A. Definisi
Soft tissue Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam
tubuh, tetapi dalam artian khusus adalah benjolan yang di sebabkan oleh
neoplasma. secara klinis, di bedakan atas golongan neoplasma dan
nonneoplasma. Neoplasma dapat bersifat jinak atau ganas, neoplasma jinak
tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak, tetapi membesar
dan menekan jaringan sekitarnya dan umumnya tidak bermetastasis, misalnya
ganglion (Rendy & Margareth, 2015).
B. Etiologi
1. Kondisi Genetik
Telah dibuktikan bahwa kelainan genetik tertentu dan mutasi gen
adalah faktor predisposisi bagi sebagian tumor jaringan lunak yang jinak
maupun ganas (Shidham, 2017). Gen mengandung instruksi untuk mengatur
perkembangan dan pembelahan sel. Gen yang bertugas dalam pembelahan sel
disebut oncogen. Gen lainnya yang bertugas memperlambat pembelahan sel
dan memastikan sel-sel untuk mati pada waktu yang tepat disebut gen
suppressor tumor. Kanker dapat disebabkan oleh mutasi (defek) DNA yang
menyebabkan oncogen terus aktif dan membuat gen suppressor tumor tidak
berfungsi. (American Cancer Society, 2016).
Gen NF1 dalam neurofibromatosis adalah contohnya, yang condong
mengalami transformasi sehingga menjadi multiple neurofibroma yang
bersifat ganas. Contoh lain, Gardner syndrome yang disebabkan oleh mutasi
gen APC yang membuat penderitanya menumbuhkan banyak polip di kolon
sehingga meningkatkan risiko terjadinya kanker kolon dan tumor desmoids.
Gorlin syndrome, yang juga disebut sindroma karsinoma sel basal nevoid
disebabkan oleh mutasi gen PTCH1 yang meningkatkan risiko terjadinya
fibrosarkoma dan rhabdomyosarcoma. (American Cancer Society, 2016).
2. Radiasi
Mekanisme patogenesisnya adalah mutasi genetik akibat radiasi lebih
dari 2000 cGy yang menyebabkan transformasi neoplastik (Shidham, 2017).
Jarak waktu antara perawatan radiasi dan diagnosis sarkoma adalah lebih
kurang 10 tahun (American Cancer Society, 2016) dan mengakibatkan
angka insiden kurang dari 5% kasus sarkoma.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh
yang lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
Contoh tumor jaringan lunak yang disebabkan oleh infeksi adalah Kaposi
sarcoma yang disebabkan oleh human herpes virus tipe-8 (HHV-8), yang
menyerang pasien-pasien human immunodeficiency virus (HIV). Infeksi virus
Epstein-Barr pada pasien immunocompromised juga meningkatkan
kemungkinan berkembanganya tumor jaringan lunak. (Shidham, 2017)
4. Trauma
Relasi antara trauma dengan tumor jaringan lunak sifatnya kebetulan.
Adanya suatu trauma memungkinkan terjadinya lesi tumor jaringan lunak.
(Shidham, 2017).
C. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors
(STT) adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan
nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun
kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutamadaerah paha, 20% di
ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan. Tumor jaringan
lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, sepertiserabut luka.
Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar
melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul
di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh.
Secara umum, tumor jaringan lunak tumbuh secara sentripetal, meskipun
beberapa tumor jinak (misalnya, lesi fibrosa) dapat tumbuh memanjang di
sepanjang bidang jaringan. Sebagian besar tumor jaringan lunak tetap pada batas
fasia, yang tersisa terbatas pada kompartemen asal sampai tahap perkembangan
selanjutnya. (Shidham, 2018).
Setelah tumor mencapai batas anatomi kompartemen, tumor lebih
mungkin untuk melanggar batas-batas kompartemen. Struktur neurovaskular
utama biasanya tergeser karena tidak diselimuti atau diserang oleh tumor. Tumor
yang timbul di lokasi ekstrakompartemen, seperti fossa poplitea, dapat
berkembang lebih cepat karena kurangnya batas fasia; mereka juga lebih
cenderung melibatkan struktur neurovaskular. (Shidham, 2018)
Bagian perifer dari tumor menekan jaringan lunak di sekitarnya yang
normal karena pertumbuhan ekspansil sentripetal. Ini menghasilkan
pembentukan zona yang relatif terdefinisi dengan baik dari jaringan fibrosa
terkompresi yang mungkin mengandung sel-sel tumor yang tersebar. Zona ini
juga dapat terdiri dari sel-sel inflamasi dan menunjukkan neovaskularitas.
(Shidham, 2018)
Lapisan tipis jaringan yang disebut zona reaktif mengelilingi zona
kompresi, terutama pada tumor tingkat tinggi. Bersama-sama, zona kompresi
dan reaktif membentuk pseudocapsule yang membungkus tumor dan berguna
dalam menentukan tingkat reseksi bedah. (Shidham, 2018)
D. athwyas
Kondisi genetik, radiasi, infeksi dan trauma
Adanya Inflamasi
Terputusnya kontinuitas Adanya luka post
jaringan operasi
Perubahan fisik
Defisit Pengetahuan
Gangguan integritas
kulit
Ansietas
o Ancaman terhadap konsep diri o Perilaku gelisah menurun kecemasan , jika memungkinkan
nyeri) Mampu mengenali nyeri napas dalam dan kompres hangat/ dingin)
o Frekuensi nadi meningkat frekuensi dan tanda nyeri) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
Status Kenyamanan nyeri
o Sulit tidur
Menyatakan rasa nyaman Jelaskan strategi meredakan nyeri
b. Minor
setelah nyeri berkurang Anjurkan menggunakan analgetik secara
Subjektif : -
tepat
Objektif
Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
o Tekanan darah meningkat
d. Kolaborasi
o Pola nafas berubah
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
o Nafsu makan berubah
o Proses berpikir terganggu perlu
o Menarik diri
o Berfokus pada diri sendiri
o Diaforesisi
Kondisi klinis terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma
4 Gangguan Integritas Kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan Integritas Kulit
Definisi keperawatan selama ... x 24 jam a. Observasi
mengalami kerusakan kulit (dermis diharapkan integritas kulit dan Identifikasi penyebab gangguan integritas
dan/atau epidermis) atau jaringan jaringan meningkat. kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
(membran mukosa, kornea, fasia, otot, Kriteria Hasil perubahan status nutrisi, peneurunan
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, SLKI kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
dan/atau ligamen) o Elastisitas meningkat penurunan mobilitas)
Penyebab o Hidrasi meningkat b. Terapeutik
o Perubahan sirkulasi o Perfusi jaringan meningkat Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
o Perubahan status nutrisi o Kerusakan jaringan Lakukan pemijatan pada area penonjolan
(kelebihan atau kekurangan ) menurun tulang, jika perlu
o Kekurangan/kelebihan volume o Kerusakan lapisan kulit Bersihkan perineal dengan air hangat,
cairan menurun terutama selama periode diare
o Penurunan mobilitas o Nyeri menurun Gunakan produk berbahan petrolium
o Bahan kimia iritatif o Perdarahan menurun atau minyak pada kulit kering
o Faktor mekanis (mis. Penekanan o Hematoma menurun dan hipoalergik pada kulit sensitif
Hindari produk berbahan dasar alkohol
pada tonjolan tulang, gesekan) o Pigmentasi abnormal
pada kulit kering
atau faktor elektris menurun
c. Edukasi
(elektrodiatermi, energi listrik o Jaringan parut menurun
Anjurkan menggunakan pelembab (mis.
bertegangan tinggi) o Nekrosis menurun
Lotin, serum)
o Efek samping terapi radiasi o Abrasi kornea menurun
Anjurkan minum air yang cukup
o Kelembaban o Suhu kulit membaik
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
o Proses penuaan neuropati perifer o Sensasi membaik
Anjurkan meningkat asupan buah dan
o Perubahan pigmentasi o Tekstur membaik sayur
o Perubahan hormonal o Pertumbuhan rambut Anjurkan menghindari terpapar suhu
o Kekurangan/kelebihan cairan, membaik ektrime
kurang terpapar informasi Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
tentang upaya mempertahankan/ minimal 30 saat berada diluar rumah
melindungi integritas jaringan.
Gejala dan Tanda 2. Perawatan Luka
a. Mayor a. Observasi
Subjektif : - Monitor karakteristik luka (mis:
Objektif drainase,warna,ukuran,bau
o Kerusakan jaringan dan atau Monitor tanda –tanda inveksi
lapisan kulit b. Terapeutik
b. Minor lepaskan balutan dan plester secara
Subjektif : - perlahan
Objektif Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika
o Nyeri perlu
o Perdarahan Bersihkan dengan cairan NACL atau
d. Kolaborasi
Kolaborasi prosedur debridement(mis:
enzimatik biologis mekanis,autolotik),
jika perlu
Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
perlu
o Peningkatan paparan organisme o Demam menurun Pertahankan teknik aseptik pada pasien
American Cancer Society, 2016. Breast Cancer Fact and Figures 2016. Tersedia:
http://www.cancer .org/research/cancerfactsfigures/cancerfactsfigures/cancer-
facts-figures-2013.
Andri. (2015) Laporan Pendahuluan Soft Tissue Tomur . Tersedia dalam:
http://www.Documents.com
Erawati, & dkk. (2018). Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal. Jakarta:
CV.Sagung Seto.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Priharjo, Robert (2012). Pengkajian Fisik Keperawatan: konsep, proses dan praktek.
Volume 2. Edisi 4. Jakarta : EGC
Rendy, M., & Margareth. (2015). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.