Anda di halaman 1dari 93

SKRIPSI

HUBUNGAN FAKTOR EKONOMI DENGAN KEJADIAN GIZI BURUK


PADA BALITA DI DESA LAKAT KECAMATAN KUATNANA
KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN
TAHUN 2019

Skripsi Ini Merupakan Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana


Keperawatan (S.Kep)

SUMIATI BULU
NIM: 2016114084

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NUSANTARA

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN

KUPANG

2019/2020
ii
LEMBARAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah di pertahankan di depan Penguji Ujian Program Studi S1


Keperawatan STIKES NUSANTARA oleh :

Nama : Sumiati Bulu

Nim : 2016114084

Program Studi : S1-Keperawatan

Kupang,04 Februari 2020

Penguji Tanda Tangan

Ketua : Alfonsa I. l .Seran,S.Kep.,Ns.MM

NIDN : 0831109004

Anggota

Penguji : 1. Syahrir, S.Kep., M.Si

NIDN: 0823018902

2. Otniel Blegur,S.Sos.M.Kes
NIDN. 0810047303

Mengesahkan

KETUA STIKES NUSANTARA

Markus Kore,S.kep.,M.Si

NIDN: 0825118404

iii
iv
ABSTRAK

Hubungan Faktor Ekonomi Dengan Kejadian Gizi Buruk Pada Balita Di Desa
Lakat Kecamatan Kuatnana Kabupaten Timor Tengah Selatan

Latar Belakang : Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyatakan Provinsi
dengan prensentase tertinggi gizi buruk pada balita usia 0-59 bulan tahun 2018 adalah
NTT dengan presentase 6,9. Data Pemantauan Status Gizi tahun 2017 menurut provinsi
didapatkan balita dengan gizi buruk 7,4% di NTT.Untuk Kabupaten Timor Tengah
Selatan ditemukan sebanyak 340 kasus.
Tujuan: Mengetahui hubungan status ekonomi keluarga dengan status gizi pada balita
di Desa Lakat, Kecamatan Kuatnana, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Metode: Menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan


adalah observasional analitik dengan pendekatan crosssectional, 96 Balita sebagai sampel
dengan menggunakan teknik total sampling, analisis data menggunakan uji sperman rho.

Hasil:menunjukkan responden sebagian besar berada pada kelas ekonomi bawah dengan
jumlah 82 orang (85,42), Menengah dengan jumlah 14 orang (14,58), dan tidak ada
responden yang berada pada kelas ekonomi atas. Hasil ujistatistic tabulasi sperman
Rohmenunjukan P Value =0,000 , Maka HI di terima pada Tingkat signifikan P <0,05.
Kesimpulan: Terdapat Hubungan Faktor Ekonomi Dengan Kejadian Gizi Buruk Pada
Balita di Desa Lakat, Kecamatan Kuatnana, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

Kata kunci : faktor ekonomi, gizi buruk pada balita.

v
ABSTRAK

The Relationship between Economic Factors and the Occurrence of Malnutrition in


Toddlers in Lakat Village, Murninana Subdistrict, South Central Timor Regency
Background: Based on the 2013 Basic Health Research, the province with the highest
percentage of malnutrition among children aged 0-59 months in 2018 was NTT with a
percentage of 6.9. Nutrition Status Monitoring Data for 2017 by province shows that
under five children with malnutrition are 7.4% in NTT. There were 340 cases of South
Central Timor Regency.
Objective: To determine the relationship between the family's economic status and
nutritional status of children under five in Lakat Village, Kuatnana District, South
Central Timor Regency.
Method: Using quantitative research types. The research method used was observational
analytic with cross sectional approach,96 toddlers as a sample using total sampling
techniques, data analysis using sperman rho test.
Results: showed that the majority of respondents were in the lower economic class with
82people (85.42), Medium with a total of 14 people (14.58), and no respondents were in
the upper economic class. Spiritual tabulation tabulation results of the Spirit showed P
Value = 0,000, then HI was accepted at a significant level of P <0.05.
Conclusion: There is a Relationship Between Economic Factors and the Occurrence of
Malnutrition in Toddlers in Lakat Village, Kuatnana District, South Central Timor
Regency.
Keywords: economic factors, malnutrition in children under five.

vi
MOTTO
Tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan dan
tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan

PERSEMBAHAN

Karya tulis ilmiah ini dipersembahkan kepada :


Tuhan Yesus yang selalu memberikan penyertaan disetiap
perjalanan hidup saya
Kedua Orang tua tercinta dan keluarga besar yang selalu
memberikan dukungan baik moral maupun material
Dosen –dosen Keperawatan Stikes Nusantara Kupang yang
telah memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
Almamater tercinta

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa

yang telah memberikan rahmat, berkat dan karunianya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan Skripsi dengan judul “Hubungan Faktor Ekonomi

Dengan Kejadian Gizi Buruk Pada Balita Di Desa Lakat Kecamatan Kuatnana

Kabupaten Timor Tengah Selatan”

Dalam penyusunan dan penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan

bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karna itu dalam kesempatan

ini dengan rendah hati penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Markus Kore S.Kep.,M.Si,.Selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Nusantara Kupang.

2. Bapak Syahrir S.Kep.,M.Si, selaku Ketua Program Studi S1-Keperawatan di

Stikes Nusantara Kupang dan juga selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan memberikan ilmu, kritik, saran dalam

penyelesaian Skripsi ini.

3. Bapak Otniel Blegur,S.Sos.M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan memberikan ilmu, kritik, saran dalam

penyelesaian Skripsi ini.

4. Dosen dan staf Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Nusantara Kupang yang telah membantu penulis dalam

menyelesaikan Skripsi ini.

viii
5. Orang tua tercinta, Bapak Ori Bulu Malo dan Mama Adriana Pora yang

dengan kasih sayang selalu mendoakan penulis pada setiap kesempatan serta

atas segala dukungannya kepada penulis.

6. Rekan- rekan seangkatan KPN 16 IC yang selalu mendukung dalam

penyusunan Skripsi ini.

7. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian

maupun dalam penulisan Skripsi.

Penulisan Skripsi tentunya tidak terlepas dari kekurangan, baik aspek kualitas

maupun kuantitas dari materi penelitian yang disajikan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan Skripsi ini.

Akhir kata, semoga penulisan Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dalam

rangka menambah wawasan pengetahuan kita.

Kupang, Januari 2020

Penulis

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................ iii
ABSTRAK .............................................................................................. iv
ABSTRACT ............................................................................................ v
MOTTO .................................................................................................. vi
PERSEMBAHAN ................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................ vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL. .................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR. ............................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN . ......................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ...........

2.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................... 6


2.2 Landasan Teoritik........................................................................ 6
2.2.1 Konsep Ekonomi ............................................................. 9
2.2.2 Konsep Gizi Buruk .......................................................... 13
2.2.3 Konsep Balita .................................................................. 28
BAB III KERANGKA KONSEP HIPOTESIS ..................................

3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 32


3.2 Hipotesis...................................................................................... 33
BAB IV METODE PENELITIAN ......................................................

4.1 Jenis Penelitian ........................................................................... 34

4.2 Rancangan Penelitian .................................................................. 34

4.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian...................................................... 35

x
4.4 Populasi Dan Sampel Penelitian ................................................. 35

4.5 Kerangka Operasional ................................................................. 37

4.6 Identifikasi Variabel Dan Defenisi Operasional ........................ 38

4.7 Teknik Prosedur Pengumpulan Data .......................................... 40

4.8 Pengolahan Dan Analisis Data ................................................... 40

BAB V HASIL PENELITIAN .............................................................

5.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian ............................................ 43

5.1.1 Lokasi Penelitian ................................................................ 43

5.2 Hasil Penelitian ......................................................................... 43

5.2.1 Karakteristik Responden ........................................................ 44

5.2.1.1 Berdasarkan Usia .......................................................... 44

5.2.1.2 Berdasarkan Pendidikan ................................................ 45

5.2.1.3 Berdasarkan Pekerjaan ................................................... 45

5.2.1.4 Berdasarkan Penghasilan ............................................... 46

5.2.2 Data Khusus ........................................................................... 47

5.2.2.1 Data Ressponden Berdasarkan Pembagian Kelas Ekonomi 47

5.2.2.2 Data Frekuensi Status Gizi Balita ................................ 48

5.2.2.3 Data Hubungan Kelas Ekonomi Dengan Status Gizi Balita 48

BAB 1V PEMBAHASAN .....................................................................

6.1 Pembahasan Hasil ...................................................................... 49

6.1.1 Pembagian Kelas Ekonomi Pada Responden .................... 49

6.1.2 Pembagian Berdasarkan Status Gizi Pada Balita .............. 50

6.1.3 Hubungan Faktor Ekonomi Dengan Kejadian Gizi Buruk 51

xi
BAB VII PENUTUP

7.1 Kesimpulan ......................................................................... 54


7.2 Saran ..................................................................................... 54
7.2.1 Bagi Responden ....................................................... 54
7.2.2 Bagi Institusi Pendidikan ......................................... 54
7.2.3 Bagi Petugas Kesehatan ........................................... 55
7.2.4 Bagi Penelitian Selanjutnya .................................... 55

DAFTAR PUSTAKA

xii
DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

2.1 Kategori Ambang IMT Untuk Indonesia .......................................... 15

2.2 Kategori IMT Berdasarkan WHO 2002 ........................................... 16

2.3 Klasifikasi Status Gizi ...................................................................... 20

4.1 Defenisi Operasional ......................................................................... 32

5.1 Tabel Responden Berdasarkan Usia ................................................. 37

5.2 Tabel Responden Berdasarkan Pendidikan ...................................... 37

5.3 Tabel Responden Berdasarkan Pekerjaan ....................................... 38

5.4 Tabel Responden Berdasarkan Penghasilan ..................................... 39

5.5 Data Responden Berdasarkan Pembagian Kelas Ekonomi .............. 39

5.6 Data Balita Berdasarkan Status Gizi ................................................ 40

5.7 Data Hubungan Kelas Ekonomi Dengan Status Gizi pada Balita..... 40

xiii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual .................................................... 24


Gambar 4.5 Kerangka Operasional .................................................... 30

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN JUDUL LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permohonan Kesediaan Menjadi Responden


Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 3. Lembar Petunjuk Pengisian Kuesioner
Lampiran 4. Kuesioner status ekonomi orang tua
Lampiran 5. Rekapitulasi Hasil Penelitian
Lampiran 6. Hasil Pengolahan Data SPSS
Lampiran 7. Surat Izin Pengambilan Data Awal
Lampiran 8. Surat izin Penelitian
Lampiran 9. Surat Keterangan Selesai Penelitian.
Lampiran 10. Lembar Konsultasi
Lampiran 11. Jadwal Skripsi
Lampiran 12. Dokumentasi Penelitian

xv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Peningkatan kejadian masalah gizi buruk masih menjadi ancaman

bagi Negara Republik Indonesia, terutama Nusa Tenggara Timur yang

dibuktikan dengan berbagai hasil penelitian tentang gizi buruk baik di

Indonesia maupun Nusa Tenggara Timur. Kejadian gizi buruk status gizi

anak secara tidak langsung berkaitan dengan faktor sosial ekonomi keluarga.

Jika status sosial ekonomi rendah maka kebutuhan makanan keluarga akan

kurang terpenuhi sehingga anak akan memiliki status gizi kurang. Masalah

gizi buruk memberi dampak terhadap kualitas sumber daya manusia.

Kekurangan gizi dapat mengakibatkan gagal tumbuh kembang,

meningkatkan angka kematian dan kesakitan serta penyakit terutama pada

kelompok usia rawan gizi yaitu balita.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menyatakan bahwa

presentase gizi buruk di Indonesia adalah 5,7%, hal tersebut mengalami

penurunan berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) yang

diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan pada tahun 2017 menjadi

3,8%, kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2018 menjadi 3,9%.

Provinsi dengan prensentase tertinggi gizi buruk pada balita usia 0-59 bulan

tahun 2018 adalah Nusa Tenggara Timur dengan presentase 6,9%, sedangkan

provinsi dengan presentase terendah adalah Provinsi Jawa Barat dengan

presentase 2,5%.

1
Data Pemantauan Status Gizi tahun 2017 menurut provinsi didapatkan

balita dengan gizi buruk 7,4% di Nusa Tenggara Timur. Sedangkan di

tingkat Kabupaten atau Kota yang terdapat di Nusa Tenggara Timur jumlah

kasus gizi buruk yang ditemukan di Kabupaten Timor Tengah Selatan

sebanyak 340 kasus pada tahun 2017.

Faktor penyebab gizi buruk dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu

penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung gizi

buruk meliputi kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi dan

menderita penyakit infeksi, sedangkan penyebab tidak langsung gizi buruk

yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, kemiskinan, pola asuh yang kurang

memadai dan pendidikan yang rendah. Adapun faktor lain yang

mempengaruhi yaitu kondisi ekonomi keluarga dan budaya keluarga.

( Depkes RI, 2004).

Salah satu faktor yang paling dialami oleh banyak keluarga di Indonesia

adalah masalah ekonomi yang rendah. Ekonomi yang sulit, pekerjaan, dan

mahalnya harga bahan makanan membuat orang tua mengalami kesulitan

untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Padahal usia 0-59 bulan merupakan

masa kritis bagi anak untuk mengalami masalah gizi buruk. Penanganan

balita gizi buruk melalui program peningkatan jumlah kunjungan balita ke

posyandu, melakukan pelacakan kasus gizi buruk sedini mungkin,

memberikan intervensi gizi berupa penyuluhan dan pemberian bantuan

(PMT), pemulihan kepada balita gizi buruk dari keluarga miskin yaitu dengan

memberikan bantuan berupa susu balita usia 0-59 bulan.

2
Berdasarkan masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang Hubungan Faktor Ekonomi dengan Kejadian Gizi Buruk di

Desa Lakat, Kecamatan Kuatnana, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan faktor ekonomi dengan

kejadian gizi buruk di Desa Lakat, Kecamatan Kuatnana, kabupaten Timor

Tengah Selatan.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan status ekonomi keluarga dengan

status gizi pada balitadi Desa Lakat, Kecamatan Kuatnana, kabupaten

Timor Tengah Selatan.

1.3.2 Tujuan khusus

a) Mengdentifikasi status ekonomi keluarga di Desa Lakat,

KecamatanKuatnana, kabupaten Timor Tengah Selatan.

b) Mengidentifikasi status gizi balita di Desa Lakat, Kecamatan

Kuatnana, kabupaten Timor Tengah Selatan.

c) Menganalisa hubungan status ekonomi keluarga dengan status gizi

balita di Desa Lakat, Kecamatan Kuatnana, kabupaten Timor

Tengah Selatan.

3
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Teori untuk perkembangan iptek tentang struktur ekonomi yang

menjadi faktor penentu dengan status gizi pada balita.

1.4.2 Manfaat Praktis

a) Institusi

Sebagai masukan bagi institusi Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Nusantara Kupang dalam mengembangkan ilmu

sebagai bahan kajian untuk penelitian berikutnya guna mencapai

hasil yang lebih baik.

b) Tempat Penelitian

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan

informasi bagi petugas di tempat penelitian untuk lebih

memperhatikan status gizi buruk serta mempertahankan status gizi

baik di Desa Lakat, Kecamatan Kuatnana, kabupaten Timor

Tengah Selatan.

c) Peneliti

Menambah pengetahuan pengalaman dan wawasan peneliti

tentang hubungan status ekonomi keluarga dengan status gizi

buruk di Desa Lakat, Kecamatan Kuatnana, kabupaten Timor

Tengah Selatan.

4
d) Responden

Memperluas pengetahuan responden dan memperoleh

informasi dari promosi kesehatan tentang gizi seimbang pada

balita di Desa Lakat, Kecamatan Kuatnana, kabupaten Timor

Tengah Selatan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Penelitian ini dilakukan oleh Mulazimah (2017) dengan judul

Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Desa

Ngadiluwih Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Penelitian ini

adalah penelitian analitik observasional dengan metode pendekatan

cross sectional. Responden dalam penelitian ini berjumlah 176 Balita

dan Kepala Keluarga. Teknik sampling yang digunakan adalah

purposive sampling. Dari 176 Responden, pendapatan rendah

sebanyak 38 kepala keluarga (21,6%), menengah sebanyak 47 kepala

keluarga (26,7%), pendapatan tinggi sebnyak 91 kepala keluarga

(51,7%). Dari 176 Responden, status gizi baik sebanyak 119 Balita

(67,6%), gizi kurang sebanyak 54 Balita (30,7%) dan gizi buruk

sebanyak 3 Balita (1,7%). Terdapat hubungan yang bermakna antara

pendapatan dengan status gizi Balita P = 0,019 (P<0,05). Hubungan

Pendapatan Keluarga dengan Status Gizi Balita di Desa Ngadiluwih

Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri, ada hubungan yang

signifikan P = 0,019 (P<0,05).

2.1.2 Penelitian ini dilakukan oleh Lilis Fuziah, Nurdin Rahman,

Hermiyanti (2017) dengan judul Faktor Risiko Kejadian Gizi Kurang

Pada Balita Usia 24-59 Bulan Di Kelurahan Taipa Kota Palu. Jenis

penelitian ini adalah case-control study.

6
Sampel dalam penelitian ini yaitu balita yang berada di kelurahan

Taipa kota Palu yang berjumlah 99 balita yang terdiri dari 33 kasus

dan 66 kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara

menggunakan kuesioner dan FFQ semikuantitatif serta pengukuran

berat badan.

Analisa data dilakukan dengan uji statistik univariat dan bivariat.

Hasil penelitian menunjukan bahwa balita yang konsumsi energinya

memiliki risiko tinggi berisiko 8,413 kali menderita gizi kurang

dibandingkan dengan balita yang konsumsi energinya memiliki risiko

rendah (CI: 3,036-23,014), balita yang konsumsi proteinnya memiliki

risiko tinggi berisiko 6,091 kali menderita gizi kurang dibandingkan

dengan balita yang konsumsi proteinnya memiliki risiko rendah (CI:

2,306-16,094) dan balita dengan pola asuh makan yang memiliki

risiko tinggi berisiko 3,200 kali menderita gizi kurang dibandingkan

dengan pola asuh makan yang berisiko rendah (CI: 1,293-7,922),

sedangkan balita yang pernah menderita penyakit infeksi berisiko

2,250 kali menderita gizi kurang dibandingkan balita yang tidak

pernah mengalami penyakit infeksi dan tidak bermakna signifikan

(CI: 0,810-6,252). Sebaiknya para orang tua lebih memperhatikan

asupan makanan balita dan kesehatannya agar zat gizi dapat terpenuhi

untuk menunjang aktivitas sehari-hari mereka sehingga dapat

terhindar dari gizi kurang.

7
2.1.3 Penelitian ini dilakukan oleh Rona Firmana Putri, Delmi Sulastri,

Yuniar Lestari (2015) dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan

Dengan Status Gizi Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas

Nanggalo Padang. Penelitian ini adalah survei analitik

menggunakandesain cross sectional study dengan jumlah sampel 227

orang yang terdiri dari anak balita dan ibu balita di wilayah kerja

Puskesmas Nanggalo Padang. Data dikumpulkan melalui kuesioner

yang telah diisi oleh ibu balita kemudian di analisis secara bivariat

dan multivariat. Berdasarkan analisi bivariat didapatkan pendidikan

ibu (P=0,022), pekerjaan ibu (P=0,000), pendapatan keluarga

(P=0,012), jumlah anak (P=0,008), dan pola asuh ibu (P=0,000).

Sementara dari analisis multivariat didapatkan pendididkan ibu

(P=0,04; OR=2,594; CI95%=1,356-4,963), pekerjaan ibu (P=0,000;

OR=74,769; CI95%=24,141-231,577), pendapatan keluarga

(P=0,013; OR=3,058; CI95%=1,246-7,4), dan pola asuh ibu

(P=0,000; OR=15,862; CI95%=5,973-42,128). Analisis bivariate

menunujukan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan ibu,

pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak dan pola asuh ibu

dengan status gizi anak balita. Berdasarkan analisis multivariat factor

pekerjaan ibu merupakan factor yang paling berhubungan dengan

status gizi anak balita.

8
2.2 Landasan Teori

2.2.1 Konsep Ekonomi

a. Definisi

Status sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang

dalam masyarakat .Status sosial ekonomi adalah gambaran tentang

keadaan seseorang atau masyarakat yang ditinjau dari segi sosial

ekonomi, gambaran itu seperti tingkat pendidikan, pendapatan dan

sebagainya. Pendapatan keluarga memadai akan menunjang tumbuh

kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua

kebutuhan anak primer maupun sekunder (Soetjiningsih, 2004).

Status ekonomi adalah kedudukan seseorang atau keluarga di

masyarakat berdasarkan pendapatan perbulan. Status ekonomi dapat

dilihat dari pendapatan yang disesuaikan dengan harga barang

pokok (Abdulsyani, 2007:91).

a. Tingkat ekonomi

Menurut (kartono, 1991:21). Membagi keluarga terdiri

dari 4 tingkat ekonomi:

1) Adekuat

Adekuat menyatakan uang yang dibelanjakan

atas dasar suatu permohonan bahwa pembiayaan

adalah tanggung jawab kedua orang tua.Keluarga

menganggarkan dan mengatur biaya secara

ralisitis.

9
2) Marginal

Pada tingkat marginal sering terjadi

ketidaksepakatan dan perselisihan siapa yang

seharusnya mengontrol pendapatan dan

pengeluaran.

3) Miskin

Keluarga tidak bisa hidup dengan caranya

sendiri, pengaturan keuangan yang buruk akan

menyebabkan didahulukannya kemewahan. Diatas

kebutuhan pokok, manajemen, keuangan yang

sangat buruk dapat atau tidak membahayakan

kesejahteraan anak, tetapi pengeluaran dan

kebutuhan keuangan melebihi penghasilan.

4) Sangat Miskin

Manajemen keuangan yang sangat jelek,

termaksud pengeluaran saja dan berhutang terlalu

banyak, serta kurang tersedianya kebutuhan dasar.

b. Faktor sosial ekonomi menurut Friedman (2004:6)

1) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan

oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain

menuju kearah suatu cita-cita tertentu.

10
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka

makin mudah dalam memperoleh pekerjaan,

sehingga semakin banyak pula penghasilan yang

diperoleh. Sebaliknya pendidikan yang kurang

akan menghambat perkembangan sikap seseorang

terhadap nilai-nilai yang baru dikenal.

2) Pekerjaan

Pekerjaan adalah symbol status seseorang

dimasyarakat.Pekerjaan jembatan untuk

memperoleh uang dalam rangka memenuhi

kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan tempat

pelayanan kesehatan yang diinginkan.

3) Keadaan ekonomi

Kondisi ekonomi keluarga yang rendah

mendorong ibu hamil untuk tidak teratur dalam

melakukan anternatal.

4) Latar belakang budaya

Kultur universal adalah unsur kebudayaan

yang bersifat universal, ada di semua kebudayaan

di dunia, seperti pengetahuan, bahasa dan

khasanah dasar, cara pergaulan sosial, adat

istiadat, penilaian umum.

11
Tanpa disadari, kebudayaan telah menanamkan

garis pengaruh sikap terhadap berbagai masalah.

Kebudayaan telah diwarnai sikap anggota

masyarakatnya karena kebudayaan pulalah yang

memberi corak pengalaman individu-individu

yang menjadi anggota kelompok masyarakat

asuhannya.Hanya kepercayaan individu yang telah

mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan

dominasi kebudayaan dalam pembentukan sikap

individu.

5) Pendapatan

Pendapatan hasil yang diperoleh dari kerja atau

usaha yang telah dilakukan. Pendapatan akan

mempengaruhi biaya hidup seseorang. Orang atau

keluarga yang mempunyai status ekonomi atau

pendapatan tinggi akan mempraktikan gaya hidup

yang mewah misalnya lebih komsumtif karena

mereka mampu untuk membeli semua yang

dibutuhkan bila dibandingkan dengan keluarga

yang kelas ekonominya kebawah.

12
c. Pembagian kelas sosial ekonomi

1) Friedman (2004:36) status ekonomi seseorang

dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

a) Penghasilan tipe kelas atas >Rp 1.000.000

b) Penghasilan tipe kelas menengah =RP

500.000- RP 1.000.000

c) Penghasilan tipe kelas bawah <RP 500.000

2.2.2 Konsep Gizi Buruk

a. Definisi

Gizi berasal dari bahasa arab “giza” yang berarti zat makanan;

dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah “nutrition” yang

berarti bahan makanan atau zat gizi atau sering diartikan sebagai

ilmu gizi lebih luas ilmu gizi beratikan sebagai ilmu gizi suatu

proses organisme menggunakan makanan yang di konsumsi secara

normal melalui pencernaan, penyerapan, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat gizi untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal

organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga (Djoko Pekik Irianto,

2006: 2)

13
Gizi Buruk atau Malnutrisi dapat diartikan sebagai asupan gizi

yang buruk. Hal ini bias diakibatkan oleh kurangnya asupan

makanan, pemilihan jenis makanan yang tidak tepat ataupun

karena sebab lain seperti adanya penyakit infeksi yang

menyebabkan kurang terserapnya nutrisi dari makanan.

Deswarni Idrus dan Gatot Kusnanto (1990), mengungkapkan

bahwa ada beberapa istilah yang berhubungan dengan status gizi.

Istilah-istilah tersebut adalah:

1) Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan

makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses

digesti, absorbi, transportasi, penyimpanan, metabolism

dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi

normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.

2) Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan

konsumsi dan penyerapan zat gizi serta penggunaan zat-

zat gizi tersebut, atau keadaan fisiologi akibat dari

terjadinya zat gizi dalam seluler tubuh.

3) Gizi salah (Malnutrition) adalah keadaan

patofisiologi akibat dari kekurangan atau

kelebihan serta relatif maupun absolut satu atau

lebih zat gizi.

14
b. Penyebab Gizi Buruk

Banyak factor yang mengakibatkan terjadinya kasus gizi buruk.

Menurut Unicef ada dua penyebab langsung terjadinya gizi buruk,

yaitu:

1) Kurangnya asupan gizi dari makanan. Hal ini

disebabkan terbatasnya jumlah makanan yang

dikonsumsi atau makanannya tidak memenuhi unsur

gizi yang dibutuhkan karena alasan social dan ekonomi

yaitu kemiskinan.

2) Akibat terjadinya penyakit yang mengakibatkan infeksi.

Hal ini disebabkan oleh rusaknya beberapa fungsi organ

tubuh sehingga tidak bias menyerap zat-zat makanan

secara baik.

c. Definisi status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari

pemakaian, penyerapandan peggunaan makanan. Makanan yang

memenuhi gizi tubuh, umumnya membawa ke status gizi

memuaskan. Jika kekurangan atau kelebihan zat gizi esensial

dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut gizi

salah.Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih

(Supariasa, 2004).

15
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi

Menurut Soekirman (2000), faktor penyebab kurang gizi atau

yang mempengaruhi status gizi seseorang adalah:

1) Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit

infeksi yang mungkin diderita anak.timbulnya gizi

kurang tidak hanya makanan yang kurang, tetapi juga

karena penyakit. Anak yang mendapatkan makanan

cukup baik, tetapi sering diserang diare atau demam,

akhirnya dapat menderita kurang gizi. Demikian juga

pada anak yang makan tidak cukup baik, maka daya

tahan tubuhnya akan melemah. Dalam keadaan

demikian mudah diserang infeksi yang dapat

mengurangi napsu makan, dan akhirnya dapat

menderita kurang gizi.

2) Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di

keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan

kesehatan dan kesehatan lingkungan (Hariza Admina,

2011).

16
e. Penilaian status gizi

Penilaian status gizi menurut supariasa (2001) dibagi atas :

1) Penilaian status gizi secara langsung

Penilain status gizi secra langsung dapat dibagi

menjadi empat yaitu : antropometri, klinis, biokimia

dan biofisik. Masing-masing penilaian akan dibahas

secara umum sebagai berikut ;

a. Antropometri

Secara umum antropometri artinya

ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut

pandang gizi, maka antropometri gizi

berhubungan sebagai macam pengukuran

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari

berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Antropometri secara umum digunakan

untuk melihat ketidakseimbangan asupan

protein dan energi. Ketidakseimbangan ini

terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan

proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot

dan jumlah air dalam tubuh.

17
Indeks antropometri adalah pengukuran

dari beberapa parameter.Indeks antropometri

bisa merupakan rasio dari suatu pengukuran

terhadap satu atau lebih pengukuran atau

yang dihubungkan dengan umur dan tingkat

gizi.Salah satu dari indek antropometri

adalah Indeks Massa Tubuh (IMT) atau yang

disebut dengan Body Mass Index (Supariasa,

2001).

IMT merupakan alat sederhana untuk

memantau status gizi khususnya yang

berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan

berat badan. Dua parameter yang berkaitan

dengan pengukuran indeks massa tubuh,

terdiri dari:

1. Berat Badan

Berat badan merupakan salah

satu parameter massa tubuh yang

paling sering digunakan yang dapat

mencerminkan jumlah dari beberapa

zat gizi seperti protein, lemak, air

dan mineral.

18
Untuk mengukur IMT, berat badan

dihubungkan dengan tinggi badan

(Gibson, 2005).

2. Tinggi Badan

Tinggi badan merupakan

parameter ukuran panjang dan dapat

merefleksikan pertumbuhan skeletal

(tulang) (Hartriyanti dan Triyanti,

2007).

Cara Mengukur Indeks Massa

Tubuh (IMT). Indeks massa tubuh

diukur dengan cara membagi berat

badan dalam satuan kilogram dengan

tinggi badan dalam satuan meter

kuadrat (Gibson, 2005).

IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

Untuk mrngetahui status gizi

seseorang maka ada kategori ambang

batas IMT yang digunakan, seperti

yang terlihat pada tabel 2.1 yang

merupakan ambang batas IMT untuk

Indonesia.

19
Tabel 2.1 Kategori Batas Ambang IMT untuk

Indonesia

Kategori IMT (kg/m2

Gizi buruk Kekurangan < 17,0


berat badan
tingkat berat

Gizi kurang Kekurangan 17,1-18,4


berat badan
tingkat ringan

Normal 18,5-25,0

Gizi lebih Kelebihan berat 25,1-27,0


badan badan
tingkat ringan

Kelebihan berat >27,0


badan tingkat
berat

Sumber : Depkes, 2003.

Pada tabel 2.2 dapat dilihat kategori IMT

berdasarkan klasifikasi yang telah ditetapkan

oleh WHO.

20
Tabel 2.2 kategori IMT berdasarkan WHO (2000).

Kategori IMT (kg/m2)

Underweight <18,5

Normal 18,5-24,99
Overweight >25,00
Preobese 25,00-29,99
Obesitas tingkat 1 30,00-34,99
Obesitas tingkat 2 35,00-39,9
Obesitas tingkat 3 >40,0
Sumber WHO (2000) dalam Gibson (2005).

b. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang

sangat penting untuk menilai status gizi

masyarakat. Metode ini didasarkan atas

perubahan-perubahan yang terjadi yang

dihubungkan dengan ketidakcukupan zat

gizi.

Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel

(supervicial epithelial tissues) seperti kulit,

mata, rambut dan mukosa oral atau pada

organ-organ yang dekat dengan permukaan

tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan

metode ini umumnya untuk survei klinis

secara cepat ( rapid clinical surveys).

21
Survei ini dirancang untuk mendeteksi

secara cepat tanda klinis-klinis umum dari

kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.

Disamping itu digunakan untuk mengetahui

tingkat status gizi seseorang dengan

melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda

(signi) dan gejala (symptom) atau riwayat

penyakit.

c. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia

adalah pemeriksaan spesimen yang diuji

secara laboratories yang dilakukan pada

berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan

tubuh yang digunakan antara lain : darah,

urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh

seperti hati dan otot. Metode ini digunakan

untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan

akan terjadi keadaan mal nutrisi yang lebih

parah lagi.

Banyak gejala klinis yang kurang

spesifik, maka penentuan kimia dapat lebih

banyak menolong untuk menentukan gizi

yang spesifik.

22
d. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik

adalah metode penentuan status gizi dengan

melihat kemampuan fungsi (khususnya

jaringan) dan melihat struktur dari jaringan.

Umumnya dapat digunakan dalam situasi

tertentu seperti kejadian buta senja epidemic

(epidemic of right blindness). Cara ini

digunakan adalah tes adaptasi gelap.

2) Penilaian status gizi secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat

dibagi menjadi tiga bagian yaitu : survei konsumsi

makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian

dan penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai

berikut :

a. Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah

metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis

zat yang dikonsumsi.

23
Pengumpulan data konsumsi makanan

dapat memberikan gambaran tentang

konsumsi berbagai zat gizi pada

masyarakat, keluarga dan individu. Survei

ini dapat mengidentifikasikan kelebihan

dan kekurangan zat gizi.

b. Statistik vital

Pengukuran status gizi dengan statistik

vital adalah dengan menganalisis data

beberapa penyebab tertentu dan data

lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaannya dipertimbangkan sebagai

bagian dari indikator tidak langsung

pengukuran status gizi masyarakat.

c. Faktor ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa

malnutrisi merupakan masalah ekologi

sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik,

biologis dan lingkungan budaya. Jumlah

makanan yang tersedia sangat tergantung

dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah,

irigasi dan lain-lain.

24
Pengukuran faktor ekologi dipandang

sangat penting untuk mengetahui penyebab

malnutrisi disuatu masyarakat sebagai dasar

untuk melakukan program intervensi gizi.

f. Indikator status gizi anak

Menurut johari ( 1998 ) indikator status gizi berdasarkan indeks

berat badan menurut umur ada kelebihan dan kekurangannya.

Kelebihan tersebut diantaranya dapat lebih mudah dan lebih cepat

dimengerti oleh masyarakat umum, dapat mendeteksi kelebihan

maupun kekurangan gizi, sensitivitas untuk melihat perubahan

status gizi, sedangkan kekurangannya adalah dapat mengakibatkan

interprestasi status gizi yang keliru bila terdapat eodem,

memerlukan data umur yang akurat, sering terjadi dikesalahan

dalam pengukuran, misalnya karena pengaruh pakaian atau

gerakan anak pada saat penimbangan ( Sukari, 1991 ).

Dalam ilmu gizi status gizi tidak hanya diketahui dengan

mengukur berat badan (BB) tinggi badan (TB) sesuai dengan umur

secara sendiri-sendiri, tetapi dalam bentuk indikator yang dapat

merupakan kombinasi diantara ketiganya. Masing-masing indikator

mempunyai makna tersendiri misalnya kombinasi antara BB dan U

(umur) membentuk indicator berat badan menurut umur yang

disimbolkan BB/U dapat normal lebih rendah atau lebih tinggi

setelah dibandingkan dengan standar WHO.

25
Apabila BB/U normal maka digolongkan pada status gizi baik,

dan BB/U rendah dapat berarti berstatus gizi kurang atau status gizi

lebih (Sukirman, 1999).

g. Klasifikasi status gizi

Untuk menentukan klasifikasi status gizi diperlukan batasan-

batasan yang disebut ambang batas. Batasan ini disetiap negara

berbeda, hal ini tergantung kesepakatan para ahli gizi di negara

tersebut ( Supariasa, 2001 ).

Tabel 2.3 Kalsifikasi status gizi


BB/TB BB/U TB/U Status Gizi

Normal Rendah Rendah Baik, pernah


kurang gizi

Normal Normal Normal Baik

Normal Tinggi Tinggi Baik, jangkung

Rendah Rendah Tinggi Buruk

Rendah Rendah Normal Buruk/kurang

Rendah Normal Tinggi Kurang

Tinggi Tinggi Rendah Lebih, obesitas

Tinggi Normal Rendah Lebih, pernah


kurang gizi

Tinggi Tinggi Normal Lebih tetapi


tidak obesitas

* Klasifikasi status gizi WHO NCHS

Upaya pembangunan nasional yang sedang dilaksanakanpada

hakekat adalah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat

sebagai pencerminan dari tujuan nasional. Seperti halnya di

26
negara-negara berkembang lainnya, di Indonesia kekurangan gizi

merupakan masalah utama yang diketahui dapat menghambat

lajunya pembangunan nasional ( kodyat, 1992 ).

Tingginya prevalensi kurang gizi pada anak usia SD

berkorelasi dengan jenis makanan pendukung PMT-AS. Hasil

penelitian menunjukan jenis makanan kudapan pendukung PMT-

AS didominasi produk olahan nabati. Meski ada bahan yang

digunakan berasal dari hewani dan ikan seperti daging, susu, telur,

mentega dan udang pada jenis makanan kudapan lepat jagung, tahu

isi, bakwan sayur, perkedel kentang, lepat ubi, pastel sayur dan

bolu ubi namun jumlahnya relatif kecil. Ini menyebabkan rata-rata

kandungan protein dalam menu PMT-AS hanya 3,76 gram.

Demikian juga kandungan energinya diperoleh rata-rata

228,14 kalori. Padahal agar dapat diterima sebagai makanan

kudapan pendukung program PMT-AS, produk itu harus

mengandung 5 gram protein, 300 kalori energi dan sejumlah

vitamin (Terutama vitamin A) dan zat besi (Sibuea,2002).

27
2.2.3 Konsep Balita

a) Definisi

Balita adalah bayi yang berumur 5 tahun, atau masih kecil yang

perlu tempat bergatung pada orang dewasa yang mempunyai

kekuatan untuk mandiri dengan usaha anak balita yang

tumbuh.(Soetjeningsi, 2013) balita juga merupakan anak yang

mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan yang cepat.

Pertumbuhan jasmani yang diikuti pertumbuhan dan

perkembangan dalam segi lain seperti berpikir, berbicara,

berperasaan, bertingkah laku. Perkembangan yang dialami anak

merupakan rangkaian perubahan yang teratur dari satu tahap ke

tahap lain seperti: duduk, berdiri, berjalan kemudian berlari.

(Soegeng, 2009).

b) Tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan

1) Masa neonatus 0-18 hari

Masa kehidupan pertama diluar Rahim sampai

pada usia 28 hari. Pada masa ini terjadi

pematangan organ system sirkulasi darah dan

hamper pada semua organ.

2) Masa neonatal dini 0-7 hari

Rata-rata bayi dengan kelahiran cukup bulan

lahir dengan kelebihan cairan, mereka akan

kehilangan berat 5-10% dari berat lahir dan akan

28
kembali ke berat badan semula dalam beberapa

hari.

3) Masa neonatal lanjut 8-20 hari

Pada masa ini, reflek-reflek primitive yang

bersifat fisiologis akan muncul. Seperti reflek

moro, reflek menghisap, reflek merangkul, reflek

menoleh dan pada masa ini juga fungsi

pendengaran dan penglihatan sudah mulai

berkembang.

4) Masa pasca neonatal 29 hari-1 tahun

Pada masa ini proses perkembangannya sangat

pesat dan pematangan berlangsung secara

kontinyiu, terutama meningkatnya fungsi system

saraf.

5) Masa bayi 0-1 tahun

Masa dimana kontak erat antara ibu dan anak

terjadi.Sehingga, dalam masa ini pengaruh ibu

dalam mendidik anak sangat besar.

Pertumbuhan terjadi secara pesat dan pematangan

secara menyeluruh terutama meningkatnya fungsi

system saraf.

6) Masa bayi akhir 1-2 tahun

29
Kecepatan pertumubuhan mulai menurun dan

terdapat kemajuan dalam perkembangan motoric

dan fungsi ereksi.

7) Masa pra sekolah 2-3 tahun

Pada masa ini pertumubuhan berlangsung

dengan stabil, terjadi perkembangan dengan

aktifitas jasmani yang bertambah dan

meningkatnya keterampilan dan proses berpikir.

8) Masa pra sekolah awal (balita 2-3 tahun)

Pada masa ini dilakukan latihan pengendalian

diri atau mulai berlatih untuk mengikuti aturan

melalui proses pemahaman keinginan untuk

membuang kotoran, dan masa ini balita sudah

memahami kosa kata sebanyak 50 kata.

9) Masa pra sekolah akhir 2-6 tahun

Pada masa ini pertumbuhan semakin cepat dari

masa pra sekolah.Keterampilan dan intelektual

makin berkembang.

Senang bermain kelompok dengan jenis kelamin

yang sama (Soetmojoningsih, 2003).

30
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah keterkaitan antara teori-teori atau konsep

yang mendukung dalam penelitian yang digunakan sebagai pedoman dalam

menyusun sistematis penelitian. Kerangka konseptual menjadi pedoman

penelitian untuk menjelaskan secara sistematis teori yang digunakan dalam

penelitian. Penelitian ini memiliki


Faktor-faktor yang mempengaruhi
kerangka konseptual yang akan
status gizi :
dijelaskan pada gambar dibawah ini :

1. Penyebab langsung
Faktor-Faktor Yang
a. Kurangnya makanan
Mempengaruhi Status Ekonomi :
b. Penyakit infeksi

1. Pendidikan 2. Penyebab tidak langsung

2. Pekerjaan a. Kesediaan pangan di

3. Keadaan ekonomi rumah tangga

4. Latar belakang budaya b. Pola asuh

5. Pendapatan c. Ekonomi

d. Budaya keluarga
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Keterangan

= Variabel yang tidak diteliti


Status
= Variabel yang diteliti gizi

31
3.1 Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara atas pertanyaan

penelitian yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian yang

kebenarannya akan dibuktikan pada penelitian tersebut ( Notoatmodjo,

2007).

Hipotesa pada penelitian ini adalah Ada hubungan Faktor ekonomi

dengan kejadian gizi buruk di desa Lakat Kecamatan Kuatnana

Kabupaten Timor Tengah Selatan.

32
BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Pada Penelitian ini jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif

karena peneliti ini menggunakan pertanyaan yang identik dengan perintah

yang sama dan ketegori dari jawaban responden sudah ditentukan (Saryono

dan Mekar Dwi Anggraeni, 2011). Metode penelitianyang digunakan dalam

penelitian ini adalah observasional analitik dengan tujuan untuk mencari

hubungan Faktor ekonomi dengan kejadian gizi buruk di Desa Lakat

Kecamatan Kuatnana Kabupaten Timor Tengah Selatan.

4.2 Rancangan Penelitian/Desain Penelitian

Rancang bangun penelitian adalah seluruh dari perencanaan untuk

menjawab pertanyaan penelitian dan mengantisipasi beberapa kesulitan

yang mungkin timbul selama proses penelitian (Notoatmodjo, 2007).

Dalam penelitian ini rancang bangun yang di gunakan adalah Cross

Sectional, yang mana dalam penelitian ini peneliti ingin mempelajari

dinamika korelasi antarahubungan faktor ekonomi dengan tingkat keajadian

gizi buruk pada balita di Desa Lakat, Kecamatan Kuatnana, kabupaten

Timor Tengah Selatan, dengan pendekatan observasi atau pengumpulan

data pada suatu saat ( Notoatmodjo, 2002).

33
4.3 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Desa Lakat, Kecamatan

Kuatnana, kabupaten Timor Tengah Selatan, yang dilaksanakan

dilaksanakan dari tanggal 19 November sampai 19 Desember 2019

4.4 Populasi Dan Sampel

4.4.1 Populasi

Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek

yang merupakan perhatian peneliti (Nursalam, 2015). Populasi dalam

penelitian ini adalah semua balita yang menderita gizi buruk di Desa

Lakat, Kecamatan Kuatnana, kabupaten Timor Tengah Selatan

Sebanyak 96 orang

4.4.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang akan di teliti di

mana bisa menggunakan rumus atau tidak menggunakan rumus

sampel (Notoadmodjo, 2010). Sampel dalam penelitian ini adalah

semua balita yang menderita gizi buruk di Desa Lakat, Kecamatan

Kuatnana, kabupaten Timor Tengah Selatan, yang memenuhi kriteria

inklusi dan eksklusi.

a. Kriteria Inklusi

Merupakan kriteria dimana subjek penelitian mewakili

sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel,

34
pertimbangan ilmiah harus menjadi pedoman dalam

menentukan kriteria inklusi (Nursalam 2003).

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Balita berusia 0-59 bulan di Desa Lakat, Kecamatan

Kuatnana, kabupaten Timor Tengah Selatan.

2. Balita yang mengalami gizi buruk

3. Balita yang orang tuanya bersedia saat penelitian

b. Kriteria Ekskusi

Sebagian subyek yang memenuhi kriteria inklusi, yang harus

dikeluarkan dari penelitian karena berbagai sebab yang dapat

mempengaruhi hasil penelitian sehingga terjadi bias

(Suryono,2008).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Balita yang orang tuanya tidak bersedia saat

penelitian ini.

2. Balita yang orang tuanya tidak dapat membaca

atau menulis.

4.4.3 Teknik Sampling

Pada penelitian ini Teknik pengambilan sampel yang di gunakan

adalah Total Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. (Sugiyono, 2007).

35
4.5 Kerangka Operasional

Menurut Notoadmojo, (2007), kerangka operasional adalah sesuatu

yang abstrak, logika secara arti harfiah dan akan membantu peneliti dalam

menghubungkan hasil penemuan dengan Body of Knowledge. Bentuk

kerangka operasional penelitian ini adalah sebagai berikut :


Hubungan Faktor Ekonomi Dengan
Kejadian Gizi Buruk Di Desa Lakat
Kecamatan Kuatnana Kabupaten Timor
Tengah Selatan dengan populasi 96 orang
Total sampling

Sampel
Jumlah sampel 96 orang

Memberi penjelasan Penelitian dan


Informed Consent

Pengambilan data
(kuesioner dan observasi )

Pengolahan Data ( editing,coding, entry,


Cleaning, tabulating,) dianalisa
menggunakan SPSS 16,0 for windows
dengan uji Spearmen Rank test

Hasil/ kesimpulan

Gambar 4.1 Kerangka Operasional

36
4.6 Identifikasi Variabel dan Defenisi Operasional

4.6.1 Variabel Penelitian

Variabel Adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah

dari subyek ke subyek yang lain (Nursalam, 2015). Dalam penelitian

ini terdiri dari 2 variabel yaitu variable bebas ( independen) dan

variable terikat ( dependen)

a. Variabel independen (bebas)

Variabel independen adalah faktor yang diduga sebagai

faktor yang mempengaruhi variabel dependen (Nursalam,

2015). Variabel independen pada penelitian ini adalah

Faktor Ekonomi

b. Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi

oleh variabel independen atau bebas (Notoatmojo, 2007).

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian

status gizi di Desa Lakat Kecamatan Kuatnana Kabupaten

Timor Tengah selatan.

37
4.6.2 Defenisi operasional, dan Cara Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah batasan pengertian yang dijadikan

pedoman untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan, misalnya

penelitian. (Desy maulidia, 2014).

Tabel 4.1. Defenisi Operasional

No Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil Ukur Hasil ukur

Operasional

1 Ekonomi Status yang Mengajukan Kuesioner 1. Kelas Ordinal

menggambarkan pertanyaan atas

kedudukan melalui 2. Kelas

seseorang dalam kuesioner menenga

memenuhi h

kebutuhan rumah 3. Kelas

tangganya. bawah

2 Status Ekspresi dari Indeks Antropom 1. Gizi Ordinal

gizi keadaan yang Massa Tubuh etri kurang

dipengaruhi oleh 2. Gizi

zat-zat gizi buruk

tertentu.

38
4.7 Teknik Dan Prosedur Pengumpulan Data

Teknik dan prosedur pengumpulan data yang pertama dengan

membuat proposal penelitian selanjutnya proposal tersebut dimasukan ke

puskesmas Tetaf setelah proposal di terima maka selanjutnya memberikan

lembar kesediaan menjadi responden yang di dalamnya telah di jelaskan

tujuan dari penelitian kepada responden. Setelah lembar kesediaan

menjadi responden di tanda tangani oleh responden maka tahap

selanjutnya melakukan pengumpulan data di mana data untuk mengetahui

faktor ekonomi diukur menggunakan kuesioner dengan 13 butir

pertanyaan dan untuk status gizi dan stunting diukur menggunakan

antropometri yang selanjutnya dinilai menggunakan Indeks Massa Tubuh.

39
4.8 Pengolahan Dan Analisa Data

4.8.1 Pengolahan Data

Menurut Nursalam, (2015) dalam pengolahan data penelitian

ada beberapa cara:

a. Editing, dilakukan untuk memastikan bahwa data yang

terkumpul adalah data yang sudah terisi semua dan dapat

dibaca dengan baik caranya dengan meneliti kuesioner yang

diterima dari responden

b. Coding, Memberikan kode pada setiap data yang ada di

lembar kuesioner untuk keperluan analisis statistik dengan

computer

c. Cleaning, Melakukan pengecekan kembali untuk memastikan

bahwa data yang sudah di entry tidak terdapat kesalahan dan

siap di analisis.

d. Tabulating, data yang telah di susun dimasukan dalam bentuk

table sehingga mudah di analisis.

4.8.2 Analisa Data

Setelah data diolah melalui beberapa tahapan tersebut

kemudian dilakukan analisa data :

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari

hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel

40
(Nursalam, 2015). Analisa data merupakan bagian yang

sangat penting untuk mencapai tujuan, dimana tujuan pokok

penelitian adalah menjawab pertanyaan peneliti dalam

mengungkapkan fenomena (Nursalam, 2015).

Analisa univariat pada penelitian ini adalah ekonomi,

Status gizi, di desa Lakat Kecamatan Kuatnana Kabupaten

Timor Tengah Selatan.

b. Analisis Bivariat

Analisis yang dilakukan terhadap dua variable yang

diduga berhubungan atau berkolerasi (Nursalam, 2015).

Untuk mengetahui hubungan antara variable, diuji dengan

uji Spearmen Rank test menggunakan program SPSS 16.0

for window untuk mengetahui hubungan Faktor ekonomi

dengan kejadian gizi buruk di desa Lakat Kecamatan

Kuatnana Kabupaten Timor Tengah Selatan, dengan

intreprestasi hasil jika pada tingkat signifikan P ≤ 0,05

artinya ada Hubungan Faktor ekonomi dengan kejadian gizi

buruk di desa Lakat Kecamatan Kuatnana Kabupaten

Timor Tengah Selatan dan apabila tingkat signifikan P ≥

0,05 artinya tidak ada hubungan Faktor ekonomi dengan

kejadian gizi buruk di desa Lakat Kecamatan Kuatnana

Kabupaten Timor Tengah Selatan.

41
BAB V

HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian

5.1.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di desa Lakat terletak di Kecamatan

Kuatnana Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Dengan luas wilayah

32 KM2 dan jumlah penduduk sebanyak 2174 jiwa, mempunyai 547 KK

dengan jumlah penduduk laki-laki 1064 jiwa sedangkan perempuan 1110

jiwa.

Batas-batas wilayah Desa Enoneontes adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Supul dan Tubmonas

2. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Nulle, Desa Nusa dan

Desa Tublopo

3. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tetaf

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Oebaki

5.2 Hasil Penelitian

Hasil penelitian tentang hubungan faktor ekonomi dengan kejadian gizi

buruk di desa Lakat, kecamatan Kuatnana, kabupaten Timor Tengah

Selatan, hasil penelitian dikelompokkan menjadi dua yaitu data umum dan

data khusus.

42
5.2.1 Karakteristik Responden

Dari ke 96 responden yang dijadikan sampel penelitian beberapa

gambaran demografi seperti terlihat pada tabel berikut ini:

5.2.1.1 Berdasarkan Usia

Tabel 5.1. Tabel Responden Berdasarkan Usia

No Usia(Tahun) Frekuensi Presentase (%)


1 <20 1 1.04
2 20-35 54 56,25
3 36-50 30 31.25
4 51-65 10 10,42
5 >65 1 1.04
Total 96 100
*Sumber :data primer

Pada tabel 5.1. Menunjukkan bahwa dari 96 responden sebagian

besar berusia 20-35 dengan jumlah responden 54 orang (56,25 %) diikuti

dengan responden usia 36-50 dengan jumlah rseponden 30 orang

(31,25%), serta usia 51-65 dengan jumlah responden 10 (10,42%). Dan

paling sedikit pada usia <20 tahun dan >65 tahun masing – masing 1

responden (1,04%).

43
5.2.1.2 Berdasarkan Pendidikan

Tabel 5.2. Data responden berdasarkan pendidikan.

No Pendidikan Frekuensi Presentase(%)


1 SD 58 60,42
2 SMP 9 9,38
3 SMA 23 23,95
4 SARJANA 6 6,25
Total 96 100
*Sumber :data primer

Pada tabel 5.2 menunjukkan bahwa dari 96 responsen sebagian

besar berpendidikan SD dengan jumlah responden 58 orang

(60,42%) dan berpendidIkan SMP dengan jumlah responden 9

orang (9,38%), berpendidikan SMA 23 orang (23,95%), dan

berpendidikan sarjana 6 orang (6,25%).

5.2.1.3 Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.3 Data responden berdasarkan pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi Presentase


(%)
1 IRT 33 34,38
2 PETANI 57 59,38
3 PNS 5 5.20
4 TIDAK BEKERJA 1 1.04
Total 96 100

* Sumber :data primer

44
Pada tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 96 responden sebagian

besar bekerja sebagai petani dengan jumlah 57 responden

(59,38%), diikuti IRT 33 orang (34,38%), dan PNS sebanyak 5

orang (5,20%) serta paling sedikit yang tidak bekerja sebanyak 1

orang (1.04%).

5.2.1.4 Berdasarkan Penghasilan

Tabel 5.4 Data responden berdasarkan penghasilan


No Penghasilan Frekuensi Presentase
(%)
1 <500.000 82 85,42
2 500.000-1.000.000 14 14,58
3 >1.000.000 0 0
Total 96 100
* Sumber :data primer

Dari tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 96 responden paling

banyak berpenghasilan <500.000 dengan jumlah 82 orang (85,42%).

Sedangkan yang berpenghasilan 500.000 – 1.000.000 sebanyak 14

orang (14,585), dan tidak ada yang berpenghasilan >1.000.000

(0%).

45
5.2.2 Data Khusus

5.2.2.1 Data Responden Berdasarkan Pembagian Kelas Ekonomi

Tabel 5.5 data responden berdasarkan pembagian kelas ekonomi.

No Penghasilan Frekuensi Presentase


(%)
1 Bawah 82 85,42

2 Menengah 14 14,58
3 Atas 0 0
*Sumber data primer

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 96 responden

sebagian besar berada pada kelas ekonomi bawah dengan jumlah 82

orang (85,42), Menengah dengan jumlah 14 orang (14,58%),

dan tidak ada responden yang berada pada kelas ekonomi atas.

5.2.2.2 Data Frekuensi Balita Berdasarkan Status Gizi

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi Balita

No Status Gizi Frekuensi Presentase


(%)
1 Buruk 60 62,5
2 Kurang 36 37,5
Total 96 100
*Sumber Data Primer

Dari tabel 5.6 menunjukkan bahwa jumlah responden yang

mempunyai balita dengan status gizi buruk berjumlah 60 balita

(62,25%) sedangkan responden yang mempunyai status gizi kurang

berjumlah 36 balita (37,5%).

46
5.2.2.3 Data Hubungan Kelas Ekonomi Dengan Status Gizi Balita .

Tabel 5.7 Data hubungan kelas ekonomi dengan status gizi

padabalita

N Kelas Gizi Buruk Gizi Kurang Normal Frekuensi Presentase


o Ekonomi (%)
F % F % F %

1 Bawah 53 55,20 30 31,25 0 0 83 86,45


2 Menengah 7 7,30 6 6,25 0 0 13 13,55
3 Atas 0 0 0 0 0 0 0 0
60 62.5 36 37,5 0 0 96 100
*Sumber Data Primer

Dari tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden dengan

kelas ekonomi bawah mempunyai balita dengan status gizi buruk

berjumlah 53 balita (55,20%), dan mempunyai balita dengan status gizi

kurang berjumlah 30 balita (31,25%). Pada responden dengan kelas

ekonomi menengah mempunyai balita dengan status gizi buruk berjumlah

7 balita (7,30%), dan mempunyai balita dengan status gizi kurang

berjumlah 6 balita ( 6,25%). Pada responden dengan kelas ekonomi atas

tidak mempunyai balita dengan status gizi buruk maupun gizi kurang.

Dilihat dari uji statistik tabulasi silang Spearmen’s rho menunjukan P

value = 0,000, maka H0 di terima pada tingkat signifikan P ≤0,05 artinya

terdapat hubungan faktor ekonomi dengan kejadian gizi buruk pada balita

di Desa Lakat, Kecamatan Kuatnana, Kabupaten Timor Tengah Selatan.

47
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Pembahasan Hasil

6.1.1 Pembagian Kelas Ekonomi Pada Responden

Dari tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 96 responden paling

banyak berpenghasilan <500.000 dengan jumlah 82 orang (85,42%).

Sedangkan yang berpenghasilan 500.000 – 1.000.000 sebanyak 14

orang (14,585), dan tidak ada yang berpenghasilan >1.000.000 (0%).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adi Marinda

2010 dengan judul Hubungan Antara Pendapatan Keluarga,

Pengetahuan Gizi Ibu Dan Pola Makan Dengan Status Gizi Balita Di

Wilayah Kerja Puskesmas Sidoharjo Kabupaten Sragen Tahun 2010,

dengan jumlah sampel 99 balita. Hasil penelitian sebagian besar

responden dengan pendapatan rendah sebanyak 52 orang (52,5%), dan

pendapatan tinggi sebanyak 47 orang (47,5%).

Penelitian yang di lakukan oleh Meyanta Sinaga 2015 dengan

judul Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi

Anak di SD Negeri 094118 Desa Marubun Lokuung, Kecamatan

Dolok Silau, Kabupaten Simalungun dengan jumlah sampel 61 orang.

Hasil penelitian sebagian besar responden memiliki pendapatan

rendah 44 orang (72,1%), dan pendapatan tinggi 17 orang (29,7%).

48
Pendapatan akan mempengaruhi biaya hidup seseorang. Pendapatan

keluarga memadai akan menunjang tumbuh kembang anak karena orang

tua dapat menyediakan semua kebutuhan anak primer maupun sekunder

(Soetjiningsih, 2004).

6.1.2 Pembagian Responden Berdasarkan Status Gizi Pada Balita

Dari tabel 5.6 menunjukkan bahwa jumlah responden yang

mempunyai balita dengan status gizi buruk berjumlah 60 balita

(62,25%) sedangkan responden yang mempunyai status gizi kurang

berjumlah 36 balita (37,5%).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Adi Marinda

2010 dengan judul Hubungan Antara Pendapatan Keluarga,

Pengetahuan Gizi Ibu Dan Pola Makan Dengan Status Gizi Balita Di

Wilayah Kerja Puskesmas Sidoharjo Kabupaten Sragen, dengan

jumlah sampel 198 balita. Hasil penelitian sebagian besar gizi kurang

99 oramg (50,0%), gizi baik 74 orang (37,4%), dan gizi sedang 25

orang (12,6%).

Penelitian yang di lakukan oleh Mulazimah (2017) dengan judul

Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita Desa

Ngadiluwih Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri, dengan jumlah

sampel 176 Responden. Hasil penelitian sebagian besar status gizi

baik sebanyak 119 Balita (67,6%), gizi kurang sebanyak 54 Balita

(30,7%) dan gizi buruk sebanyak 3 Balita (1,7%).

49
6.1.3 Hubungan Faktor Ekonomi Dengan Kejadian Gizi Buruk di

Desa Lakat Kabupaten TTS

Dari tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebagian besar responden

dengan kelas ekonomi bawah mempunyai balita dengan status gizi

buruk berjumlah 53 balita (55,20%), dan mempunyai balita dengan

status gizi kurang berjumlah 30 balita (31,25%). Pada responden

dengan kelas ekonomi menengah mempunyai balita dengan status

gizi buruk berjumlah 7 balita (7,30%), dan mempunyai balita

dengan status gizi kurang berjumlah 6 balita ( 6,25%). Pada

responden dengan kelas ekonomi atas tidak mempunyai balita

dengan status gizi buruk maupun gizi kurang.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

Novitasari Dewi 2012 dengan judul Faktor-Faktor Risiko Kejadian

Gizi Buruk Pada Balita Yang Dirawat Di Rsup Dr. Kariadi

Semarang, Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan

pendekatan kasus kontrol. Subjek penelitian berjumlah 80 balita.

Kasus penelitian ini adalah balita gizi buruk sedangkan kontrol

adalah balita gizi baik. Data didapatkan dari catatan medik RSUP

Dr. Kariadi tahun 2007-2011. Analisis data yang digunakan adalah

uji X.2, Sebagian besar balita dengan gizi buruk berjenis kelamin

perempuan 64,1%.

50
Beberapa karakterisktik demografi merupakan faktor risiko gizi

buruk, antara lain status sosial ekonomi (OR= 21,000; CI 95%=

6,46-68,28), pendidikan ibu (OR=16,333; CI95%=5,14 – 51,87),

penyakit penyerta (OR=35,286; CI 95%= 7,39-168,48), ASI(OR=

9,471; CI 95%=3,07-29,24), BBLR (OR= 21,000; CI95%= 4,45-

99,08), dan kelengkapan imunisasi (OR=12,000;

CI95%=4,1834,45), kesimpulan Status sosial ekonomi, pendidikan

ibu, penyakit penyerta, ASI, BBLR, dan kelengkapan imunisasi

merupakan faktor risiko kejadian gizi buruk balita.Faktor risiko

kejadian gizi buruk yang paling dominan adalah penyakit penyerta

pada balita.

Penelitian yang di lakukan oleh Mulazimah(2017) dengan

judul Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita

Desa Ngadiluwih Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri.

Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan

metode pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian ini

berjumlah 176 Balita dan Kepala Keluarga.Teknik sampling yang

digunakan adalah purposive sampling. Dari 176 Responden,

pendapatan rendah sebanyak 38 kepala keluarga (21,6%), menengah

sebanyak 47 kepala keluarga (26,7%), pendapatan tinggi sebnyak

91 kepala keluarga (51,7%). Dari 176 Responden, status gizi baik

sebanyak 119 Balita (67,6%), gizi kurang sebanyak 54 Balita

(30,7%) dan gizi buruk sebanyak 3 Balita (1,7%).

51
Terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan dengan

status gizi Balita P = 0,019 (P<0,05). Hubungan Pendapatan

Keluarga dengan Status Gizi Balita di Desa Ngadiluwih Kecamatan

Ngadiluwih Kabupaten Kediri, ada hubungan yang signifikan P =

0,019 (P<0,05).

Dilihat dari uji statistik tabulasi silang Spearmen’s rho

menunjukan P value = 0,000, maka H0 di terima pada tingkat

signifikan P ≤0,05 artinya terdapat hubungan faktor ekonomi

dengan kejadian gizi buruk pada balita di Desa Lakat, Kecamatan

Kuatnana, Kabupaten Timor Tengah Selatan Tahun 2019.

52
BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan hasil tujuan dalam penelitian ini

maka peneliti menyimpulkan:

1) Responden sebagin besar berpendapatan rendah atau berada pada

kelas ekonomi bawah sebanyak 82 orang (85,42%).

2) Jumlah balita yang menderita gizi buruk lebih banyak dibandingkan

dengan gizi kurang sebanyak 60 balita ( 62,5%).

3) Ada hubungan antara faktor ekonomi dengan kejadian gizi buruk di

Desa Lakat Kecamatan Kuatanana Kabupaten Timur Tengah Selatan.

7.2 Saran

7.2.1 Bagi responden

1) Diharapkan kepada responden untuk lebih memperhatikan asupan

gizi pada balita sehingga tumbuh kembangnya berjalan dengan baik.

2) Mengikuti penyuluhan kesehatan yang dilakukan tenanga kesehatan

untuk menyerap informasi mengenai gizi pada balita

7.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan wacana atau tambahan

kepustakaan bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

53
7.2.3 Bagi Petugas kesehatan

Diharapkan bagi petugas kesehatan untuk lebih sering melakukan

pelacakan kasus gizi buruk sedini mungkin, memberikan intervensi gizi

berupa penyuluhan dan pemberian bantuan (PMT), pemulihan kepada

balita gizi buruk dari keluarga miskin yaitu dengan memberikan bantuan

berupa susu balita usia 0-59 bulan.

7.2.4 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan hasil penelitian ini dapat

dikembangkan lagi menjadi lebih baik .

54
DAFTAR PUSTAKA

Adi Marinda . (2010). Hubungan Antara Pendapatan Keluarga, Pengetahuan Gizi


Ibu Dan Pola Makan Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja
Puskesmas Sidoharjo Kabupaten Sragen. Fakultas Ilmu Keolahragaan.
Universitas Negeri Semarang.

Aruben Ronny dkk.2017.Faktor-Faktor yangberhubungan dengan statusgizi buruk


padabalitadiKotaSemarang. jurnal kesehatan masyarakat (e-
jurnal),volume 5,nomor 3,juli 2013

Bola Bernadus.2018.Gambaran pola asuh orang tua pada balita status gizi buruk
di puskesmas pembantu Liliba Kecamatan Oebobo Kota
Kupang.IlmuKeperawatan.Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Nusantara
Kupang

Faauzia Lilisdkk.2017Faktor-Faktor Resiko Kejadian Gizi Kurang Pada Balita


Usia 24-59 Bulan Di Kelurahan Taipa Kota Palu. Fakultas Kedokteran
Dan Kesehatan. MEDIKA TADULAKO.

Firman Rona dkk. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi
Anak Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Fakultas
Kedokteran. Universutas Andalas.

Kemenrian kesehatan RI. 2018. Profil Kesehatan Dasar.

Kementerian kesehatan RI.2018.Riset kesehatan dasar

Matmof Sabino. 2017. Hubungan Mutu Pelayanan Kesehatan Dengan Kepuasan


Pasien BPJS Di RST Wirasakti. Fakultas Ilmu Kesehatan. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Nusantara Kupang.

Meyanta Sinaga. 2017. Hubungan Status Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status
Gizi Anak di SD Negeri 094118 Desa Marubun Lokuung, Kecamatan
Dolok Silau, Kabupaten Simalungun. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Sumatera Utara.

Mulazimah. 2017. Hubungan Pendapatan Keluarga Dengan Status Gizi Balita


Desa Ngadiluwih Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Akademi
Kebidanan PGRI Kediri.
Notoatmodjo. 2012. Metodologi penelitian kesehatan. Rineka cipta : Jakarta.
Novitasari Dewi 2012. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Gizi Buruk Pada Balita
Yang Dirawat Di Rsup Dr. Kariadi Semarang. Fakultas Kedokteran.
Universitas Diponegoro.

Saryono dan Anggraeni Dwi Mekar. 2011. Metodologi penlitian kualitatif dalam
bidang kesehatan. Muha Medika : Yogjakarta

Suwandi Firna Anjani. 2018. Hubungan faktor sosial ekonomi dan budaya dengan
Status Gizi Balita di Desa Banjar-Negeri Kecamatan Natar kabupaten
Lampung selatan. Fakultas ilmu sosial dan ilmu politik. Universitas
Lampung.
LAMPIRAN 1

LEMBAR PERMOHONAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sumiati Bulu

NIM : 2016114084

Adalah mahasiswa Stikes Nusantara Kupang Jurusan SI Keperawatan yang


akan melakukan penelitian dengan judul ““Hubungan Faktor Ekonomi Dengan
Kejadian Gizi Buruk Pada Balita Di Desa Lakat Kecamatan Kuatnana Kabupaten
Timor Tengah Selatan”sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidkan
di Stikes Nusantara Kupang.

Bahwa penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan responden,


dan kerahasiaannya dapat dijamin serta bersifat bebas tanpa ada paksaan dari
pihak manapun. Untuk itu saya mohon kesediaan bapak/ ibu menjadi responden
penelitian ini. Jika bersedia menjadi responden, mohon untuk menandatangani
lembar persetujuan yang disediakan.

Demikian surat permohonan ini saya buat, atas kerjasama yang baik, saya
ucapkan terima kasih.

Kupang, November 2019

Hormat saya,

Sumiati Bulu
LAMPIRAN 11

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PADA PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama (inisial) :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, maka saya tanpa ada paksaan dari
siapapun bersedia ikut berpartisipasi sebagai responden pada penelitian yang
dilakukan oleh Mahasiswi SI Keperawatan Stikes Nusantara Kupang yang
bernama Sumiati Bulu dengan judul” “Hubungan Faktor Ekonomi Dengan
Kejadian Gizi Buruk Pada Balita Di Desa Lakat Kecamatan Kuatnana Kabupaten
Timor Tengah Selatan”.
Demikian surat persetujuan ini saya tanda tangani dengan sukarela tanpa ada
unsur paksaan.

Kupang, November 2019

Responden

(……………….)
LAMPIRAN 111

PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

1. Anda tidak perlu tulis nama lengkap pada lembar kuesioner ini. Cukup
dengan inisial.
2. Berikan jawaban anda sejujurnya, karena kejujuran sangat penting dalam
penelitian ini.
3. Anda dipersilahkan memberi tanda checklist (˅) pada jawaban yang telah
di sediakan.
4. Usahakan tidak ada satu pertanyaan yang terlewatkan.
5. Dalam hal ini tidak ada penilaian yang buruk, juga tidak ada benar atau
salah.
6. Anda sepenuhnya bebas menentukan pilihan.
7. Setelah semua kuesioner penelitian ini diisi, mohon diserahkan kembali
kepada kami, terima kasih.
LAMPIRAN 1V

KUESIONER STATUS EKONOMI ORANG TUA

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

1. Tanggal Kunjungan :
2. Nama Orang Tua
 Ayah :
 Ibu :
3. Usia Orang Tua
 Ayah :
 Ibu :
4. Alamat :
 RT/RW :
 Kel/Desa :
 Kecamatan :

B. KARAKTERISTIK DAN ANTROPOMETRI BALITA


1. Tanggal Kunjungan :
2. Nama Balita :
3. Tanggal Lahir :
4. Usia Balita :
5. Jenis Kelamin :L/P
6. Berat Badan :

C. STATUS IMUNISASI
BCG Campak Polio (I, II, III)

Hepatites (I,II,III) DPT (I,II,III)


D. KARAKTERISTIK KELUARGA
No Nama Jenis Umur Posisi Pendidikan Pekerjaan
Kelamin Keluarga

Keterangan :
 Posisi Keluarga :
1=Suami (ayah); 2=Istri (ibu); 3=Anak; 4= Saudara lainnya;
5=Kakek/Nenek; 6= Lainnya
 Jenis Kelamin
1=Laki-Laki; 2=Perempuan
 Pendidikan
0=Tidak sekolah; 1=SD; 2=SMP; 3=SMA; 4= Perguruan Tinggi
 Pekerjaan
0=Tidak Bekerja; 1=Petani;
2=Swasta/wiraswasta;3=PNS/ABRI/Polisi/BUMN; 4=Jasa (tukang
ojek, cukur, penjahit, salon dll); 5= IRT; 6=lainnya sebutkan

E. PENDAPATAN RUMAH TANGGA

Penghasilan per bulan (Rp)

Pendapatan
Keluarga
500.000-1.000.000 >1.000.000
<500.000
LAMPIRAN V TABULASI DATA FAKTOR EKONOMI
TABULASI DATA GIZI BURUK
LAMPIRAN VI

Crosstabs
Notes

Output Created 13-Feb-2020 15:46:13

Comments

Input Active Dataset DataSet0

Filter <none>

Weight <none>

Split File <none>

N of Rows in Working Data File 96

Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as
missing.

Cases Used Statistics for each table are based on all the
cases with valid data in the specified
range(s) for all variables in each table.

Syntax CROSSTABS

/TABLES=Faktor.Ekonomi BY
Kejadian.GiziBuruk

/FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=EXPECTED ROW COLUMN


TOTAL

/COUNT ROUND CELL.

Resources Processor Time 00:00:00.016

Elapsed Time 00:00:00.015

Dimensions Requested 2

Cells Available 174762


Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Faktor Ekonomi * Kejadian Gizi


96 100.0% 0 .0% 96 100.0%
Buruk

Faktor Ekonomi * Kejadian Gizi Buruk Crosstabulation

Kejadian Gizi Buruk

Gizi Kurang Gizi Buruk Total

Faktor Ekonomi Kelas Menengah Expected Count 4.0 8.0 12.0

% within Faktor Ekonomi 100.0% .0% 100.0%

% within Kejadian Gizi Buruk 37.5% .0% 12.5%

% of Total 12.5% .0% 12.5%

Kelas Bawah Expected Count 28.0 56.0 84.0

% within Faktor Ekonomi 23.8% 76.2% 100.0%

% within Kejadian Gizi Buruk 62.5% 100.0% 87.5%

% of Total 20.8% 66.7% 87.5%

Total Expected Count 32.0 64.0 96.0

% within Faktor Ekonomi 33.3% 66.7% 100.0%

% within Kejadian Gizi Buruk 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 33.3% 66.7% 100.0%


Correlations

Kejadian Gizi
Faktor Ekonomi Buruk

**
Spearman's rho Faktor Ekonomi Correlation Coefficient 1.000 .535

Sig. (2-tailed) . .000

N 96 96

Kejadian Gizi Buruk Correlation Coefficient .535


**
1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 96 96

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


LAMPIRAN VII
LAMPIRAN VIII
LAMPIRAN IX
LAMPIRAN X
LAMPIRAN XI

DOKUMENTASI PENELITIAN

Orangtua Balita sedang menandatangani Lembar Persetujuan Menjadi


Responden Pada Penelitian

Orangtua Balita sedang Mengisi Kuesioner Pada Penelitian


Peneliti Sedang Mengukur Berat Badan Balita Yang Berstatus Gizi Buruk
Di Desa Enoneontes, Kecamatan Kuatnana, Kabupaten Timor Tengah
Selatan.

Penulis Sedang Mendengarkan Penjelasan Kepala Desa Mengenai Kasus


Gizi Buruk Di Desa Lakat

Anda mungkin juga menyukai