Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

OSTEOARTHRITIS
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah III Dosen Pengampu: Bu Eka Afrima Sari, M.Kep
Disusun Oleh:
1. Harima Dayana Putri NPM.220110156091
2. Dian Ratu Hilmi NPM.220110156108
3. Marissa Mouthia Harris NPM.220110156116
4. Jeklin NPM.220110156119
5. Riska Audina NPM.220110156131
6. Nurfahira Oktaviani NPM.220110156137
7. Sri Rezeki Nurul H NPM.220110156146
8. Aldiano Alham NPM.220110156155
9. Annissa Anshari NPM.220110156161
10. Nurdin NPM.220110156163
Angkatan: 2015

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN KAMPUS GARUT
Jl. Proklamasi No.5 Telp.(0262) 232212 Garut
2017
i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke khadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat-Nya karena kami masih diberi kesempatan untuk
menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III yaitu
membuat makalah dengan judul ”Osteoarthritis”.
Sebelumnya kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Eka Afrima Sari,
M.Kep karena telah memberikan bimbingannya yang terkait dengan makalah ini
dan kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian makalah ini
sehingga dapat selesai tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena
itu kami mengharapkan adanya kritik yang membangun, saran, petunjuk,
pengarahan, dan bimbingan dari berbagai pihak.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dalam


peningkatan ilmu pengetahuan.

Garut, September 2017

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................i


DAFTAR ISI .................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan ...............................................................................2
1.4 Metode Penulisan ..............................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORITIS ...................................................................4
2.1 Pengertian Osteoarthritis ..................................................................4
2.2 Etiologi Osteoarthritis .......................................................................4
2.3 Patofisiologi Osteoarthritis ...............................................................5
2.4 Manifestasi Klinis Osteoarthritis.......................................................5
2.5 Pemeriksaan Penunjang Osteoarthritis ..............................................6
2.6 Penatalaksanaan Osteoarthritis..........................................................6
2.7 Tindakan berdasarkan bukti ..............................................................10
2.8 Implikasi untuk keperawatan ...........................................................10
BAB III TINJAUAN KASUS .......................................................................12
3.1 Pengkajian .........................................................................................12
3.2 Pemeriksaan Fisik ............................................................................12
3.3 Analisa Data ......................................................................................12
3.4 Diagnosa keperawatan dan Intervensi ..............................................13
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................18
4.1 Kesimpulan .......................................................................................18
4.2 Saran .................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteoarthritis merupakan penyakit sendi degenerative yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi . Vertebra, panggul, lutut dan pergelangan
kaki paling sering terkena OA (Sudoyo Aru, dkk 2009). Faktor predisposisi
yang memunginkan terjadinya osteoarthritis, yaitu usia, jenis kelamin, ras,
faktor keturunan, faktor metabolik, faktor mekanis dan diet. Para penderita
penyakit ini biasanya menganggap bahwa nyeri yang dirasakannya hanyalah
nyeri biasa yang akan hilang hanya dengan meminum obat warung dan para
penderita penyakit ini kurang memahami bahwa penyakit tersebut dapat
menjadi lebih parah, selain itu terdapat masalah kurangnya pengetahuan
tentang teknik perawatan dan pengobatan Osteoarthritis.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan osteoartritis ?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi terjadinya osteoartritis ?
3. Bagaimana patofisiologi terjadinya penyakit osteoartritis ?
4. Apa saja tanda dan gejala yang muncul pada pasien osteoartritis ?
5. Apa saja pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui terjadinya
osteoarthritis ?
6. Apa saja jenis pengobatan untuk menangani penyakit osteoartritis ?
7. Apa ssaja hasil dari tindakan berdasarkan bukti dari pasien yang menjalani
pembedahan penggantian sendi ?
8. Bagaimana implikasi untuk keperawatan dari tindakan berdasarkan bukti
dari pasien yang menjalani pembedahan penggantian sendi ?
9. Bagaimana hasil pengkajian pada pasien?
10. Berapa hasil pemeriksaan fisik tanda-tanda vital ?
11. Apa saja analisa data yang muncul ?
12. Apa saja intervensi dan rasional dari tindakan yang berhubungan dengan
kasus osteoarthritis panggul ?

1
2

1.3 Tujuan penulisan


1. Mahasiswa Mengetahui Apa yang Dimaksud dengan Osteoarthritis.
2. Mahasiswa Mampu Mengetahui Apa Saja Faktor yang Mempengaruhi
Terjadinya Osteoarthritis
3. Mahasiswa Mampu Mengetahui Bagaimana Patofisiologi terjadinya
penyakit Osteoarthritis.
4. Mahasiswa Mampu Mengetahui Apa Saja Tanda dan Gejala yang Muncul
pada Pasien Osteoarthritis.
5. Mahasiswa Mampu Mengetahui Apa Saja Pemeriksaan yang Dilakukan
Untuk Mengetahui Terjadinya Osteoarthritis.
6. Mahasiswa Mampu Mengetahui Apa Saja Jenis Pengobatan untuk
Menangani Penyakit Osteortritis.
7. Mahasiswa Mampu Mengetahui Sebuah Tindakan berdasarkan Bukti dari
Pasien yang Menjalani Pembedahan Penggantian Sendi
8. Mahasiswa Mampu Mengetahui Implikasi untuk Keperawatan dari
Tindakan berdasarkan Bukti dari Pasien yang Menjalani Pembedahan
Penggantian Sendi.
9. Mahasiswa Mampu MenentukanPengkajian.
10. Mahasiswa Mampu Mengetahui Apa Saja Pemeriksaan Fisik Tanda-Tanda
Vital.
11. Mahasiswa Mampu Mengetahui Apa Saja Analisa Data yang Muncul.
12. Mahasiswa Mampu Mengetahui Apa Saja Intervensi dan Rasional dari
Tindakan yang Berhubungan dengan Kasus Osteoarthritis Panggul
3

1.4 Metode Penulisan


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.5 Latar Belakang
1.6 Rumusan Masalah
1.7 Tujuan Penulisan
1.8 Metode Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian Osteoarthritis
2.2 Etiologi Osteoarthritis
2.3 Patofisiologi Osteoarthritis
2.4 Manifestasi Klinis Osteoarthritis
2.5 Pemeriksaan Penunjang Osteoarthritis
2.6 Penatalaksanaan Osteoarthritis
2.7 Tindakan berdasarkan bukti
2.8 Implikasi untuk keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
3.2 Pemeriksaan Fisik
3.3 Analisa Data
3.4 Diagnosa keperawatan dan Intervensi
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Osteoartritis

Osteoartritis (OA) (juga dikenal penyakit sendi degenerative) merupakan


yang paling umum terjadi pada semua bentuk artritis, dan menyebabkan nyeri dan
disabilitas pada lansia (CDC,2008). Penyakit ini ditandai dengan kehilangan
progresif kartilago sendi, sinovisitis (inflamasi sinovium yang melapisi sendi),
nyeri sendi, kekakuan dan kehilangan gerakan sendi (Porth&Matfin,2009).

2.2 Etiologi Osteoarthritis

Faktor predisposisi yang memungkinkan terjadinya osteoarthritis :

1. Usia, umumnya ditemukan pada usia lanjut(diatas usia 50 tahun). Karena


pada lansia pembentukan kondrotin sulfat (substansi dasar tulang rawan)
berkurang dan terjadi fibrosis tulang rawan.
2. Jenis kelamin, kelainan ini ditemukan pada pria daan wanita, tetapi sering
ditemukan lebih banyak pada wanita pascamenopause (osteoarthritis
primer). Osteoarthritis sekunder lebih banyak ditemukan pada pria.
3. Ras, lebih sering ditemukan pada orang Asia, khususnya Cina, Eropa, dan
Amerika daripada kulit hitam.
4. Faktor keturunan, factor genetic juga berperan pada timbulnya OA. Bila
ibu menderita OA sendi interfalang distal, anak perempuannya mempunyai
kecenderungan terkena OA 2-3 kali lebih sering.
5. Faktor metabolic/endokrin, klien hipertensi, hiperurisemia dan diabetes
lebih rentan terhadap osteoarthritis. Berat badan berlebihan akan
meningkatkan risiko OA, baik pada wanita ataupun pria.
6. Faktor mekanis dan kelainan geometri sendi. Trauma dan factor
predisposisi. Trauma yang hebat terutama fraktur intrakular dan dislokasoi
sendi merupakan predisposisi osteoarthritis. Cedera sendi, pekerjaan dan

4
5

olahraga yang menggunkan sendi berlebihan dan gangguan kongruensi


sendi akan meningkatkan OA.
Cuaca dan iklim, OA lebih sering timbul setelah kontak dengan cuaca
dingin atau lembab.
7. Diet , salah satu tipe osteoarthritis yang bersifat umum di Siberia disebut
penyakit Kashin-Beck yang mungkin disebabkan oleh menelan zat toksin
yang disebut fusaria.

2.3 Patofisiologi

Osteoarthritis terjadi pada sendi-sendi sinovial. Kartilago sendi mengalami


degenerasi dan sebagai reaksi terjadi pembentukan tulang yang baru di daerah tepi
serta daerah subkondrium sendi. Cedera mekanis menyebabkan erosi kartilago
sendi sehingga tulang yang ada di baawahnya tidak lagi terlindungi. Keadaan ini
menimnbulkan sclerosis atau penebalan dan pengerasaan tulang yang berada di
bawah kartilago.

Serpihan kartilago akan mengiritasi lapisan synovial yang kemudian menjadi


jaringan fibrosiss dan membatasi gerakan sendi. Cairan synovial dapat terdorong
merembes keluar untuk memasuki defek pada tulang sehingga membentuk kista.
Tulang baru yang dinamakan osteofil (bone spur) akan terbentuk pada bagian tepi
sendi ketika terjadi erosi kartilago sehingga timbul perubahan kontur tulang yang
nyata dan pembesaran tulang.

2.4 Manifestasi klinis

Awitan OA biasanya bertahap dan tiba-tiba, dan rangkaian progresif


secara lambat. Nyeri dam kekakuan pada satu sendi atau lebih (biasanya
menyangga beban) merupakan manifestasi pertama OA. Nyeri terlokalissi ke
sendi yang terkena dan dapat dijelaskan sebagai nyeri dalam. Biasanya berkaitan
dengan penggunaan atau gerakan sendi dan mereda dengan istirahat, meskipun
dapat menjadi persisten seiring dengan perkembangan penyakit. Nyeri di malam
hari dapat disertai dengan parestesia (baal, kesemutan). Rentang gerak sendi
(range of motion,ROM) sendi berkurang siring perkembangan penyakit, dan
6

bunyi seperti parut atau krepitus ddapat ditemukan selama gerakan. Pertumbuhan
berlebihan tulang dapat menyebabkan pembesaran sendi dan kontraktur fleksi
dapat terjadi karena ketidakstabilan sendi. Pada OA, pembesaran sendi ditandai
dengan pembesaran tulang dan dingin saat palpasi.

Manifestasai OA pada pasien lansia serupa dengan orang dewasa muda. Akan
tetapi, pada populasi ini, risiko melemah karena OA lebih besar dan penyakit
dapat terjadi lebih lambat. Selain itu, nyeri, kekakuan, dan ROM terbatas
meningkatkan risiko jatuh dan fraktur pada lansia.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan serologi(untuk indikasi inflamasi) dan cairan sinovial dalam


batas normal, pemeriksaan mikroskopis.
2. Foto rontgen polos menunjukan penurunan progressif massa kartilago
sendi sebagai penyempitan rongga sendi.
3. Pemeriksaan zat besi dan kalsium.

2.6 Penatalaksanaan

1. Terapi non Farmakologis


a. Edukasi
Edukasi atau penjelasan kepada pasien perlu dilakukan agar pasien
dapaat mengetahui serta memahami tentang penyakit yang dideritanya,
bagaimana penyakitnya tidak bertambah semakin parah, dan
persendiannya tetap terpakai.
b. Penurunan Berat Badan
Berat badan yang berlebih merupakan factor yang memperberat
OA. Oleh karena itu, berat badan harus tetap dijaga agar tidak berlebih dan
diupayakan untuk menurunkan berat badan apabila rendah.
c. Latihan ROM, latihan penguatan otot, latihan aerobic. Berjalan,
latihan penguatan kuadriseps, yoga, thai chi, dan latihan berbasis air
direkomendasikan. (Blackham, Garry, Cummings, & Russell, 2008)
d. Panas dan es
7

e. Keseimbanan antara latihan dan istirahat.


f. Penggunaan tongkat, kruk atau walker jika diperlukan.
2. Terapi Farmakologis

Nyeri OA dapat ditangani melalui penggunaan analgesik ringan seperti


acetaminophen. Acetaminophen (Tylenol) biasanya dipilih untuk penggunaan
jangka panjang karena memiliki efek toksik yang lebih sedikit. NSAID seperti,
ibuprofen (Motrin), naproxen (Aleve), atau ketoprofen (Orudis KT) diprogramkan
untuk meredakan nyeri dan kekakuan terkait OA pinggul atau lutut. Inchibitor
COX-2 selektif (celecoxib atau Celebrex ) dapat diprogramkan untuk pasien yang
memiliki riwayat perdarahan GI atau pasien yang tidak menoleransi NSAID lain.

Bukti kuat juga menyokong penggunaan NSAID topical, misalnya gel


topical diclofenac dan capsaicin ( Capzasin, Zostrix) untuk meredakan nyeri OA
(Gutierrez,2008). Obat ini memiliki keuntungan meminimalkan efek samping
sistemik. Pasien harus diajarkan untuk menjaga medikasi jauh dari mata, hidung,
mulut atau diberikan panas ke area yang ditangani. Jarang diprogramkannya
medikasi anti-inflamasi poten seperti injeksi kortikosteroid intra-articular sering
kali dicampur dengan anestesi likal seperti lidokain, disuntikan langsung ke ruang
sendi yang terkena. Meskipun prosedur ini dapat memberikan peredaan nyeri yang
nyata, hal tersebut dapatvmempercepat perusakan kartilago jika dilakukan sering
dadri setiap 4 hingga 6 bulan. Asam hialurat intra-artikular (hyaluronic Acid, HA)
merupakan komponen cairan synovial, hal tersebut juga memberikan efek anti-
inflamasi. HA diberikan dalam seangkaian suntikan intra-artikular yang diberikan
tiga atau lima kali seminggu dan dapat efektif selama 6 bulan setelah
menyelesaikan serangkaian pengobatan.

3. Terapi Pembedahan

Prosedur pembedahaan dapat memberikaan hasil dramatis untuk pasien yang


mengalami nyeri kronik yang hebat dan kehilangan fungsi sendi. Meskipun
prosedur pembedahan elektif sering kali dihindari pada lansia, eskipun pasien
lansia dapat memperoleh manfaat yang signifikan jika mereka tidak memiliki
8

kondisi medis kronik yang menjadi kontraindikasi pembedahan. Berikut adaa


beberapa macam pembedahan, diantaranya :

a. Atroskopi
Merupakan prosedur pembedahan yang memasukan artroskop (slang tipis
yang ringan dan memiliki kamera di ujung) ke dalam sendi. Dapat dilakukan
untuk mendiagnosis jenis artritis atau melakukan debridema dengan melunakan
tulang kartilago yang kasar dan membilas sendi untuk menghilangkan debris.
Meskipun debridema artroskopik dan pembilasan sendui yang terlibat telah
digunakan, artroskopi belum terbukti efektif dalam terapi OA
lutut(Gitierrez,2008). Dapat digunakan untuk menghilangkan potongan besar
debris atau memperaiki kartilago yang robek.
b. Osteotomi
Insisi kea tau transeksi ke tulang, dapat dilakukan untuk meluruskan
kembali sendi yang terkena, terutama ketika terjadi pertumbuhan yang berlebihan
tulang atau pembentukan osteofit yang signifikan. Meskipun osteotomi tidak
menyelesaikan proses OA, mungkin memiliki efek yang berguna pada fungsi
nyeri sendi, memperlambat kebutuhan untuk penggantian sendi selama beberapa
tahun.

c. Artroplasti Sendi

Artroplasti sendi merupakan rekonstruksi atau pennggantian sendi.


Artroplasti biasanya diindikasikan ketika pasien engalami keterbatasan mobilitas
sendi yang hebat dan nyeri saat istirahat. Artroplasti dapat melibatkan
penggantiaan sendi parsial atau pembentukan kembali tulang atau sendi. Sendi
yang mungkin dapat diganti antara lain pinggul, lutut, bahu, siku, pergelangan
tangan, dan sendi jari tangan dan jari kaki.

Berikut merupakan beberapa jenis artroplasti sendi, diantaranya :

Penggantian pinggul total, permukaan articular asetabulum dan kaput


femoral diganti. Seluruh kaput femur dan bagian leher femoral diangkat dan
9

diganti dengan prosthesis. Asetabulum dibentuk kembali dan prosthesis polietilin


dengan berat molecular yang tinggi dimasukkan. Angka keberhasilan untuk
penggantian pingggul total dilaporkan lebih dai 90%. Sekitar 233.000 penggantian
pinggul total dilakukan di Amerika Serikat; sebagian besar untuk terapi OA
(CDC,2008). Sebagian besar penggantian pinggul bertahan 10 hingga 15 tahun,
setelahnya yang merupakan penggantian sendi kedua, disebut revisi, dapat
dilakukan. Kemungkinan masalah yang berkaitan dengan penggantian pinggul
total antaralain bekuan darah pada vena tungkai, dislokasi dalam prosthesis,
pelonggaran komponen sendi dari tulang sekitar dan infeksi. Jika berulang atau
ditangani secara tidak efektif , komplikasi ini memerlukan pengangkatan prostesi,
menyebakan pemendekan ekstremitas hebat dan ketidakstabilan sendi pinggul.

Penggantian sendi total dulakukan jika pasien mengalami nyeri yang sulit
ditangani dan film sinar-X menunjukkan bukti artritis lutut. Lebih dari 450.000
penggantian lutut dilakukan di Amerika Serikat setiap tahun (CDC,2008).
Beberapa alat prosthesis, antara lain pengangkatan beberapa jumlah tulang yang
tersedia untuk penggantian sendi lutut. Sisi femoral sendi diganti dengan
permukaan logam dan sisi tibia dengan polietilen. Lebih dari 80% pasien
mengalami peredaan nyeri yang signifikan atau peredaan nyeri total dengan
penggantian lutut total. Akan tetapi mereka harus terlibat dalam berbagai proses
rehabilitasi untuk mencapai hasil terbaik. Kegagalan sendi lebih umum dengan
penggantian pinggul total. Pelonggaran komponen sendi, sering kali pada sisi
tibia, merupakan penyebab kegagalan yang paling umum. Kemungkinan
omplikasi setelah penggantian lutut total sama seperti penggantian pinggul total.

Penggantian bahu total diindikasikan untuk nyeri yang tidak mereda dan
keterbatasan ROM nyata karena keterlibatan artritis kedua permukaan sendi
humeral dan glenoid bahu. Sendi diimobilisasi dengan sling atau belat abduksi
selamaa 2 hingga 3 minggu setelah atroplasti. Dislokasi, pelonggaran prosthesis,
dm infeksi merupakan permasalahan potensial terkait penggantia bahu total.
10

Penggantian siku total, melibatkan penggantian permukaan humeral dan


ulnar sendi siku dengan prosthesis logam atau polietilen. Nyeri dan kekakuan
sendi merupakan indikasi untuk artroplasti siku. Adapun komplikasi dari tindakan
tersebut, diantaranya dislokasi, fraktur, kelemahan trisep, pelonggaran dan infeksi.

2.7 Tindakan berdasarkan bukti

Dua penelitian terbaru oleh perawat di Swedia (Gustafsson, Ponzer,


Heikkila, & Ekman, 2007) dan Amerika Serikat (Jacobson, myerscough,
DeLambo, Fleming, Hudlleston, Bright et al.,2008) memberi pandanganke dalam
pengalaman pasien yang menjalani pembedahan penggantian pinggul atau lutut.
Pada kedua penelitian, pasien menjelaskan periode memanjang peningkatan nyeri
dan disabilitaas, menjalani aktivitas sebelumnya dan belajar hidup denan tubuh
yang tidak reliable saat ini. Keputusan untuk menjalani pembedahan sulit dan
sering kali tertunda ; akan tetapi, ketika dibuat pasien mulai bermimpi memiliki
tubuh yang mampu seperti sebelumnya (Gustafsson et al.,2007). Sebagian besar
pasien terkait tidk dipersiapkann untuk penyembuhan setelah pembedahan. Ketika
nyeri pasca operasi diantisipasi dan kebutuhan untuk rehabilitasi dipahami secara
kognitif, pasien menunjukkan keterkejutan pada ketidakmampun melakukan
perawatan diri, pengalaman keeletihan dan kesulitan mengembalikan mobilitas.

2.8 Implikasi untuk keperawatan

Pembedahan penggantian sendi menjadi sangat umum. Penyedia asuhan


kesehatan, termasuk perawat, dengan demikian mungkin tidak selalu memahami
ansietas yang dialami pascaoperasi. Penelitiaan ini menunjukan kebutuhan untuk
penyuluhan yang mencakup tidak hanya informasi pascaoperasi yang biasa, tetapi
juga apa yang diharapkan dalam istilah penyembuhan fungsional. Pasien
mengungkapkan keinginan memiliki seseorang yang dapat mereka tanyai daripada
hanya sekedar memberi nformasi tertulis. Banyak pasien dapat menghargai
kemampuan berbicara dengan pasien lain yang sebelumnya menjalani
pembedahan penggantian sendi. Asuhan keperawatan harus mencakup strategi
untuk membantu penyembuhan fisik dan psikososial pasien dalam asuhan mereka.
11

Manajemen nyeri penting dan berlanjut melebihi periode pascaoperasi segera.


Juga memberi informasi mengenai dan membantu selama proses penyembuhan
dan rehabilitasi yang diharapkan.
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus
Seorang perempuan berusia 60 tahun diantar ke poliklinik penyakit dalam
dengan keluhan nyeri hebat pada panggulnya yang sebelah kanan diagnosis
osteoarthritis. Riwayat : pasien mengalami nyeri panggul sejak 10 tahun yang lalu
dan sekarang bertambah berat nyerinya dan tidak bisa berjalan. Hasil pengkajian :
tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 68x/menit regular, respirasi 18x/menit, suhu
36̊ c, tterdapat keterbatasan ROM pada panggul saat fleksi dan terasa nyeri saat
difleksikan. Direncanakan akan dilakukan total hip replacement.
3.2 Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama

Klien mengeluh nyeri di bagian panggul.

2. Riwayat kesehatan sekarang

Pada saat dilakukan pengkajian, klien mengeluhkan nyeri, nyeri yang


dirasakannya bertambah hebat. Nyeri yang dirasakannya yaitu pada bagian
panggul, nyeri mengakibatkan keterbatasan ROM pada panggul saat fleksi
sehingga tidak bisa berjalan. Nyeri yang dirasakannya sudah selama 10 tahun .

3. Riwayat kesehatan dahulu

Klien mengatakan sudah mengalami nyeri panggul sejak 10 tahun yang lalu.

3.3 Pengkajian Fisik

Tanda-tanda vital:

Tekanan Darah : 140/90 mmHg


Nadi : 68 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu : 36̊ C

12
13

3.4 Analisa Data

Symptom Etiologi Problem


1. DS: klien mengeluh Degradasi matriks Nyeri
nyeri (sitokin, enzim –MMP
DO: dan nitrogen
- TD : 140/90 monoksida)
mmHg
- Nyeri pada daerah Kondrosit
panggul
- Klien tidak bisa Integritas matriks
berjalan hilang
- Keterbatasan
ROM pada Osteoarthritis
panggul
Peningkatan
vaskularisasi

Pembentukan osteofit
pada ujung persendian

Peningkatan tekanan
intraartikuler akibat
kongesti vascular

Perubahan mekanis
sendi dalam
menyangga beban
tubuh
14

Nyeri
2. DS: klien mengatakan Degradasi matriks Hambatan mobilitas
nyeri saat difleksikan (sitokin, enzim-MMP fisik
DO: ataupun nitrogen
- Klien tidak bisa monoksida)
berjalan.
- Keterbatasan Kondrosit
ROM pada
panggul. Integritas matriks
hilang

Osteoarthritis

Tulang rawan sendi

Pelunakan dan
iregularitas pada
tulang rawan sendi

Terbentuknya lapisan
dari bahan elastic
akibat pergeseran
sendi atau cairan
vikosa

Kekakuan pada sendi


besar atau pada jari
tangan

Hambatan mobilitas
fisik
15

3. DS: klien mengatakan Reaksi factor R dengan Defisiensi pengetahuan


nyeri panggul sudah antibody, factor
dirasakan sejak 10 metabolic, infeksi
tahun yang lalu dengan kecenderungan
DO: virus
-
Reaksi peradangan

Kurang informasi
ttentang proses
penyakit

3.5 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


3.5.1 Diagnosa Keperawatan : nyeri kronik
Intervensi :
1. Monitor tingkat nyeri, termasuk intensitas, lokasi, kualitas dan factor
pemicu dan pereda.pengkajian akurat mengenai nyeri memberi dasar
untuk evaluasi intervensi
2. Ajarkan pasien untuk mengonsumsi medikasi analgesia atau anti
inflamasi yang diprogramkan sesuai arahan. Analgesic mengurangi
persepsi nyeri dan dapat meredakan spasme otot. Medikasi anti-
inflamasi dapat diprogramkan untuk mengurangi respon inflamasi
local pad sendi yang terkena. Dosis analgesic atau NSAID terjadwal
secara teratur dapat diprogramkan untuk mencegah nyeri hebat,
spasme otot atau inflamasi.
3. Anjurkan mengistirahatkan sendi yang nyeri. Nyeri OA sering kali
reda dengn mengistirahatkan sendi.
Asuhan Praoperasi
4. Kaji pengetahuan dan pemahaman pasien mengenai prosedur operasi
terencana. Berikan penjelasan lebih lanjut dan klarifikasi jika
16

diperlukan. Pasien perlu memiliki pemahaman yang jelas dan realitis


mengenai pross pembedahan dan hasil yang diharapkan. Pengetahuan
menurunkan ansietas dan meningkatkan kemampuan pasien untuk
membantu prosedur perawatan pascaoperasi.
5. Jelaskan pembatasan aktivitas pascaoperasi yang diperlukan. Ajarkan
cara overhead trapeze untuk mengubah posisi, pasien yang belajar
dan mempraktikan teknik berpindah sebelum pembedahan dapat
menggunakannya lebih efektif pada periode pascaoperasi.
6. Beri atau kuatkan penyuluhan latihan pascaoperasi khusus untuk sendi
yang dilakukan pembedahan. Latihan diprogramkan untuk
memperkuat otot memberi stabilitas dan menyokong sendi, mencegah
atrofi otot dan kontraktur sendi, mencegah statis vena dan
kemungkinan tromboemboli.
7. Ajarkan prosedur hygiene pernafasan seperti penggunaan spirometri
insentif, batuk dan napas dalam. Hygiene pernapasan yang adekuat
sangat diperlukan untuk semua pasien yang menjalani penggantian
sendi untuk mencegah komplikasi pernapasan terkait imobilitas dan
efek anestesi. Selain itu, banyak pasien yang menjjalani penggantian
sendi total adalah lansia dan dapat mengalami penurunan bersihan
mukosilier.
8. Ajarkan atau beri persiapan kulit praoperasi seperti mandi, sampo, dan
menggosok kulit dengan larutan antibakteri. Tindakan membantu
mengurangi bakteri transien yang dapat dipajankan ke dalam tempat
pembedahan.
9. Berikan antibiotic intravena sesuai intruksi. Terapi antibiotic dimulai
sebelum atau selama pembedahan dan dilanjutkan pascaoperasi untuk
mengurangi risiko infeksi lebih lanjut.
17

3.5.2 Diagnosa keperawatan : Hambatan mobilitas fisik


Intervensi :
1. Kaji ROM pada sendi yang terkena. Mengkaji mobilitas sendi
diperlukan sebagai dasar untuk merencanakan intervensi yang
tepat.
2. Lakukan pengkajian mobilitas fungsional, mengevaluasi gaya
berjalan, kemampuan untuk duduk dan bangkit dari posisi duduk,
kemampuan untuk melangkah ke dalam dan keluar tub atau
shower, dan menaiki tangga. Pengkajian fungsional memberi data
penting mengenai kemampuan pasien mempertahankan ADL.
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Penyakit osteoarthritis merupakan penyakit degerneratif yang
menyerang sendi baik pada perempuan ataupun laki-laki. Osteoarthritis
menyebabkan terbentuknya kista sehingga terjadi penebalan tulang yang
menimbulkan kekakuan dan membuat pergerakan penderitanya terhambat,
selain itu terdapat timbulnya nyeri sehingga biasanya untuk beraktivitas
pasien banyak ketergantungan untuk dibantu orang lain. Namun adapun
beberapa intervensi yang dapat diberikan, diantaranya menkaji terlebih
dahulu skala nyeri, mengajarkan teknik distraksi dan pemberian analgetik
sebagai peralihan dan menurunkan perasaan nyeri dan jika terapi
nonfarmakologi ddan farmakologi tidak berhasil dan keluhan semakin
parah maka ada pilihan tindakan untuk dilakukannya pembedahan, jika
pada pangul yaitu dengan total hip replacement.
3.2 Saran

Tidak ada satupun penyakit yang dapat kita tolak ketika sang Maha
Pencipta menakdirkan itu, namun tidak ada salahnya bagi kita untuk
menjaga kesehatan sesuai dengan kemampuan diri. Jika sudah terdapat
tanda dan gejala dari suatu penyakit osteoarthritis maka segeralah
berkonsultasi, jangan membiarkan gejalanya terus berkembang, karena
usaha dan keyakinan yang kuatlah yang akhirnya menjadi obat alamiah
yang Allah berikan.

18
Daftar Pustaka

Muttaqin Arif.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Muskuloskeltal.2008. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran ECG

Huda Amin Nurarif dan Hardhi Kusuma.Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda Nic Noc Edisi Revisi
Jilid.2015.Jakarta:Mediaction

Mayer, Kowalak,dkk.2003.Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta:Buku Kedokteran


ECG

Le Mone, m. Bruke keren, Buku Keperawatan Medikal Bedah. 2016. Jakarta:


ECG

18

Anda mungkin juga menyukai