Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn

”J” TERHADAP Ny ”N” DENGAN INFERTILITAS SEKUNDER


DI PUSKESMAS SIKAP DALAM

DISUSUN OLEH

LINDA
NIM.40018017P

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PRODI D III KEBIDANAN PROGRAM RPL
TAHUN AJARAN 2018 / 2019
PALEMBANG

i
LEMBAR PENGESAHAN

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn ”J”


TERHADAP Ny ”N” DENGAN INFERTILITAS SEKUNDER DI
PUSKESMAS SIKAP DALAM

Laporan Praktek Kerja Lapangan Komunitas


Telah Memenuhi Persayaratan dan Disetujui

Pembimbing Institusi Pembimbing Lahan

Riska Marlin, SST, M.Keb Sirawati


NBM : 1094700 NIP.19

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan segala rahmat
dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan Kebidanan
Komunitas Pada Keluarga Tn “J” Terhadap Ny “N” Dengan Infertilitas Sekunder
di Puskemas Sikap Dalam.
Penulisan makalah ini dalam rangka menerapkan Praktek Klinik
Kebidanan Komunitas yang merupakan salah satu mata kuliah atau kurikulum
yang harus dilalui dalam proses pendidikan. Dalam penyusunan laporan ini
penyusun banyak mendapat bantuan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Heri Shatriadi, CP, M.Kes selaku ketua Stikes Muhammadiyah
Palembang.
2. Ibu citra Purwanti, SST, M.Kes selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan
Stikes Muhammadiyah Palembang.
3. Ibu Riska Marlin, SST.M.Kes selaku dosen pembimbing yang banyak
memberikan masukkan untuk kesempurnaan laporan ini.
4. Ibu Ratna, AM.Keb selaku Kepala UPTD Puskesmas Sikap Dalam
5. Seluruh Dosen Stikes Muhammadiyah Palembang yang turut
membimbing.
6. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, untuk itu penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih semoga laporan ini
bermanfaat bagi penyusun khususnya, serta pembaca pada umumnya. Dan semoga
kebaikan semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini mendapatkan
imbalan yang setimpal dari Allah SWT.
Palembang, Juli 2019

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR...................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................1
B. Tujuan.......................................................................................2
C. Manfaat.....................................................................................2
D. Uraian Kegiatan........................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori.........................................................................4
B. Manajemen Kebidanan............................................................11
C. Metode Pendokumentasian SOAP...........................................21
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Data Subjektif..........................................................................32
B. Data Objektif...........................................................................39
C. Analisa Data.............................................................................39
D. Penatalaksanaan.......................................................................39
E. Catatan Perkembangan............................................................40
BAB IV PEMBAHASAN……………………………………………………44
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................45
B. Saran........................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A.   LATAR BELAKANG
Kehamilan merupakan hal yang sangat di dambakan oleh setiap
pasangan suami istri, namun dalam hal ini proses kehamilan merupakan
anugrah dari Allah SWT. Anugrah tersebut kadang dapat di peroleh dengan
cepat akan tetapi ada juga yang proses kehamilan berjalan dengan lambat.
Terhambatnya proses kehamilan ini di sebut dengan infertilitas. Infertilitas
merupakan kegagalan untuk hamil pada pasangan suami istri ketika setelah
satu tahun mencoba kehamilan dengan melakukan hubungan seksual secara
teratur tanpa kontrasepsi (Easley, 2013). Pasangan suami istri yang
mengalami gangguan kesuburan pada tingkat dunia mencapai 10-15% dari
jumlah tersebut 90% diketahui penyebabnya, sekitar 40% diantaranya berasal
dari Faktor wanita (Hadibroto, 2013).
Pasangan infertil di Indonesia tahun 2013 mencapai 50 juta pasangan
atau 15-20 %Dari seluruh pasangan yang ada (Riskesdas,2013). Sedangkan
dipropinsi Sumatera Selatan berdasarkan data dari Badan Statistik Nasional
banyaknya pasangan infertil selama Tahun 2012 yaitu sebanyak 2,80 % , Data
di Rumah Sakit Empat Lawang pada tahun 2019 sebanyak 22 orang,
berdasarkan kunjungan pasien di Puskesmas Talang Padang pada tahun 2019
sebanyak 12 orang. Angka fertilitas menurut data SDKI (2017) mengalami
penerunanan dari tahun 2014, yaitu dari 2,6 wanita menjadi 2,4 wanita yang
mengalami infertiltas. Secara garis besar pasangan yang mengalami
infertilitas akan menjalani proses panjang evaluasi dan pengobatan, dimana
proses ini dapat menjadi psikologis bagi pasangan infertilitas (Hestiantoro et
al. 2013 ). Oleh karena itu dampak dari infertilitas memiliki pengaruh lebih
besar bagi perempuan. Infertilitas yang disebabkan oleh faktor perempuan
antara lain involusi, kerusakan tuba, endometriosis.
Faktor laki-laki antara lain oleh jumlah sperma yang sedikit dan
disfungsi ereksi. Faktor lain penyebab infertil antara lain stres, pengguna

1
tembakau, kelebihan dan kekurangan berat badan, serta intensitas olahraga
yang berlebihan (Tai, 2013). Dalam penatalaksanaan kejadian infertilitas di
Indonesia masih langka sekali dokter yang berminat dalam ilmu infertilitas.
Faktor kurangnya pengetahuan tentang kesuburan dan infertil juga menjadi
faktor penyebab masih tingginya angka infertilitas. Selain itu, faktor-faktor
seperti kesehatan lingkungan, gizi, dan status ekonomi juga menjadi faktor
yang mempengaruhi dan selain itu di wilayah kerja saya sendiri terdapatnya
kasus infertil ini oleh karena itulah saya tertarik mengangkat tema kesehatan
reproduksi dengan judul Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi dengan
Infertilitas skunder di Puskesmas Sikap Dalam.
Angka kejadian kasus Infertilitas Sekunder di Puskesmas Sikap
Dalam yang terdata ada 10 orang.
Berdasarkan uraian tersebut, maka saya tertarik untuk melakukan
“Asuhan Kebidanan Kesehatan Reproduksi Pada Ny “N” dengan Infertilitas
Sekunder di Puskesmas Sikap Dalam Empat Lawang ”

B.  RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Asuhan Kebidanan komunitas pada keluarga Tn”J” terhadap
Ny”N”dengan infertilitas Skunder di Puskesmas Sikap Dalam.

C. TUJUAN
A. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan Komunitas pada
keluarga Tn”J” terhadap Ny”N” dengan menggunakan kerangka pikir
manajement kesehatan reproduksi.
B. Tujuan khusus
1.  Mampu melaksanakan pengumpulan data subjektif pada ibu dengan
infertilitas Skunder di Puskesmas Sikap Dalam Empat Lawang
2. Mampu melaksanakan pengumpulan data objektif pada ibu dengan
infertilitas Skunder di Puskesmas Sikap Dalam Empat Lawang
3. Mampu menganalisis dan menentukan diagnosa pada ibu dengan
infertilitas Skunder di Puskesmas Sikap Dalam Empat Lawang

2
4. Mampu melakukan penatalaksanaan asuhan kebidanan KesPro pada ibu
dengan infertilitas Skunder di Puskesmas Sikap Dalam Empat Lawang
5. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilaksanakan pada
ibu infertilitas Skunder di Puskesmas Sikap Dalam Empat Lawang
dengan metode SOAP.

D. MANFAAT
a. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan dengan membuat study kasus ini sebagai dapat bermanfaat bagi
institusi pendidikan dimasa mendatang.
b. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa mampu mengetahui tentang Laporan yang dibuat
dan mahasiswa lebih memahami apa yang dimaksud dalam kasus ini, serta
sekaligus dapat mengkaji kebutuhan pasien dalam kasus ini.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Tinjauan Teori


1. Pengertian
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah suatu kondisi di mana
pasangan suami istri belum mampu memiliki anak walaupun telah
melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3 kali seminggu dalam kurun
waktu 1 tahun dengan tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk
apapun (Djuwantono 2009)
Infertilitas atau ketidaksuburan adalah kesulitan untuk memperoleh
keturunan pada pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi dan
melakukan senggama secara teratur(Depkes RI ,2009).
Tugas seorang bidan dikomunitas adalah sangat komplek. Seorang
bidan yang profesional harus mengenal berbagai masalah kebidanan yang
bisa dijumpai dalam masyarakat.Salah satunya adalah masalah infertilitas
pada pasangan suami istri.Kewenangan bidan ini sudah jelas tertuang
dalam Permenkes Nomor 1464 Tahun 2010 tentang izin dan
penyelenggaraan praktek bidan.
2. Klasifikasi Infertilitas dapat dibagi 2 yaitu
a. Infertilitas primer berarti pasangan suami istri belum mampu dan
belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual
sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi
dalam bentuk apapun.
b. Infertilitas sekunder berarti pasangan suami istri telah atau pernah
memiliki anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki
anak lagi setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per
minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun.
Pasangan Usia Subur (PUS) yang menderita infertilitas sebanyak 524
(5,1% Pus dari dari 10205 Pus ( Syamsyiah,2010)
Walaupun pasangan suami-istri dianggap infertile, bukan tidak mungkin
kondisi infertile sesungguhnya hanya dialami oleh sang suami atau sang

4
istri. Hal tersebut dapat dipahami karena proses pembuahan yang
berujung pada kehamilan dan lahirnya seorang manusia baru merupakan
kerjasama antara suami dan istri. Kerjasama tersebut mengandung arti
bahwa dua faktor yang harus dipenuhi adalah:
(1) suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga
mampu menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria
(spermatozoa) ke dalam organ reproduksi istri.
(2) istri memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat sehingga
mampu menghasilkan sel kelamin wanita (sel telur atau ovum) yang
dapat dibuahi oleh spermatozoa dan memiliki rahim yang dapat
menjadi tempat perkembangan janin, embrio, hingga bayi berusia
cukup bulan dan dilahirkan. Apabila salah satu dari dua factor yang
telah disebutkan tersebut tidak dimiliki oleh pasangan suami-istri,
pasangan tersebut tidak akan mampu memiliki anak.
3. Faktor Penyebab Infertilitas
Faktor-faktor yang mempengaruhi infertilitas, antara lain:
a.  Umur
Kemampuan reproduksi wanita menurun drastis setelah
umur 35 tahun. Hal ini dikarenakan cadangan sel telur yang
makin sedikit. Fase reproduksi wanita adalah masa sistem
reproduksi wanita berjalan optimal sehingga wanita
berkemampuan untuk hamil. Fase ini dimulai setelah fase
pubertas sampai sebelum fase menopause.Fase pubertas wanita
adalah fase di saat wanita mulai dapat berproduksi, yang ditandai
dengan haid untuk pertama kalinya (disebut menarche) dan
munculnya tanda-tanda kelamin sekunder, yaitu membesarnya
payudara, tumbuhnya rambut di sekitar alat kelamin, dan
timbunan lemak di pinggul. Fase pubertas wanita terjadi pada
umur 11-13 tahun. Adapun fase menopause adalah fase di saat
haid berhenti. Fase menopause terjadi pada umur 45-55 tahun.
Pada fase reproduksi, wanita memiliki 400 sel telur. Semenjak
wanita mengalami menarche sampai menopause, wanita

5
mengalami menstruasi secara periodik yaitu pelepasan satu sel
telur. Jadi, wanita dapat mengalami menstruasi sampai sekitar 400
kali. Pada umur 35 tahun simpanan sel telur menipis dan mulai
terjadi perubahan keseimbangan hormon sehingga kesempatan
wanita untuk bisa hamil menurun drastis. Kualitas sel telur yang
dihasilkan pun menurun sehingga tingkat keguguran meningkat.
Sampai pada akhirnya kira-kira umur 45 tahun sel telur habis
sehingga wanita tidak menstruasi lagi alias tidak dapat hamil lagi.
Pemeriksaan cadangan sel telur dapat dilakukan dengan
pemeriksaan darah atau USG saat menstruasi hari ke-2 atau ke-3).
b. Lama infertilitas
Berdasarkan laporan klinik fertilitas di Surabaya, lebih dari
50% pasangan dengan masalah infertilitas datang terlambat.
Terlambat dalam artian umur makin tua, penyakit pada organ
reproduksi yang makin parah, dan makin terbatasnya jenis
pengobatan yang sesuai dengan diberi batasan jumlah bulan
dimana pasangan melakukan senggama tanpa metode
kontrasepsi.Hal ini penting karena dapat memberikan informasi
prognostik tentang infertilitas tiga tahun atau kurang mempunyai
kemungkinan lebih besar untik mengalami kehamilan spontan
dikemudian hari,Jika infertilitas lebih panjang maka sangat
mungkin ada masalah biologis yang berat (Kurniawan ,2010)
Untuk pria dengan infertilitas skunder,jangka waktu yang lebih
panjang dari kehamilan terakhir dapat berhubungan dengan
peningkatan kemungkinan kelainan yang didapat pada diagnosis
pasangan tersebut (Puspayanti,2009)
c. Stress
Stres memicu pengeluaran hormon kortisol yang
mempengaruhi pengaturan hormon reproduksi.
d. Lingkungan
Paparan terhadap racun seperti lem, bahan pelarut organik
yang mudah menguap, silikon, pestisida, obat-obatan (misalnya:

6
obat pelangsing), dan obat rekreasional (rokok, kafein, dan
alkohol) dapat mempengaruhi sistem reproduksi. Kafein
terkandung dalam kopi dan teh.
e. Hubungan Seksual
Penyebab infertilitas ditinjau dari segi hubungan seksual
meliputi: frekuensi, posisi, dan melakukannya tidak pada masa
subur.
f. Frekuensi
Hubungan intim (disebut koitus) atau onani (disebut
masturbasi) yang dilakukan setiap hari akan mengurangi jumlah
dan kepadatan sperma. Frekuensi yang dianjurkan adalah 2-3 kali
seminggu sehingga memberi waktu testis memproduksi sperma
dalam jumlah cukup dan matang.
g. Posisi
Infertilitas dipengaruhi oleh hubungan seksual yang
berkualitas, yaitu dilakukan dengan frekuensi 2-3 kali seminggu,
terjadi penetrasi dan tanpa kontrasepsi. Penetrasi adalah
masuknya penis ke vagina sehingga sperma dapat dikeluarkan,
yang nantinya akan bertemu sel telur yang “menunggu” di saluran
telur wanita. Penetrasi terjadi bila penis tegang (ereksi). Oleh
karena itu gangguan ereksi (disebut impotensi) dapat
menyebabkan infertilitas. Penetrasi yang optimal dilakukan
dengan cara posisi pria di atas, wanita di bawah. Sebagai
tambahan, di bawah pantat wanita diberi bantal agar sperma dapat
tertampung. Dianjurkan, setelah wanita menerima sperma, wanita
berbaring selama 10 menit sampai 1 jam bertujuan memberi
waktu pada sperma bergerak menuju saluran telur untuk bertemu
sel telur.
h. Masa Subur
Marak di tengah masyarakat bahwa supaya bisa hamil, saat
berhubungan seksual wanita harus orgasme. Pernyataan itu keliru,
karena kehamilan terjadi bila sel telur dan sperma bertemu. Hal

7
yang juga perlu diingat adalah bahwa sel telur tidak dilepaskan
karena orgasme. Satu sel telur dilepaskan oleh indung telur dalam
setiap menstruasi, yaitu 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Peristiwa itu disebut ovulasi. Sel telur kemudian menunggu
sperma di saluran telur (tuba falopi) selama kurang-lebih 48 jam.
Masa tersebut disebut masa subur.
i. Kondisi Reproduksi Wanita
Kelainan terbanyak pada organ reproduksi wanita penyebab
infertilitas   adalah endometriosis dan infeksi panggul, sedangkan
kelainan lainnya yang lebih jarang kejadiannya adalah mioma
uteri, polip, kista, dan  saluran telur tersumbat (bisa satu atau dua
yang tersumbat.) Gangguan pada wanita yang mungkin terjadi
diantaranya :
1). Masalah vagina
Masalah vagina yang dapat menghambat penyampaian adalah
adanya      sumbatan atau peradangan. Sumbatan psikogen
disebut  vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan
anatomik dapat karena bawaan atau perolehan.
2) Masalah serviks
Masalah serviks yang berpotensi mengakibatkan vertilitas
adalah terdapat berbagai kelainan anatomi serviks yang
berperan seperti terjadi cacat bawaan (atresia), polip serviks,
stenosis akibat trauma, peradangan dan sineksia.
3) Masalah uterus
Masalah penyebab infertilitas yang dapat terjadi di uterus
adalah distorsia kavum uteri karena sineksia, mioma atau
polip, peradangan endometrium, dan gangguan
kontraksiuterus.
j. Kondisi Reproduksi Pria
Sperma berasal dari kata spermatozoa, yaitu sel kelamin
jantan yang memiliki bulu cambuk. Bentuk sperma mirip
kecebong.Sperma dihasilkan oleh testis. Cairan nutrisi sperma

8
berupa cairan putih, kental, dan berbau khas yang disebut
semen. Proses pengeluaran semen dan sperma disebut ejakulasi,
sehingga cairannya disebut juga dengan cairan ejakulat.Sperma
membawa sifat dari bapak, yang nantinya akan bertemu dengan
sel telur yang membawa sifat dari ibu. Oleh karena itu, kualitas
sperma dan sel telur yang baik menjadi factor penting dalam
kehamilan. Gangguan yang terjadi pada pria diantaranya :
1).Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular)
Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu hipofisis
yang bertugas mengeluarkan hormon FSH dan LH.Kedua
hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan
hormon testosteron, akibatnya produksi sperma dapat
terganggu.Terapi yang bisa dilakukan adalah dengan terapi
hormon.
2).Gangguan didaerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan,
gangguan fisik, atau infeksi.Bisa juga terjadi, selama pubertas
testis tidak berkemban dengan baik, sehingga produksi
sperma menjadi terganggu.
3).Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma tidak
dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena salurannya
buntu.Penyebabnya bisa jadi  bawaan sejak lahir, terkena
infeksi penyakit -seperti tuberkulosis (Tb)
4.Penyakit Penyebab Infertilitas
a.  Endometriosis
Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya
berada di lapisan paling dalam rahim (lapisan endometrium)
terletak dan tumbuh di tempat lain. Endometriosisbisa terletak di
lapisan tengah dinding rahim (lapisan myometrium) yang disebut
jugaadenomyosis, atau bisa juga terletak di indung telur, saluran
telur, atau bahkan dalam rongga perut.Gejala umum penyakit

9
endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul
terutama pada saat haid dan berhubungan intim, serta tentu saja
infertilitas.
b.  Infeksi Panggul
Infeksi panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran
reproduksi wanita bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran
telur, indung telur, atau dinding dalam panggul. Gejala umum
infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah pusar ke bawah (pada
sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat
berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau
berbau. Infeksi panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual,
aktivitas fisik yang berat, pemeriksaan panggul, dan pemasangan
AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim, misalnya: spiral).
c. Mioma Uteri
Mioma uteri adalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran
jaringan otot yang ada di rahim.Tergantung dari lokasinya, mioma
dapat terletak di lapisan luar, lapisan tengah, atau lapisan dalam
rahim.Biasanya mioma uteri yang sering menimbulkan infertilitas
adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam (lapisan
endometrium). Mioma uteribiasanya tidak bergejala. Mioma aktif
saat wanita dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause-
mioma uteri akan mengecil atau sembuh.
d. Polip
Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang
biasanya diakibatkan olehmioma uteri yang membesar dan
teremas-remas oleh kontraksi rahim.Polip dapat menjulur keluar ke
vagina. Polip menyebabkan pertemuan sperma-sel telur dan
lingkunganuterus terganggu, sehingga bakal janin akan susah
tumbuh.
e. Saluran Telur yang    Tersumbat
Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa
bertemu dengan sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias

10
tidak terjadi kehamilan.Pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui saluran telur yang tersumbat adalah dengan HSG
(Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan röntgen
(sinar X) untuk melihat rahim dan saluran  telur.
f. Sel Telur
Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang
umumnya merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan
sel telur (ovulasi). Delapan puluh persen penyebab gangguan
ovulasi adalah sindrom ovarium polikistik.Gangguan ovulasi
biasanya direfleksikan dengan gangguan haid. Haid yang normal
memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid 80 cc
dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi
di luar itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke
dokter.
5. Penatalaksanaan Infertilitas
a. Pemberian antibiotic
Pemberian antibiotik diberikan pada pria yang memiliki
gangguan infeksi traktus genitalis yang menyumbat vas deferens
atau merusak jaringan testis.
b. Pembedahan
Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada pasien mioma dan
tuba yang tersumbat.Tindakan pembedahan ini akan meninggalkan
parut yang dapat meyumbat atau menekuk tuba sehingga akhirnya
memerlukan pembedahan untuk mengatasinya.
c. Terapi
Terapi dapat dilakukan pada penderita endometriosis. Terapi
endometriosis terdiri dari menunggu sampai terjadi kehamila
sendiri, pengobatan hormonal,atau pembedahan konservatif.
d. Tindakan pembedahan/operasi Varikokel.
Tindakan yang saat ini dianggap paling tepat adalah dengan operasi
berupa pengikatan pembuluh darah yang melebar (varikokel)
tersebut. Suatu penelitian dengan pembanding menunjukkan

11
keberhasilan tindakan pada 66 % penderita berupa peningkatan
jumlah sperma dan kehamilan, dibandingkan dengan hanya 10 %
pada kelompok yang tidak dioperasi.
e.  Memberikan    suplemen vitamin
Infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya merupakan
masalah bermakna karena meliputi 20 % penderita.
Penanggulangannya berupa pemberian beberapa macam obat, yang
dari pengalaman berhasil menaikkan jumlah dan kualitas sperma.
Usaha menemukan penyebab di tingkat kromosom dan
keberhasilan manipulasi genetik tampaknya menjadi titik harapan
di masa datang.
f. Tindakan operasi pada penyumbatan di saluran sperma.
Bila sumbatan tidak begitu parah, dengan bantuan mikroskop
dapat diusahakan koreksinya. Pada operasi yang sama, dapat juga
dipastikan ada atau tidaknya produksi sperma di buah zakar.
g. Menghentikan obat-obatan yang diduga menyebabkan gangguan
sperma.
h. Menjalani teknik reproduksi bantuan.
Dalam hal ini adalah inseminasi intra uterin dan program bayi
tabung. Tindakan inseminasi dilakukan apabila ada masalah jumlah
sperma yang sangat sedikit atau akibat masalah antobodi di mulut
rahim. Pria dengan jumlah sperma hanya 5-10 juta/cc (dari normal
20 juta) dapat mencoba inseminasi buatan.
6. Pencegahan Infertilitas
a. Terapi kasus infertilitas lebih banyak menggunakan tanaman herbal
karena memiliki efek samping yang minimal (Palaniyapan et
al,2013)
b. Salah satu obat yang dapat menginduksi terjadinya infertilitas pada
pria adalah siproteron acetat.Obat ini termasuk golongan agen anti
androgen yang dipakai untuk terapi hirsutisme pada wanita
(IAI,2012)

12
c. Berperilaku sehat .
d. Hindari obat yang mempengaruhi jumlah sperma, sepreti obat 
darah tinggi.

7. Peran bidan dalam memberikan asuhan kebidanan pada pasien


infertilitas sekunder
Tugas seorang bidan dikomunitas adalah sangat
komplek.Seorang bidan yang profesional harus mengenal berbagai
masalah kebidanan yang bisa dijumpai dalam masyarakat.Salah
satunya adalah masalah infertilitas pada pasangan suami
istri.Kewenangan bidan ini sudah jelas tertuang dalam Permenkes
Nomor 28 Tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktek
bidan.
Adapun kewenangan bidan diKomunitas menurut Permenkes 900
standar asuhan Kebidanan,dan kode etik bidan adalah :
a. Fertilitas dengan KB
b. Infertilitas :
1) Melakukan rujukan sehingga pasangan Infertil mendapat
penanganan yang tepat.
2) Konseling tentang variasi dalam hubungan seksual,cara
menghitung masa subur,makanan yangdapat meningkatkan
hubungan suami istri.
3) Mencari ketenangan Psikologi.

13
B . MANAJEMEN KEBIDANAN

Pengertian Manajemen Kebidanan

Manejemen Asuhan Kebidanan pada ibu berdasarkan Standar Asuhan

Kebidanan, Standar Asuhan Kebidanan adalah acuan dalam proses

pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai

dengan wewenang dan ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat

kebidanan. Mulai dari Pengkajian, Perumusan diagnosis dan atau masalah

kebidanan, perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan

kebidanan.

1) STANDAR 1: Pengkajian

Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, releven dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien

a) Kriteria Pengkajian :

1. Data tepat, akurat dan lengkap

2. Terdiri dari data subjektif ( Hasil Anamesa; biodata, keluhan

utama, riwayat obstetri, riwayat kesehatan dan latar belakang

sosial budaya)

3. Data Objektif (Hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan

pemeriksaan penunjang).

2) STANDAR II : Perumusan Diagnosis dan atau MasalahKebidanan

Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,

Mengiterprestasikannya secara akurat dan logis untuk menegakkan

diagnosa dan masalah kebidanan yang tepat.

14
a) Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah

1. Diagnosa dengan nomenklatur kebidanan

2. Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien

3. Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,

kolaborasi, dan rujukan.

3) STANDAR III : Perencanaan

Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif, effisien dan aman berdasarkan evidence based kepada

klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

a. Kriteria Perencanaan

1. Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan

kondisi klien; tindakan segera,tindakan antisipasi, dan asuhan

secara komprehensif.

2. Melibatkan klien/ pasien dan atau keluarga.

3. Mempertimbangkan kondisi psikologi, sosial budaya

klien/keluarga.

4. Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan

klien berdasarkan evidence based dan memastikan bahwa

asuhan yang diberikan bermanfaat untuk klien.

5. Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku,

sumberdaya serta fasilitas yang ada.

15
4. STANDAR IV : Implementasi

Bidan melaksankan rencana asuhan kebidanan secara

komprehensif,efisien,efektif dan aman berdasarkan evidence based

kepada klien/pasien,dalam bentuk upaya promotif ,preventif,kuratif

dan rehabilitatif. Dilaksankan secara mandiri ,kolaborasi dan rujukan

a. Kriteria Perencanaan

1. Memperhatikan keunikan klien sebagai mahluk bio-psiko-sosial-

spiritual-kultural

2. Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien

dan atau keluarganya (inform consent)

3. Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidance base.

4. Melibatkan klien/pasien.

5. Menjaga privacy klien/pasien.

6. Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi.

7.Mengikuti perkembangan kondisi klien secaraberkesinambungan.

8. Menggunakan sumber daya ,sarana dan fasilitas yang ada dan

sesuai.

9. Melakukan tindakan sesuai standar.

10. Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.

5. STANDAR V : Evaluasi

Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan

untuk melihat keefektifkan dari asuhan yang sudah diberikan ,sesuai

dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

16
a. Kriteria Evaluasi

1. Penilaian dilakukan segerah setelah selesai melaksanakan

asuhan sesuai kondisi klien

2. Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien

dan keluarga

3. Evaluasi dilakukandengan standar

4. Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi

klien/pasien

6. STANDAR VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan

Bidan melakukan pencatatan secara lengkap secara lengkap,

akurat,singkat dan jelas mengenai keadaan /kejadian yang

ditemukan dan dilakukan dalam memberikan asuhan kebidanan

a. Kriteria pencatatan Asuhan Kebidanan

1. Pencatatn dilakukan segera setealah melaksanakan asuha

pada formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/status

pasien /buku KIA

2. Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP

3. S adalah subjektif, mencatat hasil anamnesa

4. O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan

5. A adalah analisa, mencatat diagnosa dan masalah kebidanan

P adalah penatalaksanaan,mencatat seluruh perencanaan dan

penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan

antisipatif, tindakan segera, tindakan secara komprehensif,

17
penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi/follow up dan

rujukan.

C. Metode Pendokumentasian SOAP

Menurut Walyani (2017), metode SOAP yaitu data sebagai berikut

a. S : Subjektif

1) Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klien melalui

anamnesa.

2) Tanda gejala subjektif yang diperoleh dari hasil bertanya pada

klien,suami atau keluarga (identitas umum,keluhan,riwayat

menarche,riwayat perkawinan,riwayat kehamilan, riwayat persalinan,

riwayat KB, riwayat penyakit keluarga,riwayat penyakit

keturunan,riwaynat psikososial,dan pola hidup).

3) Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandanyg klien.

Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat

seb5agai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan

diagnose. Pada orang yang bisu,dibagian data belakang “S” diberi

tanda “O” atau “X” ini menandakan orang itu bisu.Data subjektif

menguatkan diagnose yang dibuat.

b. O : Objektif

1) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien,hasil

laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung assasment.

2) Tanda gejala objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan (keadaan

umum,vital sign, fisik, pemeriksaan dalam, laboratorium dan

18
pemeriksaan penunjang, pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi,

auskultasi dan perkusi).

3) Data ini memberi bukti gejala klinis klien dan fakta yang berhubungan

dengan diagnosa. Data fisiologis,hasil observasi,informasi kajian

teknologi (hasil laboratorium,sinar X,rekaman CTG dan lain-lain)

serta informasi dari keluarga atau oranyg lain dapat dimasukkan

dalam kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi

komponen yang berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.

c. A : Asasesment

1) Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau

disimpulkan. Karena keadaan klien terus berubah dan selalu ada

informasi baru baik subjektif maupun objektif,maka proses pengkajian

adalah suatu proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah sesuatu

yang penting dalam mengikuti perkembanygan klien.

2) Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data

subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :

a) Diagnosa/Masalah

(1) Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai kondisi

klien: hamil, bersalin, nifas dan bayi baru lahir.Berdasarkan hasil

anyalisa yang diperoleh.

(2) Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga

kebutuhan klien terganggu.

(3) Antisipasi masalah lain/diagnosa potensial.

19
d. P : Penatalaksanaan

Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi

berdasarkan assesment.Untuk perencanaan,implemenrasi dan evaluasi

dimasukkan dalam “P”.

1) Perencanaan

Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Rencana

tindakan tersebut berisi tujuan dan hasil yang akan dicapai dalam

langkah-langkah kegiatan termasuk rencana evaluasi.

2) Implementasi

Tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana yang

telah disusun.Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang

telah lazim dikuti atau dilakukan.

3) Evaluasi

Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui kemajuan hasil dari

tindakan yang dilakukan.Semakin dekat hasil tindakan yanyg

dilakukan dengan sasaran yang ditetapkan didalam kriteria

evaluasi,tindakan akan mendekati keberhasilan yang diharapkan.

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn ”J”


TERHADAP Ny ”N” DENGAN INFERTILITAS SEKUNDER DI
PUSKESMAS SIKAP DALAM
TANGGAL 8 JULI 2019

I. PENGKAJIAN
Tanggal 8 juli 2019 Pukul 10.10 WIB

A. Data dan Identitas Keluarga


(1) Biodata
Nama KK : Tn “J”
Umur : 32 Tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Sumatera / Indonesia
Pekerjaan : Tani
Pendidikan : SMA
Alamat : Desa Karang Dapo Kecamatan Sikap Dalam

(2) NamaAnggota Keluarga


No Nama Umur Jenis Status Pendidikan Pekerjaan Agama Ket
Anggota Kelamin
Keluarga
1. Tn.J 32 ♂ Nikah SLTA Tani Islam
2. Ny.N 30 ♀ Nikah SLTA IRT Islam
3. An.L 12 ♂ Belum SD Pelajar Islam
Nikah

21
(3) Riwayat kesehatan keluarga :
1. Riwayat penyakit yang diderita pasien
 Penyakit menular (AIDS, TBC, Sifilis) : tidak ada
 Penyakit keturunan (Hypertensi, jantung, ginjal) : tidak ada
 Penyakit yang pernah diderita pasien : tidak ada
2. Riwayat penyakit keluarga/ keturunan
 Penyakit menular (AIDS, TBC, Sifilis) : tidak ada
 Penyakit keturunan (Hypertensi, jantung, ginjal) : tidak ada
3. Riwayat operasi yang pernah dijalani : tidak ada
4. Riwayat Kehamilan dan persalinan kembar : tidak ada
5. Riwayat Alergi Obat : tidak ada
(4) Pengambilan keputusan : suami
(5) Hubungan dalam keluarga : ibu mengatakan hubungan dengan keluarga
maupun tetangga baik – baik saja.
(6) Keadaan psikologis dan spiritual
Pengambilan keputusan keluarga : suami
Kebiasaan Minum alkohol/Nafza dan obat terlarang lainya : tidak ada
(7) Sosio Kultural : hubungan dengan tetangga harmonis, keluarga aktif
dalam kegiatan kemasyarakatan.
(8) Kebiasaan Sehari – hari
(a) Kebiasaan tidur
Tidur malam : 8 Jam/hari
Tidur siang : 1 Jam/hari
Aktivitas : mengerjakan pekerjaan rumah
(b) Kebiasaan makan sehari – hari
Makan : 3 x sehari
Porsi : 1 porsi
Jenis makan : nasi, sayur, lauk-pauk, dan buah-buahan
Pagi : nasi, lauk, sayur
Siang : nasi, lauk, sayur dan buah
Malam : nasi, lauk, sayur
Pantangan makan : tidak ada

22
Minum : : 7-8 Gelas/Hari
Jenis Minum : air putih dan teh
(c) Pola eliminasi
BAB
Frekuensi : 1 x/hari Penyulit: : tidak ada
Warna : kuning Konsistensi : lembek
BAK
Frekuensi : 5-7 x/hari Penyulit : tidak ada
Warna : kuning jernih
(d) Kebersihan perorangan/personal hygiene
Mandi : 2 x/hari
Ganti pakaian Dalam : 3 x/hari
Gosok Gigi : 2 x/hari
(e) Pola kebiasaan : hidup bersih
(f) Penggunaan waktu senggang :
Penggunaan waktu luang oleh ibu digunakan untuk kegiatan ibu-
ibu RT/RW
Ayah sehari-hari bekerja sebagai tani, waktu luangnya biasanya
digunakan untuk menonton TV, bercengkrama dengan tetangga.
(g) Rekreasi Keluarga
Keluarga memanfaatkan waktu luang dengan menonton tv dan
bermain dengan anak setelah seharian beraktifitas sebagai sarana
rekreasi.
(h) Keadaan social Ekonomi
Kepala keluarga bekerja sebagai wiraswasta di pasar, yang
berpenghasilan antara  1.000.000 - 2.000.000.rupiah perbulan
(9) Riwayat pernikahan : lamanya 13 tahun, merupakan pernikahan pertama
bagi Tn.”J” dan Ny.“N” Hubungan dalam keluarga cukup harmonis.

23
(10) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu

Suam Anak Kehamilan Persalinan Bayi Nifas KB


i ke ke
usia penyulit Jenis Penyakit tempat penolong L/P BB/PB Keadaan Penyulit Laktas
i
1 1 38 Tidak spontan Tidak ada Puskesmas Bidan L 3000 gram baik Tidak ada lancar suntik
minggu ada

(11) Tiga bulan terakhir tidak ada anggota keluarga yang sakit : ibu
mengatakan tidak ada yang sakit dalam tiga bulan terakhir.
(12) Status imunisasi : Bayinya dari sejak lahir sudah mendapatkan imunisasi
langsung yaitu hepatitis B
(13) Status gizi saat balita : Pertumbuhan fisik keluarga baik, berat badan
sesuai dengan umur
(14) Riwayar KB : ibu menggunakan suntik kb 3 bulan
(15) Riwayat Ginekologi
a. Ibu tidak pernah mengalami tumor payudara dan kandungan.
b. Ibu tidak pernah mengalami infeksi saluran reproduksi
c. Ibu tidak pernah mengalami keputihan yang berlebihan.
(16) Riwayat makanan tambahan
Keluarga mendapatkan makanan tambahan berupa kue, agar – agar,dll

Pengumpulan Data Obyektif


Pemeriksaan Fisik Anggota Keluarga Tn.I ( Tn.J)
Kepala
Rambut : hitam, tidak berketombe
Pembengkakan/benjolan : tidak ada
Luka pada kepala : tidak ada

Muka
Keadaan : simetris
Warna : kemerahan

24
Mata
Keadaan : simetris
Kotoran : tidak ada
Sklera : tidak ikterik
Konjungtiva : merah muda
Tanda – tanda infeksi : tidak ada

Hidung
Keadaan : baik
Kesimetrisan : simetris
Lubang hidung : +/+

Mulut dan gigi


Keadaan : simetris, gigi tidak ada caries, kebersihan cukup.

Telinga
Keadaan : simetris, kebersihan cukup
Daun telinga : baik

Leher
Keadaan : baik
Pergerakan : aktif
Benjolan : tidak ada

Dada
Keadaan : simetris
Putting susu : menonjol
Frekuensi dan bunyi nafas : 36 x permenit, bunyi nafas tidak ada kelainan
Frekuensi dan bunyi jantung : Normal

25
Abdomen
Keadaan : baik
Bentuk : simetris

Kulit
Keadaan : baik
Warna : kemerahan
Tanda lahir : tidak ada

Genetalia
Laki – laki
Keadaan : bersih
Kesimetrisan : simetris
Kebersihan :bersih
Skrotum : baik
Punggung dan anus
Gerakan pada panggul : baik
Tulang belakang : tidak ada spina bifida
Anus : ada
Ekstremintas
Bahu lengan dan tangan
Kesimetrisan : simetris
Gerakan : aktif
Jumlah jari : lengkap tidak sidaktili , tidak polidaktil
Refleks grasping : ada

Tungkai dan kaki


Bentuk : simetris, tidak ada udema

Tanda-tanda Vital
TD : 120/70 mmHg
Pulse : 82 x/menit

26
Suhu : 36°C
RR : 20 x/menit

1. Pemeriksaan Fisik anggota Keluarga Tn.II (Tn.J)


a. Kepala
Rambut : hitam, kebersihan cukup, tidak ada
ketombe
Pembengkakan/benjolan : tidak ada
b. Muka
Keadaan : simetris
Warna : kemerahan
c. Mata
Keadaan : simetris
Kotoran : tidak ada
Sklera : tidak ikterik
Konjungtiva : merah muda
Tanda – tanda infeksi : tidak ada
d. Hidung
Keadaan : baik
Kesimetrisan : simetris
Lubang hidung : +/+
e. Mulut
Keadaan : simetris
Bibir : tidak ada labia palate schiziz, gigi tidak ada
caries
f. Telinga
Keadaan : simetris, kebersihan cukup
Daun telinga : baik
g. Leher
Keadaan : baik
Pergerakan : aktif
Benjolan : tidak ada

27
h. Dada
Keadaan : simetris
Putting susu : ada
Frekuensi dan bunyi nafas : 36 bunyi nafas tidak ada kelainan
Frekuensi dan bunyi jantung : Normal
i. Abdomen
Keadaan : baik
Bentuk : simetris
j. Kulit
Keadaan : baik
Warna : kemerahan
Tanda lahir : tidak ada
k. Genetalia : Bersih
l. Ekstremintas
Bahu lengan dan tangan
Kesimetrisan : simetris
Gerakan : aktif
Jumlah jari : lengkap tidak sidaktili , tidak polidaktil
Tungkai dan kaki
Bentuk : simetris
Pergerakan : ada
Jumlah jari : lengkap tidak sidaktili, tidak polidaktil
Tanda-tanda Vital
TD : 110/70 mmHg
Pulse : 80 x/menit
Suhu : 36°C
RR : 20 x/menit

ANALISA DATA :
Ny “N” umur 30 tahun ibu dengan Infertilitas Sekunder.

28
D.PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan fisik ibu
dalam keadaan normal dan menjelaskan bahwa ibu mengalami infertilitas
sekunder,ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
2. Memberikan konseling tentang infertilitas sekunder adapun pengertian
infertilitas sekunder itu sendiri adalah pasangan suami istri telah atau
pernah memiliki anak sebelumnya,tetapi saat ini belum memiliki anak lagi
setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali perminggu tanpa
menggunakan alat kontrasepsi. Beberapa penyebab dari infertilitas adalah
umur,lama infertilitas,stres,lingkungan,hubungan seksual,Frekuensi
hubungan seksual.Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
3. Memberikan konseling tentang variasi dalam hubungan seksual,ibu
mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
4. Memberi tahu ibu tentang cara menghitung masa subur
5. Memberikan konseling tentang memilih makanan yang dapat
meningkatkan kesuburan,misal terong dan kecambah.ibu mengerti dengan
penjelasan yang diberikan.
6. Membantu ibu untuk mencari ketenangan psikologis sehingga tidak terlalu
membebani ibu.
7. Melakukan rujukan sehingga pasangan infertile mendapatkan penanganan
dengan tepat.

29
. BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil pemeriksaan didapatkan data subjektif yang dilakukan pada


tanggal 14 Mei 2019 pukul 09.00 Wib didapatkan hasil Ny “N” umur 30 th,
nama suami Joni umur 32 tahun alamat desa Karang dapo Kecamatan Sikap
Dalam Kabupaten Empat Lawang.
Data objektif keadaan umum baik, kesadaran composmetis T/D‘110/70 mmhg
nadi 80x/menit pernafasan 20x/menit dan Berat badan 77kg.Dari hasil
pemeriksaan fisik ibu ini tidak ada kelainan, dan memberitahukan kepada ibu
bahwa ibu mengalami infertilitas sekunder.
Memberikan penjelasan pada ibu bahwa tingkat kesuburan seseorang
berbeda-beda,hal ini juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya
adal stres,pola makan ,Faktorhubungan sexual dan psikologis ibu sendiri.ibu
dapat mengerti dan memahami hal tersebut.
Dengan memberikan KIE tentang infertilitas terhadap ibu sedikitnya ibu
mengetahui , bahwa sesuai dengan pendapat Wiknjoastro (2005) bahwa
infertilitas dapat dibagi 2 yaitu
a. Infertilitas primer berarti pasangan suami istri belum mampu dan belum
pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3
kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam bentuk apapun
b. Infertilitas sekunder berarti pasangan suami istri telah atau pernah mmiliki
anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah
1 tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa
menggunakan alat kontrasepsi dalamn bentuk apapun
Berdasarkan dengan hasil praktek yang didapatkan dilapangan bahwa
kasus dalam laporan tugas akhir ini sesuai dengan teori dan peran serta bidan
yang tertuang dalam kewenangan bidan yang tertuang dalam Permenkes 28
Tahun 2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktek bidan.
Adapun kewenangan bidan dikomunitas menurut Permenkes 900 standar
asuhan kebidanan dan kode etik bidan adalah :
a. Fertilitas dengan KB

30
b. Infertilitas
1) Melakukan rujukan sehingga pasangan Infertile mendapat penanganan
yang tepat
2) Konseling tentang variasi dalam hubungan seksual,cara menghitung
masa subur,makanan yang dapat meningkatkan hubungan suami istri.
3) Mencari ketenangan psikologi
Dalam kasus ini ibu sudah melakukan pemeriksaan dengan dokter
specialis dan ini dilakukan ibu 3 bulan sekali untuk melihat perkembangan dan
hasil pemeriksaan selanjutnya.Terakhir ibu melakukan pemeriksaan pada bulan
Mei 2019 ibu masih dianjurkan untuk mengatur pola makan karena berat badan
ibu masih melebihi batas normal.ibu mengerti dan berusaha untuk menjalankan
perintah dokter .

31
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
a. Dari hasil pengkajian data terhadap Ny”N” didapatkan data subjektif
pada ibu dengan Infertilitas Sekunder.
b. Dari hasil pengkajian data terhadap Ny”N” didapatkan data objektif
pada ibu dengan infertilitas Sekunder
c. Dapat menganalisis sekaligus menentukan diagnosa terhadap Ny”N”
dengan Infertilitas Sekunder.
d. Dapat melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan infertilitas
Sekunder.
e. Dapat melaksanakan dan mendokumentasikan asuhan kebidanan pada
ibu dengan infertilitas Sekunder.

B. SARAN
a. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan hasil laporan tugas akhir ini dapat dijadikan Referensi
yang bermanfaat bagi institusi pendidikan di masa mendatang.
b. Bagi Lahan Praktek
1) Diharapkan dengan pembuatan makalah ini dapat digunakan
sebagai acuan untuk asuhan kebidanan Kesehatan Reproduksi .
2) Kepada tenaga kesehatan hendaknya mampu memberikan
konseling tentang kesehatan reproduksi kepada pasanagan usia
subur (PUS),sehingga kasus infertile dapat terdeteksi dengan cepat.

32
DAFTAR PUSTAKA

Aldini F,2012, Hubungan Body Mass Index dengan resiko terjadi infertilitas pada
perempuan. Surakarta : FK Universitas Sebelas Maret
Djumantono, 2009. Hanya 7 Hari Memahami Infertilitas, Bandung:PT Refika
Aditama.
Depkes RI, 2009 . pengertian infertilitas Jakarta : Kemenkes.
Easley, 2013. macam-macam infertilitas, Lampung Timur. Prosiding Semirata
FMIPA UNILA.
Feldman,S.R.(2012). Pengantar Psikologi (Ed.10). Jakarta: Salemba Humanika
Hariadi, M. (2015), Perbedaan penerimaan Diri Pasangan Infertilitas Ditinjau
Dari segi Kelamin, Skripsi, Pekanbaru: Fakultas Psikologi Universitas Islam
Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
Hestiantoro , Natadidisastra,& Wiweko, (2015). Endokrinologi Reproduksi dan
Infertilitas dalam praktek sehari-hari, Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Iai, 2012. pencegahan infertilitas. Jakarta: PT Renika Aditama.
Kurniran, (2014). Kesehatan Reproduksi Wanita dan Remaja. Jakarta Selatan:
Penerbit Salemba Medika.
Kementrian Kesehatan RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun2015.
Jakarta: Kemenkes.
Notoatmodjo,Soekidjo.2012.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka
Cipta.
Permenkes nomor 1464 tahun 2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktek
bidan. Jakarta: Kemenkes
Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta
Puspayanti,2010 Lama infertilitas pada pria
Pranata S,2009, Infertilitas dikalangan laki-laki Madura Studi
tentangPermasalahan Sosial dan Konsekuensi Infertilitas. Buletin
Penelitian Sistem Kesehatan.12(4): 393-402.
Syamsiah, 2010. Psikologi Perempuan Dengan Masalah Infertilitas Sekunder
Studi Fenomologi.

33

Anda mungkin juga menyukai