JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2019
i
Poltekkes Kemenkes Padang
ii
Poltekkes Kemenkes Padang
iii
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Riwayat Pendidikan
iv
Poltekkes Kemenkes Padang
v
Poltekkes Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Usia Dengan
Inkontinensia Urine Di Panti Sosial Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2019”.
Penulis menyadari, dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini terdapat banyak
kesulitan yang dihadapi oleh penulis, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, belum tentu peneliti bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak N.Rachmadanur,S.Kp,MKM, selaku pembimbing I yang telah
mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan dengan penuh
kesabaran dan perhatian dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Ibu Ns.Lola Felnanda Amri ,S.Kep,M.Kep, selaku pembimbing II
yang telah mengarahkan, membimbing dan memberikan masukan
dengan penuh kesabaran dan perhatian dalam pembuatan Karya Tulis
Ilmiah ini.
3. Bapak Dr. Burhan Muslim, SKM,M.Si selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Padang.
4. Ibu Ns.Hj. Sila Dewi Anggreni, S.Pd,M.Kep,Sp.KMB selaku ketua
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
RI Padang.
5. Ibu Heppi Sasmita, M.Kep,Sp.Jiwa selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Padang.
6. Bapak/ibu dosen serta staf Program Studi Keperawatan Padang
Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Padang yang telah
memberikan bekal ilmu untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Pimpinan Panti Bapak Drs.Syahbana yang telah banyak membantu
dalam usaha memperoleh data yang diperlukan oleh penulis.
8. Kepada orang tua yang telah memberikan dorongan, semangat, do’a
restu dan kasih sayang.
vi
Poltekkes Kemenkes Padang
9. Teman-teman dan semua pihak yang tidak biasa penulis sebutkan satu
persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan pihak yang telah membacanya, serta penulis mendoakan
semoga bantuan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga
nantinya dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan. Amin.
Peneliti
vii
Poltekkes Kemenkes Padang
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI PADANG
JURUSAN KEPERAWATAN
vii
i Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN.........................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................v
KATA PENGANTAR............................................................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL...................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah........................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan Penelitian…..............................................................................4
D. Manfaat Penelitian….............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian.......................................................................................6
2. Teori Proses menua........................................................................6
3. Proses menua...............................................................................10
4. Batasan Umur Lansia..................................................................11
5. Tipe Lansia..................................................................................11
6. Perubahan Akibat Proses Menua.................................................12
B. Konsep Dasar Inkontinensia Urine
1. Pengertian.......................................................................................14
2. Etiologi...........................................................................................14
3. Klasifiksi.........................................................................................14
4. Patofisiologi....................................................................................17
5. Manifestasi Klinis...........................................................................18
6. Pemeriksaan Penunjang..................................................................19
7. Penatalaksanaan..............................................................................20
C. Perawatan Lansia di PSTW
1. Pengertian PSTW...........................................................................23
2. Tujuan dan Fungsi Pelayanan di PSTW.........................................23
3. Pemeliharaan dan Pelayanan di PSTW..........................................24
4. Prinsip Pelayanan di PSTW............................................................24
D. Konsep Asuhan Keperawatan Lansia dengan Inkontinensi Urine
1. Pengkajian......................................................................................24
2. Diagnosis........................................................................................31
3. Intervensi........................................................................................31
ix
Poltekkes Kemenkes Padang
E. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data..........................................40
F. Pengumpulan Data............................................................................40
x
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR
Tabel 2.1 Intervensi Keperawatan Pada Lansia Dengan Inkontinensia Urine di
PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin..............................................................31
x
Poltekkes Kemenkes
DAFTAR
Lampiran1 : Jadwal Kegiatan Karya Tulis Ilmiah
Lampiran2 : Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 1
Lampiran3 : Lembar Konsultasi Proposal Penelitian Pembimbing 2
Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Penelitian Pembimbing 1
Lampiran 5 : Lembar Konsultasi Penelitian Pembimbing 2
Lampiran 6 : Pengkajian Penelitian
Lampiran 7 : Persetujuan Menjadi Responden (Infonmed Consent)
Lampiran 8 :Surat Izin Pengambilan Data dari Institusi Poltekkes Kemenkes
Padang
Lampiran 9 :Surat Izin Pengambilan Data dari Dinas Penanaman Modal Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
Lampiran 10: Surat Izin Pengambilan Data dari Dinas Sosial Provinsi Sumatera
Barat
Lampiran 11 : Surat Izin Penelitian dari Institusi Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran 12 : Surat Izin Penelitian dari dari Dinas Penanaman Modal Pelayanan
Terpadu Satu Pintu
Lampiran 13 : Surat Izin Penelitian dari Dinas Sosial Provinsi Sumatera Barat
xii
Poltekkes Kemenkes
BAB
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lansia bukan penyakit namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses
kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungnnya, ditandai dengan kegagalan seseorang
individu untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres
fisiologis dan juga berkaitan dengan penurunan daya kemaampuan untuk
kehidupan serta peningkatan kepekaan secara individual (Muhith ,2016).
Poltekkes Kemenkes
2
Menurut World Healt Organization (WHO) pada tahun 2012, dalam empat
dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berumur 60 tahun atau
lebih dalam populasi dunia di perkirakan meningkat dari 800 juta penduduk
menjadi 2 milyar penduduk lansia atau mengalami lonjakan dari 10% hingga
22% (Badan Pusat Statistik,2015).Menurut data dari World Healt
Organization (WHO), 200 juta jiwa penduduk di dunia yang mengalami
inkontinensia urine 38 % terjadi pada lanjut usia. Kejadian inkontinensia
urine lebih banyak terjadi pada lanjut usia wanita. Menurut National Kidney
and Urologyc Disease Advisory Board di Amerika Serikat, jumlah penduduk
Poltekkes Kemenkes
3
Poltekkes Kemenkes
4
Barat, 2015). Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin
merupakan unit Pelaksanaan Teknis Daerah Dinas Sosial Provinsi Sumatra
Barat yang mempunyai tugas pokok memberikan pelanyanan kesejahteraan
sosial kepada lansia terlantar didalam Panti berupa pelayanan dan perawatan,
baik jasmani maupun rohani agar para lansia dapat hidup sewajarnya
(Pemprov Sumatra Barat, 2013).
B. RUMUSAN MASALAH
Maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana Penerapan Asuhan
Keperawatan Pada Lansia dengan Inkontinensia Urine di PSTW Sabai Nan
Aluih Sicincin”.
C.TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada lansia dengan
inkontinensia urin di PSTW Sabai Nan Alui Sicincin.
Poltekkes Kemenkes
5
2. Tujun Khusus
a. Mendeskripsinya hasil pengkajian pada lansia dengan inkontinensia
urine di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin.
b. Mendeskripsinya rumusan diagnosa keperawatan pada lansia
dengan inkontinensia urine di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin.
c. Mendeskripsinya intervensi keperawatan pada lansia
dengan inkontinensia urine di PSTW Sabai Nan Aluih
Sicincin.
d. Mendeskripsinya implementasi keperawatan pada lansia
dengan inkontinensia urine di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin.
e. Mendeskripsinya evaluasi tindakan keperawatan pada lansia dengan
inkontinensia urine di PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin.
D MANFAAT
1. Aplikatif
a. Bagi Panti Sosial
Dapat digunakan sebagai acuan dalam pemberian asuhan keperawatan
pada lansia dengan inkontinensia urine.
b. Bagi Peneliti
Menjadi pengalaman yang berharga pada peneliti dalam memberikan
asuhan keperawatan sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat
pada bangku kuliah.
c. Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran
dan pembelajaran di Prodi Keperawatan Padang untuk mengembangkan
ilmu dalam penerapan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan
inkontinensia urine.
Poltekkes Kemenkes
6
Poltekkes Kemenkes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Defenisi lansia
Menurut UU Nomor 13 Tahun 1998 lansia adalah manusia yang umurnya
melebihi 65 tahun (Rhosma, 2014). Di indonesia dikatan lansia jika berumur lebih
dari 60 tahun. Lansia bukan suatu penyakit namun merukapan tahap lanjut dari
suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stress lingkungan, ditandai dengan kegagalan seseorang
individu untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stress fisiologis
dan juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk kehidupan serta
peningkatan kepekaan secara individual ( Setianto dan Pudjiastusi dalam Muhith,
2016).
2. Teori-Teori Proses Penuaan
Stanley dan Baere (2007), menyatakan bahwa teori- teori tejadinya penuaan pada
lansia dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan
psikososiologis.
a. Teori Biologis
Terjadinya perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan
kematian. Termasuk perubahan molekuler dan seluler dalam sistem organ
utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat dan melawan
penyakit. Adanya beberapa teori yang mendukung teori biologis yaitu :
1) Genetika
Terdiri dari teori DNA, teori ketepatan dan kesalahan mutasi somatik, dan
teori glikogen proses replikasi pada tingkatan seluler menjadi tidak teratur
karena adanya informasi tidak sesuai yang diberikan dari inti sel.
2) Wear-And-Tear
6
Akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA,
sehingga mendorong malfungsi molekuler dan akhirnya malfungsi organ
tubuh.
7
Poltekkes Kemenkes Padang
8
3) Imunitas
Menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan
dengan penuaan, Sehingga ketika seseorang betambah tua maka pertahanan
mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka
lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit.
4) Neuroendokrin
Salah satu area neurologi yang mengalami gangguan secara universal
akibat penuaan adalah waktu reaksi yang diperlukan untuk menerima,
memproses, dan bereaksi terhadap perintah.
b. Teori Psikososiologis
Perubahan sikap dan prilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan
dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis seperti :
1) Kepribadian
Aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau
luas spesifik lansia.
2) Tugas Perkembangan
Aktivitas dan tantangan yag harus dipenuhi seseorang pada tahap-tahap
spesifik dalam hidupnya. Mampu melihat kehidupan seseorang sebagai
kehidupan yang dijalani sebagai integritas.
3) Disengagement
Teori ini menggambarkan tentang proses penarikan diri oleh lansia dari
peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya
4) Aktivitas
Teori ini berbicara tentang pentingnya tetap aktif secara sosial sebagai alat
untuk penyesuaian diri yang sehat pada lansia.
5) Kontinuitas
Teori ini bericara tentang penekanan koping kepribadian pada individu
lansia.
Poltekkes Kemenkes
9
tubuh, dan mendekati akhir kehidupan. Tahap ini tergantung pada interaksi
sosial dan diperoleh ketika seseorang mengembangkan pemahaman tentang diri
mereka sendiri di dalam dunia dan menerima siapa diri mereka. Dari perspektif
moral, seorang yang lebih tua mencapai penalaran post-konvensional, tahap
akhir kehidupan dan merupakan persiapan untuk akhir hayat.
d. Teori Sosiologis
Teori sosiologis menjelaskan bahwa penuaan mengakibatkan hubungan dalam
peran menurun. Teori yang mendukung proses ini meliputi teori pelepasan.
Teori ini, adalah salah satu teori sosiologis pertama yang menjelaskan penuaan,
menyatakan bahwa karena hubungan berubah atau berakhir untuk orang
dewasa yang lebih tua, baik melalui prosesnya pensiun, cacat, atau kematian,
penarikan bertahap membuktikan kurangnya keterlibatan lanjut usia dalam
aktivitas sehari - hari ,sementara itu hubungan tersebut tidak bisa dipisahkan
dengan kehidupannya. Teori lain yang mendukung teori ini adalah teori
aktivitas. Teori ini menyatakan bahwa aktivitas sosial merupakan komponen
penting terhadap kesuksesan penuaan. Akibatnya, saat aktivitas sosial
dihentikan karena kematian orang yang dicintai, perubahan dalam hubungan,
atau penyakit dan kecacatan, Itu mempengaruhi hubungan, penuaan dipercepat
dan kematian menjadi semakin dekat.
Fokus teori aktivitas adalah hubungan antara aktivitas dan selfconcept. Dengan
kata lain, aktivitas sosial dan hubungan peran bersifat integral untuk konsep
diri dan berbahaya saat terganggu atau berhenti. Untuk menghindari ini, peran
baru harus dikembangkan untuk menggantikan peran yang hilang. Misalnya di
dalam ini teori, hilangnya peran pekerjaan melalui pensiun bisa diganti dengan
kegiatan rekreasi atau relawan yang sesuai untuk menghindari bahaya efek dari
kehilangan pekerjaan pada konsep diri. Teori dalam sosiologis perspektif
adalah teori kontinuitas. Teori ini mendukung bahwa individu bergerak melalui
tahun-tahun berikutnya mencoba untuk menjaga hal-hal agar tetap sama dan
menggunakan kepribadian yang serupa dan strategi penanggulangan untuk
menjaga stabilitas sepanjang hidup pada usia tua (Wallace, 2007).
Sudoyo (2007), menyatakan suatu teori mengenai penuaan dapat dikatakan
valid apabila ia dapat memenuhi tiga kriteria umum berikut; teori yang
Poltekkes Kemenkes
1
dikemukakan tersebut harus terjadi secara umum, proses yang dimaksud pada
teori itu harus terjadi secara progresif seiring dengan berjalannya waktu, dan
proses yang terjadi harus menghasilkan perubahan yang menyebabkan
disfungsi organ dan menyebabkan kegagalan suatu organ atau sistem tubuh
tertentu.
Beberapa teori proses menua menurut Sudoyo (2007), antara lain:
1) Teori Radikal Bebas
Teori ini menyebutkan bahwa produk hasil metabolisme oksidatif yang
sangat reaktif (radikal bebas) sangat bereaksi berbagai komponen penting
seluler. Termasuk protein, DNA, dan lipid. Menjadi molekul-molekul yang
tidak berfungsi namun bertahan lama dan mengganggu fungsi sel lainnya.
Teori radikal bebas diperkenalkan pertama kali oleh Harman (1956), yang
menyatakan bahwa proses menua normal merupakan akibat kerusakan
jaringan oleh radikal bebas. Dan bila kadarnya melebihi kosentarasi ambang
maka mereka akan berkontribusi pada perubahan-perubahan yang sering
kali dikaitkan dengan penuaan.
2) Teori Glikosilasi
Teori ini menyatakan bahwa proses glikosilasi non-enzimatik yang
menghasilkan pertautan glukosa-protein yang disebut sebagai advanced
glycation end products (AGES) dapat menyebabkan penumpukan protein
dan makromolekul lain termodifikasi sehingga terjadi disfungsi pada
manusia yang menua.
3) DNA Repair
Teori ini menyatakan bahwa adanya perbedaan pola laju perbaikan
kerusakan DNA yang diinduksi sinar ultraviolet (UV) pada berbagai fibrolas
pada spesies yang mempunyai umur maksimum terpanjang menunjukan laju
DNA repair terbesar.
3. Proses Menua
Fatimah (2010), macam-macam penuaan berdasarkan perubahan biologis, fisik,
kejiwaan, dan sosial yaitu:
1. Penuaan biologik
Poltekkes Kemenkes
1
Poltekkes Kemenkes
1
Lansia ini senang mengganti krgiatan yang hilang dengan kegiatan baru,
selektif dan mencari pekerjaan teman pergaulan, serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lansia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menetang proses penuaan,
yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik jasmani,
kehilangan kekuasaan, status,teman yang disayangi, pemarah, tidak sabr,
mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan pengkrtik.
d. Tipe pasrah
Lansia yang selalu menunggu dan menerima nasib baik, mempunyai konsep
habis (habis gelap datanglah terang), mengikuti kegiatan beribadah, ringan
kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh.
Poltekkes Kemenkes
1
4) Persyarafan;
Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam
merespon dan waktu bereaksi khususnya yang berhubungan dengan stress.
Berkurangnya atau hilangnya lapisan myelin akson sehingga menyebabkan
berkurangnya respon motorik dan reflek.
5) Musculoskeletal
Pada lansia terjadi penurunan kekuatan otot yang disebabkan penurunan massa
otot ( atropi otot). Ukuran otot mengecil dan penurunan massa otot lebih
banyak terjadi pada ektermitas bawah. Kekuatan atau jumlah daya yang
dihasilkan oleh otot menurun dengan bertambahnya usia.
6) Genitourinaria
Ginjal akan mengalami pengecilan sehingga aliran darah ke ginjal akan
menurun.
7) Pendengaran
Membran timpani atrofi sehingga terjadi gangguan pendengaran, tulang- tulang
pendengaran mengalami kekakuan.
8) Penglihatan
Respon terhadap sinar menurun, adaptasi terhadap gelap menurun, akomodasi
menurun, lapang pandang menurun dan kekeruhan lensa atau katarak.
9) Kulit
Kulit keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Rambut memutih, kelenjar
keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh seperti
tanduk.
10) Endokrin
Produksi hormone menurun, menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya daya
pertukaran gas dan memurunnya produksi aldosteron.
b. Perubahan psikologis
Poltekkes Kemenkes
1
c. Perubahan sosial
Perubahan sosial pada lansia meliputi perubahan peran, keluarga, teman,
masalah hukum, agama dan panti jompo (Maryam dkk, 2008).
2. Etiologi
Etiologi inkontinensia urine menurut Soeparman dalam Yuli (2014), yaitu:
1) Poliuria, nokturia
2) Gagal jantung
3) Factor usia: lebih banyak ditemukan pada usia >50 tahun.
4) Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini disebabkan
oleh:
a) Penurunan produksi estrogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan efek
akibat melahirkan dapat mengakibatkan penurunan otot-otot dasar
panggul.
b) Perokok
c) Minum alcohol
d) Obesitas
e) Infeksi saluran kemih (ISK)
3. Klasifikasi
Klasifikasi Inkontinensia menurut Yuli (2014):
1) Inkontinensia Urin Akut Reversibel
Poltekkes Kemenkes
1
Pasien delirium mungkin tidak sadar saat mengompol atau tidak dapat pergi
ketoilet sehingga berkemih tidak pada tempatnya. Bila delirium teraratasi mak
inkontinensia urin umumnya juga akan teratasi. Setiap kondisi yang
menghambat mobilisasi pasien dapat memicu timbulnya inkontinensia urin
fungsional atau memburuknya inkontinensia persisten, seperti fraktur tulang
panggul, stroke, artrittis dan sebagainya.
Poltekkes Kemenkes
1
b. Inkontinensia Stres
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami kehilangan urine kurang
dari 50 ml, terjadi dengan peningkatan tekanan intra abdomen, seperti pada
saat batuk, bersin atau berolahraga.Umumnya disebabkan oleh melemahnya
otot dasar panggul,merupakan penyebab tersering inkontinensia urine pada
lansia di bawah 75 tahun. Lebih sering terjadi pada wanita tetapi mungkin
terjadi pada laki-laki akibat kerusakan sfingter uretra setelah pembedahan
transsuretral dan radiasi. Pasien menegeluh mengeluarkan urine pada saat
tertawa, batuk, atau berdiri. Jumlah urine yang keluar dapat sedikit atau
banyak.
c. Inkontinensia reflex
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine yang
tidak dirasakan, terjadi pada interval yang dapat diperkirakan bila volume
kandung kemih mencapai jumlah tertentu.
d. Inkontinensia fungsional
Merupakan keadaan dimana seseorang mengalami pengeluaran urine tanpa
disadari dan tidak dapat diperkirakan.
Memerlukan identifikasi semua komponen tidak terkendalinya pengeluaran
urine akibat factor-faktor diluar saluran kemih. Penyebab terseringnya
adalah demensia berat, masalah muskuloskletal berat, factor lingkungan
yang menyebakan kesulitan untuk pergi ke kamar mandi, dan fktor
psikologis. Seringkali inkontinensia urine pada lansia muncul dengan
berbagai gejala dan gambaran urodinamik lebih dari satu tipe inkontinensia
Poltekkes Kemenkes
1
4. Patofisiologi
Yuli (2008),Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi,
antara lain:
1) Perubahan yang terkait dengan usia pada system perkemihan.
Kapasitas kandung kemih (vesika urinaria) yang normal sekitar 300-
600ml. dengan sensasi keinginan untuk berkemih diantara 150-350ml.
berkemih dapat ditunda 1-2jam sejak keinginan berkemih dirasakan.
Ketika keinginan berkemih atau miksi terjadi pada otot detrusor kontraksi
dan sfingter ekternal relaksasi, yang membuka uretra. Pada orang dewasa
muda hamper semua urin dikeluarkan dengan proses ini.
Pada lansia tidak semua urine dikeluarkan, tetapi residu urine 50ml attau
kurang dianggap adekuat. Jumla yang lebih dari 100ml mengindiikasikan
adanya retensi urine. Perubahan lainnya pada proses pnuaan adalah
terjadinya kontraksi kandung kemih tanpa disadari. Wanita lansia, terjadi
penurunan produksi estrogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan
efek akibat melahirkan mengakibatkan penurunan pada otot-otot dasar
panggul
2) Fungsi otak besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung
kemih.
Poltekkes Kemenkes
1
6. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis menurut Yuli (2014), yaitu:
1) Inkontinensia dorongan
Gejalanya adalah berkemih sering disertai oleh tingginya frekuensi
berkemih (lebih sering 2 jam sekali). Spasme kandung kemih atau
kontraktur berkemih dalam jumlah kecil (kurang dari 100 ml) atau dalam
jumlah besar (lebih dari 500ml).
2) Inkontinensia stress
Gejalanya adalah keluarnya urine pada saat tekanan intra abdomen
meningkat dan seringnya berkemih.
3) Inkontinensia reflex
Gejalanya adalah tidak menyadari bahwa kandung kemihnya sudah terisi,
kurangnya berkemih, kontraksi spasme kandung kemih yang tidak
dicegah.
4) Inkontinensia fungsional
Gejalanya adalah mendesaknya keinginan untuk berkemih menyebabkan
urine keluar sebelum mencapai tempat yang sesuai.
5) Inkontinensia urine overflaw
Gejalanya adalah mengeluh keluarnya sedikit urine tanpa adanya sensasi
bahwa kandung kemih sudah penuh, distensi kndung kemih.
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang inkontinensia urine menurut Soeparman dan
Waspadji dalam Yuli (2014). Uji urodinamik sederhana dapat dilakukan
tanpa menggunakan alat-alat mahal.Sisa-sisa urine paska berkemih perlu
diperkirakan pada pemeriksaan fisis. Pengukuran yang spesifik dapat
dilakukan dengan ultrasound atau katerisasi urine. Merembesnya urine pada
Poltekkes Kemenkes
1
saat dilakukan penekanan dapat juga dilakukan. Evaluasi tersebut juga harus
dikerjakan ketika kandung kemih penuh dan ada desakan keinginan untuk
berkemih. Diminta untuk batuk ketika sedang diperiksa dalam posisi
lithotomic atau berdiri. Merembesnya urine sering kali dapat dilihat.
Informasi yang dapat diperoleh antara lain saat pertama ada keinginan
berkemih, ada atau tidak adanya kontraksi kandung kemih tak terkendali,
dan kapasitas kanduung kemih.
6) Catatan berkemih
Poltekkes Kemenkes
2
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan inkontinensia urine menurut (muller dalam yuli,2014)
adalah mengurangi faktor resiko, mempertahankan homeostatis, mengontrol
inkontinensia urine, modifikasi lingkungan, medikasi, latihan otot pelvis dan
pembedahan. Dari beberapa hal tersebut dapat diatas, dapat dilakukan
sebagai berikut:
1) Pemanfaatan kartu catatan berkemih
Yang dicatat pada kartu tersebut misalnya waktu berkemih dan jumlah
urin yang keluar, baik yang keluar secara normal, maupun yang keluar
karena tak tertahan, selain itu dicatat pula wakktu, jumlah dan jenis
minuman yang diminum.
2) Terapi non farmakologi
Dilakukan dengan mengoreksi penyebab yang mendasari timbulnya
inkontinensia urin, seperti hyperplasia prostat, infeksi saluran kemih,
diuretic, hiperglikemi, dan lain-lain. Adapun terapi yang dapat dilakukan:
a. Melakukan latihan menahan kemih(memperpanjang interval waktu
berkemih) dengan teknik relaksasi dan distraksi sehingga frekuensi
berkemih 6-7x/hari. Lansia diharapkan dapat menahan keinginan untuk
berkemih bila belum waktunya. Lansia dianjurkan untuk berkemih pada
interval waktu tertentu, mula mula setiap jam, selanjutnya diperpanjang
secara bertahap sampai lansia ingin berkemih 2-3 jam.
Poltekkes Kemenkes
2
4) Terapi pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe stress dan
urgensi, bila terapi non farmaakologis dan farmakologis tidak
berhasil.
Poltekkes Kemenkes
2
5)Modalitas lain
b.Kateter
Kateter menetap tidak dianjurkan untuk digunakan secara rutin karena
dapat menyebabkan infeksi saluran kemih, daan juga terjadi
pembentukan batu. Teknik kateter sementara hanya untuk pasien yang
tidak dapat mengosongkan kandung kemihnya sendiri.
c.Alat bantu toilet
Seperti urinal dan bedpan yang digunakan oleh lansia yang tidak
mampu bergerak dan menjalani tirah baring. Alat bantu tersebut akan
menolong lansia terhindar dan jatuh serta membantu memberikan
kemandirian pada lansia dalam menggunakan toilet.
Poltekkes Kemenkes
2
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) adalah yang memberi pelayanan dan
perawatan jasmani, rohani, sosial, dan perlindungan untuk memenuhi
kebutuhan lanjut usia agar dapat memiliki kehidupan secara wajar
(Artinawati dalam Aprilia,2016).
Fungsi pelayanan dapat berupa pusat pelayanan sosial lanjut usia, pusat
informasi pelayanan sosial lanjut usia, pusat pengembangan pelayanan sosial
lanjut usia, dan pusat pemberdayaan lanjut usia.
Sasaran pelayanan ini adalah lanjut usia potensial, yaitu lanjut usia yang
berusia 60 tahun ke atas, masih mampu melakukan pekerjaan atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang dan jasa. Lanjut usia tidak potensial adalah
lanjut usia yang berusia 60 tahun ke atas, tidak berdaya mencari nafkah
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain, keluarga lanjut usia,
masyarakat, kelompok, dan organisasi sosial (Nugroho,2008).
Poltekkes Kemenkes
2
a. Identitas
Identitas klien yang biasa dikaji nama, alamat, usia, karena ada beberapa
penyakit perkemihan banyak terjadi pada klien diatas usia 60 tahun.
Poltekkes Kemenkes
2
b. Keluhan utama
Keluhan yang sering ditemukan urine keluar tidak terkontrol atau urin
keluar menetes (retensi urine), poliuri.
Pengkajian khusus menurut Tamher (2009), pada lansia dengan
inkontinensia saat pertama mengeluhakan kondisinya yaitu:
1. Kapan mulainya?
2. Apa tindakan anda untuk mengatasinya? (dengan cara
membatasi minum/sering berkemih)
3. Adakah sesuatu hal tertentu yang memperburuk atau dapat
menguranginya?
4. Apakah sakit saat berkemih?
5. (wanita) adakah merasa tekanan di panggul?
Pengkajian tentang rasa takut, sikap, konsekuensi psikososial.
1. Sudahkah mencari pengobatan?
2. Apakah merasa perlu berada dekat dengan toilet?
3. Apakah menghindari berpergian karena hal itu?
c. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit saat ini berupa uraian mengenai penyakit yang diderita
olh klien dari mulai timbulnya keluhan yang dirasakan sampai klien
dibawa ke pelayanan kesehatan, biasanya urine yang keluar tak terkontrol
lebih dari 8 kali per hari.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit perkemihan
sebelumnya, riwayat penyakit infeksi pada sluran kemih, pengobatan
penyakit sebelumnya, riwayat mengkonsumsi alcohol dan merokok,
poliuri dan nokturi.
e. Riwayat penyakit keluarga
Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
yang sama karena factor genetic/ keturunan.
f. Pemeriksaan fisik
Poltekkes Kemenkes
2
Poltekkes Kemenkes
2
Perubahan pola berkemih biasanya lebih dari 8x/hari dan sering pada
malam hari, kaji juga distensi abdomen, kesusahan mengeluarkan
urin, warna dan bau, jumlah urin yang keluar dan kebersihan.
(Aspiarni, 2014).
Proses penuaan pada ginjal, kandung kemih, uretra, dan system
persyarafan memengaruhi fisiologi pengeluaran urine. Proses penuan
dapat mengarah pada terjadinya inkontinensia. (muhfith, 2016).
e) System pencernaan (B5: Bowel)
Konstipasi(menurunnya motilitas usus), konsisten feses, frekuensi
eliminasi, auskultasi bising usus, anoreksia(produksi saliva
berkurang), adanya distensi abdomen, nyeri tekan abdomen.
(Aspiarni, 2014).
f) System Muskuloskletal (B6: Bone)
Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin terlokalisasi pada area
jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi (karena osteoporosis),
kontraktur atrofi otot,laserasi kulit dan perubahan warna (Aspiarni,
2014).
Poltekkes Kemenkes
2
f. Dada: pada lansia tampak tarikan napas yang lebih berat karena
elastisitas paru mulai menurun, dan mengalami penurunan kekuatan
otot pernapasan.
g. Abdomen: peristaltic usus menurun, timbul konstipasi, abdomen terasa
berisi.
h. Genitourinaria: otot otot kandung kemih melemah, menyebabkan
pengeluaran urine meningkat, pada pria biasanya mengalami
pembesaran prostat.
i. Kulit: kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik, berkurangnya elastisitas.
j. Ekstermitas:tulang kehilangan kepadatannya dan semakin rapuh,
kifosis, persendian membesar, terjadinya atrofi otot.
3) Pola eliminasi
Menjelaskan pola efungsi ekresi, kandung kemih, defekasi, ada
tidaknya masalah defekasi, eliminasi urine (biasanya terdapat poliuri
dan nokturia dan atau urine yang menetes, masalah nutrisi, dan
penggunaan kateter.
Poltekkes Kemenkes
2
Poltekkes Kemenkes
3
Poltekkes Kemenkes
3
No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan NOC NIC
1 Inkontinensia urine Setelah dilakukan
berhubungan dengan tindakan
kelemahan otot pelvis dan keperawatan….x 24
struktur penyangganya. jam diharapkan
inkontinensia urine
dengan kriteria:
.
Batasan karakteristik : 1. Perawatan
1. Kontinensia eliminasi urine:
a. Ketidakmampuan
urine
menahan berkemih
secara volunter a. Monitor eliminasi
a. Klien mengenali
b. Sensasi dorongan urine termasuk
urgensi
berkemih tanpa frekuensi,
berkemih.
hambatan volunter konsistensi, bau,
kontraksi kandung volume, dan warna
kemih dengan tepat.
c. Tidak ada sensasi b. Monitor tanda dan
berkemih gejala retensi urine.
b. Klien menunjukkan
d. Tidak ada dorongan
keadekuatan waktu
untuk berkemih
untuk mencapai
kamar mandi. c. Instruksikan
c. Klien menunjukkan klien/keluarga untuk
pakaian dalam tetap mencatat haluaran
kering sepanjang urin bila diperlukan.
hari.
Poltekkes Kemenkes
3
Poltekkes Kemenkes
3
Batasan karakteristik :
- Ketidakmampuan
mencapai toilet 1. Perawatan diri 1. Bantu
- Ketidakmampuan perawatan
naik ke toilet diri:
- Ketidakamampuan
untuk duduk di toilet
a. lansia menerima a. Kaji kemampuan klien
bantuan dari untuk mengguanakan
pemberi perawatan. alat bantu.
b. Pantau adanya
b. lansia mengenali/ perubahan
mengetahui kemampuan fungsi.
kebutuhan akan
bantuan untuk
Toileting.
c. Pantau kemampuan
c. lansia mengenali klien dalam
dan berespon melakukan perawatan
terhadap urgensi mandiri.
untuk berkemih atau d. Pantau kebutuhan
defekasi. klien terhadap
perlengkapan alat-alat
untuk kebersihan diri,
Poltekkes Kemenkes
3
berpakaian, dan
makan.
e. Berikan bantuan
sampai klien mampu
melakuakan
perawatan diri.
f. Bantu klien menerima
ketergantungan
pemenuhan kebutuhan
sehari hari.
g. Dukung kemandirian
dalam melakukan
mandi dan hygiene
mulut, bantu klien
hanya jika diperlukan.
Poltekkes Kemenkes
3
Batasan karakteristik :
Kriteria hasil: 1. Menurunkan
a. kontrol kecemasan kecemasan
diri 1.Tingkat Kecemasan a. Gunakan pendekatan
b. Level ansietas yang menenangkan
c. Koping a. Klien mampu
menidentifikasi dan
mengungkapkan b.Nyatakan dengan jelas
gejala cemas harapan terhadap
b. Mengidentifikasi, pelaku pasien
mengungkapkan
dan menunjukkan c. Jelaskan semua
teknik untuk prosedur dan apa yang
mengontrol cemas dirasakan selama
c. Vital sign prosedur
dalam batas d.Pahami perspektif
normal pasien terhadap situasi
stress
d. Postur tubuh,
ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan e. Temani pasien untuk
tingkat aktivitas memberikan keamanan
menunjukkan dan mengurangi rasa
berkurangnya takut
kecemasan f. Identifikasi
tingkatkecemasan
g.Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
h.Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan ketakutan
i. Instruksikan kepada
pasien untuk
menggunakan teknik
relaksasi
j. Berikan obat untuk
mengurangi
kecemasan
Poltekkes Kemenkes
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
C. Subjek penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian merupakan adalah subjek atau objek yang
memenuhi kriteria dan karakteristik yang telah ditetapkan oleh peneliti dan
kemudian ditarik suatu kesimpulan (Nursalam, 2011). Dalam pengambilan
sampel harus bersifat universal atau umum. Populasi dalam penelitian ini
adalah 17 orang lansia dengan Inkontinensia Urine yang berada di PSTW
Sabai Nan Aluih Sicincin, setelah penelitian dilakukan didapatkan
populasi menjadi 16 orang.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang dapat digunakan sebagai
subjek penelitian melalui sampling. Teknik sampling merupakan suatu
proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang
ada (Nursalam, 2011). Sampel penelitian ini adalah 1 orang lansia yang
36
Poltekkes Kemenkes Padang
3
Saat dilakukan penelitian, 3 orang lansia dari populasi dalam penelitian ini
disesuaikan kembali dengan kriteria yang ada didapatkan 3 lansia dengan
Inkontinensia Urine yang sesuai dengan kriteria, kemudian untuk mendapatan satu
orang sampel sebagai pasien peneliti memperkecilnya dengan menggunakan
sistem sampel Random Sampling berupa pemilihan secara acak maka Ny A yang
didapatkan sebagai pasien.
D. Jenis-Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari lansia seperti
pengkajian kepada lansia yang meliputi: Identitas pasien riwayat
kesehatan, pola aktifitas lansia, dan pemeriksaan fisik terhadap lansia.
Poltekkes Kemenkes
3
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari rekam media ,serta
dokumentasi. Umumnya berupa bukti penunjang catatan atau laporan
historis yang telah tersusun.
Poltekkes Kemenkes
3
Poltekkes Kemenkes
BAB IV
DESKRIPSI KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi kasus
Penelitian yang dilakukan kepada partisipan yaitu Ny.A yang berumur 80
tahun dengan Inkontinensia Urine selama 5 hari yang dimulai dari tanggal
04-09 Februari 2019 di wisma Antokan PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin.
Hasil penelitian ini meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi sampai dengan evaluasi keperawatan.
1. Hasil pengkajian
a) Identitas diri klien
Pasien (Ny.A) yang berumur 80 tahun, berstatus janda, beragama
islam, suku minang, pendidikan terakhir SMA, sumber informasi
Ny.A sendiri, keluarga yang dapat di hubungi saudara kandung
sendiri, Ny.A tinggal di wisma Antokan.
42
40
Poltekkes Kemenkes Padang
4
Poltekkes Kemenkes
4
2) Eliminasi
Ny. A mengatakan BAK sebanyak 14-16x/hari. berwarna putih
kekuning kuningan. Ny. A mengeluhkan frekuensi BAK yang
sering pada siang ataupun malam hari dan sulit untuk menahan
BAK sampai ke kamar mandi. Terutama pada malam hari yang
menyebabkan pasien sering terbangun pada malam hari. Ny. A
mengatakan sudah mengalami kondisi yang seperti sekarang
sejak ± 1 tahun yang lalu. Klien mengatakan sangat terganggu
dengan kondisinya sekarang.
Poltekkes Kemenkes
4
g) Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien tampak letih dengan tekanan darah 120/100
mmHg, Nadi 63x/menit, pernapasan 20x/menit, suhu 36,5ºC
Kepala tampak bersih, tidak ada kerontokan rambut, mata simetris
kiri kanan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada
gangguan penglihatan, tidak menggunakan kaca mata, tidak ada
peradangan,tidak ada riwayat katarak. Hidung tidak ada
peradangan, bentuk simetris, tidak ada gangguan penciuman. Tidak
ada gangguan pendengaran, kebersihan mulut bersih, mukosa
lembab, tidak ada karies gigi, gigi sudah tidak lengkap, tidak ada
kesulitan mengunyah dan menelan.
Pada ekstermitas atas akral teraba hangat, edema tidak ada, CRT
<2 detik, pada ekstermitas bawah tidak ada edema, akral hangat,
CRT kembali <2 detik, kekuatan otot ekstermitas bawah:
5555/5555
i) Pengkajian psikososial
Dari hasil pengukuran klien mengalami depresi karna takut di
marahi oleh teman sewisma nya karena sering BAK sembarangan.
Klien juga takut bergaul sama teman-teman sewisma nya tersebut
dan klien sering sendirian.
Poltekkes Kemenkes
4
j) Pengkajian lingkungan
Kamar Ny. A tertata baik dimana barang barang klien tidak
tersusun rapi dan. Kamar Ny.A tampak berantakan dan kurang
bersih. Kamar Ny. A mendapatkan penerangan dari jendela yang
ada di kamarnya terletak di dekat kamar mandi, pada saat siang
hari dan malam bersumber dari lampu bohlam. Di dalam wisma
tersebut berbau pesing. Sirkulasi udara di kamar Ny. A cukup baik
karena ada ventilasi udara. Halaman wisma Ny. A bersih dan
tertata, juga terdapat bunga di sekitar halaman Ny. A. Juga terdapat
kursi untuk bersantai. Kamar mandi Ny. A tampak kurang bersih.
Air minum Ny. N berasal dari air galon yang disediakan pihak
panti. Sampah di wisma Ny. A di tumpuk di belakang rumah dan 1
kali 2 hari di buang ketempat buang sampah di luar wisma. Tidak
terdapat sumber pencemaran di wisma pasien.
2. Analisa Data
a. Data subjektif:
Klien sering mengatakan bahwa BAK 14-16x/hari diantaranya 5-6
kali dimalam hari dengan volume sedikit, klien mengatakan
kondisi seperti ini kurang lebih 1 tahun yang lalu, klien
mengatakan sering terbangun dimalam hari karna desakan BAK,
klien mengatakan sering tidak mampu menahan BAK nya sebelum
mencapai toilet, klien mengatakan sering pipis dicelana (ngompol).
Data objektif:
Lingkungan diwisma klien berbau pesing, terlihat ember kecil
didekat tempat tidur klien, terlihat di kamar pasien berantakan
tidak tersusun rapi.
Masalah:Dari data diatas maka munculah masalah inkontinensia
urine
Poltekkes Kemenkes
4
b. Data Subjektif:
Klien mengatakan tidak nyaman dengan lingkungan yang berbau
pusing, klien mengatakan tidak mampu untuk rileks dengan
lingkungan yang bau, klien mengatakan merasakan gatal-gatal
dibagian badan dan area kemaluannya, klien mengatakan mengeluh
lelah.
Data Objektif:
Klien terlihat gelisah,klien terlihat tidak nyaman berada di dalam
kamar yang berbau pesing, klien terlihat tida percaya diri saat
duduk bersama teman sewisma nya karna berbau pesing.
Masalah: dari data diatas maka munculah masalah gangguan rasa
nyaman
c. Data subjektif:
Klien mengatakan sulit untuk tidur, klien mengatakan tidak puas
dengan tidurnya, klien mengeluh istirahatnya tidak cukup, klien
mengatakan sering terbangun karna desakan BAK yang kuat dan
terkadang klien ngompol.
Data Objektif:
Terlihat mata klien agak sayu, klien terlihat lemah dan lesu, klien
terlihat tidak bersemangat untuk bergabung dengan teman-
temannya, klien terlihat susah tidur saat desakan BAK nya yang
begitu kuat.
Masalah : darai data diatas munculah masalah gangguan pola tidur
Poltekkes Kemenkes
4
3. Diagnosa keperawatan
Masalah keperawatan yang muncul pada Ny A adalah inkontinensia
urine, gangguan rasa nyaman, dan gangguan pola tidur.
4. Rencana keperawatan
Rencana keperawatan yang direncanakan pada Ny A untuk masalah
inkontinensia urine adalah monitor kemampuan klien dalam menyadari
desakan berkemih, instruksikan klien merelaksasikan sfingter uretra,
ajarkan klien untuk memulai dan menghentikan aliran urin, ajarkan
bahwa latihan akan efektif 6-12 minggu, tulis instruksi untuk
melakukan latihan 50-100 kali pengulangan dalam sehari, tahan
kontaksi selama 10 detiknya, eliminasi urin termasuk frekuensi dan
warna urin, intruksikan pasien minum minimal 1500 cc perhari,
bersihkan area genetalia secara teratur, intuksikan pasien mencatat pola
berkemih, tetapkan jadwal berkemih, tetapkan interval jadwal ke toilet
dan beri pujian positif.
Poltekkes Kemenkes
4
Pada masalah gangguan pola tidur adalah tentukan pola tidur klien,
jelaskan pentingnya tidur, pantau tidur dan catatan fisik yang dapat
mengngganggu pola tidur (ketidaknyamanan dan frekuensi BAK),
bantu menghilangkan situasi stres sebelum tidur, diskusikan dengan
klien teknik peningkatan tidur, monitor aktivitas yang menghasilkan
kelelahan sampai bangun untuk mencegah lelah yang berlebihan.
5. Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada Ny A mulai tanggal 04-08 frebruari
2019 pada masalah keperawatan inkontinensia urine adalah memonitor
kemampuan klien dalam menyadari desakan berkemih,
menginstruksikan klien mengearutkan lalu merelaksasikan sfingter
uretra, mengajarkan klien untuk memulai dan menghentikan aliran
urin, mengajarkan bahwa latihan akan efektif 6-12 minggu, menulis
intruksi untuk melakukan latihan 50-100 kali pengulangan dalam
sehari, tahan kontraksi selama 10 detiknya, eliminasi urin termasuk
frekuensi dan warna urin, mengintruksikan pasien minum minimal
1500 cc perhari, membersihkan area genetalia secara teratur,
menginstruksikan pasien mencatat pola berkemih, menetapkan jadwal
berkemih, menetapkan interval jadwal ke toilet dan beri pijian positif.
Poltekkes Kemenkes
4
6. Evaluasi
Setelah dilakukan implementasi pada Ny A pada masalah keperawatan
inkontinensia urine didapatkan hasil evaluasi yaitu pasien mengatakan
masih frekuensi BAK nya mencapai 14-16x/hari diantaranya 5-6 kali
di malam hari dengan volume sedikit, klien masih belum bisa
menyadari desakan berkemih yang tiba-tiba keluar, klien juga
mengeluarkan BAK nya di atas tempat tidurnya, pada hari ke 6
masalah belum teratasi dan intervensi dihentikan dan dilanjutkan
dengan latihan mandiri klien.
Poltekkes Kemenkes
4
B. PEMBAHASAN
Setelah dilakukan pengkajian asuhan keperawatan melalui pendekatan
proses keperawatan, yang meliputi pengkajian, menegakkan masalah
keperawatan, perencanaan keperawatan, pelakasanaan dan evaluasi maka
pada bab ini akan membahas mengenai kesenjangan teori dengan
kenyataan yang ditemukan dalam perawatan kasus inkontinesia urine pada
Ny A yang telah dilakukan pengakajian pada tanggal 04 februari 2019, dan
telah dilaksanakan implementasi keperawatan mulai tanggal 05 februari
sampai 09 februari 2019 di wisma Antokan Panti Tresna Werdha Sabai
Nan Aluih Sicincin Padang Pariaman yang dapat diuraikan sebagai
berikut:
7. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dari proses
keperawatan.
a) Identitas klien
Partisipan pada penelitian ini yaitu 1 orang lansia, Ny. A berumur
80 tahun yang mengeluh sering BAK pada malam hari, Ny. A
BAK sebanyak 14-16 x/hari diantaranya 5-6x di malam hari
dengan volume sedikit. Klien sering mengeluh tidak bisa menahan
BAK nya sendiri sebelum mencapai kamar mandi, klien
mengatakan tidak tahu mengatasinya. Klien mengatakan masalah
nya dapat teratasi. Klien juga mengatakan sering terbangun di
malam hari karna desakan BAK yang kuat.
Poltekkes Kemenkes
5
Poltekkes Kemenkes
5
8. Diagnosa keperawatan
Dalam penulisan pernyataan diagnosis keperawatan meliputi 3
komponen yaitu P (problem), E (etiologi), dan komponen S (simpton
atau dikenal dengan batasan karakteristik). Dengan demikian cara
membuat diagnosa keperawatan adalah dengan menentukan masalah
keperawatan yang terjadi, kemudian mencari penyebab dari masalah
yang ada.
Dari hasil pengkajian dan analisa yang telah dilakukan pada partisipan
ditegakkan masalah keperawatan pada Ny. A yaitu : 1. Inkontinensia
urine b/d gangguan kontrol sfingter uretra, 2. Gangguan rasa nyaman
b/d kurang pengendalian situasional , 3. Gangguan pola tidur b/d
dorongan berkemih yang kuat.
Poltekkes Kemenkes
5
9. Intervensi keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada prinsipnya dilakukan sesuai
dengan rencana keperawatan. Pada teori pelaksanaan tindakan
keperawatan disesuaikan dengan rencana keperawatan, baik mandiri
maupun kolaborasi, proses keperawatan memiliki salah satu sifat yang
flebitas yang artinya pelaksanaan proses keperawatan dapat diubah
sesuai denagn situasi dan kondisi klien.
Poltekkes Kemenkes
5
Dalam teori gangguan pola tidur dapat dengan berbagai terapi salah
satunya terapi relaksasi. Teori ini dilakukan pada penelitian yang
dilakukan oleh Edmund, dkk (2017) bahwa latihan relaksasi otot
progresif pada otot kandung kemih dengan nafas dalam yang
dilaksanakan 20-30 menit, 1x sehari secara teratur selama 1 minggu
cukup efektif dalam menurunkan kesulitan tidur pada lansia.
4. Implementasi
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan klien dengan inkontinensia
urine di wisma antokan PSTW Sabai Nan Aluih Sicincin Padang
Pariaman, penulis tidak menemukan hambatan dalam pelaksanaannya,
karena tindakan keperawatan yang diberikan sesuai dengan teori yang
dibahas sebelumnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tindakan
keperawatan yang diberikan, serta didukung dengan motivasi yang kuat
dari Ny A. Maka peneliti dapat menerapkan asuhan keperawatan pada
klien dengan inkontinensia urine.
Poltekkes Kemenkes
5
5. Evaluasi
Pada kasus nyata evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses.
Alasanya evaluasi yang dilakukan berorientasi pada etiologi dilakukan
secara terus-menerus sampai tujuan yang diharapkan tercapai.
Poltekkes Kemenkes
5
Poltekkes Kemenkes
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian-uraian pada bab terdahulu, penulis penulis mengambil
kesimpulan bahwa :
1. Pada pengkajian, didapatkan data Ny A dengan umur 80 tahun, dengan
keluhan sering BAK pada siang dan malam hari, klien merasa
kerepotan bila desakan berkemihnya di malam hari, karena saat
terbangun di malam hari desakan BAK klien begitu kuat sehingga
klien tidak kuat lagi menahannya saat sampai toilet. Klien mengatkan
sebelumnya sudah perah memakai pempers yang disediakan oleh pihak
panti, namun 1 bulan terakhir klien tidak mau lagi memakai pempers
tersebut karna merasa tidak nyaman saja. Klien mengatakan ia
mengalami inkontinensia urine sejak ± 1 tahun yang lalu, ia merasa
terganggu dengan kondisinya saat ini.
2. Diagnosa yang muncul pada kasus ini sesuai dengan teori, yaitu :
a) Inkontinensia urine b/d gangguan kontrol sfingter uretra
b) Gangguan rasa nyaman b/d kurang pengendalian situasional
c) Gangguan pola tidur b/d dorongan berkemih yang kuat
56
Poltekkes Kemenkes Padang
5
B. SARAN
Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada nenek A dengan maslah
inkontinensia urine pada lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan
Aluih Sicincin melihat hasil yang telah diperoleh, maka penulis
mengajukan beberapa saran yaitu:
1. Kepala dan Petugas Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih
Sicincin
Diharapkan kepada kepala Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan
Aluih Sicincin melalui perawat dan petugas Panti Sosial Tresna
Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin agar dapat melanjutkan penanganan
inkontinensia urine pada lansia dengan cara melatih tahan kontraksi
BAK selama 5-10 detiknya.
2. Peneliti selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya setelah dilakukan penelitian ini
dapat melakukan pengkajian yang lebih komprehensif dan mendalam
pada lansia. Serta dapat membahas diagnosa lain dalam asuhan
keperawatan pada lansia dengan inkontinensia urine. Sehingga
terlaksananya asuhan keperawatan yang komprehensif terutama pada
lansia yang mengalami masalah kesehatan pada lansia.
3. Bagi Intitusi Poltekkes Kemenkes RI Padang
Poltekkes Kemenkes
5
Poltekkes Kemenkes
5
Daftar Pustaka
Aspriani, Reny Yuli, 2014. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Gerontik, Jilid
1,Jakarta: Cv Trans Info Media
Dewi, Julianti Karjoyo, 2017. Pengaruh Senam Kegel Terhadap Frekuensi Urine
Pada Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Tumpaan Minahasa
Selatan.
Dinas Kesehatan Sumbar. (2017). Profil Dinas Kesehatan Sumbar tahun 2017,
Retrieved from www.depkes.go.id/Diakes tanggal 10 Januari 2019.
Menurut Nanda , 2017 . Skripsi KTI . Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan
Inkontinensia Urine di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih
Sicincin
Poltekkes Kemenkes
6
Poltekkes Kemenkes
6
Poltekkes Kemenkes
6
Poltekkes Kemenkes
6
Poltekkes Kemenkes
6
Poltekkes Kemenkes
6
Poltekkes Kemenkes
6
Poltekkes Kemenkes
6
Poltekkes Kemenkes
6
b) Defekasi
Frekuensi: 3 kali seminggu
Warna : kuning
Waktu : pagi dan sore
Bau : bau khas BAB
Konsistensi : lembek
Keluhan lainnya: tidak ada keluhan saat BAB
3. Hygiene Personal
a) Mandi
Frekuensi : 1x sehari
Pakai sabun : ya
b) Hygiene oral
Frekuensi : 2x sehari
Waktu : 10 detik
c) Cuci rambut
Frekuensi : 2x seminggu
Pakai shampo : Ya
d) Gunting kuku
Frekuensi : 1x seminggu
4. Istirahat dan tidur
Tidur siang: 1-2 jam
Tidur malam : 6-7 jam terkadang terganggu inkontinensia urine
5. Aktivitas dan latihan
Olahraga : tidak ada
Jenis olahraga: tidak ada
Kegiatan diwaktu luang: tidak ada
Keluhan dalam beraktivitas : tidak ada
6. Kebiasaan
a) Merokok
Frekuensi / jumlah : tidak merokok
b) Minuman keras
Poltekkes Kemenkes
7
Poltekkes Kemenkes
7
10. Ekstremitas
Atas: bentuk simetris kiri dan kanan, edema(-), CRT <2 detik,
akral hangat
Poltekkes Kemenkes
7
Kekuatan otot :
kiri Kanan
5555 5555
5555 5555
Poltekkes Kemenkes
7
K. Pengakjian psikososial
NO Data Ya Tidak
Poltekkes Kemenkes
7
Poltekkes Kemenkes
7
L. Pengkajian lingkungan
(denah rumah)
KL M
KL
Keterangan:
A: pintu masuk KL
K
B: ruangan ta wisma
C1-3: kamar l mu R
CP: kamar pa ans
E: meja maka ia P
1. Penat sie
Kamar klien terlihat tidak rapi dan kurang bersih, ketika dilihat bagian
dalam kamar klien ada tumpukan baju kotr didekat tempat tidur klien.
4. Sirkulasi udara
Poltekkes Kemenkes
7
Sirkulasi udara dikamar Ny A tidak terlalu baik, hanya ada satu ventilasi
udara dikamar klien.
5. Penataan halaman
Halaman pada wisma Ny A cukup bersih dan rapi serta terdapat banyak
bunga-bunga di depan halaman.
9. Pembuangan sampah
Pembuangan sampah berada di sebelah wisma, terdapat tong sampah besar
untuk pembuangan sampah.
Analisa data
NO Data Masalah Penyebab
Poltekkes Kemenkes
7
DO:
1. Lingkungan diwisma klien
berbau pesing.
2. Terlihat ada ember kecil
didekat tempat tidur klien.
2. DS: Gangguan rasa Kurang
1. Klien mengatakan tidak nyaman pengendalian
nyaman dengan situasional
lingkungan yang
berbau pesing.
2. Klien mengatakan tidak
mampu untuk rileks
dengan lingkungan yang
bau.
3. Klien mengatakan
merasakan gatal-gatal.
4. Klien mengatakan
mengeluh lelah.
DO:
1. Klien terlihat gelisah
2. Klien terlihat tidak
nyaman berada di dalam
kamar yang berbau
pesing.
3. DS: Gangguan pola Dorongan berkemih
1. Klien mengatakan sulit tidur yang kuat
tidur.
2. Klien mengatakan tidak
puas dengan tidurnya.
3. Klien mengeluh
istirahatnya tidak cukup.
Poltekkes Kemenkes
7
DO:
1. Mata klien terlihat
agak sedikit sayu
2. Klien terlihat letih dan
lemah
Diagnosis Keperawatan
1. Kontinensia urine
Batasan Karakteristik 1. Perawatan eliminasi urine
a. Klien mengenali a. Monitor eliminasi urine
urgensi berkemih. termasuk frekuensi,
Poltekkes Kemenkes
7
Perawatan
inkontinensia urine:
Poltekkes Kemenkes
8
Manajemen
Batasan karakteristik: Status kenyamanan: lingkungan:kenyamanan
a. Gatal-gatal
b. Ketidakmampuan a. Menentukan tujuan klien/
untuk relaks keluarga dalam mengelola
a. Kesejahteraan
c. Kurang puas lingkungan dan kenyamanan
psikologis
dengan keadaan yang optimal.
d. Merasa kurang
senang dengan b. Memudahkan transis klien /
situasi keluarga dengan adanya
b. Lingkungan fisik
e. Merasa tidak sambutan hangat di
nyaman lingkungannya yang baru.
d. Menciptakan lingkungan
d. Perawatan sesuai
yang tenang dan mendukung.
dengan kebutuhan
Poltekkes Kemenkes
8
2. Kebutuhan tidur
a. Jumlah dalam
Poltekkes Kemenkes
8
Poltekkes Kemenkes
8
Poltekkes Kemenkes
8
Poltekkes Kemenkes
8
10 detik sebelum ke
toilet.
k. Mengajarkan secara
bertahap untuk menahan
BAK klien.
10:30- Gangguan S:
11:00 rasa nyaman a. Menentukan tujuan klien a. Ny A mengatakan
dalam mengelola lingkunganya berbau
lingkungan dan pesing karna
kenyamanan yang optimal. BAKnya sendiri.
b. Menghindari gangguan b. Ny A mengatakan
yang tidak perlu dan terganggu karna
berikan waktu untuk merasa tidak nyaman di
istirahat. lingkungan wismanya.
c. Menciptakan lingkungan c. Ny A mengatakan
yang tenang dan baju yang ia pakai
mendukung. tidak nyaman di
d. Meminta klien untuk badan.
mengganti baju 2x dalam d. Ny A mengatakan setiap
sehari. habis BAK area
e. Menjelaskan pentingnya genetalianya tidak dicuci.
dalam mengganti baju agar O:
badan tidak berbau. a. Ny A tampak gelisah
f. Meminta klien agar sehabis b. Ny A tampak tidak
terkena BAK langsung tenang saat berada di
mandi dan ganti pakaian. sekitar teman
g. Meminta klien mengganti wismanya
celana dalam agar terasa c. Ny A terlihat
nyaman. menggaruk-garuk badan
nya.
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dihentikan
11:00- Gangguan a. Meminta klien untuk S:
11:30 pola tidur menyebutkan kebiasaan a. Ny A mengatakan
tidur meliputi durasi, tidurnya masih serung
waktu, dan hal-hal yang terbangun karena adanya
memudahkannya untuk dorongan BAK yang
memulai tidur. kuat.
b. Menjelaskan pentingnya b. Ny A mengatkan masih
tidur mulai dari efeknya, belum cukup untuk
durasi, frekuensi, hal yang istirahat.
dapat mempermudah untuk c. Ny A mengatakan sudah
memulai tidurnya. membatasi minum 2 jam
c. Pantau pola tidur dan sebelum tidur.
catatan fisik d. Ny A mengatakan
(ketidaknyamanan dan badannya masih terasa
frekuensi BAK) atau lemah.
keadaan psikologis yang O:
dapat mengganggu pola a. Ny A tampak letih
Poltekkes Kemenkes
8
Poltekkes Kemenkes
8
Poltekkes Kemenkes
8
f. Memotivasi untuk
melakukan teknik relaksasi
sebelum tidur.
Kamis , Inkontinensi a. Meminta klien untuk S:
7 a urine mencatat eliminasi a. Ny A mengatakan
februari berhubungan urine, termasuk frekuensi BAK 11-
2019 dengan frekuensi, komsistensi 15x/hari.
10:00- gangguan volume, dan warna b. Ny A mengatakan setiap
10:30 kontrol urine. BAK ±100-150cc urine
sfingter b. Memberitahu agar Ny keluar, warnanya bening.
uretra A membersihkan area c. Ny A mengatakan masih
genetalia secara teratur. belum bisa menahan
c. Memberitahu agar BAKnya.
selalu menjaga area d. Ny A mengatakan sudah
genetalia tetap kering.. melakukan latihan tahan
d. Menyarankan Ny A kontraksi selama 5-10
untuk minum minimal detiknya.
1500cc perhari. e. Ny A mengatakan masih
e. Menyarankan Ny A mengalami kebocoran
untuk mencatat urine urine dalam interval 2
output dan pola jam.
berkemih. f. Ny A mengatakan masih
f. Memeberikan pujian sering terbangun malam
positif setiap hari karena desakan
pengurangan BAK.
inkontinensia urine. O:
g. Meminta klien untuk a. Ny A tampak regesa-
membatasi asupan gesa saat ada desakan
cairan 2-3 jam sebelum BAK.
tidur. b. Lingkungan Ny A berbau
h. Menentukan pesing.
kemampuan Ny A A: masalah belum teratasi
dalam menyadari P: intervensi dilanjutkan.
desakan berkemih.
i. Menjelaskan cara
latihan menahan BAK
sebelum mencapai
toilet.
j. Mengajarkan klien
untuk menahan BAK 5-
10 detik sebelum ke
toilet.
k. Mengajarkan secara
bertahap untuk menahan
BAK klien.
10:30- Gangguan S:
11:00 rasa nyaman a. Menentukan tujuan klien a. Ny A mengatakan
dalam mengelola lingkunganya berbau
Poltekkes Kemenkes
8
Poltekkes Kemenkes
9
Poltekkes Kemenkes
9
Poltekkes Kemenkes
9
f. Memotivasi untuk
melakukan teknik relaksasi
sebelum tidur.
Poltekkes Kemenkes