Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN SOFT TISSUE TUMOR

AYU GEDE INTAN ASTRI DEWI


NIM. 19J10027

PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM B


INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN (ITEKES) BALI
DENPASAR
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA PASIEN DENGAN SOFT TISSUE TUMOR

A. PENGERTIAN

Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma (Smeltzer, 2002). STT adalah
pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel - selnya tidak tumbuh seperti
kanker (Price, 2006). Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau
pembengkakan yang abnormal didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang
terletak antara kulit dan tulang

B. ETIOLOGI
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini
juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma mungkin
menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

C. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan
tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang
tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi
akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada
saraf – saraf tepi. Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat
membesar, bila diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah
digerakan dari jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh. Pada
tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif
elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan normal.
Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak.

D. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,
terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak,
sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor
membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul
di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh
E. PATHWAYS KEPERAWATAN

Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Soft Tissue Tumor (STT)

Pre Operasi Post Operasi

Adanya inflamasi Terputusnya kontinuitas


Adanya luka post op
jaringan

Perubahan fisik
Menstimulasi respon
Peradangan
nyeri Tempat masuk
Anatomi kulit pada kulit
mikroorganisme
abnormal

Nyeri
Bercak – Resti infeksi
Kurang
bercak merah
pengetahuan

Cemas Kerusakan
integritas
kulit
F. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk
mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang
berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi
terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.

2. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah
dilakukan operasi.

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan
lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika
batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi
melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi
terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor
jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau
ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar,
seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat
histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi
aspirasi akupunktur.
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan
lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam
beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray
dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan
tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul
memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih
jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
5. Pemeriksaan histopatologis
a. Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat.
Dioptimalkan untuk situasi berikut:
1) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode pengumpulan untuk
mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik
2) Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya untuk
mengambil spesimen segar harus segera konsentrasi sedimentasi
sentrifugal, selanjutnya smear
3) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor yang
mendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau kemoterapi, metastasis
dan lesi rekuren juga berlaku.
b. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak dapat
didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
c. Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
d. Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama dengan
bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis.
H. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata : nama, umur, pekerjaan, alamat
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Pengkajian fisik

2. Diagnosa Keperawatan
Pre Op
a. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit
Post Op
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi
c. Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Cemas berhubungan a. Anxiety control a. Anxiety reduction
dengan kurang b. Coping (penurunan kecemasan)
pengetahuan tentang - Gunakan pendekatan
penyakit Kriteria Hasil : yang menenangkan
a. Klien mampu R/ meningkatkan bhsp
Ditandai dengan: mengidentifikasi dan - Jelaskan semua
a. Gelisah mengungkapkan gejala prosedur dan apa yang
b. Insomnia cemas dirasakan selama
c. Resah b. Mengidentifikasi, prosedur
d. Ketakutan mengugkapkan dan R/ agar pasien
e. Sedih menunjukkan tehnik mengetahui tujuan
untuk mengontrol cemas dan prosedur tindakan
f. Fokus pada diri c. Vital sign dalam batas - Temani pasien untuk
g. Kekhawatiran normal memberikan
d. Postur tubuh, ekspresi keamanan dan
wajah, bahasa tubuh dan mengurangi takut
tingkat aktivitas R/ mengurangi
menunjukkan kecemasan pasien
berkurangnya kecemasan - Berikan informasi
faktual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis
R/ membantu
mengungangi tingkat
kecemasan
- Identifikasi tingkat
kecemasan
R/ mengetahui tingkat
kecemasan pasien
- Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
R/membantu pasien
agar lebih tenang
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
R/ membantu pasien
tenang dan nyaman
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
R/ cemas berkurang,
pasien merasa tenang
- Berikan obat
R/untuk mengurangi
kecemasan
2. Nyeri berhubungan a. Pain Level a. Pain Management
dengan terputusnya b. Pain control - Lakukan pengkajian
kontinuitas jaringan c. Comfort level nyeri secara
komprehensif
Batasan Kriteria Hasil : termasuk lokasi,
Karakteristik : a. Mampu mengontrol nyeri karakteristik, durasi,
a. Laporan secara (tahu penyebab nyeri, frekuensi, kualitas dan
verbal atau mampu menggunakan faktor presipitasi
nonverbal tehnik nonfarmakologi R/ mengetahui
b. Fakta dari untuk mengurangi nyeri, tindakan dan obat yang
observasi mencari bantuan) akan diberikan
c. Posisi antalgik b. Melaporkan bahwa nyeri - Observasi reaksi
(menghindari berkurang dengan nonverbal dari
nyeri) menggunakan ketidaknyamanan
d. Gerakan manajemen nyeri R/ mengetahui tingkat
melindungi c. Mampu mengenali nyeri nyeri pasien
e. Tingkah laku (skala, intensitas, - Gunakan teknik
berhati-hati frekuensi dan tanda komunikasi terapeutik
f. Muka topeng nyeri) untuk mengetahui
(nyeri) d. Menyatakan rasa nyaman pengalaman nyeri
g. Gangguan tidur setelah nyeri berkurang pasien
(mata sayu, e. Tanda vital dalam R/membantu pasien
tampak capek, rentang normal mengungkapkan
sulit atau gerakan perasaan nyerinya
kacau, - Evaluasi bersama
menyeringai) pasien dan tim
h. Terfokus pada kesehatan lain tentang
diri sendiri ketidakefektifan
i. Fokus menyempit kontrol nyeri masa
(penurunan lampau
persepsi waktu,
kerusakan proses R/untuk memberikan
berpikir, intervensi yang tepat
penurunan - Kontrol lingkungan
interaksi dengan yang dapat
orang lain dan mempengaruhi nyeri
lingkungan) seperti suhu ruangan,
j. Tingkah laku pencahayaan dan
distraksi, contoh kebisingan
jalan-jalan, R/membantu
menemui orang mengurangi nyeri
lain dan atau pasien
aktivitas - Kurangi faktor
berulang-ulang presipitasi nyeri
k. Respon autonom R/ mengurangi nyeri
(seperti pasien
berkeringat, - Pilih dan lakukan
perubahan penanganan nyeri
tekanan darah, (farmakologi, non
perubahan nafas, farmakologi dan inter
nadi dan dilatasi personal)
pupil R/ membantu
l. Perubahan mengurangi rasa nyeri
otonom dalam pasien
tonus otot - Kaji tipe dan sumber
(mungkin dalam nyeri untuk
rentang dari menentukan intervensi
lemah ke kaku) R/ memberikan
m. Tingkah laku intervensi yang tepat
ekspresif (contoh - Ajarkan tentang teknik
gelisah, merintih, non farmakologi
menangis, R/mengurangi nyeri
waspada, iritabel, dengan cara
nafas pengobatan non
panjang/berkeluh farmakologis
kesah - Berikan analgetik
n. Perubahan dalam untuk mengurangi
nafsu makan dan nyeri
minum R/ nyeri dapat
berkurang
Faktor Yang - Evaluasi keefektifan
Berhubungan : kontrol nyeri
Agen injury (biologi, R/ nyeri terkontrol
kimia, fisik, - Tingkatkan istirahat
psikologis) R/ menguragi nyeri
b. Analgesic Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
R/ untuk memberikan
intervensi yang tepat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
R/ benar dalam
pemberian obat
- Cek riwayat alergi
Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
R/ menentukan obat
yang tidak alergi untuk
pasien
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
R/ memberikan obat
yang sesuai dengan
keluhan
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
R/ mengetahui kondisi
pasien
- Berikan analgesik
tepat waktu terutama
saat nyeri hebat
R/ membantu
mengurangi nyeri

3. Kerusakan integritas Tissue Integrity : Pressure ulcer prevention


kulit berhubungan Skin and Mucous a. Wound care
dengan adanya luka Membranes - Anjurkan pasien
post operasi Wound Healing :primary untuk menggunakan
and secondary intention pakaian yang longgar
Batasan karakteristik R/ menjaga integritas
: Kriteria Hasil : kulit pasien
a. Gangguan pada a. Integritas kulit yang baik - Jaga kulit agar tetap
bagian tubuh bisa dipertahankan bersih dan kering
b. Kerusakan lapisa (sensasi, elastisitas, R/agar kulit tetap
kulit (dermis) temperatur, hidrasi, lembab
c. Gangguan pigmentasi) - Hindari kerutan pada
permukaan kulit b. Tidak ada luka/lesi pada tempat tidur
(epidermis) kulit R/ menjaga integritas
c. Perfusi jaringan baik kulit tetap baik
Faktor yang d. Menunjukkan - Mobilisasi pasien
berhubungan : pemahaman dalam proses (ubah posisi pasien)
perbaikan kulit dan setiap dua jam sekali
Eksternal : mencegah terjadinya R/ membantu agar
a. Hipertermia atau sedera berulang pasien nyaman
hipotermia e. Mampu melindungi kulit - Monitor kulit akan
b. Substansi kimia dan mempertahankan adanya kemerahan
c. Kelembaban kelembaban kulit dan R/ mengetahui
udara perawatan alami kondisi integritas
d. Faktor mekanik f. Tidak ada tanda-tanda kulit
(misalnya : alat infeksi - Oleskan lotion atau
yang dapat g. Menunjukkan terjadinya minyak/baby oil pada
menimbulkan luka, proses penyembuhan derah yang tertekan
tekanan, restraint) luka R/ agar kulit tetap
e. Immobilitas fisik terjaga tidak terjadi
f. Radiasi luka baru
g. Usia yang - Monitor aktivitas dan
ekstrim mobilisasi pasien
h. Kelembaban kulit R/ membantu pasien
i.Obat-obatan agar bisa mobilisasi
- Monitor status nutrisi
Internal : pasien
a. Perubahan status R/ mengawasi pasien
metabolik agar tidak
b. Tulang menonjol kekurangan nutrisi
c. Defisit imunologi - Memandikan pasien
dengan sabun dan air
Faktor yang hangat
berhubungan : R/mempertahankan
a. Gangguan personal higyene
sirkulasi pasien
b. Iritasi kimia - Observasi
(ekskresi dan luka :lokasi, dimensi,
sekresi tubuh, kedalaman luka,
medikasi) karakteristik, warna
cairan, granulasi,
c. Defisit jaringan nekrotik,
cairan,kerusakan tanda-tanda infeksi
mobilitas fisik, lokal.
keterbatasan R/ menguragi tanda-
pengetahuan, tanda infeksi
faktor mekanik - Lakukan teknik
(tekanan, perawatan luka
gesekan) dengan steril
kurangnya R/mencegah adanya
nutrisi, radiasi, infeksi
faktor suhu (suhu
yang ekstrim)
3. Resti infeksi a. Immune Status a. Infection Control (Kontrol
berhubungan dengan b. Knowledge : Infection infeksi)
luka post operasi control - Bersihkan lingkungan
c. Risk control setelah dipakai pasien
Faktor-faktor lain
resiko : Kriteria Hasil : R/mengurangi resiko
a. Prosedur Infasif a. Klien bebas dari tanda infeksi
b. Ketidakcukupan dan gejala infeksi - Pertahankan teknik
pengetahuan b. Mendeskripsikan proses isolasi
untuk penularan penyakit, factor R/ menurunkan resiko
menghindari yang mempengaruhi kontminasi silang
paparan patogen penularan serta - Batasi pengunjung bila
c. Trauma penatalaksanaannya, perlu
d. Kerusakan c. Menunjukkan R/ menurunkan resiko
jaringan dan kemampuan untuk infeksi
peningkatan mencegah timbulnya - Instruksikan pada
paparan infeksi pengunjung untuk
lingkungan d. Jumlah leukosit dalam mencuci tangan saat
e. Ruptur membran batas normal berkunjung dan setelah
amnion e. Menunjukkan perilaku berkunjung
f. Agen farmasi hidup sehat meninggalkan pasien
(imunosupresan)
g. Malnutrisi R/ mencegah terjadinya
h. Peningkatan kontaminasi silang
paparan - Gunakan sabun
lingkungan antimikrobia untuk
patogen cuci tangan
i. Imonusupresi R/ mencegah terpajan
j. Ketidakadekuatan pada organisme
imun buatan infeksius
k. Tidak adekuat - Cuci tangan setiap
pertahanan sebelum dan sesudah
sekunder tindakan keperawatan
(penurunan Hb, R/ menurunkan resiko
Leukopenia, infeksi
penekanan respon - Pertahankan
inflamasi) lingkungan aseptik
l. Tidak adekuat selama pemasangan
pertahanan tubuh alat
primer (kulit R/ mempertahankan
tidak utuh, teknik steril
trauma jaringan, - Tingkatkan intake
penurunan kerja nutrisi
silia, cairan tubuh R/ membantu
statis, perubahan meningkatkan respon
sekresi pH, imun
perubahan - Berikan terapi
peristaltik) antibiotik bila perlu
m. Penyakit kronik R/ mencegah terjadinya
infeksi
b. Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
R/mengidentifikasi
keadaan umum pasien
dan luka
- Monitor hitung
granulosit, WBC
R/ mengidentfikasi
adanya infeksi
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
R/ menghindari resiko
infeksi
- Berikan perawatan
kulit pada area
epidema
R/ meningkatkan
kesembuhan
- Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
R/mengetahui tingkat
kesembuhan pasien
- Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
R/ membantu
meningkatkan status
pertahanan tubuh
terhadap infeksi
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
R/ mempertahankan
teknik aseptik
- Laporkan kultur positif
R/ mengetahui
terjadinya infeksi pada
luka
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010. Jakarta :


Sagung Seto

Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja

Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC

Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC

Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika

Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi


2. Jakarta : EGC
Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC

Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China : Mosby Elsevier

Anda mungkin juga menyukai