Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SOFT TISSUE TUMOR

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III

pada semester V

Disusun Oleh :

Kelompok IV

Mega 220110156125 M. Fahmi 220110156154


Jakah Amini 220110156120 Yuda Pratama H 220110156145
Sopiah Nursa’Adah 220110156102 Ai Surtika 220110156157
Milda Nurul Fitriani 220110156094 Silviani Sri Lestari 220110156141
Rima Fitriani 220110156084 Riska Risdayanti 220110156134

UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT,


karena hanya dengan izin-Nya penyusun dapat menyelesaikan
makalah ini yang disusun untuk memenuhi salah satu tugas dalam
mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
Dalam pembuatan makalah ini, saya selaku penulis
mengucapkan banyak terima kasih khususnya kepada seluruh pihak-
pihak yang terkait dalam pembuatan laporan ini.Dalam penyusunan
makalah ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari sempurna baik dalam penyusunan tata bahasa maupun
penulisan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis
membuka diri menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun
agar penyusunan makalah ini lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Dengan disusunnya makalah ini, penulis berharap semoga
makalah dapat bermanfaat bagi penulis sendiri, institusi ataupun bagi
pembaca sekalian. Akhir kata, hanya do’a yang dapat penulis
panjatkan kepada Alloh SWT.

Garut,September 2017

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………. i

DAFTAR ISI………………………………………………………………… ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1

A.Pendahuluan………..………………………………………………….…… 1

B.Rumusan Masalah…………………………………………………….……. 1

C.Tujuan Penulisan…………………………….……………………….……. 1

BAB II TINJAUAN TEORITIS…………………………………………… 2

A.Definisi Soft Tissue Tumor……………………………………………....…… 2

B.Anatomi Fisiologi Soft Tissue Tumor ………………………..................…. 2

C.Etiologi Soft Tissue Tumor ……..…………………………………….……. 3

D.Manifestasi klinis Soft Tissue Tumor ………………………………….…… 3

Pathway………………………………………………………………………... 4

E.Patofisiologi Soft Tissue Tumor ……………………………………………. 5

F.Diagnosis Soft Tissue Tumor……………………….………………………... 5

G.Penatalaksanaan Soft Tissue Tumor…………………………………………. 5

H.Intervens Keperawatan………………………………………………………. 7

BAB III TINJAUAN KASUS……………………………………………… 15

BAB IV PENUTUP…………………………………………………………. 17

A.Kesimpulan………...………………………………………………..……... 17

B.Saran……………….…………………………………………………..…... 17

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Jaringan lunak adalah dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah
otot, tendon, jaringan ikat, lemak, dan jaringan synovial (jaringan di sekitar
persendian).

Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dari tubuh, tetapi


dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma.
Secara klinis, tumor dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma
misalnya kista, akibat reaksi radang atau hipertrofi.

Tumor jaringan lunak dapat terjadi di seluruh bagian tubuh mulai dari
ujung kepala sampai ujung kaki. Tumor jaringan lunak ini ada yang jinak da
nada juga yang ganas. Tumr ganas atau kanker pada jaringan lunak dikenal
sebagai saroma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi dari Soft Tissue Tumor ?
2. Bagaimana etiologi dan patofisiologi Soft Tissue Tumor ?
3. Bagaimana manifestasi dari Soft Tissue Tumor ?
4. Apa saja intervensi yang dapat dilakukan pada Soft Tissue Tumor ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui anatomi fisiologi dari Soft Tissue Tumor
2. Mengetahui etiologi dan patofisologi Soft Tissue Tumor
3. Mengetahui manifestasi klinis dari Soft Tissue Tumor
4. Mengetahui intervensi yang dapat dilakukan pada pasien Soft Tissue
Tumor
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan abnormal


yang disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma. Soft Tissue Tumor (STT)
adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-selnya tidak
tumbuh seperti kanker. Jadi kesimpulannya, Soft Tissue Tumor (STT) adalah
suatu benjolan atau pembengkakan abnormal yang disebabkan pertumbuhan
sel baru.

B. Anatomi Fisiologi
Menurut Evelyn C. Pearce (2008:15), anatomi fisiologi jaringan lunak
adalah sebagai berikut:
1. Otot
Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu
berkontraksi bergerak. Otot terdiri atas serabut silindris yang mempunyai
sifat yang sama dengan jaringan yang lain, semua ini diikat menjadi
berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan ikat yang mengandung
unur kontraktil.
2. Tendon
Tendon adalah pengikat otot pada tulang, tendon ini berupa serabut-
serabut simpai yang berwarna putih, berkilap, dan tidak elastic.
3. Jaringan Ikat
Jaringan ikat melengkapi kerangka badan dan terdiri dari jaringan areolar
dan serabut elastic
C. Etiologi
1. Kondisi genetik. Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen
adalah faktor predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam
daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting
dalam diagnosis.
2. Radiasi. Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen
radiasi-induksi yang mendorong transformasi neoplastic.
3. Lingkungan karsinogen. Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai
carcinogens dan setelah itu dilaporkan meningkatnya insiden tumor
jaringan lunak.
4. Infeksi. Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya
lemah juga akan meningkatkan kemungkinan tumor pembangunan
jaringan lunak.
5. Trauma. Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumors nampaknya
kebetulan. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang
ada.

D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada
lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu
benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang
mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam
tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf-saraf tepi. Dalam
tahap awal, jaringan lunak tumors biasanya tidak menimbulkan gejala karena
jaringan lunak yang relatif elastis, tumors dapat tumbuh lebih besar,
mendorong samping jaringan normal, sebelum mereka merasa atau
menyebabkan masalah. kadang gejala pertama biasanya gumpalan rasa sakit
atau bengkak. dan dapat menimbulkan gejala lainnya, seperti sakit atau rasa
nyeri, karena dekat dengan menekan saraf dan otot. Jika di daerah perut dapat
menyebabkan rasa sakit abdominal umumnya menyebabkan sembelit.
PATHWAY

Terpapar Virus
Radiasi TUMOR Onkogenik

Masuk ke dalam tubuh

Genetika
Tumbuh ke
dalam jaringan
metafin
Metastase sel
mesenkim Mengerosi korteks

Sendi, otot, tendon Jaringan lunak terserang Jaringan


jaringan ikat lemak

Kurang
Timbul
Timbul benjolan pengetahuan
benjolan
prognosis

Gangguan Ganggun Terapi Gangguan


muskuloskeletal rasa nyaman Cemas
diri menurun
Bedah
Intoleransi Kemoterapi
aktivitas Biopsi Amputasi

Alopesia
Radiasi
X-ray Gangguan Gangguan
rasa nyaman citra tubuh Berat Mual/
badan muntah
Kerusakan menur
integritas kulit Hambatan un
mobilitas fisik
Ketidak
seimbangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
E. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak Soft Tissue Tumors (STT)
adalah proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial
ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira
40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas
atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.

F. Diagnosis
Satu-satunya cara untuk menentukan apakah suatu jaringan lunak itu jinak
atau ganas adalah melalui biopsi. Karena itu, semua jaringan lunak yang
bertambah besar harus biopsi. Biopsi dapat diperoleh melalui biopsi jarum
atau biopsi dengan bedah. Selama prosedur ini, tenaga kesehatan membuat
sebuah pengirisan atau menggunakan jarum khusus untuk mengambil sampel
jaringan tumor dan diteliti lewat mikroskop. Setelah pemeriksaan tersebut
dapat ditemukan jinak atau ganasnya sebuah tumor dan dapat menentukan
tingkatannya.
Metode diagnosis yang paling umum selain pemeriksaan klinis adalah
pemeriksaan biopsi, bisa dapat dengan biopsi aspirasi jarum halus (FNAB)
atau biopsi dari jaringan tumor langsung berupa biopsi insisi yaitu biopsi
dengan mengambil jaringan tumor sebagian sebagai contoh bila ukuran
tumornya besar. Bila ukuran tumor kecil, dapat dilakukan biopsi dengan
pengangkatan seluruh tumor. Jaringan hasil biopsi diperiksa oleh ahli patologi
anatomi dan dapat diketahui apakah tumor jaringan lunak itu jinak atau ganas.
Bila jinak maka cukup hanya benjolannya saja yang diangkat, tetapi bila ganas
setalah dilakukan pengangkatan benjolan dilanjutkan dengan penggunaan
radioterapi dan kemoterapi.

G. Penatalaksanaan
Secara umum, pengobatan untuk jaringan lunak tumors tergantung pada
tahap dari tumor. Tahap tumor yang didasarkan pada ukuran dan tingkatan
dari tumor. Pengobatan pilihan untuk jaringan lunak tumors termasuk operasi,
terapi radiasi, dan kemoterapi.
a. Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak tumors.
Jika memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan margin yang
aman dari jaringan sehat di sekitarnya. Penting untuk mendapatkan margin
bebas tumor untuk mengurangi kemungkinan kambuh lokal dan
memberikan yang terbaik bagi pembasmian dari tumor. Tergantung pada
ukuran dan lokasi dari tumor, mungkin, jarang sekali, diperlukan untuk
menghapus semua atau bagian dari lengan atau kaki.
b. Terapi Radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau setelah
shrink Tumors operasi apapun untuk membunuh sel kanker yang mungkin
tertinggal. Dalam beberapa kasus, dapat digunakan untuk merawat tumor
yang tidak dapat dilakukan pembedahan. Dalam beberapa studi, terapi
radiasi telah ditemukan untuk memperbaiki tingkat lokal, tetapi belum ada
yang berpengaruh pada keseluruhan hidup.
c. Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum atau
sesudah operasi untuk mencoba bersembunyi di setiap tumor atau
membunuh sel kanker yang tersisa. Penggunaan kemoterapi untuk
mencegah penyebaran jaringan lunak tumors belum membuktikan untuk
lebih efektif. Jika kanker telah menyebar ke area lain dari tubuh,
kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink Tumors dan mengurangi rasa
sakit dan menyebabkan kegelisahan mereka, tetapi tidak mungkin untuk
membasmi penyakit.
Penanganan pada Soft Tissue Tumor (STT) adalah sebagai berikut :
1. Terapi Medis termasuk eksisi endoskopik tumor di traktus gastrointestinal
bagian atas misalnya: esophagus, perut (stomach), dan duodenum atau
colon.
2. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy). Pembedahan (complete surgical
excision) dengan kapsul sangatlah penting untuk mencegah kekambuhan
setempat (local recurrence). Terapi tergantung lokasi tumor. Pada lokasi
yang tidak biasanya, pemindahan lipoma menyesuaikan tempatnya.
H. Intervensi
1. Mekanisme intoleransi aktivitas
NOC NIC
 Energy conservation Activity Therapy
 Activity tolerance - Kolaborasikan dengan tenaga
 Self care: ADLs rehabilitasi medik dalam
Kriteria Hasil: merencanakan program terapi yang
 Berpartisipasi dalam aktivitas tepat
fisik tanpa disertai peningkatan - Bantu klien untuk mengidentifikasi
tekanan darah, nadi, dan RR aktivitas yang mampu dilakukan
 Mampu melakukan aktivitas - Bantu untuk memilih aktivitas
sehari-hari (ADLs) secara konsisten yang konsekuen yang sesuai
mandiri dengan kemampuan fisik, psikologi
 Tanda-tanda vital norml dan sosial
 Energy psikomotor - Bantu untuk mengidentifikasi dan
 Level kelemahan mendapatkan sumber yang diperlukan
 Mampu berpindah: dengan untuk aktivitas yang diinginkan
atau tanpa bantuan alat - Bantu untuk mendapatkan alat
 Status kardiopulmonari bantuan akivitas seperti kursi roda,
adekuat krek
 Sirkulasi status baik - Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
 Status respirasi: pertukaran gas yang disukai
dan vemtilasi adekuat - Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
- Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
- Monitor respon fisik, emosi, sosial,
dan spiritual
2. Mekanisme kerusakan integritas kulit
NOC NIC
 Tissue integrity: skin and Pressure Management
mucous - Anjurkan pasien untuk
 Membrans menggunakan pakaian ang
 Hemodyalis akses longgar
Kriteria Hasil: - Hindari kerutan pada tempat
 Integritas kulit yang baik tidur
bisa dipertahankan (sensasi, - Jaga kebersihan kulit agar
elastisitas, temperature, tetap bersih dan kering
hidrasi, pigmentasi) - Mobiliasi pasien (ubah
 Tidak ada luka/lesi pada posisi pasien) setiap dua jam
kulit sekali
 Perfusi jaringan baik - Monitor kulit akan adanya
 Menunjukkan pemahaman kemerahan
dalam proses perbaikan - Oelskan lotion atau
kulit dan mencegah minyak/baby oil pada daerah
terjadinya cedera berulang yang tertekan
 Mampu melindungi kulit - Monitor aktivitas dan
dan mempertahankan mobilisasi pasien
kelembapan kulit dan - Monitor status nutrisi pasien
perawatan alami - Memandikn pasien dengan
sabun dan air hangat
Insision Site Care
- Membersihkan, memantau
dan meningkatkan proses
penyembuhan pada luka
yang di tutup dengan jahitan,
klip, atau straples
- Monitor proses kesembuhan
area insisi
- Monitor tanda dan gejala
infeksi pada area insisi
- Bersihkan area sekitar
jahitan atau sraples
menggunakan lidi kapas
steril
- Gunakan preparat antiseptic,
sesuai program
- Ganti balutan pada interval
waktu yang sesuai atau
biarkan luka tetap terbuka
(tidak dibalut) sesuai
program
Dialysis Acces Maintenance

3. Mekanisme gangguan rasa nyaman


NOC NIC
 Ansiety Anxiety Reduction
 Fear level (Penurunan Kecemasan)
 Sleep deprivation - Gunakan pendekatan yang
Kriteria Hasil: menyenangkan
 Mampu mengontrol - Nyatakan dengan jelas
cemasan harapan terhadap pelaku
 Status lingkungan yang pasien
nyaman - Jelaskan semua prosedur
 Mengontrol nyeri dan apa yang dirasakan
 Kualitas tidur dan istirahat selama prosedur
adekuat - Pahami perspektif pasien
 Agresi pengendalian diri tehadap situasi stress
 Respon terhadap pengobatan - Temani pasien untuk
 Control gejala memberikan keamanan dan
 Status kenyamanan mengurangi takut
meningkat - Dorong keluarga untuk
 Dapat mengontrol kekuatan menemani anak
 Support sosial - Lakukan back/neck rub
 Keinginan untuk hidup - Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Identifikasi tingkat
kecemasan
- Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan ,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
- Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
Environment Management
Confort Pain Management

4. Mekanisme kerusakan mobilitas fisik


NOC NIC
 Joint movement: Active Exercise Therapy
 Mobility level - Monitoring vital sign
 Self care: ADLs sebelum atau sesudah
 Transfer performance latihan dan lihat respon
Kriteria Hasil: pasien saat latihan
 Klien meningkat dalam - Konsultasikan dengan
aktivitas fisik terapi fisik tentang rencana
 Mengerti tujuan dari ambulasi sesuai dengan
peningkatan mobilitas kebutuhan
 Memperagakan penggunaan - Bantu klien untuk
alat menggunakan tongkat saat
 Memverbalisasikan perasaan berjalan dan cegah terhadap
dalam meningkatkan cedera
kekuatan dan kemampuan - Ajarkan pasien atau tenaga
berpindah kesehatan lain tentang
 Memperagakan penggunakan teknik ambulasi
alat - Kaji kemampuan pasien
 Banu untuk mobilisasi dalam mobilisasi
(walkes) - Latih pasien dalam
pemenuhan kebutuhan
ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
- Dampingi dan bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs
pasien
- Berikan alat bantu jika
klien memerlukan
- Ajrkan pasien bagaimana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan

5. Mekanisme gangguan citra tubuh


NOC NIC
 Body image Body Image Enchancement
 Self esteem - Kaji secara verbal dan non
Kriteria Hasil: verbal respon klien
 Body image positif terhadap tubuhnya
 Mampu mengidentifikasi - Monitor frekuensi
kekuatan personal mengkritik dirinya
 Mendeskripsikan secara - Jelaskan tentang
factual perubahan fungi pengobatan, perawatan,
tubuh kemajuan dan prognosis
 Mempertahankan interaki penyakit
sosial - Dorongklien
mengungkapkan
perasaannya
- Identifikasi arti
pengurangan melalui
pemakaian alat bantu
- Fasilitasi kontak dengan
individu lain dalam
kelompok kecil

6. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


NOC NIC
 Nutritional status: food and Nutrition Management
fluid - Kaji adanya alergi makanan
 Intake - Kolaborasi dengan ahli gii
 Nutritional status: nutritient untuk menentukan jumlah
intake kalori dan nutrisi yang
 Weight control dibutuhkan pasien
Kriteria Hasil: - Anjurkan pasien untuk
 Adanya peningkatan berat meningkatkan intake Fe
badan sesuai dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk
 Berat badan ideal sesuai meningkatkan protein dan
dengan tinggi badan vitamin C
 Mampu mengidentifikasi - Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi - Yakinkan diet yang
 Tidak ada tanda-tanda dimakan mengandung tinggi
malnutrisi serat untuk mencegah
 Menunjukkan peningkatan konstipasi
fungsi pengecapan dar - Berikan makanan yang
menelan terpilih (sudah
 Tidak terjadi penurunan dikonsultasikan dengan ahli
berat badan yang berarti gizi)
- Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian
- Monitor jumlah nutrisi dan
kandungan kalori
- Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
- Kaji kemampuan psien
untuk mendaptkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Making
- BB pasien dalam batas
normal
- Monitor adanya penurunan
berat badan
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang bisa
dilakukan
- Monitor interaksi
anak/orang tua selama
makan
- Monitor lingkungan selama
makan
- Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan, rambut
kusam dan mudah patah
- Monitor mual dan muntah
- Monitor kadar albumin, toal
protein
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tn.A 32 tahun dirawat di rumah karena mengeluh nyeri pada bagian tungkai kiri
bawah (dibawah lutut) dengan skala nyeri 4 (0-5). Dari hasil wawancara dengan
klien, klien mengatakan sejak 6 bulan yang lalu lutut klien terbentur cangkul dan
mengalami perdarahan kemudian diobati secara tradisional tetapi bukannya
sembuh bahkan timbul benjolan pada luka dibawah lutut kemudian benjolan
tersebut dioperasi secara tradisional secara perlahan benjolan semakin besar
sampai sebesar bola takraw dan mudah sekali perdarahan. Klien mengatakan di
keluarga tidak ada yang menderita seperti itu dan sejak 3 bulan klien sudah tidak
bisa berjalan sendiri. Saat dilakukan ganti balutan benjolan mengeluarkan darah
yang masiv sehingga sukar dihentikan. Hasil pemeriksaan lab : hb 7,3 dan klien
sudah mendapat transfuse darah 1 labu PRC. Terapi analgetik dan direncanakan
klien akan di radioterapi.

Diagnosa yang mungkin muncul

1. Nyeri akut b.d adanya benjolan pada bagian tungkai kiri bawah (dibawah
lutut) yang ditandai dengan :
Ds : Tn. A mengeluh nyeri pada bagian tungkai bawah bagian kiri.
Do :
- Klien meringis kesakitan
- Skala nyeri 4 dari (0-5)
Intervensi
- Kaji skala nyeri klien seperti lokasi, frekuensi, durasi dan intensitas
(skala 0-5) dan upaya untuk mengurangi nyeri
- Dorong penggunaan stress management seperti teknik relaksasi,
visualisasi, komunikasi therapeutic melalui sentuhan

- Evaluasi/Kontrol berkurangnya rasa nyeri. Sesuaikan pemberian medikasi


sesuai kebutuhannya
- Beri analgetik sesuai indikasi dan dosis yang tepat

2. Resiko infeksi b.d tindakan operasi secara tradisonal


Ds : Tn. A mengeluh nyeri pada bagian tungkai kiri bawah
Do :
- Tn. A mengalami perdarahan
- Hasil pemeriksaan lab Hb : 7,3 g/dL
Intervensi
- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
- Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
- Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
- Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase, dan kondisi luka
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Do :
- Hasil pemeriksaan lab Hb 7,3 g/dL
- Tn. A mendapatkan transfusi darah 1 labu PRC
Intervensi
- Monitor daerah tertentu yang hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tumpul
- Gunakan sarung tangan untuk proteksi
- Kolaborasi pemberian analgetik
4. Gg. Mobilitas fisik b.d benjolan pada bagian tungkai kiri bawah
Ds : Tn. A sudah 3 bulan tidak bisa berjalan sendiri
Intervensi
- Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan
kemampuan fisik, psikologi, dan sosial
- Bantu pasien untuk mengembangkan potensi diri dan penguatan
- Monitor respon fisik, emosi, sosial, dan spiritual
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Gejala dan tanda dari Soft Tissue Tumor tidaklah spesifik, semuanya
tergantung pada dimana lokasi tumor itu berada berupa benjolan dibawah kulit
yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang
biasanya dikarenakan pendarahan atau nekrosis dalam tumor juga penekanan
di saraf-saraf tepi.

B. Saran

Sebagai calon pendidik, kita haruslah mengetahui diagnosis pada penderita


Soft Tissue Tumor supaya kita dapat lebih mengenalkan lagi tentang bahaya
dari Soft Tissue Tumor kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Schuetze S.M., Baker L.H., Benjamin R.S., Conetta R., Selection of Response
Criteria for Clinical Trials of Sarcoma Treatment, The Oncologist 2008;13 (suppl
2):32-40 www.TheOncologist.com

Anda mungkin juga menyukai