Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN KASUS

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN


PALIATIF
ANGKATAN XL

TAHUN AJARAN 2020/2021

Nama Kelompok :4
Nama Mahasiswa :
NPM :
Email :
Nomor Kontak :
Dosen Pembimbing Akademik :
Batas Akhir Pengumpulan :

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
TAHUN 2021

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN PALIATIF 14


LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa tugas yang dikumpulkan adalah
hasil karya saya sendiri, bukan contekan, dan belum pernah diserahkan untuk penugasan mata
kuliah lain. Jika saya terlambat mengumpulkan tugas, maka saya bersedia diberi penalti sesuai
dengan lama keterlambatan yang tertera pada rubrik penilaian di buku panduan, kecuali sudah
mendapatkan persetujuan koordinator.

Tanggal : 6 Mei 2021

Nama Lengkap:

- Amalina Fildzah Fujilestari (220112200016)

- Indah Enriani Wulansari (220112200016)

- Burhan Nurdin (220112200020)

Tanda Tangan :
1. IDENTITAS PASIEN DAN KELUARGA
Nama : An. F
Jenis Kelamin : Laki - Laki
Usia : 11 Tahun
Diagnosa Medis : Limfoma non-Hodgkin’s stadium IV post ALL relaps.
2. RIWAYAT KESEHATAN
a. Keluhan utama
Klien datang dengan keluhan sesak dan nyeri di area punggung.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Orang Tua klien mengatakan sesak dirasakan sepanjang waktu terutama setelah perut anak tampak membesar. Tiga tahun
sebelumnya (tahun 2017) anak terdiagnosis ALL-L1, dan enam bulan sebelumnya klien sudah menyelesaikan kemoterapi untuk
protokol ALL-L1. Menurut orang tua dari An.F tiga bulan sebelum masuk RS, anak sering mengeluh sesak, nyeri, dan perut
tampak membesar. Ibu mengatakan dalam 3 bulan terakhir, hampir tiap dua minggu anak di rawat di RS. Dua bulan sebelum
masuk rumah sakit, orang tua mengatakan perut anak tampak membesar dan anak mengeluh nyeri pada bagian punggung.
Satu minggu sebelum masuk rumah sakit, anak semakin mengeluh nyeri punggung, demam naik turun, batuk dan sesak. Orang
tua dari An. F mengatakan anaknya kurang mendengar setelah anak menjalani kemoterapi.
c. Riwayat kesehatan dahulu
● Orang tua klien mengatakan bahwa tiga tahun sebelumnya (tahun 2017) anak terdiagnosis ALL-L1
● Orang tua klien mengatakan bahwa 6 bulan sebelumnya klien sudah menyelesaikan kemoterapi untuk protokol ALL-L1
● Menurut orang tua An.F, tiga bulan sebelum masuk RS, anaknya sering mengeluh sesak, nyeri, dan perut tampak
membesar
● Ibu An.F mengatakan dalam 3 bulan terakhir, hampir tiap 2 minggu anak di rawat di RS dan hasil pemeriksaan BMP anak
dinyatakan mengalami relaps ALL
● 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, orangtua An.F mengatakan perut anak tampak membesar dan anak mengeluh nyeri pada
bagian punggung
● 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, anak semakin mengeluh nyeri punggung, demam naik turun, batuk dan sesak
● Menurut ibu An. F, kondisi anaknya semakin menurun dalam 3 bulan terakhir, ananya hampir sepanjang hari di tempat tidur
● Ibu An.F mengatakan hampir 3 tahun ini kehidupan anaknya lebih banyak di rumah sakit daripada di rumah. Ibu mengatakan
sebenarnya kasian melihat kondisi anaknya apalagi semakin hari anaknya semakin tidak semangat jika dibawa ke RS
● Saat pertama melakukan kemoterapi (3 tahun yang lalu), ibu An.F mengatakan kalau anaknya semangat jika dibawa kemo karena
anak banyak bertemu teman-temannya yang mendapat kemoterapi juga. Namun, dalam 6 bulan ini anak sering mengatakan capek
& lebih banyak diam jika diberitahu akan dibawa ke RS.
d. Riwayat kesehatan keluarga :
Tidak terkaji dalam kasus
e. Riwayat ADL
Aktivitas harian dibantu total.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Keadaan : An. F terlihat tampak pucat dan berbaring di tempat tidur
Suhu : 36.3° C
Nadi : 140x/menit (meningkat)
Pernafasan : 42x/menit (meningkat)
TD : 145/100 mmHg (meningkat)
b. Antropometri
Berat badan terbaru : tidak terkaji karena sulit melakukan pengukuran pada klien
Berat badan sebelumnya (IGD) : 20 kg
Tinggi badan : 141 cm
Lingkar lengan : 10 cm
IMT : BB/TB2
= 20 / 1,99 = 10, 05 (Berat Badan Kurang/ Underweight)
c. pengkajian persistem
- Sistem Pernapasan
Terdapat retraksi interkostal dan para sternal, suara nafas vesikuler di paru kiri, namun pada paru kanan terdengar
kurang jelas, ronchi terdengar di paru kanan, sekret di jalan nafas sedikit, warna putih kental, klien juga mengalami
batuk. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di regio coli sinistra (diameter 3x6cm) dan region coli dextra
(diameter 3x3 cm)
- Sistem Kardiovaskular
Terlihat pucat pada konjungtiva, bibir, jari tangan dan kaki serta telapak tangan dan kaki.
- Sistem Muskuloskeletal
Anak mengalami keterbatasan gerak karena nyeri di area punggung, skala nyeri 8, nyeri dirasakan pada area punggung
dan perut, nyeri bertambah jika klien bergerak. Klien menolak untuk dilakukan miring kiri dan miring kanan karena klien
mengeluh sakit.
- Sistem Integumen
Tidak terdapat luka dekubitus
- Sistem Neurologi
N. Auditorius (VIII) :Klien mengalami penurunan fungsi pendengaran.

4. KONDISI PSIKOLOGIS, SOSIAL, SPIRITUAL


● Ibu atau Orang Tua dari An. F mengatakan kasihan melihat kondisi anaknya apalagi semakin hari anak semakin tidak semangat
jika dibawa ke RS.
● Menurut Ibunya saat pertama melakukan kemoterapi (3 tahun yang lalu), anak semangat jika dibawa kemo karena anak banyak
bertemu teman-temannya yang mendapat kemoterapi juga. Namun, dalam 6 bulan ini anak sering mengatakan capek & lebih
banyak diam jika diberitahu akan dibawa ke RS.
● Ibu mengatakan sepertinya anaknya sedih karena banyak teman seperjuangannya yang sudah meninggal lebih dulu
● Ibu mengatakan saat ini hanya bisa pasrah, karena dokter mengatakan prognosis anaknya buruk
5. PENAPISAN PALIATIF
● Hasil pemeriksaan BMP anak dinyatakan mengalami relaps ALL. Setelah dinyatakan relaps, dokter menganjurkan agar anak
mendapatkan kemoterapi kembali, namun orangtua menolak dan membawa pasien pulang serta diobati dengan terapi
alternatif seperti berobat ke orang pintar, terapi massase, pengobatan herbal dan berencana menggunakan propolis (namun
belum sempat digunakan). Diagnosis dokter saat ini: anak mengalami: limfoma non-Hodgkin’s stadium IV post ALL relaps.
● Ibu An.F mengatakan sepertinya anaknya sedih karena banyak teman seperjuangannya yang sudah meninggal lebih dulu
6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
N Pemeriksaan Hasil Normal Analisa
o

1 Darah rutin Hemoglobin 10,1 mg/dl 13-18 Rendah


mg/dl

Hematokrit 31,9 % 40-52% Rendah

Eritrosit 3,54 4.3-6 Rendah


juta/uL juta/uL

Trombosit 25.000/ul 150.rb- Rendah


480rb/uL

Leukosit 26.110/uL 4500- Tinggi


13500/uL

MCV 89,4 80-96 fl Normal

MCH 28,3 27-32 pg Normal


MCHC 31,7 32-36 g/dl Rendah

2 Mikrobiologi Terdeteksi klebsiella pneumonia, dengan colony count > 100.000/ml


aerob
Sensitif terapi: antimikroba lini 2 : amikasin dan ceftazidime
urin

3 Mikrobiologi Isolate: terdeteksi Klebsiella pneumonia


biakan

darah

4 Hitung jenis Basofil 0 0-1% Normal


leukosit

Eosinofil 0 1-3% Rendah

Netrofil 2 52-76% Rendah


Limfosit 40 20-40% Normal

Monosit 0 2-8% Rendah

LED 120 0-10/jam Tinggi

5 Gambaran darah Eritrosit : Normositik normokrom


tepi
Leukosit : Jumlah meningkat, sel blast 58%
Trombosit : Jumlah menurun, morfologi normal
Kesan: anemia normositik normokrom

6 Kimia darah Pemeriksaan Hasil Normal Kesan

Albumin 2,8 3,5-5 g/dl Rendah

Bil. Total 0,5 < 1,5 Normal


Bil direct - < 0,3 -

Bil Indiect - < 1,1 -

SGOT 35 < 40 U/L Normal

SGPT 19 < 35 U/L Normal

Ureum 14,3 20-50 Rendah


mg/dl

Kreatinin 0,4 0,5-1,5 Rendah


mg/dl

LDL 55 < 100 Normal


mg/dl

HDL 20 >60 mg/dl Normal


Kolesterol 113 < 200 Normal
total mg/dl

Trigliserida 159 < 165 Normal


mg/dl

7 Elektrolit darah Natrium 142 135-145 Normal


mEq/l

Kalium 2,49 3,5-5,5 Rendah


mEq/l

Klorida 105 97-107 Normal


mEq/l

Kalsium 8,8 8,5-10,5 Normal


mEq/l

Glukosa 77 <140 mg/dl Normal


sewaktu
No Pemeriksaan Kesan

1 MRI torakolumbosakral Destruksi corpus vertebra (kompresi fraktur) thorak


6,7,8,9, 12 dan lumbal 5, tanpa penekanan dural sac

dan medulla spinalis. Medulla spinalis sepanjang

thorakal dalam batas normal, tidak tampak

massa/SOL maupun tanda infeksi

2 Biopsi jaringan Limfoma non Hodgkin stadium IV

3 BMP Granulopoesis, eritropoesis, limfoesis terdesak,


tampak gambaran monoton sel-sel; ukuran sedang
dan sitoplasma sempit, kromatin inti padat, anak inti
kadang ditemukan, vakuolisin (darah tepi inflamasi)
kadang ditemukan.

Kesimpulan: gambaran sumsum tulang sesuai ALL-

L1 relaps
7. TERAPI

NoNama obat Dosis RutJadwal


e

1 Amikasin 1 x 350 mg Intravena 1x Pkl 04.00

Fungsi: obat
antibiotik untuk
mengatasi infeksi
bakteri, seperti
infeksi pada
selaput yang
mengelilingi otak
dan sumsum
tulang belakang
(meningitis),
infeksi pada
darah, perut,
paru-paru, kulit,
tulang,
persendian, atau
saluran kemih).

Efek samping:
mual, muntah,
skait perut, tidak
nafsu makan.
2 Farmadol 200 mg Intravena Kalau perlu

Fungsi: Obat
untuk mengatasi
sakit kepala,
menurunkan
demam,
meredakan nyeri
otot, dan sakit
gigi.

Efek samping:
Muncul ruam
kulit yang terasa
gatal, Sakit
tenggorokan,
Sariawan, Nyeri
punggung, Tubuh
terasa lemah,
Urine berwarna
keruh atau
berdarah, Tinja
berwarna hitam
atau BAB
berdarah.

3 Asam folat 1 x 1 mg Per oral 1x, Pkl.06.00

Fungsi: untuk
membantu tubuh
dalam memecah,
menggunakan,
sekaligus
membentuk
protein baru.
Senyawa protein
ini akan
membantu
pembentukan sel
darah merah dan
memproduksi
DNA.

4 Ambroxol 4 x 10 mg Per oral 4x, pkl 12, 18, 24, 06

Fungsi: untuk
mengencerkan
dahak. Ambroxol
umumnya
digunakan untuk
mengatasi batuk
berdahak,
maupun
gangguan
pernapasan lain
akibat produksi
dahak yang
berlebihan.

Efek samping:
mual, muntah,
sakit perut, perut
kembung, ruam
merah pada kulit,
bibir atau
tenggorokan
kering.

5 Salbutamol 4 x 1 mg Per oral 4x, pkl 12, 18, 24, 06

Fungsi: untuk
mengatasi sesak
napas akibat
penyempitan
pada saluran
udara pada paru-
paru
(bronkospasme).

Efek samping:
nyeri, kram otot,
rasa lelah dan
lemas, detak
jantung tidak
teratur, pusing.

6 Abbotic syrup 2 x 7,5 mg Per oral 2x, pkl 18, 06.

Fungsi: untuk
perawatan infeksi
bakteri pada
infeksi saluran
pernapasan atas,
peradangan pada
bronkus
(bronkitis), infeksi
paru-paru
(pneumonia),
infeksi pada
telinga bagian
tengah (otitis
media akut),
serta infeksi kulit
dan struktur kulit
(impetigo,
folikulitis,
selulitis, dan
abses).

Efek samping:
Sakit kepala,
diare, muntah,
nyeri sendi, nyeri
otot, sariawan,
halusinasi,
gangguan cemas,
kelemahan otot,
reaksi alergi,
urtikaria,
perubahan warna
lidah, gangguan
fungsi pengecap,
gangguan
pencernaan, dan
peningkatan
kreatinin serum.
7 Captropil 3 x 6 mg Per oral 3x, Pkl 12, 20, 02

Fungsi: untuk
menangani
hipertensi dan
gagal jantung.

Efek samping:
mual, muntah,
sakit perut, batuk
kering, ruam
kulit.

4 x 1 ampul dan
Combivent inhalasi 4x, Pkl 12, 19, 24, 06
NaCl 0,9% 3 cc
Fungsi:
bronkodilator
yang bekerja
dengan cara
melebarkan
bronkus dan
melemaskan
otot-otot saluran
pernapasan,
sehingga aliran
udara ke paru-
paru akan
meningkat.

Efek samping:
sakit kepala,
pusing, batuk,
mual, muntah,
mulut kering,
sembelit.

Klien juga mendapatkan terapi:


● Total parenteral nutrisi, yaitu diberikan KaEN 1 B (380 ml)+ D40 (120 ml)+ KCL (10 ml), 46 ml/jam dan aminofusin 5% 12,5
ml/jam.
● Klien juga mendapatkan inhalasi dengan combivent 1 ampul dan NaCl 0,9% 3 ml, 4 kali/hari,
● Mendapat O2 8 lpm/menit melalui non rebreathing masker.
Learning Objective :
1. Buatlah pengkajian kebuthan perawatan paliatif pada kasus diatas menggunakan palliative assessment tools (dapat menggunakan form
Pediatric Palliative Screening Scale (PaPas) atau dengan form lainnya).
2. Lakukan analisis data
3. Buatlah analisis patofisiologi untuk menentukan masalah keperawatan prioritas, termasuk aspek psikososiospiritual
4. Buatlah rancangan asuhan keperawatan pada klien beserta rasionalnya
5. Lihat kalimat yang dicetak miring, kemudian identifikasi permasalah yang mungkin muncul.
6. Bagaimana peran perawat dalam memberikan dukungan (supportive care) pada keluarga?
Jawaban :
1. Pengkajian perawatan paliatif menggunakan Pediatric Palliative Screening Scale (PaPas)

Domain Item Karaktertistik Skor

Domain 1. Kondisi penyakit dan pengaruhnya terhadap aktifitas harian


anak.

1.1 Kondisi penyakit dan pengaruhnya Stabil 0 4


terhadap aktifitas harian (1 bulan Perlahan memburuk, 1
terakhir) aktifitas harian baik

Tidak stabil, aktifitas 2


harian terbatas

Perburukan, aktifitas 4
harian sangat terbatas

1.2 Kunjungan ke RS meningkat Tidak 0 3


dibandingkan sebelumnya (3 bulan
terakhir) Ya 3

Domain 2. Harapan dan Beban Pengobatan

2.1 Harapan terhadap pengobatan Sembuh 0 4

Penyakit terkontrol, 1
kualitas hidup baik

Penyakit tidak 2
terkontrol, kualitas
hidup sedikit baik

Pasrah 4

2.2 Beban Pengobatan (Banyaknya Tidak ada 0 4


efek samping pengobatan, lamanya
rawat di RS) Level Ringan (skor 1-3) 1

Level Sedang (skor 4-6) 2


Level Berat (7-10) 4

Domain 3. Gejala dan Tekanan Psikologis

3.1 Keparahan Gejala yang dirasakan Tidak ada 0 4


anak (1 bulan terakhir)
level ringan mudah 1
dikontrol (1-3)

Level sedang, terkontrol 2


(4-6)

Level berat, sulit 4


dikontrol (skor 7-10)

3.2 Distres Psikologis Anak (Kesedihan, Tidak ada 0


Kecemasan Anak) 4
Level Ringan (skor 1-3) 1

Level Sedang (skor 4-6) 2

Level Berat (7-10) 4

3.3 Distres Psikologis Keluarga Tidak ada 0 0


(Kesedihan, Kecemasan Keluarga)
Level Ringan (skor 1-3) 1

Level Sedang (skor 4-6) 2

Level Berat (7-10) 4

Domain 4. Pilihan Pasien, Orangtua, atau Tim Kesehatan


4.1 Anak/orangtua ingin menerima Tidak 0 0
perawatan paliatif

Ya 4*

4.2 Anda/tim merasa pasien perlu Tidak 0 4


perawatan paliatif
Ya 4

Domain 5. Perkiraan Harapan Hidup

5.1 Perkiraan Harapan Hidup >2 Tahun 0 1

Beberapa Bulan - 2 1
Tahun

Beberapa Minggu - 3*
Bulan

Beberapa Hari - Minggu 4*

5.2 Apakah anda akan terkejut apabila Ya 0 2


anak tiba-tiba meninggal dalam
waktu 6 bulan? Tidak 2

Jumlah 30

Interpretasi :
Skor ≥25 : Saat seharusnya dimulai perawatan paliatif >>
Delayed Palliative

Keterangan :
Bila Item 4.1 mendapat skor 4(*), abaikan item 4.2
Bila Item 5.1 mendapat skor ¾ (*), abaikan item 5.2

Menjawab Item 2.2 dan 3.1


0 Gejala tidak dirasakan sama sekali

1-3 Gejala dirasakan namun masih bisa beraktivitas

4-6 Gejala terasa dan mulai menganggu aktivitas, sudah mulai mencari
pengobatan.

7-10 Gejala sangat dirasakan sekali, sehingga aktivitas terhenti, terfokus


pada keinginan mengatasi gejala yang dirasakan

Menjawab Item 3.2 dan 3.3


Depresi (Kesedihan)
a. Depresi Ringan (skor 1-3) : Tidak terlalu mempunyai gejala depresi, berlangsung sekitar 2 minggu, masih mampu melakukan berbagai
aktivitas, ADL.
b. Depresi Sedang (Skor 4-6) : Tidak terlalu mempunyai gejala depresi, berlangsung lebih dari 2 minggu, masih mampu menghadapi
kesulitan, mulai terganggu dalam melakukan aktifitas, ADL tidak bisa dilakukan secara mandiri.
c. Depresi Berat (Skor 7-10) : Mengalami kesedihan, suasana hati yang tidak baik, kehilangan kebahagian, pasien merasa bersalah/tidak
berguna, insomnia/hipersomnia, BB turun/naik, merasa kelelahan yang sangat dan tidak dapat melakukan ADL secara mandiri.

Kecemasan
a. Cemas Ringan (Skor 1-3) : terdapat kekhawatiran tentang penyakit, merasa sedih akan kehilangan kesehatannya, kurang tidur dan
kurang nafsu makan dan berangsur-angsur pulih selama beberapa minggu.
b. Cemas Sedang (skor 4-6) : pasien menunjukan respon maladaptive (tidak sesuai dengan stress), gangguan fungsi biasa, kurang
mampu mengendalikan kecemasannya tanpa intervensi, adanya sifat gangguan kecemasan seperti : mudah panik, gangguan stress,
pasca trauma, gangguan obsesif compulsive dan fobia.
c. Cemas Berat (skor 7-10) : Tidak mampu mengkontrol kecemasan tentang beberapa hal yang paling menyedihkan, mengalami
ketidaknyamanan dan kecemasan yang berlebihan, tidak mampu melakukan ADL Secara mandiri.

Petunjuk Skoring :
Skor 10-14 : Keluarga dijelaskan tentang konsep perawatan paliatif (Early Palliative) Skor 15-24 : Persiapan memulai perawatan paliatif
(Early Palliative)
Skor ≥25 : Saat seharusnya dimulai perawatan paliatif >> Delayed Palliative
2. Melakukan Analisa Data
ANALISIS DATA (DATA, ETIOLOGI, MASALAH)

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN

DS: Nyeri kronis


● Klien mengeluh Kelainan system immune
nyeri di area infeksi virus (HIV, EBV, HCV,
punggung dengan Helitobacter Sp, Hepatitis),
skala nyeri 8, nyeri toksin lingkungan
dirasakan pada area (herbisida, pengawet,
punggung dan pewarna kimia)
perut, nyeri
bertambah jika klien ↓
bergerak
● Menurut orang tua
dari An.F bahwa 3 Abnormalitas limfosit
bulan SMRS,
anaknya sering ↓
mengeluh sesak,
nyeri, dan perut Proliferasi limfosit
tampak membesar
● Orang tua An.F ↓
mengatakan bahwa
2 bulan SMRS, perut
Mengumpul/menumpuk di
anak tampak
kelenjar getah bening,
membesar dan anak
bersifat keras
mengeluh nyeri
pada bagian ↓
punggung
● Orang tua An.F
mengatakan 1 LIMFOMA NON-HODGKIN
minggu SMRS, anak

semakin mengeluh
nyeri punggung,
demam naik turun, Penyebaran limfoma di
batuk dan sesak. gastrointestinal

DO: ↓
● Klien menolak untuk
dilakukan miring kiri Obstruksi pada usus
dan miring kanan
karena klien ↓
mengeluh sakit
● Klien terdiagnosa
medis Limfoma non- Malabsorbsi
Hodgkin’s stadium
IV post ALL relaps ↓
● Hasil pemeriksaan
BMP An.F Penekanan saraf nyeri di
dinyatakan hipothalamus
mengalami relaps
ALL ↓
● Terdapat
pembesaran Nyeri abdomen
kelenjar getah
bening di regio coli ↓
sinistra (diameter
3x6cm) dan region Nyeri kronis
coli dextra
(diameter 3x3 cm)
● Farmadol 200 mg
via intravena
● RR : 42x/menit
(meningkat)
● HR : 140x/menit
(meningkat)
● TD : 145/100 mmHg
(tinggi)

DS: Ketidakefektifan pola nafas


Kelainan system immune
● Klien datang dengan
keluhan sesak infeksi virus (HIV, EBV, HCV,
● Menurut orang tua Helitobacter Sp, Hepatitis),
dari An.F bahwa 3 toksin lingkungan
bulan SMRS, (herbisida, pengawet,
anaknya sering pewarna kimia)
mengeluh sesak,
nyeri, dan perut ↓
tampak membesar
● Orang tua An.F Abnormalitas limfosit
mengatakan 1
minggu SMRS, anak ↓
semakin mengeluh
nyeri punggung,
Proliferasi limfosit
demam naik turun,
batuk dan sesak. ↓

DO:
Mengumpul/menumpuk di
● Terdapat retraksi kelenjar getah bening,
interkostal dan para bersifat keras
sternal
● Suara nafas klien ↓
pada paru kanan
terdengar kurang LIMFOMA NON-HODGKIN
jelas

● Ronchi terdengar di
paru kanan, sekret Penyebaran limfoma ke
di jalan nafas paru

sedikit, warna putih
kental Penekanan pada organ paru
● Klien juga ↓
mengalami batuk Pembesaran nodus
● RR 42x/menit mediastinal & edema jalan
(tinggi) nafas

● Terdapat
pembesaran
kelenjar getah Ekspansi paru menurun
bening di regio coli

sinistra (diameter
3x6cm) dan region Sesak nafas
coli dextra ↓
(diameter 3x3 cm)
● Klien terdiagnosa Ketidakefektifan pola nafas
medis Limfoma non-
Hodgkin’s stadium
IV post ALL relaps
● Hasil pemeriksaan
BMP yakni adnaya
gambaran sumsum
tulang sesuai ALL-L1
relaps.
● Ambroxol 4x10
mg/oral
● Salbutamol 4x1
mg/oral
● Combivent 4 x 1
ampul dan NaCl
0,9% 3 cc /inhalasi

DS: Intoleransi aktivitas


Kelainan system immune
● Menurut ibunya, infeksi virus (HIV, EBV, HCV,
An.F dalam 6 bulan Helitobacter Sp, Hepatitis),
ini sering toksin lingkungan
mengatakan capek (herbisida, pengawet,
& lebih banyak diam pewarna kimia)
jika diberitahu akan
dibawa ke RS. ↓
DO:
● An. F terlihat Abnormalitas limfosit
tampak pucat dan

berbaring di tempat
tidur
Proliferasi limfosit
● Aktivitas harian An.F
dibantu total ↓
● Terlihat pucat pada
konjungtiva, bibir,
Mengumpul/menumpuk di
jari tangan dan kaki
kelenjar getah bening,
serta telapak tangan
bersifat keras
dan kaki
● Klien terdiagnosa ↓
medis Limfoma non-
Hodgkin’s stadium
IV post ALL relaps LIMFOMA NON-HODGKIN
● Kesan ↓
gambaran Penyebaran limfoma ke
darah tepi: paru
anemia ↓
normositik
normokrom
Gangguan absorbsi getah
● Hb 10,1 mg/dL bening terhadap cairan
(rendah) pada rongga pleura
● Eritrosit 3,54
juta/uL ↓
(rendah)
● Trombosit Pengumpulan cairan di
25.000/uL sekitar paru
(rendah)
● MCHC 31,7 ↓
g/dL (rendah).
● Total parenteral
nutrisi, yaitu Perubahan membran
diberikan KaEN 1 B kapiler alveoli
(380 ml)+ D40 (120
ml)+ KCL (10 ml), 46

ml/jam dan
aminofusin 5% 12,5
ml/jam Difusi O2 dan CO2 tidak
adekuat


Metabolisme anaerob

Kelemahan

Intoleransi aktivitas

DS: Klien terdiagnosa medis Ketidakberdayaan


● Ibu klien mengatakan Limfoma non-Hodgkin’s
sepertinya anaknya stadium IV post ALL relaps
sedih karena banyak ↓
teman
seperjuangannya yang Dokter mengatakan
sudah meninggal lebih prognosis klien buruk
dulu ↓
● Ibu klien mengatakan Orang tua dan klien pasrah
saat ini hanya bisa ↓
pasrah, karena dokter
mengatakan prognosis Muncul ketidakberdayaan
anaknya buruk
● Ibu klien mengatakan
sepertinya anaknya
sedih karena banyak
teman
seperjuangannya yang
sudah meninggal lebih
dulu
● Ibu klien mengatakan 6
bulan terakhir anaknya
lebih banyak diam
pada saat diberitahu
akan ke RS

DO:
● Klien terdiagnosa
medis Limfoma non-
Hodgkin’s stadium
IV post ALL relaps
● Hasil pemeriksaan
BMP An.F
dinyatakan
mengalami relaps
ALL
● Terdapat
pembesaran
kelenjar getah
bening di regio coli
sinistra (diameter
3x6cm) dan region
coli dextra
(diameter 3x3 cm)
● Hasil
interpretasi
pengkajian
PaPaS Skor ≥25
: Saat
seharusnya
dimulai
perawatan
paliatif >>
Delayed
Palliative
● Klien mengalami
depresi berat (Skor
7-10)
● Klien mengalami
cemas berat (skor 7-
10)

3. Patofisiologi untuk menentukan masalah keperawatan prioritas, termasuk aspek psikososiospiritual

8. DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri kronis b.d respon inflamasi akibat proliferasi limfosit yang d.d Klien mengeluh nyeri di area punggung dengan skala nyeri
8, nyeri dirasakan pada area punggung dan perut, nyeri bertambah jika klien bergerak, Menurut orang tua dari An.F bahwa 3
bulan SMRS, anaknya sering mengeluh sesak, nyeri, dan perut tampak membesar, Orang tua An.F mengatakan bahwa 2 bulan
SMRS, perut anak tampak membesar dan anak mengeluh nyeri pada bagian punggung, Orang tua An.F mengatakan 1 minggu
SMRS, anak semakin mengeluh nyeri punggung, demam naik turun, batuk dan sesak, Klien menolak untuk dilakukan miring kiri
dan miring kanan karena klien mengeluh sakit, Klien terdiagnosa medis Limfoma non-Hodgkin’s stadium IV post ALL relaps, Hasil
pemeriksaan BMP An.F dinyatakan mengalami relaps ALL, Terdapat pembesaran kelenjar getah bening di regio coli sinistra
(diameter 3x6cm) dan region coli dextra (diameter 3x3 cm), Farmadol 200 mg via intravena, RR 42x/menit (tinggi), HR
140x/menit (tinggi), TD 145/100 mmHg (tinggi)
2. Ketidakefektian pola nafas b.d penyebaran limfoma ke paru yang d.d Klien datang dengan keluhan sesak, Menurut orang tua
dari An.F bahwa 3 bulan SMRS, anaknya sering mengeluh sesak, nyeri, dan perut tampak membesar, Orang tua An.F
mengatakan 1 minggu SMRS, anak semakin mengeluh nyeri punggung, demam naik turun, batuk dan sesak, Terdapat retraksi
interkostal dan para sternal, Suara nafas klien pada paru kanan terdengar kurang jelas, Ronchi terdengar di paru kanan, sekret
di jalan nafas sedikit, warna putih kental, Klien juga mengalami batuk, RR 42x/menit (tinggi), Terdapat pembesaran kelenjar
getah bening di regio coli sinistra (diameter 3x6cm) dan region coli dextra (diameter 3x3 cm), Klien terdiagnosa medis Limfoma
non-Hodgkin’s stadium IV post ALL relaps, Hasil pemeriksaan BMP yakni adnaya gambaran sumsum tulang sesuai ALL-L1
relaps.Ambroxol 4x10 mg/oral, Salbutamol 4x1 mg/oral, Combivent 4 x 1 ampul dan NaCl 0,9% 3 cc /inhalasi.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen yang d.d Menurut ibunya, An.F dalam 6 bulan
ini sering mengatakan capek & lebih banyak diam jika diberitahu akan dibawa ke RS, An. F terlihat tampak pucat dan berbaring
di tempat tidur , Aktivitas harian An.F dibantu total, Terlihat pucat pada konjungtiva, bibir, jari tangan dan kaki serta telapak
tangan dan kaki, Klien terdiagnosa medis Limfoma non-Hodgkin’s stadium IV post ALL relaps, Kesan gambaran darah tepi:
anemia normositik normokrom, Hb 10,1 mg/dL (rendah), Eritrosit 3,54 juta/uL (rendah), Trombosit 25.000/uL (rendah), MCHC
31,7 g/dL (rendah)
4. Ketidakberdayaan b.d penyakit Limfoma non-Hodgkin’s stadium IV post ALL relaps dan
program kemoterapi yang d.d Ibu klien mengatakan sepertinya anaknya sedih karena banyak
teman seperjuangannya yang sudah meninggal lebih dulu, Ibu klien mengatakan saat ini hanya
bisa pasrah, karena dokter mengatakan prognosis anaknya buruk, Ibu klien mengatakan
sepertinya anaknya sedih karena banyak teman seperjuangannya yang sudah meninggal lebih
dulu, Ibu klien mengatakan 6 bulan terakhir anaknya lebih banyak diam pada saat diberitahu
akan ke RS, Klien terdiagnosa medis Limfoma non-Hodgkin’s stadium IV post ALL relaps, Hasil
pemeriksaan BMP An.F dinyatakan mengalami relaps ALL, Terdapat pembesaran kelenjar getah
bening di regio coli sinistra (diameter 3x6cm) dan region coli dextra (diameter 3x3 cm), Hasil
interpretasi pengkajian PaPaS Skor ≥25 : Saat seharusnya dimulai perawatan paliatif >>
Delayed Palliative, Klien mengalami depresi berat (Skor 7-10), Klien mengalami cemas berat
(skor 7-10).
4. Rancangan asuhan keperawatan pada klien beserta rasionalnya

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (NO DX, TUJUAN, INTERVENSI, RASIONAL)


Nama pasien: An. F Ruangan:-
No medrek: -

NO TUJUAN INTERVENSI RASIONAL


DX
1 setelah dilakukan tindakan 1. Kolaborasi pemberian farmakologi dengan analgesik 1. Tramadol merupakan obat
keperawatan selama 3 x 24 jam (farmadol 200mg) analgesik dengan golongan
nyeri pada An.F teratasi dengan 2. Lakukan manajemen nyeri dengan teknik non opioid untuk meredakan nyeri
kriteria hasil : farmakologis, seperti teknik distraksi, hipnosis, dan dan dapat menurunkan RR.
- Nyeri pada area punggung lain lain. 2. Untuk membantu dalam
dan perut berkurang - Teknik distraksi musik, video game, video menurunkan nyeri pada pasien
- Skala nyeri yang kartun, meniup gelembung, dan membaca pada usia 6 - 18 tahun.
dilaporkan berkurang dari buku (gaglani & Gross, 2018) 3. Memantau dan mencari
8 menjadi 5 dan menurun - Teknik mendongeng dapat menurunkan tindakan lain jika pemberian
sampai tidak merasakan intensitas nyeri pada pasien ALL dilakukan intervensi tidak efektif
nyeri selama 3 kali pertemuan selama 20 menit 4. Kondisi yang aman dan nyaman
- An.F dapat bergerak tanpa (Kurniawan, 2020) dapat mempengaruhi
rasa nyeri - Pemberian teknik guided imagery music psikologis klien dan dapat
- Frekuensi nafas dalam untuk menurunkan tingkat nyeri pada pasien membantu dalam menurunkan
rentang normal (12- Limfoma non hodgkin ( Dyah Wening rasa nyeri
20x/menit) Indriaswati, Atiek Murharyati, 2020) 5. Untuk memberikan
- Tekanan darah dalam 3. Anjurkan mengubungi perawat atau dokter jika rasa kenyamanan dan membantu
rentang normal (118- nyeri tidak berkurang dalam menurunkan rasa nyeri
124/78-83mmHg) 4. Kontrol lingkungan atau kondisi ruang seperti yang dapat dikolaborasikan
- Frekuensi nadi dalam pencahayaan, suhu, bising dan kondisi yang dapat dengan terapi non farmakologi
rentang normal (60- memperberat dan memperingan nyeri 6. Melihat pengaruh pada klien
95x/menit) 5. Fasilitasi istirahat dan tidur apakah tindakan/terapi yang
6. Evaluasi keefektifan manajemen nyeri baik diberikan efektif atau tidak
farmakologi maupun non farmakologi 7. Melihat dan Mengenali lokasi,
7. Identifikasi skala nyeri secara PQRST penyebab, skala, karakteristik,
8. Kaji keadaan umum klien keluhan maupun non area penyebaran, waktu
verbal munculnya/ durasi yang dapat
9. Kaji TTV ( Suhu, RR,HR,TD) melihat memperberat atau
memperingan dari nyeri.
8. Memonitor hasil evaluasi dari
diberikannya tindakan/terapi
serta menilai kebenaran dari
nyeri dari yang terlihat
9. Untuk pemeriksaan dasar dan
mengevaluasi adanya
perburukan atau perbaikan
kondisi dari klien
2 Setelah dilakukan tindakan 1. Kolaborasi pemberian Ambroxol 4x10 mg/oral
1. Untuk mengencerkan dahak.
keperawatan selama 2x24 jam, 2. Kolaborasi pemberian Salbutamol 4x1 mg/oral
Ambroxol umumnya digunakan
diharapkan pola nafas klien dapat 3. Kolaborasi pemberian Combivent 4 x 1 ampul dan
untuk mengatasi batuk
kembali efektif, dengan kriteria NaCl 0,9% 3 cc /inhalasi
berdahak, maupun gangguan
hasil: 4. Kolaborasi pemberian terapi oksigen 8 lpm/menit
pernapasan lain akibat produksi
- Frekuensi nafas dalam melalui non rebreathing masker
dahak yang berlebihan
rentang normal (12- 5. Lakukan fisioterapi dada (clapping, vibrasi, dan
20x/menit) postural drainage) 2. Untuk mengatasi sesak napas
- Irama nafas regular 6. Ajarkan teknik batuk efektif akibat penyempitan pada
- Tidak terdapat retraksi 7. Monitor jumlah sekret, warna sekret, karakteristik saluran udara pada paru-paru
interkostal dan para sekret, dan bau (bronkospasme)
sternal 8. Monitor pola nafas yang mencakup frekuensi, irama,
3. Combivent merupakan obat
- Suara nafas klien pada ada tidaknya retraksi interkostal, dan suara nafas
bronkodilator yang bekerja
paru kanan terdengar jelas
dengan cara melebarkan
- Suara nafas ronchi di paru
bronkus dan melemaskan otot-
kanan hilang/berkurang
otot saluran pernapasan,
- Sekret di jalan nafas
berkurang
sehingga aliran udara ke paru-
paru akan meningkat

4. Terapi oksigen diberikan agar


kebutuhan oksigen klien dapat
terpenuhi dan penggunaan non
rebreathing masker ini efektif
karena CO2 tidak dihirup
kembali. Non rebreathing
masker sendiri yakni alat yang
digunakan untuk mengalirkan
oksigen dengan kecepatan
rendah pada pasien yang bisa
bernapas spontan

5. Fisioterapi dada pada anak


ditujukan untuk meningkatkan
pengeluaran sekret yang
diantaranya menggunakan
teknik clapping, vibrasi,
postural drainage. Pemberian
tindakan fisioterapi dada pada
anak sangat sederhana dan
mudah dilakukan namun
diperlukan keberanian dan
pada mulanya harus dilakukan
auskultasi paru pada pada anak
untuk menentukan area paru
sisi manakah yang banyak
dahak/sekretnya.

6. Batuk efektif yaitu suatu


metode batuk yang dilakukan
dengan teknik yang benar
dimana energi dapat dihemat
sehingga tidak mudah lelah dan
dapat mengeluarkan dahak
secara maksimal

7. Jumlah sekret, warna sekret,


karakteristik sekret, dan bau
sekret perlu dimonitor guna
mengetahui sejauh mana
pengaruh sekret dapat
menghalangi jalan nafas klien
yang akhirnya membuat pasien
lebih berat sesak nafasnya

8. Pola nafas yang mencakup


frekuensi, irama, ada tidaknya
retraksi interkostal, dan suara
nafas perlu dipantau guna
mengetahui tanda-tanda
distress pernafasan pada klien
yang dapat memperburuk
prognosis klien.
3 Setelah dilakukan tindakan 1. kolaborasi dengan ahli gizi mengenai cara 1. Untuk membantu peningkatan
keperawatan selama 3x24 jam, meningkatkan asupan makan energi tubuh pasien dan
diharapkan klien toleran terhadap 2. Anjurkan tirah baring kecukupan dalam melakukan
aktivitasnya, dengan kriteria hasil: 3. Lakukan latihan rentang gerak pasif atau aktif aktivitas sesuai dengan
- Klien tidak pucat 4. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap perhitungan yang harus
5. berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan dikonsumsi
- Aktivitas harian An.F
6. monitor pola dan jam tidur 2. Untuk meminimalisir
7. monitor lokasi dan ketidaknyamanan melakukan penggunaan energi yang
dibantu sebagian
aktivitas berlebihan
- Konjungtiva, bibir, jari
8. monitor kelelahan fisik dan emosional 3. Untuk membantu
tangan dan kaki serta
9. identifikasi bagian tubuh yang mengakibatkan menggerakkan otot otot
telapak tangan dan kaki
kelelahan selama tirah baring dan
tidak pucat
membantu dalam peredaran
- Hb dalam rentang normal darah
(13-18 mg/dL) 4. Melatih kekuatan otot klien

- Eritrosit dalam rentang dan menstimulasi secara

normal (4,3-6,0 juta/uL) perlahan mengenai aktivitas


yang dilakukan tanpa
- Trombosit dalam rentang
menyebabkan kelelahan dalam
normal (150.000-
bergerak
480.000/uL)
5. Untuk memberikan semangat
- MCHC dalam rentang pada klien agar masih tetap
normal (32-36 g/dL) semangat dan nyaman dalam

- Klien mampu melakukan melakukan tindakan

aktivitas ringan secara pengobatan

bertahap 6. Membantu dalam manajemen


energi dan membatasi aktivitas
yang dilakukan serta istirahat
yang cukup bagi klien
7. Membantu menganalisis dan
mengevaluasi mengenai
tindakan aktivitas yang
diberikan
8. Untuk mengetahui kemampuan
klien dalam mengelola energi
dan aktivitas yang diberikan
9. Untuk memudahkan aktivitas
atau rentang gerak yang
mungkin dilakukan dan tidak
dilakukan.
4 Setelah dilakukan tindakan 1. Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang 1. Untuk mengidentifikasi hal-hal
keperawatan selama 1x24 jam, dapat menimbulkan ketidakberdayaan pada dirinya apa saja yang menjadi faktor
diharapkan persepsi klien atas 2. Diskusikan dengan klien dan keluarga klien tentang pendorong dan pencetus
dirinya menjadi lebih pilihan yang realistis dalam perawatan terjadinya ketidakberdayaan
baik/berdaya begitupun dengan 3. Libatkan klien dan keluarga klien dalam pengambilan pada klien
keluarga klien, dengan kriteria keputusan tentang perawatan selanjutnya 2. Berdiskusi terkait beberapa
hasil: 4. Beri dukungan pada klien dan keluarga klien dalam pilihan perawatan kepada klien
- Klien dan keluarga pengambilan keputusan dan keluarga mampu
mengatakan hal 5. Jelaskan alasan setiap perubahan perencanaan meningkatkan pemahamannya
baik/penerimaan terkait perawatan terhadap klien terhadap realistis perawatan
persepsi penyakit dan 6. Fasilitasi klien dan keluarga klien untuk bertanya dan yang ditawarkan oleh tenaga
program pengobatan yang diskusi terkait program pengobatan ataupun hal kesehatan yang menangani
sedang dijalani klien yang masih belum dimengerti klien
- Dukungan keluarga efektif 7. Tunjukan rasa percaya diri terhadap kemampuan 3. Agar tidak terjadi
- Klien mengungkapkan klien untuk mengatasi situasi yang dihadapinya kesalahpahaman dalam
perasaan cemas, depresi, 8. Dorong klien untuk mengidentifikasi kekuatan dirinya pemberian tindakan perawatan
dan ketidakberdayaan 9. Ajarkan klien dalam hal keterampilan perilaku yang yang akan dijalani oleh klien
berkurang positif melalui bermain peran, model peran, dan 4. Guna klien dan keluarga klien
- Klien berpartisipasi dalam lainnya misalnya bermain puzzle yang tingkat mampu meningkatkan rasa
program perawatan kesukarannya disesuaikan dengan usia anak kepercayaannya terkait
- Klien dan keluarga klien (Ramdaniati, S., & Cahyaningsih, H, 2020). beberapa program
mampu melaporkan pengobatan/perawatan yang
bahwa mengetahui akan/sedang dijalani klien
prosedur treatment sehingga klien tetap
kesehatan yang sedang mendapatkan dukungan
atau akan dijalani klien psikososial yang efektif dari
- Klien dan keluarga klien keluarga
mampu mengontrol 5. Penyampaian alasan dari setiap
kecemasan atas kondisi perubahan perencanaan
klien perawatan terhadap klien perlu
disampaikan guna
meminimalisir salah persepsi
atau kurangnya informasi yang
diterima oleh klien maupun
keluarganya terhadap
perubahan perencanaan
perawatannya
6. Guna meningkatkan persepsi
positif terkait kondisi klien
7. Guna meningkatkan rasa
kepercayaan diri pada klien
atas kondisinya
8. Agar klien mampu
mempersepsikan kondisinya
kembali secara positif dan
koping kembali efektif
9. Agar klien merasa
mendapatkan dukungan
psikososial yang baik dari
lingkungannya. Anak usia 9-12
tahun menggunakan puzzle
yang lebih rumit dengan
jumlah potongan sebanyak 30-
40
potong. Bermain puzzle
dilakukan selama kurang lebih
5-10 menit, tergantung dari
tingkat
kecepatan dan kecerdasan anak
dalam menyelesaikan puzzle
tersebut, bermain puzzle ini
pun bisa meningkatkan kualitas
hidup anak dengan kanker.
Bermain puzzle juga ternyata
mampu mengurangi stress,
meningkatkan koping,
mengolah informasi baru
secara kognitif maupun
emosional, cara aman untuk
mempraktikkan perilaku baru
dan, bereksperimen dalam
menyelesaikan masalah,
merangsang fantasi dan
pemikiran baru serta,
merangsang pengembangan
empati. Secara psikologis,
pemberian bermain
menggunakan puzzle sebagai
terapi telah terbukti dapat
menurunkan kecemasan pada
anak pra sekolah yang sedang
mengalami hospitalisasi.
(Ramdaniati, S., &
Cahyaningsih, H, 2020).

5. Identifikasi permasalahan yang mungkin muncul dari kata yang bercetak miring.

1. “Setelah dinyatakan relaps, dokter menganjurkan agar anak mendapatkan kemoterapi kembali, namun orangtua menolak dan
membawa pasien pulang serta diobati dengan terapi alternatif seperti berobat ke orang pintar, terapi massase, pengobatan herbal dan
berencana menggunakan propolis (namun belum sempat digunakan).”
Permasalahan yang mungkin muncul: Orang tua mungkin akan menomorduakan penanganan primer yakni penanganan secara medis
untuk anaknya, hal ini dikarenakan orang tua klien sudah berbicara terkait ingin anaknya diobati secara terapi alternatif saja, kehidupan
anaknya yang sudah hampir 3 tahun selalu berada di RS serta ditambah lagi dengan kondisi anaknya yang semakin hari sudah tidak ada
semangat untuk melakukan pengobatan ke RS. Oleh karena itu, orang tua klien yang berperan sebagai family care givers yang utama
bagi klien harus di edukasi oleh perawat terkait kombinasi penanganan yakni secara farmakologis dan non farmakologis sehingga angka
harapan hidup klien bisa meningkat dan martabat klien pun meningkat, karena meningkatknya kualitas hidup klien pun bisa sangat
dipengaruh dari family care giversnya serta dapat memberikan rasa semangat kembali dari klien untuk menjalankan pengobatannya.

2. “Ibu mengatakan sepertinya anaknya sedih karena banyak teman seperjuangannya yang sudah meninggal lebih dulu.”
Permasalahan yang mungkin muncul: Ungkapan ibu dari klien yang seperti ini memicu pandangan orang tua klien terhadap anaknya
sendiri lebih negatif atau putus asa terhadap kondisi klien terutama untuk kualitas hidup anaknya yang sedang menjalani proses
kemoterapi akibat penyakitnya serta keluhan yang dirasakan yang menimbulkan orang tua khawatir sehingga terpaksa untuk dibawa ke
RS. Hal ini menjadikan koping keluarga menjadi tidak efektif/maladaptif dan akan berkurangnya dukungan psikososial dari keluarga
klien terhadap klien sendiri serta akan memunculkan dampak putus asa dan pasrah terhadap pengobatan yang akan dilakukan untuk
membantu dalam meningkatkan kualitas hidup klien. Dimana seharusnya keluarga menjadi pendukung utama dalam memberikan
semangat hidup disamping teman-teman seperjuangannya yang ada di RS atau yang melakukan kemoterapi sebelumnya.

6. Peran perawat dalam memberikan dukungan (supportive care) pada keluarga


● Menghadirkan diri dalam memberikan dukungan secara psikologis dan spiritual dengan maksud keluarga tetap berperan sebagai family
care giver yang baik bagi klien sehingga klien mampu meningkatkan kualitas hidupnya dan merasa mendapatkan dukungan psikososial
dan spiritual dari anggota keluarganya.
● Memberikan edukasi dan informasi pada keluarga mengenai kondisi dan prognosis klien
● Berperan sebagai advokat yang dimana bisa memfasilitasi keluarga klien beserta klien dalam mengambil keputusan terkait program
pengobatan dan perawatan yang akan/sedang dijalani klien
● Memberikan edukasi pada klien dan keluarga dalam hal perawatan pasien kanker di rumah sebagai langkah dari manajemen symptom
DAFTAR PUSTAKA

Andriastuti, M., Halim, P. G., Kusrini, E., & Bangun, M. (2020). Correlation of pediatric palliative screening scale and quality of life in pediatric
cancer patients. Indian Journal of Palliative Care, 26(3), 338.
Bulechek Gloria M, Dkk. (2013). Nursing Intervention Clasification (Nic) Edisi Keenam. Singapore: Elsevier
Chong, P. H., Soo, J., Yeo, Z. Z., Ang, R. Q., & Ting, C. (2020). Who needs and continues to need paediatric palliative care? An evaluation of
utility and feasibility of the Paediatric Palliative Screening scale (PaPaS). BMC palliative care, 19(1), 18.
Gaglani, A., & Gross, T. (2018). Pediatric Pain Management. Emergency Medicine Clinics of NA, 36(2), 323–334.
https://doi.org/10.1016/j.emc.2017.12.002
Kurniawan, H., & Pawestri, P. (2020). Metode Mendongeng Menurunkan Nyeri Pada Anak Penderita Acute Limpoblastic Leukimia (ALL). Ners
Muda, 1(3), 178-183.
Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. (2019). Pengkajian Kebutuhan Perawatan Paliatif Pada Anak: Pediatric
Palliative Screening Scale / PaPaS Scale. Jakarta: RSUPN RSCM. Retrieved from
https://akperisvill.ac.id/images/pengkajian_kebutuhan_perawatan_paliatif_pada_anak.pdf.
Hospital Care (HCA). (2019). Paediatric Palliative Screening Scale (PaPaS). Star Pals. Singapore. retreived from
https://singaporehospice.org.sg/site2019/wp-content/uploads/PaPaS.pdf.
Jeane A.D and Carole A.Graybill. (2010). Cardiopulmonary Physical Therapy “Physical Therapy for The Child with Respiratory Dysfunction.,
Second Edition. St louis: Philadelphia.
Moorehead, S., Johnson, M., Maas, M.L. & Swanson, E. (2012). Nursing Outcomes Classification (Noc): Measurement Of Health Outcomes, 5e.
Mosby Elsevier.
Herdman, T. H. (2018). NANDA-I diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2018- 2020. Ed. 11. EGC.
Herdman, T. H. (2017). NANDA-I Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. (B. A. Keliat, H. S. Mediani, & T. Tahlil, Eds.).
Jakarta: EGC.
Warsiki, E., & Larasati, M. C. S. (2018). Pengaruh Mendongeng Pada Kondisi Nyeri Penderita Leukemia di Ruang Rawat Inap Hematologi
Onkologi Anak RSUD Dr Soetomo Surabaya The Effect of Storytelling on Pain Scale Among Children With Leukemia in Pediatric
Hematology-Oncology Ward at Dr Soetomo Public Hospital Surabaya. Jurnal Psikiatri Surabaya, 7(2), 22-32.
PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Ramdaniati, S., & Cahyaningsih, H. (2020). Penerapan Intervensi Bermain, Makanan, Spirtual, dan Akupresur Terhadap Peningkatan Kualitas
Hidup Anak Penderita Leukemia. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung, 12(2), 324-334.

Anda mungkin juga menyukai