Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP

TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH


AKIBAT HOSPITALISASI DI RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:
DESY SETYA NINGRUM
201510201138

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
PENGARUH TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP
TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH
AKIBAT HOSPITALISASI DI RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:
DESY SETYA NINGRUM
201510201138

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019

i
PENGARUH TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP
TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH
AKIBAT HOSPITALISASI DI RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan


Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun Oleh:
DESY SETYA NINGRUM
201510201138

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2019
ii
iii
PENGARUH TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP
TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH
AKIBAT HOSPITALISASI DI RUMAH SAKIT
PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

Desy Setya Ningrum1, Armenia Diah Sari2


Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
e-mail: Desysetyaa@gmail.com

Abstract: The purpose of this study was to determine the effect of playing puzzle
therapy on anxiety levels of preschooler children. This study applied a pre-
experimental research design with one group pretest and posttest. The samples of the
study were 32 respondents with consecutive sampling method. Data collection used
anxiety level questionnaire for preschool children. Data analysis using Wlixocon test
obtained p-value of 0.000 (p≤0.05). Hence, it can be concluded that there was an effect
of playing puzzle therapy to reduce the anxiety level of preschoolers due to
hospitalization at PKU Muhammadiyah Hospital in Yogyakarta.

Keywords: Puzzle, Anxiety, Hospitality

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi bermain puzzle
terhadap tingkat kecemasan anak usia prasekolah. Penelitian ini menggunakan
rancangan penelitian pra-eksperimen dengan one group pretest and posttest. Sampel
pada penelitian ini sebanyak 32 responden dengan metode consecutive sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuisioner tingkat kecemasan anak usia prasekolah.
Analisis data menggunakan uji Wlixocon dengan hasil p-value 0,000 (p≤0,05).
Sehingga disimpulkan ada pengaruh terapi bermain puzzle yang dapat menurunkan
tingkat kecemasan anak usia prasekolah yang diakibatkan oleh hospitalisasi di Rumah
sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
kata kunci: Puzzle, Ansietas, Hospitalisasi

iv
PENDAHULUAN rumah sakit di seluruh Indonesia adalah
2,78 persen. Persentase tertinggi anak
Anak merupakan generasi
yang pernah dirawat inap ada di Daerah
penerus penentu masa depan bangsa
Istimewa Yogyakarta yaitu 4,37
dan negara. Oleh karena itu, menurut
persen, sedangkan persentase terendah
UU No.36 tahun 2009 tentang
ada di Provinsi Maluku Utara yaitu
kesehatan bahwa upaya pemeliharaan
1,09 persen. Menurut tipe daerah,
kesehatan bayi dan anak harus
persentase anak yang pernah dirawat
ditunjukan untuk mempersiapkan
inap lebih tinggi di perkotaan yaitu 3,36
generasi yang akan datang yang sehat,
persen dibandingkan dengan perdesaan
cerdas dan berkualitas serta untuk
yaitu 2,24 persen. Anak yang dirawat
menurunkan angka kematian bayi dan
di rumah sakit akan bepengaruh pada
anak. Menurut Nevid, Rathus dan
kondisi fisik dan psikologisnya.
Greene (2017) masa anak-anak
Berdasarkan hasil Survei Sosial
merupakan masa yang menyenangkan
Ekonomi Nasional tahun 2015
dan penuh kedamaian. Pada masa ini
didapatkan persentase keluhan
anak-anak melakukan aktifitas dengan
kesehatan anak di Indonesia adalah
gembira, menyenangkan dan
30,6 persen. Persentase anak yang
menghabiskan waktunya untuk
mengalami keluhan kesehatan tertinggi
bermain bersama orang tuanya,
berada di Daerah Istimewa
anggota keluarganya, maupun teman-
Yogyakarta, yaitu sebesar 42,5 persen.
temannya.
Persentase jumlah anak yang
Data United Nations Children’s
mempunyai keluhan kesehatan
Fund (UNICEF) tahun 2012, di tiga
cenderung turun seiring bertambahnya
negara mencapai 148 juta 958 anak usia
usia. Anak usia 0-4 tahun atau balita,
prasekolah dirawat di rumah sakit,
mengalami keluhan kesehatan
terdapat 57 juta anak setiap tahunnya
cenderung tinggi yaitu 42,65 persen.
dimana 84% mengalami trauma berupa
Hal tersebut disebabkan karena kondisi
ketakutan dan kecemasan saat
tubuh anak yang masih rentan terhadap
menjalani perawatan. Sedangkan
penyakit.
menurut hasil Survei Sosial Ekonomi
Angka kesakitan anak pada
Nasional (SUSENAS) tahun 2015
tahun 2015 adalah 18,06 persen. Angka
didapatkan data rata-rata anak yang
kesakitan anak tertinggi terdapat di
menjalani perawatan rawat inap di
Provinsi Nusa Tenggara Timur.

1
Beberapa provinsi di pulau jawa Hospitalisasi adalah suatu
memiliki angka kesakitan diatas angka keadaan yang mengharuskan anak
kesakitan nasional, seperti Provinsi dirawat atau tinggal di rumah sakit
Jawa Timur (23,33 persen) dan Daerah untuk mendapatkan perawatan yang
Istimewa Yogyakarta (23,31 persen). dapat menyebabkan beberapa
Sedangkan provinsi di Indonesia perubahan pada psikis anak anak sering
bagian timur memiliki angka kesakitan menjadi tidak kooperatif terhadap
yang lebih rendah berada di Provinsi perawatan dan pengobatan di rumah
Papua yaitu 8,93 persen. sakit, anak menjadi sulit/ menolak
(SUSENAS,2015). untuk didekati oleh petugas apalagi
Anak usia prasekolah adalah berinteraksi (Winarsih, 2013).
anak yang berusia antara 3-5 tahun. Perkembangan kognitif anak
Dalam usia ini anak umumnya usia prasekolah adalah pada
mengikuti program anak (3-5 tahun) praoperasional dimana anak mulai
dan kelompok bermain (usia 3 tahun), memahami dari pengalaman yang
sedangkan pada usia 5-6 tahun dialami. Perkembangan psikososial
biasanya mereka mengikuti program pada fase inisiatif, anak mempunyai
taman kanak-kanak (Patmonedowo, inisiatif untuk melakukan suatu
2008). Sebagian anak mengalami kegiatan yang memuaskan bagi
gangguan kesehatan sehingga dirawat mereka. Apabila anak dirawat
di rumah sakit, bagi anak prasekolah perkembangan ini tidak bisa dilalui
keadaan ini merupakan pengalaman secara baik, anak merasa bahwa sakit
yang tidak menyenangkan karena dan dirawat merupakan bentuk
berhadapan dengan lingkungan yang hukuman bagi anak karena
baru dan anak akan mengalami dampak perkembangan moral diorientasikan
hospitalisasi. Selama dirawat dirumah pada hukuman dan kepatuhan (Wong et
sakit, anak tetap mempunyai kebutuhan all, 2009).
bermain agar anak anak dapat Menurut American Academy of
mengembangkan kemampuan kognitif, Pediatric (2010, dalam Terri K &
mengembangkan kreativitas, Susan C, 2017) kecemasan terhadap
meningkatkan kepekaaan emosi dan perpisahan merupakan stresor utama
mengembangkan kemampuan bagi anak di usia tertentu. Kondisi ini
sosialnya. terjadi pada usia sekitar 8 bulan dan
berakhir saat menjelang usia 3 tahun.

2
Dampak dari kecemasan pada anak dirawat inap. Hasil wawancara peneliti
yang menjalani perawatan, apabila dengan kepala ruang didapatkan bahwa
tidak ditangani akan membuat anak belum ada program terapi bermain
melakukan penolakan terhadap yang khusus dilakukan oleh petugas
tindakan keperawatan sehingga akan kesehatan di Bangsal Ibnu Shina
mempengaruhi terhadap lamanya Rumah Sakit PKU Muhamadiyah
perawatan di rumah sakit dan bisa Yogyakarta dalam menangani
mengakibatkan trauma yang kecemasan anak selama menjalani
berkepanjangan. perawatan. Sehingga anak yang
Terapi bermain adalah sesuatu mengalami kecemasan hanya diberi
kegiatan yang dilakukan untuk tindakan tehnik relaksasi seperti tehnik
menyediakan media mengenal diri, nafas dalam dan belum pernah
membuka diri dan dapat membantu dilakukan penelitian tentang terapi
proses dalam melanjutkan bermain menggunakan puzzle di
pertumbuhan dan perkembangan anak Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
secara optimal (Suryadi, 2017). Bagi Yogyakarta. Berdasarkan uraian diatas
anak yang sakit, bermain tidak hanya peneliti tertarik untuk meneliti
berfungsi untuk kesenangan anak tetapi pengaruh terapi bermain puzzle
dapat menjadi media yang dapat terhadap tingkat kecemasan pada anak
mengekspresikan perasaan cemas, usia prasekolah (3-6 tahun) akibat
takut, nyeri dan rasa bersalah sehingga hospitalisasi di rumah sakit PKU
ada anggapan bahwa permainan yang Muhammadiyah Yogyakarta.
terapeutik adalah aktivitas yang sehat
dan diperlukan kelangsungan tumbuh METODE PENELITIAN
kembang anak dan memungkinkan
Penelitian ini mengguakan
menggali dan mengekspresikan pikiran
metode penelitian kuantitatif. Desain
anak (Putra dkk, 2014).
penelitian ini menggunakan Pre-
Berdasarkan studi pendahuluan
Eksperimental Design dengan
yang dilakukan peneliti di Bangsal
rancangan penelitian pra-eksperimen
Ibnu Shina Rumah Sakit PKU
dengan jenis one group pretest and
Muhammadiyah Yogyakarta pada
posttest. Rancangan jenis ini, peneliti
tanggal 16 September 2018, bahwa
hanya melakukan intervensi pada satu
dalam enam bulan terakhir terdapat 192
kelompok tanpa pembanding.
pasien anak usia prasekolah yang

3
Efektifitas perlakuan dinilai dengan reliabel karena lebih besar dari rtabel
cara membandingkan nilai pretest (rhitung > 0,90) sehingga kuisioner
dengan posttest (Dharma, 2011). dinyatan reliabel dan reliabilitas tinggi.
Populasi pada penelitian ini Pada penelitian ini, data tidak
adalah anak usia prasekolah yang berdistribusi normal sehingga
dirawat di Bangsal Ibnu Shina Rumah menggunakan uji Wilcoxon test yang
Sakit PKU Muhammadiyah digunakan untuk menguji beda mean
Yogyakarta sebanyak 32 orang. Tehnik peringkat (data ordinal) dari 2 hasil
pengambilan sampel yang digunkan pengukuran pada kelompok yang sama
adalah consecutive sampling. (beda mean peringkat pretest dengan
Instrumen/ alat yang digunakan posttest). Jika nilai p < alpha (0,05)
dalam penelitian ini meliputi puzzle maka berarti Ha diterima.
logika dan kuisioner kecemasan anak Hasil pada penelitian ini yaitu
usia prasekolah. Kuisioner kecemasan 0,000 yang berarti p < 0,05 maka Ha
anak usia prasekolah terdiri dari 17 diterima yang berarti ada pengaruh
item pertanyaan dengan menggunakan terapi bermain puzzle terhadap tingkat
skala likert dengan empat pilihan kecemasan anak usia prasekolah yang
jawaban. akibat hospitalisasi di Rumah Sakit
Peneliti melakukan uji validitas PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
dan reliabilitas dengan jumlah
responden 30 anak usia prasekolah HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Distribusi Karateristik Responden
yang memiliki karateristik yang sama
Tabel 1.
dengan mengkorelasikan skor pada Distribusi Karateristik Anak Usia
Prasekolah Berdasarkan Usia,
item dengan skor menggunakan rumus
Jenis Kelamin, Pengalaman
Pearson Product Moment. Jika Dirawat Di Rumah Sakit
Karatersitik Frekuensi Persentase
didapatkan r hitung > r tabel yaitu r (f) (%)
hitung > 0,361 maka item tersebut Usia Anak 3 16 50,0
(Tahun) 4 10 31,3
dapat dikatakan valid (Sujarweni, 5 6 18,8
Jenis L 21 65,6
2014). Hasil validitas 17 item Kelamin P 11 34,4
Pengalaman Pernah 4 18,5
pertannyaan kuisioner kecemasan anak Dirawat Di Belum 28 87,5
dengan rentang 0,376 sampai 0,848. uji Rumah Pernah
Sakit
reliabilitas untuk kuisioner kecemasan Berdasarkan tabel 1
anak usia prasekolah yaitu didapat r menunjukan bahwa responden
hitung 0,749. Kuisioner tersebut sebagian besar berusia 3 tahun

4
sejumlah 16 responden (50,0%). Jenis 3. Tingkat Kecemasan akibat
kelamin anak usia prasekolah (3-5 hospitalisasi responden sebelum
tahun) pada penelitian ini, sejumlah 21 dilakukan terapi bermain.
responden (65,6%) menunjukkan jenis Tabel 3.
Distribusi Pre-test Tingkat Kecemasan
kelamin laki-laki. Sebagian besar
Anak Usia Prasekolah Di Rumah Sakit
responden belum pernah PKU Muhammadiyah Yogyakarta
dirawat di rumah sakit sebanyak 28 Tingkat Frekuensi Persentase
Kecemasan (f) (%)
responden (87,5%). Panik 11 34,4
Cemas Berat 18 56,3
2. Distribusi Karateristik Ibu Cemas Sedang 2 6,3
Tabel 2. Cemas Ringan 1 3,1
Distribusi Karateristik Ibu Total 32 100,0
Berdasarkan Usia, Tingkat Tabel 3 menunjukan tingkat
Pendidikan, Pekerjaan Ibu kecemasan dari 32 responden (100%)
Karateristik (f) P
(%) yaitu 11 orang (34,4%) mengalami
Usia Ibu 25 1 3,1
26 2 6,3 panik, 18 orang (56,3%) mengalami
27 8 25,0
28 4 12,5
cemas berat, 2 orang (6,3%) mngalami
29 4 12,5 cemas sedang dan 1 orang (3,1%)
30 4 12,5
31 2 6,3 mengalami cemas ringan.
32 4 12,5
33 2 6,3 4. Tingkat Kecemasan akibat
40 1 3,1
Tingkat SMA 23 71,9 hospitalisasi responden sesudah
Pendidikan SARJANA 9 28,1
dilakukan terapi bermain
Ibu
Pekerjaan Berkerja 13 71,9 Tabel 4.
Ibu Tidak 19 28,1 Distribusi Post-test Tingkat Kecemasan
Berkerja
Anak Usia Prasekolah Di Rumah Sakit
Berdasarkan Tabel 2 menunjukan
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
bahwa usia ibu paling banyak yaitu usia
Tingkat Frekuensi Persentase
27 tahun (25,0%). Sedangkan tingkat Kecemasan (%)
Cemas Ringan 15 46,9
pendidikan terakhir yaitu SMA Tidak Cemas 17 53,1
Jumlah (n) 32 100,0
sejumlah 23 orang (71,9%) dan Tabel 4 menunjukan tingkat
sebagian ibu tidak berkerja sejumlah 19 kecemasan dari 32 responden (100%)
orang (28,1%) yaitu 15 orang (46,9%) mengalami
cemas ringan dan 17 orang (53,1%)
mengalami tidak cemas.

5
5. Perbedaan Tingkat Kecemasan (34,4%) mengalami panik, 18 orang
Sebelum Dan Sesudah Terapi
(56,3%) mengalami cemas berat, 2
Bermain Puzzle Dilakukan.
Tabel 5. orang (6,3%) mngalami cemas sedang
Uji Perbedaan Tingkat Kecemasa
dan 1 orang (3,1%) mengalami cemas
Anak pretest dan posttest Terapi
Bermain Puzzle Responden ringan.
di Bangsal Ibnu Shina
Sebagian besar anak takut
(N=32)
Variabel Mean SD SE P apabila berpisah dengan orang tuanya,
Kecemasan value
anak minta ditemani oleh orang tuanya
Pretest 41,59 5,74 1,02
intervensi saat dilakukan tindakan, takut
0,000
Posttest 15,87 3,94 0,70
Intervensi
berbicara atau bertemu dengan orang
Perbedaan 25,72 1,8 0,32 asing (perawat maupun dokter). Studi
Tabel 5 menunjukan rata-rata sebelumnya menemukan bahwa
tingkat kecemasan pada pengukuran ketakutan seorang anak prasekolah
pertama sebelum dilakukan terapi yang berhubungan dengan gambaran
bermain puzzle adalah 41,59 dengan rumah sakit disebabkan karena
standar deviasi 5,74. Pada pengukuran kurangnya informasi tentang aktivitas
sesudah intervensi terapi bermain di rumah sakit dan pengalaman dirawat
puzzle dilakukan didapat rata-rata di rumah sakit. Hasil studi
tingkat kecemasan adalah 15,87 menerangkan bahwa ketika di rumah
dengan standar deviasi 3,94. Terlihat sakit anak paling takut dengan
nilai mean perbedaan antara lingkungan asing, takut dengan
pengukuran pertama dan kedua adalah peralatan medis seperti jarum suntik
25,72 dengan standar deviasi 1,8. Hasil atau jarum infus,perasaan ditinggalkan,
uji statistik Wilcoxon test didapatkan nyeri, keterbatasan pada diri sendiri
nilai p=0,000 (<0,05). dan takut kepada perawat yang
merawat mereka (Sari, 2017).
PEMBAHASAN
Tingkat Kecemasan Anak Usia
Tingkat Kecemasan Anak Usia
Prasekolah Sesudah Dilakukan
Prasekolah Sebelum Dilakukan
Terapi Bermain Puzzle.
Terapi Bermain Puzzle.
Setelah pemberian terapi
Berdasarkan hasil penelitian
bermain puzzle dengan durasi waktu
pada tabel 1 diketahui sebelum
±30 menit pada setiap intervensi dan
dilakukan terapi bermain puzzle , dari
dilakukan dalam satu kali kunjungan
32 responden terdapat 11 orang

6
setiap intervensi, maka didapatkan hasil Pengaruh Terapi Bermain Puzzle
penelitian yang telah diuraikan dalam terhadap Tingkat Kecemasan Anak
tabel 2. Tabel 2 menunjukan tingkat Akibat Hospitalisai.
kecemasan dari 32 responden (100%) Berdasarka uji statistik
yaitu 15 orang (46,9%) mengalami didapatkan rata-rata (mean) kecemasan
cemas ringan dan 17 orang (53,1%) anak sebelum dilakukan terapi bermain
mengalami tidak cemas. sebesar 41,59% dan rata-rata (mean)
Hasil tersebut sesuai dengan kecemasan setelah diberikan terapi
hasil penelitian Saputro (2017) dalam bermain sebesar 15,87%, perbedaan
penelitiannya mengenai penurunan rata-rata (mean) sebelum dan sesudah
tingkat kecemasan anak akibat terapi bermain dilakukan sebesar
hospitalisasi dengan penerapan terapi 35,72%, data p-value 0,000 dan nilai
bermain menunjukkan bahwa ada signifikasi (α) sebesar 0,05. Hasil ini
pengaruh yang signifikan. Terapi mendapatkan nilai p-value 0,000<α
bermain puzzle dapat berperan 0,05 yang berarti ada pengaruh terapi
mempercepat proses penurunan reaksi bermain puzzle terhadap tingkat
kecemasan karena puzzle merupakan kecemasan anak usia prasekolah.
permainan yang cocok untuk anak usia
Saat sebelum dilakukan
prasekolah. Puzzle juga bermanfaat
intervensi terapi bermain puzzle pada
untuk melatih konsentrasi, ketelitian,
kuisioner item nomor 12, rata-rata anak
kesabaran, mengembangkan motorik,
mengalami kecemasan berat sebanyak
melatih koordinasi mata dan tangan.
32 anak (100%) mengatakan sangat
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
takut, gelisah dan cemas dengan jarum
penelitian Anggerda (2014)
suntik dan jarum infus. Selama proses
menemukan pengaruh terapi bermain
pemasangan infus anak dapat
puzzle dalam menurunkan tingkat
mengalami pengalaman yang sangat
kecemasan hospitalisasi pada anak usia
traumatik dan penuh dengan stres.
prasekolah dengan (p<0,05)
Selain itu pada saat dilakukan
mengindikasikan adanya perbedaan
pemasangan infus, anak akan
signifikan antara selisih pretest dan
mengalami berbagai perasaan yang
posttest kelompok eksperimen dan
sangat tidak menyenangkan seperti
kelompok kontrol.
marah, takut, cemas, sedih dan nyeri
(Supartini, 2012). Setelah dilakukan

7
intervensi terapi bermain puzzle, rata- lingkungan. Dengan adanya
rata kecemasan anak menurun menjadi permainan, anak dapat mengeksprsikan
tidak cemas. Hasil peenelitian ini emosi dan ketidakpuasan akan sesuatu
terjadi penurunan kecemasan pada serta rasa takutnya yang tidak dapat
anak usia prasekolah dikarenakan dieksprsikan di dunia nyata
adanya terapi bermain puzzle. Terapi (Sulislaningrum, Nursalam & Utami
bermain adalah terapi yang dapat 2013).
dilakukan untuk menurunkan Keberhasilan pemberian terapi
kecemasan. Sehingga bermain bermain dalam menurunkan
memberikan kesempatan pada anak kecemasan anak prasekolah selama
untuk mendapatkan pengalaman hidup menjalani hospitalisasi dipengaruhi
yang nyata serta menemukan kekuatan oleh alat dan jenis permainan yang
dan kelemahannya sendiri karena cocok dan sesuai dengan tahap tumbuh
bermain dapat dilakukan oleh anak kembang anak, sehingga apabila sesuai
dalam keadaan sehat maupun sakit dengan tumbuh kembang anak akan
(Adriana, 2013). Kecemasan adalah membuat anak tertarik terhadap
keadaan seseorang yang mengalami permainan yang diberikan dan akan
kekhawatiran berlebihan menyebabkan menimbulkan rasa senang selama
mereka sulit untuk mengontrol pikiran dirawat dirumah sakit. Rasa tertarik
dan perasaan (Hildayani dkk, 2011). anak terhadap permainan yang
Peneliti beranggapan bahwa diberikan akan menimbulkan rasa
permainan yang memiliki nilai senang selama di rawat di rumah sakit
terapeutik didasari oleh pandangan (Tedjasaputra, 2009). Puzzle
bahwa bermain bagi anak merupakan merupakan permainan yang cocok
aktivitas yang sehat dan diperlukan untuk anak usia prasekolah. Hal ini
untuk kelangsungan tumbuh kembang sesuai dengan pendapat Noverita
anak (Dayani, 2015). Hasil penelitian (2017) yang menyatakan metode
ini didukung oleh penelitian A’diilah, permainan yang sesuai, pendekatan
(2016) bahwa terapi bermain perawat dan dukungan orang tua
bermanfaat dalam menurunkan selama pemberian terapi bermain
kecemasan anak. Hasil penelitian ini berpengaruh terhadap reaksi anak
sejalan dengan teori dari Susilaningrum selama dilakukan tindakan medis.
(2013) bahwa bermain dapat Keberhasilan terapi bermain
mengurangi tekanan atau stres dari dalam menurunkan kecemasan anak

8
usia prasekolah selama menjalani selalu berpartisipasi aktif dalam
hospitalisasi selain dipengaruhi oleh merawat anak selama dirawat di rumah
alat dan jenis permainan yang cocok sakit dan saat anak keluar dari rumah
dan sesuai dengan tahap tumbuh sakit. Orang tua dapat memberikan
kembang anak usia prasekolah, bisa dukungan dari segi fisik, psikososial
juga dipengaruhi oleh gambar dari dan spiritual untuk menunjang
puzzle itu sendiri (Astarani, 2017). Hal kesembuhan anak sehingga asuhan
ini terlihat dari sebagian besar keperawatan yang diberikan perawat
responden lebih memilih dan menyukai menjadi lebih optimal. Selain itu, orang
gambar edukasi seperti binatang, tua dapat memberikan mainan kepada
tumbuhan, transprtasi, profesi anak agar anak dapat mengalihkan rasa
pekerjaan dan cara belajar sholat. Anak cemasnya. Bagi peneliti selanjutnya
dapat berkonsentrasi saat menyatukan Diharapkan dapat melanjutkan
gambar puzzle dan anak dapat belajar penelitian tentang faktor-faktor yang
dari gambar yang ada di puzzle. dapat mempengaruhi kecemasan anak
Bermain puzzle termasuk dalam jenis selama menjalani hospitalisasi dan
bermain aktif. Jenis puzzle dipilih menggunakan jenis terapi bermain lain
selain berfungsi sebagai terapi bagi untuk mengurangi kecemasan anak
anak juga bermanfaat dalam usia prasekolah selama menjalani
meningkatkan motorik halus anak, hospitalisasi di rumah sakit misalnya
mengembangkan ketrampilan kognitif terapi bermain origami.
dan membantu memecahkan masalah
DAFTAR PUSTAKA
(Misbach, 2010).
A’diilah, N. 2017. Efektifitas Terapi
SIMPULAN DAN SARAN
Mendongeng Terhadap
Berdasarkan penelitian yang
Kecemasan Anak Usia Toddler
dilakukan di Rumah Sakit PKU
dan Prasekolah Saat Tindakan
Muhammadiyah Yogyakarta tahun
Keperawatan dalam
2019 tentang pengaruh terapi bermain
http://jkp.fkep.unpad.ac.id,
puzzle terhadap tingkat kecmasan anak
diakses 28 April 2019.
usia prasekolah akibat hospitalisasi.
Andriana, D. 2013. Tumbuh Kembang
Bagi perawat bangsal Ibnu Shina
& Terapi Bermain Pada Anak.
diharapkan dapat membuat jadwal
Jakarta: Salemba Mendika.
khusus untuk terapi bermain. Bagi
orang tua dan keluarga diharapkan

9
Anggerda, N. (2014). Pengaruh 10/memilihpuzzle, diakses 12
bermain terapeutik (puzzle) Agustus 2018.
terhadap tingkat kecemasan Nevid, S, J. Rathus, S, A. Greene, B.
anak usia prasekolah yang 2015. Psikologi Abnormal Jilid
menjalani hospitalisasi di RSU 2 Edisi 5. Jakarta: Erlangga.
PKU Muhammadiyah dalam Noverita.2017. Terapi Bermain
http://diglib.unisayogya.ac.id/6 Terhadap Tingkat Kecemasan
20/1/PUBLIKASI, diakses 3 Pada Anak Usia 3-5 Tahun
Januari 2018. Yang Berobat Di Puskesmas
Astarani, Kili. 2017. Hospitalisasi & dalam
Terapi Bermain Anak. http://Jurnal.unsiyah.ac.id,
Nganjuk: Adjie Media diakses 28 April 2019.
Nusantara Patmonedowo, S. 2008. Pendidikan
Dayani, N.E. (2015). Terapi bermain Anak Prsekolah. Jakarta: PT
clay terhadap Kecemasan pada Rineka Cipta.
anak usia prasekolah (3-6
Putra, D.S.H. Prasetyo, H. Santuso, H.
Tahun) yang menjalani
Muhsi, F.I. Anwar, H.C. Alfian.
hospitalisasi di RSUD
Triarningsih, N.F. Rustyana.
Banjarbar dalam
A.R. Prastyani, D.W. 2014.
http://ppjp.unlam.ac.id/jpurnal/
Keperawatan Anak Dan
indek.php/JDK/article/view/59
Tumbuh Kembang (Pengkajian
2, diakses 3 Januari 2018.
Dan Pengukuran). Yogykarta:
Dharma, K.K. 2011. Metodelogi
Nuha Medika.
Penelitian Keperawatan.
Republik Indonesia. 2009. Undang-
Jakarta: Trans Info Media.
Undang No.9 Tahun 2009
Kyle, T. Carman, S. 2017. Buku Ajar
Tentang Kesehatan. Lembaran
Keperawatan pediatri Edisi 2.
Negara RI Tahun 2009, No 144.
Jakarta: Penerbit Buku
Sekretariat Negara. Jakarta.
Kedokteran EGC.
Misbach, M. (2010). Manfaat Dan Tips Sari, D.L.Y. (2014). pengaruh terapi
Memilih Permainan Puzzle bermain gelembung super
dalam terhadap tingkat kecemasan
http://clickssciety.com/tips/11/ pada anak usia prasekolah yang
mengalami hospitalisasi di

10
ruang anak RSUD Pandan Jepra dalam
Arang Boyolali dalam http://lip.ui.ac.id/file=digital/%
http://eprints.ums.ac.id/28788/ 20hubungan%20peran.pdf,
1/HALAMAN_DEPAN, diakses 1 Agustus 2018.
diakses 3 Januari 2018. Wong DL, Hockenberry-Eaton M,
Wilson D et all. 2009. Buku
Sujarweni, V.W. 2014. Metodologi
Ajar Keperawatan Pediatrik
Penelitian. Yogyakarta: PT.
edisi 6. Jakarta: ECG
Pustaka Baru.

Sulistyaningrum, R. Nursalam. Utami,


S. 2013. Asuhan Keperawatan
Bayi Dan Anak Edisi 2. Jakarta:
Salemba Medika.
Survei Sosial Ekonomi Nasional
(SUSENAS). 2015. Profil
Kesehatan Ibu dan Anak.
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Susilaningrum, Rekawati. 2013.
Asuhan Keperawatan Bayi dan
Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Tedjasaputra, Mayke S. 2009.
Bermain, Mainan, dan
Permainan. Jakarta: Grasindo.

United Nations Children’s Fund


(UNICEF). (2012) dalam
http://www.unicef.org/dprk/uni
cef-factsheet, diakses 17 April
2018.
Winarsih, D. (2013). Hubungan Peran
Serta Orang Tua Dengan
Dampak Hospitalisasi Anak
Prasekolah di RSU Kartika

11

Anda mungkin juga menyukai