Disusun Oleh :
ALWAN DAROJAD SAPUTRO
SN171011
A. KONSEP PENYAKIT
1. Pengertian
Tumor adalah benjolan/pembengakakan abnormal dalam tubuh
tetapi dalam artian khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh
neoplasma dan nonplasma. Neoplasma dapat bersifat jinak atau ganas,
neoplasma ganas/kanker terjadi karena timbul berkembang biaknya sel
secara tidak terkendali sehingga sel-sel tumbuh terus merus bentuk dan
fungsi organ tempat tumbuhnya. Neoplasma jinak tumbuh dengan batas
tegas dan tidak menyusup , tidak merusak, tetapi membesar dan menekan
jaringan sekitarnya (ekspansif). Reeves, J.C.(2009).
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang
abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer,
2013 ).
STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel
selnya tidak tumbuh seperti kanker (Price, 2010).
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan
abnormal yang disebabkan oleh neoplasma dan nonneoplasma. Soft Tissue
Tumor (STT) adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel-
selnya tidak tumbuh seperti kanker (WHO.2014).
2. Etiologi
a. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar gen
yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam diagnosis.
2
b. Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi
induksi yang mendorong transformasi neoplastik.
c. Lingkungan carcinogens
Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu
dilaporkan meningkatnya insiden tuor jaringan lunak.
d. Infeksi
Infeksi virus Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga
akan meningkatkan kemungkinan tumor pembangun jaringan lunak.
e. Trauma
Hubungan antara trauma dan Soft Tissue Tumor nampaknya kebetulan.
Trauma menarik perhatian medis ke Pra-luka yang ada.
Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008)
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor
atau benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu
benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang
merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis
dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf – saraf tepi.
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat
membesar, bila dirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih
mudah digerakan dari jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke
tempat jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena
jaringan lunak yang relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat
bertambah besar, mendorong jaringan normal. Kadang gejala pertama
penderita merasa nyeri atau bengkak.
(Weiss S.W, 2008)
3
4. Komplikasi
Tumor jinak bisa berubah menjadi tumor ganas/kanker, penyebaran
atau metastasis kanker ini paling sering melalui pembuluh darah ke paru-
paru ke liver,dan tulang. Jarang menyebar melalui kelenjar getah bening.
Smeltzer. (2012).
4
Pathway
Perubahan fisik
Menstimulasi respon
Peradangan
nyeri Tempat masuk
pada kulit
Anatomi kulit mikroorganisme
abnormal
Nyeri
Bercak – Resti infeksi
Kurang
bercak merah
pengetahuan
Cemas Kerusakan
integritas
kulit
5
6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medik
1) Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah
mencapai angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan
bedah ini bertujuan untuk mengangkat tumor atau benjolan
tersebut.
2) Kemoterapi
a) Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan
menggunakan zat kimia untuk membunuh sel sel tumor
tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor.
b) Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan
dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan cara
kemoterapi ini.
3) Terapi Radiasi
b. Penatalaksanaan Keperawaatan
1) Perhatikan kebersihan luka pada pasien
2) Perawatan luka pada pasien
3) Pemberian obat
4) Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan
terjadi setelah dilakukan operasi.
Manuaba, T.W.( 2010).
6
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor
jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang
berdekatan. Jika batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak,
namun batas yang jelastetapi melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa
sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di sarkoma sinovial,
rhabdomyosarcoma, dan lainnya
b. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop
dan tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk
membedakan antara jinak atau ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh
yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti sarkoma otot lurik,
myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat histiocytoma seperti.
USG dapat membimbing untuk tumor mendalami
c. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor
jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor
jaringan lunak dalam beberapa tahun terakhir.
d. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan
dari X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang
berbagai tingkatan tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak
retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke pinggul atau paha, tumor
fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor tulang atau
invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan pengembangan
rencana pengobatan yang lebih baik.
e. Pemeriksaan histopatologis
1) Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang
akurat. Dioptimalkan untuk situasi berikut:
7
a) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode
pengumpulan untuk mendapatkan sel, pemeriksaan
mikroskopik
b) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor
yang mendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau
kemoterapi, metastasis dan lesi rekuren juga berlaku.
2) Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak
dapat didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
3) Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
4) Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama
dengan bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh
tumor untuk pemeriksaan histologis.
Manuaba, T.W.( 2010).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien dan Penanggung Jawab
b. Status Kesehatan
a) Keluhan Utama
b) Riwayat Penyakit Sekarang
c) Riwayat Penyakit Dahulu
d) Riwayat Penyakit Keluarga
8
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pre Op
1) Nyeri
Definisi : Pengalaman sensori dan emosi yang tidak menyenangkan
akibat adanya kerusakan jaringan yang actual atau potensial, awitan
yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat.
Batasan Karakteristik :
I. Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri dengan
isyarat
II. Objektif
i. Posisi untuk menghindari nyeri
ii. Perubahan tonus otot
iii. Respon autonomik(seperti berkeringat, perubahan tekanan
darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)
iv. Gerakan melindungi
v. Tingkah laku berhati-hati
vi. Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau
gerakan kacau, menyeringai)
vii. Terfokus pada diri sendiri
viii. Tingkah laku distraksi, contoh jalan-jalan, menemui orang
lain dan atau aktivitas berulang-ulang
ix. Tingkah laku ekspresif (contoh gelisah, merintih,
menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah
x. Faktor Yang Berhubungan : Agen injury (biologi, kimia,
fisik, psikologis)
2) Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang
penyakit
a) Definisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respon autonom, perasaan takut yang
9
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Batasan
Karakteristik :
i. Penurunan produktivitas
ii. Mengekspresikan kekhawatiran
iii. Gerakan yang tidak relevan
iv. Gelisah
v. Insomnia
vi. Resah, stress
Faktor yang Berhubungan : Terpajan toksin
b. Post Op
a) Nyeri
Definisi : Pengalaman sensori dan emosi yang tidak
menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang actual atau
potensial, awitan yang tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas
ringan sampai berat. Batasan Karakteristik :
Subjektif
Mengungkapkan secara verbal atau melaporkan nyeri
dengan isyarat
Objektif
10
Faktor Yang Berhubungan : Agen injury (biologi, kimia, fisik,
psikologis)
ii. Internal :
Perubahan status metabolic, Tulang menonjol,
Defisit imunologi, Gangguan sirkulasi, Iritasi kimia
(ekskresi dan sekresi tubuh, medikasi)
c) Resiko tinggi infeksi
Definisi : Beresiko terhadap invasi pathogen. Faktor-faktor resiko
Prosedur Infasif, Ketidakcukupan pengetahuan untuk
menghindari paparan pathogen, Trauma, Kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan lingkungan, Ruptur membran amnion, Agen
farmasi (imunosupresan), Malnutrisi, Peningkatan paparan
lingkungan pathogen, Imonusupresi, Ketidakadekuatan imun
buatan, Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon inflamasi), Tidak adekuat
pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, trauma jaringan,
penurunan kerja silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik), Penyakit kronik
11
12
3. Intervensi Keperawatan perencanaan keperawatan ( tujuan, kriteria hasil, dan tindakan keperawatan
menggunakan pendekatan NOC dan NIC
Post Operasi
14
rentang dari lemah ke kaku) e. Tanda vital dalam rentang j) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
m. Tingkah laku ekspresif (contoh gelisah, merintih, normal. k) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh l) Tingkatkan istirahat
kesah b. Analgesic Administration
n. Perubahan dalam nafsu makan dan minum a) Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum pemberian obat
Faktor Yang Berhubungan : b) Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan
Agen injury (biologi, kimia, fisik, psikologis) frekuensi
c) Cek riwayat alergi Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
d) Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan
beratnya nyeri
e) Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
f) Berikan analgesik tepat waktu terutama saat nyeri
hebat
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka Tissue Integrity : Pressure ulcer prevention
post operasi Skin and Mucous Membranes a. Wound care
Batasan karakteristik : Wound Healing :primary and a) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian
15
a. Gangguan pada bagian tubuh secondary intention yang longgar
b. Kerusakan lapisa kulit (dermis) b) Jaga kulit agar tetap bersih dan kering
c. Gangguan permukaan kulit (epidermis) Kriteria Hasil : c) Hindari kerutan pada tempat tidur
a. Integritas kulit yang baik bisa d) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua
Faktor yang berhubungan : Eksternal : dipertahankan (sensasi, jam sekali
a. Hipertermia atau hipotermia elastisitas, temperatur, e) Monitor kulit akan adanya kemerahan
b. Substansi kimia hidrasi, pigmentasi) f) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah
c. Kelembaban udara b. Tidak ada luka/lesi pada kulit yang tertekan
d. Faktor mekanik (misalnya : alat yang dapat menimbulkan c. Perfusi jaringan baik g) Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
luka, tekanan, restraint) d. Menunjukkan pemahaman h) Monitor status nutrisi pasien
e. Immobilitas fisik dalam proses perbaikan kulit i) Memandikan pasien dengan sabun dan air
f. Radiasi dan mencegah terjadinya hangat
g. Usia yang ekstrim sedera berulang j) Observasi luka :lokasi, dimensi, kedalaman luka,
h. Kelembaban kulit e. Mampu melindungi kulit dan karakteristik, warna cairan, granulasi, jaringan
i.Obat-obatan mempertahankan nekrotik, tanda-tanda infeksi lokal.
kelembaban kulit dan k) Lakukan teknik perawatan luka dengan steril
Internal : perawatan alami
a. Perubahan status metabolik f. Tidak ada tanda-tanda infeksi
b. Tulang menonjol g. Menunjukkan terjadinya
c. Defisit imunologi proses penyembuhan luka
16
Faktor yang berhubungan :
a. Gangguan sirkulasi
b. Iritasi kimia (ekskresi dan sekresi tubuh, medikasi)
c. Defisit cairan,kerusakan mobilitas fisik, keterbatasan
pengetahuan, faktor mekanik (tekanan, gesekan)
kurangnya nutrisi, radiasi, faktor suhu (suhu yang
ekstrim)
3. Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi a. Immune Status a. Infection Control (Kontrol infeksi)
b. Knowledge : Infection control a) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Faktor-faktor resiko : c. Risk control b) Pertahankan teknik isolasi
a. Prosedur Infasif c) Batasi pengunjung bila perlu
b. Ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan Kriteria Hasil : d) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci
patogen a. Klien bebas dari tanda dan tangan saat berkunjung dan setelah berkunjung
c. Trauma gejala infeksi meninggalkan pasien
d. Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan b. Mendeskripsikan proses e) Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
e. Ruptur membran amnion penularan penyakit, factor f) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
f. Agen farmasi (imunosupresan) yang mempengaruhi tindakan keperawatan
g. Malnutrisi penularan serta g) Pertahankan lingkungan aseptik selama
h. Peningkatan paparan lingkungan patogen penatalaksanaannya, pemasangan alat
17
i. Imonusupresi c. Menunjukkan kemampuan h) Tingkatkan intake nutrisi
j. Ketidakadekuatan imun buatan untuk mencegah timbulnya i) Berikan terapi antibiotik bila perlu
k. Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb, infeksi b. Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
Leukopenia, penekanan respon inflamasi) d. Jumlah leukosit dalam batas a) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan
l. Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit tidak utuh, normal lokal
trauma jaringan, penurunan kerja silia, cairan tubuh e. Menunjukkan perilaku hidup b) Monitor hitung granulosit, WBC
statis, perubahan sekresi pH, perubahan peristaltik) sehat c) Monitor kerentanan terhadap infeksi
d) Berikan perawatan kulit pada area epidema
e) Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
f) Instruksikan pasien untuk minum antibiotik
sesuai resep
g) Ajarkan cara menghindari infeksi
h) Laporkan kultur positif
18
DAFTAR PUSTAKA