Anda di halaman 1dari 47

ANALISA JURNAL EBN (Evidence Based Nursing)

PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP


TINGKAT NYERI AKUT PADA PASIEN ABDOMINAL PAIN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas


Keperawatan GADAR Program S1 Keperawatan

Disusun Oleh:
Tuti Ningsih
11202126

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat dan hidayat-Nya penulisan dan penyusunan makalah Analisa
Jurnal EBN yang berjudul “ Pengaruh terapi relaksasi autogenic terhadap tingkat
nyeri akut pada pasien abdominal pain ”.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata ajar Keperawatan Gadar
dalam Program Studi Pendidikan S1 Keperawatan di STIKES PERTAMEDIKA.
Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada:
1. Para dosen mata kuliah Keperawatan Gadar yang membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
2. Teman-teman yang sudah bersedia membantu.
3. Dan semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang
telah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini diharapkan dapat dapat menambah, memperluas, dan


memperkaya pengetahuan perawat tentang bagaimana menerapkan intervensi
tersebut sebagai evidence base nursing terutama dalam Keperawatan Gadar .
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.
Untuk itu penulis berterimakasih bila terdapat masukan yang konstruktif sebagai
perbaikan proposal berikutnya.

Balikpapan, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................
BAB II ANALISA JURNAL
A. Jurnal Utama ..................................................................................................
B. Jurnal Pendukung............................................................................................
C. Analisa Pico .....................................................................................................
BAB III TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Nyeri..........................................................................................
B. Pengertian Abdominal Pain ........................................................................
C. Pengertian Teknik Relaksasi........................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Abdominal Pain merupakan gejala utama dari acute abdoment yang terjadi secara
tiba-tiba dan tidak spesifik. Akut abdomen merupakan istilah yang digunakan untuk gejala-
gejala dan tanda-tanda dari nyeri abdomen dan nyeri tekan yang tidak spesifik tetapi sering
terdapat pada penderita dengan keadaan intra abdominal akut yang berbahaya (catastrophe)
(Cooper, 1999). Abdominal Pain akan direspon oleh tubuh dengan meningkatkan pelepasan
substansi kimia yang dapat menstimulus reseptor-reseptor nyeri seperti histamin,
prostaglandin, bradikinin dan substansi P yang akan menimbulkan persepsi nyeri.
Nyeri merupakan suatu perasaan atau pengalaman yang tidak nyaman baik secara
sensori maupun emosional yang dapat ditandai dengan kerusakan jaringan ataupun tidak
(Association for the study of pain). Tipe dari nyeri adalah: Cutaneous pain, Viseral pain,
Neuropathic pain, Acute pain dan chronic pain. Asosiasi Nyeri Internasional (1997)
menggambarkan nyeri sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang dihubungkan dengan aktual atau potensial kerusakan jaringan tubuh.
Selanjutnya Perry & Potter (2005) menyatakan bahwa nyeri seringkali merupakan tanda
yang menyatakan ada sesuatu yang secara fisiologis terganggu yang menyebabkan
seseorang meminta pertolongan. Nyeri juga merupakan masalah yang serius yang harus
direspons dan di intervensi dengan memberikan rasa nyaman, aman dan bahkan
membebaskan nyeri tersebut. Nyeri adalah salah satu alasan paling umum bagi pasien untuk
mencari bantuan medis dan merupakan salah satu keluhan yang paling umum. Sembilan dari
10 orang Amerika berusia 18 tahun atau lebih, menderita nyeri minimal sekali sebulan, dan
42% merasakannya setiap hari.
Insiden nyeri abdomen akut dilaporkan berkisar 5–10% pada kunjungan pasien ke
unit gawat darurat. Kegawatan abdomen yang datang ke rumah sakit dapat berupa
kegawatan bedah atau kegawatan non bedah. Penyebab tersering dari akut abdomen antara
lain appendisitis, kolik bilier, kolisistitis, divertikulitis, obstruksi usus, perforasi viskus,
pankreatitis, peritonitis, salpingitis, adenitis mesenterika dan kolik renal
Perawat sebagai komponen tim kesehatan berperan penting untuk mengatasi nyeri
pasien. Perawat berkolaborasi dengan dokter ketika melakukan intervensi untuk mengatasi

3
nyeri, mengevaluasi keefektifan obat dan berperan sebagai advocate pasien ketika intervensi
untuk mengatasi nyeri menjadi tidak efektif atau ketika pasien tidak dapat berfungsi secara
adekuat (Black & Hawk, 2005). Mereka juga mengemukakan bahwa mendengarkan dengan
penuh perhatian, mengkaji intensitas nyeri dan distress, merencanakan perawatan,
memberikan edukasi tentang nyeri, meningkatkan penggunaan teknik nyeri non-farmakologi
dan mengevaluasi hasil yang dicapai adalah tanggung jawab Perawat.
Manajemen nyeri meliputi pemberian terapi analgesik dan terapi nonfarmakologi
berupa intervensi perilaku kognitif seperti teknik relaksasi, terapi musik, imaginary dan
biofeedback (Potter & Perry, 2005; AHCPR, 1992; Lemone & Burke, 2008; dalam Smeltzer
et al, 2008). Intervensi perilaku kognitif dalam mengontrol nyeri dimaksudkan untuk
melengkapi atau mendukung pemberian terapi analgesic (AHCPR, 1992) agar pengendalian
nyeri menjadi efektif (Smeltzer et al., 2008; Black & Hawk, 2005). Managemen nyeri atau
pain management adalah salah satu bagian dari disiplin ilmu medis yang berkaitan dengan
upaya-upaya menghilangkan nyeri atau pain relief. Management nyeri ini menggunakan
pendekatan multidisiplin yang didalamnya termasuk pendekatan farmakologikal (termasuk
pain modifiers), non farmakologikal dan psikologikal. managemen nyeri non
farmakologikal merupakan upaya-upaya mengatasi atau menghilangkan nyeri dengan
menggunakan pendekatan non farmakologi. Upaya-upaya tersebut antara lain relaksasi,
distraksi, massage, guided imaginary dan lain sebagainya. Teknik relaksasi merupakan
intervensi keperawatan secara mandiri untuk menurunkan intensitas nyeri, Teknik relaksasi
memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa nyeri serta dapat digunakan pada saat
seseorang sehat ataupun sakit. (Perry & Potter, 2005). Relaksasi otot skeletal dipercaya
dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan tegangan otot yang menunjang nyeri. Ada
banyak bukti yang menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam meredakan nyeri (Smeltzer,
2008). Relaksasi secara umum sebagai metode yang paling efektif terutama pada pasien
yang mengalami nyeri (National Safety Council, 2003), hasil penelitian diberbagai tempat
membuktikan bahwa terapi tekhnik relaksasi efektif menurunkan respon nyeri. Maka
berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan analisa dari berbagai
jurnal penelitian tentang pengaruh terapi relaksasi terhadap tingkat nyeri akut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dengan penyusunan makalah jurnal dengan tema” Pengaruh terapi relaksasi autogenic
terhadap tingkat nyeri akut pada pasien abdominal pain “ untuk menambah referensi

4
tindakan mandiri perawat berdasarkan ilmu dan fakta yang dapat di lakukan di lahan
praktek untuk meningkatkan asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri pada
abdominal pain.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu memahami manfaat pemberian terapi relaksasi autogenic
b. Mahasiswa mampu menjelaskan peran perawat dalam melakuan pemberian terapi
relaksasi autogenic
c. Mahasiswa mampu menilai aplikabilitasi penatalaksaan pemberian terapi relaksasi
autogenic
d. Mahasiswa mampu membuat rencana penatalaksaan pemberian terapi relaksasi
autogenic

5
BAB II
ANALISA JURNAL

A. JURNAL UTAMA
1. Judul Jurnal : Pengaruh terapi relaksasi autogenic terhadap tingkat nyeri akut
pada pasien abdominal pain Di IGD RSUD Karawang 2014
2. Nama Peneliti : Nita Syamsiah dan Endang Muslihat
3. Tempat & Waktu : IGD RSUD Karawang ,17 Februari – 02 Maret 2014
4. Tujuan Penelitian : Untuk megetahui pengaruh terapi relaksasi autogenic terhadap
tingkat nyeri akut pada pasien abdominal pain
5. Populasi dan sampling: Sampel 30 responden
6. Teknik sampling : equivalent time sample design
7. Metode Penelitian : desain metode analitik quasi eksperiment
8. Instrumen Penelitian : pre dan post test pada kelompok control dan kelompok intervensi
9. Analisa data : analisis univariat
10. Uji Statistik : uji t-independen
11. Hasil Penelitian : menunjukkan terdapat pengaruh tehnik relaksasi yang signifikan
terhadap nyeri akut pada pasien dengan abdominal pain di IGD RSUD Karawang. Hasil
analisa diperoleh (Pv=0,000) < α (0,005). Jurnal Pendukung

B. JURNAL PENDUKUNG
A. Judul Jurnal : Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri
Perut Pasien Gastroernteritis Akut Di IGD RS Bina Sehat Jember
Peneliti : Miftachul Safi’i, Samiyanto, Yeni Suryaningsih
Hasil : menunjukkan rerata 12.00 yang berarti ada penurunan nilai intensitas
nyeri pada pasien gastroenteritis akut. Pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan nyeri perut dengan uji Wilcoxon Signed Rank didapatkan hasil 0,000.
Kesimpulan penelitian ini yaitu ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan nyeri perut pada pasien gastroenteritis akut di Instalasi Gawat Darurat RS
Bina Sehat Jember.

6
C. ANALISA PICO
A. Problem
Abdominal Pain akan direspon oleh tubuh dengan meningkatkan pelepasan
substansi kimia yang dapat menstimulus reseptor-reseptor nyeri seperti histamin,
prostaglandin, bradikinin dan substansi P yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Nyeri
merupakan suatu perasaan atau pengalaman yang tidak nyaman baik secara sensori
maupun emosional yang dapat ditandai dengan kerusakan jaringan ataupun tidak. Nyeri
juga merupakan masalah yang serius yang harus direspons dan di intervensi dengan
memberikan rasa nyaman, aman dan bahkan membebaskan nyeri tersebut.
B. Intervention
Teknik relaksasi merupakan intervensi keperawatan secara mandiri untuk
menurunkan intensitas nyeri, Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika
terjadi rasa nyeri serta dapat digunakan pada saat seseorang sehat ataupun sakit.
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan tegangan
otot yang menunjang nyeri. Tehnik relaksasi yang paling sering digunakan yaitu
bernafas dalam dan teknik distraksi
sampel dalam penelitian ini adalah 30 pasien dibagi menjadi dua kelompok yaitu
15 pasien sebagai kelompok kontrol dan 15 pasien lainnya sebagai kelompok intervensi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terdapat perbedaan pengaruh terhadap
skala nyeri pada pasien dengan abdominal pain antara kelompok intervensi dan
kelompok kontrol terhadap penurunan skala nyeri.
C. Comparisson
“Pengaruh kompres hangat terhadap penurunan skala nyeri pada pasien kolik abdomen”
Peneliti : Indah Praptini
Hasil penelitian: Pemberian kompres hangat bermanfaat atau berpengaruh secara
signifikan dalam mengurangi atau mengatasi nyeri pada pasien kolik abdomen di
buktikan dengan nilai 0,00<p, p< 0,05.
D. Outcome
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan yaitu
menunjukkan terdapat pengaruh tehnik relaksasi yang signifikan terhadap nyeri akut
pada pasien dengan abdominal pain pada kelompok control dan kelompok intervensi
dimana pada kelompok intervensi nilai posttesnya penurunan tingkat nyeri lebih tinggi

7
dibandingkan dengan kelompok kontrol di IGD RSUD Karawang. Hasil analisa
diperoleh (Pv=0,000) < α (0,005)

8
BAB III
TINJAUAN TEORI
A. NYERI
1. Definisi Nyeri
Nyeri adalah kondisi perasaan yang tidak menyenagkan. Sifatnya sangat subjektif
karna perasaan nyeri berbeda pada setiap orang baik dalam hal skala ataupun
tingkatannya dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan dan mengefakuasi rasa
nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2008).
Internasional Association for Study of Pain (IASP), mendefenisikan nyeri sebagai
suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenagkan yang
berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat akut yang dirasakan dalam kejadian-
kejadian dimana terjadi kerusakan (Potter & Perry, 2005).
McCaffery (1980) menyatakan bahwa nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan
seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja saat seseorang mengatakan
merasakan nyeri. Defenisi ini menempatkan seorang pasien sebagai expert (ahli) di
bidang nyeri, karena hanya pasienlah yang tahu tentang nyeri yang ia rasakan. Bahkan
nyeri adalah sesuatu yang sangat subjektif, tidak ada ukuran yang objektif padanya,
sehingga hanyalah orang yang merasakannya yang paling akurat dan tepat dalam
mendefinisikan nyeri (Prasetyo, 2010).
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual.
Dikatakan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan
tidak bisa di samakan dengan yang lainnya. Nyeri diartikan berbeda-beda antar individu
tergantung presepsinya. Walaupun demikian, ada satu kesamaan mengenai presepsi
nyeri. Secara sederhana, nyeri dapat diartikan sebagai suatu sensasi yang tidak
menyenangkan baik secara sensori maupun emosional yang berhubungan dengan adanya
suatu kerusakan jaringan atau faktor lain, sehingga individu merasa tersiksa,

9
menderita yang akhirnya akan mengganggu aktivitas sehari-hari, psikis, dan lain-lain
(Asmadi, 2008).
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenangkan yang terasa di
setiap regio abdomen. Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan
nyeri dengan onset mendadak, dan durasi pendek. Nyeri abdomen kronis biasanya
digunakan untuk menggambarkan nyeri berlanjut, baik yang berjalan dalam waktu lama
atau berulang/hilang timbul. Nyeri kronis dapat berhubungan dengan eksaserbasi akut
(Grace & Borley, 2007).
2. Penyebab Nyeri
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan ke dalam dua golongan yaitu penyebab yang
berhubungan dengan fisik dan berhubungan psikis. Secara fisik misalnya penyebab nyeri
adalah trauma (baik trauma mekanik, termis, kimiawi, maupun elektrik), neoplasma,
peradangan, gangguan sirkulasi darah, dan lain-lain. Secara psikis penyebab nyeri dapat
terjadi oleh karena adanya trauma psikologis (Asmadi, 2010).
3. Fisiologi Nyeri
Munculnya nyeri sangat berkaitan erat dengan reseptor dan adanya rangsangan.
Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor merupakan ujung-ujung saraf sangat
bebas yang memiliki sedikit mielin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada
visera, persendian, dinding arteri, hati dan kantong empedu. Reseptor dapat memberikan
respon akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa kimiawi,
termal, listrik atau mekanis (Alimul, 2008).
4. Klasifikasi Nyeri
a. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi
1) Nyeri Akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau
intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang
bervariasi (ringan sampai berat), dan berlangsung untuk waktu yang singkat
(Andarmoyo, 2013).
Nyeri akut berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan akan menghilang
tanpa pengobatan setalh area yang rusak pulih kembali (Prasetyo, 2010).
2) nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang menetap sepanjang
suatu priode waktu, Nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi

10
dan biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (McCaffery, 1986 dalam Potter
&Perry, 2005).
b. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Asal
1) Nyeri Nosiseptif
Nyeri nosiseptif merupakan nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas atau
sensivitas nosiseptor perifer yang merupakan respetor khusus yang
mengantarkan stimulus naxious (Andarmoyo, 2013). Nyeri nosiseptor ini dapat
terjadi karna adanya adanya stimulus yang mengenai kulit, tulang, sendi, otot,
jaringan ikat, dan lain-lain (Andarmoyo, 2013).
2) Nyeri neuropatik
Nyeri neuropatik merupakan hasil suatu cedera atau abnormalitas yang di
dapat pada struktur saraf perifer maupun sentral , nyeri ini lebih sulit diobati
(Andarmoyo, 2013).
c. Klisifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi
1) Supervicial atau kutaneus
Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit.
Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan berlokalisasi. Nyeri biasanya
terasa sebagai sensasi yang tajam (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).
Contohnya tertusuk jarum suntik dan luka potong kecil atau laserasi.
2) Viseral Dalam
Nyeri viseral adalah nyeri yang terjadi akibat stimulasi organ-organ
internal (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Nyeri ini bersifat difusi
dan dapat menyebar kebeberapa arah. Nyeri ini menimbulkan rasa tidak
menyenangkan dan berkaitan dengan mual dan gejala-gejala otonom. Contohnya
sensasi pukul (crushing) seperti angina pectoris dan sensasi terbakar seperti pada
ulkus lambung.
3) Nyeri Alih (Referred pain)
Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral karna banyak
organ tidak memiliki reseptor nyeri. Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian
tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dandapat terasa dengan berbagai
karakteristik (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013). Contohnya nyeri
yang terjadi pada infark miokard, yang menyebabkan nyeri alih ke rahang,
lengan kiri, batu empedu, yang mengalihkan nyeri ke selangkangan.

11
4) Radiasi
Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat awal cedera
ke bagian tubuh yang lain (Potter dan Perry, 2006 dalam Sulistyo, 2013).
Karakteristik nyeri terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau
sepanjang kebagian tubuh. Contoh nyeri punggung bagian bawah akibat diskusi
interavertebral yang ruptur disertai nyeri yang meradiasi sepanjang tungkai dari
iritasi saraf skiatik.
4. Teori – Teori Nyeri
a. The Specificity theory (Teori Spesifik)
Menurut teori spesifik ini, timbulnya sensasi nyeri berhubungan dengan
pengaktifan ujung-ujung serabut saraf bebas oleh perubahan mekanik, rangsangan
kimia, atau temperatur yang berlebihan. Persepsi nyeri yang dibawa oleh serabut saraf
nyeri diproyeksikan oleh spinotalamik ke spesifik pusat nyeri di talamus (Asmadi,
2008).
b) The Intensity Theory (Teori Intensitas)
Nyeri adalah hasil rangsangan yang berlebihan pada reseptor. Setiap rangsangan
sensori punya potensi untuk menimbulkan nyeri jika intensitasnya cukup kuat
(Asmadi, 2008).
c) The Gate Control Theory (Teori Kontrol Pintu)
Teori ini menjelaskan tentang transmisi nyeri. Kegiatannya bergantung pada
aktivitas seraf saraf aferen berdiameter besar atau kecil yang dapat mempengaruhi sel
saraf di substansia gelatinosa. Aktivitas seraf yang berdiameter besar menghambat
transmisi yang artinya “pintu ditutup”, sedangkan seraf saraf yang berdiameter kecil
mempermudah transmisi yang artinya “pintu dibuka” (Asmadi, 2008).
5. Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri
Nyeri yang dialami oleh pasien dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk
pengalaman masa lalu dengan nyeri, ansietas, usia, dan pengharapan tentang penghilang
nyeri (efek plasebo). Faktor-faktor ini dapat meningkatkan atau menurunkan persepsi
nyeri pasien, meningkat dan menurunnya toleransi terhadap nyeri dan pengaruh sikap
respons terhadap nyeri (Smeltzer & Bare, 2001).
a) Pengalaman Masa Lalu dengan Nyeri
Cara seseorang berespons terhadap nyeri adalah akibat dari banyak kejadian
nyeri selama rentang kehidupannya. Bagi beberapa orang, nyeri masa lalu dapat saja

12
menetap dan tidak terselesaikan, seperti pada nyeri berkepanjangan atau kronis dan
persisten. Individu yang mengalami nyeri berbulan-bulan atau bertahun-tahun dapat
menjadi mudah marah, menarik diri, dan depresi (Smeltzer & Bare, 2001).
Efek yang tidak diinginkan yang diakibatkan dari pengalaman sebelumnya
menunjukkan pentingnya perawat untuk waspada terhadap pengalaman masa lalu
pasien dengan nyeri. Jika nyerinya teratasi dengan cepat dan adekuat, individu
mungkin lebih sedikit ketakutan terhadap nyeri dimasa mendatang dan mampu
mentoleransi lebih baik Ansietas dan Nyeri (Smeltzer & Bare, 2001).
b) Ansietas dan nyeri
Meskipun umum diyakini bahwa ansietas akan meningkatkan nyeri, mungkin
tidak seluruhnya benar dalam semua keaadan. Riset tidak memperlihatkan sutu
hubungan yang konsisten antara ansietas dan nyeri juga tidak memperlihatkan bahwa
pelatihan pengurangan stres praoperatif menurunkan nyeri saat pascaoperatif.
Namun ansietas yang relevan atau berhubungan dengan nyeri dapat meningkatkan
persepsi pasien terhadap nyeri. Secara umum, cara yang lebih efektif ntuk
menghilangkan nyeri adalah dengan mengarahkan pengobatan pada nyeri ketimbang
ansietas Budaya dan Nyeri (Smeltzer & Bare, 2001). Budaya dan Nyeri
Budaya dan etniksitas mempunyai pengaruh pada bagaimana seseorang
berespons terhadap nyeri (Bagaimana nyeri diuraikan atau seseorang berprilaku
dalam berespons terhadap nyeri). Namun, budaya dan etnik tidak mempengaruhi
persepsi nyeri (Zatzick dan Dimsdale, 1990).
Mengenali nilai-nilai kebudayaan yang dimiliki seseorang dan memehami
mengapa nilai-nilai ini berbeda dari nilai-nilai kebudayaan lainnya membantu untuk
menghindari mengevaluasi perilaku pasien berdasarkan pada harapan dan nilai
budaya seseorang. Namun demikian sama pentingnya untuk menyamaratakan pasien
secara budaya. Perawat yang mengetahui perbedaan budaya akan mempunyai
pemahaman yang lebih besar tentang nyeri pasien dan akan lebih akurat dalam
mengkaji nyeri dan respons-respons perilaku terhadap nyeri juga efektif dalam
menghilangkan nyeri pasien (Smeltzer & Bare, 2001).
c) Usia dan Nyeri
Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri tidak diketahui secara
luas. Pengkajian nyeri pada lansia mungkin sulit karena perubahan fisiogis dan
psikologis yang menyertai proses penuaan. Cara lansia berespons terhadap nyeri

13
dapat berbeda dengan cara berespons orang yang lebih muda. Atau nyeri pada lansia
mungkin dialihkan jauh dari tempat cedera atau penyakit. Penilaian tentang nyeri
dan keadekuatan pengobatan harus didasarkan pada laporan nyeri pasien dan pereda
nyeri ketimbang didasarkan pada usia (Smeltzer & Bare, 2001).
d) Efek Plasebo
Efek plasebo terjadi ketika seseorang berespons terhadap pengobatan atau
tindakan lain karena suatu harapan bahwa pengobatan atau tidakan tersebut
memberikan hasil bukan karena tindakan atau pengobatan tersebut benar-benar
beakerja. Efek plasebo timbul dari produksi alamiah (endogen) endorfin dalam sistem
kontrol desenden. Efek ini merupakan respons fisiologis sejati yang dapat diputar
balik oleh nalokson, suatu antagonis narkotik (Smeltzer & Bare, 2001).
6. Penilaian Nyeri
Hayward (1975) mengembangkan sebuah alat ukur nyeri (painometer) dengan
skala longitudinal yang pada salah satu ujungnya tercantum nilai 0 (untuk keadaan tanpa
nyeri) dan ujung lainnya nilai 10 (untuk kondisi nyeri paling hebat). Untuk
Universitas Sumatera Utara 12 mengukurnya, penderita memilih salah satu bilangan yang
menurutnya paling menggambarkan pengalaman nyeri yang terakhir kali ia rasakan, dan
nilai ini dapat dicatat pada sebuah grafik yang dibuat menurut waktu. Intensitas nyeri ini
sifatnya subjektif dan dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran,
konsentrasi, jumlah distraksi, tingkat aktivitas, dan harapan keluarga. Intensitas nyeri
dapat dijabarkan dalam sebuah skala nyeri dengan beberapa kategori.
Tabel 2.1 Skala Nyeri Keterangan
Menurut Hayward
Skala
0 Tidak Nyeri
1-3 Nyeri Ringan
4-6 Nyeri Sedang
7-9 Sangat Nyeri, tetapi
masih dapat di kontrol
dengan aktivitas yang
biasa di lakukan
10 Sangat Nyeri dan
tidakbisa dikontrol

14
Sedangkan skala nyeri McGill (McGill scale) mengukur intensitas nyeri dengan
menggunakan lima angka, yaitu :
0 = tidak nyeri
1 = Nyeri ringan
2 = Nyeri sedang
3 = Nyeri berat
4 = Nyeri sangat berat
5 = Nyeri hebat
Selain kedua skala di atas, ada pula skala wajah, yakni Wong-Baker FACES Rating
Scale yang ditujukan untuk klien tidak mampu menyatakan intensitas nyerinya melalui skala
angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak mampu berkomunikasi secara verbal dan lansia
yang mengalami gangguan kognisi dan berkomunikasi.

Gambar 2.1 Skala Faces

Gambar 2.4 Skala Deskriptif Verbal

B. ABDOMINAL PAIN
1. Pengertian
15
Nyeri abdomen merupakan sensasi subjektif tidak menyenanngkan yang terasa
disetiap regio abdomen (Pierce A. Grace &Neil R.Borley, 2006).
Nyeri abdomen ada dua:
a. Nyeri Abdomen Akut
Nyeri abdomen akut biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri dengan
onset mendadak, dan/durasi pendek. Nyeri alih (referred pain) adalah persepsi nyeri
pada suatu daerah yang letaknya jauh dari tempat asal nyeri. Keluhan yang menonjol
dari pasien dengan abdomen akut adalah nyeri perut. Rasa nyeri perut dapat
disebabkan oleh kelainan-kelainan di abdomen atau di luar abdomen seperti organ-
organ di rongga toraks.
Nyeri abdomen dibedakan menjadi dua yaitu nyeri visceral dan nyeri somatic.
 Nyeri Viseral
Nyeri visceral terjadi karena rangsangan pada peritoneum yang meliputi
organ intraperitoneal yang dipersarafi oleh susunan saraf otonom. Peritoneum
viseral tidak sensitif terhadap rabaan, pemotongan atau radang. Kita dapat
melakukan sayatan atau jahitan pada usus tanpa dirasakan oleh pasien,
akan tetapi bila dilakukan tarikan, regangan atau kontraksi yang berlebihan
dari otot (spasme) akan member rasa nyeri yang tumpul disertai rasa sakit. Pasien
biasanya tidak dapat menunjukkan secara tepat lokalisasi nyeri,
digambarkan pada daerah yang luas dengan memakai seluruh telapak tangan.
Karena nyeri ini tidak pengaruhi oleh gerakan, pasien biasanya bergerak
aktif tanpa menyebabkan bertambahnya rasa nyeri
 Nyeri somatik :
Terjadi karena rangsangan pada peritoneum parietale yang dipersarafi oleh
saraf tepi diteruskan ke susunan saraf pusat. Rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk atau
disayat dengan pisau yang dapat ditunjukkan secara tepat oleh pasien dengan
menunjukkannya memakai jari. Rangsanagn dapat berupa rabaan, tekanan,
perubahan suhu, kimiawi atau proses peradangan. Pergeseran antara organ viseral
yang meradang dengan peritoneum parietal akan menimbulkan rangsangan yang
menyebabkan rasa nyeri. Baik akibat peradangannya sendiri maupun gesekan
antara kedua peritoneum dapat menyebabkan rasa nyeri atau perubahan intensitas
rasa nyeri. Keadaan inilah yang menjelaskan nyeri kontralateral pasien dengan
apendisitis akut. Setiap gerakan dari pasien juga akan menambah rasa nyeri, baik
16
itu berupa gerakan tubuh maupun gerakan pernafasan yang dalam atau batuk. Hal
inilah yng menerangkan mengapa pasien dengan abdomen akut biasanya berusaha
untuk tidak bergerak, bernafas dangkal dan menahan batuk. Lokalisasi nyeri, sifat
nyeri serta hubungannya dengan gejala lain memungkinkan kita dapat lebih
mendekati diagnosis kemungkinan.
b. Nyeri Abdomen Kronis
Nyeri abdomen kronis biasanya digunakan untuk menggambarkan nyeri berlanjut,
baik yang berjalan dalam waktu lama atau berulang/hilang timbul. Nyeri kronis dapat
behubungan dengan ekserbasi akut.

2. Etiologi
Nyeri abdomen dapat disebabkan oleh masalah disepanjang saluran pencernaan atau
diberbagai bagian abdomen, yang bisa berupa :
a. ulkus yang mengalami perforasi
b. irritable bowel syndrome
c. apendisitis
d. pankreasitis
e. batu empedu.
Beberapa kelainan tersebut bersifat relative ringan ; yang lain mungkin bisa berakibat
fatal.
3. Patofisiologi
Rasa nyeri pada abdominal baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu bersumber
pada: visera abdomen, organ lain di luar abdomen, lesi pada susunan saraf spinal,
gangguan metabolik, dan psikosomatik. Rasa nyeri pada abdomen somatik berasal dari
suatu proses penyakit yang menyebar ke seluruh peritoneum dan melibatkan visera
mesentrium yang beisi banyak ujung saraf somatik, yang lebih dapat meneruskan rasa
nyerinya dan lebih dapat melokalisasi rasa nyeri daripada saraf otonom. Telah diketahui
pula bahwa gangguan pada visera pada mulanya akan menyebabkan rasa nyeri visera,
tetapi kemudian akan diikuti oleh rasa nyeri somatik pula, setelah peritoneum terlibat.
Rasa nyeri somatik yang dalam akan disertai oleh tegangan otot dan rasa mual yang
merupakan gejala khas peritonitis. Reflek rasa nyeri abdomen dapat timbul karena
adanya rangsangan nervus frenikus, misalnya pada pneumonia. Rasa nyeri yang berasal
dari usus halus akan timbul didaerah abdomen bagian atas epigastrium, sedangkan rasa

17
nyeri dari usus besar akan timbul dibagian bawah abdomen. Reseptor rasa nyeri didalam
tractus digestivus terletak pada saraf yang tidak bermielin yang berasal dari sistem saraf
otonom pada mukosa usus. Jaras sasaraf ini disebut sebagai serabut saraf C
yang dapat meneruskan rasa nyeri lebih menyebar dan lebih lama dari rasa nyeri yang
dihantarkan dari kulit oleh serabut saraf A. reseptor nyeri pada abdomen terbatas di
submukosa, lapisan muskularis, dan serosa dari organ abdomen. Serabut C ini akan
bersamaan dengan saraf simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki
akar dorsa ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada traktus
spinotalamikus lateralis menuju talamus, kemudian ke korteks serebri. Impuls aferen
dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat penurunan ambang nyeri pada
jaringan yang meradang. Nyeri ini khas bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas
serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri dari visera abdomen atas ( lambung, duodenum,
pankreas, hati, dan sistem empedu ), mencapai medula spinalis pada segmen
torakalis 6,7,8 serta dirasakan didaerah
epigastrium. Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum
Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen torakalis 9 dan 10, dirasakan di sekitar
umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus gnetalia perempuan,
impuls nyeri mencapai segmen torakal 11 dan 12 serta segmen lumbalis pertama. Nyeri
dirasakan pada daerah suprapubik dan kadang-kadang menjalr ke labium atau skrotum.
Jika proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls nyeri dihantarkan oleh serabut
aferen somatis ke radiks spinal segmentalis 1,3. nyei yang disebabkan oleh kelainan
metabolik seperti pada keracunan timah, dan porfirin belum jelas patofisiologi dan
patogenesisnya.
4. Manifestasi klinis
a. Nyeri abdomen
b. Mual, muntah
c. Tidak nafsu makan
d. Lidah dan mukosa bibir kering
e. Turgor kulit tidak elastis
f. Urine sedikit dan pekat
g. Lemah dan kelelahan
5. Komplikasi
a. Perporasi gastrointestinal

18
b. Obstruksi gastrointestinal
6. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan fisik
b. Pemeriksaan DL
c. Amilase :Kadar serum >3x batas atas kisaran normal merupakan
diagnostic pankreatitis.
d. β-HCG(serum) : Kehamilan ektopik (kadar β-HCG dalam serum lebih
akurat daripada dalam urine)
e. Gas darah arteri :Asidosis metabolik(iskemia usus, peritonitis, pankreatitis)
f. Urin porsi tengah (MSU):infeksi saluran kemih
g. EKG:Infark miokard
h. Rotgen thorak:Viskus perforasi(udara bebas),Pneumonia
i. Rotgen Abdomen :Usus iskemik(dilatasi,usus yang edema dan
menebal),Pankreatitis(pelebaran jejunum bagian atas ’sentimel),Kolangitis(udara
dalam cababg bilier),Kolitis akut(Kolon mengalami dilatasi,edema dan gambaran
menghilang),obstruksi akut(Usus mengalami dilatasi,tanda ’string of pearl’) Batu
Ginjal (Radioopak dalam saluran ginjal )
j. Ultrasonografi
k. CT scan : merupakan pemeriksaan penunjang pilihan untuk inflamasi peritonium
yang tidak terdiagnosis (terutama pada orang tua yang didiagnosis bandingnya
luas,pada pasien yang dipertimbangkan untuk dilakukan laparotomi dan diagnosis
belum pasti,,pankreatitis,trauma hati/limpa/mesenterium,divertikulitis,aneurisma
l. IVU (urografi intravena) : batu ginjal,obtruksi saluran ginjal
7. Penatalaksanaan medis
a. Pemberian analgetic
b. Pembedahan
8. Penatalaksanaan keperawatan
a. Kaji nyeri dengan tehnik PQRST
b. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
c. Berikan posisi yang nyaman pada klien
d. Berikan HE tentang nyeri

C.TEHNIK RELAKSASI

19
1. Definisi Relaksasi
Relaksasi dapat di artikan sebagai teknik yang dilakukan untuk mengatasi stres
dimana akan terjadi peningkatan aliran darah sehingga perasaan cemas dan khawatir akan
berkurang (Abbasi et al,. 2018). Relaksasi merupakan proses merilekskan otototot yang
mengalami ketegangan atau mengendorkan otot-otot tubuh dan pikiran agar tercapai
kondisi yang nyaman atau berada pada gelombang otak alfa-teta (Yunus, 2014).

2. Manfaat Relaksasi
Relaksasi memiliki beberapa manfaat diantaranya adalah mengurangi tingkat stres
pada seseorang yang memiliki masalah kesehatan (Tsitsi et al., 2017). Manfaat yang sama
juga dijelaskan oleh peneliti lain bahwasannya relaksasi dapat mengurangi tingkat stres,
dimana teknik relaksasi berguna untuk meregulasi emosi dan fisik individu dari
kecemasan, ketegangan, stres dan lainnya, serta secara fisiologis, pelatihan relaksasi
memberikan respons relaks, dimana dapat diidentifikasikan dengan menurunnya tekanan
darah, detak jantung dan meningkatkan resisten kulit (Sari & Subandi, 2015)
Manfaat relaksasi secara umum menurut (Utami, 2001) meliputi :
a. Relaksasi dapat membuat seseorang lebih mampu menghindari reaksi berlebih
akibat stres.
c. Masalah – masalah yang timbul akibat stres seperti, sakit kepala, tekanan darah
tinggi, insomnia, dan perilaku – perilaku buruk dapat berkurang.
d. Mengurangi tingkat kecemasan pada seseorang dan menunjukkan efek fisiologis
yang positif.
e. Meningkatkan semangat pada seseorang dalam melakukan aktifitas.
f. Meningkatkan hubungan interpersonal dan harga diri pada seseorang.
Jika kita simpulkan dari beberapa penjelasan diatas manfaat relaksasi sendiri meliputi
mengurangi perasaan cemas, meningkatkan perasaan tenang dan damai, mengurangi
ketegangan otot, serta meningkatkan energi dan memperbaiki fisiologis tubuh.
3. Jenis-Jenis Relaksasi
Menurut Miltenberger (2004) relakasasi dibedakan menjadi empat macam yaitu
relaksasi otot (progressive muscle relaxation), relaksasi pernafasan (diaphragmatic
breathing), relaksasi dengan cara meditasi (attention focussing exercises), dan relaksasi
perilaku (behavioural relaxation training) dan lain sebagainya.
4. Prosedur Prosedur Teknik relaksasi nafas dalam

20
Bentuk pernafasan yang digunakan pada prosedur ini adalah pernafasan diafragma
selam inspirasi yang mengakibatkan pembesaran abdomen bagian atas sejalan dengan
desakan udara masuk selama inspirasi. Adapun langkah- langkah teknik relaksasi nafas
dalam adalah sebagai berikut:
a) Ciptakan lingkungan yang tenang
b) Atur posisi klien duduk atau tidur
c) Atur posisi pasien agar rileks, tanpa beban fisik. Posisi dapat duduk atau jika tidak
mampu dapat berbaring ditempat tidur
d) Instruksikan klien untuk menarik atau menghirup nafas dalam dari hidung sehingga
rongga paru- paru terisi oleh udara melalui hitungan 1,2,3,4 kemudian ditahan sekitar 3-
5 detik.
e) Instruksikan klien untuk menghembuskan nafas , hitung sampaitiga secara perlahan
melalui mulut.
f) Instruksikan klien untuk berkonsentrasi supaya rasa nyeri/ cemas yang dirasakan bisa
berkurang , bisa dengan memejamkan mata.
g) Anjurkan untuk mengulangi prosedur hingga nyeri/ cemas berulang
h) Ulangi sampai 10 kali dengan selingi istirahat singkat setiap 5 kali.
i) Lakukan maksimal 5- 10 menit.

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penatalaksanaan nyeri pada abdominal pain dilaksanakan dengan dua cara yaitu
secara farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis
dilakukan secara berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian analgetik.
Sedangkan tindakan non farmakologis yaitu salah satunya adalah dengan memberikan terapi
relaksasi. Teknik Relaksasi sangat berpengaruh dan dapat menurunkan nyeri dengan
merilekskan tegangan otot yang menunjang nyeri

A. Saran
1. Kepada unit pelayanan kesehatan untuk dapat menerapkan prosedur tehnik relaksasi
autogenik sebagai salah satu alternatif untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien
khususnya abdominal pain.
2. Bagi Institusi Pendidikan: dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan untuk mendukung
teori asuhan keperawatan tentang manajemen nyeri dan terapi relaksasi serta perawatan
pasien dengan abdominal pain.

22
DAFTAR PUSTAKA

Nurdin dkk, 2013. Pengaruh tehnik relaksasi Terada intensisitas nyeri pada pasien post
operasi fraktur di ruang IRNINA A BLU RSUP prof. Dr. R.d Kandou Manado.
Skripsi. Universitas Sam Ratulangi. Manado

Riyandi I Kadek, Ariyasa Cahya. (2017). Penilaian Nyeri. Denpasar: Universitas


Kedokteran Udayana

Setyowati, H. & Green, C. W. (2004).Terapi alternatif. Yogyakarta:Yayasan Spiritia.

Sjamsuhidajat. (2012). Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi II. Jakarta : EGC

Zees, Rini Fahriani. (2012), Pengaruh Tehnik Relaksasi terhadap Respon


Adaptasi Nyeri pada Pasien Apediktomi di Ruang G2 Lantai
II Kelas III BLUD RSU Prof. DR . H Aloei Saboe Kota Gorotalo, JurnalHealth &
Sport, Volume 5, Nomor 3

23
LAMPIRAN
JURNAL UTAMA
PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP
TINGKAT NYERI AKUT PADA PASIEN ABDOMINAL PAIN
DI IGD RSUD KARAWANG 2014
Nita Syamsiah1, Endang Muslihat2
1,2
STIKes Kharisma Karawangan, Email: nitasyamsiah@gmail.com

ABSTRACT - Management of pain in abdominal pain implemented in two ways,


namely by pharmacological and non pharmacological. Pharmacological pain
management implemented in collaboration with other health professionals in
providing analgesic. While the non-pharmacological therapy is one of them is to
provide relaxation therapy. The objective of this study was to determine the
effect of relaxation techniques (autogenic) on the level of acute pain in patients
with abdominal pain. The study design using analytic quasi experiment,
respondents were patients who come to the Emergency Room in RSUD Karawang
hospitals with a diagnosis of abdominal pain, a number of 30 respondents. Data
processing techniques were analyzed by independent t-test.
The results showed there is a significant effect of relaxation techniques for
acute pain in patients with abdominal pain in emergency hospitals Karawang.
Results of the analysis (Pv = 0.000) <α (0.005). Under these conditions, the
recommendations of the results of this study are to the health care unit to be able
to implement procedures autogenic relaxation techniques as an alternative to
reduce the level of pain in patients with abdominal pain in particular.
Keywords: relaxation technique autogenic, acut pain, abdominal pain

ABSTRAK - Penatalaksanaan nyeri pada abdominal pain dilaksanakan dengan dua cara yaitu
secara farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis dilakukan
secara berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam pemberian analgetik. Sedangkan tindakan
non farmakologis yaitu salah satunya adalah dengan memberikan terapi relaksasi. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh tehnik relaksasi (autogenik) terhadap tingkat nyeri akut pada
pasien dengan abdominal pain. Desain penelitian menggunakan metode analitik dengan pendekatan
quasi eksperiment, responden penelitian adalah pasien yang datang ke IGD RSUD Karawang dengan
diagnosa abdominal pain sebanyak 30 responden. Tehnik pengolahan data dianalisis dengan uji
independent t-test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh tehnik relaksasi yang signifikan
terhadap nyeri akut pada pasien dengan abdominal pain di IGD RSUD Karawang. Hasil analisa
diperoleh (Pv=0,000) < α (0,005). Berdasarkan hal tersebut maka rekomendasi dari hasil penelitian ini
adalah kepada unit pelayanan kesehatan untuk dapat menerapkan prosedur tehnik relaksasi
autogenik sebagai salah satu alternatif untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien khususnya
abdominal pain. Kata kunci: tehnik relaksasi
autogenik, nyeri akut, nyeri abdomen
24
bilier, kolisistitis, divertikulitis, obstruksi usus,
perforasi viskus, pankreatitis, peritonitis,
salpingitis, adenitis mesenterika dan kolik renal.
PENDAHULUAN Di Unit Gawat Darurat RSUD Karawang pasien
Abdominal Pain merupakan gejala utama dari yang berkunjung dengan keluhan nyeri abdomen
acute abdoment yang terjadi secara tiba-tiba akut dengan berbagai penyebab mencapai 405
dan tidak spesifik. Akut abdomen merupakan kasus (3,9%) dari total 10.453 kunjungan selama
istilah yang digunakan untuk gejala-gejala dan tahun 2012 (Data Medikal Rekord RSUD
tanda-tanda dari nyeri abdomen dan nyeri tekan Karawang, Tahun 2012)
yang tidak spesifik tetapi sering terdapat pada
penderita dengan keadaan intraabdominal akut Perawat sebagai komponen tim kesehatan
yang berbahaya (catastrophe) (Cooper, 1999). berperan penting untuk mengatasi nyeri
Abdominal Pain akan direspon oleh tubuh pasien. Perawat berkolaborasi dengan
dengan meningkatkan pelepasan substansi dokter ketika melakukan intervensi untuk
kimia yang dapat menstimulus reseptor- mengatasi nyeri, mengevaluasi keefektifan
reseptor nyeri seperti histamin, prostaglandin, obat dan berperan sebagai advocate pasien
bradikinin dan substansi P yang akan ketika intervensi untuk mengatasi nyeri
menimbulkan persepsi nyeri. menjadi tidak efektif atau ketika pasien
tidak dapat berfungsi secara adekuat (Black
Nyeri merupakan suatu perasaan atau & Hawk, 2005). Mereka juga
pengalaman yang tidak nyaman baik secara mengemukakan bahwa mendengarkan
sensori maupun emosional yang dapat ditandai dengan penuh perhatian, mengkaji intensitas
dengan kerusakan jaringan ataupun tidak nyeri dan distress, merencanakan
(Association for the study of pain). Tipe dari perawatan, memberikan edukasi tentang
nyeri adalah: Cutaneous pain, Viseral pain, nyeri, meningkatkan penggunaan teknik
Neuropathic pain, Acute pain dan chronic pain. nyeri non- farmakologi dan mengevaluasi
Asosiasi Nyeri Internasional (1997) hasil yang dicapai adalah tanggung jawab
menggambarkan nyeri sebagai perasaan yang Perawat.
tidak menyenangkan dan pengalaman
emosional yang dihubungkan dengan aktual Manajemen nyeri meliputi pemberian terapi
atau potensial kerusakan jaringan tubuh. analgesik dan terapi nonfarmakologi berupa
Selanjutnya Perry & Potter (2005) menyatakan intervensi perilaku kognitif seperti teknik
bahwa nyeri seringkali merupakan tanda yang relaksasi, terapi musik, imaginary
menyatakan ada sesuatu yang secara fisiologis danbiofeedback (Potter & Perry, 2005;
terganggu yang AHCPR, 1992; Lemone & Burke, 2008;
menyebabkan seseorang meminta pertolongan. dalam Smeltzer et al, 2008). Intervensi
Nyeri juga merupakan masalah yang serius perilaku kognitif dalam mengontrol nyeri
yang harus direspons dan di intervensi dengan dimaksudkan untuk melengkapi atau
memberikan rasa nyaman, aman dan bahkan mendukung pemberian terapi analgesic
membebaskan nyeri tersebut. Nyeri adalah (AHCPR, 1992) agar pengendalian nyeri
salah satu alasan paling umum bagi pasien menjadi efektif (Smeltzer et al., 2008; Black
untuk mencari bantuan medis dan merupakan & Hawk, 2005). Managemen nyeri atau
salah satu keluhan yang paling umum. pain management adalah salah satu bagian
Sembilan dari 10 orang Amerika berusia 18 dari disiplin ilmu medis yang berkaitan
tahun atau lebih, menderita nyeri minimal dengan upaya-upaya menghilangkan nyeri
sekali sebulan, dan 42% merasakannya setiap atau pain relief. Management nyeri ini
hari. menggunakan pendekatan multidisiplin
yang didalamnya termasuk pendekatan
Insiden nyeri abdomen akut dilaporkan berkisar farmakologikal (termasuk pain modifiers),
5–10% pada kunjungan pasien ke unit gawat non farmakologikal dan psikologikal.
darurat. Kegawatan abdomen yang datang ke managemen nyeri non farmakologikal
rumah sakit dapat berupa kegawatan bedah atau merupakan upaya- upaya mengatasi atau
kegawatan non bedah. Penyebab tersering dari menghilangkan nyeri dengan menggunakan
akut abdomen antara lain appendisitis, kolik pendekatan non farmakologi. Upaya-upaya

25
tersebut antara lain relaksasi, distraksi, Pain relatif bervariasi, sebagian keluhan
massage, guided imaginary dan lain nyeri pasien dapat teratasi dan dipulangkan
sebagainya. serta sebagian lagi klien berlanjut kepada
tindakan diagnostik dan medik lebih lanjut.
Teknik relaksasi merupakan intervensi
keperawatan secara mandiri untuk menurunkan Berbagai jenis teknik relaksasi untuk
intensitas nyeri, Teknik relaksasi memberikan mengurangi nyeri telah banyak diterapkan
individu kontrol diri ketika terjadi rasa nyeri dalam tatanan pelayanan keperawatan.
serta dapat digunakan pada saat seseorang sehat Namun, penggunaan teknik relaksasi di
ataupun sakit. (Perry & Potter, 2005). Relaksasi Indonesia masih belum optimal. Tehnik
otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri relaksasi yang paling sering digunakan
dengan merilekskan tegangan otot yang yaitu bernafas dalam dan teknik distraksi.
menunjang nyeri. Ada banyak bukti yang Akan tetapi belum ada prosedur tertulis
menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam mengenai teknik relaksasi untuk
meredakan nyeri (Smeltzer, 2008). Relaksasi mengurangi rasa nyeri pada Abdominal
secara umum sebagai metode yang paling Pain yang diterapkan menjadi standar
efektif terutama pada pasien yang mengalami pelayanan keperawatan. Sementara itu
nyeri (National Safety Council, 2003), hasil belum ada penggunaan alat audio-visual
penelitian diberbagai tempat membuktikan yang secara khusus disiapkan untuk
bahwa terapi tekhnik relaksasi efektif mempermudah pasien memahami dan
menurunkan respon nyeri, penelitian- penelitian melakukan prosedur teknih relaksasi
tersebut dilakukan terhadap nyeri kronis dan dengan benar dan tepat, maka berdasarkan
penulis belum menemukan penelitian yang latar belakang tersebut penulis tertarik
dilakukan terhadap nyeri akut pada abdominal untuk melakukan penelitian “Pengaruh
pain. Studi pendahuluan terhadap 12 responden Terapi Relaksasi (Autogenic) Terhadap
dengan diagnosa Abdominal Pain di IGD Tingkat Nyeri Akut pada Pasien dengan
RSUD Karawang menunjukkan perbedaan Abdominal Pain di IGD RSUD Kab.
penurunan skala nyeri yang signifikan, dimana Karawang”.
hasil pretest terhadap 12 responden, skala nyeri
beragam antara 7 sampai dengan 10, kemudian A. METODOLOGI PENELITIAN
6 responden yang pertama diberikan terapi Desain penelitian ini menggunakan
standar dan 6 responden yang kedua diberikan rancangan desain eksperimen semu
kombinasi terapi standar dan tehnik relaksasi. (quasi experiment design) dengan
Kelompok pertama ada penurunan nyeri setelah
equivalent time sample design. Desain ini
setengah jam pemberian obat analgetik dengan
skala nyeri 6 – 3, sedangkan kelompok yang bertujuan untuk membandingkan dua
kedua penurunan skala nyeri rata-rata dibawah kelompok yang diberikan perlakuan
4, tehnik relaksasi yang dilakukan adalah dengan yang tidak diberikan perlakuan
membimbing mengatur posisi yang nyaman, (Hidayat, 2007).
relaksasi otot-otot dan mengatur bernafas
dalam.
Pada penelitian ini kelompok A (eksperimen)
Manajemen nyeri pada Abdominal Pain diberikan intervensi terapi relaksasi autogenik
di IGD RSUD Karawang meliputi sedangkan kelompok B (kontrol) tidak diberikan
terapi farmakologi dan non- farmakologi, terapi relaksasi autogenik.
terapi farmakologi meliputi pemberian
analgetik non-opiat dan opiat, terapi non-
farmakologi yang dilakukan meliputi B. HASIL PENELITIAN
relaksasi dan distraksi, teknik relaksasi Besar sampel yang diperoleh dalam penelitian ini
secara spontan dan tidak prosedural adalah 30 pasien selanjutnya dibagi menjadi dua
sering diterapkan pada pasien-pasien kelompok yaitu 15 pasien sebagai kelompok
yang mengeluh nyeri dengan berbagai kontrol dan 15 pasien lainnya sebagai kelompok
penyebab dan respon yang dihasilkan intervensi. Pengambilan data diperoleh selama
pada pasien-pasien dengan Abdominal rentang waktu dua minggu (17 Februari

26
– 02 Maret 2014). Adapun analisis statistik data Hasil analisis univariat
hasil penelitian akan ditampilkan sebagai menggambarkan karakteristik
berikut: responden berdasarkan rata-rata, nilai
tengah, simpang baku, nilai terendah dan
nilai tertinggi rasa nyeri dari kedua
kelompok.

Hasil analisis statistik univariat karakteristik


responden
menggambarkan distribusi responden
berdasarkan skala nyeri pada kelompok
kontrol dan kelompok intervensi. Semua
karakteristik skala nyeri pasien dapat dilihat
ditabel bawah ini.

Nilai Rerata Skala Nyeri pada Pasien


dengan Abdominal Pain pada Kelompok
Kontrol dapat dilihat dari tabel 1 dibawah
ini:

Tabel 1
Distribusi Frequensi Nyeri pada Pasien
dengan Abdominal Pain pada Kelompok
Kontrol di IGD RSUD Karawang
Maret 2014
Kel. Mean Standar Standar Min-
Intervensi Deviasi Eror Max
Pretest 8,33 1,113 0,287 5-10
Posttest 3,20 1,082 0,279 1-5

Dari 15 responden kelompok kontrol bahwa


nilai rata-rata pretest dari responden
sebelum diberikan terapi analgetik adalah
8,33, dan nilai rata- rata posttest setelah
diberikan terapi analgetik adalah 3,20.
Artinya terdapat penurunan skala nyeri
dengan selisih 5,13.Nilai rerata skala nyeri
pada pasien dengan abdominal pain pada
kelompok intervensi dapat dilihat dari tabel
2 dibawah ini:

Tabel 2
Distribusi Frequensi Skala Nyeri pada
Pasien dengan Abdominal Pain pada
Kelompok Intervensi di IGD
RSUD Karawang Maret 2014
Kel. Mean Standar Standar Min
Intervensi Deviasi Eror -
Max
Pretest 8,53 1,407 0,363 5-10
Posttest 1,00 1,195 0,309 0-3

Dari 15 responden kelompok intervensi bahwa


nilai rata-rata pretest
dariresponden sebelum dilakukan
27
intervensi terapi relaksasi dan analgetik adalah
relaksasi terhadap tingkat penurunan skala
8,53, dan nilai rata-rata posttest setelah nyeri akut pada pasien dengan Abdominal
intervensi adalah 1,00. Artinya terdapat Pain. Uji statistik yang digunakan yaitu: uji t
penurunan dengan selisih 7,53. independen, digunakan untuk mencari
perbedaan skor kuesioner antara post- test
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji pada kedua kelompok yang tidak
hipotesis penelitian yaitu pengaruh tehnik berpasangan.
Tabel 3
Analisi Beda Pengaruh Kombinasi Tekhnik Relaksasi dengan Analgetik dan Terapi
Analgetik Terhadap Tingkat Penurunan Nyeri Akut Pada Pasien Dengan Abdominal
Pain di RSUD Karawang Maret 2014 (n=30)
95% CI
Variabel n Min- Mean t df Sig. (2-
Maks Lower – Upper Diff tailed)
Nyeri Post
Perlakuan
Kelompok Kontrol 15 1–5
-3,05 – 1,34 -2,2 -5,284 28 0,000
Kelompok Intervensi 15 0–3

Berdasarkan hasil uji analisis Parametric penelitian Dewi dkk, 2009. Yang menyimpulkan
Independent t-test pada tabel 3 diatas dengan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pada
jumlah responden n=30, diperoleh nilai sig (2- pemberian tehnik relaksasi terhadap penurunan
tailed) = (0,000) < α (0,05) dengan perhitungan persepsi nyeri. Hal ini sesuai dengan teori yang
nilai “t” adalah sebesar -5,284. Hal ini berarti diungkapkan oleh Bruner & Suddart (2013), bahwa
Ho ditolak karena nilai p-value lebih kecil dari tehnik relaksasi napas dalam efektif untuk
α (alpha) dan dapat disimpulkan secara statistik mengatasi nyeri, termasuk pada pasien dengan
bahwa terdapat perbedaan pengaruh antara abdominal pain.
skala nyeri sesudah diberikan terapi relaksasi
dan analgetik dibandingkan terapi analgetik Manajemen nyeri untuk mengendalikan nyeri pada
saja. pasien dengan abdominal pain yang dilakukan
secara multidisiplin sangat perlu dilakukan
C. PEMBAHASAN mengingat manajemen nyeri termasuk indikator
Analisi beda pengaruh kombinasi terapi mutu pelayanan institusi rumah sakit.
relaksasi dengan analgetik pada kelompok Pengendalian rasa nyeri pada pasien dengan
Intervensi dan terapi analgetik pada kelompok abdominal pain sangat penting dalam tatanan
kontrol terhadap tingkat penurunan nyeri akut pelayanan keperawatan. Perawat berperan penting
pada pasien dengan abdominal pain. dalam menurunkan skala nyeri pasien dengan
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa abdominal pain, Teori self-care dari Orem’s self-
terdapat perbedaan pengaruh terhadap skala care deficit theory of nursing menjelaskan
nyeri pada pasien dengan abdominal pain bagaimana tindakan self-care membantu individu
antara sesudah diberikan terapi relaksasi dan untuk menghilangkan nyeri; 1) totally
analgetik dibandingkan sesudah diberikan compensatory, perawat menggantikan klien dalam
terapi analgetik saja. Hasil uji analisis perawatan diri (membantu sepenuhnya), 2) partly
parametric independent t-test pada kedua compensatory, adalah perawat dan klien bekerja
kelompok diperoleh nilai p (0,000) < α (0,05) sama untuk memenuhi kebutuhan klien, dan
dengan t hitung (- 5,284), hal ini menunjukkan 3) supportive-educative; klien sebagai agens self-
bahwa Ho ditolak, artinya bahwa terdapat care tetapi memerlukan bantuan dalam mengambil
perbedaan pengaruh antara kelompok intervensi keputusan, modifikasi perilaku dan meningkatkan
dan kelompok kontrol terhadap skala nyeri. pengetahuan dan keahlian, Perawat bertindak
Dapat disimpulkan bahwa kombinasi terapi sebagai pendukung dan pemberi
relaksasi dengan analgetik lebih efektif pendidikan ketika
menurunkan sekala nyeri pada pasien dengan menggunakan relaksasi untuk menghilangkan
abdominal pain. nyeri pada Abdominal Pain. Tehnik relaksasi
untuk mengatasi nyeri ini dapat dilakukan dengan
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil cara yang sederhana, biaya yang relative murah
28
dan dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien.
Peneliti mencoba melakukannya
dengan cara
membimbing pasien secara lisan berdasarkan
prosedur tehnik relaksasi yang sudah
disusun. Pasien yang diterapi hanya
mendengarkan perkataan perawat hingga
akhirnya pasien fokus pada kata-kata perawat
dan mau melakukan apa yang dicontohkan oleh
perawat, dalam hal ini perawat terlibat
langsung untuk member contoh kepada pasien
dan selanjutnya melatih pasien untuk
melakukannya secara mandiri untuk
mengantisipasi nyeri yang sewaktu- waktu
dapat terjadi.

D. SARAN
Berkaitan dengan kesimpulan di atas,
saran yang dapat peneliti sampaikan
berdasarkan hasil penelitian yang
ditemukan sebagai berikut:

a. Bagi Sarana Kesehatan:


Terapi relaksasi autogenik dapat
dijadikan sebagai salah satu terapi
alternatif untuk mengatasi nyeri
khususnya abdominal pain.

b. Bagi Institusi Pendidikan:


Hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai salah satu rujukan untuk
mendukung teori asuhan keperawatan
tentang manajemen nyeri dan terapi
relaksasi serta perawatan pasien dengan
abdominal pain.

c. Bagi Penelitian
Penelitian ini dapat dijadikan data awal
dan merupakan suatu hal yang perlu
diteliti lebih lanjut terutama mengenai
factor-faktor baik yang berhubungan
maupun yang mempengaruhi persepsi
nyeri pada pasien dengan abdominal pain
dan management nyeri dengan teknik
relaksasi dengan pendekatan metoda
yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA
Perry, Anne Griffin & Potter, Patricia
A. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan; Konsep, Proses, dan
Praktik, Vol.2 Alih Bahasa. Editor
Monica Ester Dkk, Jakarta : EGC
29
Bruner & Sudart. 2013. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta
: EGC

Black Hawk (2005) Medical Surgical


Nursing : Clinical Management for
Positive Outcome, 8 ed, St.
Missouri: elsevier Sounders

Kozier dkk. 2010. Buku Ajar


Fundamental

Keperawatan; Konsep, Proses, dan


Praktik, Ed. 7. Vol 2. Alih bahasa
Pamilih Eko Karyuni. Jakarta : EGC

Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar


FIsiologi Kedokteran. Editor :
Irawati Setiawan. Ed. 9. Jakarta :
EGC

Nurdin dkk, 2013. Pengaruh tehnik


relaksasi terhadap intensisitas
nyeri pada pasien post operasi
fraktur di ruang IRNINA A BLU
RSUP prof. Dr. R.d Kandou
Manado. Skripsi. Universitas Sam
Ratulangi. Manado

30
JURNAL PENDUKUNG

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan


Nyeri Perut Pasien Gastroernteritis Akut Di IGD RS Bina Sehat
Jember
Miftachul Safi’i¹, Samiyanto², Yeni Suryaningsih³

¹Mahasiswa S1 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan UNMUH Jember


²Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember
³Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember
Jl. Karimata 49 Telp: (0331) 332240 Fax : (0331) 337957
Email : fikes@unmuhjember.ac.id Website : http://fikes.unmuhjember.ac.id
tribudi141@gmail.com

ABSTRAK
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini
perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat (menahan
inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan nafas secara perlahan. Penelitian ini
menggunakan Pre-Eksperimental Design dengan bentuk One Group Pretest-posttest Design yang
bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap perubahan nyeri
perut pada pasien gastroenteritis akut. Populasi penelitian ini adalah pasien yang mengalami nyeri
perutyang disebabkan oleh penyakit gastroenteritis akut di Instalasi Gawat Darurat RS Bina Sehat
Jember dengan sampel minimum sejumlah 30 responden. Tehnik sampling yang digunakan adalah
accidental sampling. Hasil penelitian dengan uji Wilcoxon Signed Rank menunjukkan rerata 12.00
yang berarti ada penurunan nilai intensitas nyeri pada pasien gastroenteritis akut. Pengaruh teknik
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri perut dengan uji Wilcoxon Signed Rank didapatkan
hasil 0,000. Kesimpulan penelitian ini yaitu ada pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan nyeri perut pada pasien gastroenteritis akut di Instalasi Gawat Darurat RS Bina Sehat
Jember. Rekomendasi penelitian ini yaitu teknik relaksasi nafas dalam mampu mengurangi nyeri
perut khususnya pasien gastroenteritis akut di Instalasi Gawat Darurat.
.

Kata Kunci: Teknik Relaksasi Nafas Dalam, Nyeri Perut, Gastroenteritis Akut Daftar
Pustaka: 25 (2010 - 2019)

Abstract
Deep breathing relaxation techniques are a form of nursing care, in this case the nurse teaches
clients how to breathe deeply, slow breathing (hold inspiration to the maximum) and how to
exhale slowly. This study uses a Pre-Experimental Design in the form of One Group Pretest-posttest
Design which aims to identify the effect of deep breathing relaxation
31
techniques on changes in abdominal pain in acute gastroenteritis patients. The study population was
patients who experienced abdominal pain caused by acute gastroenteritis in the Emergency
Department of Bina Sehat Hospital Jember with a minimum sample of 30 respondents. The
sampling technique used is accidental sampling. The results of the Wilcoxon Signed Rank test show
a mean of 12.00 which means there is a decrease in the value of pain intensity in patients with acute
gastroenteritis. The effect of deep breathing relaxation techniques on reducing abdominal pain with
the Wilcoxon Signed Rank test results obtained 0,000. The conclusion of this study is that there is
an influence of deep breathing relaxation techniques on the reduction of abdominal pain in acute
gastroenteritis patients in the Emergency Department of Bina Sehat Hospital in Jember. The
recommendations of this study are deep breathing relaxation techniques that can reduce abdominal
pain, especially acute gastroenteritis patients in the Emergency Department.

Keywords: Deep-breathing Relaxation Techniques, Stomach Pain, Acute Gastroenteritis


Bibliography: 25 (2010 - 2019)

PENDAHULUAN nyeri. Gerakan tubuh dan ekspresi wajah


dapat mengindikasikan adanya nyeri, seperti
Gastroenteritis akut adalah gangguan gigi mengatup, menutup mata dengan rapat,
tranportasi larutan di usus yang menyebabkan wajah meringis, merengek, menjerit dan
kehilangan banyak cairan dan elektrolit imobilisasi tubuh (Kozier, et al., 2009, dalam
melalui feses (Sodikin,2012). Gastroenteritis Reskita, et al, 2018).
akut adalah penyakit yang terjadi akibat Angka kejadian gastroenteritis di
adanya peradangan pada saluran pencernaan Indonesia menurut kementrian kesehatan
yang disebabkan oleh infeksi dengan tahun 2010 sebanyak 2.580 dengan kematian
gejalanya terutama adalah muntah, dehidrasi sebesar 77 kasus sedangkan di daerah Jawa
dan diare (Cakrawardi.dkk,2011) Timur kejadian gatroenteritis pada terjadi di
Berdasarkan pernyataan diatas menunjukkan 186 wilayah di Jawa Timur (Jane, Dkk,
bahwa manifestasi klinis dari gastroenteritis 2011). Sedangakan laporan tahun 2018 dari
adalah kram perut yang mengakibatkan dinas kesehatan Jawa Timur di tahun 2017
menunnjukkan

32
pelaporan kasus gastroenteritis mencapai Penelitian yang terkait teknik relaksasi
79,4% kejadian dari seluruh kabupaten dan imajinasi terbimbing dan nafas dalam efektif
kota di Jawa Timur, dengan jumlah penduduk terhadap penurunan kecemasan pasien pre
Jawa Timur tahun 2017 ialah 39.292.972 jiwa operasi di RSUD RA Kartini Jepara,
(Kohar, 2018). Menurut data dinas kesehatan berdasarkan hasil tersebut terdapat selisih
Jember pada tahun 2016 dari data 10 besar antara sebelum dan sesudah penggunaan
penyakit di puskesmas Jember didapatkan terapi relaksasi nafas dalam (Purnomo C E,
data penderita penyakit gastroenteritis 40.501 dkk, 2013). Penelitian lain menyebutkan
penderita (Qomariyah, dkk, 2016) terdapat perbedaan rerata penurunan
Manifestasi klinis yang ditimbulkan intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif
dari Gastroenteritis akut adalah nyeri perut, sebelum dan sesudah dilakukan terapi
jika hal tersebut tidak ditangani segera bisa murottal dengan (Rohmah, dkk, 2014).
terjadi syok neurogenik ataupun dehidrasi. Sehingga berdasarkan study
Salah satu Penanganan nyeri ialah dengan pendahuluan yang dilakukan di IGD rumah
melakukan teknik relaksasi nafas dalam, sakit Bina Sehat, menemukan bahwa kasus
teknik relaksasi nafas dalam merupakan dengan diagnosa Gastroenteritis akut di IGD
tindakan keperawatan yang dilakukan untuk rumah sakit bina sehat menempati peringkat
mengurangi nyeri. Teknik relaksasi terdiri ke enam dari 20 kasus terbesar di IGD
atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, Rumah Sakit Bina Sehat, dimana rata-rata
berirama. Pasien dapat memejamkan matanya disertai dengan karakteristik nyeri perut. Pada
dan bernafas dengan perlahan dan nyaman bulan September 2019 kasus Gastroenteritis
(Smeltzer et al., 2010 dalam Reskita, et al, akut mencapai 63 kasus. Berdasarkan
2018). Sehingga tidak menutup kemungkinan fenomena diatas sehingga peneliti tertarik
terdapat pengaruh pengurangan nyeri perut untuik meneliti pengaruh teknik nafas dalam
atau kram otot yang diakibatakan karena terhadap penurunan nyeri pada pasien
penyakit gastroenteritis . gastroenteritis akut di IGD Rumah Sakit Bina
Sehat.

33
MATERIAL DAN METODE responden dewasa awal 26-35 tahun yaitu
Peneleitian ini menggunakan pre sebanyak 9 responden (30%) sedangkan
eksperimental designs dengan bentuk One- dewasa akhir 36-45 tahun yaitu sebanyak 2
Group Pretest-Posttest Design dimana responden (6,7%), untuk frekuensi jenis
terdapat pretest sebelum diberi perlakuan, kelamin sebagian besar perempuan yaitu
selanjutnya diobservasi hasil dari treatmen sebanyak 19 responden (63,3%). Hasil
atau perlakuan (Sugiyono, 2016). penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
Penelitian ini menggunakan Non teknik relaksasi nafas dalam terhadap
Probabiility sampling dengan tehnik penurunan nyeri perut pada pasien
Accidental Sampling. Sampel yang gastroenteritis akut.
memenuhi kriteria akan diukur intensitas
nyeri sebelum dan sesudah pemberian teknik Karakteristik Responden
relaksasi nafas dalam selama 5 menit.
Tabel 1. Distribusi frekuensi usia dan jenis
Pengumpulan data menggunakan lembar
kelamin pasien gastroenteritis akut
observasi. Analisa data dilakukan dengan
analisis univariat untuk mengidentifikasi
masing-masing variable. Analisis Bivariat Variabel (f) %
dilakukan untuk mengetahui adanya Usia
pengaruh menggunakan  12-16 0 0
uji nonparametrik yaitu Wilcoxon dengan
 17-25 2 6,7
tingkat signifikansi α = 0,05 atau p value <
 26-35 9 30
0,05.
 36-45 2 6,7
 46-55 5 16,7
HASIL  56-65 12 40

Penelitian yang dilakukan selama kurang Jenis Kelamin


lebih 2 bulan di IGD RS Bina Sehat Jember  Laki-laki 11 36,7
menunjukkan bahwa pada  Perempuan 19 63,3

Total 30 100

34
Berdasarkan tabel 1. Didapatkan pada
9 2 6,7
responden dewasa awal 26-35 tahun yaitu
sebanyak 9 responden (30%) sedangkan
dewasa akhir 36-45 tahun
yaitu sebanyak 2 responden (6,7%), dan Total 30 100
mayoritas berjenis kelamin perempuan yaitu Berdasarkan tabel tersebut, intensitas nyeri
responden perempuan 19 responden pada pasien gastroenteritis akut sebelum teknik
relasksasi nafas dalam di IGD RS Bina Sehat
Tabel 2. Hasil distribusi frekuensi intensitas
Jember didapatkan bahwa mayoritas responden
nyeri pasien pada
memiliki intensitas nyeri 4 yaitu sebanyak 9
gastroenteritis akut sebelum dan sesudah
responden (30%) dan setelah teknik relasksasi
dilakukan teknik relaksasi nafas
nafas dalam di IGD RS Bina Sehat Jember
SI (f) % didapatkan bahwa mayoritas responden
Sebelum Perlakuan memiliki intensitas nyeri 3 yaitu sebanyak 13

4 9 30 responden
(43,3%).
5 8 26,7
6 5 16,7 Analisa Bivariat

7 3 10
Tabel 3. Analisa Bivariat Pengaruh Teknik
8 3 10 Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Penurunan
9 2 6,7 Nyeri Perut Pasien
Sesudah Perlakuan Gastroenteritis Akut
1 1 3,3 SI N Mean Sum of Z Sig
2 4 13,3 Ranks Ranks
3 13 43,3 Post test 23a 12.00 276.00 -4.264 .000
4 3 10 Pre test 0b .00 .00
5 2 6,7 Ties 7c
7 2 6,7
8 3 10

35
Berdasarkan tabel 3 diatas, hasil uji statistik rank 23a dan positive rank 0b serta ties 7c dari
Wilcoxon Signed Ranks Test didapatkan hasil tersebut menunnjukan bahwa pasien
hasil P Value (Sig. 2-Tailed) yaitu sebesar gastroenteritis akut dengan intensitas nyeri 7-
0.000 sehingga P Value 9 setelah dilakukan teknik relaksasi nafas
<0.05 yang berarti terdapat pengaruh teknik dalam tidak mengalami perburukan intensitas
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri atau mempunyai intensitas nyeri tetap.
nyeri perut sebelum dan sesudah perlakuan
pada responden. Hasil uji statistik yang Pada penelitian lainnya yang dilakukan

menunjukkan P Value purnomo c e, dkk, (2013) tentang efektifitas

0.000 berarti P Value < 0.05, dengan teknik relaksasi imajinasi terbimbing dan

demikian H1 diterima yaitu ada pengaruh nafas dalam terhadap penurunan kecemasan

teknik relaksasi nafas dalam terhadap pada pasien pre operasi, peneliti pada

penurunan nyeri perut pada pasien penelitian ini mengobservasi tentang

gastroenteritis akut di IGD RS Bina Sehat pengaruh imajinasi terbimbing dan teknik

Jember. nafas dalam terhadap penurunan kecemasan,


dari hasil uji statistik efektivitas relaksasi
nafas dalam dan imajinasi terbimbing
PEMBAHASAN terhadap penurunan kecemasan pada pasien
pre operasi di RSUD RA Kartini Jepara
Pengaruh Terapi Relaksasi Nafas Dalam
menggunakan Wilcoxon didapatkan nilai p
Terhadap Penurunan intensitas Nyeri value sebesar 0,000. Karena nilai p value
Pada Pasien Gastroenteritis Akut. lebih kecil dari 0.05 yang berarti relaksasi
Berdasarkan hasil uji statistic Wilcoxn nafas dalam dan imajinasi terbimbing efektif

menunjukkan p value Sig.(2-tailed) = terhadap penurunan kecemasan pada pasien


pre operasi di RSUD RA Kartini Jepara.
0,000, bahwa H1 diterima dan dapat
Hasil penelitian ini memberikan
diinterpretasi sebagai adanya pengaruh
terapi relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan skala nyeri perut pada pasien
gastroentritis akut, dari hasil uji wilcoxn
juga menunjukkan bahwa hasil
negative

36
gambaran bahwa responden yang diberi responden dewasa awal 26-35 tahun yaitu
tindakan teknik relaksasi imajinasi sebanyak 9 responden (30%) sedangkan
terbimbing dan nafas dalam mengalami dewasa akhir 36-45 tahun yaitu sebanyak 2
penurunan kecemasan. responden (6,7%). Menurut Jane, Dkk, (2011)
Menurut Suriadi & Yuliani (2006, dalam Perbedaan perkembangan yang ditemukan
Annisa Vera H S, 2016) manifestasi dari antara kelompok umur ini dapat
gastroenteritis akut diantaranya ialah nyeri mempengaruhi bagaimana anak, remaja,
perut hingga bisa berlanjut menjadi kram dewasa dan manula bereaksi terhadap nyeri.
abdomen. Menurut Wijaya, AS. & Putri, MY. Sehingga berdasarkan pernyataan diatas dapat
(2017) patofisiologi terjadinya nyeri perut disimpulkan bahwa pada remaja dan orang
ialah karena ketika menderita gastroenteritis dewasa lebih mampu mengungkapkan
akut akan dilanjutkan dengan iritasi saraf nyerinya dari pada anak- anak dan manula
lokal sehingga menyebabkan nyeri perut atau atau lansia.
nyeri dibagian abdomen, sedangkan banyak Peneliti berpendapat bahwa hasil yang
faktor yang dapat menimbulkan nyeri, signifikan tersebut didapatkan bahwa
diantaranya jenis kelamin dan usia. penurunan skala nyeri perut pada pasien
Pada penelitian ini jenis kelamin sebagian gastroenteritis akut dipengaruhi karena
besar perempuan yaitu sebanyak 19 adanya iritasi saraf lokal sehingga dengan
responden (63,3%). Menurut Burn, dkk teknik relaksasi nafas dalam mampu
(1989) yang dikutip dalam Potter dan Perry merangsang tubuh untuk melepaskan opoiod
(2010) bahwa kebutuhan narkotik post endogen yaitu endorphin dan enkefalin untuk
operative pada wanita lebih banyak menghambat impuls nyeri tersebut, substansi
dibandingkan dengan pria. Ini menunjukkan ini seperti morfin yang berfungsi
bahwa individu berjenis kelamin perempuan menghambat transmisi influs nyeri. apabila
lebih mengartikan negatif terhadap nyeri. tubuh mengeluarkan substansi-substansi ini,
Sedangkan usia pada penelitian ini salah satu efeknya adalah mereredakan nyeri
menunjukkan atau mengurangi skala nyeri pada pasien

37
gastroenteritis akut, salin itu juga untuk macam faktor-faktor terjadinya sebuah nyeri.
mencegah bertambah beratnya nyeri perut
sehingga untuk meminimalisir terjadinya
kram pada otot abdomen maka teknik KESIMPULAN
relaksasi napas dalam mampu merelaksasikan
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa
otot-otot skelet yang mengalami spasme yang
:
disebabkan oleh peningkatan prostaglandin
sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah 1. Ada pengaruh teknik relaksasi nafas
dan akan meningkatkan aliran darah ke
dalam terhadap penurunan nyeri
daerah yang mengalami spasme dan iskemic,
perut pada pasien gastroenteritis akut
sehingga aliran darah kebagian yang
di IGD RS Bina Sehat Jember.
mengalami nyeri menjadi lancar dengan
2. Intensitas nyeri pasien gastroenteritis
demikian secara tidak langsung dapat
akut yang diberikan sebelum teknik
mencegah terjadinya syok neurogenic pada
relaksasi nafas dalam nilai mean, ±
pasien gastroenteritis akut, hal tersebut
dibuktikan pula pada intensitas nyeri 7-9 pada SD adalah 5,6 3±, 1,58 dan setelah

pasien gastroenteritis akut setelah mendapat diberikan teknik relaksasi nafas


teknik relaksasi nafas dalam mampu dalam nilai mean, ± SD adalah 4,20,
mencegah penambahan atau perburukan ± 2,31
intensitas nyeri, dimana pada kondisi
intensitas nyeri tersebut sangat mengganggu DAFTAR PUSTAKA
kondisi pasien, secara obyektif pasien
Asmadi. (2012). Teknik Prosedural
terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi Keperawatan Konsep Dan Aplikasi
masih respon terhadap tindakan, pasien dapat Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta :
menunjukan lokasi nyeri, tetapi pasien sulit Salemba Medika
mendeskripsikan nyerinya, hal tersebut
dipengaruhi oleh berbagai Aprianto, D, Kristiawati, P.S, Purnomo,
C. (2013). Efektifitas Teknik
Relaksasi Imajinasi Terbimbing
Dan Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Kecemasan Pada
Pasien Pre Operasi. Jurnal
kesehatan

38
Azza, Awatiful, Dkk. (2017). kesehatan kabupaten
Panduan Penulisan Skripsi. Jember
Program Studi S1
Keperawatan Fakultas Ilmu Hidayat, A. (2011). Metode
Kesehatan
Penelitian Keperawatan
Universitas Muhamadiyah dan Teknik Analisis Data.
Jember. Jember: Jakarta: Salemba Medika
Universitas Muhamadiyah
Santoso Hari Kohar, Dkk (2018).
Jember
Profil kesehatan jawa
timur 2017.
A.Azis alimul hidayat &
Musrifatululiyah. (2012). Surabaya: Dinas Kesehatan Jawa
Buku Ajar Kebutuhan Dasar Timur
Manusia (KDM),
Supardi Jane, Dkk. (2011).Buletin
Pendekatan Kurikulum
Jendela Dan Informasi
Berbasis Kompentensi.
Kesehatan. Volume 2.
Surabaya: Health Book
Jakarta: Kementrian
Publishing
Kesehatan Republik
Indonesia
Al Amin, M, & Juniati Dwi. (2017).
Klasifikasi Umur Manusia Swarjana, I.K. (2016). Metodologi
Berasarkan Analisis Dimensi
Fraktal Box Counting Dari Penelitian Kesehatan
Citra Wajah Dengan Deteksi (Edisi Revisi). Yogyakarta:
Tepi Canny. Jurnal ilmiah ANDI
matematika: vol 2 no 6 (hal
34). Mahmud. (2011). Metode
Penelitian Pendidikan.
Christina Maria, Y. (2019).
Bandung: Pustaka Setia
Pengaruh elevasi kaki
terhadap perubahan syok
indeks pada pasien dengan Nursalam. (2013). Metodologi
Syok hipovolemi initial Penelitian Ilmu
stage Di IGD RS Bina Sehat Keperawatan. Edisi 3.
Jember. Jember: Fakultas Jakarta: Salemba Medika.
Ilmu Kesehatan Universitas
Notoatmodjo. (2010).
Muhamadiyah Jember
Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta : PT.
Qomariyah, Dkk. (2017), Profil Rineka Cipta.
Kesehatan Kabupaten
Jember 2016. Jember: dinas

39
Potter & Perry. (2010).
Fundamental Sodikin, (2012). Gangguan Sistem
Keperawatan. Buku 3. Gastrointestinal
Edisi 7. Jakarta: Salemba Dan Hepatobilier. Jakarta: Salemba
Medika. Medika
Priharjo Robert. (2013).
Pengkajian fisik Smeltzer & Bare. 2010. Teksbook
keperawatan. Edisi 2. of medical-surgical nursing
Jakarta: EGC vol 2. Philadelphia
Linppincott William &
Rohmah, dkk. (2014). Pengaruh
Wilkins
Terapi Murottal Al-Qur’an
Untuk Penurunan Nyeri
Persalinan Dan Sugiyono. (2016). Metode
Kecemasan Pada Ibu Penelitian Kombinasi
Bersalin Kala I Fase Aktif. (Mixed Methods). Bandung:
Jurnal Ilmiah Kebidanan, Alfabeta.
Vol. 5 No. 2
Yudiyanta, Novita K & Ratih
WN. (2015). Asesmen
Riyandi I Kadek, Ariyasa Cahya. Nyeri.
(2017). Penilaian Nyeri. http://www.kalbemed.com,
Denpasar: Universitas diakses tanggal 5 April 2019.
Kedokteran Udayana

Syukur Maswardi. (2017).


Penurunan Intensitas Nyeri
Luka Pasca Oprasi Fraktur
Setelah Dilakukan Teknik
Relaksasi Nafas Dalam
Menggunakan Aroma
Terapi Lavender Di Ruang
Orthopedi RSUD Ulin
Banjarmasin. Banjarmasin:
Ilmu Kesehatan Universitas

Muhamadiyah Banjarmasin

Sakti Hellyda, A V, (2016).


Gastroenteritis Pada Anak,
Jurnal Fakultas Ilmu
Kesehatan UMP

40
41
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
JURNAL PEMBANDING

PENGARUH KOMPRES HANGAT


TERHADAP PENURUNAN SKALA
NYERI PADA PASIEN DENGAN KOLIK
ABDOMEN

Darsini1), Indah
Praptini2)
Program Studi Ilmu Keperawatan,
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada
Jombang, Email :
darsiniwidyanto4@gmail.com

ARTIC ABSTRAK
LE
INFO
Article History : Nyeri perut pada manusia bisa menjadi tanda adanya gangguan
Received: Juny, 21st, 2019 dalam tubuh manusia. Di era maju seperti sekarang banyak penyakit
Revised form: July-August, baru yang bermunculan akibat infeksi virus, bakteri atau jamur dan
2019 juga akibat penggunaan zat-zat kimia yang berlebihan atau salah.
Accepted: August, 20th, 2019
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompres
Published: August, 31st, 2019
hangat terhadap penurunan skala nyeri pada pasien dengan kolik
Kata Kunci : abdomen di ruang rawat inap Rumah SakitLawang Medika.
Kompres hangat, Nyeri, Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pra-eksperimental
Kolik Abdomen (one-group pra-post test design). Populasi penelitian ini adalah 30
pasien dewasa yang mengalami kolik abdomen di ruang rawat inap
Rumah sakit Lawang Medika. Teknik sampling yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Accidental sampling. Instrumen yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan SOP (Standart
Operasional Prosedur) untuk kompres hangat dan lembar observasi
untuk penilaian skala nyeri. Hasil Pemberian kompres hangat
sebagian besar (86,7%) responden sebelum diberikan perlakuan
kompres hangat berada dalam skala nyeri sedang. Setelah diberikan
perlakuan kompres hangat selama 15 - 20 menit sebagian besar
(40%) responden berada dalam skala (nyeri ringan).Pemberian
kompres hangat bermanfaat atau berpengaruh secara signifikan
dalam mengurangi atau mengatasi nyeri pada pasien kolik abdomen
di buktikan dengan nilai 0,00<p, p< 0,05. Pemberian kompres hangat
dalam menurunkan nyeri abdomen dapat dilakukan oleh pasien
sendiri maupun dibantu dengan keluarga, intervensi ini diharapkan
dapat membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
yang komprehensif dalam penanganan nyeri baik secara farmakologi
maupun non farmakologi
@2019 Jurnal Keperawatan dan kebidanan

Halaman | 42
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan

PENDAHULUAN hubungan sebab akibat, dimana penelitian ini


dilakukan pada satu kelompok subjek yang
Nyeri perut pada manusia bisa menjadi tanda adanya diobservasi sebelum dilakukan perlakuan,
gangguan dalam tubuh manusia. Di era maju seperti kemudian di observasi lagi setelah diberi
sekarang banyak penyakit baru yang bermunculan akibat perlakuan. Membandingkan nyeri kolik abdomen
infeksi virus, bakteri atau jamur dan juga akibat sebelum diberi kompres hangat dan setelah
penggunaan zat-zat kimia yang berlebihan atau salah. pemberian kompres hangat (Nursalam, 2013).
Usaha mengobati nyeri pastinya masyarakat akan Populasi penelitian ini adalah 30 pasien dewasa
menuju ke instansi kesehatan terdekat guna memperoleh yang mengalami kolik abdomen di ruang rawat
obat. Namun, jika penderita memiliki ambang nyeri inap Rumah sakit Lawang Medika. Teknik
yang sangat tinggi tentunya membutuhkan terapi sampling yang digunakan dalam penelitian ini
sebelum sampai ke instansi kesehatan yang dituju agar adalah Accidental sampling. Instrumen yang
nyeri yang dirasakan berkurang.Cara yang mudah digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan SOP
dilakukan yaitu dengan kompres (Standart Operasional Prosedur) untuk kompres
hangat.Mengkompres hangat area perut yang nyeri hangat dan lembar observasi untuk penilaian
selama perjalanan hingga sampai di tempat tujuan skala nyeri.
diharapkan dapat mengurangi nyeri perut si penderita.
Menurut World Health Organization (WHO),
insiden gastritis di dunia sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah
penduduk setiap tahunnya, di Inggris (22%), China HASIL PENELITIAN
(31%), Jepang (14,5%), Kanada (35%), dan Perancis 1. Usia
(29,5%). Di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari jumlah Tabel 1 Karakteristik Responden Pasien
penduduk setiap tahunnya. dengan Kolik Abdomen di Ruang
Nyeri kolik abdomen merupakan nyeri yang dapat Rawat Inap RS Lawang Medika
terlokalisasi dan dirasakan seperti perasaan tajam. berdasarkan usia
Mekanisme terjadinya nyeri ini adalah karena sumbatan Usia (tahun ) N (%)
baik parsial ataupun total dari organ tubuh berongga atau 16 – 25 4 13,3
organ yang terlibat tersebut dipengaruhi peristaltic 26 – 35 6 20
(Gilroy, 2009). Ada beberapa cara yang dapat dilakukan 36 – 45 4 13,3
untuk mengatasi nyeri secara non farmakologi antara 46 – 55 7 23,4
lain, massage, posisi kaki ditinggikan dari badan, olah 56 – 65 8 26,7
raga, pengaturan diet dan pemberian kompres hangat. 66 – 75 0 0
Nyeri kolik abdomen jika tidak segera diatasi akan 76 – 85 1 3,3
mempengaruhi fungsi mental dan fisik individu sehingga Total 30 100
mendesak untuk segera mengmbil tindakan atau terapi Sumber : Data primer penelitian
baik farmakologis maupun non farmakologis. Terapi Berdasarkan tabel 1 di atas dapat
farmakologis salah satunya dengan pemberian obat-obat diketahui bahwa responden sebagian
analgetik. besar berusia antara 56 – 65 tahun
Pemberian kompres hangat merupakan salah satu yaitu sebanyak 8
tindakan mandiri. Efek hangat dari kompres dapat orang (26,7%)
menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah yang 2. Jenis kelamin
nantinya akan meningkatkan aliran darah ke jaringan Tabel 2 Karakteristik Responden Pasien
penyaluran zat asam dan makanan ke sel-sel di perbesar dengan Kolik Abdomen di Ruang
dan pembuangan dari zat – zat di perbaiki yang dapat Rawat Inap RS Lawang Medika
mengurangi rasa nyeri kolik abdomen (Natalie, 2013). berdasarkan jenis kelamin
Kompres air hangat ini sangat efektif dalam menurunkan Jenis Kelamin N (%)
nyeri spasme otot Laki – laki 11 36,7
Perempuan 19 63.3
METODE PENELITIAN Sumber : Data primer penelitian
Berdasarkan tabel 2 di atas dapat
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian
di ketahui bahwa responden sebagian
pra-eksperimental (one-group pra-post test design)
besar berjenis kelamin perempuan yaitu
penelitian ini adalah mengungkapkan
sebanyak 19 orang (63,3%).
3. Skala Nyeri Kolik Abdomen Sebelum
Pemberian Kompres Hangat Pada
Pasien dengan Kolik Abdomen di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Lawang
Halaman | 43
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
Medika yang dilakukan sebelum adanya perlakuan
Tabel 3 Klasifikasi Nyeri Pasien Kolik diketahui bahwa dari 30 pasien yang mengalami
abdomen Sebelum Pemberian Kompres Hangat nyeri kolik abdomen sebagian besar responden
Skala Nyeri N (%) mengalami nyeri kolik abdomen yaitu pada skala
Nyeri ringan (1-3) 4 13,3 4-6 (nyeri sedang) yaitu sebnayak 26 responden
Nyeri sedang (4-6) 26 86,7 (86,7%), sisanya skala 1-3 (nyeri ringan) sebanyak
Nyeri berat (7-9) 0 0 4 responden (13,3%). Sesudah adanya perlakuan
Jumlah 30 100 diketahui bahwa dari 30 responden sebagian besar
Sumber : Data primer penelitian responden mengalami penurunan nyeri kolik
Dari tabel 3 diatas dapat diketahui abdomen yaitu tidak nyeri (skala 0) sebanyak 5
bahwa responden yang mengalami nyeri ringan responden (16,7%), skala ringan (1-3) sebanyak 24
(skala 1-3) sebanyak 4 orang (13,3%), memiliki responden (80%), yang tetap pada skala awal
nyeri sedang (skala 4-6) yaitu sebanyak 26 seperti sebelum dikompres hangat sebanyak 1
orang (86,7%) responden yaitu pada (skala 6) nyeri sedang
4. Skala Nyeri Kolik Abdomen Setelah Pemberian (3,3%).
Kompres Hangat Pada Pasien dengan Kolik Pemberian kompres hangat pada pasien
Abdomen di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit dengan nyeri kolik abdomen dapat membantu
Lawang Medika merelaksasi otot – otot sekitar daerah nyeri, sejalan
Tabel 4 Klasifikasi Nyeri Pasien Kolik dengan teori Price, Sylvia & Wilson (2013)
abdomen Setelah Pemberian Kompres Hangat kompres hangat dapat digunakan pada pengobatan
Skala Nyeri N (%) nyeri dan merelaksasikan otot-otot yang tegang
Tidak Nyeri (0) 5 16,7 Kompres hangat dilakukan dengan
Nyeri ringan (1-3) 24 80 mempergunakan buli-buli panas atau kantong air
Nyeri sedang (4-6) 1 3,3 panas secara konduksi dimana terjadi pemindahan
Nyeri berat (7-9) 0 0 panas dari buli-buli ke dalam tubuh sehingga akan
Jumlah 30 100 menyebabkan pelebaran pembuluh darah dan akan
Sumber : Data primer penelitian terjadi penurunan ketegangan otot sehingga nyeri
Dari tabel 4 diatas dapat diketahui yang dirasakan akan berkurang atau hilang
bahwa responden yang mengalami nyeri ringan (Smalzer & Bare, 2013). Kompres hangat
(skala 1-3) sebanyak 24 orang (80,0%), memiliki beberapa pengaruh meliputi melebarkan
memiliki nyeri sedang (skala 4-6) yaitu pembuluh darah dan memperbaiki peredaran
sebanyak 1 orang (3,3%) daerah di dalam jaringan tersebut, pada otot
5. Analisa Pengaruh Pemberian Kompres Hangat panas memiliki efek menurunkan ketegangan,
terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien dengan meningkatkan sel darah putih secara total dan
Kolik Abdomen di Ruang Rawat Inap RS fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi
Lawang Medika pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan
Berdasarkan hasil analisa data dapat sirkulasi darah serta peningkatan tekanan kapiler.
diketahui bahwa uji Wilcoxon Signed Rank Tekanan oksigen dan karbondioksida didalam
Test menggunakan program SPSS didapatkan darah akan meningkat sedangkan derajat keasaman
hasil Asymp sig (2-tailed) 0,00<, < 0,05 darah akan mengalami penurunan (Anugraheni,
sehingga Ha diterima berarti ada perbedaan 2013).
skala nyeri kolik abdomen pada pasien sebelum Penggunaan kompres air hangat dapat
dan sesudah pemberian terapi kompres hangat membuat sirkulasi darah lancar, vaskularisasi
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada lancar dan terjadi vasodilatasi yang membuat
pengaruh pemberian kompres hangat dengan relaksasi pada otot karena otot mendapat nutrisi
penurunan skala nyeri pada pasien kolik berlebih yang dibawa oleh darah sehingga
abdomen di ruang rawat inap RS Lawang kontraksi otot menurun. Kompres hangat dengan
Medika suhu 50 C – 0 C mengakibatkan terjadinya
vasodilatasi yang bisa membuka aliran darah
membuat sirkulasi darah lancar kembali sehingga
PEMBAHASAN terjadi relaksasi pada otot mengakibatkan kontraksi
Berdasarkan hasil penelitian pemberian otot menurun (Anugraheni, 2013).
kompres hangat terhadap pasien dengan kolik Penelitian ini mebuktikan bahwa ada
abdomen di ruang rawat inap RS Lawang Medika perbedaan antara skala nyeri kolik abdomen
sebelum pemberian kompres hangta dan sesudah
pemberian kompres hangat. Pada hasil penelitian
ditemukan terjadi penurunan nilai rata-rata skala

Halaman | 44
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
nyeri sebelum dan dalam mengurangi om. tp://epri
sesudah dilakukan atau mengatasi nyeri Gabriel, J. F. 2009. nts.ums.
kompres hangat dan pada pasien kolik Fisika ac.id/.
setelah dilakukan uji abdomen di buktikan Kedokteran. Mahadevan,
Wilcoxon-test dengan nilai Jakarta : SV.
menggunakan program 0,00<, < 0,05 ECG 2005.
SPSS didapatkan yang artinya H1 Gilroy, RK. 2009. An
Asymp. Sig. (2-tailed) diterima. Biliary Colic, Introduc
0,00< α, α < 0,05. Hal in E- tion to
ini menunjukkan bahwa Medicine. Clinical
kompres hangat DAFTAR http://emedici Emergen
berdampak positif ne.com.Kozie cy
dalam menurunkan PUSTAKA r, Barbara, Medicin
nyeri kolik abdomen dkk. 2010. e
sehingga menjawab Asmita, Tri. 2015. Buku Ajar :Cambri
yaitu Ha diterima. Pengaruh Terapi Fundamental dge
Berdasarkan fakta Kompres Hangat Keperawatan Universi
dan teori diatas maka Terhadap Nyeri : konsep , ty Press.
peneliti menyimpulkan Haid proses dan Meliala,
bahwa pernurunan nyeri (Dismenorea) praktik Suryami
kolik abdomen bisa Pada siswi SMK volume harja.
disebabkan karena Perbankan 1.Jakarta : 2007.
adanya perpindahan Simpang Haru ECG Penuntu
panas secara konduksi Padang.https//:ej
Kumar, Abbas, n
dari botol yang berisi air ournal.lldikti10.i Fausto. Penatala
hangat ke area perut d/index.ph 2008. ksanaan
yang melancarkan p/endurance/artic Robbin’ Nyeri
sirlulasi darah dan le/view/278. s and Neuropa
menurunkan ketegangan Berman, A. Synder, S. Cotran tik Edisi
otot sehingga Kozier, B. Erb, Patholog 2.
menurunkan nyeri kolik G. 2009. Buku ic Basis Yogyaka
abdomen yang pasien Ajar Praktis of rta :
rasakan Keperawatan Disease. Medikag
Klinis. Jakarta: 7th ama
EGC. edition.: Press
KESIMPULAN Eprints. 2012. Saunder Mellynda, et al.
Berdasarkan hasil Jumlah s. 2011.Pe
penelitian dapat Penderita Leslie, SW. ngaruh
disimpulkan sebagai Thypoid. 2010. Kompre
berikut : http://eprints.am Nephroli s Hangat
1. Sebagian besar s.ac.id. thiasis, Terhada
(86,7%) responden Evi, Lucia. 2016. Acute p
sebelum diberikan Instrumen Untuk Renal Penurun
perlakuan kompres Penilaian Nyeri Colic, in an Skala
hangat berada dalam Pasien. E- Nyeri
skala nyeri sedang http://www.mutu Medicin Pada
2. Setelah diberikan pelayanankeseha e. Penderit
perlakuan kompres tan.net/sa mple- http://em a Gout
hangat selama 15 - levels/19- edicine.c Arthitis
20 menit sebagian headline/1694- om. di
besar (40%) instrumen- Lu, Khusna. Wilayah
responden berada untuk-penilaian- 2016. Kerja
dalam skala (nyeri nyeri-pasien. Jumlah Puskesm
ringan). Idntimes, 7 Penyakit Penderit as
3. Pemberian kompres Penyebab a Manado.
hangat bermanfaat Kematian Tahun Gastritis https://ej
atau berpengaruh 2017. Di ournal.u
secara signifikan http://idntimes.c Dunia.ht nsrat.ac.i

Halaman | 45
Jurnal Keperawatan dan Kebidanan
d/index.p Buku 2 Manusia : ECG
hp/jkp/articl Edisi . Jakarta
e/view5264. 7.Jakarta ;
Mubarak, et al. Salemba
(2015).Buk Medika
u Ajar Ilmu Price danWilson.
Keperawata 2013,
n. Jakarta: Patofisiolog
Salemba iKonsep
Medika. Klinis
Natali. 2013. Proses-
Konsep dan ProsesPeny
Penerapan akit Edisi
Kompres VI. Jakarta:
Hangat. EGC.
Jakarta: Reeves, Charlene,
EGC. et al.
Nobie, BA. 2009. 2011.Keper
Small awatan
Bowel Medikal
Obstruction, Bedah.
in E- Jakarta :
Medicine. Salemba
http://emedi Medika
cine.com. Smeltzer & Bare.
Notoatmodjo, S. 2013. Buku
2012. Ajar
Metodologi Keperawata
Penelitian n Medikal
Kesehatan. Bedah
Jakarta : Brunner &
Rineka Suddart,
Cipta Edisi 8.
Nursalam. 2013. Jakarta :
Konsep dan EGC
Penerapan Sugiyono. 2009.
Metodologi Metode
Penelitian Penelitian
Keperawat Kuantitatif,
an. Jakarta : Kualitatif
SalembaMe dan R & D.
dika. Bandung :
Platt, M. 2008. Alfabeta
Abdominal Tetty, S.
Pain in
Current 2015.Konse
Diagnosis p dan
&
Treatment Penatalaksa
Emergency naan
Medicine.6t Nyeri.Jakart
h a : ECG
edition.Mc Uliyah & Hidayat.
Graw Hill. 2010. Buku
Potter & Perry. Saku
2010. Praktikum
Fundamenta Kebutuhan
l of Nursing Dasar

Halaman | 46

Anda mungkin juga menyukai