16E11596
DENPASAR
2019
MOTTO
“Bukan ujian KTI besok yang kau takutkan, tapi ujian hidup yang akan kau lalui
“Ujian KTI bukanlah rintangan, melainkan sebuah gerbang yang harus kita lalui
“Jika diibaratkan ujian KTI besok hanyalah sebuah anak tangga yang harus kau
lewati sebelum menempuh ribuan anak tangga lainnya yang menanti di masa
depan”
“Dan terakhir tahu gak bedanya kamu sama ujian KTI? Sama-sama perlu
iv
iv
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEJANG DEMAM SEDERHANA
DENGAN HIPERTERMI DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN.
1. Bapak Dr. I Nyoman Susila, M.Kes. selaku Direktur Utama BRSU Tabanan
yang telah bersedia memberikan ijin menggunakan Ruang Anggrek sebagai
lahan untuk melaksanakan praktik dan sebagai tempat pengambilan kasus
dalam pembuatan studi kasus ini.
2. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,M.Ng., Ph.D selaku Ketua STIKES
Bali beserta staf yang telah memberikan izin dan petunjuk kepada penulis
dalam menyelesaikan laporan studi kasus.
3. Bapak Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep.,M.Kes. selaku Kepala Program Studi
DIII Keperawatan STIKES Bali yang telah memberikan arahan dan motivasi
bagi penulis untuk menyelesaikan laporan studi kasus ini.
4. Bapak Ns. I Wayan Sudiarta, S.Kep. selaku pembimbing ruangan yang telah
membantu dan membimbing penulis dalam penyusunan laporan studi kasus.
5. Bapak Ns. Made Rismawan, S.Kep., MNS. Selaku penguji utama yang telah
memberikan arahan dan masukan maupun saran yang diberikan kepada
penulis, serta pernyataan pengesahan yang diberikan kepada penulis.
6. Ibu Ni Made Sri Rahyanti,Ns.,Sp.Kep.An. selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan, arahan, dan motivasi dalam pembuatan laporan
studi kasus ini.
vi
7. Seluruh teman-teman Diploma III Keperawatan tingkat III, sahabat tercinta
beserta semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral, material,
motivasi, serta spiritual dalam penyusunan laporan studi kasus.
8. Keluarga di rumah Bapak, Ibu, Kakak, Adik yang telah memberikan
dukungan baik moral, material, spiritual, dan motivasi dalam penyusunan
proposal studi kasus ini.
Penulis menyadari bahwa laporan studi kasus ini jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif perlu diharapkan oleh penulis
demi kesempurnaan laporan studi kasus ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih
Penulis
vi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
KEJANG DEMAM SEDERHANA DENGAN HIPERTERMI
DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN
DISUSUN OLEH :
Ni Putu Sri Ayu Ratnawati
ABSTRAK
Latar Belakang : kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu 38oC yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium, biasanya
terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun (Ridha, 2014). World Health Organization (WHO)
memperkirakan terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari
216 ribu diantaranya meninggal. Sedangkan di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan
– 13 tahun yang mengalami kejang demam diperkirakan sekitar 77% (WHO, 2005
dalam Roni, 2019). Jumlah pasien anak kejang demam sederhana di ruang Anggrek
BRSU Tabanan sebanyak 34 kasus pada 3 bulan terakhir dari bulan November 2018
sampai Januari 2019.
Tujuan : untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada dua anak dengan
kejang demam sederhana dengan hipertermi di ruang Anggrek BRSI Tabanan.
Hasil : Asuhan keperawatan pada pasien Anak N dan Anak K yang mengalami kejang
demam sederhana muncul diagnosa keperawatan utama yang sama yaitu hipertermi.
Rencana keperawatan yang diberikan adalah memberikan kompres hangat,
menganjurkan dan memberikan ekstraks cairan (ASI, air, susu, buahbuahan dll) dan
memberikan obat antipiretik. Semua masalah keperawatan dapat teratasi pada hari ke
3.
Kesimpulan : kasus pada An. N dan An. K yaitu dengan kejang demam sederhana
dengan hipertermi secara keseluruhan terdapat kesamaan baik dari pengkajian sampai
evaluasi.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Kejang Demam Sederhana Hipertermi
NURSING CARE IN CHILDREN
SIMPLE FEVER WITH HIPERTERMY CHEAP
IN THE BRSU TABANAN ANGGREK ROOM
ARRANGED BY :
Ni Putu Sri Ayu Ratnawati
ABSTRACT
Background: Febrile seizures are seizures that occur at a temperature rise of 38ºC
caused by an extracranial process, usually occurring at the age of 3 months-5 years
(Ridha, 2014). The World Health Organization (WHO) estimates that there are more
than 21.65 million sufferers of febrile seizures and more than 216 thousand of them
die. Whereas in Kuwait, of 400 children aged 1 month - 13 years who experience
febrile seizures, it is estimated to be around 77% (WHO, 2005 in Roni, 2019). The
number of patients with simple febrile seizures in the Anggrek Tabanan BRSU room
is 34 cases in the last 3 months from November 2018 to January 2019.
Objective: to find out about nursing care in two children with simple febrile seizures
with hyperthermia in the BRSU Tabanan Anggrek room.
Results: Nursing care in Pediatric N patients and K Children who experienced a
simple febrile seizure showed the same primary nursing diagnosis, namely
hyperthermia. The nursing plan given is giving warm compresses, recommending and
giving fluid extracts (breast milk, water, milk, fruits etc.) and giving antipyretic
drugs. All nursing problems can be resolved on the 3rd day.
Conclusion: case in An. N and An. K, with simple febrile seizures with overall
hypertermia, has similarities both from assessment to evaluation.
Keywords: Hypertermy Simple Fever Nursing Care
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN...................................................................................i
SAMPUL DALAM.................................................................................ii
MOTTO...................................................................................................iv
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................v
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................vi
ABSTRAK..............................................................................................viii
DAFTAR ISI.......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 4
C. Tujuan Studi Kasus...................................................................... 4
D. Manfaat Studi Kasus.................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 7
A. Tinjauan Pustaka.......................................................................... 7
1. Anatomi Fisiologi persarafan................................................. 7
ix
2. Konsep dasar kejang demam sederhana................................ 12
a. Definisi........................................ 12
b. Klasifikasi.................................... 13
c. Fatofisiologi.................................
1) Etiologi....................................................................... 13
2) Proses terjadi.............................................................. 14
3) Manifestasi Klinis...................................................... 17
d. Pemeriksaan diagnostik............... 19
e. Penatalaksanaan........................... 20
3. Konsep dasar asuhan keperawatan kejang demam sederhana. 22
a. Pengkajian......................................................................... 22
b. Diagnosa............................................................................ 25
c. Perencanaan....................................................................... 30
d. Pelaksanaan....................................................................... 44
e. Evaluasi............................................................................. 44
4. Konsep pemenuhan kebutuhan termoregulasi pada pasien
kejang demam sederhana........................................................ 46
a. Pengertian 46
b. Gangguan
pemenuhan kebutuhan termoregulasi .............47
c. Pengaturan
pemenuhan kebutuhan termoregulasi .............47
d. Edukasi
pemenuhan kebutuhan termoregulasi .............48
WOC ........................................................................................... 49
C. Fokus Studi................................................................................ 51
D. Definisi Operasional................................................................... 51
F. Pengumpulan Data...................................................................... 52
G. Penyajian Data........................................................................... 53
H. Etika Studi Kasus...................................................................... 55
a. Pengkajian................................................................... 59
b. Diagnosa..................................................................... 86
c. Perencanaan................................................................ 87
d. Pelaksanaan................................................................. 92
e. Evaluasi……………………………………………...108
B. PEMBAHASAN……………………………………………….111
a. Pengkajian Keperawata...................................................111
b. Diagnosa Keperawatan...................................................115
c. Perencanaan Keperawatan..............................................117
d. Pelaksanaan Keperawata……………………………….118
e. Evaluasi Keperawatan………………………………….119
BAB V PENUTUP……………………………………………………….121
a.
Kesimpulan .................................................................121
b.
Saran............................................................................122
LAMPIRAN .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.6 Riwayat Penyakit Keluarga Dan Keturunan An. N dan An. K......... 63
Tabel 4.12 Pemberian Air Susu Ibu (ASI) An. N dan An. K............................ 67
Tabel 4.18 Pemenuhan Kebutuhan aktivitas sehari-hari An. N dan An. K....... 70
x
Tabel 4.20 Data Penunjang Laboratotium An. N.............................................. 77
Tabel 4.23 Skrining resiko jatuh/ cedera An. N dan An. K............................... 80
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
WOC.................................................................................................................44
viii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
DAFTAR SINGKATAN
WHO = World Health Organization
O2 = Oksigen
ADHN = Anti Diuretik Hormon
K+ = Kalium
CI = Klorida
Na+ = Natrium
CO2 = Karbon Dioksida
EEG = Elektroensofalografi
MRI = Magnetic Resonance Imaging
BB = Berat Badan
TB/PB = Tinggi Badan/Panjang Badan
LL = Lingkar lengan
LK = Lingkar Kepala
LD = Lingkar Dada
LP = lingkar Perut
BAK = Buang Air Kecil
BAB = Buang Air besar
GCS = Glasgow Coma Scale
WOD = Wawancara Observasi Dokumentasi
IGD = Instalansi Gawat Darurat
IVFD = Intravenous Fluid Drip
MPASI = Makanan Pendamping Air Susu Ibu
ASI = Air Susu Ibu
MONO = Monocytes
NEU = Neutrophils
xii
LYM = Lymphocytes
EOS = Eosinofil
BASO = Basofil
MCV = Mean Corpuscular Volume
MCH = Mean Corpuscular Hemoglobin
MCHC = Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration
RDW = Red Cell Width
MPV = Mean Platelet Volume
Mg = Mili Gram
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir semua orang pernah mengalami demam, ada yang hanya
demam ringan dan ada yang tinggi. Demam merupakan keadaan yang sering
dua, yaitu peningkatan suhu yang tergolong normal (bersifat fisiologis) dan
mandi air panas, anak menangis, setelah makan, anak yang kurang minum
(Lusia, 2015).
demam pada anak di masa tumbuh kembangnya, yaitu anak dengan kejang
untuk diketahui agar mendapat penanganan yang tepat dan tidak ada dampak
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38oC yang disebabkan oleh
1
2
Sedangkan usia <4 minggu dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk
21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya
mengalami kejang demam diperkirakan sekitar 77% (WHO, 2005 dalam Roni,
dan sering terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun dan 30% diantaranya
data yang diperoleh dari instalansi rekam medik di ruang Anggrek BRSU
2019) jumlah pasien anak dengan kasus kejang demam sederhana tercatat
merupakan peranan penting untuk terjadinya kejang demam pada anak sekitar
25-50%. Masalah utama pada pasien kejang demam adalah hipertermi tubuh
oleh infeksi dari ekstrakranial seperti OMA (Otitis Media Akut), bronchitis,
infeksi saluran pernapasan akut merupakan penyakit yang sering terjadi pada
bayi dan anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Gourabi yang membuktikan
bahwa dari 214 pasien anak yang mengalami kejang demam , 72,9% penyakit
primernya adalah ISPA bagian atas, sedangkan ISPA bagian bawah sebesar
1,4%. Komplikasi yang dapat terjadi pada anak kejang demam yaitu luka pada
lidah karena tergigit atau akibat gesekan dengan gigi karena terkena benda
tajam atau keras yang ada di sekitar anak, serta anak dapat terjatuh. Anak
dapat menjadi retardasi mental akibat kerusakan otak yang parah dan dapat
dalam pemberian obat dan depresi pusat pernafasan. Oleh karena itu kasus
diperhatikan pada saat merawat anak kejang demam. Peningkatan suhu tubuh
menjadi fokal epilepsi. Hal tersebut diatas dapat dicegah dengan memberikan
ibuprofen, obat anti kejang sesuai dosis, banyak minum air putih, berikan
kompres hangat dan memakai baju yang tipis dan longgar (Ngastiyah, 2012
hipertermi baik secara mandiri maupun dengan cara kolaborasi. Perawat harus
karena itu penulis merasa tertarik menulis kasus yang berjudul “ASUHAN
Dengan harapan semoga studi ini dapat memberikan manfaat dan analisa
antara satu pasien dengan pasien lain yang memiliki permasalahan sama
mengalami peningkatan
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada karya
tulis ilmiah ini adalah “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak kejang
keperawatan
Dapat digunakan sebagai panduan, gambaran, dan masukan untuk studi
TINJAUAN PUSTAKA
A Tinjauan Pustaka
1 Anatomi fisiologi sistem persarafan
7
8
Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang
diantaranya:
1) Mengatur sikap atau posisi tubuh
2) Mengontrol keseimbangan
3) Koordinasi otot dan gerakan tubuh otak kecil juga menyimpan
terkoordinasi.
c. Batang otak ( Brainstem )
Mengatur fungsi vital manusia meliputi pusat pernafasan, denyut
pendengaran.
2) Diencephallon
Merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari batang
regulatori hormon.
c) Medulla Oblongata
Adalah titik awal syaraf tulang belakang dari sebelah kiri
berkedip.
d) Pons
Kata pons berasal dari bahasa latin yang berarti jembatan.
anak berumur 6 bulan s/d 5 tahun, paling sering pada anak usia 17-23
usia <4 minggu dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk
ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu
dari 10 menit.
c) Tidak berulang dalam waktu 24 jam.
2) Kejang demam kompleks
a) Kejang berlangsung lama lebih dari 15 menit.
b) Kejang fokal atau parsial pada satu sisi atau kejang umum
selanjutnya.
Beberapa faktor risiko berulangnya kejang yaitu :
a) Riwayat kejang dalam keluarga
b) Usia kurang dari 18 bulan
c) Tingginya suhu badan sebelum kejang, makin tinggi suhu
(K+) dan sangat sulit dilalui ion natrium (Na+) dan elektrolit
demam yaitu:
permenit.
c) Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang
terkena benda tajam atau keras yang ada di sekitar anak, serta
meliputi :
18
e Penatalaksanaan Medis
Dalam penanganan kejang demam ada 3 hal yang perlu dilakukan
yaitu :
1) Pengobatan Fase Akut
Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah
intrakranial.
2) Mencari dan Mengobati Penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk
berlangsung lama.
3) Pengobatan Profilaksis
Perlu dilakukan tindakan pencegahan untuk kejang
(Lestari, 2016).
3 Asuhan Keperawatan pasien dengan Kejang Demam dengan
hipertermi
a. Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan
2) Data objektif
a) Suhu meningkat
b) Kulit kemerahan
c) Hipotensi
d) Akral teraba hangat
e) Mukosa bibir kering
f) Penurunan kesadaran
g) Tingkah laku gelisah
h) Perubahan tonus otot
i) Keluar saliva berlebihan
j) Tampak cemas dan bingung
Menurut Doengoes (2012) Pengumpulan data pengkajian pada pasien
9) Keamanan
Gejala: riwayat terjatuh/trauma, fraktur
Tanda: trauma pada jaringan lunak atau kebiruan, penurunan
ketergantungan obat
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
demam seperti :
inflamasi
Symptom : suhu tubuh diatas normal, lemas, mukosa bibir
hangat.
2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
batuk.
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan
mekanisme regulasi.
Problem : Kekurangan volume cairan
mental.
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
perkembangan
Etiologi : Penyakit kronis yang berulang
Symptom : gerakan yang asimetris atau tidak seimbang
karakteristik kulit.
8) Risiko cedera berhubungan dengan profil darah yang abnormal
pengetahuan
f) Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
kejang sebelumnya
h) Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
≤5 tahun.
2) Perencana Asuhan keperawatan
Adapun rencana keperawatan yang dapat disusun untuk pasien
lain)
menyerap keringat.
Rasional : Proses konveksi akan terhalang oleh pakaian
lipatan tubuh.
Rasional : Perpindahan panas secara konduktif.
(5) Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas anak
antipiretik.
Rasional : Antipiretik akan mempengaruhi ambang
demam.
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
setiap hari
Rasional : Dengan observasi keadaan umum dan
nutrisi
(4) Berikan perawatan oral hygiene
Rasional : Oral hygiene yang benar dapat memberi rasa
maka
(5) Anjurkan keluarga memberikan pasien makanan dengan
anak
(7) Kolaborasi dalam pemeriksaan hasil laboratorium
Rasional : Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan
nutrisi pasien
(9) Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetic
Rasional : Pemeberian antiemetik dapat mengurangi
mukosa.
Rasional : Kekurangan cairan juga dapat diidentifikasi
kering.
(3) Ukur atau hitung masukan, pengeluaran dan
normal.
Intervensi :
(1) Observasi keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital
hospitalisasi
(3) Beri Tounge Spatel antara gigi dan lidah saat kejang
terjadi.
Rasional : Menurunkan resiko trauma pada mulut.
(4) Letakkan pasien pada tempat tidur yang lembut.
Rasional : Membantu menurunkan resiko injuri fisik
dalam bernafas.
(4) Berikan tongue spatel yang dilapisi gaas steril antara
hospitalisasi anak
Tujuan : Orang tua tidak cemas, khawatir lagi dan
anaknya.
diberikan tindakan.
(4) Gambarkan proses penyakit, tanda dan gejala,
anaknya.
Rasional : menentukan sejauh mana pengetahuan orang
anaknya
Rasional : Penilaian sejauh mana pengetahuan orang tua
kejang sebelumnya
Tujuan : kejang berulang tidak terjadi
Intervensi :
(1) Observasi keadaan umum tanda-tanda vital tiap 8 jam
peningkatan
menyerap keringat
ke saluran pernafasan.
(3) Hindarkan anak dari rangsangan yang berlebih baik
riwayat penyakitnya.
(2) Anjurkan kunjungan dan hubungan melalui telepon
pendapat.
(4) Kenalkan anak dengan nama dengan staf unit lainnya
Rasional : agar anak tidak merasa ketakutan saat
tanda-tanda vital.
(2) Lakukan tehnik aseptik saat melakukan tindakan
infeksi terjadi.
(4) Kolaborasi dengan keluarga pasien untuk menjaga
kebersihan.
Rasional : kebersihan yang cukup akan mencegah
bakteri berkembangbiak.
k) Risiko jatuh berhubungan dengan faktor risiko anak di bawah usia ≤5 tahun.
Tujuan : risiko jatuh terkontrol
Intervensi :
(1) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi
pasien.
Rasional : meningkatkan kewaspadaan orangtua
pasien.
(4) KIE kepada keluarga untuk menjauhkan dari benda
berbahaya .
Rasional : pengetahuan yang cukup dapat
terjatuh.
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan wujud nyata dari
2013).
e. Evaluasi
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
(Nursalam, 2011).
38
mekanisme regulasi.
Evaluasi : Cairan pasien adekuat.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
bertambah.
g. Resiko kejang berulang berhubungan dengan riwayat kejang
sebelumnya
Evaluasi : Kejang berulang tidak terjadi.
h. Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
39
tahun.
Evaluasi : sisiko jatuh dapat dicegah.
4 Pemenuhan termoregulasi pada pasien kejang demam sederhana
a. Pengertian
Termoregulasi adalah suatu perubahan fisiologi tubuh manusia
diketahui kapan munculnya maka orang tua atau pengasuh anak perlu
demam yaitu :
1) Saat timbul kejang segera pindahkan anak ke tempat yang
aman seperti dilantai diberi alas lunak tapi tipis jauh dari
spatel yang dibungkus dengan kasa atau kain, kalau tidak ada
terjadi.
3) Ventilasi ruangan harus cukup, pintu dan jendela harus dibuka
peranus 5mg untuk berat badan kurang dari 10 kg, kalau berat
rumah sakit.
Adapun beberapa cara pencegahan pada anak kejang
dan ketiak.
3) Memberikan obat penurun panas (antipiretik) seperti
penatalaksanaan
pemberian obat IV Gangguan membrane potensial Kekurangan volume
cairan
Kejang
Risiko Infeksi Hospitalisasi
BAB III
usia 1 tahun 1 bulan berjenis kelamin perempuan dan pasien II (An. K) usia 1
dokter.
Selasa, 9 April 2019. An. N di rawat selama 3x24 jam dan dipulangkan pada
hari Selasa, 16 April 2019 sampai Jumat, 19 April 2019. Di rawat selama 3x24
kasus yaitu :
1. Wawancara
Pada studi kasus ini dilakukan pengumpulan data dengan mendapat
keterangan informasi secara lisan dengan orang tua dan kelurga pasien.
2. Observasi
Metode ini dilakukan tanpa melakukan interview kepada partisipan
Pada studi kasus ini penulis melakukan teknik observasi pada keadaan
atau kalau data tidak terlalu besar, pengolahan data secara manual masih
dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.
observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk
satunya ialah Ethical principles dalam pembuatan studi kasus. Hal ini menjadi
pertimbangan yang mutlak mengingat subyek yang dipakai dalam studi kasus
ini iyalah manusia (anak) sehingga perlu diperhatikan keamanan dan integritas
Oleh karana itu prinsip etika harus dipahami dengan seksama oleh setiap
human diversity
3) Non Preduicial treatment untuk mereka yang tidak
berpartisipasi.
4) Menghargai perjanjian yang telah disepakati, termasuk
mengklarisifikasi informasi.
6) Partisipan mendapatkan akses berupa assistance yang
maupun fisik.
7) Klarifikasi terhadap isu-isu yang muncul selama studi
dilakukan.
8) Sopan dan bijaksana dalam pemberian treatment selama
penelitian dilakukan.
b. The right to privacy
Semua penelitian yang melibatkan manusia akan selalu
A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data
Lokasi studi kasus dilakukan di BRSU yang merupakan rumah sakit milik
terletak di jantung kota berdiri diatas tanah seluas 1,6 hektar. BRSU Tabanan
ISO 9001:2015. Dan terhitung mulai tanggal 10 Agustus 2016 BRSU Tabanan
layanan unggulan yaitu IGD, Unit Tindakan Medik (VK/Kmar Bersalin, Bedah
Sentral (Bedah Umum, Bedah Tulang, Ruang Bedah Urologi, Bedah Saraf,
Kandungan & Kebidanan, Penyakit Mata, THT), Ruang Bedah IRD dan
Endoscopy, dan EMG) 2. Unit Rawat Jalan (22 poliklinik spesialis), 3 Unit
Rawat Inap, salah satu ruang rawat inap yaitu ruang Anggrek sebagai ruang
rawat inap khusus anak-anak dari umur 1 bulan ampai 18 tahun. Ruang Anggrek
terdiri dari ruang jaga perawat, ruang tindakan, gudang spoelhook, dan kamar
pasien. Ruang pasien terdiri dari 7 kamar dimana ruang kelas III ada 1 kamar
59
60
yang terdiri dari 6 tempat tidur dalam 1 kamar, kamar kelas II ada 2 kamar yang
masing- masing terdiri dari 2 tempat tidur, kamar kelas I ada 3 yang masing-
masing terdiri 2 tempat tidur, dan 1 buah kamar isolasi yang terdiri dari 1 buah
tempat tidur.
pada hari sabtu, tanggal 6 April 2019, Pukul 19.30 Wita dan Anak K di kaji
pada hari selasa, tanggal 15 April 2019 pukul 19.00 Wita di Ruang Anggrek
dokumentasi pasien.
1) Pengumpulan Data
a) Identitas Anak
Tabel 4.1 Identitas An. N dan An. K
d) Riwayat Penyakit
Tabel 4.4 Riwayat Penyakit An. N dan An. K
62
g) Genogram
(1) Anak N
Bagan 4.7 Genogram An. N
65
Keterangan :
: Perempuan hidup
: Perempuan
: Laki-laki meninggal
: Pasien
Penjelasan genogram :
umur 3 tahun.
(2) Anak K
Bagan 4.8 Genogram An. K
Keterangan :
: Perempuan hidup
66
: Perempuan meninggal
: Laki-laki meninggal
: Pasien
Penjelasan genogram :
h) Riwayat Imunisasi
Tabel 4.9 Riwayat Imunisasi An. N dan An. K
Anak N Anak K
Ibu pasien mengatakan saat lahir berat Ibu pasien mengatakan saat lahir berat
badan anaknya 2700 gram dan panjang badan anaknya 3300 gram dan panjang
badan 47 cm. Sekarang saat usia badan 45 cm. Sekarang saat usia anaknya
anaknya 1 tahun 1 bulan berat badan : 9 1 tahun 10 bulan berat badan : 11 kg dan
kg dan panjang badan : 67 cm. Ibu panjang badan : 76 cm. Ibu pasien
penambahan berat badan dan panjang penambahan berat badan dan panjang
badan sesuai dengan anak seusianya. badan sesuai dengan anak seusianya.
2) Riwayat Perkembangan
Tabel 4.11 Riwayat Perkembangan An. N dan An K
3) Riwayat Nutrisi
a) Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
An. N An. K
Ibu pasien mengatakan alasan memberikan
Ibu mengatakan anaknya belum ada susu formula karena ASI tidak keluar sejak
tambahan susu formula sampai (1) Polc
pasien baru lahir.
sekarang Ibu pasien mengatakan jumlah pemberian susu
formula 5-6/hari isian 200ml/botol. c)
Perubahan Nutrisi
Tabel 4.14 Pola Perubahan Nutrisi An. N dan An. K
dan bubur
12-24 bulan - Susu formula, air, buah-
sekarang 22 bulan
Riwayat alergi Tidak ada alergi obat Tidak ada alergi obat maupun
4) Riwayat Psikososial
Tabel 4.15 Riwayat Psikososial An. N dan An. K
69
5) Riwayat spiritual
Table 4.16 Riwayat spiritual pada An. N dan An.K
Anak N Anak K
Ibu pasien mengatakan anaknya lebih Ibu pasien mengatakan anaknya lebih
dekat dengan kedua orang tuanya dekat dengan ibunya, anaknya belum
melakukan kegiatan keagamaan karena karena belum cukup umur, dan ibu
belum cukup umur, dan ibu pasien pasien mengatakan sakit anaknya
mengatakan sakit anaknya murni karena memang murni sakit medis bukan sakit
penyakit medis bukan non medis dan non medis dan yakin pada Tuhan akan
kan anaknya.
6) Reaksi hospitalisasi
Table 4.17 Reaksi hospitalisasi pada An. N dan An. K
tentang sakit dan anaknya terjadi kejang cemas dan khawatir dengan
70
pun berada.
7. Aktivitas sehari-hari
Tabel 4.18 Pemenuhan Kebutuhan aktivitas sehari-hari An. N dan
An. K
(a) Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
990cc 1155cc
24 jam 24 jam
= 41,25 cc/jam = 48,125 cc/jam
50cc/KgBB 54cc/kgBB
24 jam 24 jam
=2,1cc/kgBB = 2,25cc/kgBB
/jam /jam
Kesulitan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
j) Pemeriksaan Fisik
4. Sistem
Pernapasan
75
No Jenis Hasil
Pemeriksaan Anak N Anak K
(a) Inspeksi Respirasi : 24×/menit, tidak
Respirasi : 22×/menit, tidak ada ada pernapasan cuping
pernapasan cuping hidung, hidung, bentuk dada simetris
bentuk dada simetris, terdapat
secret di hidung pasien.
Tidak ada nyeri tekan pada
(a) Palpasi Tidak ada nyeri tekan pada dada, tidak ada benjolan
dada, tidak ada benjolan, bentuk
dada simetris.
Sonor
Sonor
(b) Perkusi Suara paru rochi, tidak ada
Suara paru ronchi, tidak ada suara napas tambahan
(c) Auskulta suara napas tambahan
si
5. Sistem
Kardiovaskuler
(a) Inspeksi Bentuk dada simetris, tidak ada Bentuk dada simetris, tidak
jejas, tidak ada lesi ada jejas, tidak ada lesi
(b) Auskulta Suara jantung tunggal regular Suara jantung tunggal regular
si
Tidak ada nyeri tekan pada
Tidak ada nyeri tekan pada dada, tidak ada benjolan
(c) Palpasi
dada, tidak ada benjolan
Dullnes
Dullnes
(d) Perkusi
6. Sistem
Pencernaan
(a) Inpeksi Bentuk simetris, tidak ada jejas, Bentuk simetris, tidak ada
tidak ada lesi, kebersihan anus jejas, tidak ada lesi,
cukup dan tidak ada kemerahan. kebersihan anus cukup dan
tidak ada kemerahan.
Timpani
(d) Perkusi
7. Sistem
Pengindraan Telinga cukup bersih, tidak ada Telinga cukup bersih, tidak
serumen, tidak ada lesi, ada serumen, tidak ada lesi,
(a) Inspeksi
pendengaran baik pendengaran baik
76
No Jenis Hasil
Pemeriksaan Anak N Anak K
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada Tidak ada nyeri tekan, tidak
(b) Palpasi benjolan ada benjolan
8. Sistem Persarafan
9. Sistem integumen Tidak ada luka, lesi, edema, Tidak ada luka, lesi, edema,
warna kulit kemerahan, mata warna kulit kemerahan, mata
cowong, bibir kering akral cowong, bibir kering akral
teraba hangat,CRT <2 detik teraba hangat,CRT <2 detik
S:38,5oC S:38,2oC
10. Sistem Endokrin Tidak ada pembesaran kelenjar Tidak ada pembesaran
tiroid,tidak ada benjolan, tidak kelenjar tiroid, tidak ada
ada nyeri tekan benjolan, tidak ada nyeri
tekan.
11. Sistem
perkemihan BAK 550cc/hari, warna BAK 600cc/hari, warna
kekuningan bau khas urine, kekuningan, bau khas urine,
(a) Inspeksi
posisi uretra normal tidak ada posisi uretra normal tidak ada
kelainan kongenital. kelainan kongenital.
No Jenis Hasil
Pemeriksaan Anak N Anak K
- Monosit 13,1 % (3.40- yaitu :
9.00) - Monosit 14.8 % (3.40-
9.00)
- Basofil 1.16 % (0.0-1.5)
k) Data penunjang
(a) Tabel 4.20 Data Penunjang Laboratorium An. N
Pemeriksaan laboratorium tanggal 6 April 2019
Skor
No Parameter
An. N An. K
Jarang lembab = 4
3 AKTIVITAS 1 1
Tingkat aktivitas fisik
Tergeletak di tempat tidur = 1
Tidak bisa berjalan = 2
Berjalan pada jarak terbatas = 3
Berjalan di sekitar ruangan = 4
4 MOBILITAS 3 3
Kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi
tubuh
Tidak bisa bergerak = 1
Sangat terbatas = 2
Sedikit terbatas = 3
Tidak ada batasan = 4
5 NUTRISI 3 3
Pola asupan makanan
Sangat buruk = 1
Kurang adekuat = 2
Adekuat = 3
Sangat baik = 4
6 FRIKSI 2 2
Masalah = 1
Potensi masalah = 2
Tidak ada masalah = 3
Total skor 14 14
Kategori :
• >18 : tidak beresiko mengalami luka tekan
• 15-18 : beresiko ringan untuk mengalami luka tekan
• 13-14 : beresiko sedang untuk mengalami luka tekan
• 10-12 : beresiko tinggi untuk mengalami luka tekan
• ≤ 9 : beresiko sangat tinggi untuk mengalami luka tekan
m) Resiko Jatuh/Cedera
80
Interpretasi hasil :
An. N dan An. K termasuk kategori resiko tinggi jatuh/cedera karena pasien
A. Analisa Data
TABEL 4.24
ANALISA DATA KEPERAWATAN PADA AN. N dan AN. K
KEJANG DEMAM SEDERHANA DENGAN HIPERTERMI
DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN
DO:
- Pasien tampak terpasang IVFD D5 ¼ NS 6 tpm Pengetahuan Inadekuat
makro untuk pertahana
menghindari n tubuh
pemajanan primer
patogen
Risiko infeksi
Pasien 2
85
DS : Infeksi Ekstrakranium
- Ibu pasien mengatakan badan anaknya teraba panas (OMA,tonsillitis, bronchitis, dll) Hipertermi
- Panas anaknya naik turun dari kemarin.
- Ibu pasien mengatakan anaknya demam sehingga
anaknya menjadi sedikit rewel. Peningkatan suhu tubuh
DO :
- Badan pasien teraba panas
- Wajah pasien tampak kemerahan Suhu meningkat badan panas, gerah,
- Nadi : 108x/menit rasa tidak nyaman
- S : 38,2oC
Hipertermi
Risiko infeksi
Risiko jatuh
87
B. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.25 Diagnosa Keperawatan An. N dan An. K
pasien 1 pasien 2
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi akibat 1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi akibat
penyakit ditandai dengan ibu pasien mengatakan anaknya penyakit ditandai dengan Ibu pasien mengatakan badan
demam, ibu pasien mengatakan badan anaknya panas ibu anaknya teraba panas panas anaknya naik turun dari
pasien mengatakan suhu tubuh anaknya naik turun badan kemarin ibu pasien mengatakan anaknya demam
pasien teraba panas wajah pasien tampak kemerahan dan sehingga anaknya menjadi sedikit rewel, ibu mengatakan
nadi :130x/menit suhu : 38,5OC. badan pasien teraba panas wajah pasien tampak
kemerahan dan nadi : 108x/menit suhu: 38,2oC.
- 2. Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi - 2.Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi
ditandai dengan Ibu pasien mengatakan cemas dan ditandai dengan ibu pasien mengatakan khawatir akan
khawatir dengan kondisi anaknya Ibu pasien mengatakan keadaan anaknya Ibu pasien mengatakan tidak tau
tidak tau bagaimana cara menangani dan mengetahui cara bagaimana cara menangani dan mengetahui cara suhu
suhu tubuh anaknya tinggi ibu pasien tampak bertanya tubuh anaknya tinggi ibu pasien tampak bertanya-tanya
tanya tentang kondisi pasien
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif ditandai 3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
dengan ibu mengatakan anaknya mendapat pemasangan infus ditandai dengan Ibu mengatakan anaknya mendapat
pasien tampak terpasang IVFD D5 ¼ NS 6 tpm makro. pemasangan infus pasien tampak terpasang IVFD D5 ¼ NS
12 tpm makro
4. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran di 4. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran di
tandai dengan ibu pasien mengatakan anaknya rewel pasien tandai dengan Ibu pasien mengatakan anaknya rewel pasien
tampak menggunakan gelang kuning pembatas tempat tidur tampak menggunakan gelang kuning pembatas tempat tidur
tampak tidak terpasang kurang pencahayaan di lingkungan tampak tidak terpasang
tempat tidur, karna lampunya di matikan.
88
C. Perencanaan
Anak N Anak K
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi akibat 1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi akibat
penyakit penyakit
2. Ansietas orang tua berhubungan dengan dampak 2. Ansietas orang tua berhubungan dengan dampak
hospitalisasi anak hospitalisasi anak
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif 3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
4. Risiko jatuh berhubungan dengan faktor usia ≤5 tahun 4. Risiko jatuh berhubungan dengan faktor usia ≤5 tahun
Tabel 4.27
PERENCANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK N & K
DENGAN KEJANG DEMAM SEDERHANA
89
lain)
D. Pelaksanaan
Tabel 4.28
PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA ANAK N DAN K
KEJANG DEMAM SEDERHANA DENGAN HIPERTERMI
DIRUANG ANGGREK BRSU TABANAN
PADA TANGGAL 6-9 APRIL 2019 DAN 15-18 APRIL 2019
w
at
a
n
An. N Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi
3 RR : 22x/menit
8
, Mendelegasikan
5 pemberian obat
O
antipiretik dan
C analgetik
- Paracetamol flas
10cc via injeksi.
- Cefixime 4cc via
injeksi
DS : -
DO : obat antipiretik
dan antibiotic
sudah diberikan
via injeksi dan
tidak ada reaksi
alergi.
101
n sudah diberikan
ja via injeksi dan
d tidak ada reaksi
i alergi.
s
e
d
i
k
it
r
e
w
el
,
i
b
u
m
e
n
g
at
a
k
a
n
b
a
d
a
n
p
108
a
si
e
n
te
r
a
b
a
p
a
n
a
s
w
aj
a
h
p
a
si
e
n
ta
m
p
a
k
k
e
m
e
r
109
a
h
a
n
S
:
3
8
,
2
o
C
,
E. Evaluasi Keperawatan
TABEL 4.29
B. Pembahasan
Pembahasan merupakan proses analisa antara teori dan implikasi
keperawatan secara nyata. Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara
teori dengan praktek nyata dalam asuhan keperawatan pasien 1 (An. N) dan pasien 2
dengan kebutuhan individu (klien). Oleh karena itu pengkajian yang benar, akurat,
lengkap, dan sesuai kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis
individu, sebagaimana yang telah di tentukan dalam standar praktik keperawatan dari
memiliki keluhan berupa demam, mual muntah, lemas, kulit kemerahan, mukosa
bibir kering, keluar saliva berlebih, gelisah, rewel, badan panas. Dari hasil pengkajian
di dapatkan data yang sama pada Anak N yang berusia 13 bulan dan pada Anak K
berusia 22 bulan. Berdasarkan teori dari Ridha (2014) mengatakan bahwa pasien
yang mengalami kejang demam berusia di bawah 5 tahun dan cenderung perempuan
lebih banyak mengalami kejang demam dibandingkan laki laki. Pada Anak N dan
anak K memiliki keluhan yang sama, pada Anak N yaitu badan teraba panas, panas
naik turun, wajah tampak kemerahan, suhu 38,50C, rewel dan pasien mengalami
pilek. Adapun data yang tidak ditemukan pada An. N dan An. K berdasarkan teori
112
diatas adalah mual muntah, lemas, mukosa bibir kering, keluar saliva berlebih,
gelisah, penurunan berat badan, adanya kesulitan dalam bernapas. Hal ini tidak terjadi
dikarenakan tidak ada tanda-tanda tersebut yang muncul pada pasien. Penyebab
kejang demam pada Anak N dan Anak K adalah ISPA. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Gourabi yang membuktikan dari 214 pasien anak yang
mengalami kejang demam 72,9% penyakit primernya adalah ISPA bagian atas,
sedangkan ISPA bagian bawah 1,4%. Pada teori penyebab terjadinya kejang adalah
diakibatkan karena infeksi diluar susunan saraf pusat seperti tonsillitis, OMA (Otitis
Media Akut), bronkiolitis, ISPA (Inpeksi Saluran Akut), dll. Penyebab terbanyak
adalah bakteri yang bersifat toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang
pada Anak N dan Anak K sama sama terjadi pada kenaikan suhu 39 oC, hal ini sesuai
dengan teori yang dikatakan oleh Ridha (2014) yaitu kejang demam terjadi pada
kenaikan suhu diatas 38oC. An. N dan An. K memiliki manifestasi klinis kejang
demam yang sesuai dengan teori yaitu pasien kejang dengan kekakuan pada seluruh
tubuh, dan anak lemas serta sadar setelah kejang (Ridha,2014). Berdasarkan teori
kejang demam An. N dan An. K dapat dikategorikan sebagai kejang demam
sederhana, karena kedua pasien mengalami kejang selama ±5 menit dan tidak
pembuluh darah sehingga aliran darah tidak lancar dan peredaran O2 juga terganggu.
113
Otak akan mengalami kekurangan O2, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan sel otak
dan dapat terjadinya kelumpuhan atau terjadinya retardasi mental. Anak kejang
demam sederhana juga berisiko mengalami depresi pusat pernafasan. Hal ini dapat
terjadi karena efek pemberian obat anti konvulsan secara IV yang terlalu cepat.
Komplikasi ini tidak ditemukan pada kedua pasien, karena kedua pasien sudah
mendapat tindakan yang tepat dari rumah sakit. Kejang pada kedua pasien hanya
dan aliran darah yang tidak lancar menuju ke otak tidak terjadi sehingga tidak
hambatan karena dari pihak keluarga pasien sangat kooperatif sehingga pengambilan
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu dan atau
proses infeksi akibat penyakit. Beberapa diagnosa keperawatan pada tinjauan teori
yang tidak muncul pada An. N dan An. K seperti diagnosa keperawatan :
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas diagnosa ini tidak muncul dikarenakan pasien
tidak mengalami kesulitan dalam bernafas atau stridor, pernafasn pasien dalam batas
normal yaitu 22x/menit. Kekurangan volume cairan tidak muncul dikarenakan pasien
114
tidak mengalami haus yang berlebih, pasien tidak mengalami mual muntah, dan
intake minum pasien baik dan pasien sudah mendapat terapi cairan berupa infus.
makanan pasien baik, jika dilihat dari status gizi anak tidak mengalami penurunan
berat badan, sebelum sakit 9 kg dan saat sakit 9 kg. Risiko keterlambatan
perkembangan pasien sesuai dengan anak seusianya, terlihat dari pasien sudah bisa
berdiri, berjalan berpegangan pada kursi atau tembok, berbicara seperti anak
seusianya. Risiko gangguan perfusi jaringan tidak muncul dikarenakan pasien tidak
kekurangan oksigen, kulit pasien tampak merah muda, dan akral teraba hangat.
Risiko cidera tidak muncul dikarenakan saat pengkajian pasien tidak mengalami
3. Perencanaan
paling mengancam jiwa pasien. Masalah yang diprioritaskan pada An. N dan An. K
ditangani akan menyebabkan masalah risiko kejang berulang. Pada An. N dan An. K
ditemukan data yang sesuai dengan teori Heather, 2015 yaitu tanda tanda hipertermi
seperti suhu 38,5oC dan 38,2oC, Nadi : 130x/menit, badan teraba panas, wajah tampak
kemerahan, anak tampak rewel. Sedangkan seperti suhu 38,2 oC, Nadi : 108x/menit,
Perencanaan yang dibuat pada An. N dan An. K sudah sesuai dengan teori yang
disebutkan dalam Ridha, 2014 yaitu : Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital
terutama suhu tiap 8 jam, beri kompres hangat pada anak di bagian ketiak dan lipatan
tubuh, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas anak selama anak panas,
longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang menyerap keringat, beri ekstra
cairan (ASI, air, susu, sari buah dan lain-lain), beri HE kepada keluarga mengenai
cara yang dapat dilakukan jika suhu tubuh anak mengalami peningkatan, delegatif
pemberian therapi obat pada An. N dan An. K. Pada An. N diberikan antibiotik
digunakan untuk mengobati ISPA ataupun masalah THT lainnya. Therapi antibiotik
pada An. K yaitu obat Anbacim. Anbacim yang digunakan untuk mengobati ISPA,
ISK ataupun radang lainnya. Therapy antibiotik pada An. N dan An. K sama sama
paracetamol flash dan paracetamol sirup pada An.N dan An. K sama sama berfungsi
4. Pelaksanaan
untuk mencapai tujuan yang lebih spesifik dan untuk membantu klien mencapai
2019 sedangkan pada Anak K dilaksanakan pada tanggal 15 april – 18 april 2019.
keperawatan dan sudah diberikan sesuai dengan SOP. Hal ini dapat terlaksana karena
adanya kerjasama antara penulis dengan perawat ruangan tenaga medis lainnya serta
yang telah berkenan melaksanakan segala anjuran dan saran dari dokter dan perawat.
Pada pelaksanaan keperawatan ini penulis juga menerapkan prinsip atraumatic
care pada pasien. Atraumatic care ini juga mendukung proses penyembuhan pada
anak. Prinsip yang diterapkan dalam atraumatic care ini yaitu menurunkan atau
dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cidera dan nyeri
seperti tetap memberikan anak untuk membawa mainan kesukaan, tetap menjaga
kebersihan lingkungan.
Pada saat An. N dan An. K mengalami peningkatan suhu tubuh, penulis dan
perawat ruangan melakukan tindakan pengukuran suhu tubuh setiap jam. Hal ini tidk
117
sesuai dengan perencanaan diawal. Pengukuran suhu tubuh ekstra dilakukan untuk
yaitu evaluasi yang dilakukan setiap hari melalui catatan perkembangan untuk
mengetahui perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai pasien setiap harinya.
Evaluasi harian yang didapatkan pada An. N dan An. K pada hari pertama yaitu
masalah belum teratasi, dimana anak masih demam pada suhu 37,8oC. Hal ini terjadi
dikarenakan masih berlangsung proses inflamasi didalam pembuluh darah oleh virus
dan bakteri. Pada hari kedua, masalah keperawatan teratasi sebagian karena wajah
pasien tidak kemerahan lagi, suhu tubuh naik turun, yaitu An. N suhu tubuh 37,7 oC
dan An. K 37,8oC. Pada hari ketiga masalah keperawatan teratasi karena suhu tubuh
pasien An. N 37oC. Hal ini terjadi karena pasien sudah diberikan asuhan keperawatan
secara mandiri dan kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik dan antipiretik. Obat
dan An. K tidak ada perbedaan. Evaluasi yang didapatkan suhu tubuh dalam rentang
normal (36,5oC-37,5oC), wajah pasien tidak kemerahan lagi, badan tidak teraba panas,
118
dan pasien tidak rewel lagi. Masalah keperawatan pada An. N dan An. K dapat
teratasi karena semua kriteria hasil pada tujuan keperawatan sudah tercapai. Masalah
keperawatan An. N teratasi tanggal 9 April 2019 dan An. K tanggal 18 April 2019.
124
BAB V
PENUTUP
A Kesimpulan
umum sudah sesuai dengan tahap – tahapan dalam proses keperawatan dan dapat
pada kondisi pasien pada saat pengkajian. Dari pengkajian tersebut didapatkan
data subjektif yang berasal dari keluhan orang tua pasien dan data objektif dari
hasil pemeriksaan dan pengkajian yang dilakukan. Adapun riwayat kesehatan dari
kedua orang tua pasien yaitu sama-sama tidak memiliki riwayat kejang demam
sebelumnya.
yang sama antara dua pasien. Pasien I (An. N) dan pasien II (An. K) sama sama
122
124
Dari empat masalah keperawatan yang muncul pada pasien I (An. N) dan pasien
II (An. K) yang menjadi prioritas utama dari kedua pasien tersebut yaitu
rencana keperawatan yang telah disusun, dimana hal ini merupakan suatu
kerjasama antara penulis, perawat ruangan, tenaga medis lainnya dan juga
konsep teori yang telah ada. Selain itu pasien dan keluarga juga sangat kooperatif
yang dilakukan disini adalah evaluasi harian, dimana masalah kedua pasien pada
hari 1 sama sama belum teratasi, hari ke 2 masalah teratasi sebagian, dan hari ke 3
masalah teratasi. Kriteria hasil dalam tinjauan keperawatan sudah tercapai dan
122
123
B Saran
1 Kepada Responden/Partisipan/Pasien
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada kedua pasien, adapun saran
yang ingin penulis sampaikan kepada kedua orang tua pasien yaitu
demam dan informasi terkait penyakit pasien agar bisa membaca leaflet di
Tabanan.
2 Kepada Penulis Selanjutnya
Penulis selanjutnya dapat menyiapkan referensi buku ataupun jurnal
121
124
122
DAFTAR PUSTAKA
Black, J.M., & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan medikal bedah. manajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan. (Buku 3). Singapura : Elsivier
BRSU Tabanan Kota Tabanan.(2018). Buku register. ruang Anggrek Tabanan: BRSU
Tabanan.
Riyadi S., & Sukarmin (2012). Asuhan keperawatan pada anak. Yogyakarta : Graha
Ilmu
Saputra, R., dkk. (2019) Tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam pada anak
Volume 2 No. 2.
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/keperawatan/article/download/625/428/.
Diperoleh tanggal 28 februari 2019.
INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat penjelasan
secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh Ni Putu Sri Ayu
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela tanpa
paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri, maka saya dapat
............................................. ...........................................................
Peneliti
INFORMED CONSENT
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat penjelasan
secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh Ni Putu Sri Ayu
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela tanpa
paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri, maka saya dapat
............................................. ...........................................................
Peneliti
KEJANG OLEH :
Ni Putu Sri Ayu Ratnawati
16E11596