Anda di halaman 1dari 25

i

PROPOSAL LAPORAN TUGAS AKHIR

ASUHAN KEBIDANAN
PADA BALITA DENGAN GIZI KURANG
DI PUSKESMAS SIKAP DALAM TAHUN 2019

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Kebidanan

NAMA : LINDA
NIM : 40018017.P

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PALEMBANG PROGRAM STUDI RPL DIII KEBIDANAN
TAHUN 2019

i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS

Studi kasus ini hasil karya saya sendiri dan semua sumber yang dikutip maupun
Dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Linda

NIM : 40018017.P

Tanda tangan :

Tanggal : Maret 2019

ii
iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Tugas akhir ini diajukan oleh :


Nama : Linda
NIM : 40018017.P
Program Studi : D III Kebidanan
Judul LTA : Asuhan Kebidanan Pada Balita dengan Gizi Kurang
Di Puskesmas Sikap Dalam Tahun 2019.

Telah diperiksa dan telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan disetujui
untuk dilakukan proses ujian Proposal.

Palembang, Maret 2019


Pembimbing

Ria Gustirini, SST.M.Keb


NBM :
Disetujui
Ketua Program Studi DIII Kebidanan

Citra Purwanti, SST.,M.Kes


NBM : 1006167

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Tugas akhir ini diajukan oleh :


Nama : Linda
NIM : 40018027.P
Program Studi : D III Kebidanan
Judul LTA : Asuhan Kebidanan Pada Balita dengan Gizi Kurang
Di Puskesmas Sikap Dalam Tahun 2019.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Kebidanan pada Program Studi DIII Kebidanan,Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Muhammadyah Palembang.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ria Gustirini, SST,M.KEB ( )

Penguji I :

Ditetapkan di : Palembang
Tanggal : Maret 2019
Ketua STIKes MP

Heri Shatriadi, S.Pd, M.Kes


NBM : 881661

iv
v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Proposal Laporan Tugas Akhir yang
berjudul Asuhan Kebidanan pada balita dengan BGM di Puskesmas Sikap Dalam,
dapat diselesaikan dengan lancar dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Studi kasus ini ditulis sebagai Proposal Laporan Tugas Akhir(LTA) yang
merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program
percepatan DIII Kebidanan STIKes Muhammaduyah palembang.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang turut membantu
dalam penulisan makalah ini :

1. Bapak Heri Shatriadi, S.Pd, M.Kes selaku Ketua STIKes


Muhammadiyah Palembang
2. Ibu Citra Purwanti SST,M.Kes Selaku Ka.Prodi D3 Kebidanan
3. Ibu Ria Gustirini.SST,M.Keb Selaku dosen pembimbing
4. Bapak Wahid, SKM selaku Kepala UPTD Puskesmas Sikap Dalam
5. Seluruh Dosen Stikes Muhammadiyah Palembang yang turut
membimbing.
6. Suami dan Anak - anakku yang telah memberikan dukungan dalam
pendidikan ini.
7. Rekan – rekan D3 Kebidanan yang telah ikut berperan aktif dalam
penyelesaian Proposal Laporan Tugas Akhir (LTA) ini.

Ibarat gading tak ada yang tak retak, kritik dan saran selalu kami harapkan demi
perbaikan makalah kami. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

   Empat Lawang, Maret 2019

v
Penulis

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik STIKes Muhammadiyah Palembang, saya yang


bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Linda
NIM : 40018017.P
Program Studi : D III Kebidanan
Jenis Karya : Proposal Laporan Tugas Akhir

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


STIKes Muhammadiyah Palembang Hak Bebas Royalti Nonekslusif(Non-
exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : Asuhan
Kebidanan pada Balita dengan Gizi Kurang di Puskesmas Sikap Dalam Tahun
2019.

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan hanya bebas royalti non
ekslusif ini STIKes Muahmmadiyah Palembang berhak menyimpan, mengalih
media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat
dan mempublikasikan Tugas Akhir Saya selama tetap mencatumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Palembang
Tanggal : Maret 2019
Yang Menyatakan

vi
vii

Linda

ABSTRAK

Nama : Linda

NIM : 40018017.P

Program Studi : DIII Kebidanan

Judul : Asuhan Kebidanan Pada Balita Dengan Gizi Kurang


di Puskesmas Sikap Tahun 2019.
Jumlah Halaman : Halaman
(Latar belakang): Angka kematian balita (AKABA) merupakan salah satu
indikator derajat kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium
Development Goals (MDG’s), sampai dengan tahun 2015 Indonesia harus
menurunkan angka kematian balita dari 97/1000 , AKABA saat ini 44/1000 KH.
Artinya, kematian balita (0- 59 bulan) masih tinggi. Menurut World Health
Organization (WHO) 54% kematian bayi dan anak terkait dengan gizi kurang dan
gizi buruk. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa ada hubungan.
(Tujuan): Melaksanakan asuhan kebidanan pada An”Y” balita dengan berat
badan dibawah garis merah dengan menggunakan metode SOAP yang meliputi
Data Subjektif, objektif, analisa data dan penatalaksanaan. Apakah ditemukan
kesenjangan atau tidak antara teori dengan lahan, sehingga bisa memberikan
alternatif pemecahan masalah.
(Metode):Metode yang digunakan adalah onservasional deskriptif study kasus di
poli KIA Puskesmas Sikap Dalam pada asuhan Kebidanan pada An”Y” dengan
berat badan dibawah garis merah dan dilakukan pengumpulan data melalui
wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, studi dokumentasi dan studi pustaka.
(Hasil):Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Balita “Y” umur 3 tahun dengan
berat badan dibawah garis merah di poli KIA Puskesmas Sikap Dalam, maka hasil
asuhan yang didapat yaitu adanya kenaikan berat badan dan keluarga bersedia
untuk menjaga pola makan dengan memperhatikan gizi yang seimbang.
(Kesimpulan): Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada An”Y tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktek.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Pada Balita, BGM
Daftar Pustaka : ( 2009 – 2013 )

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i


HALAMAN PERNYATAAN ORISINIL ................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN TUGAS AKHIR ............................ iii
HALAMAN PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH vi
ABSTRAK vii
DAFTAR ISI viii
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
D. Manfaat 3
E. Ruang Lingkup 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4
1. Konsep Gizi 4
2. Konsep Berat Badan 7
BAB III. METODOLOGI 12
1. Pengertian .................................................................................. 12
2. Tekhnik, Jenis Data, Instrumen Pengumpulan Data 12

viii
ix

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Angka Kematian Balita dan Angka Kematian Bayi merupakan salah satu
indikator derajat kesehatan suatu negara. Angka Kematian Bayi berdasarkan
perhitungan SDKI pada tahun 2012 diperoleh AKB sebesar 32/1.000 KH.
Angka ini sudah jauh menurun. Namun masih memerlukan kerja keras dari
berbagai komponen, untuk mencapai target SDGs tahun 2030 jumlah AKB
sebesar 12/1.000 KH (Kemenkes RI, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO) 54% kematian bayi dan
anak terkait dengan gizi kurang dan gizi buruk. Berbagai penelitian telah
membuktikan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara kematian balita
dengan kurang gizi. Keadaan gizi yang buruk akan menurunkan daya tahan
anak sehingga anak mudah sakit hingga bisa berakibat pada kematian
(Depkes,2010).
Keadaan gizi kurang dan penyakit infeksi merupakan hubungan timbal
balik , yaitu hubungan sebab akibat. Keadaan giyi yang jelek dapat
mempermudah terkena infeksi, penyakit infeksi dapat memperburuk keadaan
gizi. Penyakit yang umum terjadi terkait masalah gizi antara lain diare,
tuberkulosis, campak, dan batuk rejan (Supriasa,2012).
Gizi buruk atau gizi kurang dapat dilihat dari status gizi balita yang
dideteksi melalui kurva berat badan pada KMS. Balita sehat, jika berat
badannya selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah kepita
warna diatasnya. Balita mengalami gangguan pertumbuhan atau perlu
perhatian khusus bila berat badan balita dibawah garis merah. Faktor
penyebab gizi buruk dan gizi kurang yaitu asupan gizi dan pemahaman

ix
tentang makanan yang aman untuk dimakan, penyakit menular, lingkungan,
akses terhadap pelayanan kesehatan dan pola asuh (Depkes,2010).
Kekurangan zat gizi pada anak disebabkan karena anak mendapatkan
makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan badan anak atau
adanya ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan kebutuhan gizi dari
segi kuantitatif maupun kualitatif. Gizi buruk dapat terjadi pada semua
kelompok umur, tetapi yang perlu diperhatikan adalah pada kelompok bayi
dan balita (Depkes,2010).
Balita adalah anak yang telah menginjak diatas satu tahun atau lebih
popular dengan pengertian usia anak dibawah lima tahun. Masa balita
merupakan usia yang penting dalam tumbuh kembang anak secara fisik.
Kondisi kecukupan gizi sangatlah berpengaruh pada kondisi kesehatannya
secara berskesimbungan pada masa mendatang.
Menurut Permenkes RI Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 pasal 10(b)
tentang pelayanan kesehatan anak,menurut pasal 11 ayat (1) bidan
mempunyai wewenang dalam memberikan asuhan pada bayi baru lahir, bayi,
anak balita dan anak pra sekolah. Dalam pasal 11 ayat (2) bidan dalam
memberikan pelayanan kesehatan anak sebagai mana dimaksud pada ayat (1)
berwenang untuk :
a. Melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi,IMD, dan injeksi Vit K1, perawatan
bayi baru lahir pada masa neonatal dan perawatan tali pusat
b. Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk
c. Penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan perujukan
d. Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra sekolah
f. Pemberian konseling dan penyuluhan
g. Pemberian surat keterangan kelahiran
h. Pemberian surat keterangan kematian.
Berdasarkan data di Puskesmas sikap Dalam tahun 2019 balita yang
menderita gizi kurang ada 18 orang (1,2%) dari jumlah balita.

x
xi

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka saya tertarik mengambil judul
“Bagaimana Asuhan Kebidanan pada An”Y” Balita dengan Gizi Kurang di
Puskesmas Sikap dalam Tahun 2019”

C. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan Kebidanan pada An”Y” balita
dengan gizi kurang menggunakan manajemen kebidanan.
b. Tujuan Khusus
1. Mampu melaksanakan pengumpulan data subjektif pada An”Y” balita
dengan gizi kurang di Puskesmas Sikap Dalam tahun 2019.
2. Mampu melaksanakan pengumpulan data objektif pada An”Y” balita
dengan gizi kurang di Puskesmas Sikap Dalam tahun 2019.
3. Mampu menganalisa dan menentukan diagnosa pada An”Y” balita
dengan gizi kurang di Puskesmas Sikap Dalam tahun 2019.
4. Mampu melaksanakan penatalaksanaan pada An”Y” balita dengan
gizi kurang di Puskesmas Sikap Dalam tahun 2019.
5. Mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah
dilaksanakan pada An”Y” dengan gizi kurang dengan metode SOAP.

D. MANFAAT
1. Bagi Puskesmas
Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam memberikan pelayanan
kesehatan di Puskesmas untuk meningkatkan pelayanan kesehatan mulai
dari masa kehamilan, persalinan, nifas dan menyusui serta neonatus.
2. Bagi STIKes Muhammadiyah Palembang

xi
Diharapkan dapat bermanfaat menjadi salah satu sumber referensi bagi
STIKes MP, khususnya Program Studi DIII kebidanan meningkatkan dan
mengembangkan materi pembelajaran kebidananan dan penerapan
Pelayanan kesehatan.

E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup laporan tugas akhir ini meliputi asuhan kebidanan pada
An”Y” baliata dengan gizi kurang, adapun waktu melakukan studi kasus di
mulai dari bulan Maret 2019 dilakukan di Puskesmas Sikap Dalam Empat
Lawang.

xii
xiii

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR STATUS GIZI


1. Pengertian Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari
keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan
utilisasinya(Sediaoetama, 2010).
Status gizi dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan
menggunakan Kartu Menuju Sehat dan ukuran LILA (Proverawati,2009).
Status gizi dapat dikriteriakan Gizi lebih, gizi baik, gizi kurang dan gizi
buruk. Gizi kurang pada KMS menunjukan garis pertumbuhan berada pada
bawah garis merah.
2. Faktor penyebab Gizi Kurang

3. Metode Penilaian Status Gizi


Secara umum peniliaan status gizi dapat dilihat dengan metode
langsung dan tidak langsung (Proverawati, 2010).
a. Secara langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat
penilaian yaitu:
1. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau
darisudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan
denganberbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dariberbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri
digunakan untukmelihat ketidakseimbangan asupan protein dan
energi.

xiii
Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan
jaringantubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
2. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilaistatus gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-
perubahanyang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan
gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata,
rambut dan mukosaoral atau pada organ-organ yang dekat dengan
permukaan tubuh sepertikelenjar tiroid. Metode ini umumnya
digunakan untuk survei klinis secara tepat (rapid clinical
surveys). Survei ini dirancang untukmendeteksi secara cepat tanda-
tanda klinis umum dari kekurangan salahsatu atau lebih zat gizi.
Disamping itu, digunakan untuk mengetahuitingkat gizi seseorang
dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda(sign) dan gejala
(symptom) atau riwayat penyakit.
3. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen
yangdiuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam
jaringantubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain darah,
urine, tinja danjuga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Metode ini digunakanuntuk suatu peringatan bahwa kemungkinan
akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala
klinis yang kurangspesifik, maka penentuan kimia faali dapat banyak
menolong untukmenentukan kekurangan gizi yang spesifik.
4. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status
gizidengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan
melihatperubahan struktur. Umumnya dapat digunakan dalam situasi
tertentuseperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night
blindnes).

b. Secara Tidak Langsung

xiv
xv

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga


(Proverawati,2010) yaitu :
1. Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi
secaratidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi
yangdikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat
memberikangambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluargadan individu. Survei ini dapat
mengindentifikasikan  kelebihan dankekurangan gizi.
2. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisisdata beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkanumur, angka kesakitan, dan kematian akibat penyebab
tertentu dan datalainnya yang berhubungan dengan gizi.
Penggunaannya dipertimbangkansebagai bagian dari indikator tidak
langsung pengukuran status gizi masyarakat.
3. Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah
ekologisebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan
lingkunganbudaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung
dari keadaanekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain.
Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk
mengetahui penyebab malnutrisi.

3. Pengukuran Status Gizi Anak


Penilaian antropometri merupakan metode penilaian status nutrisi
melaluiukuran tubuh tertentu.Penggunaan dan intrepretasi pengukuran
pertumbuhan kemungkinan sangatberbeda menurut tujuan klinis (individual)
atau tujuan kesehatan masyarakat (populasi secara keseluruhan). Pemilihan
indeks antropometri ditentukan oleh tujuan kegiatan penilaian status gizi, sifat-
sifat dan gambaran status gizi yang ditujukan berbagai indkes, serta
xv
kemungkinan memperoleh data antropometrimengingat kesediaan alat ukur
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI, 2011).

4. Status Gizi Kurang


Rendahnya status gizi berpengaruh terhadap kondisi kesehatan Balita, dampak
gizi kurang sebagai berikut:
1. Perkembangan motorik terganggu
Fungsi zat gizi pada masa Balita adalah untuk perkembangan dan
pertumbuhan. Gizi pada Balita juga digunakan untuk pemeliharaan tubuh.
Kondisi kurang gizi berpengaruh terhadap perkembangan dan pertumbuhan
khususnya perkembangan motorik anak.
2. Penyakit gizi
Kondisi status gizi kurang apa bila terus berlanjut dapat mengakibatkan
penyakit gizi seperti marasmus, kwashiokor dan marasmus kwashiorkor.
3. Tingkat kecerdasan
Tingkat kecerdasan dipengaruhi oleh asupan zat-zat gizi dari pra konsepsi
sampai dengan masa Balita, karena pertumbuhan otak paling cepat pada usia
Balita. Oleh karena itu perkembangan otak optimla diperlukan kondisi
status gizi yang baik.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Ada beberapa faktor yang sering merupakan penyebab gangguan gizi, baik
langsung maupun tidka langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi
khususnya gangguan gizi pada bayi dan balita adalah tidak sesuai   jumlah
giziyang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.
Beberapa faktor yang yang secara tidak langsung mendorong terjadinya
gangguan gizi terutama pada anak balita anatar lain (Proverawati, 2010):
a. Pengetahuan
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang
sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan
seadanya. Dengan demikian kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan
pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga

xvi
xvii

yang berpenghasilan cukup. Keadaan ini menunjujkkan bahwa


ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh menjadi penyebab
buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan balita. Masalah
gizi karena kurangnya pengetahuan dan ketrampilan dibidang memasak
akan menurunkan konsumsi makan anak., keragaman bahan dan keragaman
jenis makanan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebebasan.
b. Persepsi
Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanyak digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka
yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan
itu dianggap dapat menurunkan harkat keluarga. jenis sayuran seperti genjer,
daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan
protein, dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat
menurunkan harkat keluarga.
c. Kebiasaan atau pantangan
Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makanan tertentu masih
sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak
untuk makan telur, ikan atau daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak
ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal
anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti guna keperluan
pertumbuhan tubuhnya.
d. Kesukaan jenis makanan tertentu
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau
disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak
memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.
e. Jarak kelahiran yang terlalu rapat
Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang
menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adik
yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawat secara baik.
Anak Dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya,
baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang.

xvii
f. Sosial ekonomi
Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang
disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga turut
menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik
kualitas maupun jumlah makanan.
g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan.
Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang
seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.
6. Cara mengatasi Balita Dengan Gizi Kurang
1. Memberi makanan utama untuk proses pemulihan yang padat gizi.Makanan
ini berupa karbohidrat,(nasi, singkong,dll), protein(hewani dan nabati),
serta lemak. Makanan sedikitnya mengandung 350 kkal dan dengan protein
15 gram yang diberikan selama 90 hari.
2. Memberikan makanan tambahan pada balita sebagai pendamping ASI yang
mengalami kurang gizi untuk umur maksimal 2 tahun.ASI atau pengganti
air susu ibu (PASI) memiliki kepadatan energi 0,7 kkal/gram, makanan
pendamping ASI (MP-ASI) memiliki kepadatan 1 kkal/gram.
3. Melakukan konsultasi kepada Puskesmas atau klinik terdekat untuk
mengetahui makanan apa saja sebaiknya diberikan kepada bayi. Konseling
bisa seputar ASI, MP-ASI,dan PMT. Juga orang tua harus rajin mengikuti
posyandu.
4. Jika dalam dua bulan tidak ada kenaikan berat badan atau masih bawah
garis merah, lakukan konsultasi khusus kepada ahli gizi.
Menurut Dr.Sri Kurniati M.S. dokter ahli medik Rumah Sakit Anak dan Bersalin
Harapan Kita, kondisi kurang gizi pada anak menjadi tiga, yaitu :
1. Kurang gizi akibat kurang energi kronik protein ringan.
Pada kondisi ini tidak terlihat tanda-tanda tertentu pada anak jika dia
mengalami kurang gizi. Tetapi jika dilihat dari berat badan, berat badan anak
hanya 80 persen dari berat badan ideal.
2. Kurang gizi akibat kurang energi protein sedang.

xviii
xix

Kondisi kurang gizi ini sudah dapat dilihat tanda – tandannya seperti wajah
pucat dan rambut berubah menjadi agak kemerah-merahan. Berat badanpun
hanya mencapai 70 persen dari berat badan ideal.
3. Kurang gizi akibat kurang energi protein berat (Gizi buruk).
Kondisi kurang gizi ini sering didengar dengan isitilah Marasmus dan
Kwasiorkor.
B. KONSEP BERAT BADAN
1. Pengertian Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan
paling sering digunakan. Pada masa bayi-balita, berat badan dapat
dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status
gizi,kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi,asites,edema, dan
adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai
dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
Berat badan menggambarkan jumlah dari protein , lemak, air, dan
mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan
protein otot menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan
cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan
otot khususnya orang kekurangan gizi (Supariasa,2012). Berat badan
merupakan parameter yang menjadi utama pengukur laju pertumbuhan,
antara lain :
1. Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu
singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
2. Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara
periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.
3. Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan
luas di Indonesia sehingga tidak merupakan hal baru yang memerlukan
penjelasan secara meluas.
4. Ketelitian pengukur tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur
5. KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat
badan sebagai dasar pengisian.
xix
6. Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status
gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana – mana
sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur.
7. Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang
tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh
masyarakat.

2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruh Berat Badan


Dalam proses pertumbuhan, setiap individu akan mengalami siklus
yang berbeda pada kehidupan manusia. Peristiwa tersebut dapat secara cepat
maupun lambat tergantung dari individu atau lingkungan.Proses percepatan
dan perlambatan tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor herediter, faktor
lingkungan, atau faktor hormonal.
1. Faktor herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar
dalam mencapai tumbuh kembang anak disamping faktor-faktor lain.
Faktor herediter meliputi bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa.
Pertumbuhan anak dengan jenis kelamin laki –laki setelah lahir akan
cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak perempuan serta akan
bertahan sampai usia tertentu.
2. Faktor lingkungan
a. Budaya lingkungan
Budaya lingkungan dalam hal ini budaya dimasyarakat yang
mempengaruhi pertumbuhan anak. Budaya lingkungan dapat
menentukan bagaimana seseorang atau masyarakat mmpersepsikan
pola hidup sehat, hal ini dapat terlihat apabila kehidupan atau
perilaku mengikuti budaya yang ada sehingga kemungkinan besar
dapat menghambat dalam aspek pertumbuhan.
b. Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi juga dapat mempengaruhi pertumbuhan anak
Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi
umumnya pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan

xx
xxi

dengan anak dengan sosial ekonomi rendah. Demikian juga anak


berpendidikan rendah, tentu akan sulit untuk menerima arahan dalam
pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak meyakini
pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan
kesehatan lain yang menunjang dalam membantu pertumbuhan dan
perkembangan anak.
c. Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang
keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi
menjadi kebutuhan untuk tumbuh dan berkembangnya selama masa
pertumbuhan dan perkembangan seperti protein, karbohidrat, lemak,
mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan nutrisi seseorang tidak
atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangannya.
d. Iklim dan Cuaca
Iklim dan cuaca dapat berperan dalam pertumbuhan dan
perkembangan. Misalnya pada saat musim tertentu kebutuhan gizi
dapat dengan mudah diperoleh, namun pada saat musim yang lain
justru sebaliknya. Sebagai contoh, saat musim kemarau penyediaan
air bersih atau sumber makanan sangatlah sulit.
e. Olahraga dan Latihan Fisik
Untuk melakukan aktivitas fisik, manusia membutuhkan sejumlah
energi, jika kalori masih kurang dari kalori keluar, maka simpanan
kalori(lemak) akan digunakan untuk menutupi defisit energi. Kalori
masuk adalah kalori yang diperoleh dari makanan sedangkan kalori
keluar adalah kebutuhan kalori untuk Basic metabolite Rate (BMR)
ditambah dengan kalori peraktivitas.
f. Posisi anak dalam keluarga
g. Status kesehatan
Status kesehatan dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan
dan perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak dalam kondisi
sehat dan sejahtera makan percepatan untuk tumbuh kembang
xxi
menjadi sangat mudah dan sebaliknya. Sebagai contoh, pada saat
tertentu anak seharusnya mencapai puncak dalam pertumbuhan dan
perkembangan, namun apabila saat itu pula terjadi penyakit penyakit
kronis yang ada pada diri anak maka pencapaian kemampuan untuk
maksimal dalam tumbuh kembang akan terhambat karena anak
memiliki masa kritis.

3. Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain
hormon somatotropin, tiroid, dan glukokortiroid. Hormon somatotropin
(growth hormon) berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi
badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan
sistem skeletal. Hormon tiroid berperan dalam menstimulasi
metabolisme tubuh. Hormon glukokortikoid berfungsi menstimulasi
pertumbuhan sel interstisial dari testis dan ovarium, selanjutnya hormon
tersebut akan menstimulasi perkembangan seks, baik pada anak laki laki
maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya.
Status gizi dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan
menggunakan Kartu Menuju Sehat dan ukuran LILA
(Proverawati,2009). Hasil penimbangan berat badan merupakan
indikator sederhana yang digunakan dilapangan ataui puskesmas untuk
menentukan status gizi anak, yaitu dengan menggunakan Kartu Menuju
Sehat (KMS). Pada KMS dapat diketahui apakah keadaan gizi anak
tergolong normal, kurang atau buruk.

xxii
xxiii

xxiii
BAB III
METODOLOGI

A. Pengertian
Adalah posedur atau langkah-langkah dalam mendapatkan pengetahuan ilmu
Metode penelitian adalah cara sistematis untuk menyusunnya,adapun metode
penelitian ini mencakup Desain,sasaran,waktu,tempat jenis data dan
instrumen pengumpulan data.
a) Metode Studi Kasus
Pengambilan data dalam Laporan Tugas ini adalah dengan cara observasi
dan wawancara.
b) Sasaran
Sasaran dalam kasus ini adalah An”Y” Seorang Balita dengan Gizi
kurang.
c) Waktu dan tempat
1) Waktu pengkajian
Pengkajian data ini dilakukan Bulan Maret 2019
2) Tempat Pelaksanaan
Asuhan kebidanan pada ibu hamil An”Y” seorang balita dengan gizi
kurang bertempat di Puskesmas Sikap Dalam Kabupaten Empat
Lawang.

B. Tekhnik,Jenis data Instrumen pengumpulan data


1.Tekhnik Pengumpulan Data

xxiv
xxv

Pengumpulan data dalam studi kasus ini yaitu melalui


wawancara( Anamnesis),dan pemeriksaan fisik pasien dengan kolaborasi
dokter Puskesmas Sikap Dalam.
2.Jenis data
Data yang digunakan dalam studi kasus ini berupa data primer (hasil
wawancara ,pengisian pendokumentasian atau observasi langsung.

3. Instrumen pengumpulan data


Instrumen yang saya gunakan dalam studi kasus ini berupa format
pengkajian dan ATK berupa Pena, pensil dan KMS..
Pada pemeriksaan fisik juga digunakan peralatan seperti timbangan, alat
pengukur lila, dan termometer.

xxv

Anda mungkin juga menyukai