Anda di halaman 1dari 133

KARYA TULIS ILMIAH

UPAYA PENINGKATAN KESIAPAN PEMBERIAN ASI PADA


IBUPOST PARTUM FISIOLOGIS DENGAN KONSELING
LAKTASI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG PULE

RIZA FEBRINA RAHMAYANTI


026SYE16

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PRODI STUDI KEPERAWATAN JENJANG D. III
MATARAM
2019
KARYA TULIS ILMIAH

UPAYA PENINGKATAN KESIAPAN PEMBERIAN ASI PADA


IBUPOST PARTUM FISIOLOGIS DENGAN KONSELING
LAKTASI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG PULE

Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan
Program Pendidikan Diploma III Keperawatan

RIZA FEBRINA RAHMAYANTI


026SYE16

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM
PRODI STUDI KEPERAWATAN JENJANG D. III
MATARAM

ii
2019

iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama : Riza Febrina Rahmayanti
NIM : 026SYE16
Program Studi : Diploma Tiga Keperawatan
Institusi : STIKES YARSI Mataram

Menyatakan dengan sebenarnya bahwaKarya Tulis Ilmiah yang saya tulis ini
adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan
pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil
tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Mataram, 7 Juli 2019


Pembuat Pernyataan

Riza Febrina Rahmayanti

Mengetahui

Pembimbing I Pembimbing II

Melati Inayati AB, SST.,S.Pd.,Ners.,MPH Kusniyati Utami, Ners., M.Kep


NIK: 2109715 NIK: 3060749

iv
LEMBAR PERSETUJUAN

KARYA TULIS ILMIAH

UPAYA PENINGKATAN KESIAPAN PEMBERIAN ASI PADA IBU


POST PARTUM FISIOLOGIS DENGAN KONSELING LAKTASI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG PULE

diajukan oleh
RIZA FEBRINA RAHMAYANTI
026SYE16

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan.

Pembimbing I : Melati Inayati AB, SST.,S.Pd.,Ners.,MPH(..............................)


NIK : 2109715

Pembimbing II : Kusniyati Utami,Ners.,M.Kep (.............................)


NIK : 3060749

Mengetahui
Prodi Keperawatan Jenjang D.III
Ketua,

(Melati Inayati AB, SST.,S.Pd.,Ners.,MPH)


NIK: 2109715

v
LEMBAR PENGESAHAN

KARYA TULIS ILMIAH

UPAYA PENINGKATAN KESIAPAN PEMBERIAN ASI PADA IBU


POST PARTUM FISIOLOGIS DENGAN KONSELING LAKTASI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG PULE

diajukan oleh
RIZA FEBRINA RAHMAYANTI
026SYE16

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji


Pada tanggal 7 bulan Juli tahun 2019

Dewan Penguji:

Penguji I : Zurriyatun Thoyibah, Ners., M.Kep. (......................)


NIK: 3010980

Penguji II : Melati Inayati AB, SST.,S.Pd.,Ners.,MPH (......................)


NIK: 2109715

Penguji III : Kusniyati Utami, Ners., M.Kep. (......................)


NIK: 3060749

Mengetahui
Prodi Keperawatan Jenjang D.III
Ketua,

(Melati Inayati Albayani, SST., SPd., Ners., MPH)


NIK: 2109715

vi
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Upaya Peningkatan Kesiapan Pemberian ASI (Air Susu Ibu) pada Ibu Post

partum Fisiologis dengan Konseling Laktasi di Wilayah Kerja Puskesmas Karang

Pule”, ini dapat diselesaikan.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapat bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. H. Zulkahfi, S.Kep.,Ners.,M.Kes. selaku ketua STIKES YARSI Mataram

yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti

dan menyelesaikan pendidikan Program Studi D.III Keperawatan.

2. dr. Indrijati Achmad selaku kepala Puskesmas Karang Pule yang telah

memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan Program Studi D.III Keperawatan.

3. Melati Inayati Albayani, SST.,S.Pd.,Ners.,MPH selaku Ketua Program Studi

D.III Keperawatan STIKES YARSI Mataramsekaligus menjadi pembimbing

Iyang telah memberikan fasilitas serta bimbingan untuk mengikuti dan

menyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan di STIKES YARSI

Mataram.

4. Kusniyati Utami, Ners., M.Kep. selaku pembimbing II yang juga telah

meluangkan waktu untuk membimbing, memberi motivasi dan saran-saran

sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

vii
5. Zurriyatun Thoyibah, Ners., M.Kep. selaku penguji I yang juga telah

meluangkan waktu untuk membimbing, memberi motivasi dan saran-saran

sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

6. Semua Staf pengajar dan tata usaha STIKES YARSI Mataram yang telah

banyak membantu dan memudahkan segala fasilitas sehingga Karya Tulis

Ilmiah ini selesai tepat pada waktunya.

7. Semua keluarga dan teman-teman yang telah banyak membantu dan

memotivasi sehingga Karya Tulis Ilmiah ini selesai tepat pada waktunya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kemurahan hati dan budi

baik semua pihak yang telah memberikan kesempatan, dukungan, fasilitas,

kritik dan saran dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Mataram, 7 Juli 2019

Penulis

viii
INTISARI

UPAYA PENINGKATAN KESIAPAN PEMBERIAN ASI PADA IBU


POST PARTUM FISIOLOGIS DENGAN KONSELING LAKTASI
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG PULE

RIZA FEBRINA RAHMAYANTI


(2019)

Program Studi Keperawatan Jenjang D.III


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan Rumah Sakit Islam Mataram

Melati Inayati AB, SST.,S.Pd.,Ners.,MPH dan Kusniyati Utami, Ners.,M.Kep

Latar belakang: Keberhasilan menyusui pada ibu post partum fisiologis


primigravida tergantung dari proses manajemen laktasinya yang meliputi tekhnik
menyusui yang baik dan benar, perawatan payudara ibu post partum, cara
mengatasi payudara bengkak, tekhnik memeras ASI, dan cara penyimpanan ASI
peras sehingga salah satu cara untuk meningkatkan keberhasilan pemberian ASI
yaitu dengan mendapatkan konseling laktasi. Tujuan: Menggambarkanasuhan
keperawatan dengan upaya peningkatan kesiapan pemberian ASI pada ibu post
partum fisiologis dengan konseling laktasi.Metode:Studi kasus pada satu
responden ibu post partum fisiologis primigravida.Hasil:Pelaksanaan konseling
laktasi dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu, dukungan dari keluarga,
jumlah kelahiran akan mempengaruhi pengalaman dalam menyusui, berat badan
lahir bayi dan dukungan dari tenaga kesehatan untuk melaksanakan konseling,
sehingga meningkatkan kesiapan dalam pemberian ASI kepada
bayinya.Kesimpulan:Setelahdilakukan konseling laktasi sebanyak 5 kali
konseling terjadi peningkatan pengetahuan ibu post partum dalam kesiapan
meningkatkan pemberian ASI. Saran: Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat
melakukan konseling laktasi menggunakan media lain seperti booklet, dan lembar
balik.

Kata kunci: Konseling, ibu post partum, tekhnik menyusui, manajemen laktasi,
asuhan keperawatan.

ix
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN...................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
INTISARI ....................................................................................................... viii
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 4
1.3 TujuanStudi Kasus ........................................................................ 4
1.4 Manfaat Studi Kasus...................................................................... 4
1.4.1 Masyarakat ........................................................................ 4
1.4.2 Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Keperawatan 4
1.4.3 Bagi Penulis ...................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Medis Post partum Fisiologis................................. 5
2.1.1 Definisi Post partum.......................................................... 5
2.1.2 Tujuan Perawatan Post partum.......................................... 6
2.1.3 Tahapan Dalam Masa Nifas............................................... 7
2.1.4 Perubahan Masa Nifas....................................................... 7
2.1.5 Pathway.............................................................................. 23
2.1.6 Komplikasi Post partum.................................................... 24
2.1.7 Perawatan Post partum...................................................... 26
2.1.8 Penatalaksanaan ................................................................ 28
2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Post partum..........................
28
2.2.1 Pengkajian........................................................................... 29
2.2.2 Diagnosa Keperawatan....................................................... 42
2.2.3 Rencana Keperawatan........................................................ 44
2.2.4 Tindakan Keperawatan....................................................... 48
2.2.5 Evaluasi Keperawatan........................................................ 48
2.2.6 Pendokumentasian.............................................................. 49
2.3 Konsep Tindakan Keperawatan Manajemen Laktasi ....................
49
2.3.1 Konsep Dasar Konseling Laktasi........................................ 49
2.3.2 Definisi ASI ....................................................................... 52
2.3.3 Manfaat ASI Secara Umum Dan Manfaat ASI Eksklusif . 52
2.3.4 Kandungan Nutrisi Dalam ASI .......................................... 58

xi
2.3.5 Cara Menyusui Yang Benar ............................................... 62
2.3.6 Macam-Macam Posisi Menyusui ...................................... 63
2.3.7 Pengeluaran ASI................................................................. 65
2.3.8 Penyimpanan ASI............................................................... 67
2.3.9 Pemberian ASI Perasan...................................................... 68
2.3.10 Tanda Bayi Cukup ASI....................................................... 69
2.3.11 Gizi Seimbang Ibu Menyusui............................................. 69
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan penelitian .................................................................. 71
.....................................................................................................
3.2 Subyek Studi Kasus .................................................................... 71
3.3 Fokus Studi ................................................................................. 71
3.4 Definisi Operasional Fokus Studi................................................ 71
.....................................................................................................
3.5 Instrumen Studi Kasus................................................................. 72
.....................................................................................................
3.6 Metode Pengumpulan Data......................................................... 73
3.7 Lokasi dan Waktu Studi Kasus.................................................... 75
3.8 Analisa Data dan Penyajian Data................................................ 75
3.9 Etika Studi Kasus ....................................................................... 75
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian........................................................ 77
4.2 Hasil Studi Kasus........................................................................ 77
4.3 Pembahasan ................................................................................ 103
4.4 Keterbatasan Study Kasus........................................................... 113
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................. 114
5.2 Saran ........................................................................................... 114

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri Menurut Masa Involusi................................ 10


Tabel 2.2 Bentuk-Bentuk Pengeluaran Lochea............................................. 12
Tabel 2.3 Analisa Data .................................................................................. 40
Tabel 2.4 Intervensi Keperawatan.................................................................. 44
Tabel 2.5 Komposisi Kandungan ASI .......................................................... 61
Tabel 3.1 Operasional Studi Kasus................................................................ 71
Tabel 4.1 Riwayat Kehamilan........................................................................ 79
Tabel 4.2 Riwayat Psikologis Selama Hamil................................................. 79
Tabel 4.3 Analisa Data................................................................................... 94
Tabel 4.4 Rumusan Diagnosa Keperawatan.................................................. 95
Tabel 4.5 Intervensi Keperawatan................................................................. 95
Tabel 4.6 Implementasi Keperawatan............................................................ 98
Tabel 4.7 Evaluasi Keperawatan.................................................................... 102

xiii
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 2.1 Pathway......................................................................................... 23


Gambar 2.2 Cara Meletakkan Bayi................................................................. 62
Gambar 2.3 Cara Merangsang Mulut Bayi...................................................... 62
Gambar 2.4 Perlekatan Bayi............................................................................ 63
Gambar 2.5 Perlekatan yang Salah.................................................................. 63
Gambar 2.6 Posisi Menyusui Berdiri yang Benar........................................... 63
Gambar 2.7 Posisi Menyusui Sambil Duduk yang Benar............................... 64
Gambar 2.8 Posisi Menyusui Sambil Rebahan yang Benar............................ 64
Gambar 2.9 Posisi Menyusui Balita pada Kondisi Normal............................. 64
Gambar 2.10 Posisi Menyusui Bayi Baru Lahir Di Ruang Perawatan............. 64
Gambar 2.11 Posisi Menyusui Bayi Baru lahir Di Rumah............................... 65
Gambar 2.12 Posisi Menyusui Bayi Bila ASI Penuh....................................... 65
Gambar 2.13 Posisi Menyusui Bayi Kembar Secara Bersamaan..................... 65

xiv
DAFTAR SINGKATAN
AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome
AKB : Angka Kematian Bayi
AKI : Angka Kematian Ibu
ANC : Antenatal Care
APGAR : Appearance Pulse Grimace Activity Respiration
ASI : Air Susu Ibu
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BALT : Bronchus Asociated Lympocite Tisue
BB : Berat Badan
BBLR : Berat Bayi Lahir Rendah
DM : Deabetes Melitus
DO : Data Obyektif
DS : Data Subyektif
GALT : Gut Asociated Lympocite Tisue
HCG : Human Chorionoc Gonadotropin
HB : Hemoglobin
HIV : Human Immunodeficiency Virus
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
HPL : Hari Perkiraan Lahir
HPL : Human Placental Lactogen
IG A : Imunoglobin A
KB : Keluarga Berencana
KEMENKES : Kementerian Kesehatan
KIE : Komununikasi Informasi Edukasi
LTH : Lobus Posterior Hipofise
MALT : Mammary Asociated Lymposite Tisue

xv
MSH : Melanophore Stimulating Hormon
N : Nadi
NIC : Nursing Interventions Classification
NOC : Nursing Outcomes Classification
NTB : Nusa Tenggara Barat
PPASI : Program Peningkatan Pemberian ASI
RI : Republik Indonesia
S : Suhu
SC : Secsio Casarea
SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
TB : Tinggi Badan
TBC : Tuberculosis
TD : Tekanan Darah
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TTV : Tanda-Tanda Vital
WHO : World Health Organization

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Persetujuan Menjadi Partisipan


Lampiran 2 : Penjelasan Untuk Mengikuti Penelitian
Lampiran 3 : Kuisioner Kesiapan Pemberian ASI
Lampiran 4 : Format Pengkajian
Lampiran 5 : SOP (Standar Operasional Prosedur) Konseling Laktasi
Lampiran 6 : Laporan Hasil Konseling
Lampiran 7 : Lembar Penilaian Keberhasilan Menyusui
Lampiran 8 : Leaflet
Lampiran 9 : Dokumentasi
Lampiran 10 : Surat Rekomendasi Penelitian Dari STIKES YARSI Mataram
Lampiran 11: Surat Ijin Penelitian Dari BALITBANG
Lampiran 12 : Lembar Konsultasi

xvii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nutrisi pada bayi dapat dipengaruhi oleh pemberian ASI (Air Susu

Ibu) karena ASI merupakan makanan utama bagi bayi sehingga sangat

penting untuk kesehatannya, namun tidak semua bayi mendapatkan ASI dari

ibunya sehingga tingkat pemberian ASI masih kurang.Pemberian ASI atau

ASI Eksklusif yang kurang sesuai dapat menyebabkan bayi menderita gizi

kurang dan gizi buruk. Kekurangan gizi pada bayi akan berdampak pada

gangguan psikomotor, kognitif dan sosial serta secara klinis terjadi gangguan

pertumbuhan. Kekurangan gizi pada bayi sangat erat kaitannya dengan

cakupan pemberian ASI Eksklusif. Pelaksanaan untuk menurunkan angka gizi

kurang ini yaitu dengan cara program ASI Eksklusif dan penyediaan

konsultan ASI Eksklusif di Rumah maupun di Rumah Sakit, namun

pemberian ASI Eksklusif masih rendah (Rudi & Sulis,2014).

Pemberian ASI Eksklusif yang masih rendah disebabkan oleh perilaku

menyusui yang kurang mendukung yang dikenal dengan manajemen laktasi.

Ruang lingkup manajemen laktasi adalah ASI Eksklusif, tekhnik menyusui,

memeras ASI, memberikan ASI peras, dan pemenuhan gizi selama periode

ibu menyusui. Kurangnya manajemen laktasi akan mempengaruhi angka

pemberian ASI Eksklusif. Faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya

manajemen laktasi tersebut adalah kurangnya dukungan sosial, kontak yang

kurang baik antara ibu dan bayi, pengenalan susu formula dan makanan

pengganti ASI, kecemasan dan stres pada ibu, pengetahuan ibu yang kurang

1
2

tentang menyusui dan kurang dukungan dari petugas kesehatan, sehingga

sebagian ibu tidak memberikan ASI Eksklusif dan beralih ke susu formula

(Rudi & Sulis,2014).

World Health Organization (WHO) telah mengkaji lebih dari 3000

penelitian menunjukkan pemberian ASI selama 6 bulan adalah jangka waktu

yang paling optimal untuk pemberian ASI Eksklusif. Distribusi persentase

pemberian ASI kurang dari 2 tahun menurut status pemberian ASI di

Indonesia (SDKI, 2017),yang mendapatkan ASI Eksklusif 19,6%, tidak

mendapatkan ASI sebanyak 16,3% dan persentase kontak kulit ke kulit

dengan ibu segera setelah lahir sebanyak 61,5%. Pemberian ASI Eksklusif di

Indonesia masih jauh dari target yang ditinjau dari KEMENKES RI tahun

2016, namun terjadi kenaikan pemberian ASI Eksklusif dari 29,5% pada

tahun 2015 menjadi 35,7% pada tahun 2016. Angka ini terbilang sangat kecil

jika mengingat pentingnya peran ASI sebagai makanan terbaik bagi bayi dari

segi kandungan nutrisi untuk meningkatkan status gizi bayi, kebaikan untuk

sistem pencernaan dan sistem imun, perkembangan fisik, psikis dan interaksi

antara ibu dan anak. Cakupan ASI Eksklusif menurut Dinas Kesehatan Kota

Mataram tahun 2016 meningkat dari tahun 2015 yaitu dari 62,35% menjadi

72,8%. Cakupan ASI Eksklusif yang tertinggi berada di Puskesmas Dasan

Agung (77,78%) dan Puskesmas Karang Pule (46,89%) merupakan yang

terendah (KEMENKES RI, 2016 & Dikes Provinsi NTB, 2016).

Upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan cakupan

pemberian ASI yaitu dengan kebijakan program peningkatan pemberian ASI

(PPASI) diantaranya melalui Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


3

Kesehatan dalam pasal 128 dan 129 yang merupakan upaya pemerintah untuk

meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif dengan menekankan pada

keterlibatan masyarakat dan petugas kesehatan dalam mempromosikan ASI

salah satunya dengan konseling laktasi, namun program tersebut belum

optimal karena masih gencarnya promosi susu formula dan kurangnya

dukungan dari petugas kesehatan dalam meningkatkan pemberian ASI

Eksklusif dan kurangnya pemahaman ibu tentang pentingnya ASI.

Penelitian yang dilakukan oleh Dian Rahmawati, Lutfatul & Eni

(2013), menunjukkan bahwa pengetahuan ibu tentang manajemen laktasi

pasca melahirkan dapat mempengaruhi ASI Eksklusif. Semakin baik

pengetahuan ibu tentang manfaat manajemen laktasi pasca melahirkan yang

meliputi ASI Eksklusif, tekhnik menyusui yang baik, cara memeras ASI,

memberikan ASI peras, menyimpan ASI peras, dan pemenuhan gizi selama

periode menyusui maka seorang ibu akan berusaha memberikan ASI

Eksklusif pada anaknya dengan manajemen laktasi pasca melahirkan,

sekalipun dalam kondisi terbatas dan bekerja (Rahmawati, Dian et al, 2013).

Berdasarkan uraian diatas upaya yang dilakukan untuk mengurangi angka gizi

buruk dan gizi kurang pada bayi dengan maningkatkan cakupan pemberian

ASI Eksklusif dengan konseling laktasi yaitu dengan memberikan informasi

mengenai ASI Eksklusif, tekhnik menyusui yang baik, cara memeras ASI,

memberikan ASI peras, menyimpan ASI peras, dan pemenuhan gizi selama

periode menyusui. Oleh karena itu peneliti mengambil studi kasus terkait

dengan upaya peningkatan kesiapan pemberian ASI pada ibu post partum

fisiologis dengan konseling laktasi.


4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan

adalah “Bagaimana upaya peningkatan kesiapan pemberian ASI pada ibu

post partum fisiologis dengan konseling laktasi?”

1.3 Tujuan Studi Kasus

Menggambarkan asuhan keperawatan dengan upaya peningkatan

kesiapan pemberian ASI pada ibu post partum fisiologis dengan konseling

laktasi.

1.4 Manfaat Studi Kasus

1.4.1 Masyarakat

Diharapkan dapat dijadikan pertimbangan bagi masyarakat

dalam upaya peningkatan kesiapan pemberian ASI pada ibu post

partum fisiologis dengan konseling laktasi.

1.4.2 Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan

Menambah keluasan ilmu dan teknologi terapan bidang

keperawatan dalam meningkatkan kemandirian pasienpost partum

dalam upaya peningkatan kesiapan pemberian ASI dengan

konseling laktasi.

1.4.3 Penulis

Memperoleh pengalaman dalam melakukan tindakan

keperawatan dalam upaya peningkatan kesiapan pemberian ASI

pada ibu post partum fisiologis dengan konseling laktasi.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Medis Post partum Fisiologis

2.1.1 Definisi Post partum

Masa nifas atau post partum disebut juga puerperium yang berasal

dari kata ‘’puer’’yang berarti bayi dan ‘’paros’’ berarti melahirkan. Nifas

yaitu darah yang keluar dari rahim karena sebab melahirkan atau setelah

melahirkan.

Beberapa konsep mengenai pengertian masa nifas berdasarkan

para ahli antara lain :

1. Masanifas (puerperium) adalah dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Rukiyah, 2011).

2. Puerperium adalah masa peralihan segera setelah melahirkan,meliputi

minggu-minggu berikutnya pada waktu alat-alat reproduksi kembali

kekeadaan tidak hamil atau kembali normal (Anggraeni, 2010).

3. Periodemasanifas(puerperium)adalah periodewaktuselama6-8minggu

setelahpersalinan.Proses

inidimulaisetelahselesainyapersalinandanberakhir setelah alat-

alatreproduksi kembaliseperti keadaansebelumhamil/tidakhamil

sebagaiakibatdariadanyaperubahanfisiologi dan psikologi karena

proses persalinan (Saleha, 2009).

5
6

4. Masanifas adalah dimulai setelah partus dan berakhir kira-kira setelah

6minggu, akan tetapi seluruh alat genital baru pulih kembali sebelum

waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2008).

5. Masa nifas atau puerperium adalah mulai sejak 1 jam setelah lahirnya

plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,

2008).

6. Post pastum fisiologis adalah masa dimulai setelah kelahiran plasenta

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil tanpa ada komplikasi baik pada ibu maupun pada bayi

(Aspiani, Reni Yuli 2017).

Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa masa

nifas merupakanmasa dimana dimulai ketika setelah melahirkan atau 1

jam setelah lahirnya plasenta dan berakhir setelah enam minggu yang

ditandai dengan alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil.

2.1.2 Tujuan Perawatan Post partum

Tujuan perawatan post partumdalam asuhan keperawatan maternitas,

2017 sebagai berikut:

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi.

2. Melaksanakan skrining secara komprehensif, mendeteksi dini

masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu

maupun bayi.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB (Keluarga Berencana), cara dan manfaat menyusui,

pemberian imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.


7

2.1.3 Tahapan Dalam Masa Nifas

Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu :

1. Periode immediate post partum atau puerperium dini

Periode immediate post partum atau puerperium dini adalah

masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa

ini sering terdapat banyak masalah misalnya perdarahan karena atonia

uteri. Oleh sebab itu harus dengan teratur melakukan pemeriksaan

kontraksi uterus, pengeluaran lokhea, tekanan darah dan suhu.

2. Periode intermedial atau early postpartum

Periode intermedial merupakan masa kepulihan menyeluruh

alat-alat genitalia, yang lamanya sekitar 6-8 minggu.

3. Remote puerperium

Remote puerperium merupakan masa yang diperlukan untuk

pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu

persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna dapat

berlangsung selama berminggu-minggu, bulanan, bahkan tahunan

(Aspiani, Reny Yuli 2017).

2.1.4 Perubahan Masa Nifas

Menurut Aspiani, Reny Yuli (2017) perubahan masa nifas terdiri dari

sebagai berikut:

1. Perubahan Fisik

a. Tanda-tanda vital
8

1) Suhu tubuh

Suhu tubuh dalam 24 jam pertama >380C. Jika hari

pertama sampai dengan hari ke sepuluh >380C kemungkinan

adanya infeksi puerperalis, infeksi saluran kemih, endometritis,

mastitis dan infeksi lainnya.

2) Nadi

Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per

menit. Pasca melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih

cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali/menit adalah

abnormal kemungkinan mengindikasikan adanya infeksi yang

disebabkan adanya proses persalinan sulit atau perdarahan.

3) Tekanan darah

Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah

akan rendah setelah ibu melahirkan karena ada perdarahan.

Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat menandakan

terjadinya preeklamsi postpartum.

4) Pernafasan

Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan

keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal,

pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada

gangguan khusus pada saluran nafas.

b. Perubahan sistem reproduksi

Involusio adalah perubahan yang merupakan proses

kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan lahir setelah bayi
9

dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil. Proses

involusio terjadi karena:

1) Autolysis yaitu penghancuran jaringan otot-otot uterus yang

tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang

membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi

lima kali lebih tebal dari sewaktu masa hamil akan susut

kembali mencapai keadaan semula. Penghancuran jaringan

tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan oleh

ginjal yang menyebabkan ibu mengalami beser kencing setelah

melahirkan.

2) Aktivitas otot-otot yaitu adanya kontraksi dan retraksi dari

otot-otot setelah anak lahir yang diperlukan untuk menjepit

pembuluh darah yang pecah karena adanya pelepasan plasenta

dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak berguna

karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya

peredaran darah uterus yang mengakibatkan jaringan otot

kurang zat yang diperlukan sehingga ukuran jaringan otot

menjadi lebih kecil.

3) Ischemia yaitu kekurangan darah pada uterus yang

menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus.

Involusi pada alat kandungan meliputi:

1) Fundus uteri

Setelah plasenta lahir uterus merupakan alat yang keras,

karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya. Proses kembalinya


10

uterus kekeadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut

involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar

akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga

persalinan besar uterus sama dengan sewaktu usia kehamilan

16 minggu yaitu 1000gr dalam waktu 12 jam, tinggi fundus

uteri mencapai kurang lebih 1 cm di atas tali umbilicus.Fundus

turun kira-kira 1-2 cm tiap 24 jam pada hari ke-6 pascapartum

fundus normal akan berada dipertengahan antara umbilicus dan

simfisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada

hari ke-9 pascapartum.

Tabel 2.1 Tinggi fundus uteri menurut masa involusi


No Waktu Tinggi Berat Diameter
Involusi fundus uteri Uterus uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram 12,5 cm

Uri/plasenta lahir Dua jari di bawah 750 gram 12,5 cm


pusat
1 minggu Pertengahan pusat- 500 gram 7,5 cm
simfisis

2 minggu Pertengahan pusat- 300 gram 5 cm


simfisis

6 minggu Tidak teraba di atas60 gram 2,5 cm


simfisis

2) Tempat insersi plasenta

Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung

banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh trombus.

Luka bekas implantasi plasenta tidak meninggalkan parut

karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan

endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini

tumbuh dari pinggir luka dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar

luka.
11

3) Perubahan pembuluh darah rahim

Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh

darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan tidak

diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus

mengecil lagi dalam masa nifas.

4) Perubahan serviks dan vagina

Beberapa hari setelah persalinan ostium eksternum

dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu pertama dapat

dilalui oleh 1 jari saja karena hiperplasi ini dan karena retraksi

dari serviks, robekan serviks jadi sembuh. Vagina yang sangat

regang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang

normal, beberapa saat setelah melahirkan tonus otot menurun,

edema, membiru, terdapat laserasi dan saluran melebar, lambat

mencapai ukuran normal. Pada minggu ke-3 post partum

ruggae mulai nampak kembali. Rasa sakit yang disebut after

pains (meriang atau mules-mules) disebabkan kontraksi rahim

biasanya berlangsung 3-4 hari pasca persalinan. Perlu

diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu

mengganggu dapat diberikan analgesik.

5) Endometrium

Endometrium mengalami involusi di daerah implantasi

plasenta. Nekrosis pembuluh darah terjadi hari ke 2-3 post

partum. Pada hari ke-7 terbentuk lapisan basal dan pada hari

ke-16 normal kembali.


12

6) Lochia

Lochia adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus

melalui vagina dalam masa nifas. Lochia bersifat alkalis,

jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini

berbau anyir dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk.

Pengeluaran lochia dapat dibagi berdasarkan jumlah

dan warnanya yaitu:

a) Lochia rubra berwarna merah dan hitam terdiri dari sel

desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium,

sisa darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga.

b) Lochia sangiolenta berwarna putih bercampur merah, mulai

hari ketiga sampai hari ketujuh.

c) Lochia serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh

sampai hari keempat belas.

d) Lochia alba berwarna putih setelah hari keempat belas.

Tabel 2.2 Bentuk -bentuk pengeluaran lochea.


No Lochia Waktu Warna Ciri-ciri
1. Rubra 1-3 hari Merah kehitamanTerdiri dari sel desidua,
verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium,
3-7 hari Putih bercampur dan sisa darah.
2. Sanguilenta merah Sisa darah bercampur lendir.
7-14 hariKekuningan atau
kecoklatan Lebih sedikit darah dan lebih
3. Serosa banyak serum, juga
terdiri dari leukosit dan
>14 hari Putih robekan laserasi
plasenta.
Mengandung leukosit,
4. Alba selaput lender serviks,
dan serabut jaringan
yang mati.

7) Clitoris
13

Kencang dan tidak terlalu keras.

8) Perinium

Luka pada episiotomi terasa nyeri. Pada tahap early edema dan

luka biru.

c. Abdomen

Abdomen tetap lunak dan mengendur selama beberapa

waktu setelah melahirkan. Pada hari pertama setelah melahirkan

saat berdiri, ibu post partum akan merasakan bahwa daerah perut

terasa menggantungkarena otot abdomentidak dapat menahan isi

abdomen. Selama 2 minggu setelah melahirkan dinding abdomen

mengalami relaksasi dan membutuhkan waktu selama 6 minggu

untuk mencapai keadaan sebelum hamil (Maryunani, Anik2017).

d. Sistem kardiovaskuler

Beberapa hari setelah melahirkan, tekanan darah, frekuensi

jantung, konsumsi oksigen, dan jumlah cairan total umumnya

kembali ke kondisi sebelum hamil. Perubahan lainnya

membutuhkan waktu beberapa minggu untuk kembali ke keadaan

sebelum hamil. Selama kehamilan volume darah meningkat

sebanyak 40% (sampai sekitar 1000 mL), yang mencapai volume

total 5 sampai 6 mL. Perubahan volume darah setelah melahirkan

berhubungan dengan kehilangan darah dan diuresis pasca

melahirkan. curah jantung meningnkat pasca melahirkan setelah

pelepasan plasenta seiring dengan kontraksi uterus yang memaksa


14

volume darah dalam jumlah besar masuk ke dalam sirkulasi

(Reeder dkk, 2011).

e. Perubahan sistem pencernaan

Sistem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh

beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat

mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol

darah dan melambatkan kontraksi otot polos. Pasca melahirkan

kadar progesteron juga mulai menurun, meskipun kadar

progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga

mengalami penurunan selama satu atau dua hari.

Pasca melahirkan ibu sering mengalami konstipasi hal ini

disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan

awal masa pascapartum (Aspiani, Reni Yuli 2017).

f. Perubahan sistem perkemihan

Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid

tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu

sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga

menyebabkan penurunan fungsi ginjal. Fungsi ginjal kembali

normal dalam waktu satu bulan setelah melahirkan. urin dalam

jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam setelah

melahirkan. Ibu post partum biasanya merasa sulit buang air kecil

pasca melahirkan yang disebabkan oleh:

1) Adanya odema trigonium yang menimbulkan obstruksi

sehingga terjadi retensi urin.


15

2) Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan

yang teretansi dalam tubuh, terjadi selama 2 hari setelah

melahirkan.

3) Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin

dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama

persalinan, sehingga menyebabkan miksi (Nugroho, Taufan

dkk 2014).

g. Perubahan sistem muskuloskletal

1) Dinding perut dan peritoneum

Setelah persalinan, dinding perut longgar karena

diregang begitu lama, keadaan ini akan pulih kembali dalam 6

minggu. Kadang–kadang pada wanita yang asthesis terjadi

diastesis dari otot–otot rectus abdominis sehingga sebagian

dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari

peritoneum, fascia tipis dan kulit.

2) Kulit abdomen.

Selama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar,

melonggar dan mengendur sampai berbulan–bulan. Melalui

latihan post natal, otot–otot dari dinding abdomen dapat

normal kembali dalam beberapa minggu.

3) Striae

Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang

sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu

postpartum memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi


16

pemisahan musculus rectus abdominishal tersebut dapat dilihat

dari pengkajian keadaan umum, aktivitas, jarak kehamilan

yang dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali

normal.

4) Perubahan Ligament

Setelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pelvis

serta fasia yang meregang sewaktu partus, berangsur-

angsurmenciut kembali seperti sebelumnya. Tidak jarang

ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan

letak uterus menjadi retroflexi.

h. Perubahan sistem endokrin

Hormon-hormon yang berperan selama proses kehamilan dan

persalinan adalah :

1) Hormon oksitosin

Oksitosin dikeluarkan dari kelenjar bawah otak bagian

belakang, selama tahap ketiga persalinan, oksitosin berperan

dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi hingga

mencegah perdarahan. Pada wanita yang memilih menyusui

bayinya, isapan bayi menstimulasi ekskresi oxytoxin, keadaan

ini membantu kelanjutan involusi uterus dan pengeluaran air

susu. Setelah plasenta lahir sirkulasi HCG (Human Chorionoc

Gonadotropin), estrogen, progesteron dan laktogen plasenta

menurun cepat, keadaan ini menyebabkan perubahan fisiologis

pada ibu nifas.


17

2) Hormon prolaktin

Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya

kelenjar pituitary bagian belakang untuk mengeluarkan

prolaktin. Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara

untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui

bayinya kadar prolaktin tetap tinggi dan pada wanita tidak

menyusui menurun dalam waktu 14 sampai 21 hari post partum

sehingga merangsang kelenjar bawah otak depan yang

mengontrol ovarium ke arah permulaan pola produksi estrogen

dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel ovulasi dan

menstruasi.

3) Hormon plasenta

Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah

persalinan.Human Chorionoc Gonadotropin (HCG) menurun

dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam hingga hari

ke-7 post partum dan sebagai onset pemenuhan mamae pada

hari ke-3 post partum.

Penurunan Hormon Human Placental Lactogen (HPL),

estrogen dan progesteron serta plasental enzyme insulinase

membalik efek diabetogenik kehamilan, sehingga kadar gula

darah menurun secara bermakna pada nifas. Ibu diabetik

biasanya membutuhkan insulin dalam jumlah yang jauh lebih

kecil selama beberapa hari.


18

4) Estrogen dan progesteron

Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun

mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan

bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon

antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu,

progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi

perangsangan dan peningkatan pembuluh darah yang sangat

mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar

panggul, perineum dan vulva, serta vagina.

5) Hormon hipofisis dan fungsi ovarium

Waktu mulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita

menyusui dan tidak menyusui berbeda. Kadar serum yang tinggi

pada wanita menyusui berperan dalam menekan ovulasi

disimpulkan bahwa ovarium tidak berespon terhadap stimulasi

FSH ketika kadar prolaktin meningkat. Pada wanita menyusui

kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu ke-6 setelah

melahirkan, kadar prolaktin dipengaruhi oleh lama menyusui.

Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi yang

dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progesteron.

Diantara wanita laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi

selama 6 minggu dan 45% setelah 12 minggu. Diantara wanita

yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu, 65%

setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu, untuk wanita


19

laktasi 80% menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita

yang tidak laktasi 50% siklus pertama anovulasi.

6) Perubahan sistem hematologi

Pada hari pertama postpartum, kadar fibrinogen dan

plasma akan menurun tetapi darah lebih mengental dengan

peningkatan viskositas meningkatkan faktor pembekuan darah.

Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih

dapat mencapai 15.000 selama persalinan.Peningkatan leukosit

berkisar antara 25.000–30.000 merupakan manifestasi adanya

infeksi pada persalinan lama, dapat meningkat pada awal nifas

yang terjadi bersamaan dengan peningkatan tekanan darah,

volume plasma dan volume eritrosit.Pada 2 – 3 hari postpartum

konsentrasi hematokrit menurun sekitar 2% atau lebih. Total

kehilangan darah pada saat persalinan dan nifas berkisar antara

1500 ml, 200 – 500 ml hilang pada saat persalinan, 500 – 800 ml

hilang pada minggu pertama postpartum dan 500 ml hilang pada

saat masa nifas.

7) Perubahan pada sistem integumen

Pada waktu hamil terjadi pigmentasi kulit pada beberapa

tempat karena proses hormonal. Pigmentasi ini berupa kloasma

gravidarum pada pipi, hiperpigmentasi kulit sekitar payudara,

hiperpigmentasi kulit dinding perut (Striae Gravidarum). Setelah

persalinan, hormonal berkurang dan hiperpigmentasipun

menghilang. Pada dinding perut akan menjadi putih mengkilap


20

strie albikan. Penurunan pigmentasi ini juga disebabkan karena

hormon MSH (Melanophore Stimulating Hormone) yang

berkurang setelah persalinan akibatnya pigmentasi pada kulit

pun secara perlahan menghilang.

8) Laktasi

Laktasi dapat diartikan dengan pembentukan dan

pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu ini merupakan makanan

pokok, makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi bayi

yang disediakan oleh ibu yang baru saja melahirkan, bayi akan

tersedia makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.

Selama kehamilan hormon estrogen dan progesteron

merangsang pertumbuhan kelenjar susu sedangkan progesteron

merangsang pertumbuhan saluran kelenjar, kedua hormon ini

mengerem LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas

dapat merangsang laktasi. Lobus posterior hipofise

mengeluarkan oxitoxin yang merangsang pengeluaran air susu.

Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh

rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi. Rangsangan ini

menuju ke hypofise dan menghasilkan oxtoxin yang

menyebabkan buah dada mengeluarkan air susu. Pada hari ke-3

post partum, payudara menjadi besar, keras dan nyeri hal ini

menandai permulaan sekresi air susu, dan jika areola mammae

dipijat, maka akan keluar cairan puting dari puting susu. Air

susu ibu kurang lebih mengandung protein 1-2%, lemak 3-5%,


21

gula 6,5-8%, garam 0,1-0,2%. Hal-hal yang mempengaruhi

susunan air susu ibu adalah diit, gerak badan. Banyaknya air

susu ibu sangat tergantung pada banyaknya cairan serta

makanan yang dikonsumsi ibu(Reeder dkk, 2011).

2. Perubahan Psikologis

Perubahan psikologis masa nifas menurut Reva-Rubin terbagi

menjadi 3 tahap yaitu:

a. Periode taking in (24 jam post partum)

1) Periode ketergantungan atau fase dependens.

2) Periode yang terjadi pada hari pertama samapi kedua setelah

melahirkan, dimana ibu baru biasanya bersifat pasif dan

bergantung, energi difokuskan pada perhatian ke tubuhnya atau

dirinya.

3) Fase ini merupakan periode ketergantungan dimana ibu

mengharapkan segala kebutuhannya terpenuhi orang lain.

4) Ibu akan mengulang kembali pengalaman persalinan dan

melahirkannya.

5) Menunjukkan kebahagiaan yang sangat dan bercerita tentang

pengalaman melahirkan.

b. Periode taking hold (2-4 hari post partum)

1) Periode antara ketergantungan dan ketidaktergantungan, atau

fase dependen-independen.

2) Periode dimana ibu menaruh perhatian pada kemampuannya

menjadi orang tua, seperti tertarik melakukan perawatan pada


22

bayinya, ibu mulai terbuka menerima pendidikan keshatan

pada bayinya dan juga pada dirinya.

c. Periode letting go

Terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Pada saat ini ibu

mengambil tanggung jawab terhadap bayinya (Maryunani, Anik.

2017).
2.1.5 Pathway
Post partum

Aspek fsikologis
Aspek psikologis

Proses Pelepasan Vagina Peningkatan Nafsu Distensi kandung Taking in Taking hold Letting go
involusi jaringan dan hormon makan kemih
endometrium perinium prolaktin

Kondisi ibu Belajar tentang Mampu menyesuaikan


Penurunan Bengkak dan lemah diri dengan keluarga
Peningkatan kadar hal baru
Pembentukan tonus memar uretra
oksitosin, Lochea Episiotomi
ASI abdomen
peningkatan
keluar
ukontraksi uterus
Terfokus pada Ketidaktahuan/ket mandiri
diri sendiri erbatasan
informasi
Terputusnya ASI keluar ASI sedikit Risiko Gangguan
Hygine tidak kontinuitas keluar konstipasi eliminasi
Nyeri akut adekuat jaringan urine
Menerima
Butuh pelayanan Ketidaktahuan tanggung
dan merawat diri jawab
perlindungan
Faktor ibu Faktor bayi
Invasi bakteri Nyeri
akut
Puting inperted Refleks menghisap Defisit Risiko Kurang
perawatan diri pengetahuan
infeksi
Risiko infeksi
- Ketidakefektifan pemberian ASI
- Gangguan proses parenting Gambar 2.1 Modifikasi : Bobak, L.M, 2004, Aspiani Yuli,
2017 dan Nurarif Huda Amin, 2015, SDKI edisi 1,
2016.

23
24

2.1.6 Komplikasi Post partum

Komplikasi post partum diantaranya :

1. Perdarahan post partum

Perdarahan postpartum adalah kehilangan darah sebanyak 500

cc atau lebih, sesudah anak lahir atau setelah kala III . Perdarahan ini

bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan, terutama pada dua jam

pertama jika tinggi rahim akan bertambah naik, tekanan darah

menurun, dan denyut nadi ibu menjadi cepat.

a. Klasifikasi klinis

1) Perdarahan post partum primer

Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi dalam

24 jam pertama, penyebab: atonia uteri, retensio plasenta, sisa

plasenta, dan robekan jalan lahir.

2) Perdarahan post partum sekunder

Perdarahan post partumadalah mencakup semua

kejadian HPP yang terjadi antara 24 jam setelah kelahiran bayi

dan 6 minggu masa postpartum.

3) Infeksi post partum

Infeksi masa nifas atau sepsis puerperalis adalah infeksi

pada traktus genetalia yang terjadi sesudah melahirkan,

kenaikan suhu sampai 38 derajat selsius atau lebih selama 2

hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan

mengecualikan 24 jam pertama. Bakteri penyebab sepsis


25

puerpuralis: Streptokoccus, Stafilokoccus, E.Coli, Clostridium

tetani, Clostridium welchi, Clamidia dan gonocokkus.

a. Macam- macam infeksi masa nifas

1) Infeksi perineum, vulva, vagina, dan serviks

Nyeri serta panas pada tempat infeksi dan

kadang-kadang perih bila kencing. Bila getah radang bisa

keluar, biasanya keadaannya tidak berat, suhu 38o C, dan

nadi di bawah 100/menit. Bila luka terinfeksi tertutup

oleh jahitan dan radang tidak dapat keluar, demam bisa

naik 39- 40o C, disertai menggigil.

2) Endometritis

Endometritis adalah peradangan yang terjadi pada

endometrium, yaitu lapisan sebelah dalam pada dinding

rahim yang terjadi infeksi.

2. Mastitis (Peradangan pada Payudara)

Inflamasi perinkimatosa glandula mammae merupakan

komplikasi antepartum yang jarang terjadi tetapi kadang-kadang

dijumpai dalam masa nifas dan laktasi. Gejala mastitis jarang terlihat

sebelum akhir minggu pertama masa nifas dan umumnya baru

ditemukan setelah minggu ketiga atau keempat. Bendungan yang

mencolok biasanya mendahului inflamasi dengan keluhan pertamanya

berupa menggigil yang segera diikuti oleh kenaikan suhu tubuh dan

peningkatan frekuensi denyut nadi. Payudara kemudian menjadi


26

kerasserta kemerahan, dan pasien mengeluhkan rasa nyeri (Aspiani,

Reny Yuli 2017).

3. Tromboflebitis

Perluasan infeksi nifas yang mengikuti aliran darah di

sepanjang vena dan cabang-cabangnya.

4. Peritonitis

Peritonitisadalah peradangan pada peritonium yang merupakan

pembungkus visera dalam rongga perut.Peritoneum adalah selaput

tipis dan jernih yang membungkus organ perut dan dinding perut

bagian dalam.Peritonitis yang terlokalisir hanya dalam rongga pelvis

disebut pelvioperitonitis, pada peritonitis umumnya terjadi

peningkatan suhu tubuh, nadi cepat, perut kembung dan nyeri.

5. Post partumblues

Post partumblues merupakan stres emosional pada ibu nifas

kadang-kadang dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan

mudah tersinggung dan terluka sehingga nafsu makan dan pola tidur

terganggu. Post partumblues terjadi pada hari ke 3-5 post partum.

2.1.7 Perawatan Post partum

Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang intensif

untuk pemulihan kondisinya setelah proses persalinan. Perawatan post

partum meliputi:

1. Mobilisasi dini

Setelah melahirkan, ibu harus istirahat tidur terlentang selama

8 jam pasca persalinan. Kemudian diperbolehkan miring ke kanan dan


27

ke kiri untuk mencegah terjadinya trombosis dan trombo emboli. Pada

hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari

keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang.Mobilisasi memiliki

variasi tergantung pada komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya

luka.

a. Keuntungan dari mobilisasi dini yaitu :

1) Melancarkan pengeluaran lochia

2) Mengurangi infeksi purperium

3) Mempercepat involusi alat kandungan

4) Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan.

5) Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga

mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

2. Rawat gabung

Perawatan ibu dan bayi dalam satu ruang bersama-sama

sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat

memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin.

3. Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum yang perlu dilakukan yaitu pemeriksaan

tingkat kesadaran dan keluhan yang terjadi setelah persalinan.

4. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan khusus ibu post partum meliputi:

a. Pemeriksaan tanda-tanda vital: Tekanan darah, nadi, suhu, dan

respirasi.

b. Fundus uteri: Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus


28

c. Lochia: lochia rubra, lochia sanginolenta, lochia serosa, lochia

alba.

d. Luka jahitan episiotomi: apakah baik atau terbuka, apakah ada

tanda-tanda infeksi (Aspiani, Reny Yuli 2017).

2.1.8 Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis

a. Tes diagnostik

1) Jumlah darah lengkap (hemoglobin, hematokrit, eritrosit,

leukosit, trombosit).

2) Urinalisis: kadar urine.

b. Penatalaksaan keperawatan

1) Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi

perdarahan).

2) 6–8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan

miring kanan kiri.

3) Hari ke 1–2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui

yang benar dan perawatan payudara, perubahan-perubahan

yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi tentang

senam nifas.

4) Hari ke-2 : mulai latihan duduk.

5) Hari ke-3 : Diperkenankan latihan berdiri dan berjalan.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep ditetapkan

dalam praktek keperawatan. Hal ini disebut sebagai suatu pendekatan


29

problem solving yang memerlukan ilmu, tekhnik dan keterampilan yang

ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang terdiri dari lima tahap

yaitu:

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari tahap proses keperawatan,

dalam mengkaji harus memperhatikan data yang didapat dari pasien,

dari orang lain, dan catatan kesehatan pasien (Hidayat, A.A2010).

1. Pengumpulan data

a. Data biografi

1) Identitas pasien terdiri dari: nama, umur (post partumbiasanya

terjadi pada umur 20-35 tahun), pendidikan, pekerjaan, suku,

agama, alamat, no. rekam medik, tanggal masuk rumah sakit

(Sukarni, Icemi & Wahyu P 2013).

2) Identitas penanggung jawab terdiri dari: nama, umur, jenis

kelamin, agama, alamat, pekerjaan, dan hubungan dengan pasien.

b. Riwayat kesehatan

1) Keluhan utama

Untuk mengetahui masalah yang dihadapi pasien yang

berkaitan dengan masa nifas. Biasanya keluhan utama yang

dirasakan oleh pasien dengan post partum adalah nyeri pada

daerah genetalia, nyeri pada payudara dan pembengkakan

payudara (Reny Yuli Aspiani, 2017), nyeri luka epis/nyeri pada

luka persalinan, BAK tidak lancar, ASI tidak keluar, puting

lecet, payudara bengkak, dan cemas (Maryunani, Anik 2017).


30

2) Riwayat penyakit sekarang

Mulainya penderita merasakan adanya keluhan dan

usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi keadaan ini, untuk

mengetahui ada tidaknya penyakit yang diderita pasien sekarang

yang dapat mempengaruhi pada kondisi pasien.

Pasienmerasakan nyeri karena trauma akibat proses persalinan.

Masalah yang sering dialami pada minggu-minggu pertama

pasca partum ialah perubahan emosional yang berhubungan

dengan hormon, perawatan dan pemberian makanan bayi baru

lahir dan perubahan peran (Reeder dkk, 2011).

3) Riwayat penyakit dahulu

Menyangkut riwayat penyakit yang pernah diderita yang

ada hubungannya dengan penyakit sekarang.

4) Riwayat penyakit keluarga

Menyangkut riwayat penyakit yang pernah diderita yang

menyangkut penyakit keluarga atau keturunan.

5) Riwayat obstetri

Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien

denganpost partum yang perlu diketahui adalah:

a) Keadaan haid

Yang perlu diketahui pada keadaan haid adalah

tentang menarche, siklus haid, HPHT (Hari Pertama Haid

Terakhir), jumlah dan warna darah keluar, encer,

menggumpal, lamanya haid, nyeri atau tidak dan bau.


31

b) Riwayat kehamilan

Riwayat kehamilan yang perlu diketahui adalah

berapa kali melakukan ANC (Ante Natal Care), selama

kehamilan periksa dimana, perlu diukur tinggi badan dan

berat badan.

c) Riwayat persalinan

(1) Riwayat persalinan yang lalu

Tanyakan berapa jumlah gravida, jumlah partal,

dan jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis

persalinan, penolong persalinan, berat badan bayi,

kelainan fisik, kondisi anak saat ini.

(2) Riwayat nifas pada persalinan yang lalu

Tanyakan apakah pernah mengalami demam,

keadaan lochia, kondisi pendarahan selama nifas,

tingkat aktifitas setelah melahirkan, keadaan perineal,

abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi,

keberhasilan pemberian ASI, respon dan support

keluarga.

(3) Riwayat persalinan saat ini

Tanyakan kapan mulai timbunya his, pembukaan,

kondisi ketuban, lama persalinan dengan episiotomi

atau tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar

vagina, dilakukan anestasi atau tidak, panjang tali pusat,

lama pengeluaran plasenta, jumlah perdarahan.


32

d) Riwayat penggunaan KB

Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB

dengan kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan

selama menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah

masa nifas ini beralih ke kontrasepsi jenis apa.

c. Pola kebiasaan sehari-hari menurut Gordon

1) Pola manajamen kesehatan-persepsi kesehatan

Biasanya pasien akan mengatakan kesehatan merupakan

hal yang sangat penting dalam hidup karena kesehatan ibu dapat

mempengaruhi kesehatan bayi terutama dalam memenuhi

kebutuhan bayi memalui ASI. Biasanya Ibu menyatakan

keinginan untuk memiliki kemampuan untuk memberi ASI

untuk kebutuhan nutrisi bayinya dan keinginan untuk

meningkatkan kemampuan memberi ASI eksklusif.

2) Pola metabolik nutrisi

Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam

memenuhi kebutuhan nutrisinya. Kebanyakan ibu merasa sangat

lapar. Permintaan untuk memperoleh dua kali dari jumlah biasa

dikonsumsi disertai konsumsi cemilan yang sering ditemukan,

pada masa nifas masalah diet perlu mendapat perhatian yang

serius karena dengan nutrisi yang baik dapat mempercepat

penyembuhan ibu dan sangat mempengaruhi susunan ASI.


33

3) Pola eliminasi

Buang air kecil secara spontan sudah harus dapat

dilakukan dalam 8 jam post partum. Kadang-kadang wanita sulit

kencing, karena spincter uretra mengalami tekanan oleh kepala

janin dan spasme oleh iritasi muskulus spincter ani selama

persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing

sebaiknya dilakukan kateterisasi.

Buang air besar harus terjadi pada 2-3 hari post partum.

Bila belum terjadi dapat mengakibatkan obstipasi maka dapat

diberikan obat per oral atau per rektal atau bila belum berhasil

diberikan obat pencahar atau laktasif.

4) Aktivitas

Pada pasien dengan post partum aktivitasnya terganggu,

pekerjaan/kegiatan sehari-hari tidak mampu dilakukan maksimal

karena keadaannya yang semakin lemah. Setelahpersalinan ibu

post partumhanya boleh miring kiri kanan dalam beberapa jam

dan bisa belajar berdiri/berjalan setelah 8 jam bagi persalinan

normal. Biasanya ibu post partum pada hari pertama post

partum belum mampu memenuhi kebutuhan bayi dan pada saat

itu ibu post partum masih bergantung terhadap orang lain untuk

memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

5) Istirahat/tidur

Pasien biasanya tidak mengalami gangguan dalam

istirahat/tidur. Mempertahankan tempratur tubuh dan sirkulasi


34

pada pasien dengan post partum biasanya mengalami gangguan

dalam hal tempratur tubuh, suhu tubuh dapat mencapai lebih

dari 37,50C.Kurang istirahat pada ibu post partum dapat

mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi.

6) Pola persepsi- kongnitif

Biasanya ibu hamil akan mengalami persepsi nyeri atau

ketidaknyamanan akibat prosedur tindakan persalinan dan

karena pembengkakan payudara, nyeri dirasakan seperti tertekan

benda berat, tertusuk, tersayat dan nyeri dirasakan hilang timbul.

7) Pola konsep diri-atau persepsi diri

Biasanya pada hari pertama post partum ibu bersifat

pasif dan bergantung, perhatian difokuskan ke diri sendiri dan

ibu mengharapkan segala kebutuhannya terpenuhi oleh orang

lain. Pada hari ke-2 sampai ke-4 ibu post partum menaruh

perhatian dan kemampuannya menjadi orang tua,ibu berusaha

terampil dalam perawatan bayinya terutama untuk menyusui.

Ibu post partum lebih bersifat protektif (waspada, posisi

menghindari nyeri).

8) Pola hubungan peran

Biasanya ibu post partum masih dalam tahap pemulihan

sehingga peran sebagai istri tidak maksimal akibat keterbatasan

kemampuan dan proses adapatasi karena sudah menjadi seorang

ibu terutama pada primigravida. Pada hari ke-2 sampai ke-4 ibu

post partum menaruh perhatian dan kemampuannya menjadi


35

orang tua,ibu berusaha terampil dalam perawatan bayinya

terutama untuk menyusui. Pada ibu post partum dapat timbul

kekhawatiran menjalankan peran sebagai orang tua,

ketidakmampuan orang tua memenuhi kebutuhan bayi/anak.

9) Pola reproduksi- seksualitas

Biasanya ibu post partum tidak akan mengalami menstruasi

selama ibu sering menyusui bayinya 10-12 kali/24 jam.

10) Pola toleransi terhadap stress-koping

Biasanya ibu post partum mengalami perubahan emosi

sehingga cepat mengalami stress terutama pada primigavida

harus bisa beradaptasi dengan kehadiran bayinya/ karena ASI

tidak lancar, sehingga dukungan keluarga terutama suami sangat

penting.

11) Kebutuhan spiritual

Pada kebutuhan spiritual ini ditanyakan apakah pasien tetap

menjalankan ajaran agamanya ataukah terhambat karena

keadaan yang sedang dialami.

d. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien dengan post partum fisiologis yaitu:

1) Keadaan umum

Keadaan umum pasienpost partum fisiologis biasanya lemah.

2) Kesadaran

Kesadaran pasien biasanya composmentis.


36

3) Pemeriksaan tanda-tanda vital

Biasanya tanda-tanda vital pada pasienpost partum fisiologis

yaitu:

a) Suhu : meningkat diatas 37,50C

b) Nadi : meningkat (>90 x/menit)

c) Pernafasan : meningkat (>20x/menit)

d) Tekanan darah : normal 120/80 mmHg.

4) Pemeriksaan fisik head to toe

a) Kepala

Inspeksi : Bentuk, keadaan kepala, kondisi rambut ada

ketombe atau tidak, ada lesi atau tidak, ada

kelainan?

Palpasi : Ada nyeri tekan apa tidak, benjolan pada

kepala?

b) Mata

Inspeksi : Bentuk mata, konjungtiva anemis atau tidak

anemis, sklera ikterik atau tidak

Palpasi : Ada benjolan atau tidak, terdapat nyeri tekan

atau tidak?

c) Hidung

Inspeksi : Simetris, bersih atau kotor, ada atau tidaknya

polip, sekret.

Palpasi : Ada tidak nyeri tekan.


37

d) Mulut

Inspeksi : Apakah mukosa bibir kering, gigi tampak

bersih atau kotor, dan lengkap.

Palpasi : Ada tidak terdapat benjolan.

e) Leher

Inspeksi : Apakah terdapat pembesaran kelenjar tiroid,

vena jugularis.

Palpasi : Apakah terdapat massa atau benjolan.

f) Telinga

Inspeksi : Apakah bentuk telinga simetris, terdapat

serumen atau tidak, apakah pendengaran baik

Palpasi : Terdapat nyeri tekan atau tidak.

g) Muka

Inspeksi : Yangperlu dikaji adalah ada tidaknya kloasma

gravidarum, apakah muka tampak pucat, tampak

meringis kesakitan menahan nyeri.

Palpasi :Terdapat nyeri tekan atau tidak pada muka.

h) Kulit

Inspeksi : Apakah kulit kering atau lembab, kotor atau

bersih, terdapat luka tidak, apakah terdapat

pigmentasi pada kulit?

Palpasi : Terdapat oedema atau tidak.


38

i) Thorax

Inspeksi : Dikajikesimetrisannya, apakah tampak kotor

atau tidak

Auskultasi : Ada atau tidaknya suara ronchi.

Inspeksi : Ada atautidaknya nyeri tekan

j) Payudara

Inspeksi : Bagaimanakah keadaan Puting susu ibu

menonjol atau masuk kedalam, areola

hiperpigmentasi atau tidak,ASI dapat keluaratau

tidak keluar, mamae tampak kotor atau bersih,

ada luka atau tidak, apakah terdapat kolostrum,

apakah bengkak, peradangan, kemerahan dan

keras, luka pada puting susu.

Palpasi : Tidak terdapat Massa/benjolan, payudara ibu

ada nanah atau tidak, keras atau tidak, terdapat

nyeri atau tidak. Biasanya pada ibu post partum

mengeluhkan adanya nyeri pada daerah

payudara karena puting lecet dan pembengkakan

pada payudara, nyeri dirasakan seperti tertekan

benda berat, tertusuk, tersayat dan nyeri

dirasakan hilang timbul.

k) Abdomen

Inspeksi : Apakah terdapat linea nigra, striae, ada luka atau

tidak, apakah ada bekas oprasi.


39

Auskultasi : Hitung bising usus.

Palpasi : Apakah ada nyeri tekan, tinggi fundus uteri

normal tidak, ada tidaknya distensi abdomen.

Perkusi : Timpani.

l) Genetalia

Inspeksi : Yang dilakukan saat melakukan pemeriksaan

genetalia adalah periksa pengeluaran lochea

(lochea rubra pada hari ke 1-3, lochea

sanguilenta pada hari ke 3-7, lochea serosa pada

hari ke 7-14, lochea alba pada hari ke >14),

warna, bau, dan jumlah serta ada tidak tanda-

tanda infeksi di daerah perineum, adakah nyeri

tekan di daerah perineum. Biasanya ibu post

partum mengeluhkan adanya nyeri pada daerah

genetalia akibat proses persalinan.

m)Ekstremitas atas

Inspeksi : Ada oedema atau tidak, bentuknya normal atau

ada kelainan, ujung-ujung jari sianosis atau

tidak.

Palpasi : Terdapat nyeri tekan atau tidak pada ekstrimitas

atas.
40

n) Ekstremitas bawah

Inspeksi : Pada pemeriksaan kaki apakah ada varises,

oedema, refleks patela, apakah ada tanda

homans.

Palpasi : Apakah terdapat nyeri tekan atau panas pada

betis.

2. Analisa data

Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan

kemampuan berfikir sosial sesuai dengan latar belakang ilmu

pengetahuan.

Table 2.3 Analisa Data ( Nanda 2015-2017)

Symtom Etiologi Problem


DS : Masa nifas Kesiapan
a. Ibu menyatakan keinginan meningkatkan
untuk memiliki kemampuan pemberian ASI.
untuk memberi ASI untukPeningkatan hormon prolaktin
kebutuhan nutrisi bayinya.
b. Ibu menyatakan keinginan Pembetukan ASI
untuk meningkatkan
kemampuan memberi ASI
eksklusif. ASI keluar
DO : -
Bayi mendapatkan ASI yang
cukup
DS: Masa nifas Ketidakefektifan
a. Bayi menangis dalam jam pemberian ASI
pertama setelah menyusu. Peningkatan hormon prolaktin
DO:
a. Ketidakadekuata
n defekasi bayi. Pembetukan ASI
b. Bayi menangis
pada payudara.
c. Bayi menolak ASI sedikit keluar
latching on.
d. Bayi tidak Refleks menghisap bayi
mampu latch-on. menurun
e. Luka puting
yang menetap setelah
minggu pertama
menyusui.
f. Tidak
menghisap payudara
41

Symtom Etiologi Problem


terus-menerus.
DS : Post partum Nyeri akut
1. Mengeluh nyeri.
2. Pengkajian nyeri : Proses involusi
P :kontraksi uterus dan
pembengkakan payudara.
Q: biasanya sepertiPeningkatan kadar oksitosin,
tertekanbenda berat, peningkatan kontraksi
tertusuk, dan tersayat. uterus
R:biasanya bagian abdomen
dan payudara.
T: biasanya hilang timbul.

DO :
a. Berfokus pada diri sendiri.
b. Tampak meringis.
c. Skala : 3-10 dari skala 0-10
d. Frekuensi nadi meningkat.
e. Keluhan tentang intensitas
skala nyeri(skala penilaian
visual).
f. Bersikap protektif (mis.
Waspada posisi menghindari
nyeri).

DS : - Post partum Risiko infeksi


DO :
a. Efek prosedur invasif episiotomi
b. Penurunan hemoglobin
c. Gangguan peristaltik. Taking hold
d. leukopenia
e. peningkatan paparan Belajar tentang hal baru
organisme patogen
lingkungan. Kurang pengetahuan merawat
diri

Peningkatan paparan organisme


patogen lingkungan
DS: Risiko Gangguan
a. Kekhawatiran Kelahiran Bayi perlekatan
menjalankan peran
sebagai orang tua. Perubahan dalam keluarga
DO:
a. Perpisahan Tidak Beradaptasi
antara ibu dan bayi/anak
akibat hospitalisasi.
b. Penghalang fisikTidak mampu merawat bayi
(mis. Inkubator, baby
warmer).
c. Ketidakmampua
n orang tua memenuhi
kebutuhan bayi/anak.
d. Prilaku bayi
tidak terkoordinasi.
42

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau risiko perubahan

pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas

dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan

merubah.

Adapun diagnosa keperawatan pada kasus postpartum (Aspiani,

Reny Yuli 2017) sebagai berikut:

1. Kesiapan meningkatkan pemberian ASI berhubungan dengan bayi

mendapatkan ASI yang cukupditandai dengan ibu menyatakan

keinginan untuk memiliki kemampuan untuk memberi ASI untuk

kebutuhan nutrisi bayinya, ibu menyatakan keinginan untuk

meningkatkan kemampuan memberi ASI Eksklusif.

2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan refleks

menghisap bayi menurun ditandai dengan bayi menangis dalam jam

pertama setelah menyusu, ketidakadekuatan defekasi bayi, bayi

menangis pada payudara, bayi menolak latching on, bayi tidak

mampu latch-on, luka puting yang menetap setelah minggu pertama

menyusui, tidak menghisap payudara terus.

3. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan kadar oksitosin,

peningkatan kontraksi uterus ditandai dengan mengeluh nyeri,

berfokus pada diri sendiri, tampak meringis, frekuensi nadi


43

meningkat, keluhan tentang intensitas skala nyeri (skala penilaian

visual), bersikap protektif (mis. waspada posisi menghindari nyeri).

4. Risiko infeksi berhubungan dengan peningkatan paparan organisme

patogen lingkungan

5. Risiko gangguanperlekatan berhubungan dengan tidak dapat

beradaptasi dengan bayi.


44

2.2.3 Intervensi Keperawatan

Berdasarkan diagnosa yang diangkat maka rencana keperawatan pasien

dengan post partum adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4 Intervensi keperawatan menurut NANDA NIC NOC 2017

(Aspiani, Reny Yuli 2017).

No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional


keperawatan
KesiapanSetelah dilakukan Breast Examination Breast
meningkatk tindakan keperawatan Lactation Supresion Examination
an diharapkan pasien 1. Fasilitasi proses bantuan Lactation
pemberian dapat: interaktif untuk Supresion
ASI. 1. Ibu mampu membantu 1. Membantu
memberi ASI mempertahankan mempertahankan
untuk kebutuhan keberhasilan proses keberhasilan proses
nutrisi bayinya. pemberian ASI pemberian ASI.
2. Ibu mengetahui 2. Sediakan informasi
manfaat tentang laktasi dan teknik 2. Menambah
memberikan ASI memompa ASI (secara pengetahuan ibu
Eksklusif. manual atau dengan tentang laktasi.
3. Ibu mengetahui pompa elektrik), cara
cara menyusui mengumpulkan dan
yang benar. menyimpan ASI
4. Ibu mengetahui 3. Ajarkan pengasuh bayi
cara memeras mengenai topik-topik, 3. Menambah
ASI. seperti penyimpanan dan pengetahuan
5. Ibu mengetahui pencairan ASI dan pengasuh bayi.
cara penyimpanan penghindaran memberi
ASI. susu botol pada dua jam
sebelum ibu pulang
4. Ajarkan orang tua
mempersiapkan, 4. Menambah
menyimpan, pengetahuan ibu
menghangatkan dan tentang pentingnya
kemungkinan pemberian ASI dan cara
tambahan susu formula penyimpanan ASI.
Lactation Counseling
1. Sediakan informasi Lactation Counseling:
tentang keuntungan dan 1. Menambah
kerugian pemberian pengetahuan
ASI. ibu tentang
pentingnya
ASI.
Ketidakefe Setelah NIC
ktifan dilakukan Breastfeding
pemberian tindakan Assistence 1. Mengetahui
ASI keperawatan 1. Evaluasi pola pemenuhan
diharapkan menghisap / menelan kebutuhan bayi.
pemberian ASI bayi 2. Mengetahui
efektif dengan 2. Tentukan Keinginan tingkat motivasi
kriteria hasil: Dan Motivasi Ibu untuk ibu dalam
1. Kementapan menyusui. menyusui.
45

No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional


keperawatan
pemberian ASI : 3. Mengetahui
Bayi : perlekatan 3. Evaluasi pemahaman perkembangan
bayi yang sesuai ibu tentang isyarat kemampuan ibu
dan proses menyusui dan bayi dalam memenuhi
menghisap dari (misalnya reflex rooting, kebutuhan bayi.
payudara ibu menghisap dan terjaga)
untuk 4. Kaji kemampuan bayi 4. Mengetahui
memperoleh untuk latch-on dan kemampuan bayi
nutrisi selama 3 menghisap secara efektif dalam menyusu.
minggu pertama 5. Pantau keterampilan ibu
pemberian ASI dalam menempelkan 5. Mengetahui
2. Kemantapan bayi ke puting. tingkat
Pemberian ASI : keberhasilan ibu
kemantapan ibu 6. Pantau integritas kulit dalam menyusui.
untuk membuat puting ibu 6. Mengetahui
bayi melekat adanya hambatan
dengan tepat dan 7. Evaluasi pemahaman dalam menyusui
menyusui dan tentang sumbatan 7. Mengetahui
payudara ibu kelenjar susu dan tingkat
untuk mastitis pengetahuan ibu
memperoleh tentang kelainan
nutrisi selama 3 8. Pantau kemampuan pada payudara.
minggu pertama untuk mengurangi 8. Mencegah
pemberian ASI kongesti payudara kelainan pada
3. Pemeliharaan dengan benar payudara.
pemberian ASI: 9. Pantau berat badan dan
keberlangsungan pola eliminasi bayi 9. Memantau tingkat
pemberian ASI keberhasilan
untuk Breast Examination dalam menyusui.
menyediakan Lactation Supresion Breast
nutrisi bagi 1. Fasilitasi proses bantuan Examination
bayi/todler interaktif untuk membantu Lactation
4. Pengetahuan mempertahankan Supresion
Pemberian ASI : keberhasilan proses 1. Membantu
tingkat pemberian ASI mempertahankan
pemahaman yang 2. Sediakan informasi keberhasilan proses
ditunjukkan tentang laktasi dan teknik pemberian ASI.
megenal laktasi memompa ASI (secara
dan pemberian manual atau dengan 2. Menambah
makan bayi pompa elektrik), cara pengetahuan ibu
melalui proses mengumpulkan dan tentang laktasi.
pemberian ASI menyimpan ASI
ibu mengenali 3. Ajarkan pengasuh bayi
isyarat lapar dari mengenai topik-topik,
bayi dengan seperti penyimpanan dan
segera ibu pencairan ASI dan 3. Menambah
mengindikasikan penghindaran memberi pengetahuan
kepuasaan susu botol pada dua jam pengasuh bayi.
terhadap sebelum ibu pulang
pemberian ASI 4. Ajarkan orang tua
ibu tidak mempersiapkan,
mengalami nyeri menyimpan,
tekan pada puting menghangatkan dan 4. Menambah
mengenali tanda- kemungkinan pemberian pengetahuan ibu
tanda penurunan tambahan susu formula tentang pentingnya
suplai ASI. Lactation Counseling ASI dan cara
46

No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional


keperawatan
1. Sediakan informasi penyimpanan ASI.
tentang keuntungan dan
kerugian pemberian ASI. Lactation Counseling:
1. Menambah
pengetahuan ibu
tentang pentingnya
ASI.
Nyeri akutSetelah dilakukan Manajement nyeri
tindakan (Pain management):
keperawatan 1. Kaji secara 1. Mengetahui
diharapkan pasien komprehensip tentang tingkat nyeri
dapat: nyeri, lokasi, pasien.
1. Mengontrol nyeri karakteristik, onset,
(Pain control) durasi, frekuensi,
dengan kriteria: kualitas, intensitas
a. Pasien dapat nyeri, dan faktor
mengetahui presipitasi.
penyebab 2. Observasi isyarat- 2. Mengetahui
nyeri, onset isyarat non verbal dari tingkat
nyeri. ketidaknyamanan, ketidaknyaman
b. Pasien mampu khusunya dalam an dirasakan
menggunakan ketidakmampuanuntuk oleh pasien.
tekhnik non komunikasi secara
farmakologi efektif.
untuk 3. Gunakan komunikasi 3. Mengalihkan
mengurangi terapeutikagar pasien perhatian
nyeri. dapat pasien dari rasa
c. Pasien mampu mengekspresikan nyeri.
mengenal nyeri.
tanda-tanda 4. Ajarkan penggunaan 4. Mengurangi
pencetus nyeri. teknik nonfarmakologi rasa nyeripasien
d. Pasien (misalnya relaksasi, tanpa
melaporkan terapi musik, distraksi, menggunakan
nyeri massase). obat.
berkurang 5. Berikan informasi
dengan tentang nyeri, seperti: 5. Mengetahui
menggunakan penyebab, berapa lama apakah terjadi
manajemen terjadi, dan tindakan pengurangan
nyeri. pencegahan. rasa nyeri atau
2. Menunjukkan nyeri yang
tingkat nyeri (Pain dirasakan
Level) dengan 6. Kontrol faktor-faktor bertambah.
kriteria: lingkungan yang dapat 6. Mengurangi
a. Pasien mampu mempengaruhi respon tingkat
mengenal pasien terhadap kecemasan dan
skala, ketidaknyamanan membantu
intensitas, (misalnya: tempratur dalam
frekuensi dan ruangan, penyinaran membentuk
lamanya dan lain-lain). mekanisme
episode nyeri. koping terhadap
b. Pasien 7. Hilangkan faktor yang rasa nyeri
mengatakan dapat meningkatkan 7. Mengurangi
rasa nyaman pengalaman nyeri tingkat
setelah nyeri (misalnya: rasa takut, ketidaknyaman
berkurang. kelelahan dan kurang an yang
47

No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional


keperawatan
c. Tanda-tanda pengetahuan). dirasakan
vital dalam 8. Monitor kenyamanan pasien.
batas normal. pasien terhadap 8. Mengetahui
d. Ekspresi wajah manajemen nyeri. keefektifan dalam
tenang. mengontrol nyeri
9. Libatkan keluarga pasien.
untuk mengurangi 9. Membantu pasien
nyeri. untuk mengurangi
rasanyeri yang
dirasakan.
Risiko Setelah dilkukan tindakan Kontrol infeksi
infeksi keperawatan di (Infection Control):
harapkan pasien 1. Bersihkan lingkungan 1. Mencegahrisiko
dapat meningkatkan secara tepat setelah infeksi.
pertahanan tubuh digunakan oleh pasien.
(Immunune Status) 2. Ganti pralatan pasien
dengan kriteria hasil : setiap selesai tindakan. 2. Minimalkan risiko
1. Tidak ada tanda- 3. Batasi jumlah infeksi.
tanda infeksi pengunjung.
seperti dolor, 3. Meminimalkan
rubor, kalor, patogen
tumor dan fungcio 4. Gunakan sabun untuk disekeliling pasien.
laesa cuci tangan. 4. Mengurangi
2. Tanda-tanda vital mikroba bakteri
dalam rentang yang dapat
normal. menyebabkan
3. Urine output 5. Anjurkan pengunjung infeksi.
normal untuk cuci tangan 5. Meminimalkan
4. Membran mukosa sebelum dan sesudah patogen
normal kontak dengan pasien. disekeliling pasien.
5. Tidak ada 6. Gunakan sarung 6. Minimalkan risiko
peningkatan tangan steril. infeksi.
leukosit. 7. Lakukan perawatan 7. Minimalkan risiko
6. Luka di daerah vulva dan perineum. infeksi.
perinium tidak 8. Anjurkan pasien untuk 8. Minimalkan risiko
ada pus mengganti pembalut infeksi.
setiap kotor.
9. Lakukan tekhnik 9. Minimalkan risiko
perawatan luka yang infeksi.
tepat.
10. Ajarkan pasien dan 10. Memandirikan
anggota keluarga pasien dan
bagaimana mencegah keluarga
infeksi.
11. Berikan antibiotik 11. Pemberian
kalau perlu. antibiotik untuk
mencegah
timbulnya infeksi.
5 Risiko Setelah dilakukan Family integrity
gangguan tindakan promotion:
perlekatan keperawatan Childbearing
diharapkan resiko 1. Ciptakan lingkungan 1. Memudahkan
gangguan proses yang menerima. keluarga untuk
parenting dapat menerima anggota
teratasi dengan riteria keluargayang
48

No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC) Rasional


keperawatan
hasil: baru.
1. Pasien dapat 2. Mempermudah
mengidentifikasi 2. Ciptakan hubungan proses perlekatan
strategi untuk saling percaya dengan terhadap anak.
melindungi anak kedua orang tua 3. Mencegah
dari kelalaian 3. Berikan dukungan terjadinya resiko
2. Pengetahuan verbal langkah demi gangguan
pasien tentang langkah dengan perlekatan.
cara merawat bayi tenang. 4. Mengetahui
meningkat 4. Observasi situasi intervensi yang
3. Pasien mampu keluarga saat ini. akan diberikan.
merawat bayi 5. Mengetahui
5. Observasi status situasi keluarga.
psikososial keluarga. 6. Mengetahui
6. Observasi pengaruh perubahan peran.
kelahiran bayi
terhadap struktur
keluarga. 7. Mengetahui
7. Observasi hubungan situasi keluarga.
antar anggota keluarga
8. Observasi hubungan 8. Mengetahui
pasangan satu dan perubahan peran.
yang lainnya setelah
kelahiran bayi.
9. Identifikasi sistem 9. Mengetahui
interaksi keluarga. hubungan antar
anggota keluarga.
10. Identifikasi 10. Mengetahui cara
mekanisme koping keluarga
keluarga yang normal. menyelesaikan
masalah.
11. Identifikasi 11. Mengetahui cara
mekanisme koping menyelesaikan
invidu masing-masing masalah dari
anggota keluarga. setiap anggota
keluarga.
12. Diskusikan reaksi 12. Mencegah sibling.
sibling terhadap
kelahiran bayi.
2.2.4 Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses

keperawatam dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan

(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana

tindakan keperawatan (Hidayat 2010).

2.2.5 Evaluasi
49

Evaluasi adalah tindakan intlektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan, dan pelaksanaanyan sudah berhasil dicapai dengan

mengukur pembangunan pasien dalam mencapai suatu tujuan. Maka

perawat bisa menentukan efektifitas keperawatan (Nursalam 2010).

2.2.6 Pendokumentasian

Pendokumentasian adalah suatu kegiatan mencatat semua hasil

dari kegiatan pemberian asuhan keperawatan merupakan tanggung

gugat dan tanggung jawab seorang perawat (Nursalam 2010).

2.3 Konsep Tindakan Keperawatan Manajemen Laktasi


Manajemen Laktasimerupakan segala daya upaya yang dilakukan

untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya.

Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dari ASI diproduksi

sampai proses bayi menghisap dan menelan ASI. Ruang lingkup manajemen

laktasi dengan konseling laktasi adalah ASI Eksklusif, tekhnik menyusui,

memeras ASI, memberikan ASI peras, dan pemenuhan gizi selama periode

ibu menyusui. Adapun manajemen laktasi dengan konseling laktasi

diantaranya:

2.3.1 Konsep Dasar Konseling Laktasi

1. Pengertian

Konseling adalah serangkaian kegiatan sebagai proses

komunikasi dua arah oleh tenaga kesehatan untuk meningkatkan

pengertian, sikap dan prilaku pasien dalam mengenali dan mengatasi

masalah menyusui sehingga pasien dapat memutuskan apa yang

dilakukannya.
50

Konseling ASI dan Laktasi adalah konseling yang dilakukan

pada ibu nifas (baru melahirkan) dan ibu menyusui(Kementrian

Kesehatan RI Direktorat Bina Gizi Dan KIA. 2014).

2. Tekhnik Pelaksanaan Manajemen Laktasi

a. Pengertian

Manajemen laktasi merupakan segala daya upaya yang

dilakukan untuk membantu ibu mencapai keberhasilan dalam

menyusui bayinya. Usaha ini dilakukan terhadap ibu dalam 3 tahap

yaitu pada masa kehamilan (antenatal), sewaktu ibu dalam persalinan

sampai keluar rumah sakit (perinatal), dan pada masa menyusui

selanjutnya sampai anak berumur 2 tahun (postnatal) (Maryunani

Anik, 2012).

b. Tujuan

1) Untuk mencapai keberhasilan dalam menyusui bayinya.

2) Membantu pasien dalam mengenali permasalahan menyusui.

3) Membantu pasien dalam menyelesaikan permasalahan dalam

menyusui.

4) Membantuuntuk keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

c. Persiapan Peralatan

1) Lembar penilaian keberhasilan menyusui.

2) Pompa ASI

3) Botol ASI

4) Leaflet.

d. Tahap Prainteraksi
51

1) Melakukan kontrak waktu kepada pasien.

2) Mencuci tangan.

3) Menyiapkan alat.

e. Tahap Orientasi

1) Memberikan salam pada pasien dan bayi.

2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien.

3) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum

dilakukan konseling.

f. Tahap Kerja

1) Duduk berhadapan dengan pasien.

2) Melakukan anamnesa data umum dan riwayat menyusu.

3) Menanyakan permasalahan dalam menyusui

4) Mempersilahkan pasien untuk menyusui bayinya, menilai proses

menyusui.

5) Menjelaskan pengertian ASI eksklusif, manfaat ASI, cara

menyusui yang benar, cara memompa ASI, cara menyimpan

ASI.

g. Tahap Terminasi

1) Mengevaluasi keberhasilan pemahaman ibu dengan mengajukan

beberapa pertanyaan.

2) Mengisi lembar penilaian keberhasilan menyusui.

3) Berpamitan dengan ibu.

4) Dokumentasi.
52

2.3.2 Definisi ASI

ASI adalah minuman dianjurkan untuk semua neonatus,

termasuk bayi prematur. ASI memiliki manfaat nutrisi, imunologis dan

fisiologis dibandingkan susu formula atau jenis lainnya (Maryunani

Anik, 2017).

Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan

protein laktosa, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua

kelenjar payudara ibu, yang berguna sebagai makanan utama bagi bayi.

Eksklusif adalah terpisah dari yang lain, atau disebut khusus. Pengertian

lainnya, ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan

makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, dan nasi tim.

Pemberian ASI ini dianjurkan dalam jangka waktu 6 bulan (Haryono,

Rudi & Setianingsih,2014).

2.3.3 Manfaat ASI Secara Umum Dan Manfaat ASI Eksklusif

1. Manfaat ASI

Manfaat ASI secara umum dalam Maryunani, Anik (2017) yaitu:

a. Manfaat ASI bagi bayi yaitu:

1) Sebagai nutrisi, karena mengandung campuran yang tepat dari

berbagai bahan makanan yang baik untuk bayi.

2) Meningkatkan kecerdasan

3) Meningkatkan jalinan kasih sayang

4) Meningkatkan daya tahan tubuh, karena mengandung

antibody yang kuat untuk mencegah infeksi dan membuat

bayi bayi menjadi kuat.


53

b. Manfaat ASI bagi ibu yaitu:

1) Membantu ibu memulihkan diri dari persalinan.

2) Mengurangi jumlah darah yang keluar seteah melahirkan

(hisapan pada puting susu merangsang dikeluarkannya

oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim).

3) Kandungan dan perut bagian bawah juga lebih cepat

menyusut kembali ke bentuk normalnya.

2. Manfaat ASI Eksklusif dalam Rudi, Haryono & Setianingsih, Sulis

(2014) sebagai berikut:

a. Menurut Depkes RI (2001) manfaat ASI Eksklusif bagi bayi dapat

dilihat dari beberapa aspek, antara lain:

1) Aspek gizi

Manfaat kolostrum dari aspek gizi adalah:

a) Kolostrum mengandung zat kekebalan terutama igA untuk

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi terutama

diare. Jumlah kolostrum yang diproduksi bervariasi

tergantung dari hisapan bayi pada hari-hari pertama

kelahiran. Walaupun sedikit tetapi cukup untuk memenuhi

kebutuhan gizi bayi. Oleh karena itu kolostrum harus

diberikan pada bayi. Kolostrum mengandung protein,

vitamin A yang tinggi, mengandung karbohidrat dan

rendah lemak, sehingga sesuai dengan kebutuhan gizi bayi

pada hari-hari pertama kelahiran.

b) Membantu mengeluarkan mekonium (feses bayi).


54

2) Aspek imunologi (kekebalan tubuh)

a) ASI mengandung zat anti infeksi, bersih dan bebas

kontaminasi. Immunoglobin A (IgA) dalam ASI kadarnya

tinggi yang dapat melumpuhkan bakteri pathogen E.Coli

dan berbagai virus di saluran pencernaan.

b) Laktoferin yaitu sejenis protein yang merupakan

komponen zat kekebalan yang mengikat zat besi di saluran

pencernaan.

c) Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri

E.Coli salmonella dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI

300 kali lebih banyak dari pada susu sapi.

d) Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu pertama lebih dari

1.000 sel per mil. Terdiri dari 3 macam yaitu: Bronchus

Asociated Lympocite Tisue (BALT) anti bodi pernafasan,

Gut Asociated Lympocite Tisue (GALT) anti bodi saluran

pernafasan, dan Mammary Asociated Lymposite Tisue

(MALT) antibodi pada jaringan payudara ibu.

e) Faktor bifidus, sejenis karbohidrat yang mengandung

nitrogen untuk menunjang pertumbuhan bakteri

Lactobacillus bifidus. Bakteri ini untuk menjaga keasaman

flora usus bayi dan berguna untuk menghambat

pertumbuhan bakteri yang merugikan.

3) Aspek psikologis
55

Interaksi antara ibu dan bayi dapat membantu

pertumbuhan dan perkembangan psikologik bayi. Pengaruh

kontak langsung ibu dan bayi yaitu ikatan kasih sayang ibu

dan bayi terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan

kulit (skin to skin contact). Bayi akan merasa aman dan puas

karena bayi merasakan kehangatan tubuh ibu dan mendengar

denyut jantung ibu sudah dikenal sejak bayi masih di dalam

rahim.

4) Aspek kecerdasan

Interaksi antara ibu-bayi dan kandungan gizi dalam

ASI sangat dibutuhkan untuk perkembangan sistem syaraf

otak yang dapat meningkatkan kecerdasan bayi. ASI

mengandung berbagai zat gizi yang bisa meningkatkan

kecerdasan bayi, seperti asam lemak esensial, protein, vitamin

B kompleks, yodium, zat besi, dan seng.

5) Aspek neurologis

Menghisap payudara, kooordinasi saraf menelan,

menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi dapat lebih

sempurna. Berikut ini perbandingan ASI dengan susu formula

yaitu: ASI mengandung vitamin dan mineral yang lengkap.

Meski kadar mineral ASI yang relatif rendah, tetapi cukup

untuk bayi sampai umur 6 bulan. Hampir semua vitamin dan

mineral dalam ASI akan diserap oleh tubuh bayi. Zat

makanan yang tidak terserap akan memperberat kerja usus


56

bayi, mengganggu keseimbangan (ekologi) dalam usus bayi,

dan meningkatkan pertumbuhan bakteri yang jahat. Satu hal

yang menyebabkan ASI efisien adalah jumlah zat-zat ini akan

berubah secara otomatis sesuai dengan kebutuhan

pertumbuhan bayi saat ini.

b. Manfaat ASI Eksklusif bagi ibu menurut Depkes (2001) antara lain:

1) Mengurangi terjadinya perdarahan dan anemia

Apabila bayi disusui segra setelah dilahirkan maka

kemungkinan terjadinya perdarahan setelah melahirkan akan

berkurang karena pada ibu menyusui terjadi peningkatan kadar

oksitosin yang berguna untuk kontraksi/penutupan pembuluh

darah sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti. Hal ini

pun akan mengurangi kemungkinan terjadinya anemia karena

kekurangan zat besi.

2) Menunda kehamilan

Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman,

murah dan cukup berhasil. Selama ibu memberi ASI Eksklusif

dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6 bulan pertama

setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi

berusia 12 bulan.

3) Mengecilkan rahim

Kadar oksitosin ibu menyusui yang meningkat akan

membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses


57

pengecilan ini akan lebih cepat dibandingkan pada ibu yang

tidak menyusui.

4) Lebih cepat langsing kembali

Menyusui memerlukan energi maka tubuh akan

mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil.

Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih

cepat kembali ke berat badan sebelum hamil.

5) Mengurangi risiko terkena kanker

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa menyusui

akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara.

Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui

sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian

kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%.

Penelitian lain juga menemukan bahwa risiko terkena kanker

ovarium pada ibu yang menyusui berkurang sampai 25%.

6) Lebih ekonomis dan murah

Memberikan ASI berarti menghemat pengeluaran untuk

susu formula, perlengkapan menyusui, dan persiapan

pembuatan minum susu formula. ASI juga menghemat

pengeluaran untuk berobat bayi, misalnya biaya jasa dokter dan

biaya perawatan di rumah sakit.

7) Tidak merepotkan dan menghemat waktu

Dapat diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau

memasak air, tanpa harus mencuci botol, dan tanpa menunggu


58

agar susu tidak terlalu panas. Pemberian susu botol akan lebih

merepotkan terutama pada malam hari, apalagi kalau

persediaan susu habis pada malam hari.

8) Portable dan praktis

Mudah dibawa kemana-mana (portable) sehingga saat

bepergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk minum

susu formula. ASI dapat diberikan dimana saja dalam keadaan

siap minum, serta selalu dalam suhu yang tepat.

9) Memberikan kepuasan bagi ibu

Ibu yang berhasil memberikan ASI Eksklusif akan

merasakan kepuasan, kebanggaan, dan kebahagiaan yang

mendalam.

2.3.4 Kandungan Nutrisi Dalam ASI

Komposisi ASI berubah secara dramatik pada periode post

partum seperti susunan sekresi dari kolostrum sampai susu matur.

Tahapan laktasi ini dibagi menurut post partum yaitu: kolostrum (0-5

hari), susu transisional (6-14 hari) dan susu matur (15-30 hari). ASI

mengandung semua antibodi, imunoglobulin dan sIgA yang berfungsi

untuk kekebalan tubuh selama masa bayi. Komponen kekebalan

(Imunologi) lainnya adalah:

1. Lactoferin

2. Lysozym yang berfungsi membunuh kuman gram negative.

3. Oligisacarida yang brfungsi untuk menahan bakteri.

4. Lipid yang berfungsi untuk menghancrkan virus.


59

5. Muchin yang berfungsi untuk mengeluarkan bakteri dan virus dari

dalam tubuh.

ASI memiliki kandungan berubah-ubah setiap menitnya dan

setiap harinya sesuai dengan onset anak, kebutuhan tubuh anak, stadium

laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diit ibu. Perubahan komposisi ASI

paling dominan terjadi pada minggu pertama laktasi (Nugroho, Taufan.

dkk. 2014).

Wulandari, Setyo Retno & Sri Handayani (2011) ASI menurut

stadium laktasi dibedakan menjadi:

1. Kolostrum

Kolostrum adalah cairan yang pertama kali disekresi oleh

kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual material

yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara

sebelum dan setelah masa puerperium. Disekresi oleh kelenjar

payudara dari hari ke-1-3. Komposisi dari kolostrum dari hari ke hari

selalu berubah dan kolostrum berwarna kekuning-kuningan lebih

kuning dibandingin dengan susu matur dan merupakan pencahar

yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru

lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi

bagimakanan yang akan datang. Kandungan kolostrum dibandingkan

ASI matur sebagai berikut:

a. Lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI

matur, protein utama adalah globulin.


60

b. Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan dengan ASI

matur dan dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur

6 bulan.

c. Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan

ASI matur.

d. Lebih tinggi natrium kalium dan klorida lebih tinggi jika

dibandingkan dengan susu matur.

e. Total energi rendah jika dibandingkan dengan susu matur hanya

58 Kal/100 ml kolostrum.

f. Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan

dengan ASI matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat

lebih tinggi atau lebih rendah.

g. Lipidnya lebih banyak mengandung kolestrol dan lesitin

dibandingkan ASI matur.

h. Terdapat tripsin inhibitor sehingga hidrolisis protein bayi kurang

sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah kadar antibodi

pada bayi.

i. Volume berkisar 150-300 ml/24 jam.

2. Air Susu MasaPeralihan

Air susu pada masa peralihan memiliki ciri – ciri sebagai berikut :

a.  Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI

yang matur.

b. Disekresi dari hari ke empat sampai dengan hari ke sepuluh dari

masa laktasi.
61

c. Kadar protein makin rendah sedangkan kadar karbohidrat dan

lemak makin tinggi.

d. Volumenya juga akan semakin meningkat.

Inilah komposisi ASI menurut penyelidikan dari I.S.Kleiner dan

J.M.Osten

Tabel 2.5 Komposisi kandungan ASI

Waktu Protein Karbohidrat Lemak


Hari ke-5 2,00 6,42 3,2
Hari ke-9 1,73 6,73 3,7
Minggu ke-34 1,30 7,11 4,0
Kadar di atas dalam satuan gram/100 ml ASI.

3. Air Susu Matur

Adapun ciri – ciri dari ASI matur adalah :

a. Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya,

komposisi relative konstan.

b. Pada ibu yang sehat, maka produksi ASI untuk bayi akan

tercukupi.

c. Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning – kuningan.

d. Tidak menggumpal jika dipanaskan.

e. Terdapat antimicrobial factor, antara lain : Antibodi terhadap

bakteri dan virus, sel–sel, enzim–enzim, protein, faktor resisten

terhadap stafilokokus, komplemen, interferon producing cell, sifat

biokimia yang khas, dan hormon-hormon.


62

2.3.5 Cara Menyusui Yang Benar

Cara menyusui yang baik menurut Haryono, Rudi & Sulis Setianingsih,

(2014) sebagai berikut:

1. Cuci tangan yang bersih dengan sabun.

2. Perah sedikit ASI dan oleskan disekitar puting.

3. Duduk dan berbaring dengan santai.

4. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh

tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh

bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi

berhadapan dengan puting susu.

Gambar 2.2Cara meletakkan bayi

5. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyentuh bibir bayi ke puting

susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Gambar 2.3Cara merangsang mulut bayi

6. Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir

bawah bayi terletak di bawah puting susu. Cara melekatkan mulut


63

bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut

bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Gambar 2.4Perlekatan benar

Gambar 2.5Perlekatan salah

2.3.6 Macam-Macam Posisi Menyusui

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang

tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 2.6 Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Haryono, Rudi
& Sulis Setianingsih, 2014)
64

Gambar 2.7 Posisi menyusui sambil duduk yang benar(Haryono, Rudi &
Sulis Setianingsih, 2014)

Gambar 2.8 Posisi menyusui sambil rebahan yang benar(Haryono, Rudi


& Sulis Setianingsih, 2014)

Gambar 2.9 Posisi menyusui balita pada kondisi normal(Haryono, Rudi


& Sulis Setianingsih, 2014)

Gambar 2.10Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang


perawatan(Haryono, Rudi & Sulis Setianingsih, 2014)
65

Gambar 2.11 Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di


rumah(Haryono, Rudi & Sulis Setianingsih, 2014)

Gambar 2.12 Posisi menyusui bayi bila ASI penuh(Haryono, Rudi &
Sulis Setianingsih, 2014)

Gambar 2.13 Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan(Haryono,


Rudi & Sulis Setianingsih, 2014)
2.3.7 Pengeluaran ASI

Apabila ASI berlebihan sampai keluar memancar, maka

sebelum menyusui sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu, untuk

menghindari bayi tersedak atau tidak menyusu. Pengeluaran ASI juga

dilakukan pada ibu bekerja yang akan meninggalkan ASI bagi bayinya

dirumah, ASI yang merembes karena payudara penuh, pada bayi yang

mempunyai masalah menghisap (misal BBLR: berat bayi lahir rendah),


66

menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI bagi ibu yang

sakit dan langsung menyusui bayinya.

Pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:

1. Pengeluaran ASI dengan tangan, cara ini banyak dilakukan karena

tidak banyak membutuhkan sarana dan lebih mudah, sebagai berikut:

a. Tangan dicuci sampai bersih.

b. Siapkan cangkir/gelas bertutup yang telah dicuci dengan air

mendidih.

c. Payudara dikompres dengan kain handuk yang hangat dan

dimasase dengan kedua telapak tangan dari pangkal kearah kalang

payudara. Ulangi pemijatan ini pada sekitar payudara secara

merata.

d. Dengan ibu jari disekitar kalang payudara bagian atas dan jari

telunjuk pada sisi yang lain, lalu daerah kalang payudara ditekan

kearah dada.

e. Daerah kalang payudara diperas dengan ibu jari dan jari telunjuk,

jangan memijat/menekan puting, karena dapat menyebabkan rasa

nyeri/lecet.

f. Ulangi tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas, pada mulanya ASI

tidak keluar, setelah beberapa kali maka ASI akan keluar.

g. Gerakan ini diulangi pada sekitar kalang payudara pada semua

sisi, agar yakin bahwa telah diperas dari semua segmen payudara.

2. Pengeluaran dengan pompa

Ada dua macam pompa yaitu:


67

a. Pompa manual/tangan

Ada beberapa tipe pompa manual yaitu:

1) Tipe silindris

Pompa ini efektif dan mudah dipakai.Kekuatantekanan

isapan mudah dikontrol, baik kedua silinder maupun gerakan

memompa berada dalam garis lurus. Terbuat dari plastik dimana

tempat penampungan ASI dibagian bawah silinder.

2) Tipe silindris bersudut

Dengan gerakan piston yang ditarik kebawah akan lebih

mudah mengontrol kekuatan tekanan isapan. ASI akan ditampung

dibotol yang ditempelkan dipompa.

3) Tipe kerucut/plastik

Tipe ini tidak dianjurkan untuk dipakai karena dapat

menyakitkan dan dapat menyebabkan kerusakan puting susu serta

jaringan payudara, kekuatan tekanan isapan sulit diatur.

b. Pompa elektrik

Beberapa macam pompa listrik sudah ada di beberapa kota

besar karena umumnya harganya sangat mahal sehingga

penggunaannya terbatas dirumah sakit besar.

2.3.8 Penyimpanan ASI

Wulandari, Setyo Retno & Handayani , Sri (2011). ASI yang

dikeluarkan dapat disimpan untuk beberapa saat dengan syarat yaitu:

1. Di udara terbuka/bebas : 6-8 jam

2. Di lemari es (400C) : 24 jam


68

3. Di lemari es pendingin/beku (-180C) : 6 bulan

ASI yang telah didinginkan bila akan dipakai tidak boleh

direbus, karena kualitasnya akan menurun yaitu dalam unsur

kekebalannya. ASI tersebut cukup didiamkan beberapa saat didalam

suhu kamar, agar tidak terlalu dingin atau dapat pula direndam didalam

wadah yang telah berisi air panas.

2.3.9 Pemberian ASI Perasan

Perlu diperhatikan pada pemberian ASI yag telah dikeluarkan

adalah bagaimana cara pemberiannya pada bayi. Jangan diberikan

dengan botol/dot karena hal tersebut akan menyebakan bayi”bingung

putting”. Berikan pada bayi dengan menggunakan cangkir atau sendok

sehingga bila saat ibunya menyusui langsung bayi tidak menolak untuk

menyusu (Wulandari, Setyo Retno & Sri Handayani, 2011).

Pemberian dengan menggunakan sendok biasanya kurang

praktis dibandingkan dengan cangkir, karena membutuhkan waktu yang

cukup lama. Namun pada saat keadaan bayi membutuhkan hanya

sedikit ASI, atau bayi sering tersedak/muntah maka lebih baik bila ASI

perasan diberikan dengan menggunakan sendok.

1. Cara pemberian ASI dengan menggunakan cangkir:

a. Ibu atau yang memberi minum bayi duduk dengan memangku bayi.

b. Pegang punggung bayi dengan lengan.

c. Letakkan cangkir pada bibir bawah bayi.

d. Lidah bayi berada diatas pinggir cangkir dan biarkan bayi

menghisap ASI dari dalam cangkir (saat cangkir dimiringkan)


69

e. Beri sedikit waktu istirahat setiap kali bayi menelan (Wulandari,

Setyo Retno & Sri Handayani. 2011).

2.3.10 Tanda Bayi Cukup ASI

Tanda bayi cukup ASI dalam Wulandari, Setyo Retno & Sri

Handayani (2011) ialah:

1. Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih

sampai kuning muda.

2. Bayi sering BAB berwarna kekuningan “berbiji”

3. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur

cukup.

4. Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam.

5. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali selesai menyusui.

6. Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi

mulai menyusu.

7. Berat badan bayi bertambah.

8. Ibu dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan

ASI.

9. Bayi tampak tenang setelah menyusu (Maryunani, Anik 2017).

2.3.11 Gizi Seimbang Ibu Menyusui

1. Bahan makanan yang dianjurkan pada ibu menyusui

Bahan makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ibu yang

menyusui sebagai berikut:


70

a. Sumber kalori

Diperlukan sebagai sumber dan cadangan energi. Contoh beras,

roti, kentang, mie, bihun, kacang-kacangan dan sebagainya.

b. Sumber protein

Protein diperlukan untuk memproduksi ASI dan

membangun kembali berbagai jaringan tubuh yang rusak akibat

proses melahirkan. Contohnya susu, telur, hati dan kacang-

kacangan.

c. Sumber vitamin dan mineral. Contohnya susu, keju, hati, sayuran

yang berwarna hijau atau kuning, buah-buahan yang dagingnya

berwarna merah atau kuning.

d. Banyak minum terutama sari buah, bubur kacang hijau dan susu.

2. Prinsip dan syarat makanan ibu

Makanan ibu menyusui sebaiknya memenuhi prinsip dan

syarat sebagai berikut:

a. Prinsip makanan ibu menyusui sama dengan makanan ibu hamil,

jumlah lebih banyak dan mutu lebih baik, cukup kalori,

mengandung protein, banyak cairan, serat, sayuran dan buah-

buahan.

b. Syarat makanan ibu menyusui harus memenuhi hal-hal berikut:

1) Susunan menu harus seimbang.

2) Dianjurkan minum 8-12 gelas/hari.

3) Menghindari makanan yang banyak bumbu, terlalu

panas/dingin, tidak menggunakan alkohol, guna kelancaran

pencernaan ibu.

4) Dianjurkan banyak makan sayur berwarna.


BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam Karya Tulis Ilmiah

adalah studi kasus untuk upaya peningkatan kesiapan pemberian ASI pada

post partum fisiologis dengan konseling laktasi.

3.2 Subyek Studi Kasus

Subjek studi kasus dalam Karya Tulis Ilmiah ini ialah pasien dengan

post partum fisiologis primigravida yang bersedia menjadi responden dan

dilaksanakan tahapan manajemen laktasi untuk meningkatkan kesiapan

pemberian ASI.

3.3 Fokus Studi Kasus

Fokus studi kasus pada Karya Tulis Ilmiah ini adalah penerapan

manajamen laktasi dengan konseling laktasi untuk meningkatkan upaya

kesiapan pemberian ASI pada post partum fisiologis dengan konseling laktasi.

3.4 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Operasional Studi Kasus

Variable Definisi operasional Paramater Alat ukur


1. Post partum 1. Post partum Ruang lingkup Observasi
fisiologis fisiologis adalah manajamen
masa peralihan laktasi dengan
segera setelah konseling laktasi
melahirkan tanpa sebagai
adanya berikutpenjelasan
komplikasi/ mengenai ASI.
normal yaitu pada
fase taking hold
(2-3 hari post
partum).
2. Konseling laktasi 2. Konseling laktasi 1. ASI Eksklusif Penilaian keberhasilan
adalah komunikasi 2. Tekhnik pemberian ASI
dua arah antara menyusui yang
perawat dengan baik dan benar.
pasien untuk 3. Perawatan
72

Variable Definisi operasional Paramater Alat ukur


meningkatkan payudara pada ibu
pengertian, sikap nifas.
dan prilaku pasien 4. Cara mengatasi
dalam mengenali pasyudara
dan mengatasi bengkak.
masalah 5. Tekhnik memeras
menyusui. ASI.
6. Cara
penyimpanan ASI

3.5 Instrumen studi kasus

1. Penilaian tingkat keberhasilan menyusui pada ibu post partum fisiologis

dengan cara melihat bayi cukup ASI dengan lembar observasi.

2. SOP (Standar Operasional Prosedur) konseling laktasi laktasi.

a. Persiapan Peralatan

1) Lembar penilaian keberhasilan menyusui.

2) Pompa ASI

3) Botol ASI

4) Leaflet

b. Tahap Prainteraksi

1) Melakukan kontrak waktu kepada pasien.

2) Mencuci tangan.

3) Menyiapkan alat.

c. Tahap Orientasi

1) Memberikan salam pada pasien dan bayi.

2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada pasien.

3) Menanyakan persetujuan dan kesiapan pasien sebelum dilakukan

konseling.
73

d. Tahap Kerja

1) Duduk berhadapan dengan pasien.

2) Melakukan anamnesa data umum dan riwayat menyusu.

3) Menanyakan permasalahan dalam menyusui

4) Mempersilahkan pasien untuk menyusui bayinya, menilai proses

menyusui.

5) Menjelaskan pengertian ASI eksklusif, manfaat ASI, cara

menyusui yang benar, cara mengatasi payudara bengkak, cara

memompa ASI, cara menyimpan ASI.

e. Tahap Terminasi

1) Mengevaluasi keberhasilan pemahaman ibu dengan mengajukan

beberapa pertanyaan.

2) Mengisi lembar penilaian keberhasilan menyusui.

3) Berpamitan dengan ibu.

4) Dokumentasi.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan

1. Wawancara

Suatu cara mendapatkan data dengan cara menanyakan langsung kepada

pasien atau keluarga atau dari siapapun yang dapat memberikan informasi

tentangpasien (Nursalam, 2010).

2. Observasi dan Penilaian Kesiapan Pemberian ASI

Melakukan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

langsung pada pasien tentang keadaan tanda-tanda perubahan yang terjadi


74

pada pasiendan menilai tanda-tanda bayi cukup ASI setelah diberikan

penyuluhan (Nursalam, 2010).

3. Pemeriksaan Fisik

Menurut Nursalam (2010), pemeriksaan fisik dipergunakan untuk

mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara :

a. Inspeksi

Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara

sistematis dengan menggunakan indra penglihatan, pandangan dan

penciuman sebagai suatu alat untuk mengumpulkan data. Inspeksi

dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai kaki.

b. Palpasi

Palpasi adalah suatu pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang

dapat teraba dengan menggunakan bagian tangan yang berbeda untuk

mendeteksi jaringan, bentuk tubuh, persepsi getaran atau pergerakan

dan konsistensi.

c. Perkusi

Perkusi adalah mengetuk permukaan tubuh dengan jari untuk

menghasilkan getaran yang menjalar melalui jaringan tubuh.

d. Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi yang terbentuk dalam

organ tubuh untuk mendeteksi perbedaan dari normal.


75

4. Studi Dokumentasi

Mempelajari dokumentasi keperawatan atau dokumen medik serta

catatan lainnya yang ada kaitannya tentang perkembangan kesehatan

pasien (Nursalam, 2010).

3.7 Lokasi Dan Waktu Studi Kasus

Penelitian studi kasus ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas

Karang Pule pada bulan Mei 2019.

3.8 Analisis Data Dan Penyajian Data

Penyajian data disajikan berdasarkan data yang diperoleh melalui

penilaian bayi cukup ASI (Air Susu Ibu) untuk mengetahui upaya

peningkatan kesiapan pemberian ASI pada ibu post partum fisiologis melalui

konseling laktasi yang disajikan secara tabuler dan teksturel.

3.9 Etika Studi Kasus

Etika yang mendasari suatu penelitian, terdiri dari :

1. Informed consent (persetujuan menjadi responden)

Bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan. Informed Consent tersebut

diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar

persetujuan untuk menjadi responden (Hidayat, 2010).

2. Anonimity (tanpa nama)

Memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2010).


76

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2010).


BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Karang Pule.

Puskesmas Karang Pule awalnya adalah sebagai Puskesmas Pembantu dari

Puskesmas Tanjung Karang. Sehubungan dengan meningkatnya kebutuhan

pelayanan kesehatan masyarakat maka Pustu Karang Pule tersebut

dikembangkan menjadi Puskesmas Karang Pule dan diresmikan pada Bulan

Januari Tahun 2002.

Puskesmas Karang Pule sebagai penyambung tangan Pemerintah

yang secara langsung menangani masalah kesehatan di masyarakat

menangani wilayah terdiri dari 5 kelurahan yaitu 3 kelurahan di Wilayah

Kecamatan Mataram, dan 2 kelurahan berasal dari Wilayah Kecamatan

Sekarbela dan tempat penelitian dilakukan di Kelurahan Pagutan.

Puskesmas ini beralamatkan di Jl. Gajah Mada No. 14, Jempong Baru,

Sekarbela, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat.

4.2 Hasil Study Kasus

4.2.1 Pengkajian Pada Ibu

1. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab

a. Pasien

Nama : Ny. “H”

Umur : 20 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SMA
78

Agama : Islam

Status Pernikahan : Menikah

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Peresak Timur Pagutan

Tanggal Masuk : 02 Mei 2019 (21.00 WITA)

Tanggal Pengkajian : 03 Mei 2019 (07.30 WITA)

No. RM : 7052019

b. Penanggung Jawab

Nama : Tn. “A”

Umur : 29 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Guru

Alamat :Peresak Timur Pagutan

Hubungan dengan Pasien : Suami

2. Antisipatori

a. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat Menstruasi

a) Menarch : 13 tahun

b) Siklus : 28 hari

c) Lama : 7 hari

d) Disminore : Nyeri dibagian perut

e) Keputihan :Terdapat keputihan menjelang menstruasi.


79

2) Riwayat Kehamilan

Tabel 4.1 Riwayat Kehamilan

No Tahun Kelahiran Penolong Tindakan Komplikasi KeadaananakUsia anak dan jenis


sekarang kelamin

2019 Ini Bidan Episiotomi Tidak ada Hidup (BBLR=


1 hari (laki-laki)
2200
gram)
3) Riwayat Psikologis Selama Hamil

Tabel 4.2 Riwayat Psikologis Selama Hamil

Anak ke Direncanakan Respon pada keluhan selama hamil


Pertama Iya Pasien mengatakan keluhan-keluhan yang terjadi pada masa
kehamilannya seperti mual, muntah dan pusing tidak menjadi
masalah yang serius untuknya karena mengetahui keluhan tersebut
merupakan hal yang wajar terjadi pada saat hamil.
4) Kontrasepsi yang Pernah di Gunakan

Pasien mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi jenis

apapun dari awal menikah.

5) Riwayat Penyakit Sistemik yang di Derita

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi

(Darah tinggi) baik pada saat hamil maupun tidak hamil.

6) Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan mempunyai riwayat penyakit keluarga yaitu DM

(Diabetes Milletus) dari kakek namun tidak memiliki riwayat

hipertensi dan jantung, tidak ada penyakit menular seperti TBC, HIV

AIDS, hepatitis.

b. Interaksi Selama Hamil:

Pasien mengatakan sering berinteraksi dengan bayinya dengan cara

mengelus perut sambil mengajak bicara terutama di waktu-waktu


80

senggang pada sore dan malam hari, dan sering mendengarkan musik

religi.

c. Harapan Selama Kehamilan

1) Ibu/pasien

Pasien mengatakan sangat berharap tetap sehat selama hamil, pada

saat hamil pasien berharap dapat menyusui bayinya sendiri setelah

melahirkan sehingga perlu merawat diri salah satunya dengan

melakukan perawatan payudara tetapi tidak mengetahui cara yang

benar, dan hanya merawat payudara pada saat mandi dengan

pemijatan halus. Pada saat hamil pasien juga berharap

persalinannya normal sehingga pasien memeriksakan

kehamilannya saat ada posyandu di daerahnya.

2) Janin

Pasien mengatakan berharap janin sehat, untuk jenis kelamin

bayinya tidak pernah direncanakan karena beranggapan apapun

jenis kelamin anaknya merupakan rizki dari tuhan.

d. Peran Yang DilakukanPasien Selama Hamil Berhubungan Dengan

Bayi

1) Pasien mengatakan selama hamil berusaha untuk tetap menjaga

kesehatan dengan memeriksakan kehamilan di posyandu sehingga

dapat membantu mengetahui perkembangan selama kehamilan

untuk janinnya, tetap melakukan aktivitas tidak bermalas-malasan,

pasien tetap menjalani tugasnya sebagai guru mengaji di madrasah

setiap sore hari, dan melakukan kegiatan rumah sendiri tanpa


81

bantuan, tetap menjaga nutrisi dengan makan ± 4 kali sehari,

dengan porsi 1 piring yang berisi nasi dan lauk, pasien sering

makan dengan lauk sayur, minum 5-6 gelas setiap hari, jarang ada

makan pendamping tetapi sesekali makan buah.

2) Persiapan Perlengkapan Bayi

Persiapanuntuk bayi dilakukan mulai usia kehamilan 38 minggu/

satu bulan setelah perkiraan melahirkan.

3. Formal

a. Riwayat Persalinan Sekarang

1) Tempat Melahirkan : Puskesmas Karang Pule

2) Jenis Persalinan : Normal (Spontan)

3) Penolong : Bidan

4) Komplikasi atau Kelainan dalam Persalinan : tidak ada komplikasi.

5) Lama Partus

a) Plasenta : spontan, lengkap, panjang tidak diketahui

b) Perineum : terdapat luka episiotomi 5 cm

6) Perdarahan : ± 150 cc

7) Ketuban Pecah : Ketuban pecah spontan, warna putih jernih

8) Komplikasi : tidak ada

a) Kala I : tidak ada komplikasi

b) Kala II : tidak ada komplikasi


82

b. Fase Penerimaan Bayi

Respon ibu saat lahirnya bayi: pasien tampak mendekap bayinya, sering

mencium bayinya, sering mengajak ngobrol pada saat menyusui.

c. Bonding Attachment:

1) Bonding

Persiapan nama tidak dilakukan pada saat hamil namun dibuat

setelah bayi lahir sehingga dapat disesuaikan dengan jenis kelamin

bayi, pada saat melahirkan pasien melakukan inisiasi menyusui dini

dan dirawat gabung dengan bayinya.

2) Attachment

a) Interaksi dengan bayi secara verbal

Pasien mengatakan hanya mengajak bayinya berbicara pada saat

menyusui, dengan cara memanggil menggunakan kata sayang.

b) Interaksi dengan bayi secara non verbal

Pasien berinteraksi dengan bayi ketika menyusui dengan

mendekap bayi,mencium dan kontak mata dengan bayinya.

c) Perawatan terhadap bayi

Pasien mengatakan dalam merawat bayi masih dibantu oleh

keluarganya terutama seperti belum dapat memandikan dan

memakaikan baju ke bayinya, tetapi pasien berusaha melakukan

peran sebagai ibu melalui menyusui namun pasien juga belum

mampu menyusui secara baik dan benar.


83

d. Breas feeding/ kolostrum

Pasien melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini), pasien tampak siap

untuk menyusui bayinya, bersedia memberikan ASI Eksklusif (pasien

menyusui bayinya melalui ASI tanpa ada makanan tambahan), produksi

ASI masih sedikit dan hanya masih terdapat kolostrum, puting susu

tampak menonjol kanan dan kiri, puting berwarna hitam, tidak ada lecet

pada puting, kebersihan payudara terjaga sehingga tampak bersih, pada

saat menyusui bayi masih tampak tidak menghisap puting secara terus

menerus, bayi menolak saat disusui, cara menyusui masih belum benar

namun pasien mengatakan siap melakukan konseling untuk mengetahui

tekhnik menyusui yang baik dan benar.

e. Interaksi sosial selama kelahiran

Pasien mengatakan berinteraksi dengan orang lain seperti keluarga

dekat yang menjenguknya setelah melahirkan.

f. Peran ayah selama kelahiran

Suami tampak mendampingi istrinya pada saat melahirkan dan setelah

melahirkan,pasien mengatakan suaminya mengazani bayinya segera

setelah lahir, suami sering mengajak bayi untuk berbicara, namun

belum berani untuk menggendong bayi.

g. Adaptasi psikologis ibu

Pada saat pengkajian didapatkan pasien berada pada fase taking in (8

jam post partum), dimana pada saat ini pasien masih belum dapat

melakukan aktifitas secara mandiri sehingga pasien membutuhkan

bantuan dari keluarga untuk memenuhi kebutuhannya seperti dibantu ke


84

kamar mandi, dibantu dalam menyusui bayinya, pasien mengeluhkan

nyeri di vagina, dan pasien bercerita tentang pengalaman melahirkan

bayinya.

4. Informal

a. Orang yang terlibat dalam perawatan bayi

Pasien mengatakan dalam merawat bayinya dibantu oleh keluarga

karena masih berfokus pada diri sendiri yang disebabkan oleh nyeri

dibagian vagina.

b. Peran dalam perawatan bayi

Pasien mengatakan sudah menjalankan beberapa peran sebagai ibu

seperti melalui menyusui anaknya tetapi belum dapat merawat

bayinya sendiri seperti belum dapat memandikan dan memakaikan

baju ke bayinya.

c. Pengalaman dalam perawatan bayi

Pasien mengatakan memiliki pengalaman dalam merawat bayi karena

pernah menjadi pengasuh bayi dari gurunya.

d. Harapan untuk perawatan bayi

Pasien mengatakan berharap segera dapat merawat bayinya karena

berkeinginan untuk menjalankan perannya sebagai orang tua secara

sepenuhnya.

5. Personal

a. Pandangan pasien terhadap perannya

Pasien mengatakan perhatian kepada suaminya sedikit berkurang,

karena lebih berfokus pada diri sendiri, peran sebagai ibu sudah
85

dijalankan melalui menyusui anaknya tetapi belum dapat merawat

bayinya sendiri seperti belum dapat memandikan dan memakaikan

baju ke bayinya. Pasien mengatakan sangat senang dengan kehadiran

bayinya sehingga tidak menjadi masalah, namun pasien belum mampu

menyusui secara baik dan benar sehingga dibantu oleh keluarga.

b. Pengalaman masa lalu yang mempengaruhi peran menjadi seorang ibu

Pasien memiliki pengalaman dalam merawat bayi sebelumnya seperti

memandikan bayi dan menggatikan pakaian, karena pernah menjadi

pengasuh bayi dari gurunya.

c. Percaya diri dalam menjalankan peran

Pasien mengatakan belum percaya diri sepenuhnya dalam menjalan

perannya terutama dalam proses menyusui karena produksi ASI masih

sedikit, bayi sering menangis ketika menyusu dan belum mempunyai

pengalaman dalam menyusui berhubung merupakan anak pertama.

Pasien mengatakan terkadang tidak percaya diri pada saat menyusui

bayinya karena bayi sering menangis pada payudara, bayi menolak

menyusu, dan bayi rewel.

d. Pencapaian peran

Pasien mengatakan belum merasa puas dalam menjalankan perannya

terutama dalam proses menyusui bayinya karena masih dibantu oleh

keluarga pada saat menyusui, belum merasa puas dalam memenuhi

kebutuhan bayinya karena produksi ASI masih sedikit (terdapat

kolostrum), tetapi pasien sudah berusaha memperbanyak produksi ASI


86

dengan banyak mengkonsumsi sayuran yang dapat memperbanyak

produksi ASI seperti daun turi.

6. Pengkajian Prenatal

a. Faktor Maternal

1) Frekuensi perawatan antenatal

Pasien mengatakan memeriksakan kehamilannya pada saat ada

posyandu di daerahnya, frekuensi antenatal yaitu sebanyak 7 kali

pemeriksaan.

2) Riwayat kehamilan ibu

a) HPHT : 4 Agustus 2018

b) HPL :

Rumus Naegele hari perkiraan lahir (HPL) dihitung berdasarkan

hari pertama haid terakhir (HPHT) yaitu HPL = Tahun: 2018 +

1 = 2019, bulan: 8 - 3 = 5, hari: 4 + 7 = 11, jadi dapat

disimpulkan HPL pasien 11 Mei 2019.

c) Kehamilan Ke- : 1 (Pertama)

d) Keluhan-keluhan

(1) Trimester I : mual dan muntah

(2) Trimester II : sering pusing dan batuk

(3) Trimester III : nyeri pinggang dan paha.

e) Pergerakanjanin

Pasien mengatakan pergerakan janin setiap hari, janin bergerak

± 2-3 kali sehari.


87

3) Penerimaan ibu dan keluarga terhadap kehamilan ibu:

Pasien mengatakan kehamilannya diharapkan oleh dirinya dan

keluarga.

b. Faktor keluarga

1) Dukungan keluarga terhadap ibu:

Pasien mengatakan mendapat dukungan dari semua keluarga untuk

menjadi seorang ibu, terutama dalam menyusui bayinya.

2) Dukungan suami

Pasien mengatakan mendapat dukungan dari suami, suami selalu

mendampingi baik pada saat melahirkan dan setelah melahirkan.

7. Keadaan Post partum

a. Keadaan Umum :
Lemah

b. Kesadaran :
Composmentis

c. TTV : TD: 130/90 mmHg, Suhu: 36,80C, RR:18

kali/menit, N: 110 kali/menit.


d. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

(Rambut)

Inspeksi : Rambuttampak lurus, hitam, sedikit berminyak,

kulit kepala bersih, bentuk kepala bulat, tidak

ada lesi, tidak ada benjolan.


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
(Wajah)

Inspeksi :Pasien tampak rileks, muka tampak bersih, putih, tidak

ada hiperpigmentasi pada wajah, bentuk wajah oval.


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan di muka
(Mata)
88

Inspeksi : Mata tampak sembab, konjungtiva tidak anemis, sklera

putih dan tidak ada ikterik, mata simetris kiri dan

kanan,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
(Telinga)

Inspeksi : Tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada lesi, tampak

bersih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
(Hidung)

Inspeksi : Hidung tampak bersih dan tidak ada lesi.


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
(Mulut)

Inspeksi : Mukosa bibir lembab, gigi tampak bersih, gigi rapi, gigi

utuh, lidah tampak bersih, tidak ada lesi, senyum

tampak simetris
(Leher)

Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah

bening dan vena jugularis, tidak ada lesi, tidak ada

benjolan, kulit tampak bersih dan tidak ada

hiperpigmentasi kulit.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan
2) Thorax

Inspeksi : Pengembangan dada simetris, tidak ada lesi, tidak ada

benjolan, warna kulit sama dengan sekitarnya tidak

ada pembesaran jantung, tidak ada tarikan dinding

dada.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada seimbang antara

kiri dan kanan, ictus cordis teraba pada ICS ke V.


Perkusi : Suara perkusi sonor pada paru, terdengar pekak dan

auskultasi reguler (jantung)


89

Auskultasi: Suara napas vesikuler dan tidak ada suara napas

tambahan.
3) Payudara

Inspeksi : Payudara tampak bersih, putting susu menonjol

sempurna, areola berwarna hitam, tidak ada

pembendungan ASI, ASI keluar sedikit (Terdapat

kolostrum), payudara tampak simetris, tidak ada lesi.


Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada nodul, payudara lembek,

tidak ada pembendungan ASI, kolostrum ada (warna

putih kekuning-kuningan).
4) Abdomen

Inspeksi : Warna kulit abdomen putih, tidak ada bekas luka

operasi, tampak bersih, terdapat striae dan linea

nigra.
Auskultasi: Bising usus 13x/menit
Perkusi : Suara timpani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, TFU 2 jari diatas pusat, kontraksi

uterus baik.
5) Genetalia

Inspeksi : Terdapat luka pada perinium (luka episiotomi 5 cm),

terdapat lokhea rubra ±10 cc warna merah kehitaman,

vulva tampak bersih, tidak ada tanda infeksi (tidak

ada REEDA), tidak ada oedema pasien mengganti

pembalut sebanyak 2 kali pada saat 8 jam pot partum,

.
Palpasi : Nyeri tekan sekitar perinium, tidak ada benjolan atau

pembengkakan, tidak ada keluar cairan/nanah dari

perinium, tidak ada oedema .


6) Ekstrimitas Atas
90

Inspeksi : Tidak ada kelainan pada ekstremitas atas, tidak ada

oedem, tidak ada perubahan bentuk, tidak terpasang

infus, tidak ada lesi.


Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada

oedem.
7) Ekstrimitas Bawah

Inspeksi : Tidak tampak oedem, tidak ada lesi, tidak ada perubahan

bentuk, tanda human (-).


Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak ada

oedem.
8. Pengkajian Pada Bayi

a. Keadaan Bayi

1) Tanggal Lahir : 02 Mei 2019

2) Jam lahir : 00.25 WITA

3) BB Lahir : 2200 gram

4) PB : 45 cm

5) Nilai APGAR : 9

6) Cacat Bawaan : tidak ada

7) Massa Gestasi : 36 minggu

b. Pemeriksaan Fisik:

1) Keadaan umum pasien: composmentis

2) Umur bayi: 1 hari

3) Pemeriksaan tanda-tanda vital:

Suhu : 36,7 oC

Detak Jantung : 132 x/menit

RR : 42x/menit.
91

4) Kepala/leher

Inpeksi : muka tampak simetris, bentuk kepala normal, dan mulut

tampak normal tidak ada kelainan, tidak adanya sianosis.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

5) Mata

Inspeksi :mata tampak simetris, konjugtiva tidak anemis, tidak ada

secret, tidak ikterus.

6) Telinga

Inpeksi : telinga tampak simetris, tidak ada kelainan.

7) Hidung

Inspeksi: tampak simetris, tidak ada kelainan, tidak ada nafas

cuping hidung.

8) Abdomen

Inspeksi: perut tampak datar, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada

lesi.

9) Thoraks

Inspeksi: bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada,

suara nafas vesikuler, tidak ada terdengar suara napas

tambahan, pernafasan spontan.

10)Ekstremitas

Inpeksi: bentuk kaki tampak simetris, pergerakan otot kuat, tidak

ada kebiruan, pergerakan aktif.

11)Umbilikus
92

Inspeksi : tali pusat tampak basah, tidak ada perdarahan dan tidak

ada kelainan.

12)Genetalia

Inspeksi: tampak penis dan skrotum terbentuk sempurna.

13)Kulit

Inspeksi: tampak kulit berwarna kemerahan, turgor kulit <2detik,

kulit tampak transparan dan tipis.

c. Responsivernes

1) Kontak mata:

Tampak kontak mata spontan ketika bayi diberikan rangsangan

sentuhan.

2) Refleks :

a)Menangis : Tampak bayi menangis kuat (+)


b)Sucking (menghisap) : Tampak refleks menghisap pada bayi

(+) tetapi lemah


c)Rooting (menoleh) : Tampak refleks menoleh bayi (+) tetapi

lemah
d)Graps(menggenggam): Tampak refleks menggenggam ada (+)
e) Babinszki : Tampak refleks babinszki bayi ada (+)
f) Moro : Tampak refleks moro bayi ada respon

(+)
g) Tonik neck : Tampak refleks tonik neck bayi ada (+)
3) Tersenyum : pasien tampak tersenyum simetris.

4) Rangsangan yang dapat meningkatkan pergerakan:

Pasien tampak bergerak secara aktif ketika diberikan rangsangan

seperti ciuman.

9. Terapi untuk Ibu:


93

Tanggal : 03 Mei 2019

a. Amoxilin tablet (500 gram, 3 x/hari) / Oral.

b. Kapsul Vitamin A 200.000 IU / Oral.

c. Paracetamol tablet (500 gram, 3 x/hari) / Oral.

4.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Analisa Data

Tabel 4.3 Analisa Data

No Symtom Etiologi Problem


DS: Masa nifas Ketidakefektifan
1.
Pasien mengatakan bayi rewel, ASI pemberian ASI
keluar sedikit. Peningkatan hormon
DO : prolaktin
1. Putting menonjol.
2. ASI keluar sedikit
(kolostrum) Pembetukan ASI
3. Bayi tidak menghisap
putting secara terus
menerus. ASI sedikit keluar
4. Bayi belum mengenal
putting Refleks menghisap bayi
5. Cara menyusui masih menurun
belum benar
6. Bayi menangis pada
payudara.
7. Bayi menolak ketika
disusui.
8. Tampak dibantu oleh
keluarga saat menyusui.

DS : Masa nifas Kesiapan meningkatkan


2.
Pasien mengatakan siap untuk pemberian ASI.
memberikan nutrisi bayinya Payudara baik, tidak ada
melalui ASI Eksklusif dan pembengkakan, tidak
pasien mengatakan ingin ada kemerahan
mengetahui cara menyusui yang
baik sehingga bayinya tidak
rewel saat menyusu. Peningkatan hormon
DO : prolaktin
1. Putting menonjol dan tidak
ada luka Pembetukan ASI
2. Pasien tampak siap untuk
menyusui
3. Tidak ada pembengkakan ASI keluar
dan kemerahan pada
payudara. Ibu bersedia memberikan
4. ASI keluar sedikit (terdapat ASI Eksklusif pada
kolostrum). bayinya
94

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.4 Rumusan Diagnosa Keperawatan

Tanggal /jam No Dx Diagnosa Keperawatan


03/05/2019 Ketidakefektifan pemberian ASI b.d refleks menghisap bayi
(07.40) menurun d.d pasien mengatakan bayi rewel, ASI keluar sedikit,
putting menonjol, ASI keluar sedikit (kolostrum), bayi tidak
menghisap putting secara terus menerus, bayi belum mengenal
putting, cara menyusui masih belum benar, bayi menangis pada
payudara, bayi menolak ketika disusui, dan tampak dibantu oleh
keluarga saat menyusui.
03/05/2019 Kesiapan meningkatkan pemberian ASI b.d Ibu bersedia
(07.40) memberikan ASI Eksklusif pada bayinya d.d pasien mengatakan
siap untuk memberikan nutrisi bayinya melalui ASI Eksklusif,
pasien mengatakan ingin mengetahui cara menyusui yang baik
sehingga bayinya tidak rewel saat menyusu, putting menonjol
dan tidak ada luka, pasien tampak siap untuk menyusui, tidak
ada pembengkakan dan kemerahan pada payudara, ASI keluar
sedikit (terdapat kolostrum).
4.2.3 Intervensi Keperawatan

Tabel 4.5 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


Ketidakefektif Setelah dilakukan tindakan NIC
an pemberian keperawatan selama 5 kali Breastfeding
ASI konseling selama 2 jam Assistence
diharapkan pemberian ASI (Bantuan 1. Mengetahui
efektif dengan kriteria Menyusui) pemenuhan
hasil: 1. Evaluasi pola kebutuhan bayi.
1. Kemantapan pemberian menghisap / menelan
ASI : Bayi : perlekatan bayi 2. Mengetahui
bayi yang sesuai dan tingkat motivasi
proses menghisap dari 2. Tentukan Keinginan ibu dalam
payudara ibu untuk Dan Motivasi Ibu menyusui.
memperoleh nutrisi. untuk menyusui.
2. Kemantapan Pemberian 3. Mengetahui
ASI : kemantapan ibu untuk perkembangan
membuat bayi melekat kemampuan ibu
dengan tepat dan menyusui 3. Evaluasi pemahaman dalam
dan payudara ibu untuk ibu tentang isyarat memenuhi
memperoleh nutrisi. menyusui dan bayi kebutuhan bayi.
3. Pemeliharaan pemberian (misalnya reflex
ASI: keberlangsungan rooting, menghisap 4. Mengetahui
pemberian ASI untuk dan terjaga) kemampuan
menyediakan nutrisi bagi bayi dalam
bayi/todler 4. Kaji kemampuan bayi menyusu.
4. Pengetahuan Pemberian untuk latch-on dan
ASI : tingkat pemahaman menghisap secara 5. Mengetahui
yang ditunjukkan megenal efektif tingkat
laktasi dan pemberian keberhasilan ibu
makan bayi melalui proses 5. Pantau keterampilan dalam
pemberian ASI, ibu ibu dalam menyusui.
mengenali isyarat lapar dari menempelkan bayi ke
bayi dengan segera ibu puting. 6. Mengetahui
95

Diagnosa Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


mengindikasikan kepuasaan adanya
terhadap pemberian ASI, hambatan dalam
ibu tidak mengalami nyeri 6. Pantau integritas kulit menyusui
tekan pada puting, puting ibu
mengenali tanda-tanda 7. Mengetahui
penurunan suplai ASI. tingkat
pengetahuan ibu
tentang kelainan
7. Evaluasi pemahaman pada payudara.
tentang sumbatan
kelenjar susu dan 8. Mencegah
mastitis kelainan pada
payudara.

9. Memantau
8. Pantau kemampuan tingkat
untuk mengurangi keberhasilan
kongesti payudara dalam
dengan benar menyusui.
9. Pantau berat badan
dan pola eliminasi Breast
bayi Examination
Lactation
Supresion
1. Membantu
Breast Examination mempertahanka
Lactation Supresion n keberhasilan
1. Fasilitasi proses proses
bantuan interaktif pemberian ASI.
untuk membantu
mempertahankan
keberhasilan proses 2. Menambah
pemberian ASI pengetahuan ibu
tentang laktasi.
2. Sediakan informasi
tentang laktasi dan
teknik memompa ASI
(secara manual atau
dengan pompa
elektrik), cara
mengumpulkan dan 3. Menambah
menyimpan ASI pengetahuan
pengasuh bayi.
3. Ajarkan pengasuh
bayi mengenai topik-
topik, seperti
penyimpanan dan
pencairan ASI dan
penghindaran memberi
susu botol pada dua
jam sebelum ibu 4. Menambah
pulang pengetahuan ibu
tentang
4. Ajarkan orang tua pentingnya ASI
mempersiapkan, dan cara
menyimpan, penyimpanan
menghangatkan dan ASI.
96

Diagnosa Kep Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional


kemungkinan
pemberian tambahan Konseling laktasi:
susu formula Menambah
pengetahuan ibu
Konseling laktasi: tentang
Sediakan informasi pentingnya ASI.
tentang keuntungan
dan kerugian
pemberian ASI.
Kesiapan Setelah dilakukan tindakan Breast Examination Breast
meningkatkan keperawatan selama 5 kali Lactation Supresion Examination
pemberian konseling selama 2 jam 1. Fasilitasi proses Lactation
ASI. diharapkan pasien dapat: bantuan interaktif Supresion
1. Ibu mampu memberi ASI untuk membantu 1. Membantu
untuk kebutuhan nutrisi mempertahankan mempertahankan
bayinya. keberhasilan proses keberhasilan
2. Ibu mengetahui manfaat pemberian ASI proses pemberian
memberikan ASI Eksklusif. 2. Sediakan informasi ASI.
3. Ibu mengetahui cara tentang laktasi dan
menyusui yang benar. teknik memompa ASI 2. Menambah
4. Ibu mengetahui cara (secara manual atau pengetahuan ibu
memeras ASI. dengan pompa tentang laktasi.
5. Ibu mengetahui cara elektrik), cara
penyimpanan ASI. mengumpulkan dan
menyimpan ASI
3. Ajarkan pengasuh
bayi mengenai topik-
topik, seperti 3. Menambah
penyimpanan dan pengetahuan
pencairan ASI dan pengasuh bayi.
penghindaran
memberi susu botol
pada dua jam
sebelum ibu pulang
4. Ajarkan orang tua
mempersiapkan,
menyimpan, 4. Menambah
menghangatkan dan pengetahuan ibu
kemungkinan tentang
pemberian tambahan pentingnya ASI
susu formula dan cara
penyimpanan
Konseling laktasi: ASI.
Sediakan informasi
tentang keuntungan Konseling
dan kerugian laktasi:
pemberian ASI. Menambah
pengetahua
n ibu
tentang
pentingnya
ASI.
97

4.2.4 Implementasi Keperawatan

Tabel 4.6 Implementasi Keperawatan

Hari/tgl No Dx Implementasi Respon Hasil Paraf


/jam
Sabtu, 04/05/2019 1. Mengkaji Keinginan
17.00 WITA dan Memotivasi pasien 1. Pasien mengatakan Riza F.R
untuk menyusui. ingin memberikan
nutrisi bayinya melalui
ASI Eksklusif.
17.00 WITA 2. Megkaji kemampuan 2. Bayi tampak menolakRiza F.R
bayi untuk latch-on dan ketika diberikan ASI
menghisap secara dan bayi tampak
efektif menangis di payudara
pasien.
Riza F.R
17.10 WITA 3. Memantau keterampilan 3. Pasien tampak belum
pasien dalam mampu cara
memasukkan payudara memasukkan payudara
ke mulut bayi. ke mulut bayisehingga Riza F.R
bayi tidak membuka
4. Mengkaji integritas mulut. Riza F.R
17.15 WITA kulit puting susu pasien. 4. Puting susu pasien
5. Mengkaji adanya tampak tidak lecet dan
sumbatan kelenjar susu lembab.
17.15 WITA dan mastitis. 5. Tidak ada sumbatan
atau tidak ada tanda-
tanda mastitis.
17.00 WITA
1. Mengobservasi keadaan 1. Keadaan umum: baik,Riza F.R
umum dan TTV TTV: TD: 110/80
mmHg, Nadi 102
kali/menit, Pernafasan
17.15 WITA 20 kali/menit, dan Suhu
36˚C Riza F.R
2. Melakukan 2. Payudara terlihat
pemeriksaan payudara simetris antara kanan
dan kiri, puting
menonjol, areola
mamae menghitam dan
bersih, saat dipalpasi
payudara teraba
lembek, tidak ada
pembengkakan, tidak
ada bendungan ASI
dan ASI keluar baru Riza F.R
17.00 WITA sedikit.

3. Pasien mengatakan siap


3. Menanyakan kesiapan
untuk memberikan ASI
ibu (pasien) untuk
Eksklusif kepada Riza F.R
memberikan ASI
bayinya.
kepada bayinya untuk
memenuhi kebutuhan
17.00 WITA nutrisi bayi.
4. Pasien mengatakan ASI
4. Menanyakan masalah
98

Hari/tgl No Dx Implementasi Respon Hasil Paraf


/jam

17.20 WITA yang sedang dihadapi keluar sedikit. Riza F.R


pasien
5. Melakukan konseling 5. Pasien tampak
tentang keuntungan dan kooperatif, pasien,
kerugian pemberian pasien belum
ASI. mengetahui perbedaanRiza F.R
keuntungan ASI
17.20 WITA Eksklusif dengan susu
formula.
6. Melakukan konseling 6. Pasien mengatakan
ASI tentang faktor yang karna baru hari pertama
mempengaruhi melahirkan sedangkan
produksi ASI. penyebab yang lain
17.20 WITA tidak diketahui.
7. Pasien tampak
7. Memberikan konseling kooperatif dan pasien
cara menyusui yang mengatakan masih
baik dan benar. kesulitan untuk
menyusui bayinya.

Minggu, 05/05/2019 Riza F.R


16.30 WITA 1. Mengevaluasi pola 1. Bayi
menghisap/ menelan tampak menghisap
16.40 WITA bayi. tapi, sesekali Riza F.R
menangis
2. Memberikan dipayudara ibu.
konselingkepada pasien 2. Pasien
untuk melakukan mengatakan sudah
perawatan payudara mencoba
pada ibu nifas. melakukan
16.30 WITA perawatan
payudara sekali
dalam sehari pada
pagi hari pada saat
mandi.
17.30 WITA
Riza F.R
1. Mengobservasi 1. Keadaan umum baik,
Keadaan umum, dan pasien mengatakan bayi
17.40 WITA keluhan pasien. rewel dan ASI masih
sedikit yang keluar.
Riza F.R
2. Paien tampak kooperatif

2. Melakukan konseling
laktasi solusi untuk Riza F.R
3. Pasien tampak mencoba
meningkatkan produksi melakukan perlekatan
ASI yang baik dan belum
3. Menganjurkan untuk dapat melakukan
meningkatkan tehknik menyusui yang
perlekatan dengan cara baik dan benar.
menerapkan tekhnik
menyusui yang baik
dan benar.
99

Hari/tgl No Dx Implementasi Respon Hasil Paraf


/jam
Senin, 06/05/2019
16.30 WITA 1. Mengobservasi 1. Keadaan umum baik, Riza F.R
Keadaan umum dan pasien mengatakan
keluhan pasien. produksi ASI
bertambah, payudara
terasa bengkak. Riza F.R
16.35 WITA 2. Melakukan 2. Pasien mengatakan
pemeriksaan payudara. produksi ASI sedikit
bertambah karena
melakukan perawatan Riza F.R
16.40 WITA-17.20 payudara 1 kali sehari
WITA pada pagi hari.
3. Pasien mengatakan cara
3. Melakukan konseling mengatasi payudara
cara perawatan yang bengkak yaitu
payudara pada ibu dengan tetap
16.30 WITA nifas. memberikan bayinya
ASI.

1. Mengobservasi 1. Keadaan umum baik, Riza F.R


Keadaan umum dan pasien mengatakan
17.25 WITA keluhan pasien produksi ASI
bertambah, payudara
terasa bengkak. Riza F.R

2. Pasien mengatakan
2. Melakukan konseling melakukan perawatan
perawatan payudara payudara setelah
pada ibu nifas. mendapatkan konseling
cara menyusui yang
baik dan benar, satu kali
dalam sehari pada pagi
hari.

Selasa, 07/05/2019
16.30 WITA 1. Mengobservasi 1. Keadaan umum baik,
Keadaan umum dan pasien mengatakan Riza F.R
keluhan pasien. belum dapat memeras
ASI, payudara masih
terasa bengkak,
payudara tampak
membendung, BH
16.3O WITA tampak basah. Riza F.R
2. Payudara teraba keras,
2. Melakukan tidak ada kemerahan,
pemeriksaan payudara. BH tampak basah,
puting menonjol, tidakRiza F.R
16.35 WITA-16.45 ada lecet
WITA 3. Pasien mengatakan cara
mengatasi payudara
3. Melakukan konseling
yang bengkak yaitu
cara mengatasi
dengan tetap
payudara yang
memberikan bayinya
bengkak.
16.45 WITA ASI.
4. BB bayi belum
100

Hari/tgl No Dx Implementasi Respon Hasil Paraf


/jam
Riza F.R
4. Menanyakan berat bertambah (2200 gram).
16.45 WITA badan bayi
5. Bayi BAK setiap kali
selesai menyusu (± 6-7
5. Menyakan pola kali sehari, BAB 2 kali
eliminasi bayi sehari dengan warna
16.30 WITA kehitaman dan berbiji)

1. Mengobservasi 1. Keadaan umum baik, Riza F.R


Keadaan umum dan pasien mengatakan
keluhan pasien belum dapat memeras
ASI, payudara masih
terasa bengkak,
payudara tampak
16. 45 WITA membendung, BH
tampak basah. Riza F.R

2. Pasien mengtakan
2. Memotivasi melakukan mencoba memeras ASI
16.50 WITA tekhnik memeras ASI. dengan pompa manual
tetapi terasa sakit. Riza F.R
3. Pasien mengatakan
3. Melakukan konsultasi langsung memberikan
penyimpanan ASI. ASI kepadanya bayinya
setelah diperah karena
takut ASI akan basi.

Rabu, 08/05/2019
16.30 WITA 1. Mengobservasi 1. Keadaan umum baik, Riza F.R
Keadaan umum dan pasien mengatakan
keluhan pasien. belum dapat memeras
ASI, payudara tidak
terasa bengkak, tidak
16.30 WITA ada bendungan ASI.
2. Payudara teraba lunak,Riza F.R
2. Melakukan tidak ada kemerahan,
pemeriksaan payudara. BH tampak tidak basah,
putting menonjol, tidak
ada lecet Riza F.R

16.35 WITA 3. BB bayi bertambah 1,5Riza F.R


gram (2350 gram)
3. Menanyakan berat 4. bayi BAK setiap kali
16.35 WITA
badan bayi selesai menyusu (± 6-7
kali sehari, BAB 2 kali
4. Menanyakanpola sehari dengan warna
eliminasi bayi kehitaman dan berbiji).
16.30 WITA
1. Mengobservasi 1. Keadaan umum baik,
Keadaan umum dan pasien mengatakan
keluhan pasien memeras ASI Riza F.R
menggunakan pompa
101

Hari/tgl No Dx Implementasi Respon Hasil Paraf


/jam

manual, payudara masih


terasa bengkak,
payudara tampak
16.40 WITA membendung, BH Riza F.R
tampak basah.

2. Memotivasi melakukan 2. Pasien mengatakan saat


tekhnik memeras ASI mencoba memeras ASI
16.45 WITA secara manual. secara manual, ASI Riza F.R
yang keluar sedikit .
3. Pasien mengatakan
3. Menyediakan informasi memberikan ASI
tentang penyimpanan kepadanya bayinya
ASI langsung melalui
payudaradan
memberikan ASI peras
15 menit setelah
diperah.

4.2.5 Evaluasi Keperawatan


Tabel 4.7 Evaluasi Keperawatan
Hari/tgl No. Dx Catatan Perkembangan Paraf
/jam
Jumat, 10/05/2019 S: Pasien mengatakan siap memberikan nutrisi kepada Riza F.R
bayinya melalui ASI Eksklusif.
O:
1. Perlekatan baik, tampak mulut bayi terbuka lebar.
2. Pasien dapat membuat bayi melekat dengan baik,
cara memasukkan puting susu ke mulut bayi baik
(perlekatan baik).
3. Pasien tampak dapat menyusui dengan baik dan
benar untuk memberikan nutrisi kepada bayinya.
4. Pasien mengetahui bayinya lapar karena bayi akan
menangis apabila BAK, BAB, dan ketika lapar,
sehingga langsung memberikan ASI kepada bayi
jika tidak BAK dan BAB
5. Tidak ada nyeri tekan pada payudara, tidak ada
lecet pada puting.
A: Masalah keperawatan ketidakefektifan menyusui
teratasi
P: Intervensi dihentikan.
Jumat, 10/05/2019 S: Pasien mengatakan siap memberikan nutrisi kepada Riza F.R
bayinya melalui ASI Eksklusif, Pasien mengatakan
mengetahui tentang tekhnik menyusui dan perawatan
payudara secara baik dan benar, melakukan perawatan
payudara 1 kali sehari pada pagi hari.
O:
1. Ibu tampak memberikan nutrisi kepada bayinya
melalui pemberian ASI.
2. Ibumengetahui manfaat memberikan ASI Eksklusif
102

Hari/tgl No. Dx Catatan Perkembangan Paraf


/jam
3. Ibu mengetahui cara menyusui yang baik dan
benar.
4. Ibu mengetahui cara memeras ASI.
5. Ibu mengetahui cara penyimpanan ASI.
6. Beratbadan bayi bertambah 1,5 gram.
A:Masalah keperawatan kesiapan meningkatkan
pemberian ASI teratasi
P: Intervensi dihentikan
103

4.3 Pembahasan

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada tanggal 03 Mei 2019

pukul 07.30 WITA diperoleh data pasien datang ke Puskesmas Karang Pule

pada hari Kamis tanggal 02 Mei 2019 sekitar pukul 21.00 WITA. Pasien

beridentitas, nama Ny. H berumur 20 tahun., tingkat pendidikan SMA

(Sekolah Menengah Atas), pekerjaan pasien menjadi ibu rumah tangga.

Pengkajian post partum menggunakan MERCER ditemukan masalah

breasfeeding yaitu pasien mengatakan pada saat menyusui bayi masih

tampak tidak menghisap puting secara terus menerus, bayi menolak saat

disusui, cara menyusui masih belum benar, bayi sering rewel, bayi menangis

di payudara. Pada saat pengkajian tanggal 3 Mei 2019 (8 jam post partum),

pasien mengalami perubahan psikologis sesuai dengan tahapannya dimana

pasien dalam fase taking in mengalami ketergantungan untuk memenuhi

kebutuhannya seperti ke kamar mandi, menyusui bayinya, dan pada saat ini

pasien masih mengeluhkan nyeri dibagian vagina dan menceritakan proses

melahirkan, dan pada saat dilakukan konseling pada hari ke-2 post partum

pasien berada pada fase taking hold dimana pasien bersedia menerima

informasi dan pendidikan kesehatan terkait bayi dan untuk ibu post partum

sendiri.

Berdasarkan teori dalam Maryunani, Anik. 2017 Perubahan

psikologis masa nifas menurut Reva-Rubin terbagi menjadi 3 tahap yaitu:

pertama: periode taking in (24 jam post partum) diantaranya periode

ketergantungan atau fase dependens, periode yang terjadi pada hari pertama

sampai kedua setelah melahirkan, dimana ibu baru biasanya bersifat pasif
104

dan bergantung, energi difokuskan pada perhatian ke tubuhnya atau dirinya,

fase ini merupakan periode ketergantungan dimana ibu mengharapkan

segala kebutuhannya terpenuhi orang lain, ibu akan mengulang kembali

pengalaman persalinan dan melahirkannya, menunjukkan kebahagiaan yang

sangat dan bercerita tentang pengalaman melahirkan. Kedua: periode taking

hold (2-4 hari post partum) yaitu periode antara ketergantungan dan

ketidaktergantungan, atau fase dependen-independen, periode dimana ibu

menaruh perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua, seperti tertarik

melakukan perawatan pada bayinya, ibu mulai terbuka menerima

pendidikan kesehatan pada bayinya dan juga pada dirinya. Ketiga: periode

letting godimana terjadi setelah ibu pulang ke rumah, pada saat ini ibu

mengambil tanggung jawab terhadap bayinya.Pada pencapaian peran, pasien

mengatakan belum mampu merawat bayinya, belum mampu menyusui

secara baik dan benar sehingga pasien bersedia melakukan konseling untuk

mengetahui tekhnik menyusui.

Pada penelitian ini ditemukan dua diagnosa utama yaitu

ketidakefektifan pemberian ASI dan kesiapan meningkatkan pemberian ASI

sehingga dilakukan intervensi keperawatan yaitu konseling laktasi. Dalam

penelitian ini dilakukan konseling laktasi seperti memberikan konseling ASI

Eksklusif, perawatan payudara, posisi menyusui dan perlekatan bayi, cara

mengatasi payudara bengkak, cara memeras ASI, dan cara penyimpanan

ASI, dimana konseling ini dilaksanakan selama 5 kali kunjungan, dapat

menambah pengetahuan dan mengatasi permasalahan yang ditemui oleh ibu


105

post partum fisiologis primigravida sehingga dapat meningkatkan kesiapan

pemberian ASI.

Pada penelitian hari pertama konseling laktasi pasien diberikan

konseling tekhnik menyusui yang baik dan benar, setelah diberikan

konseling tekhnik menyusui pasien dapat melakukan tekhnik menyusui

yang baik dan benar yaitu pada hari ke-3 post partum, dimana tekhnik

menyusui yang baik dan benar yaitu kepala dan tubuh bayi dalam posisi

yang lurus, tubuh bayi menempel pada tubuh ibu, seluruh tubuh bayi

ditahan, tidak hanya bagian leher dan bahu saja, perlekatan yang baik yaitu

dagu menyentuh payudara, mulut terbuka lebar, bibir bawah ke arah luar,

lebih banyak daerah areola yang terlihat diatas mulut daripada dibawah

mulut bayi.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prihastuti

(2014), menunjukkan bahwa kegiatan konseling dapat meningkatkan

pengetahuan tentang tekhnik menyusui dibandingkan yang tidak diberikan

konseling. Dalam Haryono, Rudi & Sulis Setianingsih, (2014) Faktor yang

dapat mempengaruhi produksi ASI yaitu cara menyusui yang tidak tepat,

tingkat pengetahuan, umur kehamilan saat melahirkan, BBLR, faktor

makanan ibu yaitu seorang ibu yang kekurangan gizi akan mengakibatkan

menurunnya jumlah ASI dan akhirnya produksi ASI berhenti, frekuensi

penyusuan, riwayat penyakit, faktor psikologis, dukungan dari suami

maupun keluarga yang lain, perawatan payudara, jenis persalinan, konsumsi

rokok, konsumsi alkohol, rawat gabung, dan pil kontrasepsi (Pil KB).
106

Tekhnik menyusui yang baik dan benar adalah pertama untuk

persiapan, ibu harus mencuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir

untuk menghilangkan kuman dan bisa juga membersihkan puting susu

dengan air, menciptakan posisi yang aman dan relaks untuk duduk atau

berbaring seperti duduk dengan bersandar, duduk dikursi goyang dan

berbaring dengan posisi miring menghadap ke bayi dan bayi menghadap ke

ibu. Kedua yaitu posisi menyusui, kepala bayi diletakkan pada lekukan siku

tangan dan seluruh badan bayi menghadap ke dada ibu, dalam hal ini

mungkin seorang ibu yang baru pertama kali menyusui akan memerlukan

bantuan perawat untuk melakukan hal tersebut, kemudian mempersiapkan

payudara dengan cara mengambil payudara dengan tangan yang bebas

dengan posisi jempol di payudara bagian atas dan jari yang lainnya berada

pada bagian bawah payudara, kemudian dekatkan puting susu ke bagian

mulut bayi, hal ini biasanya membuat bayi melakukan refleks membuka

mulutnya dan ibu bisa mulai memasukkan puting susu kedalam mulut bayi

dan pastikan puting susu telah masuk kedalam mulut bayi dan bayi

mendapatkan ASI dengan baik. Jika bayi tidak mau membuka mulutnya,

lakukan perangsangan dimulut bayi dan ibu memasukkan puting susu

kedalam mulut bayi dengan dibantu oleh jempol dan jari lainnya. Posisi

yang baik adalah apabila sebagian besar areola mamae berada didalam

mulut bayi, dengan menempel ke payudara dan kepala sedikit kebelakang

sehingga hidung tidak tertutup oleh payudara (Haryono, Rudi & Sulis

Setianingsih, 2014).
107

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui yaitu

umur, dalam penelitian ini pasien berumur 20 tahun sehingga dapat

dikatakan pasien siap menjadi responden dari konseling laktasi ini karena

pasien mengatakan siap menjadi seorang ibu, dan dengan persalinan normal.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Diati, Oki Catur

Ahad (2015) wanita dengan usia 20-35 tahun siap untuk melahirkan dan

badan sudah aman untuk melahirkan, sedangkan menurut teori Setianingrum

(2005) ibu hamil pada umur 20-35 tahun karena masa tersebut merupakan

masa yang aman untuk hamil, alasannya mulai umur 20 tahun rahim dan

bagian-bagian lainnya sudah benar-benar siap untuk menerima kehamilan,

pada umur tersebut biasanya wanita juga sudah merasa siap untuk menjadi

ibu.

Faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan menyusui yaitu tingkat

pendidikan dimana tingkat pendidikan pasien yaitu SMA (Sekolah

Menengah Atas) sehinggapasien mempunyai pengetahuan yang baik tentang

ASI Eksklusif yang dapat memberikan pengaruh untuk kesiapan

memberikan ASI berhubung mengetahui pentingnya ASI untuk bayinya

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati, Dian et al (2013),

bahwa semakin baik pengetahuan ibu tentang manfaat manajemen laktasi

pasca melahirkan yang meliputi ASI Eksklusif, tekhnik menyusui yang baik,

cara memeras ASI, memberikan ASI peras, menyimpan ASI peras, dan

pemenuhan gizi selama menyusui maka seorang ibu akan berusaha

memberikan ASI Eksklusif pada anaknya.


108

Hal lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan proses menyusui

yaitu berat badan lahir bayi dimana dapat mempengaruhi produksi ASI,

karena daya hisap dari bayi yang masih lemah sehingga dapat

mempengaruhi produksi ASI. Data yang diperoleh yaitu pasien mengatakan

produksi ASI masih sedikit pada hari ketiga masa nifas, adanya kolostrum,

payudara teraba lembek.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Diati,

Oki Catur Ahad (2015) yaitu produksi ASI dapat dipengaruhi oleh berat

badan bayi lahir dimana pada bayi yang berat badan lahir rendah (BBLR),

mempunyai kemampuan menghisap ASI lebih rendah dibandingkan bayi

yang berat lahir normal (>2500 gram), kemampuan menghisap ASI yang

lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusunan yang lebih rendah

dibandingkan bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulasi

hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI.

Selain dari BBLR, faktor lain yang mempengaruhi produksi ASI

yaitu faktor makanan ibu yaitu seorang ibu yang kekurangan gizi akan

mengakibatkan menurunnya jumlah ASI dan akhirnya produksi ASI

berhenti, frekuensi menyusui, riwayat penyakit, faktor psikologis, dukungan

dari suami maupun keluarga yang lain, perawatan payudara, jenis

persalinan, umur kehamilan saat melahirkan, konsumsi rokok, konsumsi

alkohol, cara menyusui yang tidak tepat, rawat gabung, dan pil kontrasepsi

(Pil KB) (Haryono, Rudi & Sulis Setianingsih, 2014).

Riwayat perawatan payudara sangat penting dilakukan selama hamil

sampai dengan masa menyusui. Hal ini dikarenakan payudara merupakan


109

satu-satunya penghasil ASI yang merupakan makanan pokok bayi yang baru

lahir sehingga harus dilakukan sedini mungkin (Walyani dan Purwoastuti,

2015). Pada penelitian ini dinyatakan terdapat pengaruh antara perawatan

payudara terhadap kelancaran produksi ASI dimana pasien pernah

melakukan perawatan payudara pada saat hamil tetapi belum dilakukan

secara benar, pada masa nifas pasien belum pernah melakukannya dimana

dalam penelitian ini pasien mengeluhkan produksi ASI tidak lancar dan

peneliti melakukan konseling laktasi perawatan payudara pada hari ke-3

masa nifas dan merupakan koseling konseling ke-2, setelah mendapatkan

konseling laktasi pasien melakukan perawatan payudara 1 kali dalam sehari

pada pagi hari sehingga produksi ASI mulai lancar mulai pada hari ke-5

post partum.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Indah

Safitri (2016) bahwa perawatan payudara sangat berpengaruh terhadap

kelancaran ASI di Desa Bendan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten

Boyolali.

Langkah-langkah dari perawatan payudara yaitu pertama, ratakan

kedua telapak tangan dengan minyak atau babyoil, letakkan kedua tangan

diantara payudara, pengurutan dilakukan secara sirkulasi dimulai ke arah

atas lalu telapak tangan kanan ke arah sisi kiri dan telapak tangan kiri ke

arah sisi kanan, lakukan pengurutan terus ke bawah dan ke samping,

selanjutnya lakukan pengurutan melintang, ulangi satu proses ini 20 sampai

30 gerakan untuk setiap payudara. Kedua, letakkan tangan kiri dibawah

payudara kiri kemudian 2 atau 3 jari tangan kanan membuat gerakan


110

memutar atau sirkulasi sambil memijat mulai dari pangkal payudara sampai

berakhir pada puting susu, lakukan gerakan ini masing-masing 2 kali

gerakan setiap payudara secara bergantian. Tiga, letakkan salah satu tangan

dibawah payudara kiri sedangkan tangan lainya mengurut dengan sisi

kelingking dari arah pangkal payudara ke arah puting susu, lakukan gerakan

ini sekitar 30 kali. Pengompresan payudara seharusnya dilakukan dengan

menggunakan handuk kecil dan air hangat selama 2 menit lalu bergantian

dengan kompres menggunakan air dingin, kompres ini bisa dilakukan secara

bergantian selama 3 kali dan diakhiri dengan kompres air hangat (Dewi dan

Sunarsih, 2011).

Masalah lain yang ditemui peneliti adalah pembendungan payudara

pada hari ke-4 post partum yang disebabkan oleh produksi ASI yang

bertambah dimana ibu mengeluh payudara terasa penuh, payudara teraba

keras, BH tampak basah, puting menonjol, tidak ada kemerahan, sehingga

dilakukan konseling laktasi yang ke-3 pada hari senin, 5 Mei 2019 tentang

cara mengatasi payudara yang bengkak yaitu dengan cara menganjurkan

pemberian ASI yang sesering mungkin berdasarkan keinginan dari bayi, dan

menyusui bayi setiap 2 jam setiap 10-15 menit masing-masing payudara

secara bergantian, pemakaian kompres hangat, pijatan ringan pada

payudara, memeras ASI dengan tangan mungkin membantu aliran ASI

sehingga dapat mengurangi pembengkakan, masase payudara dengan

lembut, menganjurkan untuk memompa payudara.

Setelah diberikan konseling laktasi cara mengatasi payudara bengkak

pasien melakukan kompres hangat dan masase payudara, pasien mengatakan


111

payudara terasa lebih ringan tidak terlalu penuh, payudara teraba penuh, BH

masih tampak basah, produksi ASI banyak, tidak ada kemerahan, pasien

tampak lebih tenang pada hari ke-6 post partum yaitu pada hari Rabu 8 Mei

2019.

Peneliti melakukan konseling cara memeras ASI secara manual dan

cara penyimpanan ASI dikarenakan untuk mencegah pembendungan ASI

dan menambah pengetahuan ibu mengenai cara penyimpanan ASI setelah

diperas, yaitu cara penyimpanan ASI dalam Wulandari, Setyo Retno &

Handayani, Sri (2011), di udara terbuka/bebas: 6-8 jam, di lemari es (400C):

24 jam dan di lemari es pendingin/beku (-180C): 6 bulan, ASI yang telah

didinginkan bila akan dipakai tidak boleh direbus, karena kualitasnya akan

menurun yaitu dalam unsur kekebalannya. ASI tersebut cukup didiamkan

beberapa saat didalam suhu kamar, agar tidak terlalu dingin atau dapat pula

direndam didalam wadah yang telah berisi air panas.

MemerasASI bertujuan untuk mencegah pembengkakan payudara

akibat pembendungan ASI, adapun caranya yaitu pertama perlu dilakukan

pemijatan dan pengeluaran ASI secara manual atau dengan pompa

payudara, pemijatan payudara dilakukan dengan cara sebagai berikut pijat

payudara dengan jari dari arak ketiak ke puting susu, kemudian tekan

payudara dengan jari tangan dari sekeliling payudara menuju puting susu.

Kedua pengeluaran ASI yaitu dengan cara manual sebagai berikut cuci

tangan dengan sabun dan air, letakkan ibu jari di atas areola dan jari

telunjuk dibawah areola, tekan payudara dengan kedua jari ini, tekan dan

urut payudara dengan gerakan melingkar menuju puting, pengeluaran ASI


112

dengan pompa payudara yaitu harus mengikuti instruksi khusus tertera pada

kemasan pompa (Maryunani Anik, 2017).

Evaluasi keperawatan adalah tindakan intlektual untuk melengkapi

proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,

rencana tindakan, dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai dengan

mengukur pembangunan pasien dalam mencapai suatu tujuan. Maka

perawat bisa menentukan efektifitas keperawatan (Nursalam 2010). Setelah

dilakukan konseling laktasi selama 5 hari (5 kali kunjungan) evaluasi pada

hari Jumat 10 Mei 2019, pukul 16.30 WITA diperoleh data subjektif pasien

mengatakan mengetahui tentang tekhnik menyusui dan perawatan payudara

secara baik dan benar, melakukan perawatan payudara 1 kali sehari, data

objektif pasien tampak dapat menyusui dengan baik dan benar, bayi tampak

tidak rewel, perlekatan baik, berat badan bayi bertambah 1,5 gram, pasien

mengatahui ASI Eksklusif dan manfaatnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada ibu post partum

primigravida bahwa pelaksanaan konseling laktasi dapat dipengaruhi oleh

tingkat pengetahuan ibu, dukungan dari keluarga, jumlah kelahiran akan

mempengaruhi pengalaman dalam menyusui, berat badan lahir bayi dan

dukungan dari tenaga kesehatan untuk melaksanakan konseling sehingga

dapat membantu pasien dalam mengatasi masalah yang dihadapi selama

menyusui sehingga meningkatkan kesiapan dalam pemberian ASI kepada

bayinya. Keberhasilan dalam menyusui juga dapat dipengaruhi oleh

bagaimana manajemen laktasi dari ibu post partum yang meliputi tekhnik

menyusui yang baik dan benar, perawatan payudara pada ibu nifas, cara
113

memeras ASI, memberikan ASI peras, menyimpan ASI peras, dan

pemenuhan gizi selama periode menyusui.

4.4 Keterbatasan Study Kasus

Dalam melaksanakan studi kasus terkait upaya peningkatan kesiapan

pemberian ASI pada post partum fisiologis dengan konseling laktasi ini

memiliki keterbatasan yaitu belum dapat dijadikan sebagai pedoman atau

acuan yang efektif dalam keberhasilan tindakan konseling laktasi pada ibu

post partum fisiologis primigravida karena penulis hanya menggunakan satu

pasien sehingga tidak ada yang dijadikan sebagai perbandingan untuk

mengukur tingkat keberhasilan dari masing-masing pasien yang diberikan

konseling laktasi. Keterbatasan yang ditemui peneliti pada pasien post

partum fisiologis primigravida yaitu terkadang pasien sulit untuk

memberikan argumentasinya pada saat dilakukan konseling laktasi.


BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil studi kasus, Ny.H merupakan post partum

fisiologis primigravida yang berada dalam masa immediate post

partum.Hasil pengkajian mendapatkan dua masalah keperawatan utama

yaitu ketidakefektifan pemberian ASI dan kesiapan meningkatkan

pemberian ASI sehingga diberikan konseling laktasi. Konseling laktasi yang

diberikan adalah cara menyusui yang baik dan benar, perawatan payudara

ibu nifas, cara mengatasi payudara bengkak, cara memeras ASI dan cara

penyimpanan ASI. Setelah dilakukannya konseling laktasi selama 5 kali

kunjungan, dapat disimpulkan bahwa konseling laktasi efektif dalam upaya

peningkatan kesiapan pemberian ASI pada ibu post partum fisiologis

primigravida.

5.2 Saran

Bagi ibu post partumpenelitian diharapkan dapat memberikan

pengetahuan dan wawasan kepada ibu post partumtentang pentingnya ASI

dan manfaat pada bayinya.

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan konseling

laktasi dengan menggunakan media yang lain seperti booklet dan lembar

balik sehingga dapat meningkatkan kesiapan pemberian ASI pada ibu post

partum.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Ria. dkk. (2013). Pengaruh Konseling Laktasi Intensif Terhadap


Pembarian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Sampai 3 Bulan.Jurnal Gizi
Indonesia, Vol. 2, No.1, Desember 2013: 15-2.

Aspiani, Reny Yuli. (2017). Buku Ajar Asuhan keperawatan Maternitas aplikasi
Nanda Nic dan Noc. Jakarta: TIM.

Departemen Kesehatan.(2016). Profil Kesehatan Kabupaten Lombok Barat.


Dilihat 10 November 2018.
http://depkes.go.id/resources/profil_kes_kab_lombok barat.

Diati, Oki Catur Ahad. (2015). Hubungan Berat Badan Lahir Dengan Onset
Laktasi Pada Ibu Post partum Di RS PKU Muhammadiyah I Yogyakarta.

Hadijono, Seoerjo. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka

Haryono, Rudi & Sulis Setianingsih. (2014). Manfaat ASI Eksklusif untuk Buah
Hati Anda. Yogyakarta: Gosyen Publishing

Hidayat, A.A. (2010). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika

Kemenkes RI.(2016). Profil Kesehatan Indonesia Profil Kesehatan Indonesia.


Dilihat 10 November 2018.
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-Indonesia-2016.pdf

Maryunani, Anik. (2017). Asuhan Ibu Nifas & Asuhan Ibu Menyusui. Bogor: In
Media

Nugroho, T. dkk. (2014). Buku Ajar Asuhan Kebidanan 3 Nifas. Yogyakarta:


Nuha Medika

Nurarif, A.H. & Hardhi Kusuma. (2015). Aplikasi Keperawatan Berdasarkan


diagnosa medis dan nanda nic-noc jiid 1, Yogyakarta: Mediaction

Nursalam. (2010).Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek.


Jakarta: Salemba Medika.

Rahayu, YP. dkk. (2014). Buku Ajar Masa Nifas Dan Menyusui Dilengkapi Soal-
Soal Latihan. Yogyakarta: Mitra Wacana Medika.
116

Reeder. Dkk. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi, &


Keluarga Volume 2. Jakarta: EGC.

Prawiroharjo. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Prihastuti, dkk. (2014). Pengaruh Konseling Menyusui Kepada Pasutri Terhadap


Pengetahuan, Dukungan dan Keterampilan Teknik Menyusui.Yogyakarta:
Jurnal Ilmu Kebidanan, Volume II Nomor 1 Maret 2014.

Rukiyah, Ai Yeyeh & Yulianti, Lia. (2011). Asuhan Kebidanan III Nifas. Jakarta:
TIM.

Saleha, sitti. (2009). Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Setianingrum. (2005). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Sukarni, Icemi & Wahyu P. (2013). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.


Yogyakarta: Nuha Medika

Sukarni, S & Margareth. (2013). Keshamilan, Persalainan dan Nifas Dilengkapi


dengan Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika

Wulandari, R.S. dkk. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta:
Gosyen Publishing

Anda mungkin juga menyukai