Anda di halaman 1dari 145

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK


KEJANG DEMAM SEDERHANA DENGAN HIPERTERMI
DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN

NI PUTU SRI AYU RATNAWATI


16E11596

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BALI


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
DENPASAR
2019
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

KEJANG DEMAM SEDERHANA DENGAN HIPERTERMI

DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN

Diajukan sebagai salah satu syarat

Mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep)

Pada Program Studi Diploma III Keperawatan STIKES BALI

NI PUTU SRI AYU RATNAWATI

16E11596

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) BALI

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

DENPASAR

2019
MOTTO

“Bukan ujian KTI besok yang kau takutkan, tapi ujian hidup yang akan kau lalui

setelah kau meningkalkan bangku kuliah”

“Ujian KTI bukanlah rintangan, melainkan sebuah gerbang yang harus kita lalui

setelah 3 tahun menempuh perjalanan yang sangat panjang”

“Jika diibaratkan ujian KTI besok hanyalah sebuah anak tangga yang harus kau

lewati sebelum menempuh ribuan anak tangga lainnya yang menanti di masa

depan”

“Dan terakhir tahu gak bedanya kamu sama ujian KTI? Sama-sama perlu

diperjuangkan karena menyangkut masa depanku”

iv
iv
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KEJANG DEMAM SEDERHANA
DENGAN HIPERTERMI DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN.

Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,


pengarahan sehingga studi kasus ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.Oleh
karena itu penulis sangat ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
membantu menyelesaikan laporan kasus ini antara lain kepada :

1. Bapak Dr. I Nyoman Susila, M.Kes. selaku Direktur Utama BRSU Tabanan
yang telah bersedia memberikan ijin menggunakan Ruang Anggrek sebagai
lahan untuk melaksanakan praktik dan sebagai tempat pengambilan kasus
dalam pembuatan studi kasus ini.
2. Bapak I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp.,M.Ng., Ph.D selaku Ketua STIKES
Bali beserta staf yang telah memberikan izin dan petunjuk kepada penulis
dalam menyelesaikan laporan studi kasus.
3. Bapak Ns. I Gede Satria Astawa, S.Kep.,M.Kes. selaku Kepala Program Studi
DIII Keperawatan STIKES Bali yang telah memberikan arahan dan motivasi
bagi penulis untuk menyelesaikan laporan studi kasus ini.
4. Bapak Ns. I Wayan Sudiarta, S.Kep. selaku pembimbing ruangan yang telah
membantu dan membimbing penulis dalam penyusunan laporan studi kasus.
5. Bapak Ns. Made Rismawan, S.Kep., MNS. Selaku penguji utama yang telah
memberikan arahan dan masukan maupun saran yang diberikan kepada
penulis, serta pernyataan pengesahan yang diberikan kepada penulis.
6. Ibu Ni Made Sri Rahyanti,Ns.,Sp.Kep.An. selaku pembimbing yang telah
banyak memberikan masukan, arahan, dan motivasi dalam pembuatan laporan
studi kasus ini.

vi
7. Seluruh teman-teman Diploma III Keperawatan tingkat III, sahabat tercinta
beserta semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral, material,
motivasi, serta spiritual dalam penyusunan laporan studi kasus.
8. Keluarga di rumah Bapak, Ibu, Kakak, Adik yang telah memberikan
dukungan baik moral, material, spiritual, dan motivasi dalam penyusunan
proposal studi kasus ini.

Penulis menyadari bahwa laporan studi kasus ini jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kritik dan saran yang bersifat konstruktif perlu diharapkan oleh penulis
demi kesempurnaan laporan studi kasus ini. Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih

Om Santhi Santhi Santhi Om

Denpasar, 20 Mei 2019

Penulis

vi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
KEJANG DEMAM SEDERHANA DENGAN HIPERTERMI
DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN
DISUSUN OLEH :
Ni Putu Sri Ayu Ratnawati
ABSTRAK
Latar Belakang : kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu 38oC yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium, biasanya
terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun (Ridha, 2014). World Health Organization (WHO)
memperkirakan terdapat lebih dari 21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari
216 ribu diantaranya meninggal. Sedangkan di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan
– 13 tahun yang mengalami kejang demam diperkirakan sekitar 77% (WHO, 2005
dalam Roni, 2019). Jumlah pasien anak kejang demam sederhana di ruang Anggrek
BRSU Tabanan sebanyak 34 kasus pada 3 bulan terakhir dari bulan November 2018
sampai Januari 2019.
Tujuan : untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada dua anak dengan
kejang demam sederhana dengan hipertermi di ruang Anggrek BRSI Tabanan.
Hasil : Asuhan keperawatan pada pasien Anak N dan Anak K yang mengalami kejang
demam sederhana muncul diagnosa keperawatan utama yang sama yaitu hipertermi.
Rencana keperawatan yang diberikan adalah memberikan kompres hangat,
menganjurkan dan memberikan ekstraks cairan (ASI, air, susu, buahbuahan dll) dan
memberikan obat antipiretik. Semua masalah keperawatan dapat teratasi pada hari ke
3.
Kesimpulan : kasus pada An. N dan An. K yaitu dengan kejang demam sederhana
dengan hipertermi secara keseluruhan terdapat kesamaan baik dari pengkajian sampai
evaluasi.
Kata Kunci : Asuhan Keperawatan Kejang Demam Sederhana Hipertermi
NURSING CARE IN CHILDREN
SIMPLE FEVER WITH HIPERTERMY CHEAP
IN THE BRSU TABANAN ANGGREK ROOM
ARRANGED BY :
Ni Putu Sri Ayu Ratnawati
ABSTRACT

Background: Febrile seizures are seizures that occur at a temperature rise of 38ºC
caused by an extracranial process, usually occurring at the age of 3 months-5 years
(Ridha, 2014). The World Health Organization (WHO) estimates that there are more
than 21.65 million sufferers of febrile seizures and more than 216 thousand of them
die. Whereas in Kuwait, of 400 children aged 1 month - 13 years who experience
febrile seizures, it is estimated to be around 77% (WHO, 2005 in Roni, 2019). The
number of patients with simple febrile seizures in the Anggrek Tabanan BRSU room
is 34 cases in the last 3 months from November 2018 to January 2019.
Objective: to find out about nursing care in two children with simple febrile seizures
with hyperthermia in the BRSU Tabanan Anggrek room.
Results: Nursing care in Pediatric N patients and K Children who experienced a
simple febrile seizure showed the same primary nursing diagnosis, namely
hyperthermia. The nursing plan given is giving warm compresses, recommending and
giving fluid extracts (breast milk, water, milk, fruits etc.) and giving antipyretic
drugs. All nursing problems can be resolved on the 3rd day.
Conclusion: case in An. N and An. K, with simple febrile seizures with overall
hypertermia, has similarities both from assessment to evaluation.
Keywords: Hypertermy Simple Fever Nursing Care
DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DEPAN...................................................................................i

SAMPUL DALAM.................................................................................ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................iii

MOTTO...................................................................................................iv

LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................v

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................vi

KATA PENGANTAR............................................................................. vii

ABSTRAK..............................................................................................viii

DAFTAR ISI.......................................................................................... ix

DAFTAR TABEL................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xi

DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN......................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 4
C. Tujuan Studi Kasus...................................................................... 4
D. Manfaat Studi Kasus.................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 7

A. Tinjauan Pustaka.......................................................................... 7
1. Anatomi Fisiologi persarafan................................................. 7

ix
2. Konsep dasar kejang demam sederhana................................ 12
a. Definisi........................................ 12
b. Klasifikasi.................................... 13
c. Fatofisiologi.................................
1) Etiologi....................................................................... 13
2) Proses terjadi.............................................................. 14
3) Manifestasi Klinis...................................................... 17
d. Pemeriksaan diagnostik............... 19
e. Penatalaksanaan........................... 20
3. Konsep dasar asuhan keperawatan kejang demam sederhana. 22
a. Pengkajian......................................................................... 22
b. Diagnosa............................................................................ 25
c. Perencanaan....................................................................... 30
d. Pelaksanaan....................................................................... 44
e. Evaluasi............................................................................. 44
4. Konsep pemenuhan kebutuhan termoregulasi pada pasien
kejang demam sederhana........................................................ 46
a. Pengertian 46
b. Gangguan
pemenuhan kebutuhan termoregulasi .............47
c. Pengaturan
pemenuhan kebutuhan termoregulasi .............47
d. Edukasi
pemenuhan kebutuhan termoregulasi .............48

WOC ........................................................................................... 49

BAB III METODE STUDI KASUS........................................................... 51

A. Rencana Studi Kasus................................................................. 51


B. Subjek Studi Kasus.................................................................... 51

C. Fokus Studi................................................................................ 51

D. Definisi Operasional................................................................... 51

E. Tempat dan Waktu..................................................................... 52

F. Pengumpulan Data...................................................................... 52

G. Penyajian Data........................................................................... 53
H. Etika Studi Kasus...................................................................... 55

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN..........................39

A. Hasil studi kasus........................................................................58

1. Gambaran lokasi pengambilan data..........58

2. Data asuhan keperawatan.........................59

a. Pengkajian................................................................... 59
b. Diagnosa..................................................................... 86
c. Perencanaan................................................................ 87
d. Pelaksanaan................................................................. 92
e. Evaluasi……………………………………………...108
B. PEMBAHASAN……………………………………………….111

a. Pengkajian Keperawata...................................................111
b. Diagnosa Keperawatan...................................................115
c. Perencanaan Keperawatan..............................................117
d. Pelaksanaan Keperawata……………………………….118
e. Evaluasi Keperawatan………………………………….119
BAB V PENUTUP……………………………………………………….121

a.
Kesimpulan .................................................................121

b.
Saran............................................................................122

LAMPIRAN .........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Identitas An. N dan An. K................................................................. 59

Tabel 4.2 Identitas orang tua An. N dan An. K................................................. 60

Tabel 4.3 Identitas Saudar Kandung An. N dan An. K..................................... 60

Tabel 4.4 Riwayat Penyakit An. N dan An. K.................................................. 61

Tabel 4.5 Riwayat Kesehatan Sebelumnya An. N dan An. K........................... 62

Tabel 4.6 Riwayat Penyakit Keluarga Dan Keturunan An. N dan An. K......... 63

Tabel 4.7 Genogram An. N............................................................................... 64

Tabel 4.8 Genogram An. K............................................................................... 65

Tabel 4.9 Riwayat Imunisasi An. N dan An. K................................................. 66

Tabel 4.10 Riwayat Pertumbuhan An. N dan An. K......................................... 66

Tabel 4.11 Riwayat Perkembangan An. N dan An. K....................................... 67

Tabel 4.12 Pemberian Air Susu Ibu (ASI) An. N dan An. K............................ 67

Tabel 4.13 Pemberian Susu Formula An. N dan An. K.................................... 68

Tabel 4.14Pola Perubahan Nutrisi An. N dan An. K......................................... 68

Tabel 4.15 Riwayat Psikososial An. N dan An. K............................................ 69

Tabel 4.16 Riwayat Spiritual An. N dan An. K................................................. 69

Tabel 4.17 Reaksi hospitalisasi An. N dan An. K............................................. 70

Tabel 4.18 Pemenuhan Kebutuhan aktivitas sehari-hari An. N dan An. K....... 70

Tabel 4.19 pemeriksaan fisik An. N dan An. K................................................ 74

x
Tabel 4.20 Data Penunjang Laboratotium An. N.............................................. 77

Tabel 4.21 Data Penunjang Laboratotium An. K.............................................. 78

Tabel 4.22 Skor Braden An. N dan An. K......................................................... 79

Tabel 4.23 Skrining resiko jatuh/ cedera An. N dan An. K............................... 80

Tabel 4.24 Analisa Data Keperawatan An. N dan An. K.................................. 82

Tabel 4.25 Diagnosa Keperawatan An. N dan An. K....................................... 86

Tabel 4.26 Prioritas Masalah Keperawatan An. N dan An. K.......................... 87

Tabel 4.27 Rencana Keperawatan An. N dan An. K......................................... 88

Tabel 4.28 Pelaksanaan Keperawatan An. N dan An. K................................... 92

Tabel 4.29 Evaluasi Keperawatan An. N dan An. K......................................... 108

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar Anatomi Otak………………………………………………………6

WOC.................................................................................................................44

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Bukti Proses Bimbingan

Lampiran 2 : Inform Consent

Lampiran 3 : POA ( Planning Of Action)

xiii
DAFTAR SINGKATAN
WHO = World Health Organization
O2 = Oksigen
ADHN = Anti Diuretik Hormon
K+ = Kalium
CI = Klorida
Na+ = Natrium
CO2 = Karbon Dioksida
EEG = Elektroensofalografi
MRI = Magnetic Resonance Imaging
BB = Berat Badan
TB/PB = Tinggi Badan/Panjang Badan
LL = Lingkar lengan
LK = Lingkar Kepala
LD = Lingkar Dada
LP = lingkar Perut
BAK = Buang Air Kecil
BAB = Buang Air besar
GCS = Glasgow Coma Scale
WOD = Wawancara Observasi Dokumentasi
IGD = Instalansi Gawat Darurat
IVFD = Intravenous Fluid Drip
MPASI = Makanan Pendamping Air Susu Ibu
ASI = Air Susu Ibu
MONO = Monocytes
NEU = Neutrophils

xii
LYM = Lymphocytes
EOS = Eosinofil
BASO = Basofil
MCV = Mean Corpuscular Volume
MCH = Mean Corpuscular Hemoglobin
MCHC = Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration
RDW = Red Cell Width
MPV = Mean Platelet Volume
Mg = Mili Gram

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hampir semua orang pernah mengalami demam, ada yang hanya

demam ringan dan ada yang tinggi. Demam merupakan keadaan yang sering

ditemui dalam kehidupan sehari-hari terutama pada anak yang tubuhnya

masih rentan terhadap penyakit. Demam ditandai dengan meningkatnya suhu

di atas ambang normal. Peningkatan suhu tubuh dapat di golongkan menjadi

dua, yaitu peningkatan suhu yang tergolong normal (bersifat fisiologis) dan

peningkatan suhu yang abnormal (patologis). Peningkatan suhu tubuh dalam

keadaan normal, misalnya peningkatan suhu setelah anak beraktivitas, setelah

mandi air panas, anak menangis, setelah makan, anak yang kurang minum

atau cemas. Peningkatan suhu yang abnormal misalnya akibat penyakit

(Lusia, 2015).

Ada hal-hal yang harus mendapat perhatian khusus sehubungan dengan

demam pada anak di masa tumbuh kembangnya, yaitu anak dengan kejang

demam. Anak yang mengalami kejang demam merupakan masalah penting

untuk diketahui agar mendapat penanganan yang tepat dan tidak ada dampak

negatif untuk pertumbahan dan perkembangan. Kejang demam adalah

bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38oC yang disebabkan oleh

suatu proses ekstrakranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun.

1
2

Sedangkan usia <4 minggu dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk

dalam kategori ini (Ridha, 2014).

World Health Organization (WHO) memperkirakan terdapat lebih dari

21,65 juta penderita kejang demam dan lebih dari 216 ribu diantaranya

meninggal. Di Kuwait dari 400 anak berusia 1 bulan – 13 tahun yang

mengalami kejang demam diperkirakan sekitar 77% (WHO, 2005 dalam Roni,

2019). Di Indonesia kasus kejang demam dilaporkan mencapai 2% sampai 5%

dan sering terjadi pada anak usia di bawah 5 tahun dan 30% diantaranya

mengalami kejang demam berulang (Ngastiyah, 2014). Kasus kejang demam

di daerah Bali belum tercatat dan dilaporkan secara keseluruhan, Berdasarkan

data yang diperoleh dari instalansi rekam medik di ruang Anggrek BRSU

Tabanan dalam 3 bulan terakhir (November 2018 sampai dengan Januari

2019) jumlah pasien anak dengan kasus kejang demam sederhana tercatat

sebesar 34 kasus yang dirawat di ruang Anggrek BRSU Tabanan.

Pada anak yang mempunyai riwayat dengan kejang demam didalam

keluarga akan mengalami peningkatan risiko lebih tinggi. Faktor keturunan

merupakan peranan penting untuk terjadinya kejang demam pada anak sekitar

25-50%. Masalah utama pada pasien kejang demam adalah hipertermi tubuh

(peningkatan suhu tubuh diatas normal) dimana hipertermi ini diakibatkan

oleh infeksi dari ekstrakranial seperti OMA (Otitis Media Akut), bronchitis,

ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Pediatri, 2019 menyebutkan bahwa


3

infeksi saluran pernapasan akut merupakan penyakit yang sering terjadi pada

bayi dan anak. Hal ini sesuai dengan penelitian Gourabi yang membuktikan

bahwa dari 214 pasien anak yang mengalami kejang demam , 72,9% penyakit

primernya adalah ISPA bagian atas, sedangkan ISPA bagian bawah sebesar

1,4%. Komplikasi yang dapat terjadi pada anak kejang demam yaitu luka pada

lidah karena tergigit atau akibat gesekan dengan gigi karena terkena benda

tajam atau keras yang ada di sekitar anak, serta anak dapat terjatuh. Anak

dapat menjadi retardasi mental akibat kerusakan otak yang parah dan dapat

juga berkembang menjadi epilepsi, kelumpuhan, apnea karena kesalahan

dalam pemberian obat dan depresi pusat pernafasan. Oleh karena itu kasus

kejang demam harus mendapat perawatan di tempat pelayanan kesehatan atau

di rumah sakit. Peningkatan suhu tubuh merupakan hal yang harus

diperhatikan pada saat merawat anak kejang demam. Peningkatan suhu tubuh

dapat menyebabkan kejang berulang, kondisi kejang berulang dan dalam

waktu lama dapat menyebabkan otak kekurangan O2 sehingga menjadi

kerusakan yang ireversibel. Kerusakan neuron ini yang dapat berkembang

menjadi fokal epilepsi. Hal tersebut diatas dapat dicegah dengan memberikan

tindakan manajemen hipertermi dalam asuhan keperawatan. Manajemen

hipertermi meliputi pemberian obat penurun panas (antipiretik) seperti

ibuprofen, obat anti kejang sesuai dosis, banyak minum air putih, berikan

kompres hangat dan memakai baju yang tipis dan longgar (Ngastiyah, 2012

dan Riyadi, 2012).


4

Berdasarkan pemaparan diatas perawat memiliki peranan penting

dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak kejang demam dengan

hipertermi baik secara mandiri maupun dengan cara kolaborasi. Perawat harus

juga memiliki strategi dalam perawatan untuk mencegah komplikasi. Oleh

karena itu penulis merasa tertarik menulis kasus yang berjudul “ASUHAN

KEPERAWATAN PADA ANAK KEJANG DEMAM SEDERHANA

DENGAN HIPERTERMI DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN”.

Dengan harapan semoga studi ini dapat memberikan manfaat dan analisa

antara satu pasien dengan pasien lain yang memiliki permasalahan sama

sehingga kualitas perawatan anak kejang demam sederhana di rumah sakit

mengalami peningkatan

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah pada karya

tulis ilmiah ini adalah “Bagaimanakah asuhan keperawatan pada anak kejang

demam sederhana dengan hipertermi di ruang anggrek BRSU Tabanan?”

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum
Memberi asuhan keperawatan pada anak kejang demam sederhana

dengan hipertermi di ruang anggrek BRSU Tabanan.


2. Tujuan Khusus
a. Mampu membandingkan dan menganalisa pengkajian keperawatan

pada 2 anak yang mengalami kejang demam sederhana dengan

hipertermi di Ruang Anggrek BRSU Tabanan.


5

b. Untuk menegakkan dan membandingkan diagnosa keperawatan pada 2

anak yang mengalami kejang demam sederhana dengan hipertermi di

Ruang Anggrek BRSU Tabanan


c. Mampu menyusun dan menganalisa rencana keperawatan pada 2 anak

yang mengalami kejang demam sederhana dengan hipertermi di Ruang

Anggrek BRSU Tabanan


d. Mampu melaksanakan dan menganalisa tindakan keperawatan pada 2

anak yang mengalami kejang demam sederhana dengan hipertermi di

Ruang Anggrek BRSU Tabanan


e. Mampu melaksanakan dan menganalisa evaluasi keperawatan pada 2

anak yang mengalami kejang demam sederhana dengan hipertermi di

Ruang Anggrek BRSU Tabanan.

D. Manfaat Studi Kasus


1. Manfaat bagi masyarakat
Mampu digunakan untuk masyarakat luas dalam penanganan kasus

kejang demam pada anak dan dapat meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang kejang demam.


2. Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

keperawatan
Dapat digunakan sebagai panduan, gambaran, dan masukan untuk studi

kasus selanjutnya, sehingga kekurangan dari peneliti sebelumnya tentang

asuhan keperawatan pada anak dengan kejang demam sederhana dapat


6

diperbaiki atau lebih disempurnakan sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.


3. Manfaat bagi penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan ilmu keperawatan,

khususnya keperawatan anak dan dapat meningkatkan kemampuan dalam

pembuatan asuhan keperawatan pada anak dengan kasus kejang demam

sederhana dengan hipertermi


7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Tinjauan Pustaka
1 Anatomi fisiologi sistem persarafan

ambar 1 : Anatomi Otak

a. Otak besar ( Cerebrum )


Cerebrum merupakan bagian otak yang membedakan manusia

dengan binatang. Cerebrum membuat manusia memiliki

kemampuan berfikir, analisa, logika, bahasa, perasaan, kesadaran,

perencanaan, memori dan kemampuan visual. Kecerdasan

intelektual atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian ini. Otak

besar/Cerebrum terbagi menjadi empat bagian yang disebut lobus.

7
8

Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian lekukan yang

menyerupai parit disebut sulcus.


1) Lobus Frontal
Merupakan bagian lobus yang ada di paling depan dari otak

besar. Lobus ini berhubungan dengan kemampuan membuat

alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, penyelesaian


masalah, memberi penilaian, kreativitas, kontrol perasaan,

kontrol perilaku seksual dan kemampuan bahasa secara umum.


2) Lobus Parietal
Berada di tengah, berhubungan dengan proses sensor perasaan

seperti tekanan, sentuhan dan rasa sakit


3) Lobus Temporal
Berada di bagian bawah berhubungan dengan kemampuan

pendengaran, pemaknaan informasi dan bahasa bicara atau

komunikasi dalam bentuk suara.


4) Lobus Occipital
Bagian paling belakang, berhubungan dengan rangsangan

visual yang memungkinkan manusia mampu melakukan

interpretasi terhada pobjek yang ditangkap oleh retina mata.

b. Otak Kecil (Cerebellum) atau Cerebellum


Terletak di bagian belakang kepala, dekat dengan ujung leher

bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak fungsi otomatis otak,

diantaranya:
1) Mengatur sikap atau posisi tubuh
2) Mengontrol keseimbangan
3) Koordinasi otot dan gerakan tubuh otak kecil juga menyimpan

dan melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang


9

dipelajari seperti gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan

saat menulis, gerakan mengunci pintu dan sebagainya. Jika

terjadi cedera pada otak kecil, dapat mengakibatkan gangguan

pada sikap dan koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak

terkoordinasi.
c. Batang otak ( Brainstem )
Mengatur fungsi vital manusia meliputi pusat pernafasan, denyut

jantung, mengatur suhu tubuh, mengatur proses pencernaan, dan

merupakan sumber insting dasar manusia yaitu fight or flight

( menghadapi atau menghindar ) saat datangnya ancaman. Batang

Otak terdiri dari 2 bagian, yaitu:


1) Mesencephallon
Disebut Otak Tengah (Mid Brain) adalah bagian teratas dari

batang otak yang menghubungkan otak besar dan otak kecil

Berfungsi dalam hal mengontrol respon penglihatan, gerakan

mata, pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh dan

pendengaran.
2) Diencephallon
Merupakan bagian otak yang terletak dibagian atas dari batang

otak dan di depan mesencephalon. Terdiri dari:


a) Thalamus
Yang terletak diantara korteks otak besar dan otak tengah

yang berfungsi untuk menyampaikan impuls/sinyal motorik

menuju korteks otak besar dan medulla spinalis.


b) Hipotalamus
Adalah bagian otak yang terdiri dari sejumlah nucleus

dengan berbagai fungsi yang sangat peka terhadap steroid,


10

glukokortikoid, glukosa dan suhu. Hipotalamus merupakan

pusat kontrol autonom. Salah satu fungsi yang penting

adalah karena terhubung dengan sistem saraf dan kelenjar

hipofisis yang merupakan salah satu homeostasis sistem

endokrin yaitu fungsi neuron endokrin yang berpengaruh

terhadap sistem saraf otonom sehingga dapat menjaga

homeostasis tekanan darah, denyut jantung, suhu tubuh,

perilaku konsumsi dan emosi. Hipotalamus merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari system limfatik, dan

merupakan konektor sinyal dari berbagai bagian otak

menuju kortek sotak besar. Akson dari berbagai system

indera berakhir pada hipotalamus (kecuali sistem olfaction)

sebelum informasi tersebut diteruskan menuju korteks otak

besar. Hipotalamus berfungsi juga mengirim sinyal menuju

kelenjar adrenal yaitu epinephrine dan norepinephrine yang

mensekresikan Anti diuretic hormon (ADH), oksitosin, dan

regulatori hormon.
c) Medulla Oblongata
Adalah titik awal syaraf tulang belakang dari sebelah kiri

badan menuju bagian kanan badan, begitu juga sebaliknya.

Berfungsi untuk menghantarkan impuls dari medulla

spinalis menuju otak. Medulla oblongata mempengaruhi

reflek fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume


11

dan kecepatan respirasi, fungsi pencernaan. Selain itu juga

mengatur gerak reflex lain seperti bersin, batuk, dan

berkedip.
d) Pons
Kata pons berasal dari bahasa latin yang berarti jembatan.

Adalah bagian otak yang berupa serabut saraf yang

menghubungkan dua belahan otak kecil (kiri dan kanan).

Pons juga menghubungkan korteks otak dan medula. Pons

disebut juga Pons Varoli / JembatanVarol sebagai bagian dari

batang otak, pons juga mempengaruhi beberapa fungsi

otomatis organ vital tubuh salah satunya mengatur intensitas

dan frekuensi pernapasan.


2 Kasus ( Kejang Demam )
a Definisi
Kejang demam (kejang tonik klonik demam) adalah bangkitan

kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu mencapai

>38oC). Kejang demam dapat terjadi karena proses intrakranial

maupun ekstrakranial. Kejang demam terjadi pada 2-4% populasi

anak berumur 6 bulan s/d 5 tahun, paling sering pada anak usia 17-23

bulan (Nurarif dan kusuma, 2015).


Menurut Ridha (2014) Kejang yang terjadi pada suhu badan yang

tinggi. Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada

kenaikan suhu 38oC. yang disebabkan oleh suatu proses

ekstrakranium, biasanya terjadi pada usia 3 bulan-5 tahun. Sedangkan


12

usia <4 minggu dan pernah kejang tanpa demam tidak termasuk

dalam kategori ini


Menurut Lestari (2016) Kejang demam atau febrile convulsion

ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu

rektal diatas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.


Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kejang demam

merupakan kelainan neurologis yang terjadi pada kenaikan suhu 38oC

yang disebabkan oleh suatu proses ekstakranium yang dapat

menyerang anak usia kurang dari 5 tahun.


b Klasifikasi
Klasifikasi menurut Nurarif dan Kusuma (2015) ada 2 golongan

kejang demam yaitu :


1) Kejang demam sederhana
a) Kejang berlangsung singkat.
b) Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu kurang

dari 10 menit.
c) Tidak berulang dalam waktu 24 jam.
2) Kejang demam kompleks
a) Kejang berlangsung lama lebih dari 15 menit.
b) Kejang fokal atau parsial pada satu sisi atau kejang umum

didahului kejang parsial.


c) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.
c Patofisiologi (etiologi, proses terjadi, manifestasi klinis)
1) Etiologi
Menurut Nurarif dan Kusuma, (2015) kejang terjadi

akibat pelepasan muatan paroksimal yang berlebihan dari suatu

populasi neuron yang sangat mudah terpicu sehingga

mengganggu fungsi normal otak dan juga dapat terjadi karna

keseimbangan asam basa atau elektrolit yang terganggu. Kejang


13

itu sendiri dapat juga menjadi manifestasi dari suatu penyakit

mendasar yang membahayakan. Kejang demam disebabkan oleh

hipertermi yang muncul secara cepat yang berkaitan dengan

infeksi virus atau bakteri. Umumnya berlangsung singkat dan

mungkin terdapat predisposisi familial. Dan beberapa kejadian

kejang dapat berlanjut melewati masa anak-anak dan mungkin

dapat mengalami kejang non demam pada kehidupan

selanjutnya.
Beberapa faktor risiko berulangnya kejang yaitu :
a) Riwayat kejang dalam keluarga
b) Usia kurang dari 18 bulan
c) Tingginya suhu badan sebelum kejang, makin tinggi suhu

sebelum kejang demam, semakin kecil kemungkinan kejang

demam akan berulang .


d) Lamanya demam sebelum kejang semakin pendek jarak

antara mulainya demam dengan kejang, maka semakin besar

risiko kejang demam berulang.


2) Proses terjadi

Penyebab kejang demam pada anak dapat karena infeksi,

kerusakan jaringan otak dan faktor lain yang dapat menyebabkan

gangguan pada fungsi otak. Keadaan tersebut dapat dijumpai

pada kejang demam, epilepsy, meningitis puruleta, meningitis

tuberkulosa, hidrosefalus, paralisis serebral, hemiplegia, infantile

akut, sfina bifida. Kejang deman atau febrile convulsion ialah


14

bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu

rektal diatas 38oC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.

Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling

sering dijumpai pada anak, terutama pada golongan anak

berumur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang

berumur 5 tahun pernah mengalami kejang demam. Untuk

mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak

diperlukan energi yang di dapat dari metabolisme. Bahan baku

untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glukosa. Sifat

proses adalah oksidasi dengan perantara fungsi paru-paru dan

diteruskan keotak melalui sistem kardiovaskuler. Dari uraian

tersebut dapat diketahui sumber energi otak adalah glukosa yang

melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sel

dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan dalam

yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionic. Dalam keadaan

normal membran neuron dapat dilalui dengan mudah oleh ion

(K+) dan sangat sulit dilalui ion natrium (Na+) dan elektrolit

lainnya, kecuali ion klorida (CI). Akibatnya konsentrasi K+

dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedamgkan

di luar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena

perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel,

maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut


15

potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan

potensial membran ini dapat diubah oleh :

a) Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.


b) Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis,

kimiawi, atau aliran listrik dan sekitarnya.


c) Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena

penyakit atau keturunan.


Pada keadaan demam kenaikan 1oC akan mengakibatkan

kenaikan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan

oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak berumur

3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh

dibandingkan dengan orang dewasa yang mencapai 15%.

Oleh karena itu, kenaikan suhu tubuh dapat mengubah

keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu

yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion

natrium melalui membran tersebut dengan akibatnya

terjadi nya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini

demikian besarnya dapat meluas keseluruh sel maupun ke

membran sel sekitarnya dengan batuan bahan yang disebut

“neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tapi anak

mempunyai ambang kejang seorang anak akan menderita

kejang pada kenaikan suhu 38oC sedang anak dengan

ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi bila suhu


16

mencapai 40oC atau lebih. Kejang demam yang

berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai

apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energy untuk

kontraksi otot seklet yang akhirnya terjadi hipoksemia,

hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme

anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang

tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan

makin meningkatkan aktivitas otot dan mengakibatkan

metabolisme otak meningkat (Ngastiyah, 2012).


3) Manifestasi klinis

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015) gejala umum dari kejang

demam yaitu:

a) Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian

klonik berlangsung 10-15 menit bisa juga lebih.


b) Takikardia : pada bayi frekuensi sering di atas 150-200

permenit.
c) Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang

terjadi sebagian akibat menurunnya curah jantung.


d) Gejala bendungan system vena :
Hepatomegali
Peningkatan tekanan vena jugularis
4) Komplikasi
Kejang menyebabkan kontriksi pembuluh darah

sehingga aliran darah tidak lancar dan peredaran O 2 juga

terganggu. Otak akan mengalami kekurangan O2, hal ini dapat


17

mengakibatkan kerusakan sel otak dan dapat terjadi

kelumpuhan dan sampai terjadi retardasi mental bila

kerusakannya berat. Selain bahaya akibat kejang, resiko

komplikasi akibat pemberian obat antikonvulsan dapat terjadi

di rumah sakit, misalnya pada pasien kejang yang sudah

diberikan fenobarbital kemudian diberikan diazepam, hal ini

dapat berakibat apnea. Pada pemberian diazepam secara

intravena yang terlalu cepat dapat menyebabkan depresi pusat

pernafasan (Ridha, 2012).


Selain itu komplikasi lain yang dapat terjadi pada

pasien kejang demam yaitu dapat terjadinya perlakuan

misalnya lidah tergigit atau akibat gesekan dengan gigi akibat

terkena benda tajam atau keras yang ada di sekitar anak, serta

anak dapat terjatuh. Jika tidak diobati secara benar dapat

menjadi retardasi mental akibat kerusakan otak yang parah,

dapat juga berkembang menjdi epilepsy (Ngastiyah, 2014).


d Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan laboratorium berupa pemeriksaan darah tepi

lengkap, elektrolit dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun

kadang tidak menunjukan kelainan yang berarti.


2) Indikasi lumbal fungsi pada kejang demam adalah untuk

menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis.

Indikasi lumbal fungsi pada pasien dengan kejang demam

meliputi :
18

a) Bayi <12 bulan harus dilakukan lumbal fungsi karena gejala

meningitis sering tidak jelas.


b) Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melakukan

lumbal fungsi kecuali pasti bukan meningitis.


3) Pemeriksaan EEG (Elektroensofalografi) dapat dilakukan pada

kejang demam yang tidak khas.


4) Pemeriksaan foto kepala, CT-scan, dan atau MRI tidak

dianjurkan pada anak tanpa kelainan neurologist karena hampir

semuanya menunjukan gambaran normal. CT scan atau MRI

direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk mencari lesi

organik diotak (Nurarif dan kusuma, 2015).

e Penatalaksanaan Medis
Dalam penanganan kejang demam ada 3 hal yang perlu dilakukan

yaitu :
1) Pengobatan Fase Akut
Pada waktu kejang pasien dimiringkan untuk mencegah

aspirasi ludah atau muntahan, dan buka semua pakaian yang

ketat. Jalan nafas harus bebas agar oksigenisasi terjamin.

Perhatikan keadaan vital seperti kesadaran, tekanan darah,

suhu, pernafasan dan fungsi jantung. Suhu tubuh yang tinggi

diturunkan dengan kompres air dingin atau pemberian

antipiretik. Obat yang paling cepat menghentikan kejang


19

adalah diazepam yang diberikan melalui intravena atau

intrakranial.
2) Mencari dan Mengobati Penyebab
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk

menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada

pasien kejang demam yang pertama. Walaupun demikian

kebanyakan dokter melakukan lumbal fungsi hanya pada

kasus yang dicurigai sebagai meningitis atau kejang demam

berlangsung lama.

3) Pengobatan Profilaksis
Perlu dilakukan tindakan pencegahan untuk kejang

berulang karena dapat menyebabkan kerusakan motorik dan

kerusakan otak menetap.


Ada 2 profilaksis :
a) Profilaksis intermitten
Untuk profilaksis intermiten diberikan diazepam secara

oral dengan dosis 0,3-0,5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3

dosis saat pasien demam. Diazepam juga dapat

diberikan secara intrarektal tiap 8 jam sebanyak 5 mg

(BB < 10 kg) dan 10 mg (BB > 10 kg) setiap pasien

menunjukkan suhu lebih dari 38,5°C.


b) Profilaksis terus menerus
Profilaksis terus menerus berguna untuk mencegah

berulangnya kejang demam berat yang dapat

menyebabkan kerusakan otak tetapi tidak dapat


20

mencegah epilepsi dikemudian hari, profilaksis terus

menerus setiap hari dengan pemberian fenobarbital 4-5

mg/kg BB/hari dibagi dalam 2 dosis. Obat lain yang

dapat digunakan adalah asam valproat dengan dosis 15-

40 mg/kg BB/hari. Antikonvulsan profilaksis terus

menerus diberikan selama 1-2 tahun setelah kejang

berakhir dan di hentikan bertahap selama 1-2 bulan

(Lestari, 2016).
3 Asuhan Keperawatan pasien dengan Kejang Demam dengan

hipertermi
a. Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan

asuhan sesuai dengan kebutuhan individu (klien). Oleh karna itu

pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai kenyataan sangat

penting dalam merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon individu,

sebagaimana yang telah di tentukan dalam standar praktik

keperawatan dari American Nursing Association (Nursalam, 2013).


menurut Heather (2015) adapun data yang dikaji pada pasien

kejang demam berupa data subjektif dan obyektif yaitu :


1) Data subjektif
a) Badan terasa panas
b) Adanya mual muntah
c) Tidak nafsu makan
d) Merasa tidak nyaman dan gerah
e) Merasa lemas
f) Merasa haus
g) Adanya ke khawatiran orang tua
21

2) Data objektif
a) Suhu meningkat
b) Kulit kemerahan
c) Hipotensi
d) Akral teraba hangat
e) Mukosa bibir kering
f) Penurunan kesadaran
g) Tingkah laku gelisah
h) Perubahan tonus otot
i) Keluar saliva berlebihan
j) Tampak cemas dan bingung
Menurut Doengoes (2012) Pengumpulan data pengkajian pada pasien

kejang demam antara lain:


1) Aktivitas/istirahat
Gejala: keletihan, kelemahan umum
Tanda : perubahan tonus/kekuatan otot
2) Sirkulasi
Gejala: hipertensi, peningkatan nadi, sianosis, tanda vital normal

atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan


3) Integritas ego
Gejala: stressor eksternal/internal yang berhubungan dengan

keadaan dan penanganan


Tanda : pelebaran tentang respons emosional
4) Eliminasi
Gejala: inkontinensia
Tanda: peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus sfingter
5) Makanan / cairan
Gejala: sensitivitas terhadap makan, mual/muntah yang

berhubungan dengan aktivitas kejang


Tanda: kerusakan jaringan lunak/gigi (cedera selama kejang)
6) Neuro sensori
Gejala: riwayat sakit kepala, aktivitas kejang berulang, pingsan,

pusing. Riwayat trauma kepala, dan infeksi serebral


Tanda: adanya perubahan reaksi emosi, pasien umumnya tetap

sadar dengan reaksi seperti bermimpi, melamun, berjalan-jalan,


22

peka rangsang, halusinasi, takut, dapat menunjukkan gejala

motoric involunter (seperti merasa-rasakan bibir)


7) Nyeri/kenyamanan
Gejala: sakit kepala, nyeri otot/punggung
Tanda: sikap/tingkah laku yang berhati-hati, perubahan pada

tonus otot, tingkah laku distraksi/gelisah


8) Pernafasan
Gejala: gigi mengatup, sianosis, pernafasan menurun atau cepat,

peningkatan sekresi mucus, apnea

9) Keamanan
Gejala: riwayat terjatuh/trauma, fraktur
Tanda: trauma pada jaringan lunak atau kebiruan, penurunan

kekuatan otot secara menyeluruh


10) Interaksi sosial
Gejala: masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga

atau lingkungan sosialnya, penghindaran terhadap kontak social


11) Penyuluhan/pembelajaran
Gejala: adanya riwayat epilepsi pada keluarga, penggunaan atau

ketergantungan obat
b. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan

pola) dari individu dan atau kelompok dimana perawat secara

akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi

secara pasti untuk menjaga dapat status kesehatan, menurunkan,

membatasi, mencegah, dan mengubah (Nursalam, 2013).


23

Menurut Heather (2015) dari pengkajian yang dilakukan maka

didapatkan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien kejang

demam seperti :

1) Hipertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu

sekunder akibat proses inflamasi


Problem : Hipertermi
Etiologi : Kerusakan kontrol suhu sekunder akibat proses

inflamasi
Symptom : suhu tubuh diatas normal, lemas, mukosa bibir

kering, kulit tampak kemerahan, badan teraba

hangat.
2) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

spasme jalan nafas.


Problem : Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Etiologi : Spasme jalan nafas.
Symptom : batuk yang tidak efektif, dispnea, gelisah, kesulitan

berbicara, mata terbuka lebar, ortopnea, penurunan

bunyi nafas, perubahan frekuensi nafas, perubahan

pola nafas, sianosis, sputum dalam jumlah yang

berlebihan, ada suara nafas tambahan, tidak ada

batuk.
3) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan

mekanisme regulasi.
Problem : Kekurangan volume cairan

Etiologi : kegagalan mekanisme regulasi.

Symptom : haus, kelemahan, kulit kering, mukosa kering,


24

peningkatan frekuensi nadi, peningkatan

hematokrit, peningkatan suhu tubuh, penurunan

berat badan tiba-tiba, penurunan haluaran urine,

penurunan pengisian vena, penurunan tekanan

darah, penurunan turgor kulit, penurunan turgor

lidah, penurunan volume nadi, penurunan status

mental.
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.


Problem : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
Etiologi : intake yang tidak adekuat
Symptom : berat badan 20% atau lebih dibawah rentan BB

ideal, bising usus hiperaktif, cepat kenyang

setelah makan, diare, gangguan sensasi

rasa,kehilangan rambutberlebihan, kelemahan otot

pengunyah, kelemahan otot menelan, kerapuhan

kapiler, ketidakmampuan memakan makanan,

kram abdomen, kurang minat terhadap makanan,

membran mukosa pucat, sariawan rongga mulut,

tonus otot menurun.

5) Ansietas orang tua berhubungan dengan defisiensi pengetahuan


Problem : Ansietas orang tua
Etiologi : Defisiensi pengetahuan
Symptom : Agitasi, gelisah, gerakan ekstra, insomia, kontak

mata yang bururk, melihat sepintas, tampak


25

waspada, prilaku mengintai.


6) Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

berhubungan dengan penyakit kejang yang berulang.


Problem : Resiko keterlambatan pertumbuhan dan

perkembangan
Etiologi : Penyakit kronis yang berulang
Symptom : gerakan yang asimetris atau tidak seimbang

misalnya antara anggota tubuh bagian kiri dan kanan.

Menetapnya refleks primitive (refleks yang muncul saat bayi)

hingga lebih dari usia 6 bulan, hiper/hipotonia atau gangguan

tonus otot, hiper/hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh,

adanya gerakan yang tidak terkontrol, adanya dominasi satu

tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun, eksplorasi oral

setelah usia 14 bulan.


7) Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan

penurunan oksigen darah.


Problem : Resiko gangguan perfusi jaringan
Etiologi : penurunan oksigen darah
Symptom : Edema, keterlambatan penyembuhan luka perifer,

nyeri ekstremitas, warna kulit pucat, waktu

pengisian kapiler >3 detik, tidak ada nadi perifer,

perubahan tekanan darah di ekstremitas, perubahan

karakteristik kulit.
8) Risiko cedera berhubungan dengan profil darah yang abnormal

dan kurangnya kesadaran tentang bahaya.


Problem : Risiko cedera
Etiologi : profil darah yang abnormal dan kurangnya
26

kesadaran tentang bahaya


Symptom : penurunan kesadaran sesaat lalu bingung saat sadar

karena tidak ingat apa yang terjadi, perubahan

perilaku, mulut berbusa atau ngeces, napas berhenti

sementara, kesemutan, otot kehilangan kontrol.


9) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Problem : risiko infeksi
Etiologi : prosedur invasif
Symptom : kurang pengetahuan untuk menghindari pemajaan

pathogen, prosedur invasif, malnutrisi, penyakit kronis.

10) Risiko jatuh berhubungan dengan


Problem : risiko jatuh
Etiologi : faktor usia anak ≤5 tahun
Symptom : faktor usia anak ≤5 tahun, kurang pengawasan dari orang

tua, tidak ada pagar pada tempat tidur.


c. Perencanaan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah – masalah yang

telah diidentifikasi pada diagnosis keperawatan dan menyimpulkan

rencana dokumentasi (Nursalam, 2013).

1) Prioritas diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang

mengancam kehidupan pasien yaitu :


a) Hipertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu

sekunder akibat proses inflamasi, penyakit, anestesia,

penurunan perpirasi, dehidrasi, pemajanan lingkungan yang


27

panas, pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu

lingkungan, peningkatan laju metabolisme, medikasi trauma


b) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan

dengan spasme jalan nafas.


c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kegagalan mekanisme regulasi.


d) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.


e) Ansietas orang tua berhubungan dengan defisiensi

pengetahuan
f) Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

berhubungan dengan penyakit kronis yang berulang.


g) Resiko kejang berulang berhubungan dengan riwayat

kejang sebelumnya
h) Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan

penurunan oksigen darah.


i) Risiko cedera berhubungan dengan profil darah yang

abnormal dan kurangnya kesadaran tentang bahaya.


j) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive.
k) Risiko jatuh berhubungan dengan faktor risiko anak usia

≤5 tahun.
2) Perencana Asuhan keperawatan
Adapun rencana keperawatan yang dapat disusun untuk pasien

kejang demam (Carpenito 2013, Doengoes, 2012).


a) Hipertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu

sekunder akibat proses inflamasi.


Tujuan : suhu tubuh normal: 36,5 - 37,5°C.
Intervensi :
(1) Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jam.
Rasional : Pemantauan tanda vital yang teratur dapat
28

menentukan perkembangan keperawatan.


(2) Beri ekstra cairan (ASI, air, susu, sari buah dan lain-

lain)

Rasional : Dapat mengganti cairan tubuh yang hilang

karena penguapan oleh karena panas.

(3) Longgarkan pakaian, berikan pakaian yang tipis yang

menyerap keringat.
Rasional : Proses konveksi akan terhalang oleh pakaian

yang ketat dan menyerap keringat.


(4) Beri kompres hangat pada anak di bagian ketiak dan

lipatan tubuh.
Rasional : Perpindahan panas secara konduktif.
(5) Anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas anak

selama anak panas.


Rasional : Aktivitas dapat meningkatkan metabolisme

dan meningkatkan panas


(6) Beri HE kepada keluarga mengenai cara yang dapat

dilakukan jika suhu tubuh anak mengalami peningkatan.


Rasional : HE dapat menambah pengethauan keluarga

tentang cara yang dapat dilakukan apabila suhu tubuh

anak mengalami peningkatan


(7) Kolaborasi/delegatif dalam pemberian antibiotik dan

antipiretik.
Rasional : Antipiretik akan mempengaruhi ambang

panas pada hipotalamus. Antipiretik akan juga

mempengaruhi penurunan neuro transmiter seperti

prostaglandin yang berkontribusi timbulnya nyeri saat


29

demam.
b) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan menelan.


Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi.
Intervensi :
(1) Observasi keadaan umum, observasi masukan makanan

setiap hari
Rasional : Dengan observasi keadaan umum dan

observasi masukan makanan dapat diketahui kondisi

pemenuhan nutrisi sesuai kebutuhan


(2) Kaji nutrisi pasien
Rasional : mengidentifikan definisi, mengidentifikasi

adanya ketidakseimbangan nutrisi dan menduga

kemungkinan intervensi selanjutnya


(3) Timbang BB sesuai indikasi
Rasional : BB merupakan indikator untuk menilai status

nutrisi
(4) Berikan perawatan oral hygiene
Rasional : Oral hygiene yang benar dapat memberi rasa

nyaman pada mulut sehingga dapat meningkatkan nafsu

maka
(5) Anjurkan keluarga memberikan pasien makanan dengan

porsi sedikit tetapi sering dalam keadaan hangat


Rasional : Pemberian makanan sedikit dapat

meningkatkan intake makanan dan pemberian makanan

hangat dapat memberikan kenyamanan saluran cerna

sehingga dapat mencegah terjadinya mual


(6) Beri HE mengenai pentingnya nutrisi bagi tubuh
Rasional : Menambah pengetahuan tentang nutrisi bagi
30

anak
(7) Kolaborasi dalam pemeriksaan hasil laboratorium
Rasional : Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan

untuk mengetahui status kondisi pasien


(8) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk meningkatkan asupan

cairan dalam diet


Rasional : Asupan cairan dapat meningkatkan status

nutrisi pasien
(9) Kolaborasi dalam pemberian obat antiemetic
Rasional : Pemeberian antiemetik dapat mengurangi

rasa mual dan muntah pasien, sehingga dapat

meningkatkan asupan gizi pasien


c) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kegagalan mekanisme regulasi.


Tujuan : Cairan pasien adekuat.
Intervensi :
(1) Awasi tanda-tanda vital.
Rasional : Kekurangan atau perpindahan cairan

menurunkan tekanan darah, mengurangi volume nadi.


(2) Catat perkembangan turgor kulit, hidrasi, membran

mukosa.
Rasional : Kekurangan cairan juga dapat diidentifikasi

dengan penurunan turgor kulit, membran mukosa

kering.
(3) Ukur atau hitung masukan, pengeluaran dan

keseimbangan cairan, catat kehilangan tidak tampak.


Rasional : Memberikan informasi tentang status cairan

umum, kecenderungan keseimbangan cairan negatif

dapat menunjukkan terjadi defisit.


(4) Kolaborasi/delegatif dalam pemberian cairan intravena.
31

Rasional : Salah satu cara untuk memenuhi

keseimbangan cairan dalam tubuh ialah dengan cara

pemberian melalui parenteral.


d) Resiko cedera berhubungan dengan profil darah yang

abnormal dan kurangnya kesadaran tentang bahaya


Tujuan : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan dan

peningkatan/penurunan komponen darah yang kembali

normal.
Intervensi :
(1) Observasi keadaan umum pasien dan tanda-tanda vital

pada pasien setiap 6 jam.


Rasional : Memantau keadaan pasien/ 6 jam.
(2) Berikan pengaman saat tidur.
Rasional : Meminimalkan resiko cedera saat fase

hospitalisasi
(3) Beri Tounge Spatel antara gigi dan lidah saat kejang

terjadi.
Rasional : Menurunkan resiko trauma pada mulut.
(4) Letakkan pasien pada tempat tidur yang lembut.
Rasional : Membantu menurunkan resiko injuri fisik

ekstremitas ketika kontrol otot volunteer berkurang.

(5) Setelah kejang berikan posisi miring bila tidak

memungkinkan angkat dagu keatas dan kedepan dengan

kepala mendongak ke belakang.


Rasional : Mencegah penutut jalan nafas.
(6) etap menemani pasien setiap saat.
Rasional : Meningkatkan keamanan pasien.
(7) Kolaborasi dalam pemeriksaan Laboratorium.
Rasional : Membantu mendeteksi secara dini
32

keadaan abnormal darah dan menegtahui peningkatan

atau penurunan pada komponen darah.


(8) Kolaboratif dalam pemberian antibiotik
Rasional : Antibiotik bekerja pada daerah yang

terinfeksi bakteri agar bakteri dapat dilemahkan.


e) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan

dengan spasme jalan nafas.


Tujuan : Bersihan jalan nafas efektif.
Intervensi :
(1) Lakukan suction.
Rasional : Untuk mengeluarkan cairan atau sekret yang

ada dalam saluran pernafasan.

(2) Setelah kejang berikan pasien posisi miring, bila tidak

memungkinkan angkat dagunya ke atas dan kedepan

dengan kepala mendongak kebelakang.


Rasional : Untuk mencegah bila terjadi aspirasi, isi

lambung tidak menutupi jalan nafas.


(3) Atur tempat tidur dibagian kepala ditinggikan + 45°.
Rasional : Kepala lebih tinggi akan memudahkan pasien

dalam bernafas.
(4) Berikan tongue spatel yang dilapisi gaas steril antara

gigi dan lidah.


Rasional : Untuk mencegah lidah jatuh ke belakang

yang dapat menutupi jalan nafas.


f) Ansietas orang tua berhubungan dengan dampak

hospitalisasi anak
Tujuan : Orang tua tidak cemas, khawatir lagi dan

pengetahuan orang tua pasien bertambah.


Intervensi :
33

(1) Observasi kecemasan dan pengetahuan orang tua pasien


Rasional : Mengetahui tingkat kecemasan dan

pengetahuan orang tua terhadap fase hospitalisasi pada

anaknya.

(2) Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan.


Rasional : agar orang tua mengetahui tindakan yang

akan dilakukan dan mengetahui efek samping yang akan

ditimbulkan setelah pemberian tindakan.


(3) Libatkan orang tua dalam keperawatan anaknya.
Rasional : Agar anak tidak takut/ menangis saat

diberikan tindakan.
(4) Gambarkan proses penyakit, tanda dan gejala,

penyebab, pencegahan dan perawatan pada penyakit

anaknya.
Rasional : menentukan sejauh mana pengetahuan orang

tua terhadap penyakit yang diderita anaknya.


(5) Evaluasi pengetahuan orang tua pasien tentang penyakit

anaknya
Rasional : Penilaian sejauh mana pengetahuan orang tua

pasien terhadap penyakit.


g) Resiko kejang berulang berhubungan dengan riwayat

kejang sebelumnya
Tujuan : kejang berulang tidak terjadi
Intervensi :
(1) Observasi keadaan umum tanda-tanda vital tiap 8 jam

Rasional : pemantauan tanda vital yang teratur dapat

menentukan perkembangan keperawatan


34

(2) Anjurkan dan bantu orang tua memberi kompres hangat

pada pasien apabila suhu tubuh anak mengalami

peningkatan

Rasional : Perpindahan panas secara konduktif

(3) Anjurkan dan bantu orang tua memberi banyak minum

(sesuai kebutuhan cairan menurut kg/BB/hari)

Rasional : dapat mengganti cairan tubuh yang hilang

karena penguapan o/k panas.

(4) Longgarkan pakaian, berikan pakaian yang tipis yang

menyerap keringat

Rasional : proses konveksi akan terhalang oleh pakaian

yang ketat dan menyerap keringat

(5) Beri HE kepada keluarga tentang pentingnya

pemberian obat pada pasien kejang

Rasional : Pemeberian HE dapat mempermudah dalam

pemberian obat kepada pasien


(6) Kolaborasi dalam pemeberian anti konvulsan

Rasional : menurunkan resiko kejang

h) Resiko gangguan perfusi berhubungan dengan

gangguan penurunan oksigen darah


Tujuan : Jaringan perifer (kulit) terlihat merah dan segar,

akral teraba hangat.


Intervensi :
35

(1) Kaji tingkat penghisapan kapiler perifer


Rasional : kapiler kecil mempunyai volume darah yang

relative kecil dan cukup sensitive sebagai tanda

terhadap penurunan oksigen darah.


(2) Pemberian oksigen dan memakai masker atau nasal

kanul dengan dosis rata-rata 3liter/menit.


Rasional : oksigen tabung mempunyai tekanan yang

lebih tinggi dari oksigen lingkungan sehingga mudah

masuk keparu-paru. Pemberian dengan masker karena

mempunyai prosentase sekitar 35% yang dapat masuk

ke saluran pernafasan.
(3) Hindarkan anak dari rangsangan yang berlebih baik

suara, makanik, maupun cuaca


Rasional : Rangsangan akan meningkatkan fase ekstansi

persyarafan yang dapat meningkatkan oksigen jaringan.


(4) Tempatkan pasien pada ruangan dengan sirkulasi udara

yang baik (ventilasi memenuhi ¼ dari ruangan).


Rasional : meningkatkan jumlah udara yang masuk dan

mencegah hipoksemia jaringan.


i) Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan

berhubungan dengan penyakit kronis berulang


Tujuan : anak makin menunjukkan perilaku yang tepat.
Intervensi :
(1) Observasi perkembangan luas pasien
Rasional : mengetahui perkembangan pasien melalui

riwayat penyakitnya.
(2) Anjurkan kunjungan dan hubungan melalui telepon

dengan orang tua, dan teman sebaya


Rasional : agar anak membiasakan diri untuk berbicara
36

(3) Minta masukan dari anak (diet, baju-baju, rutinitas)


Rasional : melatih anak berfikir dan mengemukakan

pendapat.
(4) Kenalkan anak dengan nama dengan staf unit lainnya
Rasional : agar anak tidak merasa ketakutan saat

bertemu dengan orang yang tidak diketahuinya.


j) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
Tujuan : mencegah terjadinya infeksi
Intervensi :
(1) Observasi tanda-tanda vital
Rasional : menetapkan data dasar pasien, terjadi

peradangan dapat diketahui dari penyimpangan

tanda-tanda vital.
(2) Lakukan tehnik aseptik saat melakukan tindakan

invasif dalam pemasangan infus atau hal lainnya.


Rasional : tindakan aseptik merupakan tindakan

preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi.


(3) Berikan HE kepada orang tua untuk menjaga

kebersihan diri pasien.


Rasional : pengetahuan yang cukup dapat mencegah

infeksi terjadi.
(4) Kolaborasi dengan keluarga pasien untuk menjaga

kebersihan.
Rasional : kebersihan yang cukup akan mencegah

bakteri berkembangbiak.
k) Risiko jatuh berhubungan dengan faktor risiko anak di bawah usia ≤5 tahun.
Tujuan : risiko jatuh terkontrol
Intervensi :
(1) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan aman bagi

pasien dengan memberitahukan orang tua pasien


37

untuk tidak memposisikan anak terlalu dipinggir

dengan penyangga bed yang tidak terpasang.


Rasional : mencegah pasien terjatuh
(2) Gunakan gelang kuning sebagai identitas risiko jatuh
Rasional : indikasi adanya risiko jatuh meningkatkan

kewaspadaan petugas kesehatan dan keluarga.


(3) Anjurkan keluarga pasien untuk selalu menemani

pasien.
Rasional : meningkatkan kewaspadaan orangtua

pasien.
(4) KIE kepada keluarga untuk menjauhkan dari benda

berbahaya .
Rasional : pengetahuan yang cukup dapat

mengontrol pergerakan anak dan mencegah anak

terjatuh.
d. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan wujud nyata dari

rencana keperawatan untuk mencapai tujuan yang lebih spesifik dan

untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam,

2013).
e. Evaluasi
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang

menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan

dan pelaksanaannya sudah berhasil tercapai. Melaui evaluasi

memungkinkan perawat untuk memonitor keadaan yang terjadi

selama tahan pengkajian, analisa, perencanaan, pelaksaan tindakan

(Nursalam, 2011).
38

Setelah melaksanakan tindakan keperawatan maka hasil yang

diharapkan adalah sesuai dengan rencana tujuan yaitu :


Berdasarkan permasalahan diatas hal yang dapat dicapai adalah
a. Hipertermi berhubungan dengan kerusakan kontrol suhu

sekunder akibat proses inflamasi, penyakit, anestesia, penurunan

perpirasi, dehidrasi, pemajanan lingkungan yang panas,

pemakaian pakaian yang tidak sesuai dengan suhu lingkungan,

peningkatan laju metabolisme, medikasi trauma


Evaluasi : Suhu tubuh normal: 36,5 - 37,5 °C.
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan

spasme jalan nafas.


Evaluasi : Bersihan jalan nafas efektif.
c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kegagalan

mekanisme regulasi.
Evaluasi : Cairan pasien adekuat.
d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan intake yang tidak adekuat.

Evaluasi : Nutrisi pasien terpenuhi.

e. Keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan dengan penyakit

kronis yang berulang.


Evaluasi : Tidak terjadi gangguan tumbuh kembang
f. Ansietas orang tua berhubungan dengan defisiensi pengetahuan
Evaluasi : Orangtua tidak cemas lagi dan pengetahuan

bertambah.
g. Resiko kejang berulang berhubungan dengan riwayat kejang

sebelumnya
Evaluasi : Kejang berulang tidak terjadi.
h. Resiko gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan
39

penurunan oksigen darah.


Evaluasi : Tidak ada kelainan pada perfusi jaringan
i. Risiko cedera berhubungan dengan profil darah yang abnormal

dan kurangnya kesadaran tentang bahaya.


Evaluasi : Tidak terjadi trauma fisik selama perawatan.
j. Risiko infeksi berhubungan dengn prosedur invasif
Evaluasi : tidak terjadi infeksi
k. Risiko jatuh berhubungan dengan faktor risiko anak usia ≤5

tahun.
Evaluasi : sisiko jatuh dapat dicegah.
4 Pemenuhan termoregulasi pada pasien kejang demam sederhana
a. Pengertian
Termoregulasi adalah suatu perubahan fisiologi tubuh manusia

mengenai suhu tubuh, yang membantu perawat untuk mengkaji

respon klien terhadap gangguan tubuh dan dapat dilakukan tindakan

secara aman (Mubarak, Indrawati, dan Susanto, 2015).


b) Gangguan pemenuhan termoregulasi pada pasien kejang demam

sederhana (Heather, 2018).


1) Postur abnormal
2) Apnea
3) Koma
4) Kulit kemerahan
5) Hipotensi
6) Bayi tidak dapat mempertahankan menyusu
7) Gelisah
8) Letargi
9) Kejang
10) Kulit terasa hangat
11) Stupor
12) Takikardia
13) Takipnea
14) Vasodilatasi
c) Pengaturan pemenuhan termoregulasi
Intervensi yang bisa dilakukan pada pasien dengan pemenuhan

termoregulasi (Riyadi, 2012) yaitu :


1. Pemberian cairan intravena
40

Bertujuan untuk mencukupi kebutuhan dan memudahkan dalam

pemberian terapi intravena. Dalam pemberian cairan intravena

pemantauan intake outputcairan selama 24 jam diperlukan.


Kolaborasi dalam pemberian obat antipiretik
2. Pemberian kompres
Bertujuan untuk membantu menurunkan suhu tubuh dengan

metoda konduksi yaitu perpindahan panas dari derajat yang

tinggi (suhu tubuh) ke benda yang mempunyai derajat lebih

rendah (kain kompres).


d) Edukasi pemenuhan termoregulasi pada pasien kejang demam
Menurut Riyadi (2012) karena penyakit kejang demam sulit

diketahui kapan munculnya maka orang tua atau pengasuh anak perlu

diberi bekal untuk memberikan tindakan awal pada anak yang

mengalami kejang demam. Cara penanganan pada anak kejang

demam yaitu :
1) Saat timbul kejang segera pindahkan anak ke tempat yang

aman seperti dilantai diberi alas lunak tapi tipis jauh dari

benda-benda berbahaya seperti pisau, gelas dll.


2) Posisikan kepala hiperekstensi, pakaian dilonggarkan. Kalau

takut lidah anak menekuk atau tergigit maka di berikan tounge

spatel yang dibungkus dengan kasa atau kain, kalau tidak ada

dapat diberikan sendok makan dibalut dengan kassa atau kain

bersih dan jangan memberi minum pada anak saat kejang

terjadi.
3) Ventilasi ruangan harus cukup, pintu dan jendela harus dibuka

agar pertukaran oksigen efektif.


41

4) Kalau anak mulutnya dapat dibuka sebagai pertolongan

pertama dapat diberikan antipiretik seperti aspirin dengan dosis

60mg/ tahun/kali (maksimal sehari 3 kali).


5) Kalau memungkinkan sebaiknya orang tua atau pengasuh anak

di rumah menyediakan diazepam (melalui dokter keluarga)

sehigga saat kejang anak dapat segera di tolong. Dengan dosis

peranus 5mg untuk berat badan kurang dari 10 kg, kalau berat

badan lebih dari 10 kg maka dapat diberikan dosis 10mg, untuk

dosis rata-rata pemberian peranus adalah 0,4-0,6mg/kgBB.


6) Kalau beberapa menit tidak membaik atau tidak tersedia

diazepam maka segera bawa ke pelayanan kesehatan atau

rumah sakit.
Adapun beberapa cara pencegahan pada anak kejang

demam menurut yaitu :


1) Memberi anak banyak minum
2) Mengompres anak dengan air hangat di dahi, lipatan paha

dan ketiak.
3) Memberikan obat penurun panas (antipiretik) seperti

ibuprofen sesuai dosis.


51

WEB OF CAUTION KEJANG DEMAM ( FEBRILE CONVULSION)

Infeksi Ekstra cranium (OMA, ISPA, Bronkitis)

Inflamasi dan akumulasi monosit & makrofag

Merangsang saraf vagus dalam pembentukan prostaglandin otak

Merangsang hipotalamus meningkatklan titik patokan suhu


Anoreksia, Suhu tubuh meningkat,
mual,muntah,berat Peningkatan suhu tubuh badan panas, gerah, merasa
badan menurun tidak nyaman
Peningkatan metabolisme

Kebutuhan glukosa dan O2meningkat Hipertermi


Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari Keseimbangan neuron yang terganggu Haus,mual,anoreksia,
kebutuhan mukosa/kulit kering
Gangguan keseimbangan K+ dan N+

penatalaksanaan
pemberian obat IV Gangguan membrane potensial Kekurangan volume
cairan

inadekuat pertahanan Lepas muatan listrik Prevalensi usia


tubuh primer dibawah 5 tahun

Kejang
Risiko Infeksi Hospitalisasi

Kejang demam sederhana Kejang demam kompleks Risiko Jatuh

Penurunan kesadaran Kejang>15 Riwayat kejang, Kurangnya Relaksasi lidah, Kerusakan


menit pengobatan yang pengetahuan orang reflek aspirasi motorik
kurangefektif tua , lambung

Kurangnya Peningkatan Suhu tubuh Cemas,bingung,


kesadaran kebutuhan O2 Kesulitan IQ
meningkat dan bertanya-tanya
bahaya saat

Hipoksia Resiko Resiko


kejang Ketidakefektif keterlambat
Resiko cedera Ansietas
berulang anbersihan an
Resiko gangguan orang tua
jalan nafas pertumbuha
perfusi jaringan perifer n dan
Sumber :Ngastiyah, 2014
perkemban
gan
52

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rencana studi kasus


Desain yang digunakan adalah metode studi kasus. Dalam studi kasus

ini penulis melakukan studi untuk mengekplorasikan masalah asuhan

keperawatan pada klien yang mengalami Kejang Demam Sederhana dengan

Hipertermi di ruang Anggrek BRSU Tabanan.


B. Subjek studi kasus
Subjek studi kasus ini dilakukan pada 2 orang yakni pasien I (An. N)

usia 1 tahun 1 bulan berjenis kelamin perempuan dan pasien II (An. K) usia 1

tahun 10 bulan berjenis kelamin perempuan


C. FOKUS STUDI
Pada studi kasus ini fokus studi yang digunakan adalah memberikan asuhan

keperawatan pada 2 orang anak dengan kejang demam sederhana yang

mengalami hipertermi. Proses asuhan keperawatan meliputi pengkajian,

diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.


D. Definisi operasional
Pasien yang di rawat di rumah sakit dengan keluhan demam yang

akhirnya terjadi kejang sehingga di diagnosa kejang demam sederhana oleh

dokter.

E. Tempat dan waktu


Studi kasus ini dilakukan di Ruang Anggrek BRSU Tabanan. Pasien I

(An. N) diberikan asuhan keperawatan pada Sabtu, 6 April 2019 sampai

Selasa, 9 April 2019. An. N di rawat selama 3x24 jam dan dipulangkan pada

tanggal 10 April 2019. Pasien II (An. K) diberikan asuhan keperawatan pada


53

hari Selasa, 16 April 2019 sampai Jumat, 19 April 2019. Di rawat selama 3x24

jam dan dipulangkan pada tanggal 20 April 2019.


F. Pengumpulan data
Dalam penelitian, akuratnya data penelitian yang dikumpulkan sangat

mempengaruhi hasil penelitian. Data yang dikumpulkan harus akurat,

sehingga diperlukan alat pengumpulan data (instrumen penelitian ) yang tidak

saja valid, tetapi juga realiabel (Swarjana, 2015).


Bentuk pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan studi

kasus yaitu :
1. Wawancara
Pada studi kasus ini dilakukan pengumpulan data dengan mendapat

keterangan informasi secara lisan dengan orang tua dan kelurga pasien.
2. Observasi
Metode ini dilakukan tanpa melakukan interview kepada partisipan

atau responden. Observasi tersebut sebenarnya sangat umum, namun

ketika mengacu atau terkait dengan penelitian atau dengan tujuan

penelitian, maka apa yang diobservasi harus spesifik (Swarjana, 2015).

Pada studi kasus ini penulis melakukan teknik observasi pada keadaan

umum dan bagian tubuh pasien.


3. Pemeriksaan fisik
Pada studi kasus ini penulis menggunakan pendekatan IPPA : inspeksi,

palpasi, perkusi, dan auskultasi.


4. Studi dokumentasi
Pada kasus ini penulis juga menggunakan studi dokumentasi dari hasil

pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan.


G. Analisis data dan penyajian data
Pengolahan data secara manual pada saat ini memang jarang dilakukan

sudah ketinggalan zaman. Namun dalam keterbatasan sarana dan prasarana


54

atau kalau data tidak terlalu besar, pengolahan data secara manual masih

diperlukan (Notoatmodjo, 2014).


Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisis data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya mebandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisa yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban – jawaban

yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan

untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisa digunakan dengan cara

observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk

selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan dengan teori yang ada sebagai

bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan

dalam analisis data adalah :


1. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi,

dokumen). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin

dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur).


2. Meredukasi data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan

menjadi data subyektif dan obyektif, dianalisis berdasarkan hasil

pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.


3. Penyajian data
55

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan

maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari klien.


4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data

yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis,

perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

H. Etika studi kasus

Dalam penelitian ini banyak hal yang harus diperhatikan salah

satunya ialah Ethical principles dalam pembuatan studi kasus. Hal ini menjadi

pertimbangan yang mutlak mengingat subyek yang dipakai dalam studi kasus

ini iyalah manusia (anak) sehingga perlu diperhatikan keamanan dan integritas

proses penelitian (Swarjana, 2015).

Oleh karana itu prinsip etika harus dipahami dengan seksama oleh setiap

peneliti sehingga tidak menimbulkan terjadinya masalah pada proses

penelitian, prinsip-prinsip yang harus dipahami seperti berikut:

1. The Principle of Justice


Penelitian semestinya mampu menerapkan prinsip keadilan, terutama

terhadap subjek maupun partisipan dalam penelitian yang dilakukan.

Beberapa hal yang terkait dengan keadilan tersebut, diantaranya :


a. The right to fair treatment
56

Partisipan berhak untuk diperlakukan adil dan mendapatkan

perlakuan yang sama sebelum, selama, dan sesudah mereka

berpartisipasi dalam penelitian. Fair treatment termasuk :


1) Fair dan nondiskriminasi dalam pemilihan partisipan,

termasuk resiko dan benefits.


2) Menghormati budaya dan bentuk lainnya terkait dengan

human diversity
3) Non Preduicial treatment untuk mereka yang tidak

berpartisipasi atau menarik diri setelah menyetujui untuk

berpartisipasi.
4) Menghargai perjanjian yang telah disepakati, termasuk

kepatuhan terhadap prosedur yang telah dijelaskan dan

pembayaran terhadap tunjangan yang telah dijanjikan.


5) Saat partisipan dapat akses terhadap tim riset untuk

mengklarisifikasi informasi.
6) Partisipan mendapatkan akses berupa assistance yang

mendampinginya ketika mendapatkan gangguan psikologis

maupun fisik.
7) Klarifikasi terhadap isu-isu yang muncul selama studi

dilakukan.
8) Sopan dan bijaksana dalam pemberian treatment selama

penelitian dilakukan.
b. The right to privacy
Semua penelitian yang melibatkan manusia akan selalu

mengganggu kehidupan pribadi partisipan. Peneliti wajib menjaga

kerahasiaan informasi atau data yang diberikan oleh partisipan,

termasuk menjaga privasi partisipan.Kerahasiaan dapat dijaga


57

dengan tanpa menyebutkan nama (anonymity) atau dengan

prosedur lainnya (confidentiality procedures). Berikut ini beberapa

langkah yang dapat diambil oleh peneliti untuk menghindari

pelanggaran dalam confidentiality :


1) Mencantumkan indentifikasi informasi ( nama, alamat,

nomor telepon) klien ketika sangat dibutuhkan seperti untuk

melengkapi data klien dalam inform consent.


2) Menyimpan data klien dalam rekam medik
3) Hanya boleh dilihat oleh orang-orang tertentu yang sangat

berkepentingan (sangat membutuhkan).


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

Lokasi studi kasus dilakukan di BRSU yang merupakan rumah sakit milik

Pemerintah Kabupaten Tabanan, berdiri pada tanggal 24 November 1953,

terletak di jantung kota berdiri diatas tanah seluas 1,6 hektar. BRSU Tabanan

sudah terakreditasi Paripurna oleh KARS , sebagai pusat pelayanan kesehatan

spesialistik yang paripurna dan bermutu prima yang menekankan pada

pelayanan yang cepat, tepat, akurat terpercaya dan professional bersertifikasi

ISO 9001:2015. Dan terhitung mulai tanggal 10 Agustus 2016 BRSU Tabanan

ditetapkan sebagai Rumah Sakit Tipe B Pendidikan. BRSU Tabanan memiliki

layanan unggulan yaitu IGD, Unit Tindakan Medik (VK/Kmar Bersalin, Bedah

Sentral (Bedah Umum, Bedah Tulang, Ruang Bedah Urologi, Bedah Saraf,

Kandungan & Kebidanan, Penyakit Mata, THT), Ruang Bedah IRD dan

Hemodialisa), dan Unit Pelayanan Penunjang Diagnostik (Laboratorium

Patologi Klinik dan Patologi Anatomi, Mikrobiologi, Radiologi (USG, CT Scan

Multi Slice 128, Pemeriksaan MRI, Rontgen, dan Treadmill), Echocardiography,

Endoscopy, dan EMG) 2. Unit Rawat Jalan (22 poliklinik spesialis), 3 Unit

Rawat Inap, salah satu ruang rawat inap yaitu ruang Anggrek sebagai ruang

rawat inap khusus anak-anak dari umur 1 bulan ampai 18 tahun. Ruang Anggrek

terdiri dari ruang jaga perawat, ruang tindakan, gudang spoelhook, dan kamar

pasien. Ruang pasien terdiri dari 7 kamar dimana ruang kelas III ada 1 kamar

59
60

yang terdiri dari 6 tempat tidur dalam 1 kamar, kamar kelas II ada 2 kamar yang

masing- masing terdiri dari 2 tempat tidur, kamar kelas I ada 3 yang masing-

masing terdiri 2 tempat tidur, dan 1 buah kamar isolasi yang terdiri dari 1 buah

tempat tidur.

2. Data Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada 2 pasien yaitu Anak N dan Anak K Anak N dikaji

pada hari sabtu, tanggal 6 April 2019, Pukul 19.30 Wita dan Anak K di kaji

pada hari selasa, tanggal 15 April 2019 pukul 19.00 Wita di Ruang Anggrek

BRSU Tabanan dengan teknik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan

dokumentasi pasien.
1) Pengumpulan Data
a) Identitas Anak
Tabel 4.1 Identitas An. N dan An. K

Identitas Pasien Pasien I Pasien II


Nama An. N An. K
Tanggal Lahir Tabanan, 26 maret 2018 Tabanan, 21 juni 2017
Usia 1 tahun 1 bulan 1 tahun 10 bulan
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan
Agama Islam Hindu
Pendidikan - -
Alamat Tabanan. Tabanan
Tanggal MRS 6 April 2019 15 April 2019
Tanggal pengkajian 6 April 2019 15 April 2019
Diagnosa Medis Kejang demam Kejang demam
sederhana sederhana

b) Identitas Orang Tua


Tabel 4.2 Identitas orang tua An. N dan An.K

Identitas Ayah Anak N Anak K


Ayah
61

Nama Tn. CH Tn.B


Usia 37 tahun 36 tahun
Pendidikan SMP S1
Pekerjaan Wiraswasta PNS
Agama Islam Hindu
Alamat Griya Multi, Br. Jadi Br. Pemenang Kec. Kediri
Sanggulan. Kab. Tabanan
No. Telp 083115031689 081547363799
Ibu
Nama Ny .HR Ny.S
Usia 34 tahun 36 tahun
Pendidikan SMP S1
Pekerjaan IRT IRT
Agama Islam Hindu
Alamat Griya Multi, Br. Jadi Br. Pemenang Kec. Kediri
Sanggulan, Tabanan. Kab. Tabanan.

c) Identitas saudara kandung


Tabel 4.3 Identitas Saudara Kandung An.N dan An. K

No. Nama Jenis Usia Keadaan Sekarang Ket.


(Inisial) Kelamin
L P Sehat Sakit Mati
An. N
1. An. RA √ 16 tahun √ Pernah
mengalami
kejang
demam saat
usia 3
tahun.

2. An. RA √ 9 tahun √ Tidak ada


riwayat
penyakit
An. K
1. - - - - -

d) Riwayat Penyakit
Tabel 4.4 Riwayat Penyakit An. N dan An. K
62

Riwayat Penyakit Anak N Anak K


Keluhan utama Ibu pasien mengatakan anaknya Ibu pasien mengatakan anaknya
MRS mengalami kejang ±5 menit mengalami kejang selama ±5
pada tanggal 6 April 2019 menit pada pada tanggal 15 April
sekitar pukul 16.00 wita. 2019 pukul 16:30 wita
Keluhan utama Ibu pasien mengatakan badan Ibu pasien mengatakan badan
saat pengkajian anaknya masih panas dan anaknya masih panas dan pilek.
anaknya pilek.
Riwayat penyakit Ibu pasien mengatakan pada Ibu pasien mengatakan pada
sekarang tanggal 6 April 2019 badan tanggal 15 April 2019 pada pagi
anaknya panas sejak tadi pagi hari panas anaknya 39oC dan
panasnya 39oC, kemudian anaknya menggigil kemudian di
ibunya sempat kompres supaya bawa kedokter, di dokter
panasnya turun, belum beberapa diberikan obat penurun panas
jam ingin memberikan sirup setelah itu pasien pulang, namun
paracetamol penurun panas 2 jam kemudian panasnya naik
anaknya sudah di dapati kejang lagi, diberikan paracetamol
selama ≤5 menit, ibu sekitar 10 menitan anaknya sudah
mengatakan seluruh tubuhnya tidak sadarkan diri dan kejang
kaku dan kejang. Setelah kejang selama ≤5 menit ibu mengatakan
anak sadar dan lemas. seluruh tubuhnya kaku dan
kejang. Setelah kejang badan
Kemudian ibunya langsung
anaknya lemas.
membawa ke IGD BRSU
Dibawa ke IGD BRSU
Tabanan pada pukul 17.00 wita
Tabanan sampai di IGD pukul
sampai di IGD BRSU Tabanan
17.00 wita. Sampai di IGD
ibu pasien mengatakan anaknya
anaknya menangis kencang,
sudah tidak kejang lagi, di IGD
kemudian pasien dilakukan
pasien di periksa tanda-tanda
pemeriksaan S: 38,20C N:
vital N : 130x/menit, RR :
108x/menit RR: 24x/menit dan
22x/menit, S : 39oC, BB : 9 kg.
mendapat therapy di IGD
pasien mendapat therapy di
IGD:  Puyer diazepam 1,5mg
 Anbacim 2x500 mg
 Luminal 2x25mg  Dexamethazone 3x2,5 mg
 Paracetamol 4x100mg,  IVFD D5 ¼ NS 12 tpm makro
 Paracetamol 125mg beberapa jam di observasi di IGD
suppositoria dokter mendiagnosa anak
 IVFD D5 ¼ NS 6 tpm mengalami kejang demam
makro sederhana sehingga pasien harus
kemudian beberapa jam di di rawat inap di ruang anak, untuk
observasi di IGD dokter mengantisipasi terjadinya kejang
mengatakan pasien mengalami demam berulang, orang tua setuju
kejang demam sederhana, anak di rawat inap.
sehingga harus di rawat inap di Kemudian pasien di
ruang anggrek untuk pindahkan keruang Anggrek pada
mengantisipasi terjadinya tanggal 15 April 2019 pada pukul
kejang demam berulang, ibu 18.30 wita sampai diruangan
pasien setuju. pasien di lakukan pemeriksaan
Kemudian pasien di tanda-tanda vital S: 37,5oC, N:
pindahkan ke ruangan pada 108x/menit, RR: 22x/menit, GCS:
63

Riwayat Penyakit Anak N Anak K


tanggal 6 April 2019 pukul E=4 V=5 M=6 dan diruangan
19.00 wita sampai di ruang mendapat therapy :
Anggrek BRSU Tabanan pasien  Puyer diazepam oral 1,5mg
di cek tanda-tanda vitalnya N : @8 jam
128x/menit, RR : 22x/menit, S :  Anbacim injeksi 2x500 mg
37,3oC, GCS: E=4 V=5 M=6 @12 jam
dan diruangan mendapat  Dexamethazone injeksi
therapy : 3x2,5mg @8 jam
 Puyer Luminal oral  Paracetamol sirup 3x5ml
2x25mg @12 jam (kp)
 Cefixime injeksi 2x400mg  IVFD D5 ¼ NS 12 tpm
@12 jam makro
 Paracetamol flas 4x100mg sampai sekarang badan anaknya
(kp) masih teraba sedikit hangat.
 IVFD D5 ¼ NS 6 tpm
makro
sampai sekarang badan pasien
masih teraba sedikit hangat.

e) Riwayat Kesehatan Sebelumnya


Tabel 4.5 Riwayat Kesehatan Sebelumnya An. N dan AN. K

Riwayat Kesehatan Anak N Anak K


Riwayat prenatal Ibu mengatakan saat Ibu mengatakan saat
care kehamilan trimester I II III kehamilan trimester I II III
tidak mengalami masalah tidak mengalami masalah
dalam kehamilan, ibu rutin dalam kehamilan, dan rutin
periksa kehamilan tiap kontrol tiap bulannya ke RS
bulannya ke RSIA Cahaya Darma Kerti ibu
Bunda ibu mengatakan mengatakan meminum
pernah meminum vitamin vitamin penambah darah
penambah darah dan pernah dan vaksin tetanus 2 kali.
vaksin tetanus 2 kali.
Riwayat intranatal Ibu mengatakan melahirkan Ibu mengatakan anaknya
care anaknya di RSIA Cahaya lahir di RS Darma Kerti ibu
Bunda, ibu melahirkan melahirkan secara caesar
secara Caesar, selama 1,5 kurang lebih 1 jam, alasan
jam alasan ibu di oprasi ibu dioperasi karena ibu
karena ibu tidak kuat mengalami hipertensi.
mengedan tidak ada
kesulitan dalam operasi.
Riwayat post natal Ibu mengatakan anak lahir Ibu mengatakan anak lahir
care langsung menangis, tidak langsung menangis, tidak
ada bantuan dalam ada bantuan dalam
bernapas. BB lahir : 2700 bernapas. BB lahir : 3300
64

Riwayat Kesehatan Anak N Anak K


gr, PB : 47cm dan lahir gr, PB : 45cm dan lahir
tidak ada kelainan apapun. tidak ada kelainan apapun.
Riwayat penyakit Ibu pasien mengatakan Ibu pasien mengatakan
terdahulu anaknya tidak ada riwayat anaknya tidak pernah kejang
kejang sebelumnya, hanya sebelumnya, namun pernah
mengalami demam dan mengalami diare namun
diare saja namun tidak tidak sampai masuk rumah
sampai masuk Rumah Sakit. sakit, pasien tidak ada
Ibu pasien juga mengatakan riwayat jatuh ataupun
anaknya tidak pernah kecelakaan sebelumnya,
mengalami jatuh ataupun tidak pernah mengkonsumsi
kecelekaan, tidak pernah obat-obatan bebas, dan ibu
mengkonsumsi obat-obatan pasien mengatakan
bebas, dan perkembangan perkembangan anaknya
anaknya sama dengan normal saja.
kakaknya.

f) Riwayat penyakit keluarga atau keturunan


Tabel 4.6 Riwayat Penyakit Keluarga atau Keturunan An. N dan
An.K
Anak N Anak K
Ibu pasien mengatakan saya ataupun suami Ibu pasien mengatakan saya ataupun
tidak ada riwayat kejang sebelumnya dan suami tidak ada riwayat kejang dan tidak
tidak ada penyakit lainnya seperti DM, ada riwayat penyakit lainnya seperti
Hipertensi, Asma dll. hipertensi, asma, DM taupun lainnya

g) Genogram
(1) Anak N
Bagan 4.7 Genogram An. N
65

Keterangan :

: Perempuan hidup

: Perempuan

: Laki – laki hidup

: Laki-laki meninggal

: Pasien

: Tinggal satu rumah

: Riwayat penyakit keluarga

Penjelasan genogram :

Pasien merupakan anak ketiga dari dua bersaudara, pasien tinggal

dengan orang tua kandung dan kedua kakaknya. kakak

pertamanya pernah mengalami kejang pada saat umur 6 bulan dan

umur 3 tahun.

(2) Anak K
Bagan 4.8 Genogram An. K

Keterangan :

: Perempuan hidup
66

: Perempuan meninggal

: Laki – laki hidup

: Laki-laki meninggal

: Pasien

: Tinggal satu rumah

: Riwayat penyakit keluarga

Penjelasan genogram :

Pasien merupakan anak pertama dari satu bersaudara, pasien

tinggal bersama kedua orang tuanya, pasien baru pertama kali

kejang dan tidak ada yang pernah mengalami kejang sebelumnya,

atau penyakit penyerta sebelumnya.

h) Riwayat Imunisasi
Tabel 4.9 Riwayat Imunisasi An. N dan An. K

Usia Anak n Reaksi Anak K Reaksi


Jenis
Pemberian setelah setelah
Imunisasi
(Bulan) pemberian pemberian
0 HB 0, Polio 0 √ Tidak ada √ Tidak ada
reaksi reaksi
1 BCG, Polio 1 √ Tidak ada √ Tidak ada
reaksi reaksi
2 DPT/HB 1, √ Demam √ Demam
Polio 2
3 DPT/HB 2, √ Demam √ Demam
Polio 3
4 DPT/HB 3, √ Demam √ Demam
Polio 4
9 Campak √ Demam √ Demam

i) Riwayat tumbuh kembang


1) Riwayat pertumbuhan
67

Tabel 4.10 riwayat pertumbuhan

Anak N Anak K
Ibu pasien mengatakan saat lahir berat Ibu pasien mengatakan saat lahir berat

badan anaknya 2700 gram dan panjang badan anaknya 3300 gram dan panjang

badan 47 cm. Sekarang saat usia badan 45 cm. Sekarang saat usia anaknya

anaknya 1 tahun 1 bulan berat badan : 9 1 tahun 10 bulan berat badan : 11 kg dan

kg dan panjang badan : 67 cm. Ibu panjang badan : 76 cm. Ibu pasien

pasien mengatakan anaknya mengalami mengatakan anaknya mengalami

penambahan berat badan dan panjang penambahan berat badan dan panjang

badan sesuai dengan anak seusianya. badan sesuai dengan anak seusianya.

2) Riwayat Perkembangan
Tabel 4.11 Riwayat Perkembangan An. N dan An K

Riwayat Perkembangan Anak N Anak K


Berguling 4 bulan 4 bulan
Duduk 8 bulan 7 bulan
Merangkak 9 bulan 8 bulan
Berdiri 10 bulan 11 bulan
Berjalan 12 bulan 12 bulan
Senyum pertama kali 3 bulan 3 bulan
Bicara pertama kali 12 bulan 12 bulan
Berpakaian sendiri Belum cukup umur Belum cukup umur
Tumbuh gigi 9 Bulan 9 Bulan

3) Riwayat Nutrisi
a) Pemberian Air Susu Ibu (ASI)

Tabel 4.12 Pemberian Air Susu Ibu (ASI)

Pemberian ASI Anank N Anak K


Usia pertama kali Ibu mengatakan anaknya Ibu mengatakan anaknya tidak
disusui mendapat ASI dari lahir sampai mendapat ASI dari lahir, karna
68

sekarang. ASI diberikan sesuai ASI nya tidak keluar


keinginan anak

b) Pemberian Susu Formula

Tabel 4.13 Pemberian Susu Formula

An. N An. K
Ibu pasien mengatakan alasan memberikan
Ibu mengatakan anaknya belum ada susu formula karena ASI tidak keluar sejak
tambahan susu formula sampai (1) Polc
pasien baru lahir.
sekarang Ibu pasien mengatakan jumlah pemberian susu
formula 5-6/hari isian 200ml/botol. c)

Perubahan Nutrisi
Tabel 4.14 Pola Perubahan Nutrisi An. N dan An. K

Usia Jenis Nutrisi


Anak N Anak K
0-6 bulan ASI Susu formula
6-12 bulan Bubur tim, buah buahan. Susu formula, air, buah buahan

dan bubur
12-24 bulan - Susu formula, air, buah-

buahan dan MPASI sampai

sekarang 22 bulan
Riwayat alergi Tidak ada alergi obat Tidak ada alergi obat maupun

maupun makanan makanan

4) Riwayat Psikososial
Tabel 4.15 Riwayat Psikososial An. N dan An. K
69

Psikososial Anak N Anak K


Tempat tinggal Rumah orang tua Rumah orang tua
Lingkungan tempat tinggal Perkotaan Perkotaan
Fasilitas dekat tempat Sekolah, tempat Sekolah, pelayanan
tinggal bermain kesehatan
Hubungan antar anggota Harmonis Harmonis
keluarga
Pengasuh anak Orang Tua Orang tua

5) Riwayat spiritual
Table 4.16 Riwayat spiritual pada An. N dan An.K

Anak N Anak K
Ibu pasien mengatakan anaknya lebih Ibu pasien mengatakan anaknya lebih

dekat dengan kedua orang tuanya dekat dengan ibunya, anaknya belum

terutama ibunya, anaknya belum biasa biasa melakukan kegiatan keagamaan

melakukan kegiatan keagamaan karena karena belum cukup umur, dan ibu

belum cukup umur, dan ibu pasien pasien mengatakan sakit anaknya

mengatakan sakit anaknya murni karena memang murni sakit medis bukan sakit

penyakit medis bukan non medis dan non medis dan yakin pada Tuhan akan

yakin pada Allah akan segera menyembuh segera disembuhkan.

kan anaknya.

6) Reaksi hospitalisasi
Table 4.17 Reaksi hospitalisasi pada An. N dan An. K

Reaksi hospitalisasi Anak N Anak K


1. Pengalaman keluarga Ibu mengatakan cemas saat Ibu mengatakan sangat

tentang sakit dan anaknya terjadi kejang cemas dan khawatir dengan
70

Reaksi hospitalisasi Anak N Anak K


rawat inap demam karena terlalu panik kondisi anaknya terutama

dan lupa yang sudah diajari saat terjadi kejang apalagi

oleh tenaga kesehatan tidak tahu harus melakukan

sebelumnya waktu kakaknya apa, ibu pasien juga

mengalami kejang demam, mengatakan akan selalu

ibu pasien dan keluarga menjaga anaknya dimana

mengatakan juga akan selalu pun berada.

menjaga anaknya dimana

pun berada.

7. Aktivitas sehari-hari
Tabel 4.18 Pemenuhan Kebutuhan aktivitas sehari-hari An. N dan

An. K
(a) Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


An. N An. K An. N An. K
Selera Baik Baik Baik Baik
makan
Menu Bubur tim Bubur tim Bubur (sayur, Bubur (sayur,
makan (sayur, daging (sayur, daging tempe tahu, tempe tahu)
ati) ati, tempe tahu) buah buahan) buah buahan
dan buah
buahan.
Porsi 1 porsi habis, 1 porsi habis, 1 porsi yang 1 porsi yang
makan makan 3 kali makan 3 kali diberikan diberikan rumah
dan sehari. sehari rumah sakit sakit habis ½
frekwen habis ½ porsi porsi.
si
Makana Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
n pantangan pantangan pantangan pantangan
pantang
an
Pembata Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
san pola pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan
makan dalam makan dalam makan dalam makan dalam makan.
Cara Disuapin Disuapin Disuapin Disuapin
makan
71

(b) Pemenuhan Kebutuhan Cairan

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


An. N An. K An. N An. K
Jenis ASI dan air Susu formula ASI dan air Susu formula
minuman putih dan air putih putih dan air putih

Frekwens ASI sesuai Susu formula 5- ASI sesuai Susu formula 5-


i minum keinginan 6 kali isian keinginan anak. 6 kali isian
anak. Air 3-4 200ml/botol dan Air 3-4 gelas 200ml/botol dan
gelas ±750cc- air putih ±3 ±750cc- air putih ±3
1000cc/hari gelas 1000cc/hari gelas
lebih banyak (±750cc/hari).
(±750cc/hari).
ASI.
KebutuhaB BB: 9 kg BB: 11 kg Kebutuhan Kebutuhan
n cairan Kebutuhan Kebutuhan cairan: Cairan:
cairan: Cairan: 900cc/Kg/ 1050cc/Kg/24
900cc/Kg/24 1050cc/Kg/24 24jam+10% = jam+10% =
jam jam 990cc/Kg/ 1155cc/Kg/24
24jam jam

990cc 1155cc
24 jam 24 jam
= 41,25 cc/jam = 48,125 cc/jam

Cara Asupan Asupan Asupan Asupan


pemenuh makanan dan makanan dan makanan makanan
an minuman harian minuman harian minuman harian minuman harian
dan cairan infus dan cairan infus
D5 ¼ NS 6 tpm D5 ¼ NS 12
makro tpm makro

(c) Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi BAB dan BAK

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


An. N An. K An. N An. K
BAB
Tempat Toilet kadang Toilet Pempers Pempers
BAB di pempers
Frekwens 1 kali dalam 1 kali dalam 1 kali dalam 1 kali dalam
i (waktu/ sehari sehari sehari sehari
pola)
Konsisten Lembek, Lembek, warna Lembek, warna Lembek, warna
72

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


An. N An. K An. N An. K
si warna kecoklatan, bau kecoklatan, bau kecoklatan, bau
kecoklatan, khas feses khas feses khas feses
bau khas feses

Kesulita Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


n
Obat Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pencaha
r
BAK
Tempat Pempers Toilet atau di Pempers Pempers
BAK pempers
Frekwens 5- 6 kali dalam 5-6 kali dalam 3-4 kali ganti 3-4 kali ganti
i sehari sehari pempers dalam pempers dalam
sehari sehari
Warna Kekuningan Kekuningan dan Kekuningan Kekuningan dan
dan bau dan bau khas bau khas urine dan bau khas bau khas urine
urine urine
Volume ±550 cc/ hari ±600 cc/hari ±500 cc/hari ±600 cc/hari
Diuresis : Diuresis :
500cc/Kg/24ja 600cc/Kg/24
m jam
10kg 11 kg
=50cc/KgBB/24 =54cc/KgBB/24
jam jam

50cc/KgBB 54cc/kgBB
24 jam 24 jam
=2,1cc/kgBB = 2,25cc/kgBB
/jam /jam
Kesulitan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

(d) Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


An. N An. K An. N An. K
Waktu Siang hari ±3 Siang hari ±2,5 Siang hari ±3 Siang hari ±3
tidur jam dan malam jam dan malam jam dan malam jam dan malam
(siang hari ±11 jam hari ±11 jam hari ±11 jam hari ±11 jam
dan (20.00-07.00) (20.00-07.00) (20.00-07.00) (20.00-07.00)
malam)
Pola tidur Teratur Teratur Teratur Teratur
Kebiasaa Minum ASI Minum susu Rewel, minum Rewel, minum
n kemudian tidur formula ASI kemudian susu formula
sebelum tidur kemudian tidur
73

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


An. N An. K An. N An. K
tidur kemudian tidur

Kesulitan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada


tidur

(e) Pemenuhan Kebutuhan Kebersihan Diri

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


An. N An. K An. N An. K
Mandi Mandi 2 kali Mandi 2 kali Hanya dilap saja hanya dilap saja
dalam sehari dalam sehari 2 kali dalam 2 kali dalam
pada pagi hari pada pagi hari sehari pada pagi sehari pada
dan sore hari dan sore hari dan sore hari. siang dan sore
dibantu oleh dibantu oleh hari.
ibunya. ibunya.

Cuci Cuci rambut 3 Cuci rambut 3 Belum cuci Belum cuci


rambut kali dalam kali dalam rambut dari 2 rambut dari 3
seminggu seminggu hari yang lalu hari yang lalu.
dibantu oleh dibantu oleh
ibunya ibunya
Gunting Kuku dipotong Kuku dipotong Saat kuku sudah Saat kuku sudah
kuku 1 minggu 1 minggu sekali cukup panjang cukup panjang
sekali untuk dipotong untuk dipotong

(f) Pemenuhan Kebutuhan Mobilisasi Fisik

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


An. N An. K An. N An. K
Kegiatan Main dorong Main lari- Mainan hanya di Menonton video
sehari dorongan kursi larian dan tempat tidur dengan ibunya
hari anak nonton vidio
Pengatur Tidak ada jadwal Tidak ada Tidak ada Tidak ada
an jadwal harian tertentu jadwal harian kegiatan kegiatan
harian tertentu
Menggun Berjalan Tidak ada Berdiri Tidak ada
akan alat bertumpu pada berpegangan
bantu dijendela
74

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


An. N An. K An. N An. K
tembok/kursi.

(g) Pemenuhan Kebutuhan Rekreasi

Kondisi Sebelum sakit Saat sakit


An. N An. K An. N An. K
Perasaan Belum cukup Belum cukup Belum cukup Belum cukup
saat umur umjur umur umur
sekolah
Waktu Bermain Bermain Tiduran sambil Tiduran sambil
luang bermain menonton video
anak dengan ibunya bersama ibunya

Perasaan Senang Senang Ceria Ceria


setelah
rekreasi
Waktu Setiap hari libur Setiap hari libur Hanya di Hanya di
senggan pergi bermain pergi bermain Rumah Sakit Rumah Sakit
g bersama keluarga bersama saja saja
keluarga keluarga
Kegiatan Berkumpul Berkumpul Berkumpul di Berkumpul di
hari libur bersama keluarga bersama Rumah Sakit Rumah Sakit
dan bermain keluarga dan saja saja
bermain

j) Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.19 Pemeriksaan Fisik


No Jenis Hasil
Pemeriksaan Anak N Anak K
1. Keadaan Umum Anak tampak rewel Anak tampak rewel

2. Tanda-tanda Vital Suhu : 38,5°C, Suhu : 38,2°C,


Respirasi : 22 ×/menit, Respirasi : 24 ×/menit
Nadi : 130×/menit,. Nadi : 108×/menit,
3. Antropometri Tinggi Badan : 67 cm Tinggi Badan : 76 cm
Berat Badan : 9 kg Berat Badan : 11 kg
Lingkar Lengan : 14 cm Lingkar Lengan : 16 cm
Lingkar Kepala : 46 cm Lingkar Kepala : 50 cm
Lingkar Dada : 45 cm Lingkar Dada : 51 cm
Lingkar Perut : 47 cm Lingkar Perut : 48 cm

4. Sistem
Pernapasan
75

No Jenis Hasil
Pemeriksaan Anak N Anak K
(a) Inspeksi Respirasi : 24×/menit, tidak
Respirasi : 22×/menit, tidak ada ada pernapasan cuping
pernapasan cuping hidung, hidung, bentuk dada simetris
bentuk dada simetris, terdapat
secret di hidung pasien.
Tidak ada nyeri tekan pada
(a) Palpasi Tidak ada nyeri tekan pada dada, tidak ada benjolan
dada, tidak ada benjolan, bentuk
dada simetris.
Sonor
Sonor
(b) Perkusi Suara paru rochi, tidak ada
Suara paru ronchi, tidak ada suara napas tambahan
(c) Auskulta suara napas tambahan
si
5. Sistem
Kardiovaskuler
(a) Inspeksi Bentuk dada simetris, tidak ada Bentuk dada simetris, tidak
jejas, tidak ada lesi ada jejas, tidak ada lesi

(b) Auskulta Suara jantung tunggal regular Suara jantung tunggal regular
si
Tidak ada nyeri tekan pada
Tidak ada nyeri tekan pada dada, tidak ada benjolan
(c) Palpasi
dada, tidak ada benjolan
Dullnes
Dullnes
(d) Perkusi
6. Sistem
Pencernaan
(a) Inpeksi Bentuk simetris, tidak ada jejas, Bentuk simetris, tidak ada
tidak ada lesi, kebersihan anus jejas, tidak ada lesi,
cukup dan tidak ada kemerahan. kebersihan anus cukup dan
tidak ada kemerahan.

Terdengar bising usus 8×/menit


Terdengar bising usus
(b) Auskulta Tidak ada nyeri tekan pada 7×/menit
si dada, tidak ada nyeri menelan,
tidak ada hepatomegali Tidak ada nyeri tekan pada
(c) Palpasi dada, tidak ada nyeri menelan,
Timpani tidak ada hepatomegali

Timpani

(d) Perkusi
7. Sistem
Pengindraan Telinga cukup bersih, tidak ada Telinga cukup bersih, tidak
serumen, tidak ada lesi, ada serumen, tidak ada lesi,
(a) Inspeksi
pendengaran baik pendengaran baik
76

No Jenis Hasil
Pemeriksaan Anak N Anak K
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada Tidak ada nyeri tekan, tidak
(b) Palpasi benjolan ada benjolan

8. Sistem Persarafan

(a) Kesadara Compos mentis


n Compos mentis

(b) GCS E: 4 V:5 M:6


E: 4 V:5 M:6
- Tidak ada kaku kuduk
- reflex Babinski - - Tidak ada kaku kuduk.
- reflex Babinski -

9. Sistem integumen Tidak ada luka, lesi, edema, Tidak ada luka, lesi, edema,
warna kulit kemerahan, mata warna kulit kemerahan, mata
cowong, bibir kering akral cowong, bibir kering akral
teraba hangat,CRT <2 detik teraba hangat,CRT <2 detik
S:38,5oC S:38,2oC

10. Sistem Endokrin Tidak ada pembesaran kelenjar Tidak ada pembesaran
tiroid,tidak ada benjolan, tidak kelenjar tiroid, tidak ada
ada nyeri tekan benjolan, tidak ada nyeri
tekan.

11. Sistem
perkemihan BAK 550cc/hari, warna BAK 600cc/hari, warna
kekuningan bau khas urine, kekuningan, bau khas urine,
(a) Inspeksi
posisi uretra normal tidak ada posisi uretra normal tidak ada
kelainan kongenital. kelainan kongenital.

Tidak ada nyeri tekan di bagian Tidak ada nyeri tekan di


simpisis pubis bagian simpisis pubis
(b) Palpasi
12. Sistem reproduksi
(a) Inspeksi Pasien berjenis kelamin Pasien berjenis perempuan,
perempuan kebersihan baik, kebersihan baik, tidak ada
tidak ada luka, tidak ada luka, tidak ada kemerahan,
kemerahan, tidak terpasang tidak terpasang cateter.
cateter.
Terdapat in adekuat pertahanan Terdapat in adekuat
tubuh primer yaitu adanya post pertahanan tubuh primer yaitu
Sistem imunitas
entry mikroorganisme pada adanya post entry
tempat pemasangan infus. mikroorganisme pada tempat
Sistem pertahanan tubuh pemasangan infus. Sistem
sekunder mengalami pertahanan tubuh sekunder
ketidaknormalan yaitu : mengalami ketidaknormalan
77

No Jenis Hasil
Pemeriksaan Anak N Anak K
- Monosit 13,1 % (3.40- yaitu :
9.00) - Monosit 14.8 % (3.40-
9.00)
- Basofil 1.16 % (0.0-1.5)

k) Data penunjang
(a) Tabel 4.20 Data Penunjang Laboratorium An. N
Pemeriksaan laboratorium tanggal 6 April 2019

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Elektrolit
Natrium 137 132-145
Kalium 3.3 3.1-5.8
Klorida H 112 95-105
Hematologi
Darah lengkap 5 diff
Hemoglobin 10.7 gr/dL 10.0-15.0
Hematokrit 32.3 % 30.0-44.0
Lekosit 14.8 10^3 / uL 5.5-18.0
Trombosit 410 10^3 / uL 150-500
Eritrosit 4.64 10^6 / uL 2.8-5.2
Hitung jenis diff
NEU % 38.1 % 40.0-74.0
LIM% 46.9 % 19.0-48.0
MONO% 13.1 % 3.40-9.00
EOS% 0.691 % 0.6-7.0
BASO% 1.16 % 0.0-1.5
MCV 69.5 fl 82-92
MCH 23.0 pg 25-35
MCHC 33.1 g/dL 29-36
RDW 16.4 % 14.9-18.7
MPV 6.25 fl 6.8-10.0
KIMIA KLINIK
Glukosa 124 mg/dL 50-80

(b) Tabel 4.21 Pemeriksaan Laboratorium Darah Lengkap An. K


Pemeriksaan laboratorium darah lengkap tanggal 15 April 2019

Jenis Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan


Elektrolit
78

Natrium 137 132 – 145


Kalium 3.3 3.1 – 5.8
Klorida H 112 95 – 105
Hematologi
Darah lengkap 5 diff
Hemoglobin 12.8 gr/dL 10.7-16.8
Hematokrit 37.9 % 31.0-45.0
Lekosit 13.4 10^3 / uL 4.5-17.5
Trombosit 241 10^3 / uL 154-553
Eritrosit 4.72 10^6 / uL 3.6-5.8
Hitung jenis diff
NEU % 57.5 % 28.0-66.0
LIM% 26.6 % 19.0-48.0
MONO% 14.8 % 3.40-9.00
EOS% 0.080 % 0.6-7.0
BASO% 1.01 % 0.0-1.5
INDEX ERITROSIT :
MCV 80.2 fl 82-92
MCH 27.1 pg 27-31
MCHC 33.7 g/dL 32-36
RDW 11.8 % 14.9-18.7
MPV 6.44 fl

l) Resiko Cedera Kulit

Tabel 4.22 Skor Braden An. N dan An. K


Skor
No Parameter
An. N An. K
1. PERSEPSI SENSORI 2 2
Kemampuan untuk merespon ketidaknyamanan
tekanan
Tidak berespon = 1
Sangat terbatas = 2
Sedikit terbatas = 3
Tidak ada gangguan = 4
2 KELEMBABAN 3 3
Seberapa sering kulit terpapar kelembaban
Kelembaban konstan = 1
Sering lembab = 2
Kadang lembab = 3
79

Skor
No Parameter
An. N An. K
Jarang lembab = 4

3 AKTIVITAS 1 1
Tingkat aktivitas fisik
Tergeletak di tempat tidur = 1
Tidak bisa berjalan = 2
Berjalan pada jarak terbatas = 3
Berjalan di sekitar ruangan = 4
4 MOBILITAS 3 3
Kemampuan untuk mengubah dan mengontrol posisi
tubuh
Tidak bisa bergerak = 1
Sangat terbatas = 2
Sedikit terbatas = 3
Tidak ada batasan = 4
5 NUTRISI 3 3
Pola asupan makanan
Sangat buruk = 1
Kurang adekuat = 2
Adekuat = 3
Sangat baik = 4
6 FRIKSI 2 2
Masalah = 1
Potensi masalah = 2
Tidak ada masalah = 3
Total skor 14 14

Kategori :
• >18 : tidak beresiko mengalami luka tekan
• 15-18 : beresiko ringan untuk mengalami luka tekan
• 13-14 : beresiko sedang untuk mengalami luka tekan
• 10-12 : beresiko tinggi untuk mengalami luka tekan
• ≤ 9 : beresiko sangat tinggi untuk mengalami luka tekan

m) Resiko Jatuh/Cedera
80

SKRINING RISIKO JATUH/CEDERA


Anak berusia <12 tahun dianggap berisiko tinggi dan anak usia 12-
18 tahun dilakukan penilaian risiko jatuh anak dengan menggunakan
Humpty Dumpty Scale dan diberi skor. Jika nilainya berisiko tinggi,
maka klip risiko jatuh (pada pasien) dan segitiga (di tempat tidur/
brankar/ kursi roda) berwarna kuning dipasangkan 
 Berisiko rendah (skor 7 – 11)  Berisiko Tinggi (skor ≥ 12).
Tabel 4.23 Skrining Resiko Jatuh/Cedera An. N dan An. K

Para Kriteria Skor Hasil Parameter Kriteria Skor Hasil


meter Skoring Skoring

Umu < 3 tahun 4 Gangguan Tidak sadar 3


r 3-7 tahun 3 kognitif terhadap
7-13 tahun 2 keterbatasan
>13 tahun 1 (gangguan
kesadaran,
retardasai mental)
Lupa
2
keterbatasan
(anak-anak
hiperaktif)
Mengetahui
kemampuan diri 1
Jenis Laki-laki 2 Faktor Riwayat jatuh dari 4
Kela Perempuan 1 Lingkunga tempat tidur saat
min n bayi-anak
Pasien
menggunakan
3
alat bantu atau
box/mebel
Pasien berada di
tempat tidur 2
Di luar ruang 1
rawat
Diag Kelainan 4 Respon Dalam 24 jam 3
nosa Neurologi terhadap
Dalam 48 jam
operasi/ob 2
Perubahan at >48 jam
dalam penenang/ 1
oksigenasi efek
(masalah anestesi
81

Para Kriteria Skor Hasil Parameter Kriteria Skor Hasil


meter Skoring Skoring

saluran nafas, Pengguna Bermacam- 3


dehidrasi, 3 an obat macam obat yang
anemia, digunakan: obat
anoreksia, sedatif (kecuali
sinkop/sakit pasien ICU yang
kepala, dll) menggunakan
sedasi paralisis),
Kelainan 2 hipnotik,
psikis/ barbiturat,
perilaku fenotiazin,
1 antidepresan,
Diagnosis lain laksans/diuretika,
narkotik
2
Salah satu dari
pengobatan di
atas
Pengobatan lain
1
Total

Interpretasi hasil :

An. N dan An. K termasuk kategori resiko tinggi jatuh/cedera karena pasien

masih berusia dibawah 12 tahun.


112
83

A. Analisa Data
TABEL 4.24
ANALISA DATA KEPERAWATAN PADA AN. N dan AN. K
KEJANG DEMAM SEDERHANA DENGAN HIPERTERMI
DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN

Data Etiologi Masalah


Anak N
DS : Infeksi Ekstrakranium Hipertermi
- Ibu pasien mengatakan anaknya demam (ISPA)
- Ibu pasien mengatakan badan anaknya panas
- Ibu pasien mengatakan suhu tubuh anaknya naik turun Peningkatan suhu tubuh
DO :
- Badan pasien teraba panas Suhu meningkat badan panas, gerah,
- Wajah pasien tampak kemerahan rasa tidak nyaman
- Nadi : 130x/menit
- Suhu : 38,5OC Hipertermi

DS : Kejang berulang Ansietas Orang tua


- Ibu pasien mengatakan cemas dan khawatir dengan
kondisi anaknya Kurangnya pengetahuan
- Ibu pasien mengatakan tidak tau bagaimana cara
menangani dan mengetahui cara suhu tubuh anaknya Cemas, bingung dan bertanya – tanya
tinggi
DO : Ansietas orang tua
- Ibu pasien tampak bertanya tanya tentang kondisi
pasien
DS: Prosedur invasif Risiko infeksi
- Ibu mengatakan anaknya mendapat pemasangan
infus
84

DO:
- Pasien tampak terpasang IVFD D5 ¼ NS 6 tpm Pengetahuan Inadekuat
makro untuk pertahana
menghindari n tubuh
pemajanan primer
patogen

Risiko infeksi

DS: Penurunan kesadaran Risiko jatuh


- Ibu pasien mengatakan anaknya rewel
DO:
- Pasien tampak menggunakan gelang kuning Kurangnya kesadaran akan bahaya
- Pembatas tempat tidur tampak tidak terpasang
- Kurang pencahayaan di lingkungan tempat tidur,
karna lampunya di matikan. Risiko jatuh

Pasien 2
85

DS : Infeksi Ekstrakranium
- Ibu pasien mengatakan badan anaknya teraba panas (OMA,tonsillitis, bronchitis, dll) Hipertermi
- Panas anaknya naik turun dari kemarin.
- Ibu pasien mengatakan anaknya demam sehingga
anaknya menjadi sedikit rewel. Peningkatan suhu tubuh
DO :
- Badan pasien teraba panas
- Wajah pasien tampak kemerahan Suhu meningkat badan panas, gerah,
- Nadi : 108x/menit rasa tidak nyaman
- S : 38,2oC

Hipertermi

DS : Kejang Ansietas orang tua


- Ibu pasien mengatakan khawatir akan keadaan
anaknya.
- Ibu pasien mengatakan tidak tau bagaimana cara Kurangnya pengetahuan
menangani dan mengetahui jika suhu tubuh anaknya
tinggi
Cemas, bingung dan bertanya – tanya
DO :
- Ibu pasien tampak bertanya-tanya
Ansietas orang tua

DS: Prosedur invasif Risiko infeksi


86

- Ibu mengatakan anaknya mendapat pemasangan


infus
DO:
Pengetahuan Inadekuat
- Pasien tampak terpasang IVFD D5 ¼ ns 12tpm
untuk pertahana
makro
menghindari n tubuh
pemajanan primer
patogen

Risiko infeksi

DS: Penurunan kesadaran Risiko jatuh


- Ibu pasien mengatakan anaknya rewel
DO:
- Pasien tampak menggunakan gelang kuning Kurangnya kesadaran akan bahaya
- Pembatas tempat tidur tampak tidak terpasang

Risiko jatuh
87

B. Diagnosa Keperawatan
Tabel 4.25 Diagnosa Keperawatan An. N dan An. K

pasien 1 pasien 2
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi akibat 1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi akibat
penyakit ditandai dengan ibu pasien mengatakan anaknya penyakit ditandai dengan Ibu pasien mengatakan badan
demam, ibu pasien mengatakan badan anaknya panas ibu anaknya teraba panas panas anaknya naik turun dari
pasien mengatakan suhu tubuh anaknya naik turun badan kemarin ibu pasien mengatakan anaknya demam
pasien teraba panas wajah pasien tampak kemerahan dan sehingga anaknya menjadi sedikit rewel, ibu mengatakan
nadi :130x/menit suhu : 38,5OC. badan pasien teraba panas wajah pasien tampak
kemerahan dan nadi : 108x/menit suhu: 38,2oC.

- 2. Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi - 2.Ansietas berhubungan dengan dampak hospitalisasi
ditandai dengan Ibu pasien mengatakan cemas dan ditandai dengan ibu pasien mengatakan khawatir akan
khawatir dengan kondisi anaknya Ibu pasien mengatakan keadaan anaknya Ibu pasien mengatakan tidak tau
tidak tau bagaimana cara menangani dan mengetahui cara bagaimana cara menangani dan mengetahui cara suhu
suhu tubuh anaknya tinggi ibu pasien tampak bertanya tubuh anaknya tinggi ibu pasien tampak bertanya-tanya
tanya tentang kondisi pasien
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif ditandai 3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
dengan ibu mengatakan anaknya mendapat pemasangan infus ditandai dengan Ibu mengatakan anaknya mendapat
pasien tampak terpasang IVFD D5 ¼ NS 6 tpm makro. pemasangan infus pasien tampak terpasang IVFD D5 ¼ NS
12 tpm makro
4. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran di 4. Risiko jatuh berhubungan dengan penurunan kesadaran di
tandai dengan ibu pasien mengatakan anaknya rewel pasien tandai dengan Ibu pasien mengatakan anaknya rewel pasien
tampak menggunakan gelang kuning pembatas tempat tidur tampak menggunakan gelang kuning pembatas tempat tidur
tampak tidak terpasang kurang pencahayaan di lingkungan tampak tidak terpasang
tempat tidur, karna lampunya di matikan.
88

C. Perencanaan

1) Prioritas Diagnosa Keperawatan

Pada prioritas masalah keperawatan dibuat berdasarkan berat ringannya masalah


Tabel 4.26 Prioritas Masalah Keperawatan Anak N dan Anak K

Anak N Anak K
1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi akibat 1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi akibat
penyakit penyakit

2. Ansietas orang tua berhubungan dengan dampak 2. Ansietas orang tua berhubungan dengan dampak
hospitalisasi anak hospitalisasi anak
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif 3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

4. Risiko jatuh berhubungan dengan faktor usia ≤5 tahun 4. Risiko jatuh berhubungan dengan faktor usia ≤5 tahun

Tabel 4.27
PERENCANAAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK N & K
DENGAN KEJANG DEMAM SEDERHANA
89

DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN


TANGGAL 6-9 APRIL 2019 DAN TANGGAL 15-18 APRIL 2019

Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional


Anak N
Hipertermi berhubungan Setelah diberikan askep 1. Observasi keadaan umum dan 1. Pemantauan tanda vital yang
dengan kerusakan kontrol selama 3x24 jam diharapkan tanda-tanda vital terutama teratur dapat menentukan
suhu sekunder akibat suhu tubuh pasien kembali suhu tiap 8 jam. perkembangan pasien.
inflamasi ditandai dengan normal dengan kriteria hasil :
ibu pasien mengatakan 1. Badan pasien tidak teraba 2. Beri kompres hangat pada 2. Perpindahan panas secara
panas lagi anak di bagian ketiak dan konduktif.
anaknya demam, ibu
2. Suhu pasien kembali lipatan tubuh.
pasien mengatakan badan
anaknya panas ibu pasien normal dan stabil
(36,50C-37,50C) 3. Anjurkan keluarga untuk 3. Aktivitas dapat meningkatkan
mengatakan suhu tubuh membatasi aktivitas anak metabolisme dan meningkatkan
3. Wajah pasien tidak
anaknya naik turun badan selama anak panas. panas.
kemerahan lagi.
pasien teraba panas wajah
pasien tampak kemerahan
dan nadi : 130x/menit 4. Longgarkan pakaian, 4. Proses konveksi akan terhalang
suhu : 38,5OC berikan pakaian tipis yang oleh pakaian ketat dan menyerap
menyerap keringat keringat.
5. Beri ekstra cairan (ASI, air, 5. Saat demam kebutuhan akan
susu, sari buah dan lain-lain) cairan tubuh meningkat.

6. Beri HE kepada keluarga 6. pengetahuan dapat menambah


mengenai cara yang dapat pengethauan keluarga tentang
dilakukan jika suhu tubuh cara yang dapat dilakukan
anak mengalami peningkatan. apabila suhu tubuh anak
mengalami peningkatan

7. Delegatif dalam pemberian 7. Antipiretik akan mempengaruhi


obat antipiretik dan antibiotik ambang panas pada
90

Anak N hipotalamus. Antipiretik akan


- Cefixime 2x400mg @12 jam juga mempengaruhi penurunan
- Paracetamol flas 3x100mg neuro transmiter seperti
@8 jam prostaglandin yang
berkontribusi timbulnya nyeri
saat demam
Antibiotik adalah golongan
molekul baik yang mempunyai
efek menekan atau
menghentikan pertumbuhan
bakteri

Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan Rasional


Anak K
Hipertermi berhubungan Setelah diberikan askep 1. Observasi keadaan umum dan 1. Pemantauan tanda vital yang
dengan kerusakan kontrol selama 3x24 jam diharapkan tanda-tanda vital terutama teratur dapat menentukan
suhu sekunder akibat suhu tubuh pasien kembali suhu tiap 6 jam. perkembangan pasien.
inflamasi ditandai dengan normal dengan kriteria hasil : 2. Beri kompres hangat pada
Ibu pasien mengatakan 1. Badan pasien tidak teraba anak di bagian dahi dan ketiak 2. Perpindahan panas secara
badan anaknya teraba hangat lagi konduktif.
panas panas anaknya naik 2. Suhu pasien kembali
turun dari kemarin ibu normal dan stabil 3. Anjurkan keluarga untuk 3. Aktivitas dapat meningkatkan
pasien mengatakan (36,50C-37,50C) membatasi aktivitas anak metabolisme dan meningkatkan
anaknya demam sehingga 3. Wajah pasien tidak selama anak panas. panas.
anaknya menjadi sedikit kemerahan lagi
rewel, ibu mengatakan
badan pasien teraba panas 4. Longgarkan pakaian, 4. Proses konveksi akan terhalang
wajah pasien tampak berikan pakaian tipis yang oleh pakaian ketat dan menyerap
kemerahan dan nadi : menyerap keringat keringat.
108x/menit suhu : 38,2oC

5. Beri ekstra cairan (air, susu 5. Saat demam kebutuhan akan


atau ASI, sari buah, dan lain- cairan tubuh meningkat.
91

lain)

6. Beri HE/informasi kepada 6. Informasi dapat meningkatkan


keluarga mengenai cara yang koping dan membantu
dapat dilakukan jika suhu menurunkan ansietas dan
tubuh anak mengalami masalah berlebihan
peningkatan.
7. Antipiretik akan mempengaruhi
7. Delegatif dalam pemberian
ambang panas pada hipotalamus.
obat antipiretik dan antibiotik
Anak K Antipiretik akan juga
- Anbacim 2x500 mg @12 jam
mempengaruhi penurunan neuro
- Paracetamol sirup 3x5ml @8
jam transmiter seperti prostaglandin
yang berkontribusi timbulnya
nyeri saat demam
Antibiotik adalah golongan
molekul baik yang mempunyai
efek menekan atau
menghentikan pertumbuhan
bakteri
92

D. Pelaksanaan

Tabel 4.28
PELAKSANAAN KEPERAWATAN PADA ANAK N DAN K
KEJANG DEMAM SEDERHANA DENGAN HIPERTERMI
DIRUANG ANGGREK BRSU TABANAN
PADA TANGGAL 6-9 APRIL 2019 DAN 15-18 APRIL 2019

Diagnosa 6 April 2019 7 April 2019 8 April 2019 9 April 2019


k
e
p
e
r
a
93

w
at
a
n
An. N Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi

Hipertermi  Mengobservasi  Mengobservasi  Mengobservasi  Mengobservasi


b keadaan umum keadaan umum dan keadaan umum keadaan umum
e pasien dan tanda- tanda-tanda vital pasien dan tanda- pasien dan tanda-
r tanda vital terutama suhu tiap 8 tanda vital tanda vital
h terutama suhu tiap jam terutama suhu terutama suhu
u 8 jam DS : Ibu pasien tiap 8 jam tiap 8 jam
b DS: Ibu mengatakan mengatakan DS: Ibu DS: Ibu
u anaknya masih anaknya masih mengatakan mengatakan
n panas dan sedikit istirahat anaknya masih anaknya masih
g rewel. DO : badan pasien panas dan sedikit panas dan sedikit
a DO: Badan teraba masih teraba rewel. rewel.
n hangat, wajah hangat. DO: Badan teraba DO: Badan teraba
d tampak kemerahan hangat, wajah hangat, wajah
e dan TTV N: 1130x/menit tampak tidak tampak tidak
n kemerahan kemerahan
g - S : 38,50C RR: 22x/menit
lagidan TTV lagidan TTV
a - N:128x/mnt
n - RR : 20x/ menit  Mendelegasikan - S : 37,80C - S : 37,50C
k pemberian obat - N:130x/mnt - N:130x/mnt
e  Melonggarkan antipiretik - RR : 22/menit - RR : 22/menit
r pakaian, berikan paracetamol flas
u pakaian tipis yang 10cc via injeksi.  Mendelegasikan  Mendelegasikan
s menyerap keringat. DS : - pemberian obat pemberian obat
a DS: - DO : obat sudah antipiretik antipiretik
k diberikan via injeksi paracetamol flas paracetamol flas
a DO: Pakaian sudah dan tidak ada reaksi 4cc via injeksi 10cc via injeksi.
n diganti dan alergi. DS : - DS : -
menggunakan DO : obat sudah DO : obat sudah
94

k pakaian yang diberikan via diberikan via


o longgar.  Memberikan ekstrak injeksi dan tidak injeksi dan tidak
n cairan (ASI, air, ada reaksi alergi. ada reaksi alergi.
tr  Memberi kompres susu, sari buah dll)
o hangat pada bagian DS : ibu mengatakan  Melonggarkan
l ketiak atau lipatan anaknya sudah ASI,  Memberikan ekstrak
s pakaian, berikan
tubuh. sarapan bubur dan cairan (ASI, air,
u pakaian tipis yang
DS : - makan buah- susu, sari buah dll)
h menyerap
DO : kompres hangat buahan. DS : ibu mengatakan
u keringat.
sudah diberikan DO : pasien sudah anaknya sudah
s DS: -
dibagian ketiak. diberikan cairan ASI, sarapan
e melalui asupan bubur dan makan
k DO: Pakaian sudah
makanannya buah-buahan.
u  Memberikan ekstrak diganti dan
DO : pasien sudah
n (ASI, air, susu, sari menggunakan
diberikan cairan
d buah dll). pakaian yang
 Memberikan HE longgar.
melalui asupan
e DS : ibu mengatakan makanannya
kepada keluarga
r sudah memberikan
mengenai cara  Memberikan ekstrak
a ASI.
yang dapat  Melonggarkan
k DO : ASI sudah cairan (ASI, air,
dilakukan jika suhu pakaian, berikan
i diberikan, pasien susu, sari buah dll)
tubuh anak pakaian tipis yang
b tampak istirahat. DS : ibu mengatakan
mengalami menyerap
at anaknya sudah
peningkatan. keringat.
i  Mendelegasikan ASI, sarapan
DS : ibu mengatakan DS: -
n pemberian obat bubur dan makan
sedikit paham apa
fl antipiretik dan buah-buahan.
yang dijelaskan. DO: Pakaian sudah
a antibiotik DO : pasien sudah
DO : ibu tampak diganti dan
m -paracetamol flas diberikan cairan
antusias menggunakan
a 100mg via injeksi melalui asupan
mendengar pakaian yang
si -cefixime 400mg makanannya
penjelasan perawat longgar.
d via injeksi
it DS : -  Memberikan HE
 Memberikan HE
a DO: obat sudah kepada keluarga
 Menganjurkan kepada keluarga
95

n diberikan dan tidak keluarga untuk mengenai cara mengenai cara


d ada reaksi alergi. membatasi yang dapat yang dapat
ai aktivitas anak dilakukan jika dilakukan jika
d selama anak panas suhu tubuh anak suhu tubuh anak
e DS : ibu mengatakan mengalami mengalami
n sudahmembatasi peningkatan. peningkatan.
g aktivitas anaknya DS : ibu DS : ibu
a DS : pasien tampak mengatakan mengatakan
n istirahat sedikit paham sedikit paham
i apa yang apa yang
b  Memberikan ekstrak dijelaskan. dijelaskan.
u cairan (ASI, air, DO : ibu tampak DO : ibu tampak
p susu, sari buah dll) antusias antusias
a DS : ibu mengatakan mendengar mendengar
si anaknya sudah ASI, penjelasan penjelasan
e sarapan bubur dan perawat perawat
n makan buah-
m buahan.  Menganjurkan
e DO : pasien sudah  Menganjurkan keluarga untuk
n diberikan cairan keluarga untuk membatasi
g melalui asupan membatasi aktivitas anak
at makanannya aktivitas anak selama anak
a selama anak panas
k  Mengobservasi panas DS : ibu
a keadaan umum DS : ibu mengatakan
n dan tanda tanda mengatakan sudahmembatasi
a vital terutama suhu sudahmembatasi aktivitas anaknya
n tiap 8 jam aktivitas anaknya DS : pasien tampak
a DS : - DS : pasien tampak istirahat
k DS : pasien tampak istirahat.
n sedikit rewel  Mengobservasi
y S : 38,9oC keadaan umum
a N : 129x/menit  Memberi kompres dan tanda tanda
96

d RR : 22x/menit hangat pada anak vital terutama


e di bagian ketia suhu tiap 8 jam
m dan lipatan tubuh DS : -
a DS : ibu DS : pasien tampak
 Mendelegasikan
m mengatakan sedikit rewel
, pemberian obat sudah S : 37,5oC
i antibiotik cefixime memberikan N : 129x/menit
b 400mg via injeksi. kompres pada RR : 22x/menit
DS : -
u ketiak pasien  Mendelegasikan
p DO : obat sudah DO : kompres pemberian obat
a diberikan via injeksi hangat sudah antibiotik cefixime
si dan tidak ada reaksi diberikan 4cc via injeksi.
e alergi. dibagian ketiak DS : -
n DO : obat sudah
m  Menganjurkan diberikan via
e keluarga untuk  Mengobservasi injeksi dan tidak
n membatasi keadaan umum ada reaksi alergi.
g aktivitas anak dan tanda tanda
at selama anak panas vital terutama  Memberikan ekstrak
a DS : ibu mengatakan suhu tiap 8 jam cairan (ASI, air,
k sudahmembatasi DS : - susu, sari buah dll)
a aktivitas anaknya DS : pasien tampak DS : ibu mengatakan
n DS : pasien tampak sedikit rewel anaknya sudah
b terbaring di tempat S : 37,5oC ASI, makan bubur
a tidur N : 129x/menit dan makan buah-
d RR : 22x/menit buahan.
a  Mengobservasi DO : pasien sudah
n keadaan umum  Mendelegasikan diberikan cairan
a dan tanda tanda pemberian obat melalui asupan
n vital terutama suhu antibiotik cefixime makanannya
a tiap 8 jam 4cc via injeksi.
k DS : - DS : -  Menganjurkan
n DS : pasien tampak DO : obat sudah keluarga untuk
97

y sedikit rewel diberikan via membatasi


a S : 38,9oC injeksi dan tidak aktivitas anak
p N : 129x/menit ada reaksi alergi selama anak
a RR : 22x/menit panas
n  Menganjurkan DS : ibu
a  Mendelegasikan keluarga untuk mengatakan
s pemberian obat membatasi sudahmembatasi
i antipiretik aktivitas anak aktivitas anaknya
b paracetamol flas selama anak DS : pasien tampak
u 10cc via injeksi. panas terbaring di tempat
p DS : - DS : ibu tidur
a DO : obat sudah mengatakan
si diberikan via injeksi sudahmembatasi  Mendelegasikan
e dan tidak ada reaksi aktivitas anaknya pemberian obat
n alergi. DS : pasien tampak antipiretik
m terbaring di tempat paracetamol flas
e tidur 10cc via injeksi.
n  Memberikan ekstrak
DS : -
g cairan (ASI, air,
 Memberikan DO : obat sudah
at susu, sari buah dll) diberikan via
HE/informasi
a DS : ibu mengatakan injeksi dan tidak
tentang
k anaknya sudah ASI, ada reaksi alergi.
bagaimana
a makan bubur dan
penanganan
n makan buah-
kejang dirumah  Mengobservasi
s buahan.
DS : ibu keadaan umum
u DO : pasien sudah
mengatakan dan tanda tanda
h diberikan cairan
paham apa yang vital terutama
u melalui asupan
dijelaskan. suhu tiap 8 jam
t makanannya
DO : ibu tampak DS : -
u antusias DS : pasien tampak
b mendengar sedikit rewel
u  Memberi kompres penjelasan S : 37oC
h hangat pada anak perawat
98

a di bagian ketia dan


n lipatan tubuh  Mengobservasi
a DS : ibu mengatakan keadaan umum
k sudah memberikan dan tanda tanda
n kompres pada vital terutama
y ketiak pasien suhu tiap 8 jam
a DO : kompres hangat DS : -
n sudah diberikan DS : pasien tampak
ai dibagian ketiak sedikit rewel
k  Mengobservasi S : 38,9oC
t keadaan umum N : 129x/menit
u dan tanda tanda RR : 22x/menit
r vital terutama suhu
u tiap 8 jam  Mendelegasikan
n DS : - pemberian obat
b DS : pasien tampak antipiretik
a sedikit rewel paracetamol flas
d S : 37,8oC 10cc via injeksi.
a N : 129x/menit DS : -
n RR : 22x/menit DO : obat sudah
p diberikan via
a injeksi dan tidak
si  Mendelegasikan ada reaksi alergi.
e pemberian obat
n antipiretik dan
te analgetik  Memberi kompres
r - Paracetamol flas 10cc hangat pada anak
a via injeksi. di bagian ketia
b - Cefixime 4cc via dan lipatan tubuh
a injeksi DS : ibu
h DS : - mengatakan
a DO : obat antipiretik sudah
n dan antibiotic sudah memberikan
99

g diberikan via injeksi kompres pada


at dan tidak ada reaksi ketiak pasien
w alergi. DO : kompres
aj hangat sudah
a diberikan
h dibagian ketiak
p
a
si  Memberikan ekstrak
e cairan (ASI, air,
n susu, sari buah dll)
ta DS : ibu mengatakan
m anaknya sudah
p ASI, sarapan
a bubur dan makan
k buah-buahan.
k DO : pasien sudah
e diberikan cairan
m melalui asupan
e makanannya
r
a  Mengobservasi
h keadaan umum
a dan tanda tanda
n vital terutama
d suhu tiap 8 jam
a DS : -
n DS : pasien tampak
s sedikit rewel,
u wajah tidak
h kemerahan lagi.
u S : 37,7oC
: N : 129x/menit
100

3 RR : 22x/menit
8
,  Mendelegasikan
5 pemberian obat
O
antipiretik dan
C analgetik
- Paracetamol flas
10cc via injeksi.
- Cefixime 4cc via
injeksi
DS : -
DO : obat antipiretik
dan antibiotic
sudah diberikan
via injeksi dan
tidak ada reaksi
alergi.
101

Diagnosa 15 April 2019 16 April 2019 17 April 2019 18 April 2019


k
e
p
e
r
a
w
at
a
n
An. K Implementasi Implementasi Implementasi Implementasi

Hipertermi  Mengobservasi  Mengobservasi  Mengobservasi  Mengobservasi


b keadaan umum keadaan umum dan keadaan umum keadaan umum
e pasien dan tanda- tanda-tanda vital pasien dan tanda- pasien dan tanda-
r tanda vital terutama suhu tiap 8 tanda vital tanda vital
h terutama suhu tiap jam terutama suhu terutama suhu
u 8 jam DS : Ibu pasien tiap 8 jam tiap 8 jam
b DS: Ibu mengatakan mengatakan DS: Ibu DS: Ibu
u anaknya masih anaknya masih mengatakan mengatakan
n panas dan sedikit istirahat anaknya masih anaknya masih
g rewel. DO : badan pasien panas dan sedikit panas dan tidak
a DO: Badan teraba masih teraba rewel. rewel lagi
n hangat, wajah hangat. DO: Badan teraba DO: Badan teraba
d tampak kemerahan hangat, wajah hangat, wajah
e dan TTV N: 1130x/menit tampak tidak tampak tidak
n kemerahan kemerahan
g - S : 38,20C RR: 22x/menit
lagidan TTV lagidan TTV
a - N:108x/mnt
n - RR : 22x/menit  Mendelegasikan - S : 37,60C - S : 37,20C
pemberian obat - N:130x/mnt - N:130x/mnt
102

k antipiretik - RR : 22/menit - RR : 22/menit


e  Mendelegasikan paracetamol sirup
r pemberian obat mg via injeksi  Mendelegasikan  Mendelegasikan
u antipiretik dan DS : - pemberian obat pemberian obat
s antibiotik DO : obat sudah antipiretik paracetamol sirup
a -paracetamol sirup diberikan via injeksi paracetamol sirup 125mg via injeksi
k 125mg via oral dan tidak ada reaksi 125mg via injeksi DS : -
a -anbacim 400mg via alergi. DS : - DO : obat sudah
n injeksi DO : obat sudah diberikan via
k DS : - diberikan via injeksi dan tidak
o DO: obat sudah  Mendelegasikan injeksi dan tidak ada reaksi alergi.
n diberikan dan tidak pemberian obat ada reaksi alergi.
tr ada reaksi alergi. antibiotik
o -anbacim 400mg via  Memberikan ekstrak
l injeksi cairan (ASI, air,
s  Melonggarkan
 Melonggarkan DS : - susu, sari buah dll)
u DO: obat sudah pakaian, berikan
pakaian, berikan DS : ibu mengatakan
h diberikan dan tidak pakaian tipis yang
pakaian tipis yang anaknya sudah
u ada reaksi alergi. menyerap
menyerap keringat. susu formula,
s keringat.
DS: - sarapan bubur dan
e DS: -
makan buah-
k DO: Pakaian sudah
DO: Pakaian sudah  Memberikan ekstrak buahan.
u diganti dan
diganti dan cairan (ASI, air, DO : pasien sudah
n menggunakan
menggunakan susu, sari buah dll) diberikan cairan
d pakaian yang
pakaian yang DS : ibu mengatakan melalui asupan
e longgar.
longgar. anaknya sudah susu makanannya
r formula, sarapan
a  Memberikan ekstrak
bubur dan makan
k cairan (ASI, air,
 Memberi kompres buah-buahan.  Mendelegasikan
i DO : pasien sudah susu, sari buah dll)
hangat pada bagian pemberian obat
b diberikan cairan DS : ibu mengatakan
ketiak atau lipatan antibiotik anbacim
at melalui asupan anaknya sudah
tubuh. 400mg via injeksi.
i makanannya susu formula
DS : - DS : -
103

n DO : kompres hangat sarapan bubur dan DO : obat sudah


fl sudah diberikan makan buah- diberikan via
a dibagian ketiak.  Memberikan HE buahan. injeksi dan tidak
m kepada keluarga DO : pasien sudah ada reaksi alergi
a mengenai cara diberikan cairan
si yang dapat melalui asupan
d dilakukan jika suhu makanannya
it tubuh anak  Memberikan HE
a mengalami  Mendelegasikan kepada keluarga
n peningkatan. pemberian obat mengenai cara
d DS : ibu mengatakan antibiotik anbacim yang dapat
ai sedikit paham apa 400mg via injeksi. dilakukan jika
d yang dijelaskan. DS : - suhu tubuh anak
e DO : ibu tampak DO : obat sudah mengalami DS :
n antusias dib ibu mengatakan
g mendengar erikan via injeksi sedikit paham apa
a penjelasan perawat dan tidak ada yang dijelaskan.
n dan ibu tampak reaksi alergi DO : ibu tampak
I kooperatip dalam antusias
b bertanya  Memberikan mendengar
u HE kepada penjelasan
p  Mengobservasi keluarga perawat
a keadaan umum mengenai cara
si dan tanda tanda yang dapat  Menganjurkan
e vital terutama suhu dilakukan jika keluarga untuk
n tiap 8 jam suhu tubuh anak membatasi
m DS : - mengalami aktivitas anak
e DS : pasien tampak peningkatan DS selama anak
n sedikit rewel : ibu panas
g S : 38,9oC mengatakan DS : ibu
at N : 129x/menit sedikit paham mengatakan
a RR : 22x/menit apa yang sudahmembatasi
k dijelaskan. aktivitas anaknya
104

a DO : ibu tampak DO : pasien tampak


n antusias istirahat
 Mendelegasikan
b mendengar
pemberian obat
a penjelasan  Mengobservasi
d antipiretik perawat keadaan umum
a paracetamol 125mg
dan tanda tanda
via oral
n  Menganjurkan vital terutama
a DS : -
keluarga untuk suhu tiap 8 jam
n DO : obat sudah
membatasi DS : -
a diberikan via injeksi
aktivitas anak DS : pasien tampak
k dan tidak ada reaksi
selama anak sedikit rewel
n alergi.
panas S : 37oC
y DS : ibu N : 129x/menit
a  Memberikan ekstrak mengatakan RR : 22x/menit
te cairan (ASI, air, sudahmembatasi
r susu, sari buah dll) aktivitas anaknya
a DS : ibu mengatakan DS : pasien tampak  Mendelegasikan
b anaknya sudah istirahat pemberian obat
a minum susu antipiretik
p formula, makan  Memberi kompres paracetamol sirup
a bubur dan makan hangat pada anak 125mg via oral
n buah-buahan. di bagian ketia DS : -
a DO : pasien sudah dan lipatan tubuh DO : obat sudah
s diberikan cairan DS : ibu diberikan via
p melalui asupan mengatakan injeksi dan tidak
a makanannya sudah ada reaksi alergi.
n memberikan
a kompres pada
s  Menganjurkan
ketiak pasien  Memberikan ekstrak
a keluarga untuk
DO : kompres cairan (ASI, air,
n membatasi
hangat sudah susu, sari buah dll)
a aktivitas anak
diberikan DS : ibu mengatakan
k selama anak panas
dibagian ketiak anaknya sudah
105

n DS : ibu mengatakan susu formula,


y sudahmembatasi makan bubur dan
a aktivitas anaknya  Mengobservasi makan buah-
n DS : pasien tampak keadaan umum buahan.
ai terbaring di tempat dan tanda tanda DO : pasien sudah
k tidur vital terutama diberikan cairan
t suhu tiap 8 jam melalui asupan
u DS : - makanannya
 Memberikan ekstrak
r DO : pasien tampak
u cairan (ASI, air,
sedikit rewel
susu, sari buah dll)
n S : 37,5oC  Menganjurkan
d DS : ibu mengatakan
N : 129x/menit keluarga untuk
a anaknya sudah susu
RR : 22x/menit membatasi
ri formula, makan
aktivitas anak
k bubur dan makan
buah-buahan.  Memberikan ekstrak selama anak
e cairan (ASI, air, panas
m DO : pasien sudah
susu, sari buah dll) DS : ibu
a diberikan cairan
DS : ibu mengatakan mengatakan
ri melalui asupan
anaknya sudah sudahmembatasi
n makanannya
susu formula, aktivitas anaknya
i makan bubur dan DS : pasien tampak
b  Memberi kompres makan buah- terbaring di tempat
u hangat pada anak buahan. tidur
p di bagian ketiak DO : pasien sudah
a dan lipatan tubuh diberikan cairan  Memberikan ekstrak
si DS : ibu mengatakan melalui asupan cairan (ASI, air,
e sudah memberikan makanannya susu, sari buah dll)
n kompres pada DS : ibu mengatakan
m ketiak pasien  Menganjurkan anaknya sudah
e DO : kompres hangat keluarga untuk susu formula,
n sudah diberikan membatasi makan bubur dan
g dibagian ketiak aktivitas anak makan buah-
at selama anak buahan.
106

a panas DO : pasien sudah


k  Mengobservasi DS : ibu diberikan cairan
a keadaan umum mengatakan melalui asupan
n dan tanda tanda sudahmembatasi makanannya
a vital terutama suhu aktivitas anaknya  Mengobservasi
n tiap 8 jam DO : pasien tampak keadaan umum
a DS : - terbaring di tempat dan tanda tanda
k DS : pasien tampak tidur vital terutama
n sedikit rewel suhu tiap 8 jam
y S : 37,8oC  Mengobservasi DS : -
a N : 129x/menit keadaan umum DS : pasien tampak
d RR : 22x/menit dan tanda tanda sedikit rewel
e vital terutama S : 36,9oC
m suhu tiap 8 jam N : 108x/menit
a  Mendelegasikan DS : - RR : @@x/menit
m pemberian obat DS : pasien tampak
s antipiretik dan sedikit rewel  Mendelegasikan
e antibiotik S : 37,5oC pemberian obat
h -paracetamol sirup N : 129x/menit antipiretik
i 125mg via oral RR : 22x/menit paracetamol flas
n -anbacim 400mg via 10cc via injeksi.
g injeksi  Mendelegasikan DS : -
g DS : - pemberian obat DO : obat sudah
a DO: obat sudah antipiretik dan diberikan via
a diberikan dan tidak obat analgetik injeksi dan tidak
n ada reaksi alergi -paracetamol ada reaksi alergi
a 125mg via oral
k -anbacim 400mg
n via injeksi
y
a DS : -
m DO : obat antipiretik
e dan antibiotik
107

n sudah diberikan
ja via injeksi dan
d tidak ada reaksi
i alergi.
s
e
d
i
k
it
r
e
w
el
,
i
b
u
m
e
n
g
at
a
k
a
n
b
a
d
a
n
p
108

a
si
e
n
te
r
a
b
a
p
a
n
a
s
w
aj
a
h
p
a
si
e
n
ta
m
p
a
k
k
e
m
e
r
109

a
h
a
n
S
:
3
8
,
2
o

C
,

E. Evaluasi Keperawatan
TABEL 4.29

EVALUASI KEPERAWATAN PADA ANAK N DAN ANAK K

KEJANG DEMAM SEDERHANA DENGAN HIPERTERMI

DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN


DIAGNOSA KEPERAWATAN 7 APRIL 2019 8 APRIL 2019 9 APRIL 2019
PUKUL : 20.00 WITA PUKUL : 20.00 WITA PUKUL : 20.00 WITA
Anak N
110
Hipertermi berhubungan dengan Subyektif : Subyektif : Subyektif :
kerusakan kontrol suhu sekunder - Ibu mengatakan panas - Ibu mengatakan panas - Ibu mengatakan panas
akibat inflamasi ditandai dengan anaknya masih naik anaknya masih naik turun. anaknya sudah mendingan
Ibu pasien mengatakan anaknya turun. - Ibu mengatakan anaknya pagi, siang sore panasnya
demam Ibu pasien mengatakan - Ibu pasien mengatakan sedikit rewel stabil
badan anaknya panas ibu pasien badan anaknya teraba - Ibu mengatakan sudah - Ibu mengatakan badan
mengatakan suhu tubuh anaknya panas. tampak mengerti tentang anaknya sudah tidak hangat
naik turun badan pasien teraba - Ibu pasien mengatakan penanganan kejang demam. lagi.
hangat wajah pasien tampak anaknya sedikit rewel. - Ibu mengatakan mengerti
kemerahan dan suhu : 38,5OC dan paham tentang
penanganan kejang demam
dirumah.
Obyektif : Obyektif :
- Pasien tampak rewel dan - Pasien tampak rewel Obyektif :
menangis - Wajah pasien tampak tidak - Pasien tampak tenang
- Wajah pasien tampak kemerahan - Wajah pasien tampak tidak
kemerahan - Badan pasien teraba hangat kemerahan
- Badan pasien teraba hangat - Suhu : 37,7oC - Badan pasien tidak teraba
- Suhu : 37,8oC hangat
- Suhu tubuh pasien tampak
normal, Suhu : 37oC

Assesment : Assesment : Assesment :


Tujuan no 1, 2, dan 3 belum Tujuan no. 1, dan 2 belum Tujuan no. 1, 2, dan 3 tercapai,
tercapai, masalah hipertermi tercapai, masalah hipertermi masalah hipertermi teratasi
belum teratasi belum teratasi.
Plan :
Plan : Plan : Pertahankan kondisi pasien
Lanjutkan rencana keperawatan. Lanjutkan rencana keperawatan
DIAGNOSA 16 APRIL 2019 17 APRIL 2019 18 APRIL 2019
KEPERAWATAN PUKUL : 20.00 WITA PUKUL : 20.00 WITA PUKUL : 20.00 WITA
Pasien 2
Hipertermi berhubungan dengan Subyektif : Subyektif : Subyektif :
kerusakan kontrol suhu sekunder - Ibu mengatakan
badan - Ibu pasien mengatakan - Ibu mengatakan badan
akibat inflamasi ditandai dengan anknya masih panas anaknya tidak demam lagi anaknya sudah tidak panas
Ibu pasien mengatakan badan - Ibu mengatakan
panas - Ibu mengatakan anaknya lagi
anaknya teraba panas panas anaknya naik uturn. tampat tidak rewel lagi - Ibu mengatakan sudah
anaknya naik turun dari kemarin mengerti tentang bagaimana
ibu pasien mengatakan anaknya penanganan kejang demam
demam sehingga anaknya menjadi dirumah.
sedikit rewel badan pasien teraba Obyektif : Obyektif :
panas wajah pasien tampak - Pasien tampak rewel dan - Badan pasien tidak teraba Obyektif :
111

B. Pembahasan
Pembahasan merupakan proses analisa antara teori dan implikasi

keperawatan secara nyata. Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara

teori dengan praktek nyata dalam asuhan keperawatan pasien 1 (An. N) dan pasien 2

(An. K) dengan Kejang Demam Sederhana diruang Anggrek BRSU Tabanan

berdasarkan proses keperawatan yang meliputi pengkajian keperawatan, perencanaan

keperawatan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi keperawatan.


1. Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan sesuai

dengan kebutuhan individu (klien). Oleh karena itu pengkajian yang benar, akurat,

lengkap, dan sesuai kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosis

keperawatan dan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan respon

individu, sebagaimana yang telah di tentukan dalam standar praktik keperawatan dari

American Nursing Association (Nursalam, 2013).


Dalam tinjauan teori menyebutkan bahwa pasien kejang demam biasanya

memiliki keluhan berupa demam, mual muntah, lemas, kulit kemerahan, mukosa

bibir kering, keluar saliva berlebih, gelisah, rewel, badan panas. Dari hasil pengkajian

di dapatkan data yang sama pada Anak N yang berusia 13 bulan dan pada Anak K

berusia 22 bulan. Berdasarkan teori dari Ridha (2014) mengatakan bahwa pasien

yang mengalami kejang demam berusia di bawah 5 tahun dan cenderung perempuan

lebih banyak mengalami kejang demam dibandingkan laki laki. Pada Anak N dan

anak K memiliki keluhan yang sama, pada Anak N yaitu badan teraba panas, panas

naik turun, wajah tampak kemerahan, suhu 38,50C, rewel dan pasien mengalami

pilek. Adapun data yang tidak ditemukan pada An. N dan An. K berdasarkan teori
112

diatas adalah mual muntah, lemas, mukosa bibir kering, keluar saliva berlebih,

gelisah, penurunan berat badan, adanya kesulitan dalam bernapas. Hal ini tidak terjadi

dikarenakan tidak ada tanda-tanda tersebut yang muncul pada pasien. Penyebab

kejang demam pada Anak N dan Anak K adalah ISPA. Hal ini sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Gourabi yang membuktikan dari 214 pasien anak yang

mengalami kejang demam 72,9% penyakit primernya adalah ISPA bagian atas,

sedangkan ISPA bagian bawah 1,4%. Pada teori penyebab terjadinya kejang adalah

diakibatkan karena infeksi diluar susunan saraf pusat seperti tonsillitis, OMA (Otitis

Media Akut), bronkiolitis, ISPA (Inpeksi Saluran Akut), dll. Penyebab terbanyak

adalah bakteri yang bersifat toksik yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang

menyebar keseluruh tubuh melalui hematogen/limfogen yang langsung di respon oleh

hipotalamus yang mengakibatkan terjadinya demam/peningkatan suhu tubuh. Kejang

pada Anak N dan Anak K sama sama terjadi pada kenaikan suhu 39 oC, hal ini sesuai

dengan teori yang dikatakan oleh Ridha (2014) yaitu kejang demam terjadi pada

kenaikan suhu diatas 38oC. An. N dan An. K memiliki manifestasi klinis kejang

demam yang sesuai dengan teori yaitu pasien kejang dengan kekakuan pada seluruh

tubuh, dan anak lemas serta sadar setelah kejang (Ridha,2014). Berdasarkan teori

kejang demam An. N dan An. K dapat dikategorikan sebagai kejang demam

sederhana, karena kedua pasien mengalami kejang selama ±5 menit dan tidak

berulang dalam 24 jam (Ridha, 2014).


Komplikasi yang bisa ditimbulkan oleh kejang demam adalah konstriksi

pembuluh darah sehingga aliran darah tidak lancar dan peredaran O2 juga terganggu.
113

Otak akan mengalami kekurangan O2, hal ini dapat mengakibatkan kerusakan sel otak

dan dapat terjadinya kelumpuhan atau terjadinya retardasi mental. Anak kejang

demam sederhana juga berisiko mengalami depresi pusat pernafasan. Hal ini dapat

terjadi karena efek pemberian obat anti konvulsan secara IV yang terlalu cepat.

Komplikasi ini tidak ditemukan pada kedua pasien, karena kedua pasien sudah

mendapat tindakan yang tepat dari rumah sakit. Kejang pada kedua pasien hanya

terjadi 1x dan seger mendapatkan perawatan di RS sehingga komplikasi seperti O 2

dan aliran darah yang tidak lancar menuju ke otak tidak terjadi sehingga tidak

terdapat gangguan otak ataupun retardasi mental


Dalam melakukan pengkajian penulis tidak mengalami kesulitan ataupun

hambatan karena dari pihak keluarga pasien sangat kooperatif sehingga pengambilan

data pengkajian berjalan dengan lancar.


2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu dan atau

kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan

memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga dapat status kesehatan,

menurunkan, membatasi, mencegah, dan mengubah (Nursalam, 2013).


Adapun diagnosa keperawatan prioritas pada kasus ini yaitu hipertermi b/d

proses infeksi akibat penyakit. Beberapa diagnosa keperawatan pada tinjauan teori

yang tidak muncul pada An. N dan An. K seperti diagnosa keperawatan :

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas diagnosa ini tidak muncul dikarenakan pasien

tidak mengalami kesulitan dalam bernafas atau stridor, pernafasn pasien dalam batas

normal yaitu 22x/menit. Kekurangan volume cairan tidak muncul dikarenakan pasien
114

tidak mengalami haus yang berlebih, pasien tidak mengalami mual muntah, dan

intake minum pasien baik dan pasien sudah mendapat terapi cairan berupa infus.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tidak muncul dikarenakan asupan

makanan pasien baik, jika dilihat dari status gizi anak tidak mengalami penurunan

berat badan, sebelum sakit 9 kg dan saat sakit 9 kg. Risiko keterlambatan

pertumbuhan dan perkembangan tidak muncul dikarenakan pertumbuhan dan

perkembangan pasien sesuai dengan anak seusianya, terlihat dari pasien sudah bisa

berdiri, berjalan berpegangan pada kursi atau tembok, berbicara seperti anak

seusianya. Risiko gangguan perfusi jaringan tidak muncul dikarenakan pasien tidak

kekurangan oksigen, kulit pasien tampak merah muda, dan akral teraba hangat.

Risiko cidera tidak muncul dikarenakan saat pengkajian pasien tidak mengalami

kejang berulang dan keluarga sudah mengawasi pasien selama perawatan

3. Perencanaan

Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk mencegah,

mengurangi, atau mengoreksi masalah – masalah yang telah diidentifikasi pada

diagnosis keperawatan dan menyimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam, 2013).

Dalam penyusunan perencanaan diawali dengan memprioritaskan masalah yang

paling mengancam jiwa pasien. Masalah yang diprioritaskan pada An. N dan An. K

adalah hipertermi. Penulis memprioritaskan hipertermi karena jika hipertermi tidak


115

ditangani akan menyebabkan masalah risiko kejang berulang. Pada An. N dan An. K

ditemukan data yang sesuai dengan teori Heather, 2015 yaitu tanda tanda hipertermi

seperti suhu 38,5oC dan 38,2oC, Nadi : 130x/menit, badan teraba panas, wajah tampak

kemerahan, anak tampak rewel. Sedangkan seperti suhu 38,2 oC, Nadi : 108x/menit,

badan teraba panas, wajah tampak kemerahan.

Terdapat kesamaan perencanaan keperawatan antara An. N dan An. K.

Perencanaan yang dibuat pada An. N dan An. K sudah sesuai dengan teori yang

disebutkan dalam Ridha, 2014 yaitu : Observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital

terutama suhu tiap 8 jam, beri kompres hangat pada anak di bagian ketiak dan lipatan

tubuh, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas anak selama anak panas,

longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang menyerap keringat, beri ekstra

cairan (ASI, air, susu, sari buah dan lain-lain), beri HE kepada keluarga mengenai

cara yang dapat dilakukan jika suhu tubuh anak mengalami peningkatan, delegatif

dalam pemberian obat antipiretik dan antibiotik. Terdapat perbedaan dalam

pemberian therapi obat pada An. N dan An. K. Pada An. N diberikan antibiotik

Cefixime. Cefixime merupakan obat antibiotik golongan cephalosporin obat yang

digunakan untuk mengobati ISPA ataupun masalah THT lainnya. Therapi antibiotik

pada An. K yaitu obat Anbacim. Anbacim yang digunakan untuk mengobati ISPA,

ISK ataupun radang lainnya. Therapy antibiotik pada An. N dan An. K sama sama

berfungsi untuk menekan pertumbuhan bakteri didalam tubuh. Pemberian obat

paracetamol flash dan paracetamol sirup pada An.N dan An. K sama sama berfungsi

sebagai obat penurun panas.


116

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan keperawatan merupakan wujud nyata dari rencana keperawatan

untuk mencapai tujuan yang lebih spesifik dan untuk membantu klien mencapai

tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2013).


Tindakan keperawatan pada Anak N dilaksanakan pada tanggal 6 april-9 april

2019 sedangkan pada Anak K dilaksanakan pada tanggal 15 april – 18 april 2019.

Asuhan keperawatan dilakukan sesuai dengan perencanaan keperawatan yaitu 3x24

jam. Tindakan keperawatan sudah dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana

keperawatan dan sudah diberikan sesuai dengan SOP. Hal ini dapat terlaksana karena

adanya kerjasama antara penulis dengan perawat ruangan tenaga medis lainnya serta

keluarga pasien yang sangat kooperatif dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

yang telah berkenan melaksanakan segala anjuran dan saran dari dokter dan perawat.
Pada pelaksanaan keperawatan ini penulis juga menerapkan prinsip atraumatic

care pada pasien. Atraumatic care ini juga mendukung proses penyembuhan pada

anak. Prinsip yang diterapkan dalam atraumatic care ini yaitu menurunkan atau

mencegah dampak perpisahan dari keluarga, meningkatkan kemampuan orang tua

dalam mengontrol perawatan pada anak, mencegah dan mengurangi cidera dan nyeri

(dampak psikologi), tidak melakukan kekerasan pada ana, modifikasi lingkungan

seperti tetap memberikan anak untuk membawa mainan kesukaan, tetap menjaga

kebersihan lingkungan.
Pada saat An. N dan An. K mengalami peningkatan suhu tubuh, penulis dan

perawat ruangan melakukan tindakan pengukuran suhu tubuh setiap jam. Hal ini tidk
117

sesuai dengan perencanaan diawal. Pengukuran suhu tubuh ekstra dilakukan untuk

mencegah terjadinya risiko kejang berulang pada pasien.


5. Evaluasi
Tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan

seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah

berhasil tercapai. evaluasi keperawatan memungkinkan perawat untuk memonitor

keadaan yang terjadi selama tahan pengkajian, analisa, perencanaan, pelaksaan

tindakan (Nursalam, 2011).


Evaluasi keperawatan yang dilaksanakan disini menggunakan evaluasi formatif

yaitu evaluasi yang dilakukan setiap hari melalui catatan perkembangan untuk

mengetahui perkembangan dan kemajuan yang telah dicapai pasien setiap harinya.

Evaluasi harian yang didapatkan pada An. N dan An. K pada hari pertama yaitu

masalah belum teratasi, dimana anak masih demam pada suhu 37,8oC. Hal ini terjadi

dikarenakan masih berlangsung proses inflamasi didalam pembuluh darah oleh virus

dan bakteri. Pada hari kedua, masalah keperawatan teratasi sebagian karena wajah

pasien tidak kemerahan lagi, suhu tubuh naik turun, yaitu An. N suhu tubuh 37,7 oC

dan An. K 37,8oC. Pada hari ketiga masalah keperawatan teratasi karena suhu tubuh

pasien An. N 37oC. Hal ini terjadi karena pasien sudah diberikan asuhan keperawatan

secara mandiri dan kolaborasi dalam pemberian obat antibiotik dan antipiretik. Obat

antibiotik ini dapat mencegah atau menekan pertumbuhan bakteri sedangkan

antipiretik disini sebagai obat penurun panas.


Secara umum evaluasi keperawatan hari terakhir yang di dapatkan pada An. N

dan An. K tidak ada perbedaan. Evaluasi yang didapatkan suhu tubuh dalam rentang

normal (36,5oC-37,5oC), wajah pasien tidak kemerahan lagi, badan tidak teraba panas,
118

dan pasien tidak rewel lagi. Masalah keperawatan pada An. N dan An. K dapat

teratasi karena semua kriteria hasil pada tujuan keperawatan sudah tercapai. Masalah

keperawatan An. N teratasi tanggal 9 April 2019 dan An. K tanggal 18 April 2019.
124

BAB V

PENUTUP

A Kesimpulan

Penerapan proses keperawatan pada pasien I (An. N) dan pasien II (An.

K) dengan Kejang Demam Sederhana di Ruang Anggrek BRSU Tabanan secara

umum sudah sesuai dengan tahap – tahapan dalam proses keperawatan dan dapat

dilaksanakan dengan baik.

Pada pengkajian data dari pasien I (An. N) dan pasien II (An. K)

diperoleh dengan pengumpulan data ,pengkajian data bio-psiko-spiritual dan

pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan telah disesuaikan dan berdasarkan

pada kondisi pasien pada saat pengkajian. Dari pengkajian tersebut didapatkan

data subjektif yang berasal dari keluhan orang tua pasien dan data objektif dari

hasil pemeriksaan dan pengkajian yang dilakukan. Adapun riwayat kesehatan dari

kedua orang tua pasien yaitu sama-sama tidak memiliki riwayat kejang demam

sebelumnya.

Dari data pengkajian tersebut, dapat dirumuskan diagnosa keperawatan

yang sama antara dua pasien. Pasien I (An. N) dan pasien II (An. K) sama sama

mempunyai diagnosa keperawatan yang sama yaitu hipertermi.

Perencanaan disusun sesuai dengan diagnosa keperawatan yang muncul.

Prioritas masalah keperawatan telah dibuat berdasarkan berat ringannya masalah.

122
124

Dari empat masalah keperawatan yang muncul pada pasien I (An. N) dan pasien

II (An. K) yang menjadi prioritas utama dari kedua pasien tersebut yaitu

hipertermi. Rencana keperawatan hipertermi tersebut sudah disusun sesuai dengan

apa yang terdapat pada teori.

Pelaksanaan tindakan keperawatan sebagian besar sudah sesuai dengan

rencana keperawatan yang telah disusun, dimana hal ini merupakan suatu

kerjasama antara penulis, perawat ruangan, tenaga medis lainnya dan juga

keluarga. Tindakan keperawatan sudah disesuaikan dengan kondisi pasien I (An.

N) dan pasien II (An. K) Lingkungan perawatannya telah disesuaikan dengan

konsep teori yang telah ada. Selain itu pasien dan keluarga juga sangat kooperatif

dalam setiap tindakan keperawatan yang diberikan sehingga proses keperawatan

dapat dilakukan secara optimal.

Evaluasi keperawatan pada diagnose keperawatan hipertermi pada

pasien I (An. N) dan pasien II (An. K) dilaksanakan dalam 3 x 24 jam. Evaluasi

yang dilakukan disini adalah evaluasi harian, dimana masalah kedua pasien pada

hari 1 sama sama belum teratasi, hari ke 2 masalah teratasi sebagian, dan hari ke 3

masalah teratasi. Kriteria hasil dalam tinjauan keperawatan sudah tercapai dan

masalah sudah teratasi.

122
123

B Saran

1 Kepada Responden/Partisipan/Pasien
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada kedua pasien, adapun saran

yang ingin penulis sampaikan kepada kedua orang tua pasien yaitu

mengenai informasi bagaimana pencegahan demam, penanganan kejang

demam dan informasi terkait penyakit pasien agar bisa membaca leaflet di

ruangan ataupun menggunakan sarana yang ada di ruang Anggrek BRSU

Tabanan.
2 Kepada Penulis Selanjutnya
Penulis selanjutnya dapat menyiapkan referensi buku ataupun jurnal

terbaru untuk KTI selanjutnya.

121
124

122
DAFTAR PUSTAKA

Black, J.M., & Hawks, J.H. (2014). Keperawatan medikal bedah. manajemen klinis
untuk hasil yang diharapkan. (Buku 3). Singapura : Elsivier

BRSU Tabanan Kota Tabanan.(2018). Buku register. ruang Anggrek Tabanan: BRSU
Tabanan.

Doengoes, M.E., at al. (2012). Rencana asuhan keperawatan. pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta : EGC

Lestari Titik.(2016). Asuhan keperawatan anak.Yogyakarta: Nuha Medika.

Iqbal,M.W.,dkk. (2015). Ilmu keperawatan dasar. Jakarta : Salemba Medika

Marwan, R. (2017). Faktor yang berhubungan dengan penanganan pertama kejadian


kejang demam pada anak pada usia 6 bulan sampai 5 tahun di puskesmas,
1(1). di peroleh pada tanggal 1 maret 2019, dari
http://journal.umbjm.ac.id/index.php/caring-nursing

NANDA, International. (2015). Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi.


Jakarta : EGC

NANDA, International. (2018). Diagnosa keperawatan definisi dan klasifikasi.


Jakarta : EGC

NANDA NIC-NOC. (2015). Aplikasi asuhan keperawatan beradasarkan diagnosa

medis dan nanda nic-noc (Jilid 2). Jogjakarta: MediAction.

Ngastiyah. (2014). Perawatan anak sakit.(Ed.2). Jakarta:EGC.

Nursalam. (2013). Proses dan dokumentasi keperawatan konsep dan praktek.(Ed.2).


Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmojo, S. (2014). Metodelogi penelitian kesehatan. Jakarta : PT. Rineka Cipta


Ridha, H.N. (2014). Buku ajar keperawatan anak. Yogyakarta : Pustaka pelajar.

Riyadi S., & Sukarmin (2012). Asuhan keperawatan pada anak. Yogyakarta : Graha
Ilmu

Saputra, R., dkk. (2019) Tingkat pengetahuan ibu tentang kejang demam pada anak

usia 6 bulan sampai 5 tahun di puskesmas Kampar timur 2018. Abdurrab

Volume 2 No. 2.
http://jurnal.univrab.ac.id/index.php/keperawatan/article/download/625/428/.
Diperoleh tanggal 28 februari 2019.

Swarjana, K. (2015). Metodelogi penelitian kesehatan. (Ed.2). Yogyakarta: CV Andi


Offset.
Lampiran 2

INFORMED CONSENT

(Persetujuan menjadi partisipan)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat penjelasan

secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh Ni Putu Sri Ayu

Ratnawati dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KEJANG DEMAM

SEDERHANA DENGAN HIPERTERMI DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN”.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela tanpa

paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri, maka saya dapat

mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Tabanan, 6 April 2019

Saksi Yang memberikan persetujuan

............................................. ...........................................................

Tabanan, 6 April 2019

Peneliti

( Ni Putu Sri Ayu Ratnawati)


NIM. 16E11596
Lampiran 3

INFORMED CONSENT

(Persetujuan menjadi partisipan)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa saya telah mendapat penjelasan

secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang akan dilakukan oleh Ni Putu Sri Ayu

Ratnawati dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK KEJANG DEMAM

SEDERHANA DENGAN HIPERTERMI DI RUANG ANGGREK BRSU TABANAN”.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini secara sukarela tanpa

paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan mengundurkan diri, maka saya dapat

mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.

Tabanan, 15 April 2019

Saksi Yang memberikan persetujuan

............................................. ...........................................................

Tabanan, 15 April 2019

Peneliti

( Ni Putu Sri Ayu Ratnawati)


NIM. 16E11596
2. Kejangdemamkomplek c) Pneumon
APA ITU KEJANG s ia
DEMAM? d) Gastroen
Kejang demam atau febrile
convulsion adalah bangkitan
teritis
kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
PenyebabKejang
diatas 38oC) yang disebabkan
oleh proses ekstranium Demam TandadanGejala
(Ngastiyah, 2005).
1. Kerusakan 1.Adanya
jaringan otak peningkatan suhu
(kelainan
tubuh (demam)
neurologis)
2.Hilangnya kontrol
2. Kelainan
perinatal
motorik
3. Riwayat kejang 3.Tubuh kaku, mata
keluarga mendelik, kaki dan
4. Infeksi seperti: tangan
a) Infeksi menghentak-
JENIS-JENIS saluran hentak
KEJANG pernafasan atas 4.Penurunan
b) Otitis kesadaran
1. Kejangdemamsederha
na media
anak mulai walau telah
demam. diberi obat
3. Jika terjadi 5. Beri petunjuk
kejang anak harus dalam
Cara Penanganan di baringkan, penggunaan
1. Harus baringkan di diazepam rektal.
tempat yang rata,
selalu tersedia kepala
6. Beritahukan
obat dimiringkan, buka orang tua jika
bajunya dan anak
pasang gagang mendapatkan
sendok yang telah imunisasi.
dibungkus dengan 7. Walaupun
penurun panas. kain bersih di kejang sudah
2. Anak mulutnya. agak lama tidak
segera diberikan 4. Apabila terjadi,
obat penurun kejang berulang diharapkan
panas bila orang atau kejang orang tua
tua mengetahui terlalu lama supaya tidak
menghentikan STIKES BALI
terapi sendiri 2018

KEJANG OLEH :
Ni Putu Sri Ayu Ratnawati
16E11596

DEMAM DIII KEPERAWATAN

Anda mungkin juga menyukai