

a. Inspeksi : Nampak tidak ada pembekakan dan kelainan pada

genetalia dan anus tampak kemerahan.


81

4.2.8 Analisa Data

4.2 Tabel Analisa Data (SDKI)

NO Symtom Etiologi Problem


DS: Malabsorpi Diare
1 1. Ibu pasien mengatakan
anaknya mengalami
diare.

DO:
2. Defekasi lebih dari tiga
kali dalam 24 jam
3. Feses lembek atau cair
4. Frekuensi peristaltic
meningkat
5. Bising usus hiperaktif
6. BAB : Pasien bab 3
kali sehari warna
kuning berbau has
feses, frekuensi lembek
dan cair

Defisit Nutrisi
2 DS: Ketidakmampuan Mengabsorbsi
1. ibu pasien mengatakan
nafsu makan anaknya Makanan
menurun

DO:
1. Nampak makanan
tidak dihabiskan
2. BB:9,5kg
3. LILA:11cm
4. BMI:13,0
5. Rambut tampak tipis,
jarang,kusam dan
berminyak serta
distribusi rambut tidak
merata,.
6. TB:86cm
7. Statatus Gizi
a. BB/U : <2SD
b. ( Gizi Kurang )
c. IMT/U:<-3SD (Gizi
sangat kurang )
8. Mukosa Bibir Kering
9. Bising usus hiperaktif
82

NO Symtom Etiologi Problem


Resiko
3 DS Diare
Ketidakseimbangan
1. Ibu pasien mengatakan
anak sering Elektrolit
mengalami diare,
BAB lebih 3 kali
sehari dengan
konsistensi feses cair,
berbusa serta bau khas

DO
1. Mukosa bibir kering
2. Mata nampak cekung
3. Pasien nampak mual
muntah
4. CRT >3detik
5. Klien nampak lemah

Defisit Pengetahuan
4 DS: Kurang Terpapar Informasi
1. Ibu pasien bertanya- Keluarga Mengenal
tanya tentang penyakit
yang dialami anaknya Masalah Gizi Kurang
2. Ibu pasien mengatakan
cemas dan khawatir
dengan keadaan dan
kondisi anaknya
3. Ibu pasien mengatakan
belum tahu penyebab
dari penyakit anaknya

DO:
1. Ibu pasien tampak
cemas
2. Ibu pasien Nampak
bingung jika ditanya
mengenai penyakit
anaknya

4.2.9 Diagnosa Keperawatan

1. Diare berhubungan dengan Malabsorpi ditandai dengan Ibu pasien

mengatakan anaknya mengalami diare. Defekasi lebih dari tiga kali

dalam 24 jam, Feses lembek atau cair, Frekuensi peristaltic


83

meningkat, Bising usus hiperaktif dan Pasien BAB 3 kali sehari

warna kuning berbau has, frekuensi lembek dan cair

2. Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan

mengabsorbsi makanan ditandai dengan ibu pasien mengatakan

nafsu makan anaknya menurun, Nampak makanan tidak

dihabiskan, BB:9,5kg, LILA:11cm, BMI:13,0, rambut tampak

tipis, jarang,kusam dan berminyak serta distribusi rambut tidak

merata,TB:86cm, Statatus Gizi:BB/U <2SD ( Gizi Kurang ),

IMT/U:<-3SD (Gizi sangat kurang ), Mukosa Bibir Kering, Bising

usus hiperaktif

3. Resiko ketidak seimbangan Elektrolit berhubungan dengan diare

ditandai dengan Ibu pasien mengatakan anak sering mengalami

diare, BAB lebih 3 kali sehari dengan konsistensi feses cair,

berbusa serta bau khas, Mukosa bibir kering, Mata nampak cekung,

Pasien nampak mual muntah, CRT >3detik, Klien nampak lemah

4. Defisit pengetahuan keluarga mengenal masalah gizi kurang

berhubungan dengan terpapar informasi ditandai dengan Ibu pasien

bertanya-tanya tentang penyakit yang dialami anaknya, Ibu pasien

mengatakan cemas dan khawatir dengan keadaan dan kondisi

anaknya, Ibu pasien mengatakan belum tahu penyebab dari

penyakit anaknya, bu pasien tampak cemas, Ibu pasien Nampak

bingung jika ditanya mengenai penyakit anaknya

4.2.10 Rencana Keperawatan

4.3 Tabel Rencana Keperawatan


84

DIAGNOSA TUJUAN DAN


NO INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL RASIONAL

1 Diare berhubungan Setelah dilakukan Manajemen Diare Manajemen diare


dengan malabsorpsi Tindakan
keperawatan selama 3 Observasi Observasi
hari pertemuan 1. Identifikasi penyebab 1. Mencari penyebab-
diharapkan dengan diare
penyebab diare
Kriteria Hasil: 2. Warna,volume,frekuensi
dan konsistensi tinja 2. Melihat warna BAB
1. Konsistensi feses
membaik 3. Monitor tanda dan gejala seberapa banyaknya,
2. Frekuensi hypovolemia ukura dan melihat
defekasi 4. Monitor iritasi dan apakah lembek atau
membaik ulserasi kulit di daerah padat
3. Pengontrolan perianal 3. Mencari tanda tanda
pengeruaran 5. Monitor jumlah
hypovolemia
feses pengeluaran diare
4. Melihat apakah ada
4. Kelembapan
mukosa Terapeutik iritasi dan ulesrasi
meningkat 6. Berikan asupan cairan kulit di daerah
5. Distensi oral perianal
abdomen 5. Melihat jumlah
meningkat Edukasi
7. Anjurkan makanan porsi pengeluaran diare
6. Nafsu makan Terapeutik
meningkat kecil dan sering secara
bertahap 6. Memberikan asupan
8. Anjurkan menghindari cairan pada anak
makanan pembentuk Edukasi
gas, pedas dan 7. Agar anak tidak cepat
mengandung laktosa
bosan deberikan
makanan dan berikan
makanan secara
sering supaya asupan
gizinya terjaga
8. Dikarnakan makanan
yang mengandung gas
dapat meningkatkan
gas dari usus,
makanan pedas juga
dapat mengiritasi
saluran pecernaan.

1. untuk mengetahui
2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Menejemen Nutrisi:
berhubungan dengan Tindakan 1. identifikasi status nutrisi makanan yang di
Ketidakmampuan keperawatan selama 3 2. identifikasi alergi dan konsumsi dan
mengabsorbsi hari pertemuan intoteransi makanan
makanan diharapkan dengan 3. identifikai makanan penggunaan zat zat
Kriteria Hasil: yang disukai gizi dalam tubuh
1. Porsi makan 4. identifikasi kebutuhan
meningkat kalori dan jenis nutrient 2. untuk mengtahui
2. Berat badan 5. monitor asupan alergi makanan dan
meningkat makanan
3. Frekuensi makan 6. Monitor berat badan makanan yang
membaik tidak di sukai
Terapeutik
85

DIAGNOSA TUJUAN DAN


NO INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL RASIONAL
4. Nafsu makan 1. Fasilitasi 3. untuk mengetahui
membaik menentukan
makanan yang di
5. Bising usus pedoman diet
membaik 2. Sajikan makanan sukai anak
6. Kemampuan secara menarik dan
4. untuk mengetahui
menikmati suhu yang sesuai
makanan 3. Berikan makanan tinggi kebutuhan kalori
meningkat serat untuk mencegah
dan nutrient yang
konstipasi
4. Berikan makanan tinggi di berikan
kalori dan tinggi protein
5. untuk mengetahui
Edukasi asupan makanan
5. Ajarkan diet yang di
programkan dan
dokumentasikan
Pemantauan Nutrisi:
6. Identifikasi faktor yang masuknya makan
mempengaruhi asupan dalam tubuh
gizi
7. Identifikasi perubahan 6. mewaspadai
berat badan penurunan berat
8. Identifikasi pola makan
9. Identifikasi kemampuan badan
menelan terafeutik
10. Monitor mual muntah
11. Monitor asupan oral 7. untuk
membersihkan
Terapeutik
12. Timbang berat badan mulut agar pasien
13. Ukur antropometrik nyaman utntuk
komposisi tubuh
14. Hitung perubahan berat makan
badan 8. memfasilitasi
Edukasi kebutuhan pasien
15. Jelaskan tujuan dan
dalam pemenuhan
prosedur pemantauan
16. Informasikan hasil nutrisi
pemantauan
9. untuk
menambahkan
nafsu makan pasien
10. untuk membantu
meningkatkan berat
badan dan ukuran
feses serta
melunakkan
testurnya
11. karena
pertumbuhan
86

DIAGNOSA TUJUAN DAN


NO INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL RASIONAL
belum lengkap dan
atau kebiasaan
makan yang
memerlukan

edukasi
12. agar asupan
makanan di dalam
tubuh dapat
terpenuhi.

Kolaborasi
13. Untuk mennetukan
jumlah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan

Pemantauan elektrolit:
3 Risiko Setelah dilakukan Pemantauan elektrolit: Observasi
ketidakseimbangan Tindakan 1. untuk mengetahui
elektrolit keperawatan selama 3 Observasi keadaan umum
berhubungan diare hari pertemuan 1. vital sign pasien
diharapkan dengan 2. identifikasi 2. untuk mengetahui
Kriteria Hasil: kemungkinan penyebab penyebab ketidak
a. asupan cairan ketidak seimbangan seimbangan cairan
meningkat erekterolit 3. melihat beberapa
b. kelembapan 3. monitor mual,muntah kali pasien mual,
mukosa dan diare muntah dan diare
meningkat Edukasi
c. asupan makanan edukasi 4. menginformasikan
meningkat 4. informasikan hasil kepada orang tua
pemantauan hasil pengkajian
mual muntah Menejemen elektrolit
menurun menejemen elektrolit:
Observasi
Observasi 5. melihat setatus
5. monitor status hidrasi nutrisa anak
6. monitor berat badan 6. melihat berat
harian badan anak
Terapeutik
Terapeutik 7. agar pasien
7. berikan asupan cairan tercukupi asupan
sesuai kebutuhan nutrisinya

1. Berikan pengetahuan ibu 1. Memberikan


4 Deficit pengetahuan Setelah dilakukan mengenai pengetahuan ibu
berhubungan dengan tindakan keperawatan pengertian,penyebab, mengenai
kurang terpapar selama 3 hari tanda dan gejala gizi pengertian,penyeba
informasi pertemuan di harapkan kurang b, tanda dan gejala
dengan kriteria hasil: 2. Berikan pengetahuan ibu gizi kurang
87

DIAGNOSA TUJUAN DAN


NO INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL RASIONAL
1. Ibu pasien tidak cara mengatasi gizi 2. Memberikan
cemas kurang pengetahuan ibu
2. Nampak ibu 3. Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi gizi
pasien tenang dan tentang lingkungan yang kurang
rileks sehat 3. Menjelaskan
3. Keluarga mulai 4. Berikan kesempatan pada kepada keluarga
paham tentang keluarga pasien untuk tentang lingkungan
penyakit anak mengungkapkan perasaan yang sehat
terkait penyakit pasien 4. Memberikan
kesempatan pada
keluarga pasien
untuk
mengungkapkan
perasaan terkait
penyakit pasien

4.2.11 Implementasi keperawatan

4.4 Tabel Implementasi Keperawatan

Hari/tgl No.dx Jam Tindakan Keperawatan Respon hasil Paraf


Kamis, 1 9:00 1. Mengkaji factor 1. Ibu pasien
30 juli WITA penyebab diare mengatakan tidak Taufik
2020 tau penyebab
diare pada
anaknya

1 9:05 2. Mengobservasi 2. Ibu pasien


WITA warna,volume,frekuensi mengatakan anak Taufik
dan konsistensi tinja sering mengalami
diare, BAB lebih
3 kali sehari
dengan
konsistensi feses
cair, dengan
frekuensi lembek
dan bau khas.

1 9:10 3. memberikan asupan 3. Ibu pasien


WITA cairan oralit ½ gelas mengatakan akan Taufik
setiap BAB memberikan
cairan oralit
ketika anaknya
sudah BAB

1 9:15 4. menganjurkan makanan 4. Ibu pasien tampak


WITA porsi kecil dan sering kooperatif dan Taufik
melakukan
88

Hari/tgl No.dx Jam Tindakan Keperawatan Respon hasil Paraf


secara bertahap tindakan sendiri

1 9:20 5. Mengajarkan ibu pasien 5. Ibu mengatakan


WITA untuk menghindari mengerti untuk Taufik
makanan pembentuk gas, mengindari
pedas dan mengandung makanan
laktosa pembentuk gas,
pedas dan
mengandung
laktosa

Kamis, 2 9:25 1. Mengukur tanda-tanda 1. N:96x/mnt


30 juli WITA vital pasien RR: 27x/mnt Taufik
2020 S:36,6°C

2 9:30 2. Menanyakan kepada ibu 2. Ibu pasien


WITA pasien apakah ada alergi mengatakan tidak Taufik
makanan ada alergi
makanan pada
anaknya

2 9:35 3. mengidentifikai makanan 3. Ibu pasien


WITA yang disukai pasien mengatakan Taufik
makanan yang
disukai anaknya
mie instan

2 9:35 4. mengidentifikai makanan 4. Ibu pasien


WITA yang disukai pasien mengatakan Taufik
makanan yang
disukai anaknya
mie instan

2 9:45 5. Menimbang berat badan 5. BB: 9,5 kg


WITA pasien Taufik

2 9:50 6. Menginformasikan kepada 6. Ibu pasien


WITA ibu bagaimana cara mengatakan belum Taufik
menyajikan makanan yang paham cara
menarik menyajikan
makanan dengan
menari

2 9:55 7. Menganjurkan kepada ibu 7. Ibu pasien


WITA untuk memberikan mengatakan baru Taufik
makananan yang mengetahui
mengandung tinggi serat makanan yang
89

Hari/tgl No.dx Jam Tindakan Keperawatan Respon hasil Paraf


untuk mencegah mengandung tinggi
konstipasi serat

2 10:00 8. Menganjurkan kepada ibu 8. Ibu pasien


WITA untuk memberikan mengatakan baru Taufik
makananan tapa saja yang mengetahui
mengandung tinggi kalori makanan yang
dan tinggi protein mengandung tinggi
kalori dan protein

2 10:05 9. Mengajarkan ibu pasien 9. Ibu pasien


WITA apa saja diet yang di mengatakan belum Taufik
programkan. mengerti diet yang
di programkan

2 10:10 10. Mengukur antropometri 10. Antropometri


WITA pasien a) BB: 9,5 kg Taufik
b) TB: 86 cm
c) TB/U: :-1.30
(normal)
d) BB/TB:-2,13
(gizi kurang)
e) IMT/U:-4.57
(gizi sangat
kurang

2 10:15 11. menginformasikan hasil 11. Ibu pasien tampak


WITA pemantauan mengerti apa yang Taufik
di sampaikan oleh
perawat

Kamis, 3 10:20 1. memantau tanda dan 1. Ibu pasien Taufik


30 juli WITA gejala kekurangan cairan mengatakan anak
2020 dan elektrolit sering mengalami
diare, BAB lebih
3 kali sehari
dengan
konsistensi feses
cair,lembek dan
bau khas
1. Mukosa bibir
kering
2. Mata nampak
cekung
3. CRT >3detik
4. Klien nampak
lema

3 10:25 2. Menganjurkan ibu pasien 2. Ibu pasien tampak


WITA untuk memberikan kooperatif dan Taufik
minum banyak mengikuti saran
yang diberikan
90

Hari/tgl No.dx Jam Tindakan Keperawatan Respon hasil Paraf


3 10:30 3. Melihat apakah ada tanda 3. Pasien tampak
WITA mual muntah mual dan muntah Taufik

Kamis, 4 10:40 1. Memberikan 1. Ibu pasien tampak


30 juli WITA pengetahuan ibu belum mengerti Taufik
2020 mengenai pengertian, tentang penyebab
tanda dan gejala
penyebab tanda dan
gizi kurang
gejala gizi kurang

2. Memberikan pengetahuan 2. Ibu pasien


4 10:45 ibu cara mengatasi gizi mengatakan Taufik
kurang belum paham cara
WITA mengatasi gizi
kurang pada
anaknya

3. Menjelaskan kepada 3. Ibu pasien tampak


4 10:50 keluarga tentang mengerti Taufik
WITA lingkungan yang sehat penjelasan cara
memberikan
lingkungan yang
nyaman pada
anaknya

4. Berikan kesempatan pada 4. Ibu pasien


4 10:55 keluarga pasien untuk mengatakan Taufik
WITA mengungkapkan perasaan khawatir tentang
terkait penyakit pasien tumbuh kembang
anak nya dan
berharap anaknya
bisa sembuh dari
penyakit gizi
kurang.

Sabtu, 1 1 9:00
Agustus WITA 1. mengobservasi warna, 1.ibu pasien Taufik
2020 volume,frekuensi dan mengatakan
konsistensi tinja frekuensi feses
sudah mulai padat,
dan tidak bau
1 9:10
WITA 2. mengobservasi tanda dan 2. tampak tidak ada Taufik
gejala hypovolemia tanda dan gejala
hypovolemia
1 9:15
WITA 3. melihat apakah ada iritasi 3. tampak kemerahan Taufik
pada anus
1 9:20
4. memberikan asupan cairan 4. ibu pasien Taufik
91

Hari/tgl No.dx Jam Tindakan Keperawatan Respon hasil Paraf


WITA
oralit ½ gelas setiap BAB menatakan ketika
anaknya BAB
memberikan cairan
oralit ½ gelas setelah
BAB
1 9:25
WITA 5. menganjurkan makanan 5.ibu tampak Taufik
porsi kecil dan sering kooperatif
secara bertahap

1 9:30 6. Mengajarkan ibu pasien


WITA untuk menghindari 6. ibu tampak Taufik
makanan pembentuk gas, kooperatif
pedas dan mengandung
laktosa

Sabtu, 1 2 9:35 1. Mengukur tanda-tanda 1. N:97x/mnt


agustus WITA vital pasien RR: 26x/mnt Taufik
2020 S:36,3°C

2 9:40 2. Menimbang berat badan


WITA pasien 2. BB: 9,5 kg Taufik

2 9:45 3. Memonitor asupan


WITA makanan 3. Ibu pasien Taufik
mengatakan nafsu
makan anaknya
masih menurun
2 9:50 4. Menginformasikan
WITA kepada ibu untuk tetap 4. Ibu pasien Taufik
menyajikan makanan mengatakan
yang menarik semenjak diberikan
5. informasi tetap
memberikan
makanan secara
menarik kepada
anaknya
2 9:55 5. Menganjurkan ibu
WITA untuk tetap memberikan 5. ibu pasien Taufik
makanan yang mengatakan sudah 2
mengandung tinggi serat hari memberikan
makanan yang
mengandung serat
seperti jagung, kacang
kacangan.
2 10:00 6. Menganjurkan ibu
WITA untuk tetap memberikan 6. ibu pasien Taufik
makanan yang mengatakan tadi
mengandung tinggi kalori malam dan
dan protein sarapan pagi ini
anaknya makan
memberikan lauk
yang mengandung
92

Hari/tgl No.dx Jam Tindakan Keperawatan Respon hasil Paraf

protein seperti
telur
2 10:05 7. Mengajarkan ibu diet
WITA yang di programkan 7. ibu pasien Taufik
mengatakan sudah
mulai paham diet
yang di
programkan
2 10:10 8. Mengukur 8.Antropometri
WITA antropometri a) BB: 9,5 kg Taufik
b) TB: 86 cm
c) TB/U: :-1.30
(normal)
d) BB/TB:-2,13
(gizi kurang)
e) IMT/U:-4.57
(gizi sangat
kurang

2 9:55 9. Menganjurkan ibu 9. ibu pasien


WITA untuk tetap memberikan mengatakan sudah 2 Taufik
makanan yang hari memberikan
mengandung tinggi serat makanan yang
mengandung serat
seperti jagung,
kacang kacangan.

3 10:15 10. Menganjurkan ibu 10. Ibu pasien tampak


WITA pasien untuk memberikan kooperatif dan Taufik
minum banyak mengikuti saran yang
diberikan

3 10:25 1. Melihat apakah ada tanda 1. Ibu pasien


WITA mual muntah dan diare mengatakan Taufik
anaknya sering
mual tetapi tidak di
sertai dengan
muntah dan ibu
pasien mengatakan
feses sudah mulai
padat.

Minggu 1 9:00
2 WITA 1. mengobservasi warna, 1.ibu pasien Taufik
Agustus volume,frekuensi dan mengatakan
2020 konsistensi tinja frekuensi feses
sudah padat dan
tidak berbau
2 9:30 1. Menganjurkan ibu untuk
WITA tetap memberikan 6. ibu pasien Taufik
makanan yang mengatakan
mengandung tinggi kalori semenjak
dan protein diinformasikan
untuk dianjurkan
makan makanan
93

Hari/tgl No.dx Jam Tindakan Keperawatan Respon hasil Paraf

yang mengandung
protein selalu
berusaha dan
memberikan
anaknya.
1 9:10
WITA 2. mengobservasi tanda dan 2. tampak tidak ada Taufik
gejala hypovolemia tanda dan gejala
hypovolemia
1 9:15
WITA 3. melihat apakah ada iritasi 3. tampak sudah tidak Taufik
pada anus ada tanda iritasi
1 9:20
WITA 4. memberikan asupan cairan 4. ibu pasien Taufik
oralit ½ gelas setiap BAB mengatakan
semenjak frekuensi
fese padat sudah
tidak lagi
memberikan cairan
oralit
1 9:25
WITA 5. menganjurkan makanan 5.ibu tampak Taufik
porsi kecil dan sering kooperatif
secara bertahap
Minggu 2 9:30 2. Mengukur tanda-tanda 1. N:95x/mnt
2 WITA vital pasien RR: 27x/mnt Taufik
Agustus S:36,5°C
2020

2 9:35 3. Menimbang berat badan


WITA pasien 2. BB: 9,5 kg Taufik

2 9:40 4. Memonitor asupan


WITA makanan 3.Ibu pasien Taufik
mengatakan nafsu
makan anaknya
mulai meningkat
2 9:45 5. Menginformasikan 4. Ibu pasien
WITA kepada ibu untuk tetap mengatakan Taufik
menyajikan makanan semenjak
yang menarik diberikan
informasi tetap
memberikan
makanan secara
menarik kepada
anaknya

2 9:50 6. Menganjurkan ibu untuk


WITA tetap memberikan 5. ibu pasien Taufik
makanan yang mengatakan tetap
mengandung tinggi serat memberikan makanan
yang mengandung
tinggi serat
2 9:35 7. Mengajarkan ibu diet
7. ibu pasien Taufik
94

Hari/tgl No.dx Jam Tindakan Keperawatan Respon hasil Paraf


WITA yang di programkan
mengatakan sudah
mulai paham diet
yang di
programkan
2 9:40 8. Mengukur antropometri 8.Antropometri
WITA a) BB: 9,5 kg Taufik
b) TB: 86 cm
c) TB/U: :-1.30
(normal)
d) BB/TB:-2,13
(gizi kurang)
e) IMT/U:-4.57
(gizi sangat
kurang

Minggu 3 9:55 1. Menganjurkan ibu pasien 1. Ibu pasien


2 WITA untuk memberikan minum mengatakan Taufik
Agustus banyak selalu
2020 memberikan
minum air putih
ketika anaknya
haus

3 10:00 2. Memantau tanda dehidrasi 2. Mukosa kelihatan


WITA pasien lembab , Mata Taufik
nampak cekung,CRT
>3detik, Klien
nampak segar

3 10:05 3. Melihat apakah ada tanda 3. tidak ada tanda


WITA mual muntah diare mual muntah ibu Taufik
pasien mengatakan
frekuensi diare sudah
padat, BAB 1 kali
sehari

3 10:10 4. Menimbang berat badan BB:9,5kg


WITA pasien

4.2.12 Evaluasi Keperawatan

4.5 Tabel Evaluasi Keperawatan

No Evaluasi hari ke 1 Evaluasi hari ke 2 Evaluasi hari ke 3


dx

1 S: S: S:
1. Ibu pasien mengatakan 1. Ibu pasien
95

No Evaluasi hari ke 1 Evaluasi hari ke 2 Evaluasi hari ke 3


dx

konsistensi feses cair, lembek 1. ibu pasien mengatakan mengatakan


dan bau khas. frekuensi feses sudah mulai konsistensi
2. Frekuensi Defekasi diare, BAB padat feses padat
lebih 3 kali sehari 2. frekuensi defeksi diare, BAB 2. Frekuensi
3. Ibu pasien mengatakan anaknya 3 kali sehari Defekasi diare,
belum bisa mengontrol 3. Ibu pasien mengatakan BAB lebih 2
pengeluaran BAB. anaknya mulai bisa kali sehari
4. Ibu pasien mengatakan anak mengonterol pengeluaran 3. Ibu pasien
masih mengalami kembung BABnya mengatakan
5. Ibu pasien mengatakan napsu 4. Ibu pasien mengatakan anaknyan
makanan nya masih menurun anaknya sudah tidak sudah bisa
mengalami kembung lagi mengonterol
O: 5. Ibu pasien mengatakan pengeluaran
1. Pasien tampak kooperatif untuk napsu makan anaknya mulai BABnya
melakukan tindakan meningkat 4. Ibu pasien
2. Ibu pasien mengerti makanan mengatakan
yang tidak boleh di berikan O: anaknya sudah
makanan yang mengandung gas, 1. perianal tampak kemerahan tidak
pedas dan mengandung laktosa mengalami
3. Ibu pasien tampak mengikuti A: Masalah teratasi kembung lagi
arahan memberikan makanan 1. anjurkan makanan porsi 5. Ibu pasien
sedikit tapi sering kecil dan sering secara mengatakan
4. Mukosa bibir tampak kering bertahap nafsu makan
2. observasi tanda dan anaknya sudah
gejala hypovolemia meningkat
P:Intervensi dilanjutkan
A: Masalah belum teratasi 1. Warna,volume,frekuensi O:
1. Anjurkan menghindari dan konsistensi tinja 1. Perianal
makanan pembentuk gas, 2. Monitor iritasi daerah tampak tidak
pedas dan mengandung perianal ada kemerahan
laktosa 3. Monitor jumlah
pengeluaran diare A: Masalah teratasi
P: Intervensi dilanjutkan 4. Berikan asupan cairan 1. Warna,volume,
1. Warna,volume,frekuensi dan oralit frekuensi dan
konsistensi tinja konsistensi
2. Monitor iritasi daerah tinja
perianal 2. Monitor iritasi
3. Monitor jumlah pengeluaran daerah perianal
diare 3. Monitor
4. Berikan asupan cairan oralit jumlah
5. anjurkan makanan porsi kecil pengeluaran
dan sering secara bertahap diare
4. Berikan asupan
cairan oralit

P: Intervensi
dihentikan

2 S: S: S:
1. Ibu pasien mengatakan Porsi 1. Ibu pasien mengatakan Porsi 1. Ibu pasien
makan anaknya masih menurun makan anaknya masih cukup mengatakan
2. Ibu pasien mengatakan frekuensi meningkat Porsi makan
makan anaknya masih menurun 2. Ibu pasien mengatakan anaknya
3. Ibu pasien mengatakan nafsu frekuensi makan anaknya meningkat
makan anaknya masih menurun 2. Ibu pasien
96

No Evaluasi hari ke 1 Evaluasi hari ke 2 Evaluasi hari ke 3


dx

masih cukup meningkat mengatakan


O: 3. Ibu pasien mengatakan nafsu frekuensi
1. Antropometri makan anaknya cukup makan anaknya
a. BB: 9,5 Kg meningkat meningkat
b. TB:86 cm 3. Ibu pasien
c. BB/U: <2SD (gizi kurang) O: mengatakan
d. BB/TB: <-2 SD (Kurus) 1. Antropometri nafsu makan
e. IMT/U: -3 SD( Kurus) a. BB: 9,5 Kg anaknya
2. Bising Usus hiperaktif b. TB:86 cm meningkat
3. Frekuensi makan menurun c. BB/U: <2SD (gizi
kurang) O:
A: Masalah teratasi d. BB/TB: <-2 SD (Kurus) 1. Antropometri
1. Menanyakan pada ibu pasien e. IMT/U: -3 SD( Kurus) a. BB: 9,5
apakah ada alergi makanan 2. Bising Usus hiperaktif Kg
2. Mengidentifikasi makanan yang 3. Frekuensi makan masih b. TB:86 cm
di sukai menurun c. BB/U:
P : Intervensi di lanjutkan <2SD (gizi
1. Mengukur tanda-tanda vital A: Masalah Teratasi kurang)
pasien 1. Anjurkan diet yang di d. BB/TB: <-
2. Menimbang berat badan programkan 2 SD
pasien (Kurus)
3. Memonitor asupan makanan P: intervensi teratasi e. IMT/U: -3
4. Menginformasikan kepada 1. Mengukur tanda-tanda vital SD( Kurus
ibu untuk tetap menyajikan pasien )
makanan yang menarik 2. Menimbang berat badan 4. Sudah tidak
5. Menganjurkan ibu untuk tetap pasien ada tersenggar
memberikan makanan yang 3. Memonitor asupan Bising Usus
mengandung tinggi serat makanan 5. Frekuensi
6. Menganjurkan ibu untuk tetap 4. Menginformasikan kepada makan
memberikan makanan yang ibu untuk tetap menyajikan meningkat
mengandung tinggi kalori dan makanan yang menarik
protein 5. Menganjurkan ibu untuk A: Masalah Teratasi
7. Mengajarkan ibu diet yang di tetap memberikan makanan 1. Memonitor
programkan yang mengandung tinggi asupan
8. Mengukur antropometri serat makanan
6. Menganjurkan ibu untuk 2. Menginforma
tetap memberikan makanan sikan kepada
yang mengandung tinggi ibu untuk
kalori dan protein tetap
7. Mengukur antropometri menyajikan
makanan yang
menarik
3. Menganjurka
n ibu untuk
tetap
memberikan
makanan yang
mengandung
tinggi serat
4. Menganjurka
n ibu untuk
tetap
memberikan
makanan yang
97

No Evaluasi hari ke 1 Evaluasi hari ke 2 Evaluasi hari ke 3


dx

mengandung
tinggi kalori
dan protein

P: Intervensi
Dilanjutkan
1. Mengukur
tanda-tanda
vital pasien
2. Menimbang
berat badan
pasien
3. Mengukur
antropometri

3 S: S: S:
1. Asupan cairan menurun 1. Asupan cairan cukup 1. Asupan cairan
2. Asupan makanan menurun meningkat meningkat
3. Pasien mual muntah 2. Asupan makanan cukup 2. Asupan
meningkat makanan
O: 3. Pasien mual tetapi tidak meningkat
1. Mukosa bibir kering disertai dengan muntah 3. Pasien sudah
A: Masalah belum teratasi tidak mual
P: Intervensi dilanjutkan O: muntah
1. Identifikasi kemungkinan 1. Mukosa bibir kering
penyebab ketidakseimbangan O:
elektrolit A: Masalah teratasi 1. Mukosa bibir
2. Monitor mual muntah dan 1. Identifikasi kemungkinan lembab
diare penyebab
3. Informasi hasil pemantauan ketidakseimbangan A: Masalah teratasi
4. Monitor status dehidrasi elektrolit 1. Monitor mual
5. Monitor berat badan harian muntah dan
6. Berikan asupan cairan sesuai P: Intervensi dilanjutkan diare
kebutuhan 1. Monitor mual muntah dan 2. Informasi
diare hasil
2. Informasi hasil pemantauan
pemantauan 3. Monitor
3. Monitor status dehidrasi status
4. Monitor berat badan dehidrasi
harian 4. Monitor berat
5. Berikan asupan cairan badan harian
sesuai kebutuhan 5. Berikan
asupan cairan
sesuai
kebutuhan

P: Intervensi di
hentikan

4 S
a. Ibu pasien mengatakan belum
paham cara mengatasi gizi kurang
98

No Evaluasi hari ke 1 Evaluasi hari ke 2 Evaluasi hari ke 3


dx

pada anaknya
b. Ibu pasien mengatakan khawatir
tentang tumbuh kembang anak
nya dan berharap anaknya bisa
sembuh dari penyakit gizi kurang.

O:

a. Ibu pasien tampak belum


mengerti tentang penyebab tanda
dan gejala gizi kurang
b. bu pasien tampak mengerti
penjelasan cara memberikan
lingkungan yang nyaman pada
anaknya

A: intervensi belum teratasi

P: intervensi di lanjutkan S:
a. Ibu pasien mengatakan paham
cara mengatasi gizi kurang
b. Ibu pasien sudah tidak terlalu
kahawatir pada penyakit
anaknya dikarenakan penjelasan
gizi kurang dapat di atasi dengan
pemberian makanan bergizi dan
cara menyajikan makanan yang
menari untuk menambah nafsu
makan pada anaknya

O:
a. Ibu mengerti apa saja penyebab,
tanda dan gejala gizi kurang

a. Berikan pengetahuan ibu


mengenai
pengertian,penyebab, tanda
dan gejala gizi kurang
b. Berikan pengetahuan ibu cara
mengatasi gizi kurang
c. Berikan kesempatan pada
keluarga pasien untuk
mengungkapkan perasaan
terkait penyakit pasien

A: Masalah teratasi
a. Berikan pengetahuan ibu
mengenai
pengertian,penyebab, tanda
dan gejala gizi kurang
b. Berikan pengetahuan ibu cara
mengatasi gizi kurang
c. Berikan kesempatan pada
99

No Evaluasi hari ke 1 Evaluasi hari ke 2 Evaluasi hari ke 3


dx

keluarga pasien untuk


mengungkapkan perasaan
terkait penyakit pasien

P: intervensi dihentikan

4.3 Pembahasan

Pada BAB 4 ini penulis mencoba menguraikan tentang kesenjangan

yang terjadi antara tinjauan teori dan tinjauan kasus yang ditemukan selama

penerapan ”Pengajaran Nutrisi Pada Keluarga Dengan Anak Usia Toddler

Dengan Status Gizi Buruk” dari tanggal 30 juli 2002 sampai dengan 2

Agustus 2020 di Dusun Janapria, Desa Janapria Kecamatan Janapria

Kabupaten Lombok Tengah.

Kesenjangan yang ditemukan dapat dijelaskan melalui perubahan

setiap tindakan dari Asuhan Keperawatan. Kita dapat memperhatikan faktor-

faktor penghambat dan pendukung yang ada sehingga diperoleh suatu

Asuhan Keperawatan yang tepat dan benar.

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 30 juli 2020 dengan

mengadakan wawancara terhadap orang tua pasien, observasi, pemeriksaan

fisik, dan dokumentasi status pasien yang menunjang dalam pengkajian.

Pengumpulan data pada pasien tidak dilakukan sekaligus karena diselingi

dengan kegiatan pelaksanaan tindakan keperawatan.

Secara teori tanda dan gejala gizi buruk adalah: Marasmus terjadi

disebabkan asupan kalori yang tidak cukup.Marasmus sering sekali terjadi

pada bayi di bawah 12 bulan.Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus


100

kering sehingga wajah seperti orangtua, kulit keriput, cengeng dan rewel

meskipun setelah makan, perut cekung, rambut tipis, jarang dan kusam,

tulang iga tampak jelas dan pantat kendur dan keriput (baggy pant).

Kwashiorkor adalah salah satu bentuk malnutrisi protein yang berat

disebabkan oleh asupan karbohidrat yang normal atau tinggi namun asupan

protein yang inadekuat (Liansyah TM, 2015). Beberapa tanda khusus dari

kwashiorkor adalah: rambut berubah menjadi warna kemerahan atau abu-

abu, menipis dan mudah rontok, apabila rambut keriting menjadi lurus, kulit

tampak pucat dan biasanya disertai anemia, terjadi dispigmentasi

dikarenakan habisnya cadangan energi atau protein. Pada kulit yang terdapat

dispigmentasi akan tampak pucat, Sering terjadi dermatitis (radang pada

kulit), terjadi pembengkakan, terutama pada kaki dan tungkai bawah

sehingga balita terlihat gemuk. Pembengkakan yang terjadi disebabkan oleh

akumulasi cairan yang berlebihan.Balita memiliki selera yang berubah-ubah

dan mudah terkena gangguan pencernaan (Arvin Ann M, 2000).

Marasmus-Kwashiorkor, Memperlihatkan gejala campuran antara

marasmus dan kwashiorkor.Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung

protein dan energi untuk pertumbuhan normal.Pada penderita berat badan

dibawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor seperti

edema, kelainan rambut, kelainan kulit serta kelainan biokimia (Pudjiadi S,

2010).

Dalam pengkajian pada tanggal 30 juli 2020 di dapatkan pada anak

“F” gizi buruk dengan berat badan 9,5 kg, tinggi badan 86 cm, suhu tubuh

anak 36,6 °C. pada saat Ibu pasien mengatakan anak sering mengalami
101

diare, BAB lebih 3 kali sehari dengan konsistensi feses cair, frekuensi

lembek dan bau khas dan penyebabnya tidak diketahui.keluhan yang

menyertai yaitu lemah dan nafsu makan menurun, rambut tampak tipis,

jarang,kusam dan berminyak serta distribusi rambut tidak merata, anaknya

sering mengalami diare, kurangnya nafsu makan, perut membesar ,tampak

lemah, anaknya mudah sakit dan rewel.Setelah dilakukan pengecekan anak

mengalami gizi kurang,anak juga mempunyai riwayat gizi buruk.

Dalam secara teori an”F” termasuk kategori gizi buruk kwashiorkor.

Gejala dari kwashiorkor pada anak, yaitu: warna kulit jadi gelap, mudah

lelah, massa otot mengecil, diare, berat badan menurun, bengkak karena di

seluruh tubuh kecuali pergelangan kaki dan tangan,perut buncit, kulit kering

dan bersisik, cepat marah dan rewel, system imun terganggu, infeksi parah,

pertumbuhan terhambat, tubuh sangat kurus. Dari hasil pengkajian yang

ditemukan tanda dan gejala an”F” mengalami kwashiorkor yaitu anak

mengalami diare, berat badan menurun, perut buncit, anak cepat marah dan

rewel, system imun terganggu bagaimana anak sering mengalami

demam,batuk dan pilek, dan tubuh anak sangat kurus. Dari 13 tanda dan

gejala kwashiorkor ada 6 yang tidak muncul diakrenakan an”F” dari gizi

buruk sudah menjadi gizi kurang karena sudah mendapatkan penyuluhan

dari puskesmas bagaimana cara merawat anak gizi buruk dan pedoman diet

yang di programkan sehingga anak tersebut naik menjadi gizi kurang.

Pada saat pengkajian riwayat ibu anak “F” ibu pasien mengatakan

pada saat mengandung anaknya dia tidak memakan makanan yang bergizi

kebanyakan mengonsumsi makana cepat saji. Pada saat mau melahirkan ibu
102

pasien terjatuh di kamar mandi pada umur janin nya tujuh bulan selanjutnya

pasien di bawa ke puskesmas janapria dan di sana bidan mengatakan ibu

pasien sudah mengalami pecah ketuban dini dan anak nya di lahirkan

perematur dalam umur kandungan tujuh bulan pada tanggal 22 januari 2018

dengan berat badan 2700 Setelah melahirkan anak nya di susui asi ekslusif

selama dua minggu saja di karnakan ibuk nya dan ayah nya mengalami

perceraian dan anak nya di urus oleh nenek dari ayah si pasien dan di

berikan susu formula, air putih dan air gula selama 7 bulan.

Hasil pengkajian pada ibu Ny.I kehilangan nafsu makan pasien

mengalami penyusutan berat badan dari satu bulan yang lalu berat badan

pasien sekarang 9,5 kg dan pasien pada saat makan tidak di habiskan

makanan nya.

Dari hasil pengkajian di tetapkan 4 diagnosa yaitu diagnose diare,

defisit nutrisi, risiko ketidakseimbangan elektrolit dan kurang pengetahuan

pada keluarga. Dalam teori gizi buruk ada beberapa diagnose yang muncul

yaitu:

a. Defisit nutrisi kurang berhubungan dengan factor ekonomi,

ketidakseimbangan pemberian ASI di tandai dengan pasien cepat

kenyang setelah makan, kram atau nyeri abdomen, nafsu makan

menurun, Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal,

Bising usus hiperaktif, Otot pengunyah lemah, Otot menelan lemah,

Membrane mukosa pucat, Sariawan, Serum albumin turun, diare.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan GI (malabsorbsi)

penyakit, kehilangan nutrien meningkat, gizi buruk, menurun masa otot


103

cepat lelah ditandai dengan mengeluh lelah, Dispnea saat/setelah

aktivitas, Merasa tidak nyaman setelah aktivitas, Merasa lemah,

frekuensi jantung meningkat>20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG

menunjukkan aritmia saat/ setelah aktivitas, gambaran EKG

menunjukkan iskemia, sianosis.

c. Gangguan pertumbuhan dan perkembahangan berhubungan dengan

kehilanga nutrient meningkat, marasmus, ketidak seimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh ditandai dengan tidak mampu melakukan

keterampilan atau perilaku khas sesuai usia, pertumbuhan fisik

terganggu, kontak mata terbatas, nafsu makan menurun,lesu, pola tidur

terganggu

d. Risiko infeksi berhubungan dengan faktor sosial ekonomi, ketidak

adekuatan pemberian ASI, intake nutrisi kurang di tandai dengan pasien

demam, hipoalbuminemia, diare, anoreksia, nadi lemah.

e. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubunnga dengan factor

sosial ekonomi, ketidak adekuatan pemberian ASI, intake nutrisi kurang,

asupan cairan tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh di tandai dengan

pasien mengeluh muntah diare dan batuk yang tidak kunjung sembuh,

suhu tubuh 38°C, RR 32x/menit cepat dan dagkal, anak tampak kurus,

mukosa bibir kering, BB/TB <-3 SD lingkar 7 cm, albumin 1,8 gr (N=

4,4-5,4), kulit keriput.

f. Diare berhubungan dengan factor sosial ekonomi, ketidak adekuatan

pemberian ASI, intake nutrisi kurang, resiko infeksi ditandai dengan

urgency, nyeri/kram abdomen, defekasi lebih dari tiga kali dalam 24


104

jam, feses lembek atau cair, frekuensi penstaltic meningkat, bising usus

hiperaktif.

g. Risiko syok hipomolemik berhubungan dengan factor sosial ekonomi,

ketidak adekuatan pemberian ASI, intake nutrisi kurang, asupan cairan

tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, resiko ketidak seimbangan

volume cairan, gangguan cairan tidak dapat dikoreksi di tandai dengan

pasien tampak lemas, turunnya tekanan darah, denyut nadi cepat, napas

cepat, turunnya suhu tubuh, pucat, cemas,bingung atau gelisah.

Pada diagnosa defisit nutrisi gejala mayor dan minor secara umum

sering di temukan berat badan menurun di bawah rentang normal,bising

usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membrane

mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok berlebihan,

diare, cepat kenyang setelah makan , kram/nyeri abdomen dan nafsu

makan menurun. Pada kasus ini data mayor dan minor ditemuakan pada

an”F” berat badan menurun, membrane mukosa mukosa pucat, diare dan

nafsu makan menurun.

Diagnose Diare tanda dan gejala mayor dan minor secara umum

sering diemukan yaitu defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam, feses

lembek atau cair, frekuensi peristaltik meningkat, bising usus hiperaktif,

urgency dan nyeri/kram abdomen. Pada kasus ini ditemukan tanda dan gejala

defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam, dan feses lembek atau cair,

frekuensi peristaltik meningkat, bising usus hiperaktif.


105

Diagnose risiko ketidakseimbangan elektrolit gejala mayor dan minor

sering ditemukan pasien mengeluh muntah diare dan batuk yang tidak

kunjung sembuh, suhu tubuh 38°C, RR 32x/menit cepat dan dangkal, anak

tampak kurus, mukosa bibir kering, BB/TB <-3SD Lingkar 7cm, albumin

1,8gr (N=4,4-5,4), kulit keriput. Pada kasus ini data mayor dan minor

ditemukan pada an “F” pasien diare, anak tampak kurus, mukosa bibir,

kering, BB/TB <-3SD dan kulit keriput.

Dari hasil pengkajian 30 juli 2020 Nampak makanan tidak

dihabiskan LILA:11 cm BMI:13,0 (sangat kurus) rambut tampak tipis,

jarang,kusam dan berminyak serta distribusi rambut tidak merata.

Dalam teori di jelaskan bahwa anak dengan gizi buruk keadaan

dimana asupan nutrisi tidak dapat memenuhi atau mencukupi kebutuhan

metabolik tubuh, penurunan berat badan lebih dari ideal, kesukaran makan,

kehilangan rambut yang berlebih, pucat pada kulit, membrane mukosa

kering, wajah tampak membulat. Sehingga rumusan diagnose yang muncul

pada kasus yaitu intake nutrisi kurang.

Perencanaan terhadap diagnose deficit nutrisi kurang yang muncul

pada kasus gizi buruk ditujukkan mengajarkan kepada ibu untuk menyajikan

makanan secara menarik supaya untuk menarik perhatian kepada anak untuk

makan. Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi, Berikan

makanan tinggi kalori dan tinggi protein dan mengajarkan ibu diet yang di

programkan sehingga memenuhi asupan nutrisi pada anaknya.

Pelaksanaan pada kasus ini mengajarkan kepada ibu bagaimana cara

menyajikan makanan secara menarik untuk menarik perhatian dan nafsu


106

makan anaknya,mengajarkan kepada ibu untuk selalu memberikan makanan

yang tinggi serat untuk mencegah kontisipasi dan memberikanan makanan

tinggi protein. Dan memberikan edukasi kepada ibu diet yang di programkan

untuk memenuhi asupan nutrisi pada An”F”.

Dari hasil kegiatan asuhan keperawatan selama 3 hari ditemukan

perbadingan pada hari ke-1 tanggal 30 juli 2020 di dapatkan sebelum di

lakukan tindakan keperawatan Ny.I nafsu makan anak masih menurun dan

tanda tanda vital An”F” N:96x/mnt, RR: 27x/mnt, S:36,6°C. Tindakan hari

ke 2 pada tanggal 31 juli 2020 di dapatkan Ny.I sudah paham program diet

yang di ajarkan seperti menyajikan makanan menarik kepada anaknya,

memberikan makanan tinggi serat dan protein. Tindakan hari ke 3 pada

tanggal 2 Agustus 2020 Ny.I nafsu makan anaknya mulai meningkat, paham

apa yang di ajarkan dan melakukan semua program yang di ajarkan.

Dari hasil penelitian pengajaran intake nutrisi pada ibu selama 3 hari

ditemukan adanya perbandingan pemahaman tentang nutrisi yang di berikan

pada An”F”. secara teori Tata laksana diet pada anak KEP berat/gizi buruk

ditujukan untuk memberikan makanan tinggi energi, tinggi protein serta

cukup vitamin dan mineral secara bertahap, guna mencapai status gizi

optimal.Ada 4 kegiatan penting dalam tata laksana diet, yaitu pemberian diet,

pemantauan dan evaluasi, penyuluhan gizi, serta tindak lanjut.

Intervensi Diare. Setelah 3 hari melakukan evaluasi.hasil analisa pada

evaluasi menunjukkan masalah diare teratasi dan mukosa bibir pasien

lembab dan tampak segar.


107

Dalam penelitian ini dilakukan Vital sign, Identifikasi penyebab

diare, Monitor warna, volume, frekuensi, dan kosistensi tinja, Berikan

asupan cairan oral dan Anjurkan makan porsi kecil dan sering secara

bertahap. Dimana metode ini dilakukan 3 kali kunjungan rumah, dengan

tujuan utama dapat mengatasi diare.

Tindakan hari pertama dilakukan mengukur tanda-tanda vital,

mengidentifikasi penyebab diare, Monitor warna, volume, frekuensi, dan

kosistensi tinja, Berikan asupan cairan oral dan Anjurkan makan porsi kecil

dan sering secara bertahap. Setelah dilakukan tindakan dengan hasil

frekuensi feses An.F cair, lembek dan bau khas, dan memberitahukan ibu

pasien untuk memberikan makan sering dalam porsi kecil dan menganjurkan

ibu untuk melakukan sendirinya. Pada hari kedua diberikan tindakan berikan

asupan cairan oralit ½ gelas setelah BAB,anjurkan menghindari makanan

pembentuk gas, pedas dan mengandung laktosa dan tetap dianjurkan ibu

untuk tetap memberikan makan sering walaupun dalam porsi kecil. Pada hari

ke tiga setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan frekuensi feses

menjadi padet, BAB 2x, dan tetap melakukan memberikan makan dalam

porsi kecil dan sering.

Intervensi diagnosa Resiko Ketidakseimbangan Elektrolit . Setelah 3

hari peneliti melakukan evaluasi sumatif. Hasil analisa pada evaluasi sumatif

menunjukkan masalah BAB dan Mual muntah teratasi. Hal ini di tunjukan

dengan data subyektif dan objektif antara lain: Ibu pasien mengatakan anak

sering mengalami diare, BAB lebih 3 kali sehari dengan konsistensi feses
108

cair, lembek dan bau khas,pasien tampak mual muntah, Mukosa bibir kering,

Mata nampak cekung, CRT >3detik dan Klien nampak lemah.

Pada diagnose ke 4 Kurang pengetahuan pada keluarga berhubungan

dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah gizi. Setelah 2 hari

melakukan evaluasi. Hasil analisa pada evaluasi menunjukkan ibu pasien

mengerti pengertian,penyebab dan tanda gejala gizi kurang dan ibu paham

cara mengatasi gizi kurang.

Dari ke empat diagnose ada beberapa rencana keperawatan yang

sudah terselesaikan dan ada beberapa yang belum terselesaikan dikarenakan

fasilitas yang kurang memadai sehingga peneliti hanya memberikan edukasi

dan peneliti hanya mengajukan ke puskesmas.

Setelah dilakukan penelitian selama 3 hari evaluasi yang di dapatkan

yaitu ibu pasien tahu cara menyajikan makanan yang menarik sehingga

menambah nafsu makan anaknya, mengerti program diet apa saja diberikan

kepada anak gizi buruk, ibu pasien paham cara mengatasi gizi kurang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Wira Mustika

dan Darwin Syamsul yang berjudul “Analisis Permasalahan Status Gizi

Kurang Pada Balita di Puskesmas Teupah Selatan Kabupaten Simeuleu”

kebiasaan makan yang kurang baik dipengaruhi oleh kurangnya pengetahuan

ibu sehingga ibu tidak mengetahui makanan yang baik di konsumsi anak

balitanya. Kebiasaan makan sangat dipengaruhi oleh factor demografi dan

geografi serta budaya dimana orang tersebut tinggal. Kebiasaan makan balita

dipengaruhi oleh bagaimana ibu mengenalkan makanan dan bagaimana ibu

menyajikan makanan untuk anak balita. Penyajian makanan yang tidak


109

bervariasi dan tidak mengganti menu pada balita bisa menyebabkan balita

malas makan serta pengenalan makanan yang salah setelah bayi juga

berpengaruh terhadap kebiasaan makan pada anak, misalnya anak hanya

dikenalkan pada satu makanan tertentu sehingga ia hanya menyukai

makanan tersebut, sehingga kebutuhan tubuhnya akan gizi tidak terpenuhi

dan menyebabkan gizi kurang pada balita.

Pada studi kasus ini orang tua pasien sangat kooperatif saat di

berikan tindakan , orang tua pasien aktif bertanya dan melakukan sendiri.

4.4 Keterbatasan studi kasus

Keterbatasan dalam studi kasus ini yaitu factor penghambat yang

penulis rasakan langsung di dalam pelaksanaan penilaian sehubungan dengan

penerapan tindakan keperawatan yakni anak sangat rewel ketika di sentuh,

segi waktu, penulis tidak dapat memantau secara terus menerus

perkembangan keadaan klien. Selain itu karena ada pandemic covid 19

dengan adanya protokol kesehatan dan adanya kebijakan pemerintah yakni

social distancing, work from home, larangan berkumpul dan berkunjung

kerumah orang lain untuk meminimalkan penyebaran virus.

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN


110

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penerapan tindakan keperawatan pada An”F” penulis

menyimpulkan bahwa asuhan keperawatan Pengajaran Nutrisi Pada

Keluarga efektif dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang pemberian

nutrisi pada anak usia toddler dalam status gizi buruk

5.2 Saran

5.2.1 Masyarakat

Masyarakat terutama ibu dan keluarga hendaknya selalu

memantau pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi dalam

kandungan secara rutin agar tumbuh secara optimal dan mampu

menjadi keluarga sadar gizi (kadarzi), sehingga masalah gizi kronis

dapat ditanggulangi.

Hendaknya Ibu memperhatikan dan meningkatkan

kebutuhan makanan balita yang mengandung konsumsi zat gizi yang

cukup dengan komposisi yang sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi

(AKG) dan memberikan makanan yang beraneka ragam agar

kebutuhan gizinya tercukupi.

5.2.2 Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

Keperawatan
111

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi acuan dan

titik tolak dalam pengembangan profesi keperawatan khususnya

pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan status gizi buruk

5.2.3 Penulis Selanjutnya

Disarankan bagi peneliti selanjutnya untuk meneliti lanjut

tentang status gizi buruk berdasarkan pengajaran nutrisi pada

keluarga agar lebih spesifik dan difokuskan pada anak usia toddler.

5.2.4 Rumah Sakit

Rumah sakit diharapkan mampu memberikan pelayanan

yang komprehensif meliputi bio, psiko, sosial dan spiritual kepada

klien. Pada kasus ini juga diperlukan adanya kerjasama yang baik

baik dengan tim kesehatan lainnya untuk mempercepat proses

kesembuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier,Sunita.2013.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta:PT Gramedia

Annajiah,Fiah.2017. Upaya Peningkatan Asupan Nutrisi Pada Anak Toodler


Dengan Gizi Buru.Fakultas Ilmu Kesehatan: Universitas Muhammadiyah
Surakarta

Ariani.2017. Ilmu Gizi. Yogyakarta:Nuha Medika

Hati, G. (2015). Kajian Permasalahan Dan Potensi Perilaku Ibu Dalam Pemberian
Makanan Bagi Anak Dalam Kaitannya Pada Kualitas Hidup Anakanak
Yang Tidak Berkecukupan Gizi Di Keluarga Miskin Perkotaan. Staf
Pengajar dan Peneliti Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosia, 6-24.

Herien, Y. (2018, April). Hubungan Status Gizi Dengan Perkembangan Motorik


Kasar Anak Usia Toddler (1-3 Tahun. Menara Ilmu, 12, 108-115.

Hidayat,T,dan Fuada, N. 2011.hubungan sanitasi lingkungan,morbiditas dan


status gizi balita diindonesia.34,104-113.

Hutapea, R. (2017). Laporan Pendahuluan Gizi Buruk. Banjarmasin: Program


Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Cahaya Bangsa Bnjarmasin.

Ihsan M, Hiswani, Jernadi. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan


Status Gizi Anak Balita di Desa Teluk Rumbia Kecamatan Singil Kabupaten
Aceh Singil.J. Epidemiol;1-10

Ira Titisari, d. (2015). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status
Gizi Balita Usia 1-5 Tahun Di Desa Kedawung Wilayah Kerja Puskesmas
Ngad. Jurnal Ilmu Kesehatan, 3, 20-18.

Krisnasari D. 2010.Inutrisi dan Gizi Buruk.Fakultas Kedokteran Dan Ilmu


Kesehatan:Universitas Jendral Soedirman

Kusriadi. 2010. Analisi Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kejadian Kurang Gizi
Pada Anak Balita di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Karya Tulis
Ilmiah. Bogor: Institut Pertanian Bogor

BIBLIOGRAPHY \l 1033 Liansyah1, T. M. (2015, maret 1). Malnutrisi Pada


Anak Balita. Volume II. jurnal

Liansyah,T,M. 2015.Malnutrisi Pada Anak.Jurnal Buah Hati(1)

Mulyana DW.2013.Pengaruh tingkat pengetahuan, pendidikan, pendapatan, dan


perilaku ibu terhadap status balita gizi buruk di kecamatan Tegalsari dan di
kecamatan Tandes Kota Surabaya. Jurnal Swara Bumi.1(2)

112
Mulyaningsih,F.2008.Hubungan antara pengetahuan ibu tentang gizi Balita dan
pola makan balita terhadap status Gizi balita di kelurahan srihardono
kecamatan pundong. Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Nainggolan Jdan Zuraida R. 2010. Hubungan Antar Pengetahuan dan Sikap Gizi
Ibu dengan Status Gizi Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rajabasa Indah
Kelurahan Rajabasa Raya Bandar Lampung. Skripsi. Lampung: Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung: 62-73

Notoatmodjo,Soekidjo.2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka


Cipta.Jakarta

Novitasari, dewi.2012. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita


Yang Dirawat Di Rsup Dr. Kariadi Semarang[Karya Tulis Ilmiah]. Fakultas
Kedokteran: Universitas Diponegoro

Nurwijayanti.2016.Hubungan Perkembangan Bahasa dan Status Gizi Anak Di


Wilayah Kerja Puskesmas Wilayah Selatan Kota Kediri.STIKES Surya
Husada Kediri.Volume IV.Jurnal

Oktavianis.2016. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada balita


di puskesmas lubuk kilangan.J. Hum.Care.6;1(3)

Persulessy V. 2013.hubungan tingkat pendapatan dan perilaku dan pola makan


dengan status gizi balita di daeran nelayan distrik jayaputra utara kota
jayapura.J.gizi dan distetik indonesia.september 2013;1(3):143-150

Proverawati dan Asufah.2009.Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan.Yogyakarta:Nuha


Medika

RIA.K.HUTAPEA. (2017).Laporan Pendahuluan Gizi Buruk Pada Anak. Banjar


Masin: Program Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes)
Cahaya Bangsa Banjarmasin.

Saputra,Lyndon.2013.Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:Binarupa Aksara

Siti M.2015. Pola Asuh Mempengaruhi Status Gizi Balita. Jurnal


Keperawatan.2015;6(1) 44-50

Siyoto,Sandu.2014.Gizi Pemanfaatan Gizi, Diet, dan Obesitas.Yogyakarta:Nuha


Medika

Suhardjo. 2002.perencanaan pangan dan gizi. Jakarta:Bumi Aksara

Supariasa,dkk.2002.penilaian status gizi.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Supariasa IDN dkk.Penilaian status gizi:EGC. 2012

113
UNICEF.2013.Improving Child Nutrition.The achievable imperative for global

LAMPIRAN-LAMPIRAN

114
Lampiran 1

INFORMED CONSENT

(Persetujuan Menjadi Partisipan)

Saya yang bertandatanngan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah

mendapatkan penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang

akan dilakukan oleh Fe Taufik Hidayat dengan judul Pengajaran Nutrisi Pada

Keluarga Dengan Anak Usia Toddler Dengan Status GiziBuruk.

Saya memutuskan setuju ikut berpartisipasi pada peneliti ini secara

sukarela tanpa paksaan. Bila selama ini saya menginginkan mengundurkan diri,

maka saya dapat mengundurkan sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Mataram, 2020

Saksi Yang memberikan persetujuan

( ) ( )

Mataram, 2020
Peneliti

FE TAUFIK HIDAYAT

115
116

Anda mungkin juga menyukai