Oleh :
i
LEMBAR HAK CIPTA
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah disetujui, diperiksa dan siap untuk dipertahankan
dihadapan Tim Penguji Sidang Karya Tulis Ilmiah Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Respati Tasikmalaya
Mengetahui,
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disahkan oleh Tim Penguji Ujian
Sidang Karya Tulis Ilmiah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Respati Tasikmalaya
guna melengkapi syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Kebidanan (AM.Keb)
Anggota
NIK 220.02.0803.007
Anggota
NIP. 19832903200102018
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Agama : Islam
Kab. Tasikmalaya
Riwayat Pendidikan :
sekarang
Pekerjaan : Mahasiswa
Email : nenianggy20@gmail.com
v
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang patut terucap dari seorang makhluk selain ucapan syukur
Alhamdulillah kepada Kholiknya yang telah mewajibkan untuk sujud, dzikir dan
keluarganya, para sahabatnya dan kepada umatnya sampai akhir zaman termasuk
Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Studi Kasus Penatalaksanaan Pada Bayi
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah tugas yang harus
diselesaikan untuk memenuhi salah satu syarat guna mencapai gelar Ahli Madya
Kebidanan. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat :
2. Fenty Agustini, SST., M.Kes., selaku Ketua Program Studi Kebidanan STIKes
Respati Tasikmalaya
6. Seluruh Staf dan Dosen STIKes Respati Tasikmalaya yang telah memberikan
vi
7. Ibunda dan ayahanda yang selalu memberikan dukungan dan do’a yang tiada
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
kata, semoga kebaikan yang telah diberikan dapat menjadi amal soleh dan ibadah
bagi kita semua, dan mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT .
Penulis
vii
PROGRAM STUDI KEBIDANAN
STIKes RESPATI TASIKMALAYA
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2019
ABSTRAK
viii
PROGRAM STUDI OF MIDWIFERY DIPLOMA
STIKes RESPATI TASIKMALAYA
Scientify, Juny 2019
ABSTRAK
Bibliography: 29 (2009-2017)
ix
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ......................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
x
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Desain Penelitian............................................................................. 59
E. Instrumen Penelitian........................................................................ 61
B. Pembahasan ......................................................................................... 73
A. Kesimpulan ......................................................................................... 83
B. Saran.................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian dari Kantor Kesatuan dan Linmas Kabupaten
Tasikmalaya
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Goals (MDGs). Menurut hasil dari Survei Riset Kesehatan Dasar Indonesia
(SDKI) tahun 2007 angka kematian ibu (AKI) di Indonesia sebanyak 228 per
menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB mencapai 32/1000
neonatus yang dilaporkan mencapai angka 3.624 dan kematian bayi mencapai
karena komplikasi pada bayi baru lahir seperti prematuritas, kelainan bawaan,
1
2
(Saifuddin, 2010). Asfiksia yaitu keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan makin
adalah komplikasi dalam kehamilan seperti gizi ibu yang buruk, penyakit
neonatorum adalah berat bayi lahir rendah, mengalami ketuban pecah dini,
(2011) mengenai hubungan persalinan kala II lama dengan asfiksia bayi baru
lahir di RSUD. dr.H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2011, terdapat
hubungan signifikan antara persalinan kala II lama dengan asfiksia bayi baru
lahir.
pervaginam, partus lama atau macet dan Ketuban Pecah Dini (KPD). Dalam
3
tahun 2017 mencapai 150 kasus (14.8%) dari 2768 bayi baru lahir, pada
tahun 2018 mencapai 84 kasus (7.4%) dari 3174 bayi baru lahir. Melihat dari
penelitian mengenai studi kasus pada bayi baru lahir dengan asfiksia di RS
B. Rumusan Masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: ”Bagaimana gambaran studi kasus
tahun 2019?”
C. Tujuan penelitian
1. Umum
2. Khusus
D. Manfaat penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
lahir.
b. Bagi Bidan
asfiksia.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1
Keaslian Penelitian
dalam penelitian ini masalah yang diambil adalah faktor kejadian asfiksia,
semua bayi yang mengalami asfiksia pada tahun 2019, data dikumpulkan
dengan menggunakan format isian dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Bayi baru lahir adalah bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan
37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai
4000 gram (Depkes RI, 2010).Bayi baru lahir dapat dibagi menjadi 2
tahapan yaitu: neonatus dini (umur 0-7 hari) dan neonatus lanjut (umur 8-
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi
belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia kehamilan
2500 gram sampai 4000 gram nilai apgar >7 dan tanpa cacat bawaan
(Rukiyah, 2010)
8
9
pada bayi baru lahir kita juga harus mengetahui ciri-ciri umum bayi
baru lahir normal, atau mengetahui ciri-ciri tersebut kita tentu akan
bersih.
suhu.
f) Gerakan aktif.
h) BB 2500-3000 gr.
i) PB 35-45 cm.
scrotum.
1. Definisi Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami
gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir sehingga
bayi tidak dapat memasukan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat
asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2010). Pengertian asfiksia pada bayi
baru lahir adalah keadaan dimana bayi yang baru dilahirkan tidak dapat
Asfiksia yaitu keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan
pernafasan secara spontan dan teratur pada bayi saat lahir atau beberapa
kelahiran, gejala yang dapat dideteksi dari luar umumnya berupa fetal
diperbaiki bila hal ini diketahui jauh sebelum kelahiran (misalnya pada
yang kedua selama empat sampai lima menit (fase gasping kedua),
megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, tekanan darah bayi juga
mulai menurun dan bayi akan terlihat lemas. Pernafasan makin lama
makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu yang disebut apneu
Akan tetapi pada kenyataan di lapangan, secara klinis bayi yang lahir
apneu primer atau apneu sekunder. Hal ini berarti bahwa menghadapi bayi
yang dilahirkan dengan apneu, maka kita harus beranggapan bahwa bayi
adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak segera bernafas secara
(Wiknjosastro, 2010):
a. Usaha bernafas, apakah menangis atau tidak. Jika tidak ada lakukan
jantung kurang dari 100 per menit, berikan ventilasi tekanan positif.
Jika lebih dari 100 per menit, evaluasi warna kulit janin.
tekanan positif 15-30 detik. Jika frekuensi denyut jantung >100 per
frekuensi denyut jantung <60 atau 80 per menit dan tidak meningkat,
c. Warna kulit, apakah merah atau tidak. Jika janin berwarna merah atau
80-100%.
apakah bayi menangis kuat, apakah warna kulit bayi kemerahan dan
14
resusitasi setelah tarikan nafas terakhir, maka makin lama pula terjadi
menit, terjadinya tarikan nafas pertama bertambah hampir dua menit, dan
omset terjadinya nafas yang teratur tertunda lebih dari empat menit.
resusitasi, karena menilai Apgar dilaksanakan pada satu menit dan lima
intervensi segera seperti halnya resusitasi maka waktu tersebut terlalu lama
(Benson, 2009):
No Kriteria 0 1 2 1′ 5′ 10′
1 Appearance Biru pucat Badan merah Seluruh … … …
(warna kulit) ekstremitas tubuh
biru kemerahan
2 Pulse Tidak ada < 100 > 100 … … …
(denyut
jantung)
3 Grimace Tidak ada Sedikit gerak Batuk/bersin … … …
(reaksi mimic membrontak
rangsang)
4 Activity Tidak ada Ekstremitas Gerakan … … …
(tonus otot) dalam sedikit aktif
fleksi
5 Respiration Tidak ada Lemah / tidak Baik / … … …
(pernapasan) teratur menangis
kuat
Jumlah … … …
15
satu dan lima menit setelah kelahiran, dan dapat diulangi jika skor masih
rendah. Nilai Apgar apabila Nilai 0-3 : Asfiksia berat, Nilai 4-6 : Asfiksia
3. Pemeriksaan Penunjang
b. PaCO2 > 55 mm H2
c. pH < 7,30
e. Ureum kreatinin
i. Pemeriksaan EEG
j. CT scan kepala
16
4. Etiologi Asfiksia
Asfiksia pada bayi baru lahir dapat disebabkan oleh hipoksia janin di
dalam uterus dan hipoksia ini terjadi karena gangguan pertukaran gas serta
transpor oksigen dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat berlangsung akibat
kehamilan yang dapat menyebabkan asfiksia dapat berupa gizi ibu yang
(Benson, 2009).
cukup bulan. Prematuritas adalah bayi yang dilahirkan tidak cukup bulan,
5. Patofisiologi Asfiksia
a. Awalnya hanya ada sedikit nafas. Sedikit nafas ini dimaksudkan untuk
dijalan lahir atau bila paru tidak mengembang karena suatu hal,
aktivitas singkat ini akan diikuti oleh henti nafas komplit yang disebut
apnea primer.
otomatis dimulai. Hal ini hanya akan membantu dalam waktu singkat,
yang tepat, pemulihan dari keadaan terminal ini tidak akan terjadi.
lama.
primer dan apnea terminal mungkin tidak selalu dapat dibedakan. Pada
terminal.
terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir diantaranya adalah faktor ibu,
faktor tali pusat dan faktor bayi. Berbagai teori dari para ahli mengenai
a. Faktor ibu
yang tidak baik seperti seperti dehidrasi, asupan nutrisi yang buruk
2) Anemia
sebagian besar asfiksia yang terjadi pada bayi baru lahir seringkali
(Setiyaningrum, 2013).
(Setiyaningrum, 2013).
(Dewi, 2010). Asfiksia pada bayi baru lahir dapat terjadi secara
menimbulkan kematian.
prematur adalah berat badan kurang dari 2500 gram dan umur
kehamilan dari 37 minggu maka alat vital (otak, jantung, paru dan
2010).
signifikan dengan kejadian asfiksia bayi baru lahir (OR: 2,20; 95%
yang bermakna dengan kejadian asfiksia bayi baru lahir. Usia ibu
2013).
(Setiyaningrum, 2013).
pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini
2013).
pada ibu yaitu anemia sampai syok dan pada janin dapat
2010).
bayi baru lahir karena adanya beberapa keadaan yang terjadi pada
dengan asfiksia bayi baru lahir di RSUD. dr.H. Moch Ansari Saleh
26
30,6% dan asfiksia bayi baru lahir 33,3%, dari hasil uji schi square
asfiksia pada bayi baru lahir. Jika janin tidak mendapakan cukup
9) Induksi oksitosin
2012).
menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia pada bayi.
jam. Data lama KPD diambil dari catatan medik. Analisis data
bayi, baik pada bayi cukup bulan terlebih lagi pada bayi kurang
12) Serotinus
29
dari ibunya. Selain itu cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat
bayi. Janin juga dapat lahir dengan berat badan yang berlebih.
13) Paritas
dengan jarak persalinan 3-4 tahun. Bila paritas lebih dari 5 dan
31
wanita yang pernah beberapa kali melahirkan, atau lebih dari satu
(Siswosudarmo, 2010):
2009).
itu juga dapat timbul pada ginjal yaitu menurut fungsi filtrasi
paling aman.
ibu ke janin yang akan menyebabkan asfiksia yang dapat dinilai dari
14) Umur
antara umur 20-35 tahun. Ini berarti bahwa umur ibu di luar batas
dengan terlalu muda untuk hamil adalah hamil pada usia < 20 tahun.
Pada usia < 20 tahun secara fisik kondisi rahim dan panggul belum
2010).
hamil diatas usia 35 tahun kondisi kesehatan ibu dan fungsi berbagai
(Indrawati, 2010).
saja terjadi pada ibu dengan usia yang normal, hal itu disebabkan
karena ibu dalam usia yang normal bisa saja mengalami persalinan
15) Malpresentasi
kurang baik pada janin dan persalinan dapat berlangsung lama. Hal
plasenta setelah bokong dan perut lahir dimana tali pusat terjepit
b. Faktor bayi
lahirnya sama dengan atau lebih rendah dari presentil ke-10 untuk
37
bayi SGA. Ini dapat terjadi pada bayi yang prematur, matur,
Bayi yang kecil atau tidak tumbuh sesuai dengan usianya berisiko
2) Kelainan kongenital
sebagai bayi berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi
3) Prematur
udara menjadi tidak baik dan bayi akan mengalami sesak napas atau
suhu tubuh yang tidak stabil karena bayi preterm tidak dapat
2012).
gestasi dan makin kecil bayi maka makin tinggi morbiditas dan
pernafasan
dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan, hal ini karena
gagal untuk bernapas secara spontan dan teratur saat atau beberapa
menit setelah lahir, hal itu diakibatkan faktor paru yang belum
matang.
rendah masa gestasi dan makin kecil bayi maka makin tinggi
pusat adalah keadaan darurat obstetrik langka yang terjadi ketika tali
pusat turun di samping atau di luar bagian presentasi janin. Hal ini
dan rahim, leher rahim, atau leher panggul. Keadaan ini membuat janin
badan bayi lahir. Tali pusat merupakan salah satu struktur dalam
amnion yang memfiksasi antara salah satu sisi plasenta dan tali pusat
dari ibu melalui sirkulasi darah dari plasenta, dan begitu bayi lahir,
dibutuhkan oleh organ vital seperti otak, jantung, paru dan ginjal
menangis pada saat lahir (asfiksia), berarti bayi gagal bernapas secara
spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat sesudahnya
(Dewi. 2010).
akibat dari plasenta yang rusak seperti kalsifikasi dan proses penuaan
neonatorum.
7. Penatalaksanaan
teratur dan mungkin tidak efektif. Tahapan resusitasi tidak melihat nilai
perfusi secara efektif kepada susunan saraf pusat, jantung dan organ vital
lain. Asuhan kebidanan yang dapat dilakukan untuk memantau jika terjadi
menggunakan partograf.
yaitu usaha nafas, denyut jantung dan warna kulit dalam beberapa
detik. Bila dari ke tiga hal tersebut tidak ada masalah, selain tindakan
penjagaan agar bayi tetap kering dan hangat juga bidan harus segera
memastikan bahwa jalan nafas bayi bebas dari berbagai bahan atau
(Wiknjosasatro, 2010).
bahan lainnya. Bila sudah yakin jalan nafas terbebas dari sumbatan,
maka tidurkan bayi dengan kepala dimiringkan pada salah satu sisi
memakai alat resusitasi harus di cek terlebih dahulu dan alat harus
yang siap pakai. Tindakan untuk semua jenis asfiksia adalah sama
(Wiknjosasatro, 2010).
a. Penanganan Resusitasi
Persiapan alat:
8) Jam
9) Stetoskop
Tindakan :
12) Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak dengan aktif?
46
13) Jika bayi tidak cukup bulan dan atau bayi megap-megap tak
bernapas dan atau tonus otot bayi tidak baik. bayi lemas – Potong
16) Jika menangis atau bernapas/ tidak megap-megap, klem dan potong
tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan tidak dibubuhi apapun,
terlebih dahulu dengan membuka lebar, usap mulut dan isap lendir
di mulut, klem dan potong tali pusat dengan cepat, tidak diikat dan
resusitasi.
18) Selimuti bayi dengan handuk/ kain yang diletakkan di atas perut
20) Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu yaitu kepala sedikit
disesuaikan).
21) Bersihkan jalan napas dengan mengisap lendir di mulut sedalam <5
22) Keringkan bayi (dengan sedikit tekanan) dan gosok muka/ dada/
pernapasan. Ganti kain yang basah dengan kain yang bersih dan
kering. Selimuti bayi dengan kain kering, Bagian wajah dan dada
terbuka.
25) Jika bayi bernapas normal/ tidak megap-megap dan atau menangis,
26) Jika bayi tidak bernapas spontan atau napas megap-megap, lakukan
ventilasi.
27) Pastikan bagian dada bayi tidak terselimuti kain agar penolong
peremasan balon.
29) Tiup pangkal tabung atau remas balon 2 kali dengan tekanan 30 cm
34) Apakah ada sumbatan jalan napas oleh lendir pada mulut atau
hidung?
detik.
37) Jika bayi bernapas normal dan atau menangis, hentikan ventilasi
ventilasi.
39) Jika bayi megap-megap atau tidak bernapas dan resusitasi telah
ventilasi
41) Jika bayi tidak bernapas dan tidak ada denyut jantung, ventilasi
B)
Tasikmalaya, 2018)
1) Prosedur Kerja
c) Nilai bayi
(e) Bila enyut jantung < 60x/menit dan saturasi < 80%
(3) Vitamin K1 1 mg
1) Resusitasi berhasil
pemberian Vitamin K1
tanda-tanda bahaya
h) Lakukan pendokumentasian
pembengkakan payudara
sudah diberikan
C. Kerangka Teori
Bayi baru lahir merupakan bayi yang dilahirkan pada usia kehamilan
asfiksia. Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi yang tidak dapat
penyebab dari asfiksia adalah dari faktor ibu dan faktor janin. Asfiksia pada
neonatus dapat didiagnosis dengan penilaian segera pada bayi baru lahir yaitu
Faktor Ibu :
1. Demam saat kehamilan
2. Anemia
3. Penyakit hati dan ginjal
(Preeklampsia)
4. Penyakit kolagen dan pembuluh
darah
5. Penggunaan sedative, analgetik
atau anestesi
6. Perdarahan antepartum/ Asfiksia
intrapartum
7. Persalinan sulit dan traumatik (kala
II lama)
8. Mekonium dalam ketuban
9. Induksi oksitosin
10. Diabetes Resusitasi bayi baru lahir
11. KPD
12. Serotinus
13. Umur
14. Paritas
15. Prematur
16. malpresentase Resusitasi berhasil Resusitasi
gagal
Faktor Bayi :
Pertumbuhan janin terhambat
Kelainan kongenital
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Asfiksia merupakan suatu keadaan dimana bayi yang tidak dapat bernafas
spontan dan teratur. Asfiksia dapat disebabkan oleh faktor ibu, faktor janin
dan plasenta. Apabila tidak dilakukan resusitasi sedini mungkin maka dapat
berhasil atau tidak. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka konsep dapat
54
55
Faktor Ibu :
1. Demam saat kehamilan
2. Anemia Diagnosa
3. Penyakit hati dan ginjal
(Preeklampsia)
4. Perdarahan antepartum/
intrapartum
Asfiksia
5. Persalinan sulit dan traumatik
(kala II lama)
6. Mekonium dalam ketuban
7. Induksi oksitosin Resusitasi bayi baru
8. Diabetes lahir
9. KPD
10. Serotinus
11. Umur
12. Paritas
Resusitasi Resusitasi gagal
13. Prematur
berhasil
14. malpresentasi
Faktor Bayi :
Pertumbuhan janin terhambat
Kelainan kongenital
B. Definisi Operasional
N Alat
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur
o Ukur
1. Asfiksia Suatu keadaan pada Format Menilai dari - Nilai 0-3 :
bayi baru lahir yang isian hasil Asfiksia berat
mengalami gagal observasi - Nilai 4-6 :
bernafas secara Asfiksia
spontan dan teratur sedang
segera setelah lahir - Nilai 7-10 :
Ringan
2. Penatalaksanaan Tindakan yang Format Observasi Sesuai
dilakukan oleh tenaga isian Tidak
kesehatan pada bayi
yang mengalami
asfiksia seperti
resusitasi pada bayi
baru lahir
3. Faktor risiko Faktor yang dapat
menyebabkan bayi
beresiko mengalami
asfiksia
a. Demam saat Suatu keadaan dimana Format Wawancara Ya
kehamilan ibu mengalami isian Observasi Tidak
demam saat hamil Buku KIA
atau bersalin yang
ditandai dengan
meningkatnya suhu
O
lebih dari 37.5 C
b. Anemia Suatu keadaan dimana Format Hasil lab Anemia Ringan,
kadar hemoglobin ibu isian Sedang, Berat
bersalin kurang dari
11 gr/dl
c. Preeklampsia Dimana tekanan darah Format Wawancara Ya
ibu >140/100 mmHg isian Observasi Tidak
sebelum, selama Buku KIA
kehamilan dan saat
persalinan disertai
dengan protein urine
d. Perdarahan Adalah keadaan Format Wawancara Ya
antepartum dimana ibu isian Hasil lab Tidak
mengalami perdarahan Buku KIA
sebelum persalinan
seperti karena solusio
57
N Alat
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur
o Ukur
plasenta atau plasenta
previa
e. Kala II lama Riwayat persalinan Format Menilai dari Ya
ibu setelah isian Partograf Tidak
pembukaan lengkap
sampai dilahirkannya
bayi yaitu lebih dari
60 menit bagi
primipra dan 30 menit
untuk multipara
f. Mekonium Suatu keadaan dimana Format Menilai dari Ya
dalam air ketuban yang isian hasil Tidak
ketuban bercampur mekonium pemeriksaan
yang dinilai dari hasil dalam
pemeriksaan dalam
g. Induksi Pemberian oksitosin Format Wawancara Ya
oksitosin untuk mempercepat isian dengan bidan Tidak
proses persalinan
h. Diabetes Penyakit yang diderita Format Wawancara Ya
oleh ibu yang ditandai Wawanc Buku KIA Tidak
dengan kadar gula ara
darah tinggi lebih dari
200 mg/dl
i. KPD Keadaan pecahnya Partograf Wawancara Ya
selaput ketuban Buku KIA Tidak
sebulum persalinan
atau dimulainya tanda
inpartu
j. Serotinus Kehamilan ibu lebih Format Wawancara Ya
dari 42 minggu wawanca Tidak
menurut ukuran ra
HPHT atau hasil dari
USG
k. Umur Rentang waktu ibu Format Wawancara <20 dan >35
bersalin yang dihitung wawanca tahun
sejak lahir sampai ibu ra
mengalami 20-35 tahun
melahirkan
l. Paritas Jumlah anak yang Format Wawancara Primipara (1
dilahirkan oleh ibu wawanca anak)
tanpa memandang ra
hidup atau mati Multipara (2-4
anak)
58
N Alat
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur
o Ukur
Grandepara (> 4
anak)
m. Prematur Bayi yang dilahirkan Format Wawancara Ya
dari ibu dengan usia wawanca Tidak
kehamilan kurang dari ra
37 minggu
n. Malpresentas Suatu keadaan dimana Format Wawancara Ya
i posisi janin terendah isian dengan bidan Tidak
bukan verteks kepala Pemeriksaan
leopold
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
pendekatan studi kasus yaitu untuk menggambarkan kasus pada bayi dengan
1. Waktu Penelitian
Studi kasus ini telah dilaksanakan pada tanggal 25-28 Mei 2019.
2. Tempat Penelitian
Subjek dalam studi kasus ini adalah bayi dengan asfiksia di RS SMC
59
60
1. Data Primer
setelah lahir.
dan hasil pemeriksaan fisik oleh petugas kesehatan serta didukung dari
hasil lab.
61
2. Data skunder
Data yang diperoleh dari catatan pasien yang sudah tersedia mengenai
faktor penyebab asfiksia pada bayi seperti KPD, Kala II lama, serotinus
E. Instrumen Penelitian
teridiri dari :
1. Pedoman Wawancara
baik dari faktor ibu maupun faktor janin. Wawancara juga dilakukan
asfiksia.
2. Format Observasi
dengan asfiksia.
1. Pengolahan Data
yang sama agar dapat dengan mudah dianalisis, disusun dan ditata
2. Analisis data
melakukan etika yaitu pada penelitian ini penulis meminta izin kepada
data-data yang diperlukan untuk penelitian. Setelah ada izin dari Direktur
Rumah Sakit, selanjutnya penulis meminta izin kepada bagian Rekam Medik,
63
merekap data yang sudah ada dalam laporan di SMC Singaparna Tasikmalaya
tahun 2019.
dijamin oleh peneliti. Adapun pada keadaan khusus seperti forum ilmiah atau
pengembangan ilmu, baru akan diungkap data yang didapat tanpa memakai
BAB V
A. Hasil Penelitian
Februari 2011.
2. Subjek Penelitian
64
65
Tabel 5.1
Identitas Subjek Penelitian
Ny.R berusia 20 tahun, pendidikan dari SMA dan bekerja sebagai IRT.
terdapat perbedaan pada hasil pemeriksaan oleh USG didapatkan post term
6 hari.
3. Penegakkan diagnosa
nafas dan apgar skor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
66
Tabel 5.2
Penegakkan diagnosa
Pertanyaan Subjek 1 Subjek 2
1. Bayi lahir tidak bernafas atau Bayi Bayi
menangis? menangis Menangis
lemah lemah
Melihat dari data nilai apgar pada subjek 1 didapatkan badan bayi tampak
merah ekstremitas biru, pulse < 100, reaksi terhadap rangsang batuk/bersin
menit berikutnya pulse < 100, reaksi rangsang sedikit gerak mimic, tonus
No Kriteria 0 1 2 1′ 5′ 10′
1 Appearance Biru Badan merah Seluruh tubuh 1 2 2
(warna pucat ekstremitas biru kemerahan
kulit)
2 Pulse Tidak ada < 100 > 100 1 1 2
(denyut
67
jantung)
3 Grimace Tidak ada Sedikit gerak Batuk/bersin 2 2 2
(reaksi mimic membrontak
rangsang)
4 Activity Tidak ada Ekstremitas dalam Gerakan aktif 1 1 1
(tonus otot) sedikit fleksi
5 Respiration Tidak ada Lemah / tidak Baik / menangis 1 1 2
(pernapasan) teratur kuat
Jumlah 6 7 9
Melihat dari data nilai apgar pada subjek 1 didapatkan badan bayi tampak
merah ekstremitas biru, pulse < 100,ekstremitas dalam sedikit fleksi dan
Tabel 5.3
Riwayat Persalinan
Waktu Subjek 1 Subjek 2
Berdasarkan data pada tabel 5.3 dapat diketahui bahwa Ny.R usia 20 tahun
bayi lahir menangis lemah, warna kulit sianosis, tonus otot baik, gerak
lemah, verniks (+), mekonium (-), caput (-), A-S : 6-7 (asfiksia ringan).
kulit sianosis, tonus otot lemah, gerak lemah, verniks (+), mekonium (-),
caput (-), sisa cairan jernih, refkleks hisap kurang, A-S : 6-7 (asfiksia
ringan).
Tabel 5.4
Tabel Faktor Risiko Asfiksia
Kasus Neonatus Dengan Asfiksia di RS SMC Kabupaten Tasikmalaya Tahun
2019
Faktor risiko Subjek 1 Subjek 2
a. Demam saat kehamilan Tidak Tidak
b. Anemia Tidak, 11.8 Tidak, 12,4
gr/dl gr/dl
c. Preeklampsia Ya, TD Tidak, TD
140/110 120/90
mmHg mmHg,
Protein urine protein urine
++ negatif
d. Perdarahan antepartum Tidak Tidak
e. Kala II lama Tidak, Tidak
f. Mekonium dalam ketuban Tidak Tidak
g. Induksi oksitosin Tidak Ya,
Misoprostol 1
Pukul 17.00
WIB
Misoprostol 1
Pukul 23.00
WIB
h. Diabetes Tidak, gula Tidak, gula
darah (-) darah (-)
i. KPD Tidak Ya, ketuban
pecah tanggal
26 Mei 2019
j. Serotinus Tidak, usia Ya, Hasil
hamil 40 USG Uk :
minggu post term
71
Berdasarkan data pada tabel 5.4 menunjukkan bahwa faktor resiko asfiksia
pada bayi Ny. R adalah karena preeklampsia hal ini didasarkan pada hasil
Sedangkan faktor resiko asfiksia pada bayi Ny. N adalah karena anemia
hal ini didasarkan pada hasil pemeriksaan hemoglobin 10.7 gr/dl, KPD
ketuban pecah 23 jam sebelum persalinan dari hasil dari USG usia
5. Penatalaksanaan
Tabel 5.5
Penatalaksanan Kasus Neonatus Dengan Asfiksia di RS SMC Kabupaten
Tasikmalaya Tahun 2019
resusitasi pada bayi baru lahir sampai dilakukan adalah menjaga bayi tetap
hangat dengan meletakkan bayi dibawah radiant warmer. Mengatur posisi bayi
ekstensi dengan cara mengganjal bahu, mengisap lendir mulai dari mulut
merangsang bayi bernafas serta mengatur posisi kembali dengan posisi sedikit
ekstensi
B. Pembahasan
1. Penegakkan diagnosa
bayi lahir spontan menangis lemah, warna kulit Badan merah ekstremitas
biru, tonus otot sedikit fleksi, gerak lemah, verniks (+), mekonium (-),
menangis lemah, warna kulit Badan merah ekstremitas biru, tonus otot sedikit
fleksi, tonus otot lemah, gerak lemah, verniks (+), mekonium (-), caput (-),
sisa cairan ketuban jernih, refkleks hisap kurang, A-S : 6-7 (asfiksia ringan
Menurut Hidayat (2009) asfiksia ringan adalah kegagalan bayi baru lahir
74
a. Subjek 1
pada bayi Ny.R adalah karena preeklampsia hal ini didasarkan pada
bisa teradi karena faktor keturunan. Hasil penelitin ini berbeda dengan
dilakukan oleh ibu hamil, terutama tekanan darah pada ibu hamil.
b. Subjek 2
diawali infeksi yang terjadi pada bayi, baik pada bayi cukup bulan
2) Induksi persalinan
rahim yang terlalu lama dan kuat dapat terjadi gangguan pada
Bantul.
3) Serotinus
prematur.
78
dalam kandungan.
bayi. Selain itu cairan ketuban bisa berubah menjadi sangat kental
kehamilan serotinus.
3. Penatalaksanaan
baru lahir dengan asfiksia diperoleh data pada Ny.R dan Ny.N dilakukan
resusitasi pada bayi baru lahir sampai dilakukan adalah menjaga bayi tetap
sedikit ekstensi dengan cara mengganjal bahu, mengisap lendir mulai dari
sedikit ekstensi
tempat perlindungan bayi bagi yang lahir dini (premature). Infant warmer
80
yang dihasilkan oleh infant warmer, maka bayi yang lahir tidak normal
kebutuhan. Jika suhu bayi sudah stabil dan normal, maka bayi akan
posisikan dengan posisi sedikit ekstensi dengan cara mengganjal bahu. Hal
ini betujuan untuk memberikan oksigenasi pada bayi agar dapat bernafas
pernapasan.
dari mulut kemudisan dari hidung, hal ini bertujuan untuk bersihan jalan
nafas, agar saluran pernafasn bersih dari secret dan lendir atau mekonium
kembali dengan posisi sedikit ekstensi. Selain dari menjaga agar tubuh
bayi tetap kering dan mencegah hipotermia, maka bayi dapat diposisikan
dengan asfiksia.
81
pada telapak kaki dan punggung kaki. Setelah bayi dapat bernafas
kemudian diberikan injek neo K, salep mata, dan pada Ny.N diberikan
diatas perut ibu dengan bagian muka bayi tetap terbuka, meletakan bayi
usaha napas bayi, hasil dari penilaian adalah bayi menangis cukup kuat
dan langkah terakhir adalah melakukan asuhan bayi baru lahir dikarenakan
ventilasi lanjutan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
bayi tidak langsung menangis dengan apgar skor pada kedua Subjek yaitu
Tasikmalaya tahun 2019 pada Ny. R karena preeklampsia dan pada Ny. N
B. Saran
1. Ibu Hamil
82
83
2. Bagi Bidan
Bidan diharapkan dapat mendeteksi dini kejadian asfiksia pada bayi baru
serta faktor-faktor risiko pada bayi baru lahir dengan asfiksia secara efektif
DAFTAR PUSTAKA
Aslam (2014). Risk factors of birth asphyxia. Italian Journal of Pediatrics, vol.
40, no. 94, hlm. 1 – 9, doi : 10.1186/s13052-014-0094-2
Dewi. 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan anak balita. Salemba Medika.Jogjakarta
Dinkes Jabar (2013). Angka Kematian Bayi di Jawa Barat. Avalaible on Diakses
bulan Februari tahun 2019
Ekasari (2015). Pengaruh Umur Ibu, Paritas, Usia Kehamilan, Dan Berat Lahir
Bayi Terhadap Asfiksia Bayi Pada Ibu Pre Eklamsia Berat. Dari
http://www.digilib.uns.ac.id
JPKNR-NR 2012. Asuhan Persalinan Normal dan Menyusui Dini. Depkes RI.
Pantiawati. 2011. Bayi dengan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Medical
Book. Jakarta
Susanti (2011) Hubungan persalinan kala II lama dengan asfiksia bayi baru lahir
di RSUD. dr.H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2011
Utomo, 2010. Buku Saku Asuhan Keperawatan Ibu-Bayi Baru Lahir. Jakarta.
EGC
Wiradharma (2013). Risiko asfiksia pada ketuban pecah dini di RSUP Sanglah.
Denpasar