Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

STT (SOFT TISSUE TUMOR)

DI RUANG CEMPAKA KAMAR 504

Penyusun :Estia Putri

Npm : 16.156.01.11.050

Program Studi S1 ilmu keperawatan

STIKES MEDISTRA INDONESIA


TAHUN AKADEMIK 2018/2019
STT (SOFT TISSUE TUMOR)

A. PENGERTIAN

Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ).

STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak
tumbuh seperti kanker (Price, 2006).

Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal
didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan tulang

B. ETIOLOGI
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa
gen memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini
juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

C. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan
tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang
tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi
akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada
saraf – saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
dirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di
sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang
relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan
normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak.

D. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,
terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak,
sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor
membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul
di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh

E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk
mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan
kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah
dilakukan operasi.

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata : nama, umur, pekerjaan, alamat
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pengkajian fisik

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor
jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan.
Jika batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang
jelastetapi melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan
lunak, situasi terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan
tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak
atau ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-
samar, seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat
histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi
aspirasi akupunktur.
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor
jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan
lunak dalam beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari
X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai
tingkatan tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor
panggul memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang
lebih jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
5. Pemeriksaan histopatologis
a. Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat.
Dioptimalkan untuk situasi berikut:
1) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode pengumpulan
untuk mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik
2) Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya untuk
mengambil spesimen segar harus segera konsentrasi sedimentasi
sentrifugal, selanjutnya smear
3) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor
yang mendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau kemoterapi,
metastasis dan lesi rekuren juga berlaku.
b. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak dapat
didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
c. Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
d. Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama dengan
bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis.
H. PATHWAYS KEPERAWATAN

Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Soft Tissue Tumor (STT)

Pre Operasi Post Operasi

Adanya inflamasi Terputusnya kontinuitas


Adanya luka post op
jaringan

Perubahan fisik
Menstimulasi respon
Peradangan
nyeri Tempat masuk
Anatomi kulit pada kulit
mikroorganisme
abnormal

Nyeri
Bercak – Resti infeksi
Kurang
bercak merah
pengetahuan

Cemas Kerusakan
integritas
kulit
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit

Post Op

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan


2. Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi

J. PERENCANAAN

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan
1. Cemas berhubungan a. Anxiety control a. Anxiety reduction
dengan kurang b. Coping (penurunan kecemasan)
pengetahuan tentang - Gunakan pendekatan
penyakit Kriteria Hasil : yang menenangkan
Ditandai dengan: a. Klien mampu - Jelaskan semua
a. Gelisah mengidentifikasi dan prosedur dan apa yang
b. Insomnia mengungkapkan gejala dirasakan selama
c. Resah cemas prosedur
d. Ketakutan b. Mengidentifikasi, - Temani pasien untuk
e. Sedih mengugkapkan dan memberikan
f. Fokus pada diri menunjukkan tehnik untuk keamanan dan
g. Kekhawatiran mengontrol cemas mengurangi takut
c. Vital sign dalam batas - Berikan informasi
normal faktual mengenai
d. Postur tubuh, ekspresi diagnosis, tindakan
wajah, bahasa tubuh dan prognosis
tingkat aktivitas - Identifikasi tingkat
menunjukkan kecemasan
berkurangnya kecemasan - Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
- Berikan obat
2. Nyeri berhubungan a. Pain Level a. Pain Management
dengan terputusnya b. Pain control - Lakukan pengkajian
kontinuitas jaringan c. Comfort level nyeri secara
komprehensif termasuk
Batasan Karakteristik Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik,
: a. Mampu mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
a. Laporan secara (tahu penyebab nyeri, kualitas dan faktor
verbal atau mampu menggunakan presipitasi
nonverbal tehnik nonfarmakologi - Observasi reaksi
b. Fakta dari untuk mengurangi nyeri, nonverbal dari
observasi mencari bantuan) ketidaknyamanan
c. Posisi antalgik b. Melaporkan bahwa nyeri - Gunakan teknik
(menghindari berkurang dengan komunikasi terapeutik
nyeri) menggunakan manajemen untuk mengetahui
d. Gerakan nyeri pengalaman nyeri
melindungi c. Mampu mengenali nyeri pasien
e. Tingkah laku (skala, intensitas, - Evaluasi bersama
berhati-hati frekuensi dan tanda nyeri) pasien dan tim
f. Muka topeng d. Menyatakan rasa nyaman kesehatan lain tentang
(nyeri) setelah nyeri berkurang ketidakefektifan
g. Gangguan tidur e. Tanda vital dalam rentang kontrol nyeri masa
(mata sayu, normal lampau
tampak capek, - Kontrol lingkungan
sulit atau gerakan yang dapat
kacau, mempengaruhi nyeri
menyeringai) seperti suhu ruangan,
h. Terfokus pada pencahayaan dan
diri sendiri kebisingan
i. Fokus menyempit - Kurangi faktor
(penurunan presipitasi nyeri
persepsi waktu, - Pilih dan lakukan
kerusakan proses penanganan nyeri
berpikir, (farmakologi, non
penurunan farmakologi dan inter
interaksi dengan personal)
orang lain dan - Kaji tipe dan sumber
lingkungan) nyeri untuk
j. Tingkah laku menentukan intervensi
distraksi, contoh - Ajarkan tentang teknik
jalan-jalan, non farmakologi
menemui orang - Berikan analgetik
lain dan atau untuk mengurangi
aktivitas nyeri
berulang-ulang - Evaluasi keefektifan
k. Respon autonom kontrol nyeri
(seperti - Tingkatkan istirahat
berkeringat, b. Analgesic Administration
perubahan - Tentukan lokasi,
tekanan darah, karakteristik, kualitas,
perubahan nafas, dan derajat nyeri
nadi dan dilatasi sebelum pemberian
pupil obat
l. Perubahan - Cek instruksi dokter
otonom dalam tentang jenis obat,
tonus otot dosis, dan frekuensi
(mungkin dalam - Cek riwayat alergi Pilih
rentang dari analgesik yang
lemah ke kaku) diperlukan atau
m. Tingkah laku kombinasi dari
ekspresif (contoh analgesik ketika
gelisah, merintih, pemberian lebih dari
menangis, satu
waspada, iritabel, - Tentukan pilihan
nafas analgesik tergantung
panjang/berkeluh tipe dan beratnya nyeri
kesah - Monitor vital sign
n. Perubahan dalam sebelum dan sesudah
nafsu makan dan pemberian analgesik
minum pertama kali
- Berikan analgesik tepat
Faktor Yang waktu terutama saat
Berhubungan : nyeri hebat
Agen injury (biologi,
kimia, fisik,
psikologis)

2 Resti infeksi a. Immune Status a. Infection Control (Kontrol


berhubungan dengan b. Knowledge : Infection infeksi)
luka post operasi control - Bersihkan lingkungan
Faktor-faktor resiko : c. Risk control setelah dipakai pasien
a. Prosedur Infasif lain
b. Ketidakcukupan Kriteria Hasil : - Pertahankan teknik
pengetahuan a. Klien bebas dari tanda dan isolasi
untuk gejala infeksi - Batasi pengunjung bila
menghindari b. Mendeskripsikan proses perlu
paparan patogen penularan penyakit, factor - Instruksikan pada
c. Trauma yang mempengaruhi pengunjung untuk
d. Kerusakan penularan serta mencuci tangan saat
jaringan dan penatalaksanaannya, berkunjung dan setelah
peningkatan c. Menunjukkan berkunjung
paparan kemampuan untuk meninggalkan pasien
lingkungan mencegah timbulnya - Gunakan sabun
e. Ruptur membran infeksi antimikrobia untuk cuci
amnion d. Jumlah leukosit dalam tangan
f. Agen farmasi batas normal - Cuci tangan setiap
(imunosupresan) e. Menunjukkan perilaku sebelum dan sesudah
g. Malnutrisi hidup sehat tindakan keperawatan
h. Peningkatan - Pertahankan lingkungan
paparan aseptik selama
lingkungan pemasangan alat
patogen - Tingkatkan intake
i. Imonusupresi nutrisi
j. Ketidakadekuatan - Berikan terapi
imun buatan antibiotik bila perlu
k. Tidak adekuat a. Infection Protection
pertahanan (proteksi terhadap infeksi)
sekunder - Monitor tanda dan
(penurunan Hb, gejala infeksi sistemik
Leukopenia, dan lokal
penekanan respon - Monitor hitung
inflamasi) granulosit, WBC
l. Tidak adekuat - Monitor kerentanan
pertahanan tubuh terhadap infeksi
primer (kulit tidak - Berikan perawatan kulit
utuh, trauma pada area epidema
jaringan, - Inspeksi kondisi luka /
penurunan kerja insisi bedah
silia, cairan tubuh - Instruksikan pasien
statis, perubahan untuk minum antibiotik
sekresi pH, sesuai resep
perubahan - Ajarkan cara
peristaltik) menghindari infeksi
m. Penyakit kronik - Laporkan kultur positif

DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi
2. Jakarta : EGC

Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China : Mosby Elsevier

Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010. Jakarta :


Sagung Seto

Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC

Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika

Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC

Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja

Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai