Yola Listantia
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Di PMB Rahmayetti, Amd. Keb
ABSTRAK
Keperpustakaan : 18 (2006-2018)
PADANG HEALTH POLITECHNIC
BUKITTINGGI PRIVATE STUDY PROGRAM
Final Assignment Report, January 2019
Yola Listantia
Midwifery Care at Maternity at PMB Rahmayetti, Amd. Keb
ABSTRACT
Labor and birth are normal physiological events. Midwives are monitoring
labor to detect early complications, in addition with the family providing
assistance and support to the mother. At PMB Rahmayetti, in 2018 the number of
mothers giving birth to 155 people is a normal delivery. This study aims to
determine midwifery care for women with normal birth according to the
implementation of 7 steps varney by documenting SOAP.
This type of research is to use a descriptive approach with care reports
methods. It is a method of writing or reporting a case or clinical problem with an
evidence-based approach. This research was conducted at PMB Rahmayetti, Amd.
Keb and carried out in January - May 2019. The subjects in this study were
normal delivery. The data collection instrument used was the normal maternity
midwifery care format. How to collect data by interview, observation, physical
examination, documentation study. Data analysis by comparing data in theory.
The results of the case studies conducted at Ny. N with upbringing Normal
labor namely first stage, active phase maximal opening (5-6 cm), 2 hours later the
opening mother (8-9 cm), 30 minutes later the complete opening mother (10). The
time of labor from the first time to the IV period is 5 hours. The general condition
of the mother and baby is within normal limits until it is transferred to the
postpartum room. There is a gap in the third stage, namely examination of vital
signs at the time of III.
It can be concluded that the first stage to the fourth stage is all normal
without complications. Midwifery care is expected for midwives to be able to
improve according to the APN.
Keywords: Midwifery care, maternity
Library: 18 (2006-2018)
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
Amd.Keb Kabupaten Agam Tahun 2019” dengan baik dan tepat waktu.
Padang.
banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini
1. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Padang.
2. Ibu Hj. Erwani, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik
3. Ibu Hasrah Murni, S.SiT, M.Biomed selaku Ketua Program Studi DIII
v
5. Ibu Meilinda Agus, S. SiT, M, Keb dan Ibu Hj Darmayanti Y, SKM, M.Kes ,
motivasi kepada penulis, sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.
6. Ibu Rahmayetti, Amd. Keb, selaku bidan tempat pengambilan kasus Laporan
Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi kepada
7. Orang tua ku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun
materil, serta kasih sayang yang tiada terkira dalam setiap langkah kaki ku.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang ikut andil
Penulis menyadari bahwa dalam Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari
penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
Yola Listantia
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR...........................................................................................v
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
vii
2.2.11 Langkah-langkah Pertolongan Persalinan..........................92
2.2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan...............................103
2.3 Pathway.................................................................................119
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan............................................................................164
5.2 Saran......................................................................................165
DAFTAR PUSTAKA
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Ghancart
PENDAHULUAN
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal2.
Profil kesehatan Indonesia pada tahun 2017 jumlah ibu bersalin sebanyak
2017 adalah 84% belum mencapai terget yang ditetapkan yaitu 90%4. Dan di
tahun 2016 adalah 87,64% belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 90%5.
Pada beberapa daerah masih ada persalinan yang ditolong oleh dukun, tetapi
namun masih perlu orientasi dan peningkatan pelaksanaan kemitraan bidan dan
dukun.
Dasar Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi baru lahir, serta upaya pencegahan komplikasi
terutama pendarahan pasca persalinan, hipotermi, dan asfiksia bayi baru lahir.
Sementra itu, fokus utamnya adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini
serta prilaku kesehatan yang kurang baik dari ibu itu sendiri. Selain itu kejadian
komplikasi persalinan dapat di pengaruhi juga oleh status wanita dalam keluarga
tahun 2018 adalah 155 ibu bersalin, dimana 155 ibu bersalin tersebut merupakan
tidak ada komplikasi. Menurut Standar Pelayanan Kebidanan 9,10, dan 11 yaitu
asuhan persalinan kala I, persalinan kala II yang aman, dan penatalaksanaan aktif
steril selama persalinan dan setelah bayi lahir dengan memperhatikan aspek
asuhan sayang ibu dan bayi. Dalam pelaksanaan Standar Pelayanan kebidanan
bidan mengacu pada standar Praktek kebidanan yang telah ada dengan
penerapan asuhan persalinan normal di PMB yang sudah ditangani oleh tenaga
kesehatan untuk mengurangi komplikasi ibu saat bersalin. Untuk itu penulis
mengambil kasus asuhan bersalin normal pada Ny. N di praktek mandiri bidan
dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu bersalin
Ny. N normal di PMB Rahmayetti, Amd. Keb Kabupaten Agam Tahun 2019”
Ny. N normal
Kebidanan pada ibu bersalin normal yang sesuai dengan standar yang ada .
Ruang lingkup dari laporan kasus ini adalah mengetahui Asuhan Kebidanan
pada Ibu Bersalin normal Ny. N di PMB Rahmayetti pada tanggal Januari 2019 –
pendokumentasian SOAP.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Defenisi
Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga
turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
2.1.2 Cakupan
Amd. Keb pada tahun 2018 adalah 155 ibu bersalin, dimana 155 ibu bersalin
tersebut merupakan persalinan normal. Maka angka persalinan normal di PMB
bertambah selama kehamilan. Namun saat kehamilan mulai masuk usia 7 bulan
tetap konstan atau mungkin sedikit menurun sehingga terjadi kontraksi Brakton
persalinan.
b. Teori Oksitosin
permulaan persalinan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin
yang tinggi, baik dalam air ketuban maupun darah perifer ibu hamil sebelum
kadar estrogen dan progresteron turun. Hal ini juga mengakibatkan kejang pada
e. Distensi rahim
Seperti halnya kandung kemih yang bila dindingnya meregang karena isinya,
demikian pula dengan rahim. Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan maka
kontraksi.
f. Pengaruh janin
1) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa
merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan
2) Pollakisuria
epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya, dan
kepala janin sudah mulai masuk ke dalam ointu atas panggul. Keadaan ini
3) False labor
Masa 3 atau 4 minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh his
b) Tidak teratur
c) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan
4) Perubahan serviks
serviks yang tadinya tertutup, panjang, dan kurang lunak. Namun kondisinya
berubah menjadi lebih lembut, beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan
dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masing-masing ibu. Misalnya, pada
5) Energi Sport
sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelmnya merasa kelelahan fisik
karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari sebelum persalinan
dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini tampak dari aktivitas yang
dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang
6) Gastrointestinal upsets
pencernaan.
b. Tanda-tanda persalinan
Bloody show merupakan lendir disertai darah dari jalan lahir dengan
pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan
janin pada bagian bawah segmen bahwa rahim hingga beberapa capillair darah
terputus.
sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau
selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau
hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat
1) Pengertian
Kala satu persalinan dimulai sejak tejadinya kontraksi uterus dan pembukaan
servik hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala 1 dibagi 2
b) Fase aktif
dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit
dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), servik membuka dari 4 ke 10 cm,
biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap
terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih
pendek.
multigravida. Pada yang pertama ostium uteri intemum akan membuka terlebih
dahulu, sehingga servik akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri
internum sudah sedit terbuka, ostium uteri internum dan eksternum serta
penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Ketuban akan
pecah sendiri ketika pembukaan hampir langkap atau telah lengkap bila ketuban
2) Perubahan fisiologi
a) Perubahan uterus
(1) Kontraksi uterus yang dimulai dari fundus dan terus menyebar ke depan
dan ke bawah abdomen dan terakhir dengan masa yang terpanjang dan
(2) Segmen atas rahim (SAR), dibentuk oleh korpus uteri yang bersifat
(3) Segmen bawah rrahim (SBR), dibentuk oleh istmus uteri bersifat aktif
relokasi dan dilatasi. Dilatasi makin tipis karena uterus diregang dengan
majunya persalinan.
(5) Perubahan uterus berlangsung paling lama dan paling kuat di fundus.
turun dan menjadi lurus. Bagian atas bayi tertenkan fundus, dan bagian
(1) Pada saat kontraksi, fundusyang terjadi besandar pada tulang punggung
letak uterus pada wktu kontraksi ini penting karena meneybakan sumbu
ke atas.
d) Perubahan serviks
menjadi bagian lubang kira-kira 10cm dan nantinya dapat dilalui bayi.
Saat pembukaan lengkap, bibir potio tidak teraba lagi, kepala janin akan
Pada akhir bulan ke-9, pemeriksaan fundus uteri menjadi lebih rendah,
kepala janin mulai masuk pintu atas panggul, dan menyebabkan kandung kancing
tertakan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing. Pada kala I, adanya
penuh karena intensitas kontraksi uterus dan tekanan bagian presentasi janin atau
efek anestesia lokal. Kandung kemih yang penuh dapat menahan penuruanan
kepala janin dan dapat memicu trauma mukosa kandung kemih selama proses
Pada kala I, ketuban ikut meregangkan bagai atas vagina sehingga dapat
dilalui bayi. Setelah ketuban pecah, segala perubahan yang ditimbulkan oleh
bagian depan bayi pada dasar panggul menjadi sebuah saluran dengan bagian
depan atas. Dari luar peregangan oleh bagian depan nampak pada perenium yang
menonjol dan menjadi tipis, sedangkan anus menjadi terbuka. Regangan yang
vagina dan dasar panggul, tetapi kalau jaringan tersebut robek akan menimbulkan
Pada awal metabolismee rate (BMR), dengan adanya kontraksi dan tenaga
mengedan yang membutuhkan energi yang besar, maka pembuangan juga akan
lebih tinggi dan suhu meningkat. Suhu tubuh akan sedikit meningkat (0,5-1 C)
selama proses persalinan dan akan turun setelah proses persalinan selesai. Hal ini
setiap napasnya. Selam kontraksi uterus yang kuat, frekuensi dan kedalaman
bertambahnya laju metabolik. Rata rata PaCO2 menurun dari 32 mmhg pada awal
dengan kesemutan pada tangan dan kaki yang dialami ibu bersalin. Jika
pernapasan dangkal dan berlebihan, maka situasi kebalikan dapat tejadi kare
dari menahan napas. Pernapasan sedikit meningkat karena adanya kontraksi uterus
kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan pada hari pertama pasca
awl kala I (5.000) hingga mencapai ukuran jumlah maksimal pada pembukaan
lengkap (15.000).
j) Nyeri
yang normal terdapat beberapa faktor. Selama kala I persalinan, nyeri yang terjadi
disebabkan oleh dilatasi serviks dan distensi segmen uterus bawah. Pada kala II,
nyeri yang terjadi disebabkan oleh distensi dan kemungkinan gangguan pada
3) Perubahan psikologi
Ketakutan tersebut dapat berupa rasa takut jika bayi yang akan dilakirkan
mudah capek, tidak nyaman, tidak bisa tidur nyenyak, sulit bernapas, dan
serta tidak sabaran sehingga antara ibu dan janinnya menjadi terganggu. Hal
ini disebabkan karena kepala bayi sudah memasuki panggul dan timbulnya
kontraksi-kontraksi pada rahim sehingga bayi yang semula diharapkan dan
d) Ibu bersalin memiliki harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan
dilahirkan. Secara tidak langsung, relasi antara ibu dan anak trpecah
unggul, cemas kalau bayinya tidak aman di luar rahim, merasa belum
4) Mekanisme persalinan
permulaan persalinan.
maka sutura sagitalis melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu
(4)Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu tepat di
sama tingginya.
”asynclitismus”
belakang
(8)Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus posterior
ringan. Pada saat kepala janin masuk PAP akan terfiksasi yang disebut
dengan engagement.
(2)Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga
c) Fleksi
(1)Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling
tahanan dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul atau dasar panggul
(3) Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi karena
menimbulkan defleksi
(4)Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi maksimal.
Kepala turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas
ke bawah depan
(5)Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin
(1)Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa
symphisis
dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu
bawah panggul
(4)Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan tidak
(a) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah dari kepala
(b) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit
anteroposterior
e) Ekstensi
(1)Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul,
terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena
sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas,
bawah panggul.
(2)Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul
(3)Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin makin
tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding
rektum.
(1)Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam
(3)Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk
Gambar gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi luar
b. Kala II
1) Pengertian
(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga sebagai kala pengeluran
bayi.
vaginanya
c) Perenium menonjol
b) Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan
d) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar
e) Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi
waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini
tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan
g) Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi
dan mulut pada commissura posterior. Saat ini untuk primipara, perineum
biasanya akan robek pada pinggir depannya karena tidak dapat menahan
kepala melintang, vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan
i) Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul
seluruh badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir
j) Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar waktu
b. Kala III
1) Pengertian
Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta dan selaput ketuban. Berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Disebut
dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Peregangan Tali pusat Terkendali
perdarahan
b) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta sudah
penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
menyababkan berkurangnya ukuran tempat pelekatan plasenta. Karena tempat
maka plasenta akan terlipat. Menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus.
Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus
dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan dengan
penatalaksanaan fisiologi
Memberi oksitodin
Massase fundus
c. Kala IV
Kala IV adalah masa antara satu sampai dua jam setelah pengeluaran urin.
Tinggi fundus uteri setelah plasenta lhir kurang lebih 2jari dibawah pusat. Selam
kala IV, petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah
kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada jam ke dua setelah persalinan.jika
kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih sering.
a. Bagian Keras
a) Tulang Panggul
(3) Os coccyangis
b) Artikulasi
ilium
koksigium.
c) Ruang Panggul
(1) Pelvis mayor (false pelivis), terletak di atas linea terminal yang di
(2) Pelvis Minor (True Pelvis), dibatasi oleh pintu atas panggul (inlet) dan
d) Pintu Panggul
(1) Pintu Atas Panggul (PAP) atau inlet, di batasi oleh lineaterminal (linea
inominata)
(2) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira padaspina ischiadika, disebut
outlet.
(3) Pintu bawah panggul (PBP)dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut
outlet.
(4) Ruang panggul yang sebenarnya berada antara inlet dan outlet.
e) Bidang Hodge
bidang yang dipakai dalam obstetri untuk memenuhi seberapa jauh turunya bagian
(2) Bidang hodge II : bidang yang sejajar dengan PAP, melewati pinggir
(3) Bidanh hodge III : bidang yang sejajar dengan PAP, melewati
spina ischiadika
ujungtulang coccyangeus.
(a) Distansia spinarum (DS), yaitu jarak antara kedua spina iliaka
(b) Distansia cristarum (DC), yaitu jarak yang terlebar antara crista
(c) Conjugata eksternal (CE), yaitu jarak dari tepi atas simfisis dan
(d) Lingkar panggul (LP), yaitu jarak dari tepi atas simfisis ke
sebagai berikut:
a) Jenis gineko-android;
b) Jenis gineko-antropoid;
b. Bagian Lunak
Bagian lunak terdiri atas otot, jaringan, dan ligament. Jalan lahir lunak
yang berperan dalam persalinan adalah SBR, serviks uteri dan vagina. Di samping
itu otot-otot, jaringan ikat dan ligament yang menyokongalat-alat urogenetal juga
sangat berperan dalam persalinan. Bagian lunak (otot-otot dasar panggul) ada 2
macam:
2) Power
mendorong janin keluar dalam persalinan ialah: his, kontraksi otoot-otot perut,
kontroksi diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan
sempurna.
His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan
dominant, kemudian diikuti relaksasi. Pada saat kontraksi otot rahim mengucup
sehingga menjadi tabel dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil
mendorong janin dan kantong amnion kearah bawah rahim dan serviks. Sifat
lainnya dari his, yaitu: (a) involuntir, (b) intermitten (c) terasa sakit (d)
terkoordinasi dan simetris, serta (e) kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar
menit.
(4)Interval his adalah jarak antara his atau dengan his berikutnya. Misalnya
b) Perubahan-perubahan his
Ketika terjadi his terdapat istilah pace maker. Pacemaker adalah pusat
koordinasi his yang berada disudut tuba dimana gelombang his berasal. Dari sini
gelombang his bergerak ke dalam dan ke bawah. Selain itu, ada juga istilah
fundus dominant, yaitu kekuatan paling tinggi dari hisyang sempurna berada di
fundus uteri. Kekuatan yang palinglembah berada pada segmen bawah rahi
(1)Pada uteus dan servik: uterus teraba keras atau padat karena kontraksi.
servik.
(2)Pada ibu: rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim, terdapat
hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi
gawat janin asfiksia engan denyut jantung janin diatas 160 per-menit dan
tidak teratur.
c) Bagian dan sifat his
(3)His pengeluaran (kala II): (1) untuk mengeluarkan janin; sangat kuat,
(4)His pelepasan uri (kala III): kontraksi sedang untuk melepaskan dan
melahirkan plasenta.
b. Tenaga mengedan
mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot
ini serupa dengan tenaga mengedan waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat
lagi.
Saat kelapa sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang
menekan diafragmanya kebawah. Tenaga mengedan ini hanya dapat berhasil, bila
pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktuada his. Tanpa tenaga
mengedan ini anak tidak dapatlahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-
otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengedan ini juga
meliputi, sikap janin, presentasi janin, bagian terbawah, serta posisi janin, juga
1) Janin
biasanya terdapat tulang punggungnya. Janin umunya dalam sikap fleksi dimana
kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.
Misalnya, letak lintang di mana sumbu janin tegak lurut pada sumbu janin sejajar
dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepada atau letak sunsang.
Letak kepala (97%): (1) letak fleksi = LBK (95,5%), (2) letak
defleksi: letak puncak kepala, letak dahi, dan letak muka (1,5%)
sempurna (complete breech), (2) letak bokong (frank breech), dan (3)
b) Presentasi
Presentasi dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah
rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya,
Pada bagian ini sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas istilahnya.
d) Posisi janin
Indikator atau menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan,
kiri, depan atau belakang terdapat sumbu ibu (maternal-pervis). Misalnya, pada
letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (uuk) kiri depan, uuk kanan
belakang.
(4)Presentasi bokong
(5)Letak lintang
(a) Menurut Posisi kepala:
(6)Presentasi bahu
(7)Tangan menumbung
(1) Tentukan apakah: tangan kiri (ta-ki) atau tangan kanan (ta-ka)
2) Plasenta (Uri)
sempurna pada minggu ke-16 dimana desidua parietalis dan desidua kapsilaris
telah menjadi satu. Letak plasenta yang normal pada korpus uteri bagian depan
X 20 cm. Tebalnya kurang lebih 2,5-3 cm. Plasenta memiliki berat kurang lebih
antara 500-600 gram, sedangkan tali pusatnya memiliki panjang rata-rata 25-60
cm. Panjang terpendek tali pusat plasenta yang pernah ada adalah 2,5 cm,
sedangkan terpanjangnya kurang dari 200 cm. Plasenta (Urin) mamiliki beberapa
dibutuhkan janin.
CO2.
tropin ini juga berfungsi untuk mengatur metabolisme karbohidrat dan lemak.
(3) Estrogen
Hormon ini berfungsi untuk mendukung tumbuh kembang otot rahim,
retensi air dangaram, perkembangan tubuh payudara sebagi persiapan ASI, serta
(4) Progesteron
Hormon ini berfungsi sebagai alat penenang otot rahim selama hamil.
Bersama estrogen, hormon ini juga mengakibatkan tubulus dan alveolus payudara.
a) Bagian-Bagian Plasenta
(1) Bagian janin (Fetal Portion)
Bagian ini atas beberapa terdiri atas beberapa koledon kurang lebih
15-20 kotiledon.
agak ke pinggir uri disebut dengan insertio marginal. Namun demikian, terkadang
tali pusat juga berada di luar uri dan terhubung dengan uri melalui selaput janin
(a) Plasenta normal: jonjot khorion (vili chorialis), melekat pada endometrium
Plasenta ini melekat era pada endometrium tak sampai membran basal.
(c) Plasenta akreta: implantasi yang kuat jonjot khorion (vili chorialis). Plasenta
Air ketuban terletak di dalam rangan yang dilapisi oleh selaput janin
(amnion dan korion). Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-
kira1000 sampai 1500 cc. Ciri-ciri air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis,
dan berasa manis, sedangkan reaksinya agak alkalis dan netral dengan berat janin
1,008. Komposisi air ketuban terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam
uric, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, vernik caseosa, dan garam organik.
albumin.
janin dengan amnion, memberi ruang pada janin agar dapat bergerak bebas, dan
untuk menambahkan suplai cairan janin dengan cara ditelan atau diminum. Selain
itu, air ketuban juga berfungsi untuk melindungi plasenta dan tali pusat dari
d. Psikologis
wanita) dalam menghadapi persalinan, hal ini perlu diperhatikan oleh seseorang
mengakibatkan komplikasi persalinan. Tetapi sampai saat ini hampir tidak ada
catatan yang menyebutkan mengenai hormone stress terhadap fungsi uteri, juga
tidak ada catatan mengenai hubungan antara kecemasan ibu, pengaruh
e. Penolong
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan
mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi
dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik
mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan
mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik (Enkin, et al,2000). Disebutkan
pula bahwa hal tersebut diatas dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan
vakum, cunam, dan seksio sesar, dan persalinan berlangsung lebih cepat (Enkin,
et al, 2000). Prisip umum dari asuhan sayang ibu yang harus diikuti oleh bidan
adalah:
sopan.
7) Selalu mendiskusikan rencana dan intervensi serta pilihan yang sesuai dan
11) Memfasilitasi hubungan dini antara ibu dan bayi baru lahir (Bounding
and attachment).
a. Kebutuhan Oksigen
diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II, dimana oksigen yang
ibu hirup sangat penting artinya untuk oksigenasi janin melalui plasenta. Suplai
oksigen yang tidak adekuat, dapat menghambat kemajuan persalinan dan dapat
bahwa dalam ruangan tersebut tidak terdapat banyak orang. Hindari menggunakan
yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses persalinan. Pastikan
bahwa pada setiap tahapan persalinan (kala I, II, III, maupun IV), ibu
mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup. Asupan makanan yang
glukosa darah, yang merupakan sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar
persalinan baik ibu maupun janin. Pada ibu, akan mempengaruhi kontraksi/his,
yang mendampingi ibu. Selama kala I, anjurkan ibu untuk cukup makan dan
minum, untuk mendukung kemajuan persalinan. Pada kala II, ibu bersalin mudah
sekali mengalami dehidrasi, karena terjadi peningkatan suhu tubuh dan terjadinya
kelelahan karena proses mengejan. Untuk itu disela-sela kontraksi, pastikan ibu
mencukupi kebutuhan cairanny (minum). Pada kala III dan IV, setelah ibu
berjuang melahirkan bayi, maka bidan juga harus memastikan bahwa ibu
setelah mengeluarkan banyak tenaga selama kelahiran bayi (pada kala II).
c. Kebutuhan Eliminasi
pasien. Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan sesering mungkin atau
mandi, namun apabila sudah tidak memungkinkan, bidan dapat membantu ibu
untuk berkemih dengan wadah penampung urin. Bidan tidak dianjurkan untuk
kelahiran bayi dan placenta. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan apabila
terjadi retensi urin, dan ibu tidak mampu untuk berkemih secara mandiri.
Kateterisasi akan meningkatkan resiko infeksi dan trauma atau perlukaan pada
BAB. Rektum yang penuh dapat mengganggu dalam proses kelahiran janin.
Namun apabila pada kala I fase aktif ibu mengatakan ingin BAB, bidan harus
memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala kala II. Apabila diperlukan
sesuai indikasi, dapat dilakukan lavement pada saat ibu masih berada pada kala I
fase latent.
dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena personal hygiene yang baik
dapat membuat ibu merasa aman dan relax, mengurangi kelelahan, mencegah
memfasilitasi ibu untuk menjaga kebersihan badan dengan mandi. Mandi pada
saat persalinan tidak dilarang. Pada sebagian budaya, mandi sebelum proses
kelahiran bayi merupakan suatu hal yang harus dilakukan untuk mensucikan
badan, karena proses kelahiran bayi merupakan suatu proses yang suci dan
darah, sehingga meningkatkan kenyamanan pada ibu, dan dapat mengurangi rasa
sakit. Selama proses persalinan apabila memungkinkan ibu dapat diijinkan mandi
Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan bloodyshow dan ibu
sudah tidak mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus membantu ibu untuk
kapas bersih yang telah dibasahi dengan air Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT),
hindari penggunaan air yang bercampur antiseptik maupun lisol. Bersihkan dari
diperlukan, misalnya setelah ibu BAK, setelah ibu BAB, maupun setelah ketuban
pecah spontan.
Pada kala II dan kala III, untuk membantu menjaga kebersihan diri ibu
bersalin, maka ibu dapat diberikan alas bersalin (under pad) yang dapat menyerap
cairan tubuh (lendir darah, darah, air ketuban) dengan baik. Apabila saat
mengejan diikuti dengan faeses, maka bidan harus segera membersihkannya, dan
Pada kala IV setelah janin dan placenta dilahirkan, selama 2 jam observasi,
maka pastikan keadaan ibu sudah bersih. Ibu dapat dimandikan atau dibersihkan
di atas tempat tidur. Pastikan bahwa ibu sudah mengenakan pakaian bersih dan
menggunakan pot kala, karena hal ini mengakibatkan ketidaknyamanan pada ibu
e. Kebutuhan Istirahat
bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I, II, III
maupun IV) yang dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk
mencoba relaks tanpa adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan
selama tidak ada his (disela-sela his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas rasa
sakit akibat his, makan atau minum, atau melakukan hal menyenangkan yang lain
untuk melepas lelah, atau apabila memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada
observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila sangat kelelahan.
Namun sebagai bidan, memotivasi ibu untuk memberikan ASI dini harus tetap
dilakukan. Istirahat yang cukup setelah proses persalinan dapat membantu ibu
saat persalinan.
Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi persalinan pada kala I
dan posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang dimaksud adalah mobilisasi ibu
berlangsung/progresif. Bidan dapat membantu ibu agar tetap tenang dan rileks,
maka bidan sebaiknya tidak mengatur posisi persalinan dan posisi meneran ibu.
Bidan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi persalinan dan posisi
agar proses kelahiran bayi dapat berjalan senormal mungkin. Dengan memahami
posisi persalinan yang tepat, maka diharapkan dapat menghindari intervensi yang
posisi berbaring.
rasa sakit akibat his dan membantu dalam meningkatkan kemajuan persalinan
(penipisan cerviks, pembukaan cerviks dan penurunan bagian terendah). Ibu dapat
mencoba berbagai posisi yang nyaman dan aman. Peran suami/anggota keluarga
sangat bermakna, karena perubahan posisi yang aman dan nyaman selama
persalinan dan kelahiran tidak bisa dilakukan sendiri olah bidan. Pada kala I ini,
maupun lithotomi, hal ini akan merangsang kekuatan meneran. Posisi terlentang
selama persalinan (kala I dan II) juga sebaiknya dihindari, sebab saat ibu
berbaring telentang maka berat uterus, janin, cairan ketuban, dan placenta akan
menekan vena cava inferior. Penekanan ini akan menyebabkan turunnya suplai
oksigen utero-placenta. Hal ini akan menyebabkan hipoksia. Posisi telentang juga
kepala janin, memperluas panggul sebesar 28% lebih besar pada pintu
memberi suasana rileks bagi ibu yang mengalami kecapekan, dan dapat
kecil terganggu, mobilisasi ibu kurang bebas, ibu kurang semangat, dan
dibagi menjadi 2, yaitu posisi tegak lurus dan posisi berbaring. Secara anatomi,
posisi tegak lurus (berdiri, jongkok, duduk) merupakan posisi yang paling sesuai
untuk melahirkan, kerena sumbu panggul dan posisi janin berada pada arah
Pada Kala 1
a) Kontraksi, dengan berdiri uterus terangkat berdiri pada sumbu aksis pintu
kontraksi meningkat.
c) Sedangkan pada posisi berbaring, otot uterus lebih banyak bekerja dan
Pada Kala 2
mempersingkat kala 2.
di sekitar otot dasar panggul untuk menarik syaraf penerima dasar panggul
c) Posisi tegak lurus pada kala 2 dapat mendorong janin sesuai dengan
dinamis/fleksibel.
belakang).
tertarik ke belakang.
3) Gambaran jantung janin abnormal lebih sedikit dengan kecilnya tekanan pada
adanya tekanan pada vena cava inferior, dan dapat menurunkan tekanan
kontraksi.
b) Pada posisi tegak, aliran darah tidak terganggu, sehingga aliran oksigen ke
a) Pada posisi berbaring, ibu/klien menjadi lebih pasif dan menjadi kurang
Namun ada beberapa kerugian yang mungkin ditimbulkan dari persalinan dengan
(a) Gaya gravitasi mengakibatkan keluarnya darah sekaligus dari jalan lahir
segera lahir.
ganti posisi.
(a) Odema vulva, dapat dicegah dengan mengganti posisi (darah mengalir ke
(b) Luka kecil pada labia meningkat, tetapi luka akan cepat sembuh.
(3) Untuk memudahkan proses kelahiran bayi pada kala II, maka ibu
kontraksi berlangsung.
(b) Hindari menahan nafas pada saat meneran. Menahan nafas saat
kontraksi/his
(d) Apabila ibu memilih meneran dengan posisi berbaring miring atau
(terutama pantat) saat meneran. Hal ini bertujuan agar ibu fokus pada
(f) Bidan sangat tidak dianjurkan untuk melakukan dorongan pada fundus
pemikiran yang dapat diterima secara logis. Sugesti yang diberikan berupa sugesti
positif yang mengarah pada tindakan memotivasi ibu untuk melalui proses
sugesti. Demikian juga pada wanita bersalin yang mana keadaan psikisnya dalam
Sugesti positif yang dapat diberikan bidan pada ibu bersalin diantaranya
adalah dengan mengatakan pada ibu bahwa proses persalinan yang ibu hadapi
akan berjalan lancar dan normal, ucapkan hal tersebut berulang kali untuk
memberikan keyakinan pada ibu bahwa segalanya akan baik-baik saja. Contoh
yang lain, misal saat terjadi his/kontraksi, bidan membimbing ibu untuk
melakukan teknik relaksasi dan memberikan sugesti bahwa dengan menarik dan
menghembuskan nafas, seiring dengan proses pengeluaran nafas, rasa sakit ibu
akan berkurang.
memotivasi ibu untuk tetap semangat dalam menjalani proses persalinan. Inti dari
pemberian sugesti ini adalah pada komunikasi efektif yang baik. Bidan juga
dituntut untuk selalu bersikap ramah dan sopan, dan menyenangkan hati ibu dan
suami/keluarga. Sikap ini akan menambah besarnya sugesti yang telah diberikan.
b. Mengalihkan Perhatian
dengan menaruh rasa empati/belas kasihan yang berlebihan, maka rasa sakit justru
akan bertambah. Upaya yang dapat dilakukan bidan dan pendamping persalinan
untuk mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit selama persalinan misalnya
ibu masih tetap merasakan nyeri pada ambang yang tinggi, maka upaya-upaya
mengurangi rasa nyeri misal dengan teknik relaksasi, pengeluaran suara, dan atau
c. Membangun Kepercayaan
citra diri positif ibu dan membangun sugesti positif dari bidan. Ibu bersalin yang
memiliki kepercayaan diri yang baik, bahwa dia mampu melahirkan secara
normal, dan dia percaya bahwa proses persalinan yang dihadapi akan berjalan
dengan lancar, maka secara psikologis telah mengafirmasi alam bawah sadar ibu
kepercayaan tersebut, maka dengan sendirinya ibu bersalin akan merasa aman dan
a) Pengertian
sebagai titik referensi, atau malposisi merupakan abnormal dari vertek kepala
janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu. Dalam
Penilaian posisi normal apabila kepala dalam keadaan fleksi, bila fleksi
baik maka kedudukan oksiput lebih rendah dari pada sinsiput, keadaan ini disebut
berada di atas posterior dari diameter transversal pelvis adalah suatu malposisi.
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam
keadaan fleksi dalam keadaan tertentu fleksi tidak terjadi sehingga kepala
defleksi.
Persalinan yang terganggu terjadi bila kepala janin tidak atau turun, dan
pada persalinan dapat terjadi robekan perenium yang tidak teratur atau ekstensi
dari episiotomi.
b) Etiologi
c. Otot – otot dasar panggul yang lembek pada multipara Kepala janin
kecil.
Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam
keadaan fleksi, dalam keadaan tertentu fleksi tidak terjadi, sehingga ke defleksi.
Etiologi:
Penanganan :
(a) Usahakan lahir pervaginam karena kira kira 75% bisa lahir
(b) Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forcep bisanya anak yang
Komplikasi
(a) Ibu
Presentasi dahi adalah posisi kepala antara fleksi dan defleksi, sehingga
dahi merupakan bagian teredah. Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak
melintang/miring pada waktu putar paksi dalam, dahi memutar kedepan dan
berada di bawah alkus pubis, kemudian terjadi fleksi sehingga belakang kepala
Etiologi :
(c) Multiparitas
Penanganan :
Persentase dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak dapat
Komplikasi :
Partus lama dan lebat sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur uteri
Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui Pintu
Kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan,
Etiologi :
(a) Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter tranvesa
Penanganan :
spontan
(b) Tindakan baru dilakukan jika kala II terlalu lama/ada tanda bahaya
terhadap janin
Pada persalinan dapat terjadi robekan peremium yang teratur atau extensi dari
episiotomi :
(c) Bila pembukaan belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, beri
oksitosin drip.
(d) Bila pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase
(e) Bila pembukaan lengkap dan kepala masuk sampai tidak kurang 1/5
d) Persentasi muka
Disebabkan oleh terjadinya ektensi yang penuh dari kepala janin. Yang
Etologi :
transvesa
Dagu merupakan titik acuan dari posisi kepala sehingga ada presentasi
Penanganan
a) Dagu posterior
Bila pembukaan lengkap :
b) Dagu anterior
Diagnosa
His belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang.
Periksa adanya infeksi saluran kencing, ketuban pecah dan bila didapatkan adanya
infeksi obati secara adekuat. Bila tidak pasien boleh rawat jalan.
b) Persalinan lama
disebabkan oleh:
harmonis.
Fase laten persalinan lama dapat didiagnosis secara tidak akurat jika ibu
jam in partu.
disertai dengan penurunan bagian presentasi janin. Kemajuan yang lambat dapat
dengan adanya kemungkinan variasi antar pemeriksa. Fase aktif yang memanjang
disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor yang meliputi serviks, uterus, fetus
melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Diisi kekuatan his
lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan kurang
baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang, misalnya akibat hidramnion atau
Macam-macam
tidak adekuat (kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan),
sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan
Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian
Penatalaksaan
harus diperbaiki.
sudah masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuat dapat
dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan dilakukan
section caesarea.
melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah
dan bawah uterus sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong
bayi keluar.
Etiologi
Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini, antara lain rangsangan pada
Penatalaksanaan
dan mengurangi ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi. Bila
dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan section
caesarea.
Sifat his yang berubah–ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antar
pembukaan, apalagi dalam pengeluaran janin. Pada bagian atas dapat terjadi
Penatalaksanaan
Untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot: berikan obat-obatan
anti sakit dan penenang (sedative dan analgetika) seperti morfin, peidin dan
1) Vulva
a. Oedema vulva
Bisa timbul pada waktu hamil, biasanya sebagai gejala preeclampsia akan
tetapi dapat pula mempunyai sebab lain misalnya gangguan gizi. Pada persalinan
lama dengan penderita dibiarkan mengejan terus, dapat pula timbul oedema pada
pervaginam.
b. Stenosis vulva
cukup luas. Kelainan congenital pada vulva yang menutup sama sekali hingga
hanya orifisium uretra eksternum yang tampak dapat pula terjadi. Penanganan ini
c. Kelainan bawaan
vagina, vulva dan wasir, tetapi dapat menghilang setelah kelahiran. Hal ini karena
reaksi sistem vena pembuluh darah seperti otot – otot ditempat lain melemah
Bahaya varises dalam kehamilan dan persalinan adalah bila pecah dapat
menjadi fatal dan dapat pula terjadi emboli udara. Varises yang pecah harus di
e. Hematoma
di vulva, sekitar vagina atau ligamentum latum. Hematoma vulva dapat juga
terjadi karena trauma misalnya jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus
kasar, bila hematoma kecil resorbsi sendiri, bila besar harus insisi dan bekuan
f. Peradangan
g. Kondiloma akuminta
papiler, tonjolan lebih tinggi, warnanya lebih gelap. Sebaiknya diobati sebelum
bersalin. Banyak penulis menganjurkan insisi dengan elektrocauter atau dengan
h. Fistula
bersalin kepala dan tulang panggul gangguan sirkulasi sehingga terjadi kematian
jaringan lokal dalam 5-10 hari lepas dan terjadi lubang. Akibatnya terjadi
inkontinensia alvi. Fistula kecil yang tidak disertai infeksi dapat sembuh dengan
2) Vagina
a. Kelainan vagina
Pada aplasia vagina tidak ada vagina ditempatnya introitus vagina dan
terdapat cekungan yang agak dangkal atau yang agak dalam. Terapi terdiri atas
itu, operasi ini sebaiknya dilakukan pada saat wanita bersangkutan akan menikah.
Dengan demikian vagina dapat digunakan dan dapat dicegah bahwa vagina buatan
sehingga terdapat satu septum yang horizontal, bila penutupan vagina ini
penutupan vagina tidak menyeluruh tidak akan timbul kesulitan kecuali mungkin
vagina secara lengkap atau tidak lengkap pada bagian kanan atau bagian kiri.
Septum lengkap biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang
satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus maupun lahirnya janin. Septum
tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin pada persalinan dan
harus dipotong dahulu. Stenosis dapat terjadi karena parut-parut akibat perlukaan
dan radang. Pada stenosis vagina yang tetap laku dalam kehamilan dan merupakan
c. Tumor vagina
terlampau banyak resiko. Tergantung dari jenis dan besarnya tumor perlu
d. Kista vagina
Kista vagina berasal dari duktus gartner atau duktus muller, letak lateral
eksternal. Bila kecil dan tidak ada keluhan dapat dibiarkan tetapi bila besar
3) Uterus
Kelainan yang penting berhubungan dengan persalinan adalah distosia
servikalis. Karena disfungtional uterine action atau karena parut pada serviks
uteri. Kala I serviks uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi sehingga
tipis atau disebut dengan konglutinasio orifisii eksterni bila ujung, dimasukan ke
orifisum ini biasanya serviks yang kaku pada primitua sebagai akibat infeksi atau
operasi.
a. Pengertian
Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4000
gram. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi
5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan
b. Etiologi
1) Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu
2) Terjadi obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar
(bayi giant).
4) Riwayat intrauterus dari ibu yang diabetes dan ibu yang polihidramnion
d. Penatalaksanaan
1) Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul
ibunya
2) Perdarahan intracranial
3) Distocia bahu
4) Rupture uteri
5) Robekan perineum
2) Hidrosefalus
a. Pengertian
tertimbun dalam ventrikel biasanya antara 500 – 1500 ml akan tetapi kadang –
sekunder, sebagai akibat dari penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan –
kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura
dan ubun-ubun.
b. Etiologi
5) Infeksi
- Neoplasma
- Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang data terjadi disetiap tempat
disebabkan kraniofaringioma.
6) Perdarahan
fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang
c. Diagnosa
1) Saat palpasi teraba ukuran kepala yang besar dan kepala tidak masuk
2) Pada pemeriksaan dalam terdapat kepala dengan sutura yang dalam dan
ubun – ubun yang luas, serta tulang kepala terasa tipis seperti menekan
bola pingpong.
rontgen.
d. Penatalaksanaan
1) Pada pembukaan 3-4 cm, lakukan pungsi sisterna untuk mengecilkan
2) After coming head akan terjadi pada letak sungsang. Lakukan perforasi
dari foramen ovale untuk mengeluarkan cairan, agar kepala janin dapat
lahir pervaginam.
3) Anensefalus
a. Pengertian
dan otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan tabung syaraf
(suatu kelainan yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan
b. Etiologi
Anensefalus terjadi jika tabung syaraf sebelah atas gagal menutup, tetapi
anensefalus berhubungan dengan racun dilingkungan juga kadar asam folat yang
rendah dalam darah. Anensefalus ditemukan pada 3,6 - 4,6 dari 10.000 bayi baru
2) Pada bayi:
engkorak
d. Penatalaksanaan
1) Anjurkan pada setiap wanita usia subur yang telah menikah untuk
harinya.
asam folat yang lebih tingi yaitu 4 mg saat sebelum hamil dan selama
kehamilannya.
dalam keadaan meninggal atau akan meninggal dalam waktu beberapa hari
setelah lahir.
a. Pengertian
Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya bersatu.
Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal berpisah secara
200.000 kelahiran. Yang bisa bertahan hidup antara 5% dan 25 % dan kebanyakan
b. Etiologi
genetik obat penyubur yang dikonsumsi dengan tujuan agar sel telur matang
secara sempurna juga diduga dapat memicu terjadinya bayi kembar. Alasannya
jika indung telur bisa memproduks sel telur dan diberi obat penyubur maka sel
telur yang matang pada saat bersamaan bisa banyak bahkan sampai lima dan
enam.
c. Penatalaksanaan
Conjugata diagonalis secara manual (VT) dan kemudian dikurangi 1,5 cm,
<11,5 cm.
a) Kehamilan aterm: ukuran rata – rata biparietal (BPD) 9,5 – 9,8 cm.
Kepala janin normal tidak mungkin dapat melalui panggul bila diameter
c) Pada ibu dengan kesempitan panggul angka kejadian letak muka dan
letak lintang meningkat 3 kali lipat dan angka kejadian prolapsus tali pusat
bagian selaput ketuban yang berada diatas ostium uteri internum sehingga
sering terjadi peristiwa Ketuban Pecah Dini (KPD) pada kasus kesempitan
seperti kesempitan PAP, namun kejadian ini lebih sering terjadi dibanding
kesempitan PAP.
pertemuan antara
1) PBP berbentuk dua buah segitiga yang memiliki satu sisi bersama
(berupa diameter intertuberus) dan tidak terletak pada bidang yang sama.
1. Atonia Uteri
a. Pengertian
dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi
post partum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol
menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan
plasenta lahir.
b. Etiologi
Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor
e. Malnutrisi
c. Penatalaksanaan
a. Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15
detik)
uterus.
k. Lanjutkan infuse ringer laktat +20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan
dengan laju 500 ml/jam hingga tiba ditempat rujukan. Ringer laktat kan
a. Pengertian
masih melekat pada tempat implantasi, menyebabkan retraksi dan kontraksi otot
perdarahan.
b. Etiologi
c. Klasifikasi
lebih dalam.
serosa.
c. Plasenta inkreta: vili korialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua
dinding rahim.
Apabila plasenta belum lahir ½-1 jam setelah bayi lahir terlebih lagi
a. Pengertian
kedalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud komponen disini adalah unsur –
unsur yang terdapat di air ketuban seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut
b. Etiologi
c. Faktor Resiko
a. Multipara
b. Solusio plasenta
c. IUFD
d. Partus presipitatus
e. Suction curettage
f. Terminasi kehamilan
g. Trauma abdomen
h. Versi luar
i. Amniosentesis
d. Gambaran Klinik
e. Penatalaksanaan
PaCO2)
f. Terapi tambahan:
1) Resusitas cairan
menyebabkan:
a. Robekan Perineum
a) Pengertian
Adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan
maupun dengan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada
garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat.
b) Etiologi
c) Klasifikasi
1) Derajat satu: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan,
kulit perineum.
2) Derajat dua: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan,
3) Derajat tiga: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan,
kulit perineum dan otot – otot perineum dan sfingter ani eksterna
4) Derajat empat: robekan dapat terjadi pada seluruh perineum dan sfingter
d) Penatalaksanaan
1) Derajat I: robekan ini kalau tidak terlalu besar, tidak perlu dijahit
2) Derajat II: lakukan penjahitan
b. Robekan Serviks
a) Pengertian
serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah
uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah
lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi baik perlu diperkirakan perlukaan
b) Etiologi
1) Partus presipitatus
belum lengkap.
4) Partus lama.
c) Diagnosis
d) Penatalaksanaan
1) Jepit klem ovum pada ke-2 biji sisi portio yang robek, sehingga perdarahan
penjahitan dimulai dari ujung atas robekan kearah luar sehingga semua
4) Beri antibiotic profilaksis, kecuali bila jelas – jelas ditemui tanda – tanda
infeksi.
sering dijumpai. Robekan terjadi pada dinding lateral dan baru terlihat pada
pemeriksaan speculum.
a) Penatalaksanaan
khusus.
2) Pada robekan yang lebar dan dalam, perlu dilakukan penjahitan secara
jelujur.
d. Inversio Uteri
a) Pengertian
atau seluruhnya ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika
b) Etiologi
1) Grande multipara
2) Atonia uteri
8) Retensio plasenta
c) Penatalaksanaan
2) Pasang infuse
4) Basuh uterus dengan antiseptic dan tutup dengan kain basah (NaCl
5) Lakukan reposisi
e. Syok Obstetrik
a) Pengertian
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah ke dalam
jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan
b) Penyebab
1) Perdarahan
2) Infeksi berat
3) Solusio plasenta
4) Inversion uteri
6) Komplikasi anestesi
c) Gejala Klinik
3) Keringat dingin
5) Sesak nafas
6) Penglihatan kabur
7) Gelisah
8) Oligouria
d) Penatalaksanaan
2) Eradikasi infeksi
3) Koreksi cairan dan elektrolit.
Lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi, yaitu
membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan
digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal ini
membuat diagnosis kerja (menentukan kondisi yang dikaji adalah normal atau
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya
kepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah untuk
membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri sendiri.
Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan
3. Pencegahan Infeksi
pencegahan infeksi antara lain: cuci tangan, memakai sarung tangan, memakai
perlengkapan (celemek / baju penutup, kacamata, sepatu tertutup), menggunakan
asepsis atau teknik aseptik, memproses alat bekas pakai, menangani peralatan
4. Pencatatan (Dokumentasi)
Pencatatan rutin adalah penting karena dapat digunakan sebagai alat bantu
untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi apakah asuhan atau perawatan
sudah sesuai atau efektif, untuk mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang
Partograf adalah bagian yang terpenting dari proses pencatatan selama persalinan.
5. Rujukan
Langkah 1: Mendengar, melihat, dan memeriksa gejala dan tanda Kala II yang
meliputi:
dan bayi baru lahir. Demi keperluas asfiksia persiapkan: tempat datar dan
keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan
jarak 60 cm dari tubuh bayi. Selanjutnya, lakukan dua hal di bawah ini.
a) Menggelar kain di atas perut ibu, tempat resusitasi, dan ganjal bahu
bayi.
b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam
Langkah 4 : Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih yg mengalir kemudian keringkan tangan dengan
yang memakai sarung tangan DTT dan steril) dengan memakai sarung tangan
DTT atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).
Langkah 7 : Bersihkan vulva dan perineum, seka dengan hati-hati dari depan
ke belakang denga menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
tersedia
pembukaan sudah lengkap. Apabilaa selaput ketuban dalam belum pecah dan
klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan
dilepaskan.
relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160
meneran
keadaan janin baik. serta bantu ibu berada dalam menemukan posisi yang
ada.
untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara
benar.
ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi
setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa
nyaman).
Langkah 13 : Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan
b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
g) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir setelah 2 jam
multigravida.
Langkah 14 : Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60
menit.
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
Langkah 16 : Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
Langkah 17 : Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat
&bahan.
membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi
dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk
menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk
yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi :
a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian
b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua
biparental, anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu
belakang.
perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.
Gunakan tangan atas untuk menelusuri & memegang lengan dan siku sebelah
atas.
berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan
b) Apakah bayi bergerak dengan aktif ?Jika bayi tidak menangis, tidak
a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya
b) Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi
berkontraksi baik.
Langkah 30 : Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-
kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan
a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut
b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi
sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada perut ibu. Usahakan kepala
bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting
payudara ibu.
Langkah 33 : Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala
bayi.
h. Penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga
Langkah 34 : Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
Langkah 35 : Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepiatas
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso-
kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika uterus tidak
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah
sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap
5)Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin,
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem
keras)
i. Menilai perdarahan
Langkah 40 : Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi pastikan
selaput ketuban lengkap & utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik
Langkah 43 : Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
disusukan Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum
berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu.
pervaginam
Langkah 47 : Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi
menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam
pasca persalinan
dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5 ºC).
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi
sesuai
cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang b rsih dan
kering.
diinginkannya.
balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua
yang lebih rinci dan ini bisa sesuai dengan kabutuhan klie.
Langkah I Subjektif
1) Askeb Kala I
Pengkajian
(a) Biodata
Untuk dapat mengenal dan memanggil nama ibu dan untuk mencegah
b. Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa untuk usia aman
c. Agama
dengan ketaatan agama. Diantara lai dalam keadaan yang gawat ketika
sebagainya.
d. Pendidikan
e. Pekerjaan
Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi agar nasehat kita
kesehatan.
g. Nomor handpone
Alasan kunjunagan
Apakah alasan kunjungan ini karena ada keluhan atau hanya untuk
memeriksa kehamilannya.
Keluhan utama
Keluhan ujtama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke
fasilitas kesehatan.
berapa.
Dikaji karena dari data itu akan mendapatkan gambaran mengenai riwayat
persalianan ibu yang lalu untuk mendeteksi secra dini jika ada komplikasi
Riwayat kontraksi
Pengeluaran pervaginam
Riwayat istirahat
Menanyakan kepada ibu berapa jam tidur siang, dan berapa jam tidur
Riwayat eliminasi
Menanyakan kapan buang air terakhir kali dan kapan buang air kecil
terakhir kali
Langkah II Objektif
a. Tekanan darah
Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila
b. Nadi
c. Suhu
Normalnya suhu tubuh adalah 36-37,5oC. Suhu tubuh lebih dari 37,5oC
d. Pernafasan
x/ menit.
a) Wajah
adanya kelumpuhan.
b) Mulut
c) Mata
d) Payudara
Normal bentuk simetris, hiperpigmentasi areola, putting susu bersih
e) Abdomen
Bentuk, bekas luka operasi, teradapt line nigra, stielifida dan terdapat
durasi, intensitas.
f) Genetalia
benar-benar terjadi.10
( Mengidentifikasi tindakan segera, kolaborasi, dan rujukan)
perenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
Langkah IV Plann
komprehensif.
Pelaksanaan Asuhan
Evaluasi
evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pad klein dan keluarga dan
2) Askeb Kala II
Langkah I Subjektif
dorongan kuat dan meneran, tekanan pada rectum dan anus, perineum
Langkah II Objektif
a. Tekanan darah
Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila
b. Nadi
c. Suhu
d. Pernafasan
x/ menit.
(b) Abdomen
(c) Genitalia
Inspeksi pada genetalia jika pembukaan sudah lengkap maka vulva akan
benar-benar terjadi.
perenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus
Langkah IV Plann
(Perencanaan)
komprehensif.
Pelaksanaan Asuhan
Evaluasi
Langkah I Subjektif
Mengkaji keadaan umum ibu, keadaan emisional ibu, reaksi ibu terhadap
penerimaan bayi.
Langkah II Objektif
a. Tekanan darah
Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila
b. Nadi
c. Suhu
Normalnya suhu tubuh adalah 36-37,5oC. Suhu tubuh lebih dari 37,5oC
d. Pernafasan
x/ menit.
(b). Abdomen
Pemantauan kontraksi (kuat,sedang, lemah atau tidak ada.) pada kala III
dilakukan manajeman aktif kala III dan memeriksa tinggi fundus uteri.
Normalnya tinggi fundus uteri setelah plasenta keluar ialah setinggi pusat.
(c). Genetalia
Memastikan jumlah perdarahan yang keluar, normal nya darah yang keluar
± 100-350 cc.
benar-benar terjadi.
persalinan.
Langkah IV Plann
(Perencanaan)
komprehensif.
( Pelaksanaan Asuhan)
(Evaluasi )
evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pad klein dan keluarga dan
4) Askeb kala IV
Langkah I Subjektif
Mengkaji keadaan ibu saat ini apakah ibu merasa pusing dan apakah ibu
b) Tanda-tanda vital
x/i. Normal suhu tubuh adalah 36-37,5oC, suhu tubuh lebih dari
c) Abdomen
tidak.
d) Genetalia
benar-benar terjadi.
persalinan.
Langkah IV Plann
(Perencanaan)
komprehensif.
( Pelaksanaan Asuhan)
(Evaluasi )
HIS
INPARTU
Kelahiran
Pembukaan serviks Bayi lahir Plasenta
10 – bayi lahir
METODELOGI PENELITIAN
reports. Merupakan suatu metode penulisan atau pelaporan sebuah kasus atau
Adapun subjek dalam penelitian studi kasus ini adalah ibu bersalin Ny. N
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik
dalam arti kata lain lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah. Pada ibu persalinan normal ini penulis menggunakan instrumen
langkah Varney.
b) Buku tulis
c) Alat tulis
a) Stetoskop
b) Neibeken
c) Tensi meter
d) Partus set
3. Persiapan ruangan
a) Temat tidur
b) Meja pasien
a) Buku tulis
b) Buku
c) Askeb
d) Alat tulis
a) Wawacara
Suatu metode yang digunkan untuk mendapatkan keterangan secara lisan
dari klien (responsen) atau bercakap-cakap dan berhadapan dengan responde. Jadi
data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui pertemuan atau
percakapan. Pada kasus ibu bersalin normal dilakukan wawancara dengan pasien.
Pada penelitian ini wawancara dilakukan pada keluarga Ny “...” dan “...”
sendiri. Pernyataan yang diajukan seperti mengenai keluhan ibu, biodata pasien
b) Observasi
c) Pemeriksaan Fisik
d) Studi Dokumentasi
yang dapat berupa list pasien atau status pasien, dalam hal ini berupa list pasien
e) Studi kepustakaan
Bahan pustaka yang sangat penting dalam menunjang latar belakang teoritis
suatu penelitian.
3.6 Analisi Data
Dalam melakukan analisis data terhadap studi kasus yang akan dilakukan,
1. Reduksi data
data yang diperoleh dari lapangan, baik dengan cara wawancara, pengkajian fisik,
observasi maupun dokumentasi yang bersumber dari rekam medik, catatan medik
lain, buku maupun jurnal. Hal-hal yng menunjang penelitian perlu disesuaikan
sedangkan hal yang tidak berkaitan dengan penelitian harus dibuang. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
2. Penyajian data
Temuan dari hasil kajian kepustakaan dan analisis data di lapangan dicari
penyimpangan atau kesenjangan antara teori dan di lahan praktik dalam kasus
yang diambil. Hal tersebut peneliti lakukan sejak data terkumpul dengan
4. PMB juga memiliki 2 orang asiten bidan yang telah Seleai menjalani
pendidikan D III di poltekkes kemenkes RI padang
a) Data Subyektif
1. Identitas Istri Suami
Nama : Ny. N Tn. A
Umur : 24 Tahun 25 Tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
Suku/Bangsa : Minang Minang
Alamat : Sungai nibuang
Telp. : 081329424592
2. Alasan kunjungan
Ibu mengeluh sakit pinggang menjalar keari-ari, yang semakin lama
semakin sakit dan teratur sejak pukul 07.25 WIB. Ini adalah kehamilan
pertama, usia kehamilan 9 bulan, dan ibu tidak ada keluhan yang lain.
3. Riwayat kehamilan sekarang
1) HPHT : 5- 4-2018
2) TP : 12-1-2019
TRIMESTER I
ANC : 2 kali
Tempat : BPS
Keluhan : Mual dan muntah
Anjuran : Istirahat yang cukup
TRIMESTER II
ANC : 3 kali
Tempat : BPS
Keluhan : Mual dan muntah
Anjuran : Istirahat yang cukup, makan buah dan Sayur, banyak minum
TRIMESTER III
ANC : 5 kali
Tempat : BPS dan PMB
Keluhan : istirahat yang cukup, makan buah, persiapan persalinan
7. Riwayat kesehatan ibu
a. Riwayat penyakit sistemik : Tidak ada
b. Riwayat penyakit menular : Tidak ada
c. Riwayat penyakit keturunan : tidak ada
d. Riwayat alergi : Tidak ada
e. Riwayat operasi : Tidak ada
f. Riwayat keturunan kembar : Tidak ada
g. Riwayat pernah dirawat : Tidak ada
8. Pola Kegiatan Sehari-hari
1) Nutrisi
- Makan terakhir jam 12.00 WIB, porsi 1 piring sedang, jenis nasi, sayur,
lauk pauk.
- Minum terakhir jam 18.00 WIB, jenis air putih, banyaknya 1 gelas.
Tidak ada makan/minum pantangan.
Keluhan makan dan minum tidak ada.
2) Eliminasi
- BAK 5-7 kali/hari, warna jernih kekuningan, keluhan sering kencing.
- BAB 1 kali/hari , konsistensi padat, warna kuning kecoklatan, keluhan
susah tidak ada.
3) Istirahat
Setiap hari ibu tidur 4-6 jam/hari, setelah mulas timbul dari pukul 7.25
WIB sampai pengkajian dilakukan ibu tidak bisa tidur.
9. Riwayat bio, psiko, sosial, cultural, dan spiritual
a. Dukungan selama hamil : Baik
b. Pengambilan keputuan : Suami dan istri
c. Hubungan dengan suami : Harmonis
d. Hubungan dengan keluarga: Harmonis
e. Penerimaan suami dan keluarga terhadap kehamilan : Baik
10. Data penunjang
Hb : 11,8 gr, tanggal 25-12-2018
b) Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum : ibu merasa kesakitan
a. Keadaan umum ibu : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda vital
TD :120/80 mmHg, Respirasi :21 x/menit, Nadi :80 x/menit, Suhu :37°C
d. Tinggi badan :156 cm
e. Berat badan
BB sebelum hamil : 52 kg
BB sesudah hamil : 65 kg
Kenaikan BB selama hamil : 12 kg
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : bersih, tidak ada benjolan.
b. Rambut : lurus, berwarna hitam, tidak ada ketombe dan tidak rontok.
c. Muka : tidak pucat, tidak odema, tidak ada cloama gravidarum
d. Mata : simetris, fungsi penglihatan baik, tidak ada oedema,
konjungtiva merah muda dan sklera putih.
e. Hidung : simetris, bersih, tidak ada pembesaran polip.
f. Mulut : bersih, tidak ada caries dan bibir tampak kering.
g. Telinga : bersih, tidak ada serumen.
h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
pembengkakan vena jugularis.
i. Dada : simetris, gerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi seirama,
j. Payudara : simetris, terlihat bersih konsistensi lunak, puting susu
1. Ibu mengatakan 1. Pemeriksaan Diagnosa 1. Informa 18.55 1. Menginformasikan hasil 1. Ibu mengerti dan
Umum : ibu merasa sikan
ini merupakan Ibu inpartu kala pemeriksaan pada ibu dan senang
kesakitan tentang
anak pertama. I fase aktif keadaan keluarga tentang hasil mengetahui
ibu
2. Ibu mengatakan 2. TD:120/80 mmHg, dilataksi pemeriksaan, bahwa kondisi ibu kondisinya dan
mulas dan nyeri Respirasi:21 maksimal 2. Inform saat ini telah memasuki proses janinnya baik
consent
perut dibagian x/menit, Nadi :80 nomal persalinan dengan tanda-tanda
x/menit, Suhu : Masalah 3. Kebutu
bawah serta persalinan yaitu mulas-mulas
han
mengeluarkan 37°C Tidak ada pendam pada perut bagian bawah keluar
ping
lender bercampur 3. kontraksi 3 kali lender bercampur sedikit darah,
Kebutuhan 4. Kebutu
sedikit darah. dalam 10 menit, kondisi bayinya sehat dengan
han
3. HPHT: 5- 4-2018 durasi 38 detik, 1. Informasika posisi normal dan DJJ
teknik
interval 3 menit, n tentang relaksas 143x/menit, proses persalinannya
keadaan ibu i
kekutan kuat, telah memasuki pembukaan 5-6
2. Inform 5. Kebutu
4. DJJ : frekuensi 143 18.53 cm.
consent han 2. Ibu sudah mengerti
x/menit di puntum pengatu 2. Melakukan inform consent
3. Kebutuhan
maksimum kuadran pendamping ran mengenai tindakan yang akan dengan tindakan yang
posisi
IV, irama teratur 4. Kebutuhan dillakukan akan dilakukan
dan kuat, teknik 6. Kebutu padanya dan ibu
relaksasi han
5. Perlimaan : 3/5 nutrisi menyetujui dan
5. Kebutuhan dan
6. TFU : 33 cm, sudah
pengaturan cairan
TBBJ : 3410 gram posisi menandatangani surat
7. Persiap
7. 6. Kebutuhan persetujuan
an alat
Genetalia : keluar nutrisi dan
cairan 8. Pemant 18.55
lendir bercampur auan 3. Menganjurkan suamiatau 3. Ibu memilih suami
7. Persiapan kala 1
darah, VT : alat keluarga untuk mendampingi ibu sebagai pendamping
dengan
pembukaan 5-6 cm, patogra dalam persalinan persalinan
8. Pemantauan
porsio lunak, f
kala 1
ketuban utuh, dengan
patograf 18.58
4. Suami melakukan
presentasi belakang 4. Mengajarkan suami atau
teknik relaksasi
kepala, posisi keluarga melakukan teknik
ubun-ubun kecil relaksasi pada ibu untuk
kiri depan, mengurangi rasa nyeri. Seperti
penurunan hodge melakukan massage pada tubuh
II, tidak ada bagian ibu dengan lembut.
menumbung.
19.00 5. Mengatur posisi yang membuat
5. Ibu mengerti dan ibu
ibu nyaman selama persalinan.
berjalan-jalan
disekitar tempat tidur
7. Persiapan ruangan
19.12 7. Mempersiapkan ruang dan alat
bersalin dan alat
untuk bersalin:
persalinan telah
a. Menyiapkan ruang bersalin disiapkan
yang bersih
b. Menyiapkan alat:
1) Partus set, terdiri dari : 2 buah
klem, gunting tali pusat,
pengikat tali pusat,
episiotomi, 2 buah sarung
tangan steril, kain kasa steril,
suntik 3 cc, 1 oxytosin 10 U
14/0 20.3 8-9 120/ 82 21 36,9 - Frek 5 kali 142 1/5 J/O
1/20 0 70 dalam 10 kali/m
19 menit, enit
durasi 53
detik
Tabel 4.3
Dokumentasi Kala II
a. Sakitnya a. Data Diagnosa : ibu 1. Informasi 21. 05 1. menginformasikan hasil pemeriksaan pada 1. Ibu sudah
umum
semakin inpartu kala II kan hasil ibu bahwa pembukaan lengkap, keadaan ibu mengerti dengan
KU :
bertambah sedang normal pemerikaa dn janin baik. Apabila ada his ibu boleh keadaanya
Frek 142 pertolong menyemangati ibu terus berdoa. juga berdoa pada
x/menit,
inteniita an Allah agar
kuat, irama
persalinan persalinannya
teratur,
Perlimaan : lancar
8. lakukan
0/5 7. Membantu proses persalinan kala II yaitu
21.20
penangan
Pemerikaa pada saat kepala tampak didepan vulva 5-6 7. Bayi lahir
n genetalia n BBL
eksternal: cm kemudian menahan perineum dengan spontan pukul
Pengeluara 9. lakukan satu tangan, tangan lain menahan kepala 21.20 WIB, bayi
n lendir IMD tetap fleksi pada saat keluar secara menangis kuat,
bercampur
bertahap melewati introitus vagina dan warna kulit
darah
bertambah parineum. Setelah bayi lahir usap wajah kemerahan
n banyak, bayi dengan kain bersih untuk dantonu otot
adanya
membersihkan lender dan darah dari mulut baik, berat badan
pengeluara
n air0air danhidung bayi. Lalu periksa lilitan tali 3000 gr, panjang
dari
pusat, tidak terdapat lilitan tali puat, badan 48 cm, jeni
kemaluan,
tunggu putaran paksi luar. Kemudian kelamin laki-laki
adanya
dorongan menenpatkan kedua tangan biparietal,
mengedan,
gerakan kepala kearah bawah hingga bahu
tekanan
depan lahir, dan Gerakkan bayi ke atas
pada anus,
perenium hingga bahu belakang lahir. Setelah kedua
menonjol
bahu lahir, melakukan sanggar susur untuk
dan vulva
mengeluarkan seluruh tubuh bayi
membuka.
Tabel 4.4
1. Ibu merasa 1. Uterus Diagnosa : ibu 1. Informasikan 21.25 1. Mnginformasikan pada ibu 1. Ibu senang
senang globular
inpartu kala III hasil bahwa keadaan bayi baik, raa mendengarnya
dengan
2. Kontraksi normal pemeriksaan nyeri yang diraakan ibu adalah
kelahiran
baik
bayinya normal karena plasenta belum
Masalah : tidak 2. Perika janin
3. TFU setinggi
2. Ibu merasa lahir.
pusat ada kedua
lelah
21.26 2. Memeriksa adanya janin 2. Tidak ada janin
4. Tidak teraba Kebutuhan : 3. Injeki
3. Ibu tidak
merasa janin kedua 1. Informasikan oxytosin kedua, kedua
pusing
5. Kandung hasil
4. Lakukan 21.27 3. Memberikan kepada ibu akan 3. Ibu setuju untuk
4. Ibu kemih tidak pemeriksaan
pemotongan di injeksi oxytosin 10 U dilakukan
mengatakan teraba
rasa nyeri 2. Periksa janin tali pusat suntikan,
6. Terdapat
pada perut Oxytosin telah
tanda-tanda kedua
bagian 5. Manajemen
pelepasan disuntikan
bawah 3. Injeki aktif kala III
plasenta : tali
4. Melakukan pemotongan tali
21.28
pusat oxytosin
6. Ajarkan ibu pusat dan mengikat tali
bertambah 4. Tali pusat telah
panjang, 4. Lakukan masase fundus pusat,kemudian bayi
dipotong dan
darah keluar pemotongan
7. Periksa diletakkan diatas perut ibu
tiba-tiba telah diikat,
tali pusat dan lakukan IMD
laserasi bayitelah
lengkap jam
21.30 WIB,
6. Kontraksi uteru
melakukan
masase fundus
ibu
7. Terdapat laserasi
KALA IV
Tabel 4.5
Dokumentasi Kala IV
1. Ibu merasa a. KU : baik Diagnosa : ibu 1. Informasika 21.32 1. Menginformasikan hasil 1. Ibu enang dengan
inpartu kala IV n hasil
lelah pemeriksaan bahwa kondii ibu keadaannya
b. TTV normal pemeriksaan
saat ini cukup stabil. TTV dan
2. Ibu tidak TD: 120/80
Masalah : tidak 2. Penjahitan
mmHg, N 74 pemeriksaan fisiklainnya
merasa x/menit, P 22 x/ ada laserasi jalan
menit, S 37 oC lahir dalam batas normal
pusing Kebutuhan :
a. TFU 2 jari
3. Peronal 21.33 2. Melakukan penjahitan laserasi
3. Ibu merasa bawah pusat, 1. Informasikan 2. Luka laserasi telah
kontraksi hygiene
hasil
baik,
sakit pada kandung pemeriksaan 4. Kebutuhan dilakukan
kemih nutrisi dan
bagian minimal, 2. Penjahitan penjahitan
cairan
perdarahan laeraijalan
perut sudah
±150 cc,
lahir 5. Kebutuhan 21.34 3. Memberikan rasa nyaman pada
berkurang terdapat
laserasi istirahhat 3. Ibu telah merasa
3. Peronal ibu dengan membersihkan ibu
derajat 2
4. Ibu merasa hygiene 6. Pemantauan nyaman
dan memasangkan pembalut
senang kala IV
4. Kebutuhan serta mengganti pakaian ibu
dengan nutrisi dan 7. Rasa aman
cairan dan nyaman 4. Menganjurkan ibu untuk 4. Ibu sudah makan
kelahiran
dan 21.34
5. Kebutuhan makan dan minum disuapi suaminya
bayinya
bounding
istirahhat
dan proses attacment 21.34
5. Menganjurkan ibu untuk 5. Ibu telah istirahat
6. Pemantauan
persalinan istiirahat
kala IV
berjalan dengan 6. Pemantauan telah
21.35 6. Melakukan pemantauan kala
lancar patograf
IV dengan patograf ( TTV, dilakukan dan
7. Rasa aman
dan nyaman kontraki, perdarahan, kandung sudah dicatat pada
dan bounding
kemih setiap 15 menit, pada 1 patograf halaman
attacment
jam pertama dan setiap 30 belakang
dengan rawat
gabung dengan
bayinya
4.3 Pembahasan
dengan usia kehamilan 39-40 minggu dimulai dari kala I, II, III, IV. Maka
dalam BAB ini akan dibahas tentang pertandingan antara konsep teoritis
dengan kenyataan yang dilakukan dan diterapkan kepada klien. Dalam hal ini
4.3.1 Kala I
1. Data Subyektif
Pengkajian data awal dengan pengumpulan data yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Pada kasus Ny. N
riwayat kesehatan ibu, pola kegiatan sehari-hari, riwayat bio, psiko, sosial,
2. Data Obyektif
bersalin yaitu pemeriksaan fisik dengan data focus. Pemeriksaan fisik meliputi
pemeriksaan umum yaitu tenda-tanda vital, kesadaran, dan pemeriksaan fisik
mengukur TTV, Head To Toe pada ibu mulai dari pemeriksaan fisik kepala
yg di ajukan bidan, ibu tampak sedikit kesakitan dan masih mampu jalan-jalan.
Ibu mengatakan mules yang sering menjalar dari pinggang ke bagian perut, belum
keluar air-air, sudah keluar lendir bercampur darah dari kemaluannya. Keluhan
yang di sampaikan ibu masih dalam batas normal, karena menurut Prawirohardjo
2010, tanda-tanda persalinan adalah mules yang sering, keluar air bercampur
darah dari vagina, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.
menggunakan rumus neagle yaitu selisih 2 hari, namun masih berada dalam batas
fisiologis selama usia kehamilan tidak serotinus atau premature, dengan usia
kehamilan saat ini 40 minggu. Usia kehamilan ibu termasuk pada Trimester III
kehamilan Ny. N termasuk dalam kehamilan aterm karena dalam teori usia
kehamilan 40 minggu termasuk pada rentang waktu usia kehamilan aterm yaitu
antara 37 minggu sampai 42 minggu. (Menurut Sarwono,2009). Sehingga tidak
Menurut Mochtar dalam penelitian Walin, dkk 2011, berat badan penting
memperkirakan berat badan bayi baru lahir adalah dengan menggunakan taksiran
Tinggi Fundus Uteri (TFU) dengan rumus Johnon. Rumus ini dihitung
berdasarkan tinggi fundus uteri (TFU) yaitu jarak dari bagian atas tulang
kurangi 11 bila kepala maih berada di bawah spina iskiadika, 12 bila kepala masih
berada di atas spina iskiadika, 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul
hasilnya dikali 155 didapatkan berat badan bayi dalam gram. Rumus johnon
tohack : TBBJ : (TFU- 11,12,13) x 155. Pada kasus Ny. N TFU : 33 cm, TBBJ :
3410 gram. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan.
dinding atau jam tangan untuk memantau kontraksi uterus. Dengan meletakan
tangan di atas atas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu
kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi /lama setiap kontraksi yang terjadi 2 kali
dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik/lebih. Dan diantara dua
pembukaan ukuran kurang dari 4 cm. Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya
masih diantara 20-30 detik, dan tidak terlalu nyeri. fase aktif pembukaan 4 cm-
lengkap 10 cm Kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik atau
lebih dan lebih nyeri. Pada kasus Ny.N pembukaan 6 cm, terjadi kontraksi uterus
3 kali dalam 10 menit, durasi 38 detik. Sehingga terdapat kesenjangan antara teori
dan kasus.
menurut JNPK-KR 2009, dikatakan gawat janin bila Denyut Jantung Janin
<120 atau >160 kali permenit. Pada kasus Ny. N DJJ frekuensi 143 x/menit.
kontraksi braxton hicks, sehingga serviks menjadi matang selama periode yang
Pada kala I dibagi menjadi fase laten dan fase aktif, dimana fase laten dari
pembukaan 1 cm sampai 4 cm,dan fase aktif dari pembukaan 4cm sampai 10cm.
pemeriksaan dalam 4 jam sekali. Pada kasus Ny. N pemeriksaan dalam pertama
dilakukan pada pukul 18.45 WIB dengan pembukaan 5-6 cm, dan pukul 20.30
WIB pembukaan 8-9 cm, dan pukul 21.00 WIB pembukaan lengkap terlihat tanda
dan gejala kala II, tidak dilakukan pemeriksaan dalam ulang karena kepala sudah
terlihat 5-6 cm di depan vulva. Sehingga terdapat kesamaan antara teori dan
kasus.
aktif persalinan (pembukaan 5-6 cm), frekuensi his ibu 3 x/10 menit lamanya 38
detik, dan mengalami kemajuan sampai frekuensi his 5x/10 menit lamanya 63
detik, his kuat, semua kondisi ibu dalam kala I sudah sesuai dengan teori. Dan
dalam pemantauan partograf semua dalam keadaan baik, garis waspada dalam
partograf tidak terlampaui, janin dalam keadaan baik apabila dilihat dari Denyut
Jantung Janin dan moullagenya. Serta keadaan His pun meninggi sesuai dengan
teori.
3. Assesment
serviks serta kontraksi. Dari data yang didapatkan, dapat diinterprestasikan ibu
mencapai ukuran kurang dari 4. Kontraksi mulai teratur tetapi. fase aktif yaitu
pembukaan 4 cm hingga lengkap 10 cm. Fase aktif dibagi dalam 3 fase sebagai
berikut: a) Fase aktif akselerasi yaitu pembukaan kurang dari 4 cm, b) Fase
berdasarkan data dasar yang didapatkan dari pengkajian subjektif dan objekif serta
memenuhi kebutuhan ibu pada kala I dengan menerapkan asuhan sayang ibu.
Pada kasus Ny. N ditetapkan dignosa ibu inpartu kala I fase aktif dilatasi
maksimal. Masalah tidak ada. Kebutuhan informasi keadaan ibu, inform consent,
kebutuhan nutrisi dan cairan, persiapan alat, dan pemantauan kala I dengan
patograf. Diangnosa potensial tidak ada. Tindakan segera, kolaborasi dan rujukan
tidak ada. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
4. Plan
untuk ibu dengan memberikan asuhan sayang ibu, sebagai upaya untuk mengatasi
kemajuan persalinan, Persiapan pertolongan (bila ibu sudah masuk fase aktif ).
suami lebih melalui prose persalinan. Ibu merasa lebih nyaman serta bisa
sayang ibu mulai dari pemilihan pendamping, teknik mengurangi rasa nyeri serta
memantau ibu selama kala I dengan menggunakan patograf yaitu his, DJJ,
penurunan kepala, pembukaan serviks, TTV ibu didampingi oleh suami atas
permintaannya sendiri.
Pada kasus Ny. N perencanaan asuhan pada ibu dikala I sampai dengan
nutrisi dan cairan, persiapan alat, dan pemantauan kala I dengan patoograf.
dan kasus. Evaluasi dilakukan untuk menilai keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan. Pada kasus ini, ibu dan keluarga kooperaif dalam menerima asuhan
4.3.2 Kala II
1. Data Subyektif
Pada kasus Ny. N, ibu sudah merasakan adanya tanda-tanda kala II yaitu
sakitnya semakin bertambah kuat, keluar air-air dari kemaluan, terasa mengedan.
Menurut cunningham 2010, data sabjektif pada ibu kala II yaitu merasakan
tanda-tanda ingin bersalin salah satunya rasa ingin mengedan dan sakit yang
tanda-tanda ibu kala II dan sudah sesuai dengan teori yang didapatkan.
2. Data obyektif
keadaan ibu seperti his, djj, serta berapa pembukaan ibu dan sudah sesuai dengan
pembukaan lengkap (10 cm), ketuban jernih, sehingga dari data ini ibu sudah
3. Assesment
salah satunya adalah pemilihan posisi yang tepat untuk ibu yaitu posisi setengah
duduk mempunyai kelebihan yaitu alur jalan lahir yang perlu ditempuh untuk bisa
keluar lebih pendek dan gaya gravitasi bumi untuk menurunkan janin ke rongga
santai pada ibu untuk mengeluarkan bayinya. Posisi miring membuat ibu lebih
nyaman dan efektif untuk meneran dan membantu perbaikan oksiput yang
melintang untuk berputar menjadi posisi okviput anterior dan memudahkan ibu
beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga mengurangi
berdasarkan data dasar yang didapatkan dari pengkajian sabjektif dan objektif
yaitu dengan adanya tanda-tanda dari kala II serta persiapan untuk ibu
menghadapi persalinan.
didapatkan serta telah memenuhi kebutuhan ibu pada kala II yaitu salah satunya
dengan teori. Pada posisi persalinan sudah dilakukan posisi setengah duduk pada
ibu dan posisi ini membuat saat bersalin. Tidak ada kesenjangan antara teori dan
kasus.
4. Plan
bahwa posisi meneran yang dipilih ibu saat bersalin akan memotivasi ibu untuk
dilakukan souze et al tahun 2010, bahwa posisi meneran yang dipilih ibu memiliki
Berdasarkan teori yang telah didapatkan yaitu menurut varney 2011 dan
buk saku pelayanan kesehatan ibu 2013 dalam penatalaksanaan kala II dengan
menetapkan langkah asuhan persalinan normal, ada 58 langkah APN yang elah
memenuhi semua kebutuhan ibu dan bayi setelah lahir.
dilakukan sehingga timbulnya robekan jalan lahir pada ibu yang seharunya bisa
dicegah, sebab bayi lahir dengan berat badan normal. Pada kasus ini sudah diatur
posisi ibu yang membuat ibu nyaman dalam menghadapi persalinan. Evaluasi
1. Data subyektif
Pada kasus Ny. N, ibu merasa adanya tanda-tanda kala III yaitu ibu merasa
nyeri pada perut bagian bawah. Menurut varney 2011, data sabjektif pada kala III
yaitu ibu merasakan mules dan tidak merasakan sakit yang semakin kuat lagi.
2. Data obyektif
kandung kemih tidak teraba, tali pusat bertambah penjang, keluar darah tiba-tiba.
Menurut varney 2011, dilakukan pemeriksaan pada ibu inpartu di kala III dengan
pemeriksaan TTV pada ibu. Terdapat kesenjangan yang ditemukan yaitu tidak
dilakukannya pemeriksaan TTV pada kala III. Menurut Rohani 2011 dari
didapatkan yaitu ibu inpartu kala III normal serta memenuhi kebutuhan ibu pada
kala III dengan melihat adanya tanda-tanda pelepasan plasenta atau tidak serta
melakukan observasi pada ibu dengan menilai kontraksi uterus, TFU, laserasi.
berdasarkan data dasar yang didapatkan dari pengkajian data subjektif dan
objektif yaitu dengan adanya tanda-tanda dari kala III serta kebutuhan ibu di
manajemen aktif kala III. Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.
4. Planning
manajemen aktif kala III, yaitu penyuntikan oksitosin, peregangan tali pusat
terkendali dan masasse fundus, karena dalam teori disebutkan bahwa dalam kala
Artikel ilmiah yang diterbitkan oleh the journal of cellular and molecular
yaitu bayi akan mendapatkan lebih banyak darah, oksigen dan steam cell dari
Namun delay clamping tidak menunggu hingga tali pusat putus sendiri tapi
dalam penetalaksanaan kala III dengan melakukan manajemen aktif kala III yaiu
memeriksa adanya janin kedua aau tidak, menyunikkan oksitosin serta melakukan
dilakukan manajemen aktif kala III dan telah sesuai dengan teori yang ada dengan
memeriksa adanya janin kedua atau tidak pada ibu lalu dinilai kelengkapan
plasentanya. Pemotongan tali pusat segera dilakukan pada bayi dan belum
menggunakan metode delayed clamping. Metode ini belum banyak dikenal oleh
masyarakat karena itu tidak diterapkan . Evaluasi yang didapatkan plasenta lahir
lengkap pukul 21.30 WIB tidak ada perdarahan dan terdapat laserasi pada
perineum ibu.
4.3.4 Kala IV
1. Data subyektif
Berdasarkan kasus Ny. N sudah merasakan hal tersebut dan sesuai dengan
teori yang ada. Ibu merasakan sakit pada daerah perineum dan ibu senang dengan
kelahiran bayinya.
Menurut Varney 2011 data subektif pada ibu kala IV yaitu sudah merasa
lega dengan persalinannya dan jika ibu mengalami robekan jalan lahir maka ibu
akan merasakan sakit didaerah perineum. Tidak terdapat kesenjangan antara teori
dan kasus.
2. Data obyektif
Kasus pada Ny. N sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan TTV. Hasil
TTV ibu dalam batas normal, TFU 2 jari dibawah pusat, konraksi keras, blass
pemeriksaan pada ibu inpartu di kala IV dengan lebih memfoskuskan pada TTV
serta pemantauan 2 jam ibu di kala IV. Tidak terdapat kesenjangan atara teori dan
kasus.
3. Assesment
didapatkan yaitu ibu inpartu kal IV normal serta telah memenuhi kebutuhan ibu
pada kla IV yaitu informasi hasil pemeriksaan, kebutuhan nutrisi dan cairan,
data dasar yang didapatkan dari data subjektif dan objektif yaitu dengan
memantau kondisi ibu terutama kontraksi selama kala IV. Tidak terdapat
4. Planning
berdasarkan Pusdiknakes WHO JHPIEGO 2010 sebagai bevar kematian ibu pada
pariode pacsa 6 jam pertama setelah persalinan. Hal ini disebabkan oleh infeksi,
perdarahan, dan eklamsia. Oleh karena itu pemantauan selama 2 jam kala IV
penatalaksanaan kebidanan yang telah dilakukan pada kala I, kala II, kala III
Berdasarkan teori yang telah didapatkan yaitu menurut varney 2011, dalam
penatalaksanaan kala IV dengan melakukan penjahitan bila ada laserasi jalan lahir
dan memantau kondii ibu selama 2 jam di kala IV serta membersihkan ibu yang
selesai bersalin.
dilakukan penjahitan jalan lhir dan pementauaan kala IV selama 2 jam yang sudah
sesuai dengan teori. Pemantuan kala IV telah dilakukan dan tidak ditemukan
masalah apapun pada ibu selama 2 jam kala IV. Evaluasi yang didapat ibu tidak
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Asuhan kebidanan ibu bersalin merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu
menjalar ke ari-ari sejak pukul 07.25 WIB, dan keluar lendir bercampur
darah pukul 15:00 wib. Ibu datang kerumah bidan pukul 18:45 wib dengan
keluhan keluar lendir bercampur darah, sakit sudah teratur. Ibu datang
ditemani suami dan keluarga. Ibu mengatakan makan terakhir pada pukul
12:00 wib, minum terakhir 18:00 wib, buang air besar terakhir tadi pagi.
Gerakan janin yang dirasaka ibu masih seperti biasa dan keluar air-air. Ibu
2. Pengkajian data objektif yaitu keadaan umum dalam keadaan normal yaitu
abdomen, Leopold I Tfu pertengahan pusat dan px, teraba bundar, lunak
dan tidak melenting, Leopold II pada bagian kanan perut ibu teraba
tonjolan-tonjolan kecil bagian kiri teraba panjang dan keras. Leopold III
pada bagian bawah perut ibu teraba bulat keras dan melenting. Leopold IV
posisi tangan sejajar. Perlimaan 3/5. tfu 353 cm. Denyut jantung janin
Pemeriksaan dalam hasilnya tidak ada tanda-tanda infeksi pada jalan lahir,
portio lunak, pembukaan 5-6cm, ketuban utuh, presentasi belakang kepala,
posisi ubun-ubun kecil kiri depan, kepala Hodge II, tidak ada bagian yang
menumbung.
3. Assesment diagnosa pada kala I, II, III dan IV didapatkan dari pengkajian
dari data subjektif dan Objektif. Pada kasus ini, diagnosa kala I-IV
kebutuhan fisik dan psikologi ibu. Hal ini sesuai dengan teori dan tidak
baik.
5.2 Saran
1. Bagi mahasiwa
menguasai teori dan konsep dari asuhan dan pendidikan kesehatan yang akan
diberikan. Memenuhi asuhan kebidanan pada ibu beralin normal sesuai dengan
pembuatan laporan tugas akhir dan serta memberikan saran yang sesuai dengan
6. Misar, Y., dkk. (2012). Faktor Resiko Komplikasi Persalinan Pada Ibu
Melahirkan. [Sumber Online]. [Diagses pada tanggal 19 Januari 2019].
URL :
pasca.unhas.ac.id/jurnal/
10. Mutmainnah, A., johan, H., & Llyod, S. S. (2017). Asuhan Persalinan
Normal & Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: CV.ANDI OFFSET. [Sumber
Online]. [Diakses pada tanggal 9 Januari 2019]. URL :
https://books.google.co.id/
11. Sukarni, I., & ZH, M. (2013). Kehamilan, Persalinan, dan Nifas di
lengkapai dengan patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.
18. Siyoto, S., & Sodik, M. (2015). Dasar metodologi penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing