Anda di halaman 1dari 198

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yola Listantia


Tempat / Tanggal Lahir : Sukomenanti /14 Juli 1997

Alamat : Jorong sukomananti, Nagari Aua Kuniang, Kecamatan


Pasaman, Kabupaten Pasaman Barat
Agam : Islam
E-mail : listantia1997@gmail.com
Nama Orang Tua
Ayah : H. Mukhlis
Ibu : Masnidar
Anak ke : 3 (Tiga) dari 3 (Tiga) bersaudara
Saudara
Pertama : Ilma Satria Willis
Kedua : Deni Afrianto
Riwayat Pendidikan :

1. Pedidikan taman kanak-kanak ABA : 2002 - 2004


2. SD N 1 Pasaman : 2004 - 2010
3. SMP N 1 Pasaman : 2010 - 2013
4. SMA N 1 Pasaman : 2013 - 2016
POLITEKNIK KESEHATAN PADANG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BUKITTINGGI
Laporan Tugas akhir , januari 2019

Yola Listantia
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Di PMB Rahmayetti, Amd. Keb

ABSTRAK

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Bidan


adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping
itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin. Di
PMB Rahmayetti, tahun 2018 jumlah ibu bersalin 155 orang merupakan
persalinan normal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asuhan kebidanan
pada ibu bersalin normal sesuai dengan penerapan 7 langkah varney dengan
pendokumentasian SOAP.
Jenis Penelitian ini adalah menggunkan pendekatan deskrptif dengan
metode care reports. Merupakan suatu metode penulisan atau pelaporan sebuah
kasus atau masalah klinis dengan pendekatan berbasis bukti. Penelitian ini
dilakukan di PMB Rahmayetti, Amd. Keb dan dilaksanakan pada bulan Januari -
Mei 2019. Subjek dalam penelitian ini adalah bersalin normal. Instrumen
pengumpulan data yang digunakan format asuhan kebidanan bersalin normal.
Cara pengumpulan data secara wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi
dokumentasi. Analisis data dengan membandingkan data secara teori.
Hasil dari studi kasus yang dilakukan pada Ny. N dengan Asuhan Persalinan
normal yakni kala I, fase aktif dilataksi maksimal pembukaan (5-6 cm), 2 jam kemudian
ibu pembukaan (8-9 cm), 30 menit kemudian ibu pembukaan lengkap (10). Waktu proses
persalinan dari kala I sampai kala IV berlangung 5 jam. Keadaan umum ibu dan bayi
dalam batas normal sampai dipindahkan ke ruang nifas. Terdapat kesenjangan pada kala
III yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital pada kala III.

Dapat disimpulakan Kala I sampai kala IV semuanya berlangsung normal


tanpa ada penyulit. Asuhan kebidanan persalinan diharapkan kepada bidan untuk
dapat meningkatkan sesuai dengan APN.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan, ibu bersalin

Keperpustakaan : 18 (2006-2018)
PADANG HEALTH POLITECHNIC
BUKITTINGGI PRIVATE STUDY PROGRAM
Final Assignment Report, January 2019

Yola Listantia
Midwifery Care at Maternity at PMB Rahmayetti, Amd. Keb

ABSTRACT
Labor and birth are normal physiological events. Midwives are monitoring
labor to detect early complications, in addition with the family providing
assistance and support to the mother. At PMB Rahmayetti, in 2018 the number of
mothers giving birth to 155 people is a normal delivery. This study aims to
determine midwifery care for women with normal birth according to the
implementation of 7 steps varney by documenting SOAP.
This type of research is to use a descriptive approach with care reports
methods. It is a method of writing or reporting a case or clinical problem with an
evidence-based approach. This research was conducted at PMB Rahmayetti, Amd.
Keb and carried out in January - May 2019. The subjects in this study were
normal delivery. The data collection instrument used was the normal maternity
midwifery care format. How to collect data by interview, observation, physical
examination, documentation study. Data analysis by comparing data in theory.
The results of the case studies conducted at Ny. N with upbringing Normal
labor namely first stage, active phase maximal opening (5-6 cm), 2 hours later the
opening mother (8-9 cm), 30 minutes later the complete opening mother (10). The
time of labor from the first time to the IV period is 5 hours. The general condition
of the mother and baby is within normal limits until it is transferred to the
postpartum room. There is a gap in the third stage, namely examination of vital
signs at the time of III.
It can be concluded that the first stage to the fourth stage is all normal
without complications. Midwifery care is expected for midwives to be able to
improve according to the APN.
Keywords: Midwifery care, maternity
Library: 18 (2006-2018)
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

memberikan berbagai kemudahan, petunjuk serta karunia yang tak terhingga

sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Tugas Akhir yang berjudul

“Asuhan Kebidanan Bersalin Normal Di Praktik Mandiri Bidan Rahmayetti,

Amd.Keb Kabupaten Agam Tahun 2019” dengan baik dan tepat waktu.

Laporan Tugas Akhir penulis susun untuk memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh derajat Ahli Madya Kebidanan di Program Studi D III

Kebidanan Buktinggi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes

Padang.

Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini penulis telah mendapatkan

banyak bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini

penulis ingin megucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si selaku Direktur Politeknik Kesehatan

Kemenkes Padang.

2. Ibu Hj. Erwani, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik

Kesehatan Kementrian Kesehatan Padang

3. Ibu Hasrah Murni, S.SiT, M.Biomed selaku Ketua Program Studi DIII

Kebidanan Bukittinggi Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.

4. Ibu Ns.Lisma Evareny, S.Kep MPH, selaku pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada penulis, sehingga

Proposal Tugas Akhir ini dapat terwujud

v
5. Ibu Meilinda Agus, S. SiT, M, Keb dan Ibu Hj Darmayanti Y, SKM, M.Kes ,

selaku penguji I dan II yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta

motivasi kepada penulis, sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terwujud.

6. Ibu Rahmayetti, Amd. Keb, selaku bidan tempat pengambilan kasus Laporan

Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi kepada

penulis, sehingga Tugas Laporan akhir ini dapat terwujud

7. Orang tua ku tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun

materil, serta kasih sayang yang tiada terkira dalam setiap langkah kaki ku.

8. Seluruh teman-teman mahasiswa Program Studi D-III Kebidanan Bukittinggi

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Padang yang telah memberikan

dukungan baik berupa motivasi maupun kompetisi yang sehat dalam

menyusun Laporan Tugas Akhir ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang ikut andil

dalam terwujudnya Laporan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa dalam Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan, hal ini karena adanya kekurangan dan keterbatasan kemampuan

penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat

penulis harapkan demi kesempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.

Bukittinggi, Januari 2019

Yola Listantia

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR...........................................................................................v

DAFTAR ISI.........................................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................ix

DAFTAR TABEL..................................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................3
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................4
1.5 Ruang Lingkup..........................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Persalinan Normal........................................................5


2.2.1 Definisi.................................................................................5
2.2.2 Prevalensi..............................................................................5
2.2.3 Sebab-sebab Mulainya Persalinan........................................6
2.2.4 Tanda-tanda Persalinan.........................................................7
2.2.5 Tahapan Persalinan.............................................................10
2.2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan.............................26
2.2.7 Kebutuhan Fisiologi Ibu Bersalin.......................................43
2.2.8 Kebutuhan Psikologis ........................................................55
2.2.9 Penyulit/Komplikasi Persalinan..........................................57
2.2.10 Lima Benang Merah APN..................................................91

vii
2.2.11 Langkah-langkah Pertolongan Persalinan..........................92
2.2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan...............................103
2.3 Pathway.................................................................................119

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian....................................................................120


3.2 Tempat dan Waktu Penelitian................................................120
3.3 Subjek Penelitian....................................................................120
3.4 Instrumen Pengumpulan Data................................................120
3.5 Cara Pengumpulan Data.........................................................121
3.6 Analisis Data..........................................................................123

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi...................................................................125


4.2 Tinjauan Kasus......................................................................126
4.3 Pembahasan...........................................................................149

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan............................................................................164
5.2 Saran......................................................................................165

DAFTAR PUSTAKA

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Ghancart

Lampiran 2 Lembaran Konsul

Lampiran 3 Kontrak Bimbingan

Lampiran 4 Format Pengkajian Data

Lampiran 5 Inform Consent

Lampiran 6 Surat Pernyataan Plagiat

Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Dari Kampus

Lampiran 8 Surat Izin Dari Bidan

Lampiran 9 Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian


DAFTAR TABEL

Tabel 1 DokumentaSi kala I

Tabel 2 Catatan perkembangan

Tabel 3 DokumentaSi kala II

Tabel 4 DokumentaSi kala III

Tabel 5 DokumentaSi kala IV


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal.

Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga

menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah

untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan

untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga

memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin1.

Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan

hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui

berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga

prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal2.

Profil kesehatan Indonesia pada tahun 2017 jumlah ibu bersalin sebanyak

5.082.5373. Di sumatera barat pencapaian persalinan oleh tenaga kesehatan tahun

2017 adalah 84% belum mencapai terget yang ditetapkan yaitu 90%4. Dan di

Kabupaten Agam pencapaian persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

tahun 2016 adalah 87,64% belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 90%5.

Pada beberapa daerah masih ada persalinan yang ditolong oleh dukun, tetapi

sudah dilakukan pertemuan kemitraan bidan dan dukun di beberapa Kab/Kota

namun masih perlu orientasi dan peningkatan pelaksanaan kemitraan bidan dan

dukun.
Dasar Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan bersih dan aman

selama persalinan dan setelah bayi baru lahir, serta upaya pencegahan komplikasi

terutama pendarahan pasca persalinan, hipotermi, dan asfiksia bayi baru lahir.

Sementra itu, fokus utamnya adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini

merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan menangani

komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi2.

Berdasarkan hasil penelitian, Komplikasi persalinan dengan tenaga

kesehatan dapat mengurangi resiko komplikasi persalinan yaitu status kesehatan

ibu yang buruk, status kesehatan reproduksinya, akses ke pelayanan kesehatan,

serta prilaku kesehatan yang kurang baik dari ibu itu sendiri. Selain itu kejadian

komplikasi persalinan dapat di pengaruhi juga oleh status wanita dalam keluarga

dan masyarakat dan status keluarga dalam masyarakat6.

Survey yang dilakukan di PMB Rahmayetti, angka Persalinan normal pada

tahun 2018 adalah 155 ibu bersalin, dimana 155 ibu bersalin tersebut merupakan

persalinan normal. Maka angka persalinan normal di PMB Rahmayetti 100%

tidak ada komplikasi. Menurut Standar Pelayanan Kebidanan 9,10, dan 11 yaitu

asuhan persalinan kala I, persalinan kala II yang aman, dan penatalaksanaan aktif

persalinan kala III di PMB Rahmayetti telah sesuai standar7.

Tugas seorang bidan adalah mampu memberikan asuhan persalinan yang

steril selama persalinan dan setelah bayi lahir dengan memperhatikan aspek

asuhan sayang ibu dan bayi. Dalam pelaksanaan Standar Pelayanan kebidanan

bidan mengacu pada standar Praktek kebidanan yang telah ada dengan

menggunakan pendekatan Manajeman Kebidanan secara sistematis dalam


menerapkan metode pemecahan masalah mulai dari pengkajian, analisa data,

diagnosa kebidanan, perencanaan dan evaluasi.

Berdasarkan gambaran tersebut peneliti ingin melihat bagaimana

penerapan asuhan persalinan normal di PMB yang sudah ditangani oleh tenaga

kesehatan untuk mengurangi komplikasi ibu saat bersalin. Untuk itu penulis

mengambil kasus asuhan bersalin normal pada Ny. N di praktek mandiri bidan

Rahmayetti, Amd. Keb Kabupaten Agam Tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dalam persalinan ini

dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu bersalin

Ny. N normal di PMB Rahmayetti, Amd. Keb Kabupaten Agam Tahun 2019”

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal sesuai dengan

penerapan 7 langkah varney.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Diketahui pengkajian data subjektif pada ibu bersalin Ny. N normal

b. Diketahui pengkajian data objektif pada ibu bersalin Ny. N normal

c. Diketahui assasment pada ibu bersalin Ny. N normal

d. Diketahui planning pada ibu hamil Ny. N normal


1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Untuk penulis

Mampu menambah wawasan dan pengetahuan tentang model asuhan

kebidanan pada Ny. N normal.

1.4.2 Untuk institus pendidikan

Dapan memberikan masukan dan referensi tentang asuhan kebidanan pada

Ny. N normal

1.4.3 Untuk institusi lahan praktek (PMB)

Dapat menjadi bahan masukan untuk mengembangkan pelayanan Asuhan

Kebidanan pada ibu bersalin normal yang sesuai dengan standar yang ada .

1.5 Ruang Lingkup

Ruang lingkup dari laporan kasus ini adalah mengetahui Asuhan Kebidanan

pada Ibu Bersalin normal Ny. N di PMB Rahmayetti pada tanggal Januari 2019 –

Juli 2019 dengan menggunakan manajemen asuhan kebidanan varney dan

pendokumentasian SOAP.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Persalinan Normal

2.1.1 Defenisi

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal.

Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga

menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah

untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan

untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga

memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin

turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban

disorong keluar melalui jalan lahir.

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang

terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan

presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi

baik pada ibu maupun pada janin.

2.1.2 Cakupan

Survey yang dilakukan angka Persalinan normal di PMB Rahmayetti,

Amd. Keb pada tahun 2018 adalah 155 ibu bersalin, dimana 155 ibu bersalin
tersebut merupakan persalinan normal. Maka angka persalinan normal di PMB

Rahmayetti 100% tidak ada komplikasi.

2.1.3 Sebab-sebab Mulainya Persalinan

a. Penurunan Kadar Progesteron

Hormon progesteron merupakan hormon yang mengakibatkan relaksasi pada

otot-otot rahim. Selama kehamilan, tedapat keseimbangan antara progesterone dan

estrogen di dalam darah. Progesteron menghambat kontraksi selama kehamilan

sehingga mencegah ekspulsi fetus. Sebaliknya, estrogen mempunyai

kecenderungan meningkatkan derajat kontraktilitas uterus. Baik progesteron

maupun estrogen disekresikan dalam jumlah yang secara progresif makin

bertambah selama kehamilan. Namun saat kehamilan mulai masuk usia 7 bulan

dan seterusnya, sekresi estrogen terus meningkat, sedangkan sekresi progesterone

tetap konstan atau mungkin sedikit menurun sehingga terjadi kontraksi Brakton

Hicks saat akhir kehamilan yang selanjutnya bertindak sebagai kontraksi

persalinan.

b. Teori Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan

keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim,

sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kadar progesteron

menurun sehingga oksitosin bertambah dan meningkat aktivitas otot-otot rahim

yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat tanda-tanda persalinan.


c. Teori prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh deciduas menjadi salah satu sebab

permulaan persalinan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin

yang tinggi, baik dalam air ketuban maupun darah perifer ibu hamil sebelum

melahirkan atau selama persalinan.

d. Teori plasenta menjadi tua

Plasenta menjadi tua seiring bertambahnya usia kehamilan menyebabkan

kadar estrogen dan progresteron turun. Hal ini juga mengakibatkan kejang pada

pembuluh darah sehingga akan menimbulkan kontraksi.

e. Distensi rahim

Seperti halnya kandung kemih yang bila dindingnya meregang karena isinya,

demikian pula dengan rahim. Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan maka

otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero plasenter kemudian timbulah

kontraksi.

f. Pengaruh janin

Hypofise dan kelenjar-kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang

peranan karena anencepahlus kehamilan seiring lebih dari biasanya.

2.1.4 Tanda-tanda persalinan

a. Tanda-tanda persalinan sudah dekat

1) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa

keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia

merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan

nyeri pada anggota bawah.

2) Pollakisuria

Pada akhir bulan ke-IX, berdasarkan hasil pemeriksaan di dapatkan

epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya, dan

kepala janin sudah mulai masuk ke dalam ointu atas panggul. Keadaan ini

menyebabkan kandungan kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering

kencing yang disebut pollakisuria.

3) False labor

Masa 3 atau 4 minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh his

pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan dari kontraksi

Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:

a) Nyeri yang hanya diperut bagian bawah

b) Tidak teratur

c) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan

bila dibawa jalan malah sering berkurang.

d) Tidak aada pengaruh pada pendataran atau pembukaan serviks

4) Perubahan serviks

Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan serviks menunjukkan bahwa

serviks yang tadinya tertutup, panjang, dan kurang lunak. Namun kondisinya
berubah menjadi lebih lembut, beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan

dan penipisan. Perubahan ini berbeda untuk masing-masing ibu. Misalnya, pada

multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada primipara sebagian besar

masih dalam keadaan tertutup.

5) Energi Sport

Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam

sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelmnya merasa kelelahan fisik

karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari sebelum persalinan

dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini tampak dari aktivitas yang

dilakukannya seperti membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah,

dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga menjelang

kelahiran bayi, persalinan menjadi panjang dan sulit.

6) Gastrointestinal upsets

Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda, seperti diare,

obstipasi, mual, danmuntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem

pencernaan.

b. Tanda-tanda persalinan

1) Timbulnya his persalinan

a) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian bawah

b) Makin lama makin pendek intervalnya dan makin kuat intervalnya

c) Kalau dibawah berjalan bertambah kuat

d) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan serviks.


2) Bloody show

Bloody show merupakan lendir disertai darah dari jalan lahir dengan

pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar disertai dengan

sedikit darah. Pendarahn yang sedikit inimenyebabkan karena lepasnya selaput

janin pada bagian bawah segmen bahwa rahim hingga beberapa capillair darah

terputus.

3) Premature rupture of membrane

Premature rupture of membrane adalah kelurnya cairan banyak dengan

sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau

selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah kalau pembukaan lengkap atau

hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat

sekali. Kadang-kadang ketuban pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-

kadang selaput janin robek sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan

diharapkan akan mulai dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.

2.1.5 Tahapan Persalinan

a. Kala I atau kala pembukaan

1) Pengertian

Kala satu persalinan dimulai sejak tejadinya kontraksi uterus dan pembukaan

servik hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm). Persalinan kala 1 dibagi 2

fase, yaitu fase laten dan fase aktif.


a) Fase laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap, pembukaan serviks kurang dari 4 cm,

biasanya berlangsung hingga dibawah 8 jam.

b) Fase aktif

Frekuensi dan lama kontraksi uterus umunya meningkat (kontraksi

dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit

dan berlangsung selama 40 detik atau lebih), servik membuka dari 4 ke 10 cm,

biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap

(10 cm), terjadi penurunan bagian bawah janin.fas aktif dibagi 3:

 Fase akselerasi: dalam waktu 2 jam pembukaan 3cm menjadi 4 cm,

 Fase dilatasi maksimal: dalam waktu 2 jam pembukan berlangsung

sangat cepat dari pembukaan 4cm menjadi 9 cm,

 Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2

jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

Fase-fase tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun

terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih

pendek.

Mekanisme pembukaan servik berbeda antara primigravida dengan

multigravida. Pada yang pertama ostium uteri intemum akan membuka terlebih

dahulu, sehingga servik akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri

internum sudah sedit terbuka, ostium uteri internum dan eksternum serta

penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam saat yang sama. Ketuban akan
pecah sendiri ketika pembukaan hampir langkap atau telah lengkap bila ketuban

pecah sebelum pembuakaan 5 cm disebut ketuban pecah dini.

2) Perubahan fisiologi

a) Perubahan uterus

(1) Kontraksi uterus yang dimulai dari fundus dan terus menyebar ke depan

dan ke bawah abdomen dan terakhir dengan masa yang terpanjang dan

sangat kuat pada fundus uteri

(2) Segmen atas rahim (SAR), dibentuk oleh korpus uteri yang bersifat

aktif dan berkontraksi. Dinding SAR akan beranambah tebal dengan

majunya perslinan sehingga mendorong bayi keluar.

(3) Segmen bawah rrahim (SBR), dibentuk oleh istmus uteri bersifat aktif

relokasi dan dilatasi. Dilatasi makin tipis karena uterus diregang dengan

majunya persalinan.

(4) Dominasi fundus bermula ari fundus dan merembet ke bawah.

(5) Perubahan uterus berlangsung paling lama dan paling kuat di fundus.

(6) Perubahan fisiologi mencapai puncak kontraksi bersamaan pada seluruh

bagian uterus dan mereda bersamaan dengan serviks membuka dan

mengalami proses pengeluaran janin.

b) Perubahan bentuk rahim

(1) Ukuran melintang menjadi turun, akibatnya lengkungan panggung bayi

turun dan menjadi lurus. Bagian atas bayi tertenkan fundus, dan bagian

bawahbayi tertekan pintu atas panggul.

(2) Rahim bertambahn panjang, sehinga otot-otot memanjang diregang dan

menarik segmen bawah rahim dan serviks. Peristiwa tersebut


menimbulkan terjadinya pembukaan seriks, sehingga segmen atas

rahim dan serviks bawah rahim.

c) Faal ligamentum rotundum

(1) Pada saat kontraksi, fundusyang terjadi besandar pada tulang punggung

berpindah ke depan mendesak dining perut ke arah depan. Perubahn

letak uterus pada wktu kontraksi ini penting karena meneybakan sumbu

rahim menajdi searah denngan sumbu jalan lahir.

(2) Kontraksi yang terjadi pada ligamnetum rotundum tersebut

menyebabkan fundus uteri terhambat shingga fundus tidak dapat naik

ke atas.

d) Perubahan serviks

(1) Pendataran serviks (effecement), yaitu pemendekan kanalis servikalis

dari 1-2 cm menjadi satu lubang dengan pinggir yang tipis.

(2) Perubahan serviks, yaitu pembesaran dari ostium eksternum yang

terjadinya berupa suatu lubang dengan diameter bebeerapa milimeter

menjadi bagian lubang kira-kira 10cm dan nantinya dapat dilalui bayi.

Saat pembukaan lengkap, bibir potio tidak teraba lagi, kepala janin akan

menekan servik, dan mambantu pembukaan secara efisien.

e) Perubahan sistem urinaria

Pada akhir bulan ke-9, pemeriksaan fundus uteri menjadi lebih rendah,

kepala janin mulai masuk pintu atas panggul, dan menyebabkan kandung kancing

tertakan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing. Pada kala I, adanya

kontraksi uterus menyebabkan kandung kencing semakin tertekan. Poliuria sering

terjadi selamapersalinan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan cadiac output,


peningkatan filtrasi glomerolus, dan peningkatan aliran plasma ginjal. Poliuri

akan berkurang pada posisi terlentang.

Wanita bersalin mungkin tidak menyadari bahwa kandung kemihnya

penuh karena intensitas kontraksi uterus dan tekanan bagian presentasi janin atau

efek anestesia lokal. Kandung kemih yang penuh dapat menahan penuruanan

kepala janin dan dapat memicu trauma mukosa kandung kemih selama proses

perslinan. Pencegahannya dapat dilakukan dengan mengingatkan ibu berslin

untuk buang air kecil sesering mungkin

f) Perubahan vagina dan dasar panggul

Pada kala I, ketuban ikut meregangkan bagai atas vagina sehingga dapat

dilalui bayi. Setelah ketuban pecah, segala perubahan yang ditimbulkan oleh

bagian depan bayi pada dasar panggul menjadi sebuah saluran dengan bagian

dinding yang tipis.ketika kepala sampai ke vulva, lubang vulva menghadap ke

depan atas. Dari luar peregangan oleh bagian depan nampak pada perenium yang

menonjol dan menjadi tipis, sedangkan anus menjadi terbuka. Regangan yang

kuat tersebut disebabkan oleh bertambahnya pertumbuhan darah pada bagian

vagina dan dasar panggul, tetapi kalau jaringan tersebut robek akan menimbulkan

pendarahan yang banyak.

g) Perubahan pada metebolisme karbohidrat dan basal metabolisme rate

Pada saat mulai persalinan, terjadi penurunan hormon progesteron yang

mengakibatkan perubahan hormon pencernaan menjadi lebih lambat. Hal ini

menyebabkan makanan menjadi lama di lambung sehingga banyak ibu bersalin


yang mengalami observasi atau peningkatan suhu badan, nadi, pernapasan,

cardiac output, dan hilangnya cairan pada ibu bersalin.

Pada awal metabolismee rate (BMR), dengan adanya kontraksi dan tenaga

mengedan yang membutuhkan energi yang besar, maka pembuangan juga akan

lebih tinggi dan suhu meningkat. Suhu tubuh akan sedikit meningkat (0,5-1 C)

selama proses persalinan dan akan turun setelah proses persalinan selesai. Hal ini

disebabkan karena adanya peningkatan metabolisme tubuh.

h) Perubahan sistem pernapasan

Pada sat persalinan, ibu menguarkan lebih banyak karbondioksida dalam

setiap napasnya. Selam kontraksi uterus yang kuat, frekuensi dan kedalaman

persalinan ini sebagai respon terhadap peningkatan kebutuhan oksigen akibat

bertambahnya laju metabolik. Rata rata PaCO2 menurun dari 32 mmhg pada awal

persalinan menjadi 22 nnmhg pada akhir kala I.

Masalah umum terjadi ketika perubahan sistem pernapasnan ini adalah

hiperventilasi maternal. Hiperventilasi maternal ini menyebabkan kadar PaCO2

menurun di bawah 16 sampai 18 mmhg. Kondisi ini dapat dimanifertasikan

dengan kesemutan pada tangan dan kaki yang dialami ibu bersalin. Jika

pernapasan dangkal dan berlebihan, maka situasi kebalikan dapat tejadi kare

tingkat volume yang rendah. Mengejan yang berlebihan atau berkepanjangan

selama kala II dapat menyebabkan penurunan oksigen sebagai akibat sekunder

dari menahan napas. Pernapasan sedikit meningkat karena adanya kontraksi uterus

dan peningkatan metabolisme dan diafragma tertekan oleh janin.


i) Perubahan pada hematologi

Hemoglobin akan meningkat selama perslina sebesar 1,2 gr % dan akan

kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan pada hari pertama pasca

persalinan kecuali terjadi perdarahan. Peningkatan leukosit secara progresif pada

awl kala I (5.000) hingga mencapai ukuran jumlah maksimal pada pembukaan

lengkap (15.000).

j) Nyeri

Nyeri dalam proses persalinan merupakan bagian dari respon fisiologi

yang normal terdapat beberapa faktor. Selama kala I persalinan, nyeri yang terjadi

disebabkan oleh dilatasi serviks dan distensi segmen uterus bawah. Pada kala II,

nyeri yang terjadi disebabkan oleh distensi dan kemungkinan gangguan pada

bagian bawah vagina dan perenium.

3) Perubahan psikologi

a) Rasa cemas dan takut pada dosa-dosa atau kesalahan-kesalhan sendiri.

Ketakutan tersebut dapat berupa rasa takut jika bayi yang akan dilakirkan

dalam keadaan cacat, kurang sehat, atau yang lain.

b) Adanya rasa tegang dan konflikbatin yang disebabkan oleh semakin

membesarnya janin dalam kandungan yang dapt mengakibatkan calon ibu

mudah capek, tidak nyaman, tidak bisa tidur nyenyak, sulit bernapas, dan

gangguan-gangguan yang lainnya.

c) Ibu bersalin terkadang merasa jengkel, tidak nyaman, selalu kegerahan,

serta tidak sabaran sehingga antara ibu dan janinnya menjadi terganggu. Hal

ini disebabkan karena kepala bayi sudah memasuki panggul dan timbulnya
kontraksi-kontraksi pada rahim sehingga bayi yang semula diharapkan dan

dicintai secara psikologis selama berbulan-bulan itu kini dirasakan sebagai

beban yang amat besar.

d) Ibu bersalin memiliki harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan

dilahirkan. Secara tidak langsung, relasi antara ibu dan anak trpecah

sehingga menjadikan ibu merasa cemas.

e) Ibu bersalin memiliki angan-angan negatif akan melahirkan bayinya.

Angan-angan tersebut misalnya keinginan untuk memiliki janin yang

unggul, cemas kalau bayinya tidak aman di luar rahim, merasa belum

mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu dan lain sebagainya.

f) Kegelisan ketakutan lainnya menjelang kelahiran bayinya.

4) Mekanisme persalinan

Turunnya kepala dibagi dalam beberapa fase sebagai berikut.

a) Masuknya kepala janin dalam PAP

(1)Masuknya kepala ke dalam PAP terutama pada primigravida terjadi pada

bulan terakhir kehamilan tetapi pada multipara biasanya terjadi pada

permulaan persalinan.

(2)Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis

melintang menyesuaikan dengan letak punggung (Contoh: apabila dalam

palpasi didapatkan punggung kiri maka sutura sagitalis akan teraba

melintang kekiri/posisi jam 3 atau sebaliknya apabila punggung kanan

maka sutura sagitalis melintang ke kanan/posisi jam 9) dan pada saat itu

kepala dalam posisi fleksi ringan.


(3)Jika sutura sagitalis dalam diameter anteroposterior dari PAP maka

masuknya kepala akan menjadi sulit karena menempati ukuran yang

terkecil dari PAP

(4)Jika sutura sagitalis pada posisi di tengah-tengah jalan lahir yaitu tepat di

antara symphysis dan promontorium, maka dikatakan dalam posisi

”synclitismus” pada posisi synclitismus os parietale depan dan belakang

sama tingginya.

(5)Jika sutura sagitalis agak ke depan mendekati symphisis atau agak ke

belakang mendekati promontorium, maka yang kita hadapi adalah posisi

”asynclitismus”

(6)Acynclitismus posterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati symphisis

dan os parietale belakang lebih rendah dari os parietale depan.

(7)Acynclitismus anterior adalah posisi sutura sagitalis mendekati

promontorium sehingga os parietale depan lebih rendah dari os parietale

belakang

(8)Pada saat kepala masuk PAP biasanya dalam posisi asynclitismus posterior

ringan. Pada saat kepala janin masuk PAP akan terfiksasi yang disebut

dengan engagement.

b) Majunya Kepala janin


(1)Pada primi gravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam

rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II.

(2)Pada multi gravida majunya kepala dan masuknya kepala dalam rongga

panggul terjadi bersamaan.

(3)Majunya kepala bersamaan dengan gerakan-gerakan yang lain yaitu:

fleksi, putaran paksi dalam, dan ekstensi

(4)Majunya kepala disebabkan karena:

(a) Tekanan cairan intrauterin

(b) Tekanan langsung oleh fundus uteri oleh bokong

(c) Kekuatan mengejan

(d) Melurusnya badan bayi oleh perubahan bentuk rahim

c) Fleksi

(1)Fleksi kepala janin memasuki ruang panggul dengan ukuran yang paling

kecil yaitu dengan diameter suboccipito bregmatikus (9,5 cm)

menggantikan suboccipito frontalis (11 cm)

(2)Fleksi disebabkan karena janin didorong maju dan sebaliknya mendapat

tahanan dari pinggir PAP, cervix, dinding panggul atau dasar panggul

(3) Akibat adanya dorongan di atas kepala janin menjadi fleksi karena

momement yang menimbulkan fleksi lebih besar daripada moment yang

menimbulkan defleksi

(4)Sampai di dasar panggul kepala janin berada dalam posisi fleksi maksimal.

Kepala turun menemui diafragma pelvis yang berjalan dari belakang atas

ke bawah depan
(5)Akibat kombinasi elastisitas diafragma pelvis dan tekanan intra uterin

yang disebabkan oleh his yang berulang-ulang, kepala mengadakan rotasi

yang disebut sebagai putaran paksi dalam.

d) Putaran paksi dalam

(1)Putaran paksi dalam adalah pemutaran dari bagian depan sedemikian rupa

sehingga bagian terendah dari bagian depan memutar ke depan ke bawah

symphisis

(2)Pada presentasi belakang kepala bagian terendah adalah daerah ubun-ubun

kecil dan bagian ini akan memutar ke depan ke bawah symphisis

(3)Putaran paksi dalam mutlak diperlukan untuk kelahiran kepala, karena

putaran paksi merupakan suatu usaha untuk menyesuaikan posisi kepala

dengan bentuk jalan lahir khususnya bentuk bidang tengah dan pintu

bawah panggul

(4)Putaran paksi dalam terjadi bersamaan dengan majunya kepala dan tidak

terjadi sebelum kepala sampai di Hodge III, kadang-kadang baru terjadi

setelah kepala sampai di dasar panggul


(5)Sebab-sebab terjadinya putaran paksi dalam:

(a) Pada letak fleksi, bagian kepala merupakan bagian terendah dari kepala

(b) Bagian terendah dari kepala mencari tahanan yang paling sedikit

terdapat sebelah depan atas dimana terdapat hiatus genitalis antara

muskulus levator ani kiri dan kanan

(c) Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul ialah diameter

anteroposterior

Gambar : Putaran Paksi Dalam

e) Ekstensi

(1)Setelah putaran paksi dalam selesai dan kepala sampai di dasar panggul,

terjadilah ekstensi atau defleksi dari kepala. Hal ini disebabkan karena

sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul mengarah ke depan di atas,

sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk dapat melewati pintu

bawah panggul.
(2)Dalam rotasi UUK akan berputar ke arah depan, sehingga di dasar panggul

UUK berada di bawah simfisis, dengan suboksiput sebagai hipomoklion

kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan.

(3)Pada saat ada his vulva akan lebih membuka dan kepala janin makin

tampak. Perineum menjadi makin lebar dan tipis, anus membuka dinding

rektum.

(4)Dengan kekuatan his dan kekuatan mengejan, maka berturut-turut tampak

bregmatikus, dahi, muka, dan akhirnya dagu dengan gerakan ekstensi.

(5)Sesudah kepala lahir, kepala segera mengadakan rotasi, yang disebut

putaran paksi luar

f) Putaran paksi luar

(1)Putaran paksi luar adalah gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam

terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung janin.

(2)Bahu melintasi PAP dalam posisi miring.

(3)Di dalam rongga panggul bahu akan menyesuaikan diri dengan bentuk

panggul yang dilaluinya hingga di dasar panggul, apabila kepala telah

dilahirkan bahu akan berada dalam posisi depan belakang.


(4)Selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dulu baru kemudian bahu

belakang, kemudian bayi lahir seluruhnya.

Gambar gerakan kepala janin pada defleksi dan putaran paksi luar

Gambar kelahiran bahu depan kemudian bahu belakang

b. Kala II

1) Pengertian

Persalinan kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua juga sebagai kala pengeluran

bayi.

2) Tanda dan gejala kala II

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi


b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan/atau

vaginanya

c) Perenium menonjol

d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

e) Meningkatnya pengeluran lendir bercampur darah

3) Perubahan Fisiologi kala II

a) His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 -100 detik, datangnya

tiap 2-3 menit

b) Ketuban biasanya pecah pada kala ini ditandai dengan keluarnya cairan

kekuning-kuningan sekonyong-konyong dan banyak

c) Pasien mulai mengejan

d) Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar

panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka

e) Pada puncak his, bagian kecil kepala nampak di vulva dan hilang lagi

waktu his berhenti, begitu terus hingga nampak lebih besar. Kejadian ini

disebut “Kepala membuka pintu”

f) Pada akhirnya lingkaran terbesar kepala terpegang oleh vulva sehingga

tidak bisa mundur lagi, tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan

subocciput ada di bawah symphisis disebut “Kepala keluar pintu”

g) Pada his berikutnya dengan ekstensi maka lahirlah ubun-ubun besar, dahi

dan mulut pada commissura posterior. Saat ini untuk primipara, perineum

biasanya akan robek pada pinggir depannya karena tidak dapat menahan

regangan yang kuat tersebut


h) Setelah kepala lahir dilanjutkan dengan putaran paksi luar, sehingga

kepala melintang, vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan

lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan

i) Pada his berikutnya bahu belakang lahir kemudian bahu depan disusul

seluruh badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir

j) Setelah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar waktu

ketuban pecah, kadang-kadnag bercampur darah

k) Lama kala II pada primi ± 50 menit pada multi ± 20 menit

b. Kala III

1) Pengertian

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya

plasenta dan selaput ketuban. Berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Disebut

dengan kala uri atau kala pengeluaran plasenta. Peregangan Tali pusat Terkendali

(PTT) dilanjutkan pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan mengurangi

perdarahan

2) Tanda-tanda pelepasan plasenta :

a) Perubahan ukuran dan bentuk uterus

b) Uterus menjadi bundar dan uterus terdorong ke atas karena plasenta sudah

terlepas dari Segmen Bawah Rahim

c) Tali pusat memanjang

d) Semburan darah tiba tiba

3) Fisiologi persalinan kala III

Pada kala tiga persalinan, otot uterus (miometrium) berkontraksi mengikuti

penyusutan volume rongga uterus setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran ini
menyababkan berkurangnya ukuran tempat pelekatan plasenta. Karena tempat

perlengkapan menjadi semakinkecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubhan

maka plasenta akan terlipat. Menebal dan kemudian lepas dari dinding uterus.

Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau ke dalam vagina.

4) Manajemen aktif kala III

Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus

yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan

dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan jika dibandingkan dengan

penatalaksanaan fisiologi

Manajemen aktif kala III yaitu:

 Jepit dan gunting tali pusat sedini mungkin

 Memberi oksitodin

 Melakukan penegangan tali pusat terkendali atau PTT

 Massase fundus

c. Kala IV

Kala IV adalah masa antara satu sampai dua jam setelah pengeluaran urin.

Tinggi fundus uteri setelah plasenta lhir kurang lebih 2jari dibawah pusat. Selam

kala IV, petugas harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah

kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada jam ke dua setelah persalinan.jika

kondisi ibu tidak stabil, maka ibu harus dipantau lebih sering.

2.1.6 Faktor yang mempengaruhi persalinan

1) Jalan Lahir (Passage)


Passage adalah faktor jalan lahir atau biasa disebut dengan panggul ibu.

Passage memiliki 2 bagian, yaitu bagian keras dan bagian lunak.

a. Bagian Keras

Bagian kesar terdiri dari tulang-tulang panggul (rangka panggul). Deskripsi

dari bagian keras ini sebagai berikut:

a) Tulang Panggul

(1) Os coxae: osilium, os ischium, os pubis

(2) Os sacrum: promontorium

(3) Os coccyangis

b) Artikulasi

(1) Artikulasi simfisis pubis, di depan pertemuan os pubis

(2) Artikulasi sakro-iliaka yang menghubungkan os sacrum dan os

ilium

(3) Artikulasi sakro-koksigium yang menghubungkan os sacrum dan

koksigium.

c) Ruang Panggul

(1) Pelvis mayor (false pelivis), terletak di atas linea terminal yang di

bawahnya terdapat pelvis minor.

(2) Pelvis Minor (True Pelvis), dibatasi oleh pintu atas panggul (inlet) dan

pintu bawah panggul (outlet).

d) Pintu Panggul

(1) Pintu Atas Panggul (PAP) atau inlet, di batasi oleh lineaterminal (linea

inominata)
(2) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira padaspina ischiadika, disebut

outlet.

(3) Pintu bawah panggul (PBP)dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut

outlet.

(4) Ruang panggul yang sebenarnya berada antara inlet dan outlet.

e) Bidang Hodge

Bagian keras di antaranya ada bidang hodge. Bidang hodge adalah

bidang yang dipakai dalam obstetri untuk memenuhi seberapa jauh turunya bagian

bawah anak ke dalam panggul. Terdapat 4 bidang hodge yaitu:

(1) Bidang hodge I : jarak antara promontorium dan pinggir atas

simfisis, sejajar dengan PAP atau bidang yang terbentuk dari

promontorium, linea inominatakiri, simfisis pubis, linea inominata

kanan kembali ke promontorium

(2) Bidang hodge II : bidang yang sejajar dengan PAP, melewati pinggir

(tepi) bawah simfisis.

(3) Bidanh hodge III : bidang yang sejajar dengan PAP, melewati

spina ischiadika

(4) Bidang hodge IV : bidang yang sejajar dengan PAP, melewati

ujungtulang coccyangeus.

f) Alat Pengukur dan ukuran-ukuran panggul

(1) Alat pengukur ukuran panggul:

(a) Pita meter

(b) Jangka panggul: martin, oseander, collin, baudeloque

(c) Pelvimetri klinis dengan pemeriksa dalam.


(d) Pelvimeter rontenologis dibuat oleh ahli radiolagi dan

hasilnya diinterpretasikan oleh ahli kebidanan,

(2) Ukuran-ukuran panggul luar:

(a) Distansia spinarum (DS), yaitu jarak antara kedua spina iliaka

anterior superior (23-26 cm).

(b) Distansia cristarum (DC), yaitu jarak yang terlebar antara crista

iliaka kanan dan kiri (26-29 cm)

(c) Conjugata eksternal (CE), yaitu jarak dari tepi atas simfisis dan

ujung processus spinosus tulang lumbal 5 (18-20 cm). Cara

mencari processus spinosus tulang lumbal 5: ambil pertengahan

jarak antara disansia spina iliaka posterior superior, tambahkan

dengan 3 jari tengah kiri ke atas.

(d) Lingkar panggul (LP), yaitu jarak dari tepi atas simfisis ke

pertengahan antara spina iliaka anterior superior dengan trochantor

mayor sebelah kanan, ke pertengahan antara spina iliaka anterior

superior dan trochanto mayor sebelah kiri kanan ke tepi atas

simfisis (80-90 cm).

(3) Ukuran-ukuran panggul dalam, ada 7 item yang harus dinilai:

(a) Pintu atas panggul

Promontorium teraba atau tidak, normalnya tidak teraba. Linea

innominata, normalnya: teraba 1/3 bagian kanan dan kiri.

(b) Pintu tengah panggul

 Spina ischiadika menonjol atau tidak, normalnya: tidak menonjol.

 Sacrum, normalnya: cukup cekung


 Pelvis side wall (dinding pelvis), normalnya: sejajar.

(c) Pintu bawah panggul Arcus pubis, normalnya: >900 Mobilitas os

coccyangeus, normalnya: cukup

4) Jenis panggul (menurut caldwell & Moloy, 1933)

Didasarkan pada ciri-ciri bentuk PAP, bentuk dasar panggul adalah

sebagai berikut:

a) Ginekoid :paling ideal, bulat 45%

b) Android : panggul pria, segitiga 15%

c) Antropoid : agak lonjong seperti telur 35%

d) Platipeloid : picak, menyempit arah muka belakang 5%

Terkadang dijumpai bentuk panggul kombinasidari keempat bentuk

klasik tersebut. Misalnya:

a) Jenis gineko-android;

b) Jenis gineko-antropoid;

c) Dan kombinasi-kombinasi lainnya (ada 14 jenis).

b. Bagian Lunak

Bagian lunak terdiri atas otot, jaringan, dan ligament. Jalan lahir lunak

yang berperan dalam persalinan adalah SBR, serviks uteri dan vagina. Di samping

itu otot-otot, jaringan ikat dan ligament yang menyokongalat-alat urogenetal juga

sangat berperan dalam persalinan. Bagian lunak (otot-otot dasar panggul) ada 2

macam:

a) Musculus levator ani

(1) Musculus ilio coccyangeus


(2) Musculus pubo coccyangeus

(3) Musculus pubo vaginalis

(4) Musculus pubo rectalic

(5) Musculus pubo coccyangeus propius

b) Musculus ischio coccyangeus

2) Power

Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekustsn ysng

mendorong janin keluar dalam persalinan ialah: his, kontraksi otoot-otot perut,

kontroksi diafragma dan aksi dari ligamen, dengan kerjasama yang baik dan

sempurna.

a. His (kontraksi uterus)

His adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan

baik dan sempurna dengan sifat-sifat. Sifatnya kontraksi simetris, fundus

dominant, kemudian diikuti relaksasi. Pada saat kontraksi otot rahim mengucup

sehingga menjadi tabel dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil

mendorong janin dan kantong amnion kearah bawah rahim dan serviks. Sifat

lainnya dari his, yaitu: (a) involuntir, (b) intermitten (c) terasa sakit (d)

terkoordinasi dan simetris, serta (e) kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar

secara fisic, chemis, dan psikis.

a) Hal-hal yangharus diperhatikan dari his

(1)Frekuensi his adalah his dalam waktutertentu biasanyapermenit atau 10

menit.

(2)Intensitas his adalah kekuatan his (adekuat atau lemah)


(3)Durasi (lama his)adalah lamanya setiap his berlangsung dan ditentukan

dengan detik, misalnya 50 detik

(4)Interval his adalah jarak antara his atau dengan his berikutnya. Misalnya

his datang tia 2-3 menit.

(5)Datangnya his, apakah sering, teratur atau tidak.

b) Perubahan-perubahan his

Ketika terjadi his terdapat istilah pace maker. Pacemaker adalah pusat

koordinasi his yang berada disudut tuba dimana gelombang his berasal. Dari sini

gelombang his bergerak ke dalam dan ke bawah. Selain itu, ada juga istilah

fundus dominant, yaitu kekuatan paling tinggi dari hisyang sempurna berada di

fundus uteri. Kekuatan yang palinglembah berada pada segmen bawah rahi

(SBR). Perubahan-perubahan yang terjadi akhibat his adalah sebagai berikut:

(1)Pada uteus dan servik: uterus teraba keras atau padat karena kontraksi.

Serviks tidak mempunyai otot-otot yang banyak, sehingga setiap muncul

his makan terjadi pendataran (effecement) dan pembukaan (dilatasi) dari

servik.

(2)Pada ibu: rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim, terdapat

pula kenaikan nadi dan tekanan darah.

(3)Pada janin: pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang

sehinga timbul hipoksiajanin. Denyut jantung janin melambat dan kurang

jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis. Kalau betul-betul terjadi

hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi

gawat janin asfiksia engan denyut jantung janin diatas 160 per-menit dan

tidak teratur.
c) Bagian dan sifat his

(1)His pendahulu: his tidakkuat dan tidak teratur namun menyebabkan

keluarnya bloody show.

(2)His pembukaan (kala I): menyebabkan pembukaan serviks, semakin

kuat, teratur, dan sakit.

(3)His pengeluaran (kala II): (1) untuk mengeluarkan janin; sangat kuat,

teratur, simetris, terkoordinir dan lama: (2) koodinasi bersama antara

kontraksi otot perut, diafragmadan ligament.

(4)His pelepasan uri (kala III): kontraksi sedang untuk melepaskan dan

melahirkan plasenta.

b. Tenaga mengedan

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang

mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot

dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intra abdominal. Tenaga

ini serupa dengan tenaga mengedan waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat

lagi.

Saat kelapa sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang

mengakibatkan ibu menutup glottisnya, mengkontraksikan oto-otot perutnya dan

menekan diafragmanya kebawah. Tenaga mengedan ini hanya dapat berhasil, bila

pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktuada his. Tanpa tenaga

mengedan ini anak tidak dapatlahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-

otot perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengedan ini juga

melahirkan plasenta setelah plasenta lepasdari dinding rahim.


c. Passanger

Faktor yang mempenagruhi terhadap persalinan selain faktor janin,

meliputi, sikap janin, presentasi janin, bagian terbawah, serta posisi janin, juga

ada plasenta dan air ketuban.

1) Janin

a) Sikap dan letak

(1) Sikap (habitus)

Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin,

biasanya terdapat tulang punggungnya. Janin umunya dalam sikap fleksi dimana

kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.

(2) Letak (situs)

Letak adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu.

Misalnya, letak lintang di mana sumbu janin tegak lurut pada sumbu janin sejajar

dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepada atau letak sunsang.

(a) Letak membujur longitudinal

 Letak kepala (97%): (1) letak fleksi = LBK (95,5%), (2) letak

defleksi: letak puncak kepala, letak dahi, dan letak muka (1,5%)

 Letak sungsang = letak bokong (2,5 – 3 %): (1) letak bokong

sempurna (complete breech), (2) letak bokong (frank breech), dan (3)

letak bokong tidak sempurna.

(b)Letak lintang (tarnverse lie): 0,5% - 2%

(c) Letak miring (oblique lie)

 Letak kepala mengolak


 Letak bokong mengolak

b) Presentasi

Presentasi dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah

rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya,

presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu dan lain-lain.

c) Bagian terbawah janin

Pada bagian ini sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas istilahnya.

d) Posisi janin

Indikator atau menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan,

kiri, depan atau belakang terdapat sumbu ibu (maternal-pervis). Misalnya, pada

letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (uuk) kiri depan, uuk kanan

belakang.

Ada 6 versi indikator dari bagian terbawah janin, yaitu:

(1)Letak Belakang Kepala (LBK)

(a) indikator: ubun-ubun kecil (uuk)

(b) Variasi posisi:

(i) Ubun-ubun kecil kiri depan : uuk ki–dep

(ii) Ubun-ubun kecil kiri belakang : uuk ki-bel

(iii) Ubun-ubun kecil melintang kiri : uuk mel-ki

(iv) Ubun-ubun kecil kanan depan : uuk ka-de

(v) Ubun-ubun kecil kanan belakang :uuk ka-be

(vi) Ubun-ubun kecil melintang kanan :uuk me-ka

(2) Presentasi dahi

(a) Indikator: teraba dahidan ubun-ubun besar (uub)


(b) Variasi posisi:

(i) Ubun-ubun besar kiri depan : uubki-dep

(ii) Ubun-ubun besar kiri belakang : uub ki-bel

(iii) Ubun-ubun besar melintang kiri : uub mel-ki

(iv) Ubun-ubun besar kanan depan : uub ka-dep

(v) Ubun-ubun besar kanan belakang : uub ka-bel

(vi) Ubun-ubun besar melintang kanan : uub mel-ka

(3) Presentasi muka

(a) Indikator: dagu (mento)

(b) Variasi posisi

(i) Dagu kiri depan :d.ki-dep

(ii) Dagu kiri belakang :d.ki-bel

(iii) dagu melintang kiri :d.mel-ki

(iv) Dagu kanan dapan :d.ka-dep

(v) Dagu kanan belakang :d.ka-bel

(vi) Dagu melintang kanan : d.mel-ka

(4)Presentasi bokong

(a) Indikator sacrum

(b) Variasi posisi

(i) Sacrum kiri depan :s.ki-dep

(ii) Sacrum kanan depan :s.ka-de

(iii) Sacrum kanan belakang :s.ka-be

(iv) Sacrum melintang kanan :s.mel-ka

(5)Letak lintang
(a) Menurut Posisi kepala:

(i) Kepala di kiri :Lli kep ki

(ii) Kepala di kanan : Lli kep ka

(b) Menurut arah punggung

(i) Punggung depan (dorso-anterior) :PD

(ii) Punggung belakang (dorso-posterior) :PB

(iii) Punggung atas (dorso-superior) : PS

(iv) Punggung bawah ( dorso-inferior) : PI

(6)Presentasi bahu

(a) Bahu kanan :Bh.ka

(b) Bahu kiri :Bh.ki

(7)Tangan menumbung

(1) Tentukan apakah: tangan kiri (ta-ki) atau tangan kanan (ta-ka)

(2) Indikator adalah ketiak (axilla)

(a) ketiak menutup atau membuka ke kiri.

(b) Ketiak menutup atau membuka ke kanan.

2) Plasenta (Uri)

Kelahiran janin, yang berbentuk bundar atau oval. Plasenta terbentuk

sempurna pada minggu ke-16 dimana desidua parietalis dan desidua kapsilaris

telah menjadi satu. Letak plasenta yang normal pada korpus uteri bagian depan

atau bagian belakang agak ke arah fundus uteri.

Fungsi plasenta sementara dilakukan oleh korpus luteum gravidarum sampai

bentuknya sudah sempurna. Plasenta berbentuk bundar, ukurannya sekitar 15 cm

X 20 cm. Tebalnya kurang lebih 2,5-3 cm. Plasenta memiliki berat kurang lebih
antara 500-600 gram, sedangkan tali pusatnya memiliki panjang rata-rata 25-60

cm. Panjang terpendek tali pusat plasenta yang pernah ada adalah 2,5 cm,

sedangkan terpanjangnya kurang dari 200 cm. Plasenta (Urin) mamiliki beberapa

fungsi sebagai berikut.

a) Nutritif, berfungsi sebagai alat pemberi makanan atau nutri yang

dibutuhkan janin.

b) Respirasi, berfungsi sebagai alat penyalur zat asam O2 dan pembuangan

CO2.

c) Ekskresi, berfungsi sebagai alat untuk mengeluarkan sampah hasil

metabolisme. Ginjal, hati, usus belum berfungsi baik sehingga alat

pembuangan sisa metabolisme dibuang melalui urin yang dapat

menghubungkan janin dengan dunia luar secara tidak langsung.

d) Penghasilan hormon, antara lain:

(1) Korionik Gonodotropin

Hormon ini berfungsi untuk merangsang korpus luteum menjadi korpus

gravdarum sehingga tetap mengeluarkan estrogen, progesteron, dan korpus luteum

yang terus berfungsi sampai uri berbentuk sempurna.

(2) Korionik Somato Mamma Tropin

Hormon ini berfungsi untuk metabolisme protein yang nantinya akan

menimbulkan pertumbuhan janin. Selain itu, hormon korionik samatomamma

tropin ini juga berfungsi untuk mengatur metabolisme karbohidrat dan lemak.

(3) Estrogen
Hormon ini berfungsi untuk mendukung tumbuh kembang otot rahim,

retensi air dangaram, perkembangan tubuh payudara sebagi persiapan ASI, serta

melaksanakan sintesis protein.

(4) Progesteron

Hormon ini berfungsi sebagai alat penenang otot rahim selama hamil.

Bersama estrogen, hormon ini juga mengakibatkan tubulus dan alveolus payudara.

Fungsi lainnya adalah menghalangi proses pematangan folikel degraf sehingga

tidak terjadi ovulasi.

(5) Alat-alat Penyalur Antibodi (Imunisasi)

Janin mempunyai kekebalan pasif sampai umur 4 bulan dan selanjutnya

kekebalan tersbut berkurang. Antibodi yang dibentuk ibu melalui uri

menyebabkan bayi kebal terhadap infeksi. Antibodi disalurkan melalui ASI

sehingga kolesterum harus diberikan.

(6) Barier (Pertahanan)

Sel trofoblas pada plasenta bertindak sebagai barier terhadap beberapa

bakteri atau virus obat-obatan yang membahayakan pertumbuhan janin dalam

uterus, dihalangi masuknya melalui plasenta. Misalnya, tetrasiklin (perubahan

gigi, gangguan pertumbuhan tulang belakang), setreptomisin (gangguan

keseimbangan, gangguan pendengaran), preparatsulfa (gangguan metabolisme

bilirubin, menimbulkan kern ikterus) dan obat-obat narkosa (mempengaruhi

jantung dan pernapasan).

a) Bagian-Bagian Plasenta
(1) Bagian janin (Fetal Portion)

Vili korialis yang berasal dari korion, ruang-ruang interviler. Amnion

yang tampak licin, di bawah amnion berjalan cabang-cabang pembuluh darah

pusat, tempat insentasi tali pusat pada bagian fetal.

(2) Bagian Maternal (Maternal Portion)

Bagian ini atas beberapa terdiri atas beberapa koledon kurang lebih

15-20 kotiledon.

(3) Tali Pusat

Bagian talu pusat yang berhubungan dengan plasenta disebut dengan

insertio. Apabila di tengah disebut dengan insertio sentralis. Apabila terletaknya

agak ke pinggir uri disebut dengan insertio marginal. Namun demikian, terkadang

tali pusat juga berada di luar uri dan terhubung dengan uri melalui selaput janin

dan yang demikian ini disebut insertio valamentosa.

Selain memilki bagian-bagian tertentu, plasenta jua memiliki beberapa

tipe. Berdasarkan bentuknya terbagi atas plasenta normal, plasenta suksenturiata

(satu lobus terpisah), plasenta bilobus (2 lobus), lasenta trilobus (3 lobus).

Berdasarkan letaknya, plasenta dibagi menjadi beberapa tipe, di antaranya:

(a) Plasenta normal: jonjot khorion (vili chorialis), melekat pada endometrium

tak smapai membarn basal.

(b)Plasenta adhesiva: implantasi yang kuat jonjot khorion(vili chorialis).

Plasenta ini melekat era pada endometrium tak sampai membran basal.

(c) Plasenta akreta: implantasi yang kuat jonjot khorion (vili chorialis). Plasenta

ini melekat pada endometrium sampai menembus membran basal.

(d)Plasenta inkreta: melekat sampai menembus otot rahim (myometrium)


(e) Plasenta perkreta: melekat atau menembus serosum atau peritoneum.

d. Air ketuban (Liqour amni)

Air ketuban terletak di dalam rangan yang dilapisi oleh selaput janin

(amnion dan korion). Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-

kira1000 sampai 1500 cc. Ciri-ciri air ketuban berwarna putih keruh, berbau amis,

dan berasa manis, sedangkan reaksinya agak alkalis dan netral dengan berat janin

1,008. Komposisi air ketuban terdiri atas 98% air, sisanya albumin, urea, asam

uric, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, vernik caseosa, dan garam organik.

Kadar protein yang terkandung di dalamnya kira-kira 2,6% gram perliter,terutama

albumin.

Fungsi air ketuban adalah untuk melindungi janin,mencegah perlekatan

janin dengan amnion, memberi ruang pada janin agar dapat bergerak bebas, dan

untuk menambahkan suplai cairan janin dengan cara ditelan atau diminum. Selain

itu, air ketuban juga berfungsi untuk melindungi plasenta dan tali pusat dari

tekanan kontraksi uterus.

d. Psikologis

Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang ibu

dan keluarganya. Banyak ibu mengalami psikis (kecemasan, keadaan emosional

wanita) dalam menghadapi persalinan, hal ini perlu diperhatikan oleh seseorang

yang akan menolong persalinan.

Perasaan cemas, khawatir akan mempengaruhi hormone stress yang akan

mengakibatkan komplikasi persalinan. Tetapi sampai saat ini hampir tidak ada

catatan yang menyebutkan mengenai hormone stress terhadap fungsi uteri, juga
tidak ada catatan mengenai hubungan antara kecemasan ibu, pengaruh

lingkungan, hormone stress dan komplikasi persalinan. Namun demikian

seseorang penolong persalinan harus memperhatikan keadaan psikologis ibu yang

akan melahirkan karena keadaan psikologis mempunyai pengaruh terhadap

persalinan dan kelahiran.

e. Penolong

Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan asuhan sayang ibu.

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan

keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan

mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran

bayi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi

dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik

mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan

mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik (Enkin, et al,2000). Disebutkan

pula bahwa hal tersebut diatas dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan

vakum, cunam, dan seksio sesar, dan persalinan berlangsung lebih cepat (Enkin,

et al, 2000). Prisip umum dari asuhan sayang ibu yang harus diikuti oleh bidan

adalah:

1) Rawat ibu dengan penuh hormat.

2) Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan ibu. Hormati

pengetahuan dan pemahaman mengenai tubuhnya. Ingat bahwa mendengar

sama pentingnya dengan memberikan nasihat.


3) Menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan yang bermutu serta

sopan.

4) Memberikan asuhan dengan memperhatikan privasi.

5) Selalu menjelaskan apa yang akan dikerjakan sebelum anda melakukannya

serta meminta izin dahulu.

6) Selalu mendiskusikan temuan-temuan kepada ibu, serta kepada siapa saja

yang ia inginkan untuk berbagi informasi ini.

7) Selalu mendiskusikan rencana dan intervensi serta pilihan yang sesuai dan

tersedia bersama ibu.

8) Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang akan menemaninya selama

persalinan, kelahiran dan pasca salin.

9) Mengizinkan ibu menggunakan posisi apa saja yang diinginkan selama

persalinan dan kelahiran.

10) Menghindari penggunaan suatu tindakan medis yang tidak perlu

(episiotomy, pencukuran dan enema).

11) Memfasilitasi hubungan dini antara ibu dan bayi baru lahir (Bounding

and attachment).

2.1.7 Kebutuhan Fisiologis Ibu Bersalin

a. Kebutuhan Oksigen

Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu

diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II, dimana oksigen yang

ibu hirup sangat penting artinya untuk oksigenasi janin melalui plasenta. Suplai

oksigen yang tidak adekuat, dapat menghambat kemajuan persalinan dan dapat

mengganggu kesejahteraan janin. Oksigen yang adekuat dapat diupayakan dengan


pengaturan sirkulasi udara yang baik selama persalinan. Ventilasi udara perlu

diperhatikan, apabila ruangan tertutup karena menggunakan AC, maka pastikan

bahwa dalam ruangan tersebut tidak terdapat banyak orang. Hindari menggunakan

pakaian yang ketat, sebaiknya penopang payudara/BH dapat dilepas/dikurangi

kekencangannya. Indikasi pemenuhan kebutuhan oksigen adekuat adalah Denyut

Jantung Janin (DJJ) baik dan stabil.

b. Kebutuhan Cairan Dan Nutrisi

Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan kebutuhan

yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses persalinan. Pastikan

bahwa pada setiap tahapan persalinan (kala I, II, III, maupun IV), ibu

mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup. Asupan makanan yang

cukup (makanan utama maupun makanan ringan), merupakan sumber dari

glukosa darah, yang merupakan sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar

gula darah yang rendah akan mengakibatkan hipoglikemia. Sedangkan asupan

cairan yang kurang, akan mengakibatkan dehidrasi pada ibi bersalin.

Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat mengakibatkan komplikasi

persalinan baik ibu maupun janin. Pada ibu, akan mempengaruhi kontraksi/his,

sehingga akan menghambat kemajuan persalinan dan meningkatkan insiden

persalinan dengan tindakan, serta dapat meningkatkan risiko perdarahan

postpartum. Pada janin, akan mempengaruhi kesejahteraan janin, sehingga dapat

mengakibatkan komplikasi persalinan seperti asfiksia.

Dehidrasi pada ibu bersalin dapat mengakibatkan melambatnya

kontraksi/his, dan mengakibatkan kontraksi menjadi tidak teratur. Ibu yang


mengalami dehidrasi dapat diamati dari bibir yang kering, peningkatan suhu

tubuh, dan eliminasi yang sedikit.

Dalam memberikan asuhan, bidan dapat dibantu oleh anggota keluarga

yang mendampingi ibu. Selama kala I, anjurkan ibu untuk cukup makan dan

minum, untuk mendukung kemajuan persalinan. Pada kala II, ibu bersalin mudah

sekali mengalami dehidrasi, karena terjadi peningkatan suhu tubuh dan terjadinya

kelelahan karena proses mengejan. Untuk itu disela-sela kontraksi, pastikan ibu

mencukupi kebutuhan cairanny (minum). Pada kala III dan IV, setelah ibu

berjuang melahirkan bayi, maka bidan juga harus memastikan bahwa ibu

mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairannya, untuk mencegah hilangnya energi

setelah mengeluarkan banyak tenaga selama kelahiran bayi (pada kala II).

c. Kebutuhan Eliminasi

Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu difasilitasi oleh

bidan, untuk membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan kenyamanan

pasien. Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan sesering mungkin atau

minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan.

Kandung kemih yang penuh, dapat mengakibatkan:

1) Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke dalam rongga

panggul, terutama apabila berada di atas spina isciadika

2) Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his

3) Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali ibu karena

bersama dengan munculnya kontraksi uterus

4) Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II


5) Memperlambat kelahiran plasenta

6) Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena kandung kemih yang

penuh menghambat kontraksi uterus.

Apabila masih memungkinkan, anjurkan ibu untuk berkemih di kamar

mandi, namun apabila sudah tidak memungkinkan, bidan dapat membantu ibu

untuk berkemih dengan wadah penampung urin. Bidan tidak dianjurkan untuk

melakukan kateterisasi kandung kemih secara rutin sebelum ataupun setelah

kelahiran bayi dan placenta. Kateterisasi kandung kemih hanya dilakukan apabila

terjadi retensi urin, dan ibu tidak mampu untuk berkemih secara mandiri.

Kateterisasi akan meningkatkan resiko infeksi dan trauma atau perlukaan pada

saluran kemih ibu.

Sebelum memasuki proses persalinan, sebaiknya pastikan bahwa ibu sudah

BAB. Rektum yang penuh dapat mengganggu dalam proses kelahiran janin.

Namun apabila pada kala I fase aktif ibu mengatakan ingin BAB, bidan harus

memastikan kemungkinan adanya tanda dan gejala kala II. Apabila diperlukan

sesuai indikasi, dapat dilakukan lavement pada saat ibu masih berada pada kala I

fase latent.

d. Kebutuhan Hygiene (Kebersihan Personal)

Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu diperhatikan bidan

dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena personal hygiene yang baik

dapat membuat ibu merasa aman dan relax, mengurangi kelelahan, mencegah

infeksi, mencegah gangguan sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada

jaringan dan memelihara kesejahteraan fisik dan psikis.


Tindakan personal hygiene pada ibu bersalin yang dapat dilakukan bidan

diantaranya: membersihkan daerah genetalia (vulva-vagina, anus), dan

memfasilitasi ibu untuk menjaga kebersihan badan dengan mandi. Mandi pada

saat persalinan tidak dilarang. Pada sebagian budaya, mandi sebelum proses

kelahiran bayi merupakan suatu hal yang harus dilakukan untuk mensucikan

badan, karena proses kelahiran bayi merupakan suatu proses yang suci dan

mengandung makna spiritual yang dalam. Secara ilmiah, selain dapat

membersihkan seluruh bagian tubuh, mandi juga dapat meningkatkan sirkulasi

darah, sehingga meningkatkan kenyamanan pada ibu, dan dapat mengurangi rasa

sakit. Selama proses persalinan apabila memungkinkan ibu dapat diijinkan mandi

di kamar mandi dengan pengawasan dari bidan.

Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan bloodyshow dan ibu

sudah tidak mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus membantu ibu untuk

menjaga kebersihan genetalianya untuk menghindari terjadinya infeksi

intrapartum dan untuk meningkatkan kenyamanan ibu bersalin. Membersihkan

daerah genetalia dapat dilakukan dengan melakukan vulva hygiene menggunakan

kapas bersih yang telah dibasahi dengan air Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT),

hindari penggunaan air yang bercampur antiseptik maupun lisol. Bersihkan dari

atas (vestibulum), ke bawah (arah anus). Tindakan ini dilakukan apabila

diperlukan, misalnya setelah ibu BAK, setelah ibu BAB, maupun setelah ketuban

pecah spontan.

Pada kala II dan kala III, untuk membantu menjaga kebersihan diri ibu

bersalin, maka ibu dapat diberikan alas bersalin (under pad) yang dapat menyerap

cairan tubuh (lendir darah, darah, air ketuban) dengan baik. Apabila saat
mengejan diikuti dengan faeses, maka bidan harus segera membersihkannya, dan

meletakkannya di wadah yang seharusnya. Sebaiknya hindari menutupi bagian

tinja dengan tisyu atau kapas ataupun melipat undarpad.

Pada kala IV setelah janin dan placenta dilahirkan, selama 2 jam observasi,

maka pastikan keadaan ibu sudah bersih. Ibu dapat dimandikan atau dibersihkan

di atas tempat tidur. Pastikan bahwa ibu sudah mengenakan pakaian bersih dan

penampung darah (pembalut bersalin, underpad) dengan baik. Hindari

menggunakan pot kala, karena hal ini mengakibatkan ketidaknyamanan pada ibu

bersalin. Untuk memudahkan bidan dalam melakukan observasi, maka celana

dalam sebaiknya tidak digunakan terlebih dahulu, pembalut ataupun underpad

dapat dilipat disela-sela paha.

e. Kebutuhan Istirahat

Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu

bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I, II, III

maupun IV) yang dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan pada ibu untuk

mencoba relaks tanpa adanya tekanan emosional dan fisik. Hal ini dilakukan

selama tidak ada his (disela-sela his). Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas rasa

sakit akibat his, makan atau minum, atau melakukan hal menyenangkan yang lain

untuk melepas lelah, atau apabila memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada

kala II, sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak mengantuk.

Setelah proses persalinan selesai (pada kala IV), sambil melakukan

observasi, bidan dapat mengizinkan ibu untuk tidur apabila sangat kelelahan.

Namun sebagai bidan, memotivasi ibu untuk memberikan ASI dini harus tetap
dilakukan. Istirahat yang cukup setelah proses persalinan dapat membantu ibu

untuk memulihkan fungsi alat-alat reproduksi dan meminimalisasi trauma pada

saat persalinan.

f. Posisi Dan Ambulasi

Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi persalinan pada kala I

dan posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang dimaksud adalah mobilisasi ibu

yang dilakukan pada kala I.

Persalinan merupakan suatu peristiwa fisiologis tanpa disadari dan terus

berlangsung/progresif. Bidan dapat membantu ibu agar tetap tenang dan rileks,

maka bidan sebaiknya tidak mengatur posisi persalinan dan posisi meneran ibu.

Bidan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi persalinan dan posisi

meneran, serta menjelaskan alternatif-alternatif posisi persalinan dan posisi

meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif.

Bidan harus memahami posisi-posisi melahirkan, bertujuan untuk menjaga

agar proses kelahiran bayi dapat berjalan senormal mungkin. Dengan memahami

posisi persalinan yang tepat, maka diharapkan dapat menghindari intervensi yang

tidak perlu, sehingga meningkatkan persalinan normal. Semakin normal proses

kelahiran, semakin aman kelahiran bayi itu sendiri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan posisi melahirkan:

1) Klien/ibu bebas memilih, hal ini dapat meningkatkan kepuasan,

menimbulkan perasaan sejahtera secara emosional, dan ibu dapat

mengendalikan persalinannya secara alamiah.


2) Peran bidan adalah membantu/memfasilitasi ibu agar merasa nyaman.

3) Secara umum, pilihan posisi melahirkan secara alami/naluri bukanlah

posisi berbaring.

Pada awal persalinan, sambil menunggu pembukaan lengkap, ibu masih

diperbolehkan untuk melakukan mobilisasi/aktivitas. Hal ini tentunya disesuaikan

dengan kesanggupan ibu. Mobilisasi yang tepat dapat membantu dalam

meningkatkan kemajuan persalinan, dapat juga mengurangi rasa jenuh dan

kecemasan yang dihadapi ibu menjelang kelahiran janin.

Pada kala I, posisi persalinan dimaksudkan untuk membantu mengurangi

rasa sakit akibat his dan membantu dalam meningkatkan kemajuan persalinan

(penipisan cerviks, pembukaan cerviks dan penurunan bagian terendah). Ibu dapat

mencoba berbagai posisi yang nyaman dan aman. Peran suami/anggota keluarga

sangat bermakna, karena perubahan posisi yang aman dan nyaman selama

persalinan dan kelahiran tidak bisa dilakukan sendiri olah bidan. Pada kala I ini,

ibu diperbolehkan untuk berjalan, berdiri, posisi berdansa, duduk, berbaring

miring ataupun merangkak. Hindari posisi jongkok, ataupun dorsal recumbent

maupun lithotomi, hal ini akan merangsang kekuatan meneran. Posisi terlentang

selama persalinan (kala I dan II) juga sebaiknya dihindari, sebab saat ibu

berbaring telentang maka berat uterus, janin, cairan ketuban, dan placenta akan

menekan vena cava inferior. Penekanan ini akan menyebabkan turunnya suplai

oksigen utero-placenta. Hal ini akan menyebabkan hipoksia. Posisi telentang juga

dapat menghambat kemajuan persalinan.

Macam-macam posisi meneran diantaranya:


1) Duduk atau setengah duduk, posisi ini memudahkan bidan dalam

membantu kelahiran kepala janin dan memperhatikan keadaan perineum.

2) Merangkak, posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan rasa

sakit pada punggung, mempermudah janin dalam melakukan rotasi serta

peregangan pada perineum berkurang.

3) Jongkok atau berdiri, posisi jongkok atau berdiri memudahkan penurunan

kepala janin, memperluas panggul sebesar 28% lebih besar pada pintu

bawah panggul, dan memperkuat dorongan meneran. Namun posisi ini

beresiko memperbesar terjadinya laserasi (perlukaan) jalan lahir.

4) Berbaring miring, posisi berbaring miring dapat mengurangi penekanan

pada vena cava inverior, sehingga dapat mengurangi kemungkinan

terjadinya hipoksia janin karena suplai oksigen tidak terganggu, dapat

memberi suasana rileks bagi ibu yang mengalami kecapekan, dan dapat

mencegah terjadinya robekan jalan lahir.

5) Hindari posisi telentang (dorsal recumbent), posisi ini dapat

mengakibatkan: hipotensi (beresiko terjadinya syok dan berkurangnya

suplai oksigen dalam sirkulasi uteroplacenter, sehingga mengakibatkan

hipoksia bagi janin), rasa nyeri yang bertambah, kemajuan persalinan

bertambah lama, ibu mengalami gangguan untuk bernafas, buang air

kecil terganggu, mobilisasi ibu kurang bebas, ibu kurang semangat, dan

dapat mengakibatkan kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.

Berdasarkan posisi meneran di atas, maka secara umum posisi melahirkan

dibagi menjadi 2, yaitu posisi tegak lurus dan posisi berbaring. Secara anatomi,

posisi tegak lurus (berdiri, jongkok, duduk) merupakan posisi yang paling sesuai
untuk melahirkan, kerena sumbu panggul dan posisi janin berada pada arah

gravitasi. Adapun keuntungan dari posisi tegak lurus adalah:

1) Kekuatan daya tarik, meningkatkan efektivitas kontraksi dan tekanan pada

leher rahim dan mengurangi lamanya proses persalinan.

Pada Kala 1

a) Kontraksi, dengan berdiri uterus terangkat berdiri pada sumbu aksis pintu

masuk panggul dan kepala mendorong cerviks, sehingga intensitas

kontraksi meningkat.

b) Pada posisi tegak tidak ada hambatan dari gerakan uterus.

c) Sedangkan pada posisi berbaring, otot uterus lebih banyak bekerja dan

proses persalinan berlangsung lebih lama.

Pada Kala 2

a) Posisi tegak lurus mengakibatkan kepala menekan dengan kekuatan yang

lebih besar, sehingga keinginan untuk mendorong lebih kuat dan

mempersingkat kala 2.

b) Posisi tegak lurus dengan berjongkok, mengakibatkan lebih banyak ruang

di sekitar otot dasar panggul untuk menarik syaraf penerima dasar panggul

yang ditekan, sehingga kadar oksitosin meningkat.

c) Posisi tegak lurus pada kala 2 dapat mendorong janin sesuai dengan

anatomi dasar panggul, sehingga mengurangi hambatan dalam meneran.

d) Sedangkan pada posisi berbaring, leher rahim menekuk ke atas, sehingga

meningkatkan hambatan dalam meneran.

2) Meningkatkan dimensi panggul


a) Perubahan hormone kehamilan, menjadikan struktur panggul

dinamis/fleksibel.

b) Pergantian posisi, meningkatkan derajat mobilitas panggul.

c) Posisi jongkok, sudut arkus pubis melebar mengakibatkan pintu atas

panggul sedikit melebar, sehingga memudahkan rotasi kepala janin.

d) Sendi sakroiliaka, meningkatkan fleksibilitas sacrum (bergerak ke

belakang).

e) Pintu bawah panggul menjadi lentur maksimum.

f) Pada posisi tegak, sacrum bergerak ke dapan mangakibatkan tulang ekor

tertarik ke belakang.

g) Sedangkan pada posisi berbaring, tulang ekor tidak bergerak ke belakang

tetapi ke depan (tekanan yang berlawanan).

3) Gambaran jantung janin abnormal lebih sedikit dengan kecilnya tekanan pada

pembuluh vena cava inferior

a) Pada posisi berbaring, berat uterus/cairan amnion/janin mengakibatkan

adanya tekanan pada vena cava inferior, dan dapat menurunkan tekanan

darah ibu. Serta perbaikan aliran darah berkurang setelah adanya

kontraksi.

b) Pada posisi tegak, aliran darah tidak terganggu, sehingga aliran oksigen ke

janin lebih baik.

4) Kesejahteraan secara psikologis

a) Pada posisi berbaring, ibu/klien menjadi lebih pasif dan menjadi kurang

kooperatif, ibu lebih banyak mengeluarkan tenaga pada posisi ini.


b) Pada posisi tegak, ibu/klien secara fisik menjadi lebih aktif, meneran lebih

alami, menjadi lebih fleksibel untuk segera dilakukan „bounding‟ (setelah

bayi lahir dapat langsung dilihat, dipegang ibu, dan disusui).

Ada beberapa keuntungan pada persalinan dengan posisi tegak lurus.

Namun ada beberapa kerugian yang mungkin ditimbulkan dari persalinan dengan

posisi tegak, diantaranya adalah:

(1) Meningkatkan kehilangan darah

(a) Gaya gravitasi mengakibatkan keluarnya darah sekaligus dari jalan lahir

setelah kelahiran janin, dan kontraksi meningkat sehingga placenta

segera lahir.

(b)Meningkatkan terjadinya odema vulva, dapat dicegah dengan mengganti-

ganti posisi.

(2) Meningkatkan terjadinya perlukaan/laserasi pada jalan lahir

(a) Odema vulva, dapat dicegah dengan mengganti posisi (darah mengalir ke

bagian tubuh yang lebih rendah).

(b) Luka kecil pada labia meningkat, tetapi luka akan cepat sembuh.

(c) Berat janin mendorong ke arah simfisis, mengakibatkan tekanan pada

perineum meningkat, sehingga resiko rupture perineum meningkat.

(3) Untuk memudahkan proses kelahiran bayi pada kala II, maka ibu

dianjurkan untuk meneran dengan benar, yaitu:

(a) Menganjurkan ibu untuk meneran sesuai dorongan alamiah selama

kontraksi berlangsung.

(b) Hindari menahan nafas pada saat meneran. Menahan nafas saat

meneran mengakibatkan suplai oksigen berkurang.


(c) Menganjurkan ibu untuk berhenti meneran dan istirahat saat tidak ada

kontraksi/his

(d) Apabila ibu memilih meneran dengan posisi berbaring miring atau

setengah duduk, maka menarik lutut ke arah dada dan menempelkan

dagu ke dada akan memudahkan proses meneran

(e) Menganjurkan ibu untuk tidak menggerakkan anggota badannya

(terutama pantat) saat meneran. Hal ini bertujuan agar ibu fokus pada

proses ekspulsi janin.

(f) Bidan sangat tidak dianjurkan untuk melakukan dorongan pada fundus

untuk membantu kelahiran janin, karena dorongan pada fundus dapat

meningkatkan distosia bahu dan ruptur uteri.

Gambar posisi bersalin

2.1.8 Kebutuhan Psikologis


a. Pemberian Sugesti

Pemberian sugesti bertujuan untuk memberikan pengaruh pada ibu dengan

pemikiran yang dapat diterima secara logis. Sugesti yang diberikan berupa sugesti

positif yang mengarah pada tindakan memotivasi ibu untuk melalui proses

persalinan sebagaimana mestinya. Menurut psikologis sosial individu, orang yang

mempunyai keadaan psikis labil akan lebih mudah dipengaruhi/mendapatkan

sugesti. Demikian juga pada wanita bersalin yang mana keadaan psikisnya dalam

keadaan kurang stabil, mudah sekali menerima sugesti/pengaruh.

Sugesti positif yang dapat diberikan bidan pada ibu bersalin diantaranya

adalah dengan mengatakan pada ibu bahwa proses persalinan yang ibu hadapi

akan berjalan lancar dan normal, ucapkan hal tersebut berulang kali untuk

memberikan keyakinan pada ibu bahwa segalanya akan baik-baik saja. Contoh

yang lain, misal saat terjadi his/kontraksi, bidan membimbing ibu untuk

melakukan teknik relaksasi dan memberikan sugesti bahwa dengan menarik dan

menghembuskan nafas, seiring dengan proses pengeluaran nafas, rasa sakit ibu

akan berkurang.

Sebaiknya bidan selalu mengucapkan kata-kata positif yang dapat

memotivasi ibu untuk tetap semangat dalam menjalani proses persalinan. Inti dari

pemberian sugesti ini adalah pada komunikasi efektif yang baik. Bidan juga

dituntut untuk selalu bersikap ramah dan sopan, dan menyenangkan hati ibu dan

suami/keluarga. Sikap ini akan menambah besarnya sugesti yang telah diberikan.

b. Mengalihkan Perhatian

Mengalihkan perhatian dari rasa sakit yang dihadapi selama proses

persalinan berlangsung dapat mengurangi rasa sakit yang sebenarnya. Secara


psikologis, apabila ibu merasakan sakit, dan bidan tetap fokus pada rasa sakit itu

dengan menaruh rasa empati/belas kasihan yang berlebihan, maka rasa sakit justru

akan bertambah. Upaya yang dapat dilakukan bidan dan pendamping persalinan

untuk mengalihkan perhatian ibu dari rasa sakit selama persalinan misalnya

adalah dengan mengajaknya berbicara, sedikit bersenda gurau, mendengarkan

musik kesukaannya atau menonton televisi/film. Saat kontraksi berlangsung dan

ibu masih tetap merasakan nyeri pada ambang yang tinggi, maka upaya-upaya

mengurangi rasa nyeri misal dengan teknik relaksasi, pengeluaran suara, dan atau

pijatan harus tetap dilakukan.

c. Membangun Kepercayaan

Kepercayaan merupakan salah satu poin yang penting dalam membangun

citra diri positif ibu dan membangun sugesti positif dari bidan. Ibu bersalin yang

memiliki kepercayaan diri yang baik, bahwa dia mampu melahirkan secara

normal, dan dia percaya bahwa proses persalinan yang dihadapi akan berjalan

dengan lancar, maka secara psikologis telah mengafirmasi alam bawah sadar ibu

untuk bersikap dan berperilaku positif selama proses persalinan berlangsung

sehingga hasil akhir persalinan sesuai dengan harapan ibu.

Untuk membangun sugesti yang baik, ibu harus mempunyai kepercayaan

pada bidan sebagai penolongnya, bahwa bidan mampu melakukan pertolongan

persalinan dengan baik sesuai standar, didasari pengetahuan dasar dan

keterampilan yang baik serta mempunyai pengalaman yang cukup. Dengan

kepercayaan tersebut, maka dengan sendirinya ibu bersalin akan merasa aman dan

nyaman selama proses persalinan berlangsung.

2.1.9 Penyulit/Komplikasi Persalinan


a. Kala I dan II

1) Distosia Kelainan Presentasi Dan Posisi (Mal Posisi)

a) Pengertian

Malposisi adalah kepala janin relatif terhadap pelvis degan oksiput

sebagai titik referensi, atau malposisi merupakan abnormal dari vertek kepala

janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai penanda) terhadap panggul ibu. Dalam

keadaan malposisi dapat terjadi partus macet atau partus lama.

Penilaian posisi normal apabila kepala dalam keadaan fleksi, bila fleksi

baik maka kedudukan oksiput lebih rendah dari pada sinsiput, keadaan ini disebut

posisi oksiput transversal atau anterior. Sedangkan keadaan dimana oksiput

berada di atas posterior dari diameter transversal pelvis adalah suatu malposisi.

Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam

keadaan fleksi dalam keadaan tertentu fleksi tidak terjadi sehingga kepala

defleksi.

Hasil pemeriksaan untuk mendiagnosa malposisi:

a) Pemeriksaan abdominal: bagian terendah abdomen datar, bagian

kebagian terendah abdomen datar, bagian kecil janin teraba bagian

anterior dan DJJ dibagian samping (flank)

b) Pemeriksaan vaginal: oksiput ke arah sakrum, sinsiput dianterior

akan mudah teraba bila kepala defleksi

Posisi Oksiput Posterior

Persalinan yang terganggu terjadi bila kepala janin tidak atau turun, dan

pada persalinan dapat terjadi robekan perenium yang tidak teratur atau ekstensi

dari episiotomi.
b) Etiologi

a. Diameter antero posterior biasanya pada panggul android

b. Segmen depan menyempit biasanya pada panggul android

c. Otot – otot dasar panggul yang lembek pada multipara Kepala janin

kecil.

c) Konsep Dasar Kelainan Malposisi Pada

(1) Presentasi puncak kepala

Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam

keadaan fleksi, dalam keadaan tertentu fleksi tidak terjadi, sehingga ke defleksi.

Presentasi puncak kepala disebut juga presentasi sinsiput.

Etiologi:

(a) Kelainan Panggul

(b) Anak kecil/mati

(c) Kerusakan dasar panggul

Penanganan :

(a) Usahakan lahir pervaginam karena kira kira 75% bisa lahir

pervaginam karena kira-kira 75 % bisa lahir spontan.

(b) Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forcep bisanya anak yang

lahir didapat caput dengan Ubun Ubun Besar

Komplikasi

(a) Ibu

(i) Robekan jalan lahir yang lebih luas

(ii) Partus lama


(b) Anak Karena partus lama dan molase hebat sehingga mortalitas

anak agak tinggi

(2) Presetasi dahi

Presentasi dahi adalah posisi kepala antara fleksi dan defleksi, sehingga

dahi merupakan bagian teredah. Posisi ini biasanya akan berubah menjadi letak

muka atau belakang kepala. Kepala menusuk panggul dengan dahi

melintang/miring pada waktu putar paksi dalam, dahi memutar kedepan dan

berada di bawah alkus pubis, kemudian terjadi fleksi sehingga belakang kepala

terlahir melewati perineum lalu terjadi defleksi sehingga lahirlah dagu.

Etiologi :

(a) Panggul sempit

(b) Janin besar

(c) Multiparitas

(d) Kelainan janin

(e) Kematian janin intra uterin

Penanganan :

Persentase dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal, tidak dapat

lahir spontan pervaginam, jadi lakukan SC.

Komplikasi :

(a) Pada Ibu

Partus lama dan lebat sulit, bisa terjadi robekan yang hebat dan ruptur uteri

(b) Pada Anak

Mortalitas janin tinggi


(3) Persentasi occipito posterior

Pada persalinan persentasi belakang kepala, kepala janin turun melalui Pintu

Atas Panggul dengan sutura sagitaris melintang/miring, sehingga Ubun Ubun

Kecil dapat berada di kiri melintang, kanan melintang, kiri depan, kanan depan,

kiri belakang atau kanan belakang.

Etiologi :

(a) Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter tranvesa

(b) Segmen depan menyempit

(c) Otot - otot dasar panggul yang lembek pada multipara

(d) Kepala janin yang kecil dan bulat

Penanganan :

(a) Lakukan pengawasan dengan seksama dengan harapan dapat lahir

spontan

(b) Tindakan baru dilakukan jika kala II terlalu lama/ada tanda bahaya

terhadap janin

Pada persalinan dapat terjadi robekan peremium yang teratur atau extensi dari

episiotomi :

(a) Periksa ketuban bila intake, pecah ketuban

(b) Bila penurunan kepala 3/5 diatas PAP atau diatas 2 SC

(c) Bila pembukaan belum lengkap dan tidak ada tanda obstruksi, beri

oksitosin drip.
(d) Bila pembukaan lengkap dan tidak ada kemajuan pada fase

pengeluaran, ulangi apakah ada obstruksi. Bila tidak ada tanda

abstruksi oksitosin drip

(e) Bila pembukaan lengkap dan kepala masuk sampai tidak kurang 1/5

atau o ekstraksi vaccum atau forseps

(f) Bila ada tanda obstruksi/gawat janin lakukan Secio Cesaria

d) Persentasi muka

Disebabkan oleh terjadinya ektensi yang penuh dari kepala janin. Yang

teraba pada muka janin adalah mulut, hidung dan pipi.

Etologi :

(1) Diameter antero posterior panggul lebih panjang dari diameter

transvesa

(2) Segmen depan menyempit

(3) Otot-otot dasar panggul yang lembek dan multipara

(4) Kapala janin yang kecil dan bulat

Dagu merupakan titik acuan dari posisi kepala sehingga ada presentasi

muka dagu Anterior dan Posterior :

1) Presentasi muka dagu anterior posisi muka fleksi

2) Presentasi muka dagu posterior posisi muka defleksi Max

Penanganan

a) Dagu posterior
Bila pembukaan lengkap :

(1) Lahirkan dengan persalinan spontan pervaginam

(2) Bila kemajuan persalinan lembut lakukan oksitosin drip

(3) Bila penurunan kurang lancar

Bila pembukaan belum lengkap :

Tidak didapatkan tanda obstruksi, lakukkan oksitosin drip. Lakukan evaluasi

persalinan sama dengan persalinan vertek.

b) Dagu anterior

1) Bila pembukaan lengkap Secio Caesaria

2) Bila pembukaan tidak lengkap, lakukan penilaian penurunan rotasi, dan

kemajuan persalinan, jika macet lakukan Secio Caesaria

Diagnosa

Leopold I :pada fundus teraba bokong

Leopold II :punggung teraba sebelah kanan, bagian-bagian kecil

sebelah kiri agak kedepan dan lebih mudah teraba

Leopold III :kepala dapat digerakan diatas sympisis kecuali kalau

kepala sudah masuk Pintu Atas Panggul

Leopold IV :tonjolan kepala sebelah kiri

Auskultasi : jantung anak bayi terdengar sebelah kanan


2) Distosia Karena Kelainan His

a) False labour (persalinan palsu/belum inpartu)

His belum teratur dan porsio masih tertutup, pasien boleh pulang.

Periksa adanya infeksi saluran kencing, ketuban pecah dan bila didapatkan adanya

infeksi obati secara adekuat. Bila tidak pasien boleh rawat jalan.

b) Persalinan lama

Persalinan lama paling sering terjadi pada primigravida dan dapat

disebabkan oleh:

Distosia secara harfiah berarti “persalinan yang sulit dan menyebabkan

lambatnya kemajuan dan kegagalan kemajuan persalinan”. Distosia dapat

disebabkan oleh berbagai masalah yang berkaitan dengan kontraksi:

yaitu ketika dua segmen uterus gagal bekerja secara

harmonis.

Penyebab lain distosia adalah abnormalitas presentasi dan posisi, tulang

pelvis dan jalan lahir termasuk abnormalitas kongential


c) Prolonged latent phase (fase laten yang memanjang)

Fase laten persalinan lama dapat didiagnosis secara tidak akurat jika ibu

mengalami persalinan palsu. pembukaan serviks tidak melewati 3 cm sesudah 8

jam in partu.

d) Prolonged active phase (Fase aktif memanjang)

Fase aktif ditandai dengan peningkatan laju dilatasi serviks, yang

disertai dengan penurunan bagian presentasi janin. Kemajuan yang lambat dapat

didefinisikan sebagai durasi total persalinan atau kegagalan serviks untuk

berdilatasi dengan kecepatan perjam yang telah ditetapkan. Kecepatan dilatasi 1

cm perjam paling banyak digunakan, tetapi pemeriksaan vagina tidaklah tepat,

dengan adanya kemungkinan variasi antar pemeriksa. Fase aktif yang memanjang

disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor yang meliputi serviks, uterus, fetus

dan pelvis ibu.

e) Inersia Uteri Hipotonik

Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah/tidak adekuat untuk

melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar. Diisi kekuatan his

lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan kurang

baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang, misalnya akibat hidramnion atau

kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta pada

penderita dengan keadaan emosi kurang baik.

Macam-macam

a. Inersia uteri primer


Terjadi pada permulaan fase latent. Sejak awal telah terjadi his yang

tidak adekuat (kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan),

sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan

inpartu atau belum.

b. Inersia uteri sekunder

Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian

pada permulaan selanjutnya terdapat gangguan atau kelainan.

Penatalaksaan

1) Keadaan umum penderita harus segera diperbaiki. Gizi selama kehamilan

harus diperbaiki.

2) Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan dan dijelaskan tentang

kemungkinan yang ada.

3) Teliti keadaan serviks, presentasi dan posisi, penurunan kepala/bokong bila

sudah masuk PAP pasien disuruh jalan, bila his timbul adekuat dapat

dilakukan persalinan spontan, tetapi bila tidak berhasil maka akan dilakukan

section caesarea.

f) Inersia Uteri Hipertonik

Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai

melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian atas, tengah

dan bawah uterus sehingga tidak efisien untuk membuka serviks dan mendorong

bayi keluar.
Etiologi

Faktor yang dapat menyebabkan kelainan ini, antara lain rangsangan pada

uterus misalnyanya pemberian oksitosin yang berlebihan, ketuban pecah lama

disertai infeksi, dan sebagainya.

Penatalaksanaan

Dilakukan pengobatan simptomatis untuk mengurangi tonus otot, nyeri

dan mengurangi ketakutan. Denyut jantung janin harus terus dievaluasi. Bila

dengan cara tersebut tidak berhasil, persalinan harus diakhiri dengan section

caesarea.

g) His Yang Tidak Terkoordinasi

Sifat his yang berubah–ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi antar

kontraksi dan bagian–bagiannya. Jadi kontraksi tidak efisien dalam mengadakan

pembukaan, apalagi dalam pengeluaran janin. Pada bagian atas dapat terjadi

kontraksi tetapi bagian tengah tidak, sehingga menyebabkan terjadinya lingkaran

kekejangan yang mengakibatkan persalinan tidak maju.

Penatalaksanaan

Untuk mengurangi rasa takut, cemas dan tonus otot: berikan obat-obatan

anti sakit dan penenang (sedative dan analgetika) seperti morfin, peidin dan

valium. Apabila persalinan berlangsung lama dan berlarut-larut, selesaikanlah

partus menggunakan hasil pemeriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum,

forceps atau section caesarea.


3) Distosia Karena Kelainan Alat Kandungan

1) Vulva

Kelainan yang bisa menyebabkan kelainan vulva adalah oedema vulva,

stenosis vulva, kelainan bawaan, varises, hematoma, peradangan, kondiloma

akuminata dan fistula.

a. Oedema vulva

Bisa timbul pada waktu hamil, biasanya sebagai gejala preeclampsia akan

tetapi dapat pula mempunyai sebab lain misalnya gangguan gizi. Pada persalinan

lama dengan penderita dibiarkan mengejan terus, dapat pula timbul oedema pada

vulva. Kelainan ini umumnya jarang merupakan rintangan bagi kelahiran

pervaginam.

b. Stenosis vulva

Biasanya terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang menyebabkan

ulkus-ulkus yang sembuh dengan parut-parut yang dapat menimbulkan kesulitan.

Walaupun pada umumnya dapat diatasi dengan mengadakan episiotomy, yang

cukup luas. Kelainan congenital pada vulva yang menutup sama sekali hingga

hanya orifisium uretra eksternum yang tampak dapat pula terjadi. Penanganan ini

ialah mengadakan sayatan median secukupnya untuk melahirkan kepala.

c. Kelainan bawaan

Atresia vulva dalam bentuk atresia himenalis yang menyebabkan

hematokolpos, hematometra dan atresia vagina dapat menghalangi konsepsi.


d. Varises

Wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di tungkai,

vagina, vulva dan wasir, tetapi dapat menghilang setelah kelahiran. Hal ini karena

reaksi sistem vena pembuluh darah seperti otot – otot ditempat lain melemah

akibat hormone estroid.

Bahaya varises dalam kehamilan dan persalinan adalah bila pecah dapat

menjadi fatal dan dapat pula terjadi emboli udara. Varises yang pecah harus di

jahit baik dalam kehamilan maupun setelah lahir.

e. Hematoma

Pembuluh darah pecah sehingga hematoma di jaringan ikat yang renggang

di vulva, sekitar vagina atau ligamentum latum. Hematoma vulva dapat juga

terjadi karena trauma misalnya jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus

kasar, bila hematoma kecil resorbsi sendiri, bila besar harus insisi dan bekuan

darah harus dikeluarkan.

f. Peradangan

Peradangan vulva sering bersamaan dengan peradangan vagina dan dapat

terjadi akibat infeksi spesifik, seperti sifilis, gonorrhea, trikomoniasis.

g. Kondiloma akuminta

Merupakan pertumbuhan pada kulit selaput lendir yang menyerupai

jengger ayam jago. Berlainan dengan kondiloma akumilatum permukaan kasar

papiler, tonjolan lebih tinggi, warnanya lebih gelap. Sebaiknya diobati sebelum
bersalin. Banyak penulis menganjurkan insisi dengan elektrocauter atau dengan

tingtura podofilin. Kemungkinan ada penyebab rangsangan tidak diberantas lebih

dahulu atau penyakit primernya kambuh.

h. Fistula

Fistula vesikovaginal atau fistula rektovaginal biasanya terjadi pada waktu

bersalin kepala dan tulang panggul gangguan sirkulasi sehingga terjadi kematian

jaringan lokal dalam 5-10 hari lepas dan terjadi lubang. Akibatnya terjadi

inkontinensia alvi. Fistula kecil yang tidak disertai infeksi dapat sembuh dengan

sendirinya. Fistula yang sudah tertutup merupakan kontra indikasi pervaginam.

2) Vagina

Kelainan yang dapat menyebabkan distosia adalah:

a. Kelainan vagina

Pada aplasia vagina tidak ada vagina ditempatnya introitus vagina dan

terdapat cekungan yang agak dangkal atau yang agak dalam. Terapi terdiri atas

pembuatan vagina baru beberapa metode sudah dikembangkan untuk keperluan

itu, operasi ini sebaiknya dilakukan pada saat wanita bersangkutan akan menikah.

Dengan demikian vagina dapat digunakan dan dapat dicegah bahwa vagina buatan

dapat menyempit. Pada atresia vagina terdapat gangguan dalam kanalisasi

sehingga terdapat satu septum yang horizontal, bila penutupan vagina ini

menyeluruh, menstruasi timbul namun darahnya tidak keluar, namun bila

penutupan vagina tidak menyeluruh tidak akan timbul kesulitan kecuali mungkin

pada partus kala II.


b. Stenosis vagina congenital

Jarang terdapat, lebih sering ditemukan septum vagina yang memisahkan

vagina secara lengkap atau tidak lengkap pada bagian kanan atau bagian kiri.

Septum lengkap biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang

satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus maupun lahirnya janin. Septum

tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin pada persalinan dan

harus dipotong dahulu. Stenosis dapat terjadi karena parut-parut akibat perlukaan

dan radang. Pada stenosis vagina yang tetap laku dalam kehamilan dan merupakan

halangan untuk lahirnya janin perlu ditimbangkan section caesarea.

c. Tumor vagina

Dapat merupakan rintangan bagi lahirnya janin pervaginam, adanya tumor

vagina dapat juga menyebabkan persalinan pervaginam dianggap mengandung

terlampau banyak resiko. Tergantung dari jenis dan besarnya tumor perlu

dipertimbangkan apakah persalinan dapat berlangsung secara pervaginam atau

diselesaikan dengan section caesarea.

d. Kista vagina

Kista vagina berasal dari duktus gartner atau duktus muller, letak lateral

dalam vagina bagian proksimal, ditengah, distal dibawah orifisum uretra

eksternal. Bila kecil dan tidak ada keluhan dapat dibiarkan tetapi bila besar

dilakukan pembedahan. Marsupialisasi sebaiknya 3 bulan setelah lahir.

3) Uterus
Kelainan yang penting berhubungan dengan persalinan adalah distosia

servikalis. Karena disfungtional uterine action atau karena parut pada serviks

uteri. Kala I serviks uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi sehingga

merupakan lembaran kertas dibawah kepala janin. Diagnosis dibuat dengan

menemukan lubang kecil yakni ostium uteri eksternum ditengah-tengah lapisan

tipis atau disebut dengan konglutinasio orifisii eksterni bila ujung, dimasukan ke

orifisum ini biasanya serviks yang kaku pada primitua sebagai akibat infeksi atau

operasi.

4) Distosia Karena Kelainan Janin

1) Bayi Besar (Makrosomia)

a. Pengertian

Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari 4000

gram. Berat neonatus pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi

5000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan

yang lebih dari 4500 gram adalah 0,4%.

b. Etiologi

1) Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu

hamil yang menderita diabetes selama kehamilan.

2) Terjadi obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar

(bayi giant).

3) Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga

mempengaruhi kelahiran bayi besar


c. Tanda dan Gejala

1) Berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir

2) Wajah menggembung, pletoris (wajah tomat)

3) Besar untuk usia gestasi

4) Riwayat intrauterus dari ibu yang diabetes dan ibu yang polihidramnion

d. Penatalaksanaan

Jika dijumpai diagnosis makrosomia maka bidan harus segera membuat

rencana asuhan atau perawatan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut

adalah merujuk pasien. Alasan dilakukan rujukan adalah untuk mengantisipasi

adanya masalah-masalah pada janin dan juga ibunya.

Masalah potensial yang akan dialami adalah:

1) Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul

ibunya

2) Perdarahan intracranial

3) Distocia bahu

4) Rupture uteri

5) Robekan perineum

6) Fraktur anggota gerak

2) Hidrosefalus
a. Pengertian

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan

bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan

intracranial yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ventrikel. Cairan yang

tertimbun dalam ventrikel biasanya antara 500 – 1500 ml akan tetapi kadang –

kadang dapat mencapai 5 liter. Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan

antara absorbsi dan produksi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat

sekunder, sebagai akibat dari penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan –

kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura

dan ubun-ubun.

b. Etiologi

1) Kelainan bawaan (congenital)

2) Stenosis akuaduktus sylvii

3) Spina bifida dan cranium bifida

4) Sindrom Dandy Walker

5) Infeksi

- Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis

terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis

dan daerah lain. Penyebab infeksi lain adalah toxoplasmosis.

- Neoplasma
- Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang data terjadi disetiap tempat

aliran CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan

ventrikel IV atau akuaduktus sylvii bagian terakhir biasanya suatu glikoma

yang berasal dari cerebrum, penyumbatan bagian depan ventrikel III

disebabkan kraniofaringioma.

6) Perdarahan

Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan

fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang

terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri.

c. Diagnosa

1) Saat palpasi teraba ukuran kepala yang besar dan kepala tidak masuk

pintu atas panggul.

2) Pada pemeriksaan dalam terdapat kepala dengan sutura yang dalam dan

ubun – ubun yang luas, serta tulang kepala terasa tipis seperti menekan

bola pingpong.

3) Ditemukan bayangan tengkorak yang besar sekali pada pemeriksaan

rontgen.

4) Pada pemeriksaan USG tampak kepala yang besar dengan ukuran

diameter biparietalis yang lebar.

d. Penatalaksanaan
1) Pada pembukaan 3-4 cm, lakukan pungsi sisterna untuk mengecilkan

kepala janin. Pungsi dilakukan dengan mengguakan jarum pungsi spinal

yang besar, kemudia cairan dilkeluarkan sebanyak mungkin dari ventrikel.

2) After coming head akan terjadi pada letak sungsang. Lakukan perforasi

dari foramen ovale untuk mengeluarkan cairan, agar kepala janin dapat

lahir pervaginam.

3) Anensefalus

a. Pengertian

Anensefalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak

dan otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan tabung syaraf

(suatu kelainan yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan

kerusakan pada jaringan pembentuk otak dan korda spinalis).

b. Etiologi

Anensefalus terjadi jika tabung syaraf sebelah atas gagal menutup, tetapi

penyebab yang pasti tidak dketahui. Penelitian menunjukan kemungkinan

anensefalus berhubungan dengan racun dilingkungan juga kadar asam folat yang

rendah dalam darah. Anensefalus ditemukan pada 3,6 - 4,6 dari 10.000 bayi baru

lahir. Faktor resiko terjadinya anensefalus adalah:

1) Riwayat anensefalus pada kehamilan sebelumnya

2) Kadar asam folat yang rendah

c. Tanda dan Gejala


1) Pada ibu: polihidramnion (cairan ketuban didalam rahim terlalu banyak)

2) Pada bayi:

engkorak

d. Penatalaksanaan

1) Anjurkan pada setiap wanita usia subur yang telah menikah untuk

mengkonsumsi multivitamin yang mengandung 400 mcg asam folat setap

harinya.

2) Pada ibu dengan riwayat anensefalus anjurkan untuk mengkonsumsi

asam folat yang lebih tingi yaitu 4 mg saat sebelum hamil dan selama

kehamilannya.

3) Lakukan asuhan antenatal secara teratur.

4) Bayi yang menderita anensefalus tidak akan bertahan, mereka lahir

dalam keadaan meninggal atau akan meninggal dalam waktu beberapa hari

setelah lahir.

4) Janin Kembar Siam

a. Pengertian
Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya bersatu.

Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal berpisah secara

sempurna. Kemunculan kasus kembar siam diperkirakan adalah satu dalam

200.000 kelahiran. Yang bisa bertahan hidup antara 5% dan 25 % dan kebanyakan

(75%) berjenis kelamin perempuan.

b. Etiologi

Banyak faktor diduga sebagai penyebab kehamilan kembar. Selain faktor

genetik obat penyubur yang dikonsumsi dengan tujuan agar sel telur matang

secara sempurna juga diduga dapat memicu terjadinya bayi kembar. Alasannya

jika indung telur bisa memproduks sel telur dan diberi obat penyubur maka sel

telur yang matang pada saat bersamaan bisa banyak bahkan sampai lima dan

enam.

c. Penatalaksanaan

Jika pada saat pemeriksaan kehamilan sudah ditegakkan janin kembar

siam, tindakan yang lebih aman adalah melakukan section caesarea.

5) Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir

a. Kesempitan Pintu Atas Panggul (PAP)

Pintu atas panggul dinyatakan sempit apabila:

1) Diameter antero-posterior terpendek <10 cm.

2) Diameter transversal terbesar <12 cm.


3) Perkiraan diameter antero-posterior PAP dilakukan melalui pengukuran

Conjugata diagonalis secara manual (VT) dan kemudian dikurangi 1,5 cm,

sehingga kesempitan PAP sering ditegakan bila ukuran conjugate diagonalis

<11,5 cm.

a) Kehamilan aterm: ukuran rata – rata biparietal (BPD) 9,5 – 9,8 cm.

Kepala janin normal tidak mungkin dapat melalui panggul bila diameter

antero posterior pintu atas panggul <10 cm.

b) Kesempitan PAP merupakan predisposisi terjadinya kelainan presentasi.

c) Pada ibu dengan kesempitan panggul angka kejadian letak muka dan

letak lintang meningkat 3 kali lipat dan angka kejadian prolapsus tali pusat

meningkat 5-6 kali lipat

d) Pada kasus kesempitan panggul dimana kepala janin masih berada

diatas pintu atas panggul semua tekanan hidrostatik disalurkan pada

bagian selaput ketuban yang berada diatas ostium uteri internum sehingga

sering terjadi peristiwa Ketuban Pecah Dini (KPD) pada kasus kesempitan

Pintu Atas Panggul.

b. Kesempitan Bidang Tengah Pelvis

1) Kesempitan bidang tengah panggul tidak dapat dinyatakan secara tegas

seperti kesempitan PAP, namun kejadian ini lebih sering terjadi dibanding

kesempitan PAP.

2) Kejadian ini sering menyebabkan kejadian “deep transverse arrest”

(letak malang melintang rendah) pada perjalanan persalinan dengan posisi


occipitalis posterior (sebuah gangguan putar paksi dalam akibat

kesempitan Bidang Tengah Panggul).

3) Bidang Obstetrik Bidang Tengah Panggul terbentang dari tepi bawah

simfisis pubis melalui spina ischiadika dan mencapai sacrum di dekat

pertemuan antara

vertebra sacralis 4-5.

c. Kesempitan Pintu Bawah Panggul

1) PBP berbentuk dua buah segitiga yang memiliki satu sisi bersama

(berupa diameter intertuberus) dan tidak terletak pada bidang yang sama.

2) Berkurangnya diameter intertuberosa menyebabkan sempitnya segitiga

anterior sehingga pada kala II kepala terdorong lebih kearah posterior

dengan konsekuensi pada persalinan terjadi robekan perineum yang luas.

3) Distosia akibat kesempitan Pintu Bawah Panggul saja jarang terjadi

mengingat bahwa kesempitan PBP hamper selalu disertai dengan

kesempitan Bidang Tengah Panggul.

b. Kala III dan IV

1. Atonia Uteri

a. Pengertian

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan post partum

dini (50%), dan merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi
post partum. Kontraksi uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol

perdarahan setelah melahirkan.

Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Atonia uteri adalah

keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu

menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan

plasenta lahir.

b. Etiologi

Atonia uteri dapat terjadi pada ibu hamil dan melahirkan dengan faktor

predisposisi (penunjang), seperti:

a. Regangan rahim berlebihan, seperti: gemeli makrosomia,

polihidramnion atau paritas tinggi.

b. Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.

c. Multipara dengan jarak kelahiran yang pendek.

d. Partus lama/partus terlantar

e. Malnutrisi

f. Penanganan yang salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya:

plasenta belum terlepas dari dinding uterus.

g. Adanya mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim.

c. Penatalaksanaan
a. Masase fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta (maksimal 15

detik)

b. Pastikan bahwa kantung kemih kosong

c. Lakukan kompresi bimanual interna selama 5 menit. Kompresi uterus

ini akan memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka di dinding

dalam uterus dan merangsang miometrium untuk berkontraksi.

d. Anjurkan keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna.

e. Keluarkan tangan perlahan – lahan.

f. Berikan ergometrin 0,2 mg IM (jangan diberikan bila hipertensi).

g. Ergometrin akan bekerja selama 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi

uterus.

h. Pasang infuse menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500

cc ringer laktat +20 unit oksitosin

i. Ulangi kompresi bimanual interna (KBI) yang digunakan bersama

ergometrin dan oksitosin akan membantu uterus berkontraksi.

j. Dampingi ibu ketempat rujukan. Teruskan melakukan KBI. Kompresi

uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh terbuka dinding

uterus dan merangsang miometrium untuk berkontraksi.

k. Lanjutkan infuse ringer laktat +20 unit oksitosin dalam 500 ml larutan

dengan laju 500 ml/jam hingga tiba ditempat rujukan. Ringer laktat kan

membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama perdarahan.


2. Retensio Plasenta

a. Pengertian

Retensio plasenta adalah lepas plasenta tidak bersamaan sehingga

masih melekat pada tempat implantasi, menyebabkan retraksi dan kontraksi otot

uterus sehingga sebagian pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan

perdarahan.

b. Etiologi

a. Faktor maternal: gravida tua dan multiparitas.

b. Faktor uterus: bekas section caesarea, bekas pembedahan uterus, tidak

efektifnya kontraksi uterus, bekas kuretase uterus, bekas pengeluaran

manual plasenta, dan sebagainya.

c. Faktor plasenta: plasenta previa, implantasi corneal, plasenta akreta dan

kelainan bentuk plasenta.

c. Klasifikasi

a. Plasenta adhesiva: plasenta yang melekat pada desidua endometrium

lebih dalam.

b. Plasenta akreta: vili korialis tumbuh menembus miometrium sampai ke

serosa.

c. Plasenta inkreta: vili korialis tumbuh lebih dalam dan menembus desidua

endometrium sampai ke miometrium.

d. Plasenta perkreta: vili korialis tumbuh menembus serosa atau peritoneum

dinding rahim.

e. Plasenta inkarserata: tertahannya plasenta di dalam kavum uteri

disebabkan oleh konstriksi ostium uteri.


d. Penatalaksanaan

Apabila plasenta belum lahir ½-1 jam setelah bayi lahir terlebih lagi

apabila disertai perdarahan lakukan plasenta manual.

3. Emboli Air Ketuban

a. Pengertian

Emboli air ketuban adalah masuknya air ketuban beserta komponennya

kedalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud komponen disini adalah unsur –

unsur yang terdapat di air ketuban seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut

janin, lapisan lemak janin dan cairan kental.

b. Etiologi

Belum jelas diketahui secara pasti.

c. Faktor Resiko

a. Multipara

b. Solusio plasenta

c. IUFD

d. Partus presipitatus

e. Suction curettage

f. Terminasi kehamilan

g. Trauma abdomen

h. Versi luar

i. Amniosentesis

d. Gambaran Klinik

a. Umumnya terjadi secara mendadak

b. Pasien hamil tiba – tiba mengalami kolaps


c. Menjelang akhir persalinan pasien batuk – batuk, sesak terengah -

engah, dan kadan cardiac arrest.

e. Penatalaksanaan

a. Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif

b. Terapi awal adalah memperbaiki cardiac output dan mengatasi DIC

c. Bila anak belum lahir, lakukan section caesarea dengan catatan

dilakukan setelah keadaan umum ibu stabil.

d. X-Ray torax memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya

ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan.

e. Pemeriksaan laboratorium: asidosis metabolic (penurunan PaO2 dan

PaCO2)

f. Terapi tambahan:

1) Resusitas cairan

2) Infuse dopamine untuk memperbaiki cardiac output

3) Adrenalin untuk mengatasi anafilaksis

4) Terapi DIC dengan fresh frozen plasma

5) Terapi perdarahan pasca persalinan dengan oksitosin

6) Segera rawat di ICU

4. Robekan Jalan Lahir

Trauma jalan lahir perlu mendapatkan perhatian khusus, karena dapat

menyebabkan:

1. Disfungsional organ bagian luar sampai alat reproduksi vital

2. Sebagai sumber perdarahan yang berakibat fatal.

3. Sumber atau jalannya infeksi.


Klasifikasi robekan jalan lahir adalah sebagai berikut:

a. Robekan Perineum

a) Pengertian

Adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan

maupun dengan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada

garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat.

b) Etiologi

1) Kepala janin terlalu cepat lahir

2) Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya

3) Adanya jaringan parut pada perineum

4) Adanya distosia bahu

c) Klasifikasi

1) Derajat satu: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan,

kulit perineum.

2) Derajat dua: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan,

kulit perineum dan otot – otot perineum.

3) Derajat tiga: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan,

kulit perineum dan otot – otot perineum dan sfingter ani eksterna

4) Derajat empat: robekan dapat terjadi pada seluruh perineum dan sfingter

ani yang meluas sampai ke mukosa.

d) Penatalaksanaan

1) Derajat I: robekan ini kalau tidak terlalu besar, tidak perlu dijahit
2) Derajat II: lakukan penjahitan

3) Derajat III dan IV: lakukan rujukan

b. Robekan Serviks

a) Pengertian

Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks

seorang multipara berbeda dari yang belum melahirkan pervaginan. Robekan

serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah

uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti meskipun plasenta sudah

lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi baik perlu diperkirakan perlukaan

jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.

b) Etiologi

1) Partus presipitatus

2) Trauma karena pemakaian alat – alat kontrasepsi

3) Melahirkan kepala pada letak sungsang secara paksa, pembukaan

belum lengkap.

4) Partus lama.

c) Diagnosis

Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan spekulum.

d) Penatalaksanaan

1) Jepit klem ovum pada ke-2 biji sisi portio yang robek, sehingga perdarahan

dapat segera dihentikan.


2) Jika setelah eksplorasi lanjutan tidak dijumpai robekan lain, lakukan

penjahitan dimulai dari ujung atas robekan kearah luar sehingga semua

robekan dapat dijahit.

3) Setelah tindakan periksa TTV, KU, TFU dan perdarahan

4) Beri antibiotic profilaksis, kecuali bila jelas – jelas ditemui tanda – tanda

infeksi.

b. Robekan Dinding Vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak

sering dijumpai. Robekan terjadi pada dinding lateral dan baru terlihat pada

pemeriksaan speculum.

a) Penatalaksanaan

1) Pada robekan yang kecil dan superfisiil, tidak diperlukan penanganan

khusus.

2) Pada robekan yang lebar dan dalam, perlu dilakukan penjahitan secara

jelujur.

3) Apabila perdarahan tidak bisa diatasi, lakukan laparotomi dan

pembukaan ligamentum latum.

4) Jika tidak berhasil, lakukan pengangkatan arteri hipogastrika.

d. Inversio Uteri

a) Pengertian

Inversion uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian

atau seluruhnya ke dalam kavum uteri. Uterus dikatakan mengalami inverse jika

bagian dalam menjadi diluar saat melahirkan plasenta. Reposisi sebaiknya


dilakukan dengan berjalannya waktu, lingkaran konstriksi sekitar uterus yang

terinversi akan mengecil dan uterus akan terisi darah.

b) Etiologi

1) Grande multipara

2) Atonia uteri

3) Kelemahan alat kandungan

4) Tekanan intraabdominal yang tinggi (batuk dan mengejan)

5) Cara crade yang berlebihan

6) Tarikan tali pusat

7) Manual plasenta yang terlalu dipaksakan

8) Retensio plasenta

c) Penatalaksanaan

1) Lakukan pengkajian ulang

2) Pasang infuse

3) Berikan petidin dan diazepam IV dalam spuit berbeda secara perlaha –

lahan, atau anastesia umum jika diperlukan.

4) Basuh uterus dengan antiseptic dan tutup dengan kain basah (NaCl

hangat) menjelang operasi

5) Lakukan reposisi

e. Syok Obstetrik

a) Pengertian
Syok adalah suatu keadaan disebabkan gangguan sirkulasi darah ke dalam

jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan

yang tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme.

b) Penyebab

1) Perdarahan

2) Infeksi berat

3) Solusio plasenta

4) Inversion uteri

5) Emboli air ketuban

6) Komplikasi anestesi

c) Gejala Klinik

1) Tekanan darah menurun

2) Nadi cepat dan lemah

3) Keringat dingin

4) Sianosis jari – jari

5) Sesak nafas

6) Penglihatan kabur

7) Gelisah

8) Oligouria

d) Penatalaksanaan

Penanganan syok terdiri dari tiga garis utama, yaitu:

1) Pengembalian fungsi sirkulasi darah dan oksigenasi

2) Eradikasi infeksi
3) Koreksi cairan dan elektrolit.

2.1.10 Lima Benang Merah APN

Lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi, yaitu

membuat keputusan klinik, asuhan sayang ibu dan sayang bayi, pencegahan

infeksi, pencatatan, dan rujukan.

1. Membuat Keputusan Klinik

Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan

digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal ini

merupakan suatu proses sistematik dalam mengumpulkan dan analisis informasi,

membuat diagnosis kerja (menentukan kondisi yang dikaji adalah normal atau

bermasalah), membuat rencana tindakan yang sesuai dengan diagnosis,

melaksanakan rencana tindakan dan akhirnya mengevaluasi hasil asuhan atau

tindakan yang telah diberikan kepada ibu dan bayi lahir.

2. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya

kepercayaan dan keinginan sang ibu. Cara yang paling mudah untuk

membayangkan asuhan sayang ibu adalah dengan menanyakan pada diri sendiri.

Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan mengikut sertakan

suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

3. Pencegahan Infeksi

Tindakan Pencegahan infeksi tidak terpisah dari komponen-komponen lain

dalam asuhan selama persalinan dan kelahiran bayi. Tindakan-tindakan

pencegahan infeksi antara lain: cuci tangan, memakai sarung tangan, memakai
perlengkapan (celemek / baju penutup, kacamata, sepatu tertutup), menggunakan

asepsis atau teknik aseptik, memproses alat bekas pakai, menangani peralatan

tajam dengan aman, menjaga kebersihan dan kerapian lingkungan serta

pembuangan sampai secara benar.

4. Pencatatan (Dokumentasi)

Pencatatan rutin adalah penting karena dapat digunakan sebagai alat bantu

untuk membuat keputusan klinik dan mengevaluasi apakah asuhan atau perawatan

sudah sesuai atau efektif, untuk mengidentifikasi kesenjangan pada asuhan yang

diberikan dan untuk membuat perubahan dan peningkatan asuhankeperawatan.

Partograf adalah bagian yang terpenting dari proses pencatatan selama persalinan.

5. Rujukan

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan

rujukan atau yang memiliki sarana lebih lengkap diharapkan mampu

menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir.

2.1.11 Langkah-langkah pertolongan persalinan

Asuhan Persalinan Normal 58 langkah:

a. Mengenali gejala dan tanda kala dua

Langkah 1: Mendengar, melihat, dan memeriksa gejala dan tanda Kala II yang

meliputi:

a) Ibu merasa ada dorongan yang kuat

b) Ibu merasakan adanya regangan yang semakin meningkat pada

rektum dan vagina.

c) Perineum tampak menonjol

d) Vulva dan sfingter ani membuka


b. Menyiapkan pertolongan persalinan

Langkah 2 : Pastikan kelengkapan peralatan, bahan, obat-obatan esensial untuk

menolong persalinan dan penatalaksanaan komplikasi yang dialami ibu bersalin

dan bayi baru lahir. Demi keperluas asfiksia persiapkan: tempat datar dan

keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan

jarak 60 cm dari tubuh bayi. Selanjutnya, lakukan dua hal di bawah ini.

a) Menggelar kain di atas perut ibu, tempat resusitasi, dan ganjal bahu

bayi.

b) Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam

partus set steril.

Langkah 3 : Pakai celemek plastik

Langkah 4 : Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan

dengan sabun dan air bersih yg mengalir kemudian keringkan tangan dengan

tissue atau handuk pribadi yang bersihdan bening.

Langkah 5 : Pakailah sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi untuk

melakukan pemeriksaan dalam.

Langkah 6 : Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan

yang memakai sarung tangan DTT dan steril) dengan memakai sarung tangan

DTT atau steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).

c. Memastikan pembukaan lengkap & keadaan janin baik.

Langkah 7 : Bersihkan vulva dan perineum, seka dengan hati-hati dari depan

ke belakang denga menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.

a) Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja,

bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang


b) Buanglah kapas atau pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang

tersedia

c) Gantilah sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan

rendam dalam larutan klorin 0,5% ).

Langkah 8 : Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa

pembukaan sudah lengkap. Apabilaa selaput ketuban dalam belum pecah dan

pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.

Langkah 9 : Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan

yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin

0,5%,kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik di dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan

dilepaskan.

Langkah 10 : Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat

relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160

x/menit). Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal,

Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil

penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan

meneran

Langkah 11 : Beritahukan pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan

keadaan janin baik. serta bantu ibu berada dalam menemukan posisi yang

nyaman dan sesuai dengan keinginannya.

a) Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan

kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman


penatalaksanaan fase aktif) sertadokumentasikan semua temuan yang

ada.

b) Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaiman peran mereka

untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara

benar.

Langkah 12 : Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila

ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi

setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa

nyaman).

Langkah 13 : Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan

kuat untuk meneran :

a) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif.

b) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara

meneran apabila caranya tidak sesuai.

c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali

posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama).

d) Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.

e) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu.

Berikan asupan cairan per-oral (minum)yang cukup.

f) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

g) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak segera lahir setelah 2 jam

meneran pada primigravida atau setelah 1 jam meneran pada

multigravida.
Langkah 14 : Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60

menit.

e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi

Langkah 15 : Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,

jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

Langkah 16 : Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

Langkah 17 : Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat

&bahan.

Langkah 18 : Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.

f. Persiapan pertolongan kelahiran bayi.

Langkah 19 : Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm

membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk

menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk

meneran perlahan atau bernafas cepat dan dangkal.

Langkah 20 : Periksa kemungkinan adanya lilitan talipusat & ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi :

a) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian

atas kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua

tempat, dan potong diantara dua klem tersebut.

Langkah 21 : Tunggu kepala bayi melakukan paksi luar secara spontan


Langkah 22 : Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental, anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan

kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus

pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu

belakang.

Langkah 23 : Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah

perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah.

Gunakan tangan atas untuk menelusuri & memegang lengan dan siku sebelah

atas.

Langkah 24 : Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas

berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki

(masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan

ibu jari dan jari-jari lainnya)

g. Penanganan bayi baru lahir

Langakah 25 : Lakukan penilaian (selintas)

a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan ?

b) Apakah bayi bergerak dengan aktif ?Jika bayi tidak menangis, tidak

bernafas atau mengap-mengap lakukan langkah resusitasi (lanjut ke

langkah resusitasi pada asfiksia bayi baru lahir).

Langkah 26 : Keringkan tubuh bayi

a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya

kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks.

b) Ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi

di atas perut ibu.


Langkah 27 : Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam

uterus (hamil unggal).

Langkah 28 : Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus

berkontraksi baik.

Langkah 29 : Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan

oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral

(lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).

Langkah 30 : Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-

kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan

jepit kembali tali pusat 2 cm bagian distal dari klem pertama.

Langkah 31 : Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut

bayi), lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem

b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya

dengan simpul kunci pada sisi lainnya

c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.

Langkah 32 : Tempatkan bayuuntuk melakukan kontraski kulit ke ibu ke kulit

bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi

sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada perut ibu. Usahakan kepala

bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting

payudara ibu.

Langkah 33 : Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala

bayi.
h. Penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga

Langkah 34 : Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.

Langkah 35 : Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepiatas

simfisis untuk mendeteksi, sedangkan tangan lain memegang tali pusat.

Langkah 36 : Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah

sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso-

kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika uterus tidak

segera berkontraksi, minta ibu atau anggota keluarga untuk melakukan

stimulasi puting susu.

Langkah 37 : Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kr anial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah

sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap

lakukan tekanan dorso-kranial).

a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak

sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.

b) Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :

1)Berikan dosis ulangan oksitosin 10 unit IM

2)Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh.

3)Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

4)Ulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

5)Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau bila terjadi

perdarahan, segera lakukan plasenta manual

Langkah 38 : Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan

kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin,
kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk

melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem

DTT untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.

Langkah 39 : Segera setelah plasenta & selaput ketuban lahir,lakukan masase

uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan

gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba

keras)

i. Menilai perdarahan

Langkah 40 : Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi pastikan

selaput ketuban lengkap & utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik

atau tempat khusus.

Langkah 41 : Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. Bila ada robekan

yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan penjahitan.

j. Melakukan prosedur pasca persalinan

Langkah 42 : Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan per vaginam.

Langkah 43 : Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam.

a) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini

dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung

sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.


b) Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi

sudah berhasil menyusu.

Langkah 44 : Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi beri

tetes mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuskular di

paha kiri anterolateral.

Langkah 45 : Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

a) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa

disusukan Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum

berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi

berhasil menyusu.

Langkah 46 : Lanjutkan pemantauan kontraksi & mencegah perdarahan

pervaginam

a) 2- 3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan

b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan

c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan

d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, maka lakukan asuhan

yang sesuai untuk menangani antonia uteri

Langkah 47 : Ajarkan ibu / keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi

Langkah 48 : Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

Langkah 49 : Memeriksa nadi ibu & keadaan kandung kemih setiap 15

menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam

kedua pasca persalinan.


a) Memeriksa temperatur tubuh ibu setiap jam selama 2 jam pertama

pasca persalinan

b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal

Langkah 50 : Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas

dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,5 – 37,5 ºC).

Langkah 51 : Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah

didekontaminasi

Langkah 52 : Buang bahan-bahan yg terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai

Langkah 53 : Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa

cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang b rsih dan

kering.

Langkah 54 : Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI.

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang

diinginkannya.

Langkah 55 : Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

Langkah 56 : Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%,

balikkan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit.

Langakah 57 : Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.

Langkah 58 : Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda

vital dan asuhan kala IV


2.2 Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logiis untuk pengambilan

keputusan yang berfokus kepada klien

Proses manajemen teiri dari tujuh langkah yang berurutan yandimulai

dengan mengumpulkan data dasar dan berakhir dengan evaluasi, langkah-langkah

tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua

situasi.Akan tetapi setiap langkah dapat duraikan lagi menjadi langkah-langkah

yang lebih rinci dan ini bisa sesuai dengan kabutuhan klie.

Manajemen Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin ditulis Langsung dan

dibuat berdasarkan tinjauan teori tentang Asuhan persalinan dan BBL)

Langkah Dalam Manajemen Asuhan Kebidanan :

Langkah I Subjektif

1) Askeb Kala I

Pengkajian

(a) Biodata

Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien

secara keseluruhan yang terdiri dari data ibu dan suami.

a. Nama ibu dan suami

Untuk dapat mengenal dan memanggil nama ibu dan untuk mencegah

kekeliruan bila ada nam yang sama.

b. Umur
Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa untuk usia aman

kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun.

c. Agama

Dalam hal ini berhubungan dengan perwaatan penderitaan yang berkaitan

dengan ketaatan agama. Diantara lai dalam keadaan yang gawat ketika

memberikan pertolongan dan perawatan dapat diketahui dengan siapa

harus berhubungan, mialnya agama islam memanggi; ustada dan

sebagainya.

d. Pendidikan

Untuk mengetahui tingkay intelektual, tingkat pendidikan mempengaruhi

sikap perilaku kesehatan seseorang.

e. Pekerjaan

Hal ini untuk mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi agar nasehat kita

sesuai. Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk mengetahui apakah ada

pengaruh pada kehamilan.

f. Suku atau bangsa

Untuk mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang mempengaruhi perilaku

kesehatan.

g. Nomor handpone

Ditanyakan bila ada, untuk memudahkan komunikasi.

Alasan kunjunagan

Apakah alasan kunjungan ini karena ada keluhan atau hanya untuk

memeriksa kehamilannya.

Keluhan utama
Keluhan ujtama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke

fasilitas kesehatan.

Riwayat kehamilan sekarang

Dikaji untuk menanyakan usia kehamilan sekarang dan anak yang ke

berapa.

Riwayat kehamilan terdahulu

Dikaji karena dari data itu akan mendapatkan gambaran mengenai riwayat

persalianan ibu yang lalu untuk mendeteksi secra dini jika ada komplikasi

yang akan terjadi.

Riwayat kontraksi

Menanyakan mengenai kontraksi, kapan mulai terasa, kekuatanyya,

interval, durasi dan frekuensi.

Pengeluaran pervaginam

Menanyakan kepada ibu adanya pengeluaran cairan vagina seperti lendir

bercampur darah, air ketuban.

Riwayat istirahat

Menanyakan kepada ibu berapa jam tidur siang, dan berapa jam tidur

malam dan selama istirahat apakah ada keluhan yang dirasakan.

Riwayat eliminasi

Menanyakan kapan buang air terakhir kali dan kapan buang air kecil

terakhir kali

Langkah II Objektif

a) Keadaan umum : baik

b) Tingkat kesadaran : composmentis


c) Tanda vital :

a. Tekanan darah

Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila

tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih atau

distolic 15 mmHg atau lebih, kelainan ini dapat berlanjut pre-eklamsi

atau eklamsi kalau tidak ditangani denagan cepat.

b. Nadi

Normalnya denyut nadi adalah 60-80 x/i

c. Suhu

Normalnya suhu tubuh adalah 36-37,5oC. Suhu tubuh lebih dari 37,5oC

perlu diwaspadai adanya infeksi.

d. Pernafasan

Untuk menetahui sistem pernafasan. Normal sistem pernafasan 19-20

x/ menit.

a) Wajah

Tanpak cloasma gravidarum sebagai akibat deposit pigmen yang

berlebihan, tidak odema. Untuk simetris, bila tidak menunjukan

adanya kelumpuhan.

b) Mulut

Adakah sariawan, bagaimana kebersihannya.

c) Mata

Bentuk simetris, konjungtiva normal warna merah muda, bila pucat

menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis.

d) Payudara
Normal bentuk simetris, hiperpigmentasi areola, putting susu bersih

dan menonjol dan kolostrum ada.

e) Abdomen

Bentuk, bekas luka operasi, teradapt line nigra, stielifida dan terdapat

pembesaran abdomen, melakukan pemeriksaan leopold,

mendengarkan DJJ dan mengukur TFU, ,menentukan bagian terbawah

janin dan penurunan kepala janin,menetukan posisi tangan

(convergent,divergent,sejajar), memeriksa his/kontraksi frekuensi,

durasi, intensitas.

f) Genetalia

Melakukan pemeriksaan dalam yaitu untuk menegakkan diagnosa dan

masalah kebidanan yang tepat.

Langkah III Assasment

( Diagnosa, masalah, kebutuhan)

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.10

( Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial)

Bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi

masalah atau diagnosayang sudah diidentifikasi. Langkah ini mebutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, smabil mengamati

klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah

benar-benar terjadi.10
( Mengidentifikasi tindakan segera, kolaborasi, dan rujukan)

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan /

atau dikonsultasikan atau ditanganibersama dengan anggota tim kesehatan

yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ke empat ini

mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi

manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan

perenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus

menerus, misallnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.10

Langkah IV Plann

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah

yang ditegakkan. Rencana tindakan disususn berdasarkan prioritas masalah

dan kondisi klien : tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan

komprehensif.

Pelaksanaan Asuhan

Bidan melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,

efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/paseien, dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi dan rujuakan. Setiap tindakan asuhan harus

mendapatkan perseyujuan dari klien dan ibu keluarga(inform

consent).Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidance based.10

Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sisitematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai

dengan perubahan perkembangan kondidi klien. Peneliana dilakukan


segera setelah selesai melaksanankan suhan sesuia kondiei klien. Hasil

evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pad klein dan keluarga dan

hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dnegan kondidi klien/ pasien.10

2) Askeb Kala II

Langkah I Subjektif

Melihat adanya tanda-tanda persalinan kala II : Ibu mengatakan adanya

dorongan kuat dan meneran, tekanan pada rectum dan anus, perineum

tmenonjol, vulva dan spiner ani membuka.

Langkah II Objektif

(a) Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah

Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila

tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih atau

distolic 15 mmHg atau lebih, kelainan ini dapat berlanjut pre-eklamsi

atau eklamsi kalau tidak ditangani denagan cepat.

b. Nadi

Normalnya denyut nadi adalah 60-80 x/i.

c. Suhu

Normalnya suhu tubuh adalah 36-37,5oC. Suhu tubuh lebih dari

37,5oC perlu diwaspadai adanya infeksi.

d. Pernafasan

Untuk menetahui sistem pernafasan. Normal sistem pernafasan 19-20

x/ menit.
(b) Abdomen

Memeriksa His/kontraksi frekuensi, durasi, intensitas dan

interval.Pemeriksan DJJ frekuensi,durasi, intensitas dan interval.

(c) Genitalia

Inspeksi pada genetalia jika pembukaan sudah lengkap maka vulva akan

membuka, perineum menonjol, terdapat tekanan pada rectum dan anus.

Melakukan pemeriksaan dalan yaitu untuk menegtahui penipisan serviks,

pembukaan 10cm, ketuban(+/-), presentasi (kepala/bokong), posisi, bagian

menumbung/terkemuka, dan penurunan kepala janin.

Langkah III Assasment

( Diagnosa, masalah, kebutuhan)

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

( Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial)

Bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi

masalah atau diagnosayang sudah diidentifikasi. Langkah ini mebutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, smabil mengamati

klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah

benar-benar terjadi.

( Mengidentifikasi tindakan segera, kolaborasi, dan rujukan)

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan /

atau dikonsultasikan atau ditanganibersama dengan anggota tim kesehatan


yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ke empat ini

mencerminkan keinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi

manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan

perenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus

menerus, misallnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

Langkah IV Plann

(Perencanaan)

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah

yang ditegakkan. Rencana tindakan disususn berdasarkan prioritas masalah

dan kondisi klien : tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan

komprehensif.

Pelaksanaan Asuhan

Bidan melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,

efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/paseien, dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi dan rujuakan. Setiap tindakan asuhan harus

mendapatkan perseyujuan dari klien dan ibu keluarga(inform

consent).Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidance based.

Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sisitematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai

dengan perubahan perkembangan kondidi klien. Peneliana dilakukan

segera setelah selesai melaksanankan suhan sesuia kondiei klien. Hasil


evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pad klein dan keluarga dan

hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dnegan kondidi klien/ pasien.

3) Askeb Kala III

Langkah I Subjektif

Mengkaji keadaan umum ibu, keadaan emisional ibu, reaksi ibu terhadap

penerimaan bayi.

Langkah II Objektif

(a). Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah

Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila

tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih atau

distolic 15 mmHg atau lebih, kelainan ini dapat berlanjut pre-eklamsi

atau eklamsi kalau tidak ditangani denagan cepat.

b. Nadi

Normalnya denyut nadi adalah 60-80 x/i

c. Suhu

Normalnya suhu tubuh adalah 36-37,5oC. Suhu tubuh lebih dari 37,5oC

perlu diwaspadai adanya infeksi.

d. Pernafasan

Untuk menetahui sistem pernafasan. Normal sistem pernafasan 19-20

x/ menit.

(b). Abdomen
Pemantauan kontraksi (kuat,sedang, lemah atau tidak ada.) pada kala III

dilakukan manajeman aktif kala III dan memeriksa tinggi fundus uteri.

Normalnya tinggi fundus uteri setelah plasenta keluar ialah setinggi pusat.

(c). Genetalia

Melakukan pengkajian pada robekan perineum, pengkajian dilakukan pada

seawal mungkin sehingga bisa untuk menentukan derajat robekan.

Memastikan jumlah perdarahan yang keluar, normal nya darah yang keluar

± 100-350 cc.

Langkah III Assasment

( Diagnosa, masalah, kebutuhan)

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

( Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial)

Bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi

masalah atau diagnosayang sudah diidentifikasi. Langkah ini mebutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, smabil mengamati

klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah

benar-benar terjadi.

( Mengidentifikasi tindakan segera, kolaborasi, dan rujukan)

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan /

atau dikonsultasikan atau ditanganibersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ke empat


ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau

kunjungan perenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama

bidan terus menerus, misallnya pada waktu wanita tersebut dalam

persalinan.

Langkah IV Plann

(Perencanaan)

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah

yang ditegakkan. Rencana tindakan disususn berdasarkan prioritas masalah

dan kondisi klien : tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan

komprehensif.

( Pelaksanaan Asuhan)

Bidan melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,

efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/paseien, dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi dan rujuakan. Setiap tindakan asuhan harus

mendapatkan perseyujuan dari klien dan ibu keluarga(inform

consent).Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidance based.

(Evaluasi )

Bidan melakukan evaluasi secara sisitematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai

dengan perubahan perkembangan kondidi klien. Peneliana dilakukan


segera setelah selesai melaksanankan suhan sesuia kondiei klien. Hasil

evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pad klein dan keluarga dan

hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dnegan kondidi klien/ pasien.

4) Askeb kala IV

Langkah I Subjektif

Mengkaji keadaan ibu saat ini apakah ibu merasa pusing dan apakah ibu

menerima kelahiran bayi ini.

Langkah II Data Objektif

a) Keadaan umum : baik

b) Tanda-tanda vital

Selama kala IV dilakukan pemantauan tekanan darah, nadi ,

pernafasan, suhu setiap 15 menit pertama setealah plsenta lahir dan 30

menit kedua setelah persalinan. Normalnya tekanan darah meningkat,

yaitusistolic 30 mmHg atau lebih, stsu distolic 15 mmHg atau kebih,

kelaianan ini dapat berlanjut menjadi pre-eklamsi atau eklamsi kalau

tidak ditangani dengan tepat. Normalnya denytut nadiu adalah 60-80

x/i. Normal suhu tubuh adalah 36-37,5oC, suhu tubuh lebih dari

37,5oC perlu diwaspai adanya infeksi. Untuk mengetahu sistem

pernafasan, normalnya 19-20x/menit.

c) Abdomen

Pantau kontraksi uterus, ukuran uterus mengecil kembali setealah 2

hari psca persalianan setinggi sekitar umbilicus. Normalnya terus

setelah bayi dilahirkan ialah setinggi pusat. Satu minggu pertengahan

pusat-simfisi, dua minggu tidak teraba diatas simfisi, enam minggu


bertambah kecil dengan berat 50gr dan akan berangsur menjadi

normal kembali. Periksa kandung kemih ibu apakah minimal atau

tidak.

d) Genetalia

Pantau perdarahan setiap 15 menit pertama setelah plasenta lahir. Lihat

apakah ada robekan perineum

Langkah III Assasment

( Diagnosa, masalah, kebutuhan)

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

( Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial)

Bidan mengidentifikasi masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi

masalah atau diagnosayang sudah diidentifikasi. Langkah ini mebutuhkan

antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, smabil mengamati

klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah

benar-benar terjadi.

( Mengidentifikasi tindakan segera, kolaborasi, dan rujukan)

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan /

atau dikonsultasikan atau ditanganibersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ke empat

ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan.

Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau


kunjungan perenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama

bidan terus menerus, misallnya pada waktu wanita tersebut dalam

persalinan.

Langkah IV Plann

(Perencanaan)

Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah

yang ditegakkan. Rencana tindakan disususn berdasarkan prioritas masalah

dan kondisi klien : tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan

komprehensif.

( Pelaksanaan Asuhan)

Bidan melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif, efektif,

efisien dan aman berdasarkan evidence based kepada klien/paseien, dalam

bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dilaksanakan

secara mandiri, kolaborasi dan rujuakan. Setiap tindakan asuhan harus

mendapatkan perseyujuan dari klien dan ibu keluarga(inform

consent).Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidance based.

(Evaluasi )

Bidan melakukan evaluasi secara sisitematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan sesuai

dengan perubahan perkembangan kondidi klien. Peneliana dilakukan

segera setelah selesai melaksanankan suhan sesuia kondiei klien. Hasil


evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pad klein dan keluarga dan

hasil evaluasi ditindak lanjuti sesuai dnegan kondidi klien/ pasien.12


C. Pathway
Kehamilan Aterm

Penurunan kadar progesteron,


oksitosin meningkat, plasenta
menjadi tua, distensi rahim,dan
pengaruh janin

HIS

PASSAGE PASSANGER POWER PSIKIS IBU PENOLONG


( Jalan Lahir) (Janin, Kontraksi uterus
plasenta, dan dan tenaga
air ketuban) mengedan

INPARTU

KALA I KALA II KALA III KALA IV

Kelahiran
Pembukaan serviks Bayi lahir Plasenta
10 – bayi lahir

Tanda Kontraksi Pertambah


Tanda kala II pelepasan uterus an anggota
plasenta keluarga

Bimbingan meneran Pemiluhan


Manajemen sistem tubuh
Prose
aktif kala III
Mekanisme persalinan perubahan
Pemantauan keluarga
kala IV
Kelahiran bayi

(Pathway : Penatalaksanaan persalinan, Prawirohardjo 2010)


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitiaan

Dasain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan penelitian yang membantu peneliti dalam

pengumpulan dan menganalisis data16.

Penelitian ini menggunkan pendekatan deskrptif dengan metode care

reports. Merupakan suatu metode penulisan atau pelaporan sebuah kasus atau

masalah klinis dengan pendekatan berbasis bukti17.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PMB Rahmayetti, Amd. Keb. Adapun alasan

pengambilan tempat penelitian ini adalah karena di PMB Rahmayetti

terdapat kasus persalinan normal.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Januari 2019 - Mai 2019

3.3 Subjek Penelitian

Adapun subjek dalam penelitian studi kasus ini adalah ibu bersalin Ny. N

normal di PMB Rahmayetti, Amd. Keb Tahun 2019

3.4 Instrumen Pengumpulan Data

Merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam

mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik

dalam arti kata lain lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah. Pada ibu persalinan normal ini penulis menggunakan instrumen

menggunakan instrumen format asuhan kebidanan ibu bersalin normal dengan 7

langkah Varney.

Alat yang digunakan yaitu:

1. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam wawancara, antara lain :

a) Format pengkajian bersalin

b) Buku tulis

c) Alat tulis

2. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam observasi

a) Stetoskop

b) Neibeken

c) Tensi meter

d) Partus set

3. Persiapan ruangan

a) Temat tidur

b) Meja pasien

4. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam dokumentasi

a) Buku tulis

b) Buku

c) Askeb

d) Alat tulis

3.5 Cara Pengumpulan Data

Tahapan proses pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut:

a) Wawacara
Suatu metode yang digunkan untuk mendapatkan keterangan secara lisan

dari klien (responsen) atau bercakap-cakap dan berhadapan dengan responde. Jadi

data yang diperoleh secara langsung dari responden melalui pertemuan atau

percakapan. Pada kasus ibu bersalin normal dilakukan wawancara dengan pasien.

Pada penelitian ini wawancara dilakukan pada keluarga Ny “...” dan “...”

sendiri. Pernyataan yang diajukan seperti mengenai keluhan ibu, biodata pasien

HPHT, riwayat kehamilan dan persalianan dan nifas yang lalu.

b) Observasi

Observasi adalah pengambilan data dengan menggunakan mata pandangan

langsung pada pasien dengan persalinan yaitu mengobservasi keadaan umum

kesadaran vital sign.

c) Pemeriksaan Fisik

Dilakukan pemeriksaan fisik kepada pasien untuk mendapatkan data dan

menegakkan diagnosa kebidanan, mengklarifikasi dan memastkan kelainan sesuai

dengan keluhan dan riwayat kesehatan pasien.

Dilakukan pemeriksaan TTV

d) Studi Dokumentasi

Semua bentuk sumber informasi yang berhubungan dengan dokumentasi

yang dapat berupa list pasien atau status pasien, dalam hal ini berupa list pasien

dan data rekam medik.

e) Studi kepustakaan

Bahan pustaka yang sangat penting dalam menunjang latar belakang teoritis

suatu penelitian.
3.6 Analisi Data

Teknis analisis data yang dipergunakan adalah analisis deskriptif

kuantitatif,dilakukan sejak pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai

pengumpulan data dalam periode tertentu.

Dalam melakukan analisis data terhadap studi kasus yang akan dilakukan,

ada tiga tahapan yang harus dilakukan (Moeleong, 2007), yaitu:

1. Reduksi data

Dalam penelitian ini, analisis data disederhanakan dengan mengidentifikasi

data yang diperoleh dari lapangan, baik dengan cara wawancara, pengkajian fisik,

observasi maupun dokumentasi yang bersumber dari rekam medik, catatan medik

lain, buku maupun jurnal. Hal-hal yng menunjang penelitian perlu disesuaikan

dengan permasalahan dan tujuan penelitian sehingga perlu dipertahankan

sedangkan hal yang tidak berkaitan dengan penelitian harus dibuang. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan

mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data

Penyajian data adalah pendeskripsian sekumpulan informasi yang tersusun

yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan.Penyajian data kuantitatif disajikan dalam bentuk teks naratif (berbentuk

catatan lapangan), daftar gambar dan tabel data.


3. Penarikan kesimpulan

Temuan dari hasil kajian kepustakaan dan analisis data di lapangan dicari

hubungan serta keterkaitannya, dengan cara begitu akan ditemukan pola

penyimpangan atau kesenjangan antara teori dan di lahan praktik dalam kasus

yang diambil. Hal tersebut peneliti lakukan sejak data terkumpul dengan

mereduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan berdasarkan temuan

dari hasil kajian kepustakaan dan analisis data di lapangan18.


BAB IV

HASIL KASUS DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Lokasi

Asuhan ini dilakukan di PMB Rahmayetti, Amd. Keb, dan penulis


membahas tentang gambaran umum PMB Sebagai berikut:

1. Bidan Rahmayetti, Amd. Keb telah Seleai menjalankan pendidikan DIII


kebidanan

2. Lokasi PMB Rahmayetti, Amd. Keb berada di Tiku Kabupaten Agam

3. Ruang pemeriksaan terdiri dari 1 ruangan pemeriksaan, 1 ruang bersalin,


dan 1 ruangan nifas

4. PMB juga memiliki 2 orang asiten bidan yang telah Seleai menjalani
pendidikan D III di poltekkes kemenkes RI padang

Berdasarkan hasil observasi terdapat peralatan dan obat-obataan didapatkan


hal-hal berikut :

1) Kondisi peralatan dalam kondisi baik

2) Kebersihan peralatan cukup

3) Peralatan (partus Set) tersimpan dalam keadaan Steril

4) Tata letak atau susunan obat teratur

5) Penyimpanan obat baik


4.2 Tinjauan Kasus

Hari/ Tanggal Masuk :14 Januari 2019


Pukul : 18.45 WIB
Tempat : PMB Rahmayetti, Amd. Keb

a) Data Subyektif
1. Identitas Istri Suami
Nama : Ny. N Tn. A
Umur : 24 Tahun 25 Tahun
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Wiraswasta
Suku/Bangsa : Minang Minang
Alamat : Sungai nibuang
Telp. : 081329424592
2. Alasan kunjungan
Ibu mengeluh sakit pinggang menjalar keari-ari, yang semakin lama
semakin sakit dan teratur sejak pukul 07.25 WIB. Ini adalah kehamilan
pertama, usia kehamilan 9 bulan, dan ibu tidak ada keluhan yang lain.
3. Riwayat kehamilan sekarang
1) HPHT : 5- 4-2018
2) TP : 12-1-2019
TRIMESTER I
ANC : 2 kali
Tempat : BPS
Keluhan : Mual dan muntah
Anjuran : Istirahat yang cukup
TRIMESTER II
ANC : 3 kali
Tempat : BPS
Keluhan : Mual dan muntah
Anjuran : Istirahat yang cukup, makan buah dan Sayur, banyak minum
TRIMESTER III
ANC : 5 kali
Tempat : BPS dan PMB
Keluhan : istirahat yang cukup, makan buah, persiapan persalinan
7. Riwayat kesehatan ibu
a. Riwayat penyakit sistemik : Tidak ada
b. Riwayat penyakit menular : Tidak ada
c. Riwayat penyakit keturunan : tidak ada
d. Riwayat alergi : Tidak ada
e. Riwayat operasi : Tidak ada
f. Riwayat keturunan kembar : Tidak ada
g. Riwayat pernah dirawat : Tidak ada
8. Pola Kegiatan Sehari-hari
1) Nutrisi
- Makan terakhir jam 12.00 WIB, porsi 1 piring sedang, jenis nasi, sayur,
lauk pauk.
- Minum terakhir jam 18.00 WIB, jenis air putih, banyaknya 1 gelas.
Tidak ada makan/minum pantangan.
Keluhan makan dan minum tidak ada.
2) Eliminasi
- BAK 5-7 kali/hari, warna jernih kekuningan, keluhan sering kencing.
- BAB 1 kali/hari , konsistensi padat, warna kuning kecoklatan, keluhan
susah tidak ada.
3) Istirahat
Setiap hari ibu tidur 4-6 jam/hari, setelah mulas timbul dari pukul 7.25
WIB sampai pengkajian dilakukan ibu tidak bisa tidur.
9. Riwayat bio, psiko, sosial, cultural, dan spiritual
a. Dukungan selama hamil : Baik
b. Pengambilan keputuan : Suami dan istri
c. Hubungan dengan suami : Harmonis
d. Hubungan dengan keluarga: Harmonis
e. Penerimaan suami dan keluarga terhadap kehamilan : Baik
10. Data penunjang
Hb : 11,8 gr, tanggal 25-12-2018

b) Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum : ibu merasa kesakitan
a. Keadaan umum ibu : baik
b. Kesadaran : composmentis
c. Tanda vital
TD :120/80 mmHg, Respirasi :21 x/menit, Nadi :80 x/menit, Suhu :37°C
d. Tinggi badan :156 cm
e. Berat badan
BB sebelum hamil : 52 kg
BB sesudah hamil : 65 kg
Kenaikan BB selama hamil : 12 kg
2. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : bersih, tidak ada benjolan.
b. Rambut : lurus, berwarna hitam, tidak ada ketombe dan tidak rontok.
c. Muka : tidak pucat, tidak odema, tidak ada cloama gravidarum
d. Mata : simetris, fungsi penglihatan baik, tidak ada oedema,
konjungtiva merah muda dan sklera putih.
e. Hidung : simetris, bersih, tidak ada pembesaran polip.
f. Mulut : bersih, tidak ada caries dan bibir tampak kering.
g. Telinga : bersih, tidak ada serumen.
h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan tidak ada
pembengkakan vena jugularis.
i. Dada : simetris, gerakan dada saat inspirasi dan ekspirasi seirama,
j. Payudara : simetris, terlihat bersih konsistensi lunak, puting susu

menonjol, pengeluaran kolostrum sudah ada, tidak ada

massa dan tidak ada rasa nyeri.

k. Ekstremitas atas dan bawah


Tidak ada odema, dan tidak ada varises
l. Abdomen
1) Inpeksi
Bekas luka : tidak ada
Konsistensi : keras
Pembesaran : sesuai usia kehamilan
Benjolan : tidak ada
Linea alba/nigra : tidak ada
Strie albican/livide : tiidak ada
Kelainan : tidak ada
2) Palpasi
Leopold I :TFU 3 jari bawah px, teraba bulat, lunak, dan
tidak melenting.
Leopold II :Pada sisi kanan perut ibu teraba tonjolan-
tonjolan kecil, sisi kiri perut ibu teraba panjang,
datar.
Leopold III :Bagian terbawah perut ibu teraba keras, bulat,
dan tidak bisa digoyangkan.
Leopold IV :Posisi tangan sejajar.
Perlimaan : 3/5
TFU : 33 cm
TBBJ :3410 gram
Kontraksi
Frekuensi 3 kali dalam 10 menit, durasi 38 detik, interval 3 menit,
kekuatan kuat
Auskultasi
DJJ : frekuensi 143 x/menit di puntum maksimum kuadran IV,
irama teratur dan kuat.
m. Genetalia
a) Inspeksi
Keluar lendir bercampur darah : ada
Pengeluaran air-air : tidak ada
Odema : tidak ada
Varises : tidak ada
Infeksi : tidak ada
b) VT
Pembukaan :5-6 cm
Ketuban : Utuh
Presentasi : Belakang kepala
Posisi : Ubun-ubun kecil kiri depan
Penurunan : Hodge II
Bagian yang menumbung : Tidak ada
Tabel 4.1
Dokumentai kala I

SABJEKTIF OBJEKTF ASSASMENT PLAN JAM PELAKANAAN EVALUASI

1. Ibu mengatakan 1. Pemeriksaan Diagnosa 1. Informa 18.55 1. Menginformasikan hasil 1. Ibu mengerti dan
Umum : ibu merasa sikan
ini merupakan Ibu inpartu kala pemeriksaan pada ibu dan senang
kesakitan tentang
anak pertama. I fase aktif keadaan keluarga tentang hasil mengetahui
ibu
2. Ibu mengatakan 2. TD:120/80 mmHg, dilataksi pemeriksaan, bahwa kondisi ibu kondisinya dan
mulas dan nyeri Respirasi:21 maksimal 2. Inform saat ini telah memasuki proses janinnya baik
consent
perut dibagian x/menit, Nadi :80 nomal persalinan dengan tanda-tanda
x/menit, Suhu : Masalah 3. Kebutu
bawah serta persalinan yaitu mulas-mulas
han
mengeluarkan 37°C Tidak ada pendam pada perut bagian bawah keluar
ping
lender bercampur 3. kontraksi 3 kali lender bercampur sedikit darah,
Kebutuhan 4. Kebutu
sedikit darah. dalam 10 menit, kondisi bayinya sehat dengan
han
3. HPHT: 5- 4-2018 durasi 38 detik, 1. Informasika posisi normal dan DJJ
teknik
interval 3 menit, n tentang relaksas 143x/menit, proses persalinannya
keadaan ibu i
kekutan kuat, telah memasuki pembukaan 5-6
2. Inform 5. Kebutu
4. DJJ : frekuensi 143 18.53 cm.
consent han 2. Ibu sudah mengerti
x/menit di puntum pengatu 2. Melakukan inform consent
3. Kebutuhan
maksimum kuadran pendamping ran mengenai tindakan yang akan dengan tindakan yang
posisi
IV, irama teratur 4. Kebutuhan dillakukan akan dilakukan
dan kuat, teknik 6. Kebutu padanya dan ibu
relaksasi han
5. Perlimaan : 3/5 nutrisi menyetujui dan
5. Kebutuhan dan
6. TFU : 33 cm, sudah
pengaturan cairan
TBBJ : 3410 gram posisi menandatangani surat
7. Persiap
7. 6. Kebutuhan persetujuan
an alat
Genetalia : keluar nutrisi dan
cairan 8. Pemant 18.55
lendir bercampur auan 3. Menganjurkan suamiatau 3. Ibu memilih suami
7. Persiapan kala 1
darah, VT : alat keluarga untuk mendampingi ibu sebagai pendamping
dengan
pembukaan 5-6 cm, patogra dalam persalinan persalinan
8. Pemantauan
porsio lunak, f
kala 1
ketuban utuh, dengan
patograf 18.58
4. Suami melakukan
presentasi belakang 4. Mengajarkan suami atau
teknik relaksasi
kepala, posisi keluarga melakukan teknik
ubun-ubun kecil relaksasi pada ibu untuk
kiri depan, mengurangi rasa nyeri. Seperti
penurunan hodge melakukan massage pada tubuh
II, tidak ada bagian ibu dengan lembut.
menumbung.
19.00 5. Mengatur posisi yang membuat
5. Ibu mengerti dan ibu
ibu nyaman selama persalinan.
berjalan-jalan
disekitar tempat tidur

6. Ibu telah minum


19.09 6. Memenuhi kebutuhan nutrisi
segelas air putih dan
dan cairan ibu dengan
makan roti dibantu
memberikan makanan dan
oleh suami
minuman yang mudah dicerna

7. Persiapan ruangan
19.12 7. Mempersiapkan ruang dan alat
bersalin dan alat
untuk bersalin:
persalinan telah
a. Menyiapkan ruang bersalin disiapkan
yang bersih

b. Menyiapkan alat:
1) Partus set, terdiri dari : 2 buah
klem, gunting tali pusat,
pengikat tali pusat,
episiotomi, 2 buah sarung
tangan steril, kain kasa steril,
suntik 3 cc, 1 oxytosin 10 U

2) Heacting set yang terdiri dari


1 buah gunting ....., 1 buah
pinset anatomis, 1 buah pinset
chirrugis, benang catgut,
jarum kulit dan 1 buah
nalpuder.
19.15
8. Semua hasil
8. Melakukan pemantauan kala 1
pemantauan dalam
dengan patograf yaitu :
persalinan kala 1
a. pemantauan DJJ, nadi dan didokumentasikan
kontraksi uterus setiap 30 dalam patograf
menit,

b. Tekanan darah, Ketuban


dan molase, penurunan dan
pembukaan setiap 4 jam

c. Suhu setiap 2 jam


Catatan Perkembangan
Tabel 4.2

Kondisi ibu Kondisi janin


Pembu Selaput
Wak Penur
Tgl -kaan Suh Urin ketuban
tu TD Na RR HIS DJJ unan
serviks u e /penyus
di kepala
upan

14/0 18.4 5-6 cm 120/ 80 21 37 - Frek 3 kali 143 3/5 U/O


1/20 5 80 dalam 10 kali/m
19 menit, enit
durasi 38
detik

14/0 19.1 - 120/ 82 21 37 - Frek 3 kali 136 - U/O


1/20 5 80 dalam 10 kali/m
19 menit, enit
durasi 40
detik

14/0 19.4 - 120/ 80 21 37,1 - Frek 3 kali 142 - U/O


1/20 5 80 dalam 10 kali/m
19 menit, enit
durasi 45
detik

14/0 20.1 - 120/ 80 21 37,1 - Frek 5 kali 140 - U/O


1/20 5 80 dalam10 kali/m
19 menit, enit
durai 48
detik

14/0 20.3 8-9 120/ 82 21 36,9 - Frek 5 kali 142 1/5 J/O
1/20 0 70 dalam 10 kali/m
19 menit, enit
durasi 53
detik

14/0 21.0 10 120/ 82 21 36,9 - frek 5 kali 142 0/5 J/O


1/20 0 70 10 menit, kali/m
19 durai 63 enit
detik
KALA II

Hari/ tanggal : senin/ 14 Januari 2019

Pukul : 21.00 WIB

Tabel 4.3

Dokumentasi Kala II

SABJEKTIF OBJEKTIF ASSASMENT PLAN JAM PELAKANAAN EVALUAI

a. Sakitnya a. Data Diagnosa : ibu 1. Informasi 21. 05 1. menginformasikan hasil pemeriksaan pada 1. Ibu sudah
umum
semakin inpartu kala II kan hasil ibu bahwa pembukaan lengkap, keadaan ibu mengerti dengan
KU :
bertambah sedang normal pemerikaa dn janin baik. Apabila ada his ibu boleh keadaanya

kuat Kesadaran: n mengedan


Masalah :
composme
ntis 21.07
b. Pengeluar tidak ada 2. atur posisi 2. mengatur posisi ibu senyaman mungkin 2. Posisi ibu
TTV :
an lendir ibu untuk meneran yaitu posisi setengah sudah setengah
Kebutuhan :
TD :
bercampu duduk,kedua kaki ditekuk, dan dibuka lebar,
120/80
r darah mmhg 1. Informasi 3. bimbing tangan merangkul kedua pangka paha duduk
hail
dari N: 83 pemerikaan ibu 21.09 3. membimbing ibu meneran saat ada rasa
x/menit
kemaluan 2. Pengaturan meneran
P : 24 ingin meneran yaitu pada saat ada kontraksi 3. Ibu meneran
posisi
ibu x/menit
4. penuhi dengan baik dn
3. Bimbingan
emakin S : 37 meneran kebutuhan 21.12 benar
b. Data 4. memenuhi kebutuhhan istirahat ibu dengan
banyak 4. Istirahat
khusus istirahat
menyuruh ibu istirahat saat tidak ada ingin 4. Ibu istirahat
5. Nutrisi dan
c. Keluar His: cairan 5. penuhi meneran atau saat tidak ada kontraksi disela kontraksi
air-air dari Frek 5 x 6. Suport
dalam 10 nutrisi dan 21.15
mental 5. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan ibu
kemaluan menit,
cairan ibu
durasi 63 7. Pertolongan dengan menyuruh suami memberikan
ibu 5. Ibu udah
detik, peralinan
intensitas 6. berikan makanan dan minuman ibu disela-sela
d. Terasa 8. Penanganan makan roti dan
kuat
BBL suport kontraksi
ingin Kandung minum air putih
mental
kemih : 9. IMD 21.17
6. Memberikan suport mental pada ibu
mengedan minimal 6. Ibu
pada ibu
dengan cara memberikan dukungan dan
DJJ: 7. lakukan pujian atau usaha yang dilakukan ibu, serta bersemangat dan

Frek 142 pertolong menyemangati ibu terus berdoa. juga berdoa pada
x/menit,
inteniita an Allah agar
kuat, irama
persalinan persalinannya
teratur,

Perlimaan : lancar
8. lakukan
0/5 7. Membantu proses persalinan kala II yaitu
21.20
penangan
Pemerikaa pada saat kepala tampak didepan vulva 5-6 7. Bayi lahir
n genetalia n BBL
eksternal: cm kemudian menahan perineum dengan spontan pukul

Pengeluara 9. lakukan satu tangan, tangan lain menahan kepala 21.20 WIB, bayi
n lendir IMD tetap fleksi pada saat keluar secara menangis kuat,
bercampur
bertahap melewati introitus vagina dan warna kulit
darah
bertambah parineum. Setelah bayi lahir usap wajah kemerahan
n banyak, bayi dengan kain bersih untuk dantonu otot
adanya
membersihkan lender dan darah dari mulut baik, berat badan
pengeluara
n air0air danhidung bayi. Lalu periksa lilitan tali 3000 gr, panjang
dari
pusat, tidak terdapat lilitan tali puat, badan 48 cm, jeni
kemaluan,
tunggu putaran paksi luar. Kemudian kelamin laki-laki
adanya
dorongan menenpatkan kedua tangan biparietal,
mengedan,
gerakan kepala kearah bawah hingga bahu
tekanan
depan lahir, dan Gerakkan bayi ke atas
pada anus,
perenium hingga bahu belakang lahir. Setelah kedua
menonjol
bahu lahir, melakukan sanggar susur untuk
dan vulva
mengeluarkan seluruh tubuh bayi
membuka.

Genetalia 8. Melakukan penilaian pada bayi,


internal:
membesrihkan jalan nafas, mengeringkan 8. Jalan nafas
Pembukaan 21.22
bayi dn mengganti haduk bayi telah dibersihkan,
lengkap,
ketuban (-), dan bayi telah
portio tidak
teraba,
presentai
belakang 9. Melakukan IMD di atas perut ibu dikeringkan
kepala,
posisi 9. Telah
ubun-ubun 21.25
kiri depan, dilakukan IMD
penurunan
Hodge IV,
perlimaan
0/5, tidak
ada bagian
terkemuka
n atau
menumbun
g
KALA III

Hari/ tanggal : Senin/ 14 Januari 2019

Pukul : 21.25 WIB

Tabel 4.4

Dokumentasi Kala III

SABJEKTIF OBJEKTIF ASSASMENT PLAN JAM PELAKANAAN EVALUAI

1. Ibu merasa 1. Uterus Diagnosa : ibu 1. Informasikan 21.25 1. Mnginformasikan pada ibu 1. Ibu senang
senang globular
inpartu kala III hasil bahwa keadaan bayi baik, raa mendengarnya
dengan
2. Kontraksi normal pemeriksaan nyeri yang diraakan ibu adalah
kelahiran
baik
bayinya normal karena plasenta belum
Masalah : tidak 2. Perika janin
3. TFU setinggi
2. Ibu merasa lahir.
pusat ada kedua
lelah
21.26 2. Memeriksa adanya janin 2. Tidak ada janin
4. Tidak teraba Kebutuhan : 3. Injeki
3. Ibu tidak
merasa janin kedua 1. Informasikan oxytosin kedua, kedua
pusing
5. Kandung hasil
4. Lakukan 21.27 3. Memberikan kepada ibu akan 3. Ibu setuju untuk
4. Ibu kemih tidak pemeriksaan
pemotongan di injeksi oxytosin 10 U dilakukan
mengatakan teraba
rasa nyeri 2. Periksa janin tali pusat suntikan,
6. Terdapat
pada perut Oxytosin telah
tanda-tanda kedua
bagian 5. Manajemen
pelepasan disuntikan
bawah 3. Injeki aktif kala III
plasenta : tali
4. Melakukan pemotongan tali
21.28
pusat oxytosin
6. Ajarkan ibu pusat dan mengikat tali
bertambah 4. Tali pusat telah
panjang, 4. Lakukan masase fundus pusat,kemudian bayi
dipotong dan
darah keluar pemotongan
7. Periksa diletakkan diatas perut ibu
tiba-tiba telah diikat,
tali pusat dan lakukan IMD
laserasi bayitelah

5. Manajemen dikeringkan, Vit

aktif kala III K dan salf mata


6. Ajarkan ibu 21.30 5. Melakukan penegangan tali telah diberikan,

masase fundus pusat terkendali (PTT) dan dan telah

pegeluaran plasenta. dilakukanIMD


7. Periksa

laserasi 5. Plasenta lahir

lengkap jam

21.30 WIB,

insersi tali pusat

21.31 6. Melakukan masase fundus sentralis, selaput


uteri dan mengajarkan suami utuh, katiledon
cara masase fundus ibu. lengkap

6. Kontraksi uteru

keras, TFU 2 jari


21.32
7. Memeriksa ada/tidak laserasi
bawah pusat, dan
jalan lahir suami telah bisa

melakukan

masase fundus

ibu

7. Terdapat laserasi
KALA IV

Hari/ tanggal : Senin/ 14 Januari 2019

Pukul : 21.32 WIB

Tabel 4.5
Dokumentasi Kala IV

SABJEKTIF OBJEKTIF ASSESMENT PLAN JAM PELAKSANAAN EVALUASI

1. Ibu merasa a. KU : baik Diagnosa : ibu 1. Informasika 21.32 1. Menginformasikan hasil 1. Ibu enang dengan
inpartu kala IV n hasil
lelah pemeriksaan bahwa kondii ibu keadaannya
b. TTV normal pemeriksaan
saat ini cukup stabil. TTV dan
2. Ibu tidak TD: 120/80
Masalah : tidak 2. Penjahitan
mmHg, N 74 pemeriksaan fisiklainnya
merasa x/menit, P 22 x/ ada laserasi jalan
menit, S 37 oC lahir dalam batas normal
pusing Kebutuhan :
a. TFU 2 jari
3. Peronal 21.33 2. Melakukan penjahitan laserasi
3. Ibu merasa bawah pusat, 1. Informasikan 2. Luka laserasi telah
kontraksi hygiene
hasil
baik,
sakit pada kandung pemeriksaan 4. Kebutuhan dilakukan
kemih nutrisi dan
bagian minimal, 2. Penjahitan penjahitan
cairan
perdarahan laeraijalan
perut sudah
±150 cc,
lahir 5. Kebutuhan 21.34 3. Memberikan rasa nyaman pada
berkurang terdapat
laserasi istirahhat 3. Ibu telah merasa
3. Peronal ibu dengan membersihkan ibu
derajat 2
4. Ibu merasa hygiene 6. Pemantauan nyaman
dan memasangkan pembalut
senang kala IV
4. Kebutuhan serta mengganti pakaian ibu
dengan nutrisi dan 7. Rasa aman
cairan dan nyaman 4. Menganjurkan ibu untuk 4. Ibu sudah makan
kelahiran
dan 21.34
5. Kebutuhan makan dan minum disuapi suaminya
bayinya
bounding
istirahhat
dan proses attacment 21.34
5. Menganjurkan ibu untuk 5. Ibu telah istirahat
6. Pemantauan
persalinan istiirahat
kala IV
berjalan dengan 6. Pemantauan telah
21.35 6. Melakukan pemantauan kala
lancar patograf
IV dengan patograf ( TTV, dilakukan dan
7. Rasa aman
dan nyaman kontraki, perdarahan, kandung sudah dicatat pada
dan bounding
kemih setiap 15 menit, pada 1 patograf halaman
attacment
jam pertama dan setiap 30 belakang

menit pada 1 jam ke dua)


7. Ibu telah

7. Memindahkan ibu ke ruang dipindahkan

23.20 rawatan keruang rawatan

dengan rawat

gabung dengan

bayinya
4.3 Pembahasan

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan bersalin normal pada ibu

dengan usia kehamilan 39-40 minggu dimulai dari kala I, II, III, IV. Maka

dalam BAB ini akan dibahas tentang pertandingan antara konsep teoritis

dengan kenyataan yang dilakukan dan diterapkan kepada klien. Dalam hal ini

terdapat kesamaan dan kesenjangan antara teori dan praktek di lapangan.

4.3.1 Kala I

1. Data Subyektif

Pengkajian data awal dengan pengumpulan data yang akurat dan lengkap

dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Pada kasus Ny. N

dilakukan pengkajian yaitu alasan kunjungan, riwayat kehamilan sekarang,

riwayat kesehatan ibu, pola kegiatan sehari-hari, riwayat bio, psiko, sosial,

cultural, dan spiritual, data penunjang pada ibu.

Pengkajian data subjektif menurut kemenkes 2013, pengkajian pada

kunjungan pertama yaitu identitas, keluhan, riwayat obstetric yang lalu,

riwayat kehamilan sekarang, pola kegiatan sehari-hari mencakup nutrisi

terakhir, eliminai akhir, riwayat psikososial cultural dan spiritual. Pada

pengkajian data sabjektif ini sudah dilakukan tidak ditemukan kesenjangan

pada pengkajian subjektif.

2. Data Obyektif

Pengkajian Objektif kemenkes 2013, pengkajian data objektif pada ibu

bersalin yaitu pemeriksaan fisik dengan data focus. Pemeriksaan fisik meliputi
pemeriksaan umum yaitu tenda-tanda vital, kesadaran, dan pemeriksaan fisik

terfokus diantaranya : muka, payudara, abdomen TFU dengan centimeter, his,

auskultasi, djj, blass, perlimaan, genetalia, dan ekstremita. Dari hasil

pemeriksaan didapatkan bahwa klien mengalami tanda-tanda persalinan.

Menurut varney 2008 dilakukan pemerikaan pada ibu bersalin dengan

mengukur TTV, Head To Toe pada ibu mulai dari pemeriksaan fisik kepala

sampai dengan ekstremitas serta melakukan pemeriksaan pada janin.

Pada saat di lakukan pengkajian ibu secara kooperatif menjawab semua

yg di ajukan bidan, ibu tampak sedikit kesakitan dan masih mampu jalan-jalan.

Ibu mengatakan mules yang sering menjalar dari pinggang ke bagian perut, belum

keluar air-air, sudah keluar lendir bercampur darah dari kemaluannya. Keluhan

yang di sampaikan ibu masih dalam batas normal, karena menurut Prawirohardjo

2010, tanda-tanda persalinan adalah mules yang sering, keluar air bercampur

darah dari vagina, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.

Berdasarkan Hari Pertama Haid Terakhir tanggal 05-04-2018, taksiran

persalinan 12-01-2019, sedangkan kenyataannya ibu bersalin pada tanggal 14-01-

2019. Sehingga terdapat kesenjangan antara hasil taksiran persalinan dengan

menggunakan rumus neagle yaitu selisih 2 hari, namun masih berada dalam batas

fisiologis selama usia kehamilan tidak serotinus atau premature, dengan usia

kehamilan saat ini 40 minggu. Usia kehamilan ibu termasuk pada Trimester III

yaitu antara 28 minggu sampai 40 minggu (Menurut Rukiyah, 2009). Usia

kehamilan Ny. N termasuk dalam kehamilan aterm karena dalam teori usia

kehamilan 40 minggu termasuk pada rentang waktu usia kehamilan aterm yaitu
antara 37 minggu sampai 42 minggu. (Menurut Sarwono,2009). Sehingga tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan.

Menurut Mochtar dalam penelitian Walin, dkk 2011, berat badan penting

diukur sebelum proses kehamilan mulai, guna mengantisipasi kemungkinan

penyulit kehamilan. Salah satu metode yang biasa digunakan untuk

memperkirakan berat badan bayi baru lahir adalah dengan menggunakan taksiran

Tinggi Fundus Uteri (TFU) dengan rumus Johnon. Rumus ini dihitung

berdasarkan tinggi fundus uteri (TFU) yaitu jarak dari bagian atas tulang

kemaluan (simfisis os pubis) ke puncak rahim (fundus) dalam centimeter (cm) di

kurangi 11 bila kepala maih berada di bawah spina iskiadika, 12 bila kepala masih

berada di atas spina iskiadika, 13 bila kepala belum melewati pintu atas panggul

hasilnya dikali 155 didapatkan berat badan bayi dalam gram. Rumus johnon

tohack : TBBJ : (TFU- 11,12,13) x 155. Pada kasus Ny. N TFU : 33 cm, TBBJ :

3410 gram. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan.

Menurut Asrinah, dkk 2010, Memantau kontraksi uterus dengan jarum

dinding atau jam tangan untuk memantau kontraksi uterus. Dengan meletakan

tangan di atas atas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yang terjadi dalam waktu

kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi /lama setiap kontraksi yang terjadi 2 kali

dalam 10 menit dan lama kontraksi adalah 40 detik/lebih. Dan diantara dua

kontraksi akan terjadi relaksasi dinding uterus.

Menurut buku Praktik klinik kebidanan II 2018, Kontraksi Fase laten

pembukaan ukuran kurang dari 4 cm. Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya

masih diantara 20-30 detik, dan tidak terlalu nyeri. fase aktif pembukaan 4 cm-
lengkap 10 cm Kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik atau

lebih dan lebih nyeri. Pada kasus Ny.N pembukaan 6 cm, terjadi kontraksi uterus

3 kali dalam 10 menit, durasi 38 detik. Sehingga terdapat kesenjangan antara teori

dan kasus.

menurut JNPK-KR 2009, dikatakan gawat janin bila Denyut Jantung Janin

<120 atau >160 kali permenit. Pada kasus Ny. N DJJ frekuensi 143 x/menit.

Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan.

Menurut varney 2008, Pemeriksaan dalam dilakukan untuk mengetahui

kemajuan persalinan, Perubahan serviks terjadi akibat peningkatan intensitas

kontraksi braxton hicks, sehingga serviks menjadi matang selama periode yang

berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan

kesiapannya untuk persalinan. Dimana untuk menentukan kemajuan persalinan.

Pada kala I dibagi menjadi fase laten dan fase aktif, dimana fase laten dari

pembukaan 1 cm sampai 4 cm,dan fase aktif dari pembukaan 4cm sampai 10cm.

Frekuensi pemeriksaan dalam dilakukan sesuai kondisi wanita dan kemampuan

bidan untuk menggunakan parameter evaluasi kemajuan persalinan dan dilakukan

pemeriksaan dalam 4 jam sekali. Pada kasus Ny. N pemeriksaan dalam pertama

dilakukan pada pukul 18.45 WIB dengan pembukaan 5-6 cm, dan pukul 20.30

WIB pembukaan 8-9 cm, dan pukul 21.00 WIB pembukaan lengkap terlihat tanda

dan gejala kala II, tidak dilakukan pemeriksaan dalam ulang karena kepala sudah

terlihat 5-6 cm di depan vulva. Sehingga terdapat kesamaan antara teori dan

kasus.

Menurut Sarwono 2009, Pada perkembangan selanjutnya kemajuan


persalinan ibu berlangsung cepat. Berawal dari ibu datang sudah masuk kala I fase

aktif persalinan (pembukaan 5-6 cm), frekuensi his ibu 3 x/10 menit lamanya 38

detik, dan mengalami kemajuan sampai frekuensi his 5x/10 menit lamanya 63

detik, his kuat, semua kondisi ibu dalam kala I sudah sesuai dengan teori. Dan

dalam pemantauan partograf semua dalam keadaan baik, garis waspada dalam

partograf tidak terlampaui, janin dalam keadaan baik apabila dilihat dari Denyut

Jantung Janin dan moullagenya. Serta keadaan His pun meninggi sesuai dengan

teori.

3. Assesment

Menurut Kemenkes RI 2014, Apabila data subjektif dan objektif telah

terkumpul, tugas anda selanjutnya adalah melakukan analisa data untuk

interpretasi data guna merumuskan diagnosa kebidanan. Pada ibu dengan

persalinan kala I, diagnosa ditegakkan berdasarkan pembukaan dan pendataran

serviks serta kontraksi. Dari data yang didapatkan, dapat diinterprestasikan ibu

berada di fase laten atau fase aktif.

Menurut buku Praktik klinik kebidanan II 2018, Fase laten persalinan

dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan

secara bertahap, dimana pembukaan serviks terjadi sangat lambat sampai

mencapai ukuran kurang dari 4. Kontraksi mulai teratur tetapi. fase aktif yaitu

pembukaan 4 cm hingga lengkap 10 cm. Fase aktif dibagi dalam 3 fase sebagai

berikut: a) Fase aktif akselerasi yaitu pembukaan kurang dari 4 cm, b) Fase

dilatasi maksimal yaitu pembukaan dari 4 cm menjadi 9 cm, c) Fase deselerasi

yaitu pembukaan 9 cm menjadi 10 cm (lengkap).


Berdasarkan teori dari varney 2011, untuk menegakkan diagnosa

berdasarkan data dasar yang didapatkan dari pengkajian subjektif dan objekif serta

memenuhi kebutuhan ibu pada kala I dengan menerapkan asuhan sayang ibu.

Memenuhi kebutuhan dikala I salah satunya adalah dengan memilih

pendamping, dari penelitian G.A Marheni di RSUD Buleleng tahun 2012,

mengenai persalinan ibu, sehingga pemilihan suami sebagai pendamping

persalinan akan membuat ibu terasa lebih nyaman.

Pada kasus Ny. N ditetapkan dignosa ibu inpartu kala I fase aktif dilatasi

maksimal. Masalah tidak ada. Kebutuhan informasi keadaan ibu, inform consent,

kebuuhan pendamping, kebutuhan teknik relaksasi, kebutuhan pengaturan posisi,

kebutuhan nutrisi dan cairan, persiapan alat, dan pemantauan kala I dengan

patograf. Diangnosa potensial tidak ada. Tindakan segera, kolaborasi dan rujukan

tidak ada. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.

4. Plan

Menurut buku Praktik klinik kebidanan II 2018, Asuhan yang diberikan

untuk ibu dengan memberikan asuhan sayang ibu, sebagai upaya untuk mengatasi

gangguan emosional dan pengalaman yang menegangkan dengan cara Memberi

dukungan emosional, Membantu pengaturan posisi ibu, Memberikan cairan dan

nutrisi, Keleluasan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur, Monitoring

kemajuan persalinan, Persiapan pertolongan (bila ibu sudah masuk fase aktif ).

Hasil penelitian dari NiMade Budu Wahyuni di RSUD bululeng Bali

2012, peran suami menjadi pendamping saat persalinan memberikan pengaruh


besar dalam proses kala II ibu. Dari hasil penelitian ibu bersalin didampingi oleh

suami lebih melalui prose persalinan. Ibu merasa lebih nyaman serta bisa

mengurangi rasa nyeri ibu pada saat kontraksi.

Berdasarkan teori yang telah didapatkan yaitu menurut Buku saku

pelayanan kesehatan ibu 2013 dalam penatalaksanaan kala I memberikan asuhan

sayang ibu mulai dari pemilihan pendamping, teknik mengurangi rasa nyeri serta

memantau ibu selama kala I dengan menggunakan patograf yaitu his, DJJ,

penurunan kepala, pembukaan serviks, TTV ibu didampingi oleh suami atas

permintaannya sendiri.

Pada kasus Ny. N perencanaan asuhan pada ibu dikala I sampai dengan

penatalaksanaan yaitu informasi pemeriksaan, inform consent, kebutuhan

pendamping, kebutuhan teknik relaksasi, kebutuhan pengaturan posisi, kebutuhan

nutrisi dan cairan, persiapan alat, dan pemantauan kala I dengan patoograf.

Perencanaan dan penatalaksanaan asuhan tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan kasus. Evaluasi dilakukan untuk menilai keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan. Pada kasus ini, ibu dan keluarga kooperaif dalam menerima asuhan

yang diberikan sehingga dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik

4.3.2 Kala II

1. Data Subyektif

Pada kasus Ny. N, ibu sudah merasakan adanya tanda-tanda kala II yaitu

sakitnya semakin bertambah kuat, keluar air-air dari kemaluan, terasa mengedan.

Menurut cunningham 2010, data sabjektif pada ibu kala II yaitu merasakan
tanda-tanda ingin bersalin salah satunya rasa ingin mengedan dan sakit yang

semakin bertambah. sehingga dilakukan pengkajian yang lebih memfokukan ada

tanda-tanda ibu kala II dan sudah sesuai dengan teori yang didapatkan.

2. Data obyektif

Kasus pada Ny. N sudah dilakukan pemeriksaan fisik serta mengetahui

keadaan ibu seperti his, djj, serta berapa pembukaan ibu dan sudah sesuai dengan

teori. Ibu tampak kesakitan, perineum menonjol vulva membuka, VT :

pembukaan lengkap (10 cm), ketuban jernih, sehingga dari data ini ibu sudah

memasuki kala II.

Menurut cunningham 2010, dilakukan pemeriksaan pada ibu bersalin di kala

II dengan lebih menfokuskan pada pemeriksaan genetalia melihat adanya

pengeluaran pervaginam dan pemeriksaan dalam dengan mengetahui berapa

pembukaan. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus

3. Assesment

Menurut penelitian syarifah 2013, tentang kebutuhan ibu bersalin di kala II

salah satunya adalah pemilihan posisi yang tepat untuk ibu yaitu posisi setengah

duduk mempunyai kelebihan yaitu alur jalan lahir yang perlu ditempuh untuk bisa

keluar lebih pendek dan gaya gravitasi bumi untuk menurunkan janin ke rongga

panggul. Sedangkan posisi miring kiri mempunyai keuntungan memberikan rasa

santai pada ibu untuk mengeluarkan bayinya. Posisi miring membuat ibu lebih

nyaman dan efektif untuk meneran dan membantu perbaikan oksiput yang

melintang untuk berputar menjadi posisi okviput anterior dan memudahkan ibu
beristirahat diantara kontraksi jika ia mengalami kelelahan dan juga mengurangi

resiko terjadinya laserasi perenium.

Berdasarkan teori dari william 2010, untuk menegakkan diagnosa

berdasarkan data dasar yang didapatkan dari pengkajian sabjektif dan objektif

yaitu dengan adanya tanda-tanda dari kala II serta persiapan untuk ibu

menghadapi persalinan.

Kasus pada Ny. N sudah ditegakkan sesuai dengan pengkajian yang

didapatkan serta telah memenuhi kebutuhan ibu pada kala II yaitu salah satunya

dengan melakukan pertolongan persalinan dengan penanganan BBL dan sesuai

dengan teori. Pada posisi persalinan sudah dilakukan posisi setengah duduk pada

ibu dan posisi ini membuat saat bersalin. Tidak ada kesenjangan antara teori dan

kasus.

4. Plan

Hasil penelitian dari Novita di Rsia Kumalasiswi Pacangan Jepara 2012,

bahwa posisi meneran yang dipilih ibu saat bersalin akan memotivasi ibu untuk

mampu mengalami persalinan kala II dengan baik. Studi intervensi yang

dilakukan souze et al tahun 2010, bahwa posisi meneran yang dipilih ibu memiliki

banyak manfaat. Sedikit rasa sakit dan ketidaknyamanan kala II persalinan

menjadi lebih pendek dan membantu meneran lebih baik.

Berdasarkan teori yang telah didapatkan yaitu menurut varney 2011 dan

buk saku pelayanan kesehatan ibu 2013 dalam penatalaksanaan kala II dengan

menetapkan langkah asuhan persalinan normal, ada 58 langkah APN yang elah
memenuhi semua kebutuhan ibu dan bayi setelah lahir.

Pada kasus Ny. N penatalaksanaan kasus tersebut ada beberapa

kesenjangan yang ditemukan yaitu saat melakukan perenium kurang tepat

dilakukan sehingga timbulnya robekan jalan lahir pada ibu yang seharunya bisa

dicegah, sebab bayi lahir dengan berat badan normal. Pada kasus ini sudah diatur

posisi ibu yang membuat ibu nyaman dalam menghadapi persalinan. Evaluasi

yang didapat ibu melakukannya dengan baik.

4.3.3 Kala III

1. Data subyektif

Pada kasus Ny. N, ibu merasa adanya tanda-tanda kala III yaitu ibu merasa

nyeri pada perut bagian bawah. Menurut varney 2011, data sabjektif pada kala III

yaitu ibu merasakan mules dan tidak merasakan sakit yang semakin kuat lagi.

sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan.

2. Data obyektif

Pada kasus Ny. N pemeriksaan objektif uterus globular, kontraksi baik,

kandung kemih tidak teraba, tali pusat bertambah penjang, keluar darah tiba-tiba.

Menurut varney 2011, dilakukan pemeriksaan pada ibu inpartu di kala III dengan

labih memfokuskan pada adanya tanda-tanda pelepasan plasanta serta

pemeriksaan TTV pada ibu. Terdapat kesenjangan yang ditemukan yaitu tidak

dilakukannya pemeriksaan TTV pada kala III. Menurut Rohani 2011 dari

penelitian penting pementauan kala III, dengan melakukan pemeriksaan TTV

dapat mengetahui tanda-tanda adanya syok.


3. Asessement

Kasus pada Ny. N ditegakkan diagnosa sesuai dengan pengkajian yang

didapatkan yaitu ibu inpartu kala III normal serta memenuhi kebutuhan ibu pada

kala III yaitu menginformasikan hasil pemeriksaan, melakukan manajemen aktif

kala III dengan melihat adanya tanda-tanda pelepasan plasenta atau tidak serta

melakukan observasi pada ibu dengan menilai kontraksi uterus, TFU, laserasi.

Berdasarkan teori dari varney 2012, untuk menegakkan diagnosa

berdasarkan data dasar yang didapatkan dari pengkajian data subjektif dan

objektif yaitu dengan adanya tanda-tanda dari kala III serta kebutuhan ibu di

manajemen aktif kala III. Tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus.

4. Planning

Manurut Prawirohardjo 2009, asuhan yang diberikan adalah melakukan

manajemen aktif kala III, yaitu penyuntikan oksitosin, peregangan tali pusat

terkendali dan masasse fundus, karena dalam teori disebutkan bahwa dalam kala

III harus segera dilakukan manajemen aktif kala III.

Artikel ilmiah yang diterbitkan oleh the journal of cellular and molecular

medicine, tentang manfaat yang didapatkan daridelayed clamping yaitu

penundaan pemotongan tali pusat, bahwaada beberapa manfaatyang didapatkan

yaitu bayi akan mendapatkan lebih banyak darah, oksigen dan steam cell dari

plasenta dibandingkan dengan pemotongan tali pusat segera (early clamping).

Namun delay clamping tidak menunggu hingga tali pusat putus sendiri tapi

dengan penundaan 1-3 menit saja.


Menurut penelitian Rabe 2012 dan Prawirohardjo 2010, bahwa

pemotongan tali pusat sebaiknya ditunda selama 3 menit, karena banyak

keuntungan bagi bayi dan ibu.

Berdasarkan teori yang telah didapatkan yaitu menurut varney 2011,

dalam penetalaksanaan kala III dengan melakukan manajemen aktif kala III yaiu

memeriksa adanya janin kedua aau tidak, menyunikkan oksitosin serta melakukan

pertolongan untuk kelahiran plasenta

Pada kasus Ny. N perencanaan serta penetalaksanaan tersebut sudah

dilakukan manajemen aktif kala III dan telah sesuai dengan teori yang ada dengan

memeriksa adanya janin kedua atau tidak pada ibu lalu dinilai kelengkapan

plasentanya. Pemotongan tali pusat segera dilakukan pada bayi dan belum

menggunakan metode delayed clamping. Metode ini belum banyak dikenal oleh

masyarakat karena itu tidak diterapkan . Evaluasi yang didapatkan plasenta lahir

lengkap pukul 21.30 WIB tidak ada perdarahan dan terdapat laserasi pada

perineum ibu.

4.3.4 Kala IV

1. Data subyektif

Berdasarkan kasus Ny. N sudah merasakan hal tersebut dan sesuai dengan

teori yang ada. Ibu merasakan sakit pada daerah perineum dan ibu senang dengan

kelahiran bayinya.

Menurut Varney 2011 data subektif pada ibu kala IV yaitu sudah merasa

lega dengan persalinannya dan jika ibu mengalami robekan jalan lahir maka ibu
akan merasakan sakit didaerah perineum. Tidak terdapat kesenjangan antara teori

dan kasus.

2. Data obyektif

Kasus pada Ny. N sudah dilakukan pemeriksaan fisik dan TTV. Hasil

TTV ibu dalam batas normal, TFU 2 jari dibawah pusat, konraksi keras, blass

minimum dan perdarahan ibu normal. Menurut Varney 2011, dilakukan

pemeriksaan pada ibu inpartu di kala IV dengan lebih memfoskuskan pada TTV

serta pemantauan 2 jam ibu di kala IV. Tidak terdapat kesenjangan atara teori dan

kasus.

3. Assesment

Kasus Ny. N sudah ditegakkan diagnosa sesuai dengan pengkajian yang

didapatkan yaitu ibu inpartu kal IV normal serta telah memenuhi kebutuhan ibu

pada kla IV yaitu informasi hasil pemeriksaan, kebutuhan nutrisi dan cairan,

eliminasi, persoal hygiene, istirahat dan pemantauan selama 2 jam.

Berdasarkan teori Varney 2012 untuk menegakkan diagnosa berdasarkan

data dasar yang didapatkan dari data subjektif dan objektif yaitu dengan

memantau kondisi ibu terutama kontraksi selama kala IV. Tidak terdapat

kesenjangan antara teori dan kasus.

4. Planning

Penelitian dari Purwandari di wilayah kerja puskema Lampung 2012

berdasarkan Pusdiknakes WHO JHPIEGO 2010 sebagai bevar kematian ibu pada

pariode pacsa 6 jam pertama setelah persalinan. Hal ini disebabkan oleh infeksi,
perdarahan, dan eklamsia. Oleh karena itu pemantauan selama 2 jam kala IV

persalinan penting. Selama kala IV bidan harus meneruskan proses

penatalaksanaan kebidanan yang telah dilakukan pada kala I, kala II, kala III

untuk memastikan ibu tidak mengalamimasalah apapun.

Berdasarkan teori yang telah didapatkan yaitu menurut varney 2011, dalam

penatalaksanaan kala IV dengan melakukan penjahitan bila ada laserasi jalan lahir

dan memantau kondii ibu selama 2 jam di kala IV serta membersihkan ibu yang

selesai bersalin.

Pada kasus Ny. N perencanaan serta penatalaksanaan kasus tersebut sudah

dilakukan penjahitan jalan lhir dan pementauaan kala IV selama 2 jam yang sudah

sesuai dengan teori. Pemantuan kala IV telah dilakukan dan tidak ditemukan

masalah apapun pada ibu selama 2 jam kala IV. Evaluasi yang didapat ibu tidak

mengalami komplikasi pada kala IV.


BAB V

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Asuhan kebidanan ibu bersalin merupakan asuhan yang diberikan kepada ibu

bersalin. Masing-masing mencakup pola pikir 7 langkah varney dalam

pendokumentasian secara SOAP dimulai dari pengumpulan data sabjektif, data

objektif, assasment, dan plan.

1. Pengkajian data subjektif pada Ny N dengan keluhan nyeri dari pinggang

menjalar ke ari-ari sejak pukul 07.25 WIB, dan keluar lendir bercampur

darah pukul 15:00 wib. Ibu datang kerumah bidan pukul 18:45 wib dengan

keluhan keluar lendir bercampur darah, sakit sudah teratur. Ibu datang

ditemani suami dan keluarga. Ibu mengatakan makan terakhir pada pukul

12:00 wib, minum terakhir 18:00 wib, buang air besar terakhir tadi pagi.

Gerakan janin yang dirasaka ibu masih seperti biasa dan keluar air-air. Ibu

mengatakan ini hamil yang pertama. HPHT ibu tanggal 05-04-2018.

2. Pengkajian data objektif yaitu keadaan umum dalam keadaan normal yaitu

tekanan darah 120/ 80 mmHg, N : 80 x/i, P: 21x/i S: 37o C, pemeriksaan

abdomen, Leopold I Tfu pertengahan pusat dan px, teraba bundar, lunak

dan tidak melenting, Leopold II pada bagian kanan perut ibu teraba

tonjolan-tonjolan kecil bagian kiri teraba panjang dan keras. Leopold III

pada bagian bawah perut ibu teraba bulat keras dan melenting. Leopold IV

posisi tangan sejajar. Perlimaan 3/5. tfu 353 cm. Denyut jantung janin

iramanya teratur, intensitas kuat, dan frekuensinya 143 kali permenit.

Pemeriksaan dalam hasilnya tidak ada tanda-tanda infeksi pada jalan lahir,
portio lunak, pembukaan 5-6cm, ketuban utuh, presentasi belakang kepala,

posisi ubun-ubun kecil kiri depan, kepala Hodge II, tidak ada bagian yang

menumbung.

3. Assesment diagnosa pada kala I, II, III dan IV didapatkan dari pengkajian

dari data subjektif dan Objektif. Pada kasus ini, diagnosa kala I-IV

ditegakkan mengikuti kaidahnya. Kebutuhan pada kasus ini sesuai dengan

kebutuhan fisik dan psikologi ibu. Hal ini sesuai dengan teori dan tidak

terdapat kesenjangan. Identifikasi masalah, diagnosa potensial dan

kebutuhan terhadap tindakan segera, kolaborasi dan rujukan berdasarkan

kondisi klien tidak dibutuhkan.

4. Perencanaan pada kala I kala IV telah dilakukan sesuai kebutuhan klien

dengan memperhatikan prinsip asuhan sayang ibu. Pada pelaksanaan kala

I-kala IV sudah dilakukan sesuai perencanaan yang telah dibuat. Evaluasi

dilakukan untuk menilai keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan.Pada kasus ini, ibu dan keluarga kooperatif dalam menerima

asuhan yang diberikan sehingga dapat diterima dan dilaksanakan dengan

baik.

5.2 Saran

1. Bagi mahasiwa

Diharapakan sebelum memberikan suhan mahasiswa dapat mungkin

menguasai teori dan konsep dari asuhan dan pendidikan kesehatan yang akan

diberikan. Memenuhi asuhan kebidanan pada ibu beralin normal sesuai dengan

teori yang sudah didapatkan dan melaksanakannya dilapangan.


2. Institusi pendidikan

Diharapakan pendididkan memberikan dukungan pada mahasiswa dalam

pembuatan laporan tugas akhir dan serta memberikan saran yang sesuai dengan

asuhan kebidanan dan pendokumentasiannya. Serta menjadikan laporan tugas

akhir ini sebagai acuanuntuk peneliti selanjutnya.

3. Bagi lahan praktek

Diharapkan untuk menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan sesuai

dengan standar pelayan kebidanan dengan mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi khusunya bidang kesehatan serta mengikuti standar

pelayanan kebidanan yang sesuai dengan tindakan yang akan dilakukan.

Melakukan penerapan asuahan bersalin normal sesuai dengan standar kebidanan.


DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo, S. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka.

2. Prawirohardjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.

3. Data dan Informasi. (2017). Profil Kesehatan Indonesia 2017. [Sumber


Online]. [ Diakses pada tanggal 13 Desember 2018]. URL :
www.depkes.go.id/

4. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2017. (2017).


www.dinkes.sumbarprov.go.id. [Sumber Online] [Diakses pada tanggal
17 Desember 2018]. URL : http://www.depkes.go.id/

5. Data Perspektif Gender Kabupaten Agam Tahun 2017. [Sumber Online].


[Diakses pada tanggal 11 Januari 2018]. URL :
www.agamkab.go.id/

6. Misar, Y., dkk. (2012). Faktor Resiko Komplikasi Persalinan Pada Ibu
Melahirkan. [Sumber Online]. [Diagses pada tanggal 19 Januari 2019].
URL :
pasca.unhas.ac.id/jurnal/

7. Standar Pelayanan Kebidanan. (2006). Jakarata: Pengurus Pusat Ikatan


Bidan Indonesia.

8. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. (2008). Jakarta.

9. Fitriana, Y., & Nurwiandani, W. (2018). Asuhan Persalinan "Konsep


Persalinan Secra Komprehensif dalam Asuhan Kebidanan". Yogyakarta:
PT. Pustaka Baru.

10. Mutmainnah, A., johan, H., & Llyod, S. S. (2017). Asuhan Persalinan
Normal & Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: CV.ANDI OFFSET. [Sumber
Online]. [Diakses pada tanggal 9 Januari 2019]. URL :
https://books.google.co.id/
11. Sukarni, I., & ZH, M. (2013). Kehamilan, Persalinan, dan Nifas di
lengkapai dengan patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.

12. Carsel, H. Syamsunie. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan dan


Pendidikan. Yogyakarta: Penerbar Media Pustaka. [Sumber Online].
[Diakses pada tanggal 11 Januari 2019]. URL :
https://books.google.co.id/

13. Saminen. (2010). Dokumentasi ASuhan Kebidanan Konsep dan


Praktik.Jakarta : Kedokteran EGC

14. Maternity, Dainty., dkk. (2017). Asuhan Kebidanan


Komunitas.Yogyakarta: CV.ANDI OFFSET. [Sumber Online]. [Diakses
pada tanggal 14 Januari 2019]. URL : https://books.google.co.id/

15. Kurniarum, A. (2016). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru


Lahir. Jakarta Selatan : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia
Kesehatan. [Sumber Online] [Diakses pada tanggal 10 Januari 2019].
URL:bppsdmk.kemkes.go.id/

16. Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


PT. Rineka Cipta

17. Pudjiastuti, P. (2010). Pengantar Evidence-Based care reports.


Depertemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Vol. 11.[Sumber Online]. [Diakses pada tanggal 1 Maret 2019].
URL :
https://www.researchgate.net/

18. Siyoto, S., & Sodik, M. (2015). Dasar metodologi penelitian. Yogyakarta:
Literasi Media Publishing

Anda mungkin juga menyukai