Anda di halaman 1dari 23

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT BEDAH

SOFT TISSUE TUMOR (STT)

A. Definisi
Soft tissue Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam
tubuh, tetapi dalam artian khusus adalah benjolan yang di sebabkan oleh
neoplasma. secara klinis, di bedakan atas golongan neoplasma dan
nonneoplasma. Neoplasma dapat bersifat jinak atau ganas, neoplasma jinak
tumbuh dengan batas tegas dan tidak menyusup, tidak merusak, tetapi membesar
dan menekan jaringan sekitarnya dan umumnya tidak bermetastasis, misalnya
ganglion (Rendy & Margareth, 2015).
B. Etiologi
1. Kondisi Genetik
Telah dibuktikan bahwa kelainan genetik tertentu dan mutasi gen
adalah faktor predisposisi bagi sebagian tumor jaringan lunak yang jinak
maupun ganas (Shidham, 2017). Gen mengandung instruksi untuk mengatur
perkembangan dan pembelahan sel. Gen yang bertugas dalam pembelahan sel
disebut oncogen. Gen lainnya yang bertugas memperlambat pembelahan sel
dan memastikan sel-sel untuk mati pada waktu yang tepat disebut gen
suppressor tumor. Kanker dapat disebabkan oleh mutasi (defek) DNA yang
menyebabkan oncogen terus aktif dan membuat gen suppressor tumor tidak
berfungsi. (American Cancer Society, 2016).
Gen NF1 dalam neurofibromatosis adalah contohnya, yang condong
mengalami transformasi sehingga menjadi multiple neurofibroma yang
bersifat ganas. Contoh lain, Gardner syndrome yang disebabkan oleh mutasi
gen APC yang membuat penderitanya menumbuhkan banyak polip di kolon
sehingga meningkatkan risiko terjadinya kanker kolon dan tumor desmoids.
Gorlin syndrome, yang juga disebut sindroma karsinoma sel basal nevoid
disebabkan oleh mutasi gen PTCH1 yang meningkatkan risiko terjadinya
fibrosarkoma dan rhabdomyosarcoma. (American Cancer Society, 2016).
2. Radiasi
Mekanisme patogenesisnya adalah mutasi genetik akibat radiasi lebih
dari 2000 cGy yang menyebabkan transformasi neoplastik (Shidham, 2017).
Jarak waktu antara perawatan radiasi dan diagnosis sarkoma adalah lebih
kurang 10 tahun (American Cancer Society, 2016) dan mengakibatkan
angka insiden kurang dari 5% kasus sarkoma.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh
yang lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
Contoh tumor jaringan lunak yang disebabkan oleh infeksi adalah Kaposi
sarcoma yang disebabkan oleh human herpes virus tipe-8 (HHV-8), yang
menyerang pasien-pasien human immunodeficiency virus (HIV). Infeksi virus
Epstein-Barr pada pasien immunocompromised juga meningkatkan
kemungkinan berkembanganya tumor jaringan lunak. (Shidham, 2017)
4. Trauma
Relasi antara trauma dengan tumor jaringan lunak sifatnya kebetulan.
Adanya suatu trauma memungkinkan terjadinya lesi tumor jaringan lunak.
(Shidham, 2017).
C. Patofisiologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors
(STT) adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan
nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun
kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutamadaerah paha, 20% di
ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan. Tumor jaringan
lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, sepertiserabut luka.
Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar
melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul
di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh.
Secara umum, tumor jaringan lunak tumbuh secara sentripetal, meskipun
beberapa tumor jinak (misalnya, lesi fibrosa) dapat tumbuh memanjang di
sepanjang bidang jaringan. Sebagian besar tumor jaringan lunak tetap pada batas
fasia, yang tersisa terbatas pada kompartemen asal sampai tahap perkembangan
selanjutnya. (Shidham, 2018).
Setelah tumor mencapai batas anatomi kompartemen, tumor lebih
mungkin untuk melanggar batas-batas kompartemen. Struktur neurovaskular
utama biasanya tergeser karena tidak diselimuti atau diserang oleh tumor. Tumor
yang timbul di lokasi ekstrakompartemen, seperti fossa poplitea, dapat
berkembang lebih cepat karena kurangnya batas fasia; mereka juga lebih
cenderung melibatkan struktur neurovaskular. (Shidham, 2018)
Bagian perifer dari tumor menekan jaringan lunak di sekitarnya yang
normal karena pertumbuhan ekspansil sentripetal. Ini menghasilkan
pembentukan zona yang relatif terdefinisi dengan baik dari jaringan fibrosa
terkompresi yang mungkin mengandung sel-sel tumor yang tersebar. Zona ini
juga dapat terdiri dari sel-sel inflamasi dan menunjukkan neovaskularitas.
(Shidham, 2018)
Lapisan tipis jaringan yang disebut zona reaktif mengelilingi zona
kompresi, terutama pada tumor tingkat tinggi. Bersama-sama, zona kompresi
dan reaktif membentuk pseudocapsule yang membungkus tumor dan berguna
dalam menentukan tingkat reseksi bedah. (Shidham, 2018)
D. athwyas
Kondisi genetik, radiasi, infeksi dan trauma

Masuk kedalam jaringan tubuh

Terbentuk benjolan (tumor) dibawah kulit

Soft tissue tumor (STT)

Pre Operasi Post Operasi

Adanya Inflamasi
Terputusnya kontinuitas Adanya luka post
jaringan operasi
Perubahan fisik

Menstimulasi Peradangan pada Tempat masuk


Anatomi kulit abnomal respon nyeri kulit mikroorganisme

Kurang Pengetahuan Bercak Risiko Infeksi


Nyeri Akut
merah

Defisit Pengetahuan
Gangguan integritas
kulit

Ansietas

Sumber, Andri (2015)


E. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor
atau benjolan tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu
benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang
merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat perdarahan atau nekrosis dalam
tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf – saraf tepi. Tumor
jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
dirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari
jaringan di sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh. Pada tahap
awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif
elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan
normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak.
F. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi setelah pembedahan soft tissue
tumor salah satu nya pada ganglion menimpulkan infeksi, kekakuan, nyeri,
bekas luka tak sedap, dan keloid selain itu terdapat keterbatasan gerak,
kerusakan serabut saraf atau pembuluh darah (Erawati & dkk, 2018).
G. Pemeriksaan Penunjang
Terdapat berbagai prosedur diagnostik yang dapat digunakan para ahli
bedah dan ahli klinis untuk mengevaluasi tumor jaringan lunak. Sampling tumor
ini ditentukan dari gambaran klinis dan karakteristik imaging-nya. Tumor yang
terlihat jinak biasanya langsung dieksisi, namun pada tumor yang terlihat
memiliki potensial menjadi ganas biasanya diperiksa lebih lanjut sebelum
dioperasi. Pemeriksaan penunjang yang utamanya digunakan adalah core needle
biopsy dan fine needle aspiration (FNA). (Lindberg, 2019)
Apabila hasil pemeriksaan penunjang tidak dapat di tentukan, maka
pemeriksaan dilanjutkan pada biopsi open surgical dengan frozen section
evaluation atau bahkan resection menyeluruh. Sebaliknya, bila hasil diagnosis
dapat ditentukan, tindakan akan dilanjutkan dengan eksisi lokal, resection luas,
atau kemoterapi adjuvant dengan/tanpa radiasi yang diberikan sebelum operasi.
(Lindberg, 2019)
Adapun untuk mendiagnosis tumor jaringan lunak, dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut (Shidham, 2017):
a. Pemeriksaan laboratorium
Spesifik untuk tumor jaringan ikat, ada analisis sitogenetik dan histologi.
b. Pemeriksaan imaging
Selama lebih dari dua decade terakhir, pemeriksaan imaging (contoh,
plain radiography, computed tomography [CT], magnetic resonance
imaging [MRI], bone scintigraphy, and positron emission tomography
[PET]) telah banyak berkontribusi dalam manajemen tumor jaringan lunak.
Meski tidak bisa memberi diagnosis spesifik (kecuali lipoma atau
liposarkoma), pemeriksaan-pemeriksaan ini sangat berguna untuk
menentukan letak anatomis, luas penyebaran tumor, dan keterlibatan
struktur-struktur penting.
c. Diagnosis jaringan
Mendiagnosis jaringan sedari awal adalah komponen paling penting
dalam pengobatan tumor jaringan lunak. Semua tumor jaringan yang lebih
besar dari 5 cm, termasuk pembesaran atau lesi gejala tumor, harus dibiopsi.
Beberapa teknik biopsi yang ada, antara lain: fine needle aspiration biopsy
(FNAB), core needle biopsy, incisional biopsy, dan excisional biopsy.
d. Gambaran histologi
Penentuan tingkatan klinis tumor berdasarkan gambaran histologinya
menjadi salah satu langkah penting dalam menyusun strategi pengobatan.
Ada macam-macam sistem tingkatan; mereka umumnya berdasarikan
evaluasi karakteristik histomorfologi, termasuk cellularity, cellular
pleomorphism, aktivitas mitosis, dan nekrosis, serta kategori histologinya.
Adapun tingkatan yang lebih sederhana, yaitu sistem tiga tingkatan (grade 1,
2, 3) yang ditentukan berdasarkan diferensiasi sel tumor.
H. Penatalaksanaan Medis
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat berisiko. Akan tetpi, para ahli bedah
mencapai angka keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini
bertujuan untuk mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan
zat kimia untuk menghambat pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat
sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan
kanker dirawat dengan cara kemoterapi ini.
c. Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang
bersumber dari radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupakan terapi
tunggal. Tetapi terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga
operasi bedah (Robert Priharjo, 2012).
d. Penatalaksanaan keperawatan
- Perhatikan kebersihan luka pada pasien.
- Perawatan luka pada pasien.
- Pemberian obat.
- Amati ada atau tidak komplikasi atau potensial yang terjadi setelah
dilakukan operasi (Robert Priharjo, 2012).
I. Diagnosa
1. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
2. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik
berlebih)
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi
5. Risiko Infeski berhubungan dengan efek prosedur invasif
J. Intervensi
No Standar Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Indonesia Indonesia (SIKI)
(SDKI) (SLKI)
1 Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan
Definisi keperawatan selama .....x24 jam, a. Observasi
Keadaan atau kurangnya informasi diharapakan tingkat  Identifikasi kesiapan dan
kognitif yang berkaitan dengan topik pengetahuan meningkat kriteria kemampuan menerima informasi
tertentu. hasil :  Identifikasi faktor – faktor yang
Penyebab SLKI dapat meningkatkan dan
a. Keterbatasan kognitif  Perilaku sesuai anjuran menurunkan motivasi perilaku hidup
b. Gangguan fungsi kognitif meningkat bersih dan sehat.
c. Kekeliruan mengikuti anjuran  Verbalisasi minat dalam b. Terapeutik
d. Kurang terpapar informasi belajar meningkat  Sediakan materi dan media
e. Kurang minat dalam belajar  Kemampuan menjelaskan pendidikan kesehatan
f. Kurang mampu mengingat pengetahuan suatu topik  Jadwalkan pendidikan kesehatan
g. Ketidaktahuan menemukan meningkat sesuai kesepakatan
sumber informasi  Kemampuan  Berikan kesempatan untuk bertanya
Gejala dan Tanda menggambarkan c. Edukasi
a. Mayor pengalaman sebelumnya  Jelaskan faktor risiko yang dapat
Subjektif yang sesuai dengan topik mempengaruhi kesehatan
o Menanyakan masalah yang meningkat  Ajarkan perilaku hidup bersih dan
dihadapi  Perilaku sesuai dengan sehat
Objektif pengetahuan meningkat  Ajarkan strategi yang dapat
o Menunjukkan perilaku tidak  Pertanyaan tentang digunakan untuk meningkatkan
sesuai anjuran masalah yang dihadapi perilaku hidup bersih dan sehat.
o Menunjukkan persepsi yang menurun
keliru terhadap masalah  Persepsi yang keliru
b. Minor : terhadap masalah menurun
Subjektif : -  Menjalani pemeriksaan
Objektif yang tidak tepat menurun
o Menjalani pemeriksaan  Perilaku membaik

yang tidak tepat.


o Menunjukkan perilaku
berlebihan (mis. Apatis,
bermusuhan, agitasi,
histeria)
Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi klinis yang baru
dihadapi oleh klien
2. Penyakit akut
3. Penyakit kronis

2 Ansietas Setelah dilakukan tindakan 1. Reduksi Ansietas


Definisi keperawatan selama .....x24 jam, a. Observasi
Kondisi emosi dan pengalaman diharapakan ansietas menurun  Identifikasi saat tingkat anxietas berubah
subyektif individu terhadap objek yang atau pasien dapat tenang dengan (mis. Kondisi, waktu, stressor)
tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi kriteria hasil :  Identifikasi kemampuan mengambil
bahaya yang memungkinkan individu SLKI keputusan
melakukan tindakan untuk menghadapi Tingkat Ansietas  Monitor tanda anxietas (verbal dan non
ancaman. o Verbalisasi kebingungan verbal)
Penyebab menurun b. Terapeutik
o Krisis situasional o Verbalisasi khawatir akibat  Ciptakan suasana  terapeutik untuk
o Kebutuhan tidak terpenuhi kondisi yang dihadapi menumbuhkan kepercayaan
o Krisis maturasional menurun  Temani pasien untuk mengurangi

o Ancaman terhadap konsep diri o Perilaku gelisah menurun kecemasan , jika memungkinkan

o Terilaku tegang menurun  Pahami situasi yang membuat anxietas


o Ancaman terhadap kematian
o Keluhan pusing menurun  Dengarkan dengan penuh perhatian
o Kekhawatiran mengalami
 Gunakan pedekatan yang tenang dan
kegagalan o Anoreksia menurun
meyakinkan
o Disfungsi sistem keluarga o Palpitasi menurun
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang
o Hubungan orangtua anak tidak o Frekuensi pernapasan
memuaskan membaik memicu kecemasan
o Faktor keturunan (tempramen o Frekuensi nadi membaik  Diskusikan perencanaan  realistis tentang
mudah teragitasi sejak lahir) o Tekanan darah membaik peristiwa yang akan datang
o Penyalahgunaan zat o Diaforesis menurun c. Edukasi
o Terpapar bahaya lingkungan o Tremor menurun  Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang

(mis. Toksin, polutan, dan lain- mungkin dialami


o Pucat menurun
lain)  Informasikan secara factual mengenai
o Konsentrasi membaik
o Kurang terpapar informasi diagnosis, pengobatan, dan prognosis
o Pola tidur membaik
Gejala dan Tanda  Anjurkan keluarga untuk tetap bersama
o Perasaan keberdayaan
a. Mayor pasien, jika perlu
membaik
Subjektif  Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak
o Kontak mata membaik
o Merasa bingung kompetitif, sesuai kebutuhan
o Pola berkemih membaik
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan
o Merasa khawatir dengan akibat
o Orientasi baik
persepsi
dari kondisi yang dihadapi
Dukungan Sosial  Latih kegiatan pengalihan, untuk
o Sulit berkonsentrasi
o Kemampuan meminta mengurangi ketegangan
Objektif
bantuan pada orang lain  Latih penggunaan mekanisme pertahanan
o Tampak gelisah,
meningkat diri yang tepat
o Tampak tegang
o Bantuan yang ditawarkan  Latih teknik relaksasi
o Sulit tidur oleh oranglain meningkat d. Kolaborasi
b. Minor
Subjektif o Dukungan emosi yang
 Kolaborasi pemberian obat anti anxietas,
o Mengeluh pusing disediakan oleh orang lain
jika perlu
o Anorexia meningkat
2. Terapi Relaksasi
o Palpitasi o Jaringan sosial yang
a. Observasi
o merasa tidak berdaya membantu meningkat
 Identifikasi penurunan tingkat energy,
Objektif
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
o Frekuensi napas dan nadi
gejala lain yang menganggu kemampuan
meningkat
kognitif
o Tekanan darah meningkat
 Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
o Diaforesis, tremor efektif digunakan
o Muka tampak pucat  Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
o Suara bergetar penggunaan teknik sebelumnya
o Kontak mata buruk  Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi,
o Sering berkemih tekanan darah, dan suhu sebelum dan
o Berorientasi pada masa lalu sesudah latihan
 Monitor respons terhadap terapi relaksasi

Kondisi Klinis Terkait b. Terapeutik

1. Penyakit kronis progresif (mis.  Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa

Kanker, penyakit autoimun) gangguan dengan pencahayaan dan suhu


2. Penyakit akut
ruang nyaman, jika memungkinkan
3. Hospitalisasi
 Berikan informasi tertulis tentang
4. Rencana operasi
persiapan dan prosedur teknik relaksasi
5. Kondisi diagnosis penyakit
 Gunakan pakaian longgar
belum jelas
 Gunakan nada suara lembut dengan
6. Penyakit neurologis
irama lambat dan berirama
7. Tahap tumbuh kembang
 Gunakan relaksasi sebagai strategi
penunjang dengan analgetik atau
tindakan medis lain, jika sesuai
c. Edukasi
 Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
jenis, relaksasi yang tersedia (mis. music,
meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif)
 Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi
yang dipilih
 Anjurkan mengambil psosisi nyaman
 Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi
 Anjurkan sering mengulang atau melatih
teknik yang dipilih’
 Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi
(mis. napas dalam, pereganganm atau
imajinasi terbimbing )

3 Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan 1. Manajemen Nyeri


Definisi keperawatan selama ..... x 24 jam a. Observasi
pengalaman sensorik atau emosional diharapkan nyeri pada pasien  Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
yang berkaitan dengan kerusakan berkurang frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
jaringan aktual atau fungsional dengan Kriteria hasil :  Identifikasi skala nyeri
onset mendadak atau Tingkat Nyeri  Identifikasi respon nyeri nonverbal
lambatberintensitas ringan hingga berat  Nyeri berkurang dengan  Identifikasi factor yang memperingan dan
yang berlangsung kurang dari 3 bulan. skala 2 memperberat nyeri
Penyebab  Pasien tidak mengeluh  Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
o Agen pencedera fisiologis (mis. nyeri tentang nyeri
Inflamasi iskemia, neoplasma)  Pasien tampak tenang  Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
o Agen pencedera kimiawi  Pasien dapat tidur dengan  Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
(terbakar, bahan kimia iritan) tenang kualitas hidup pasien
o Agen pencedera fisik (mis.  Frekuensi nadi dalam  Monitor efek samping penggunaan
Abses, amputasi, terbakar, batas normal (60-100 analgetik
terpotong, mengangkat berat, x/menit)  Monitor keberhasilan terapi
prosedur operasi, trauma, latihan  Tekanan darah dalam komplementer yang sudah diberikan
fisik berlebihan) batas normal (90/60 b. Terapeutik
Gejala dan Tanda mmHg – 120/80 mmHg)  Fasilitasi istirahat tidur
a. Mayor  RR dalam batas normal  Kontrol lingkungan yang memperberat
Subjektif (16-20 x/menit) nyeri ( missal: suhu ruangan,
o Mengeluh nyeri Kontrol Nyeri pencahayaan dan kebisingan).
Objektif  Melaporkan bahwa nyeri  Beri teknik non farmakologis untuk
o Tampak meringis berkurang dengan meredakan nyeri (aromaterapi, terapi
o Bersikap proaktif (mis. menggunakan manajemen pijat, hypnosis, biofeedback, teknik

waspada, posisi menghindari nyeri imajinasi terbimbimbing, teknik tarik

nyeri)  Mampu mengenali nyeri napas dalam dan kompres hangat/ dingin)

o Gelisah (skala, intensitas, c. Edukasi

o Frekuensi nadi meningkat frekuensi dan tanda nyeri)  Jelaskan penyebab, periode dan pemicu
Status Kenyamanan nyeri
o Sulit tidur
 Menyatakan rasa nyaman  Jelaskan strategi meredakan nyeri
b. Minor
setelah nyeri berkurang  Anjurkan menggunakan analgetik secara
Subjektif : -
tepat
Objektif
 Anjurkan monitor nyeri secara mandiri
o Tekanan darah meningkat
d. Kolaborasi
o Pola nafas berubah
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika
o Nafsu makan berubah
o Proses berpikir terganggu perlu
o Menarik diri
o Berfokus pada diri sendiri
o Diaforesisi
Kondisi klinis terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaukoma
4 Gangguan Integritas Kulit Setelah dilakukan tindakan 1. Perawatan Integritas Kulit
Definisi keperawatan selama ... x 24 jam a. Observasi
mengalami kerusakan kulit (dermis diharapkan integritas kulit dan  Identifikasi penyebab gangguan integritas
dan/atau epidermis) atau jaringan jaringan meningkat. kulit (mis. Perubahan sirkulasi,
(membran mukosa, kornea, fasia, otot, Kriteria Hasil perubahan status nutrisi, peneurunan
tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi, SLKI kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
dan/atau ligamen) o Elastisitas meningkat penurunan mobilitas)
Penyebab o Hidrasi meningkat b. Terapeutik
o Perubahan sirkulasi o Perfusi jaringan meningkat  Ubah posisi setiap 2 jam jika tirah baring
o Perubahan status nutrisi o Kerusakan jaringan  Lakukan pemijatan pada area penonjolan
(kelebihan atau kekurangan ) menurun tulang, jika perlu
o Kekurangan/kelebihan volume o Kerusakan lapisan kulit  Bersihkan perineal dengan air hangat,
cairan menurun terutama selama periode diare
o Penurunan mobilitas o Nyeri menurun  Gunakan produk berbahan petrolium
o Bahan kimia iritatif o Perdarahan menurun atau minyak pada kulit kering

o Suhu lingkungan ekstrime o Kemerahan menurun  Gunakan produk berbahan ringan/alami

o Faktor mekanis (mis. Penekanan o Hematoma menurun dan hipoalergik pada kulit sensitif
 Hindari produk berbahan dasar alkohol
pada tonjolan tulang, gesekan) o Pigmentasi abnormal
pada kulit kering
atau faktor elektris menurun
c. Edukasi
(elektrodiatermi, energi listrik o Jaringan parut menurun
 Anjurkan menggunakan pelembab (mis.
bertegangan tinggi) o Nekrosis menurun
Lotin, serum)
o Efek samping terapi radiasi o Abrasi kornea menurun
 Anjurkan minum air yang cukup
o Kelembaban o Suhu kulit membaik
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
o Proses penuaan neuropati perifer o Sensasi membaik
 Anjurkan meningkat asupan buah dan
o Perubahan pigmentasi o Tekstur membaik sayur
o Perubahan hormonal o Pertumbuhan rambut  Anjurkan menghindari terpapar suhu
o Kekurangan/kelebihan cairan, membaik ektrime
kurang terpapar informasi  Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
tentang upaya mempertahankan/ minimal 30 saat berada diluar rumah
melindungi integritas jaringan.
Gejala dan Tanda 2. Perawatan Luka
a. Mayor a. Observasi
Subjektif : -  Monitor karakteristik luka (mis:
Objektif drainase,warna,ukuran,bau
o Kerusakan jaringan dan atau  Monitor tanda –tanda inveksi
lapisan kulit b. Terapeutik
b. Minor  lepaskan balutan dan plester secara
Subjektif : - perlahan
Objektif  Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika
o Nyeri perlu
o Perdarahan  Bersihkan dengan cairan NACL atau

o Kemerahan pembersih non toksik,sesuai kebutuhan

o Hematoma  Bersihkan jaringan nekrotik


 Berika salep yang sesuai di kulit /lesi,
Kondisi Klinis Terkait
jika perlu
1. Imobilisasi
 Pasang balutan sesuai jenis luka
2. Gagal jantung kongestif
 Pertahan kan teknik seteril saaat
3. Gagal ginjal
perawatan luka
4. Diabetes melitus
 Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
5. Imunodefisiensi (mis. AIDS)
drainase
 Jadwalkan perubahan posisi setiap dua
jam atau sesuai kondisi pasien
 Berikan diet dengan kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan protein1,25-1,5
g/kgBB/hari
 Berikan suplemen vitamin dan mineral
(mis vitamin A,vitamin C,Zinc,Asam
amino),sesuai indikasi
 Berikan terapi TENS(Stimulasi syaraf
transkutaneous), jika perlu
c. Edukasi
 Jelaskan tandan dan gejala infeksi
 Anjurkan mengonsumsi makan tinggi
kalium dan protein
 Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri

d. Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement(mis:
enzimatik biologis mekanis,autolotik),
jika perlu
 Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
perlu

5 Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi


Definisi keperawatan selama .....x24 jam, Observasi
Berisiko mengalami peningkatan diharapakan resiko infeksi  Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
terserang organisme patogenik menurun dengan kriteria hasil : sistemik
Penyebab SLKI Terapeutik
o Penyakit kronis (mis. Diabetes Tingkat Infeksi  Batasi jumlah pengunjung
melitus) o Kebersihan tangan meningkat  Berikan perawatan kulit pada area edema
o Efek prosedur invasif o Kebersihan badan meningkat  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
o Malnutrisi o Nafsu makan meningkat dengan pasien dan lingkungan pasien

o Peningkatan paparan organisme o Demam menurun  Pertahankan teknik aseptik pada pasien

patogen lingkungan beresiko tinggi


o Kemerahan menurun
o Ketidakadekuatan pertahanan Edukasi
o Nyeri menurun
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
tubuh primer : o Bengkak menurun
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
a. Gangguan peristaltik o Vesikel menurun
 Ajarkan etika batuk
b. Kerusakan integritas kulit o Cairan berbau busuk
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
c. Perubahan sekresi pH
d. Penurunan kerja siliaris menurun luka operasi
e. Ketuban pecah lama o Sputum berwarna hijau  Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
f. Ketuban pecah sebelum menurun  Anjurkan meningkatkan asupan cairan
waktunya o Drainase purulen menurun Kolaborasi
g. Merokok o Piuna menurun  Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu
h. Statis cairan tubuh o Periode malaise menurun
o Ketidakadekuatan pertahanan o Periode menggigil menurun
tubuh sekunder o Letargi menurun
a. Penurunan hemoglobin
o Gangguan kognitif
b. Imunosupresi
o Kadar sel darah putih
c. Leukopenia
membaik
d. Supresi respon inflamasi
o Kultur darah membaik
e. Vaksinasi tidak adekuat
o Kultur urine membaik
Kondisi Klinis Terkait o Kultur sputum membaik
o AIDS o Kultur area luka membaik
o Luka bakar o Kultur feses membaik
o Penyakit paru obstruktif kronis
o Diabetes melitus
o Tindakan invasif
o Kondisi penggunaan therapi steroid
o Penyalahgunaan obat
o Ketuban pecah sebelum waktunya
(KPSW)
o Kanker
o Gagal ginjal
o Imunosupresi
o Lymphedema
o Leukositopenia
o Gangguan fungsi hati
K. Daftar Pustaka

American Cancer Society, 2016. Breast Cancer Fact and Figures 2016. Tersedia:
http://www.cancer .org/research/cancerfactsfigures/cancerfactsfigures/cancer-
facts-figures-2013.
Andri. (2015) Laporan Pendahuluan Soft Tissue Tomur . Tersedia dalam:
http://www.Documents.com
Erawati, & dkk. (2018). Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal. Jakarta:
CV.Sagung Seto.
PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Priharjo, Robert (2012). Pengkajian Fisik Keperawatan: konsep, proses dan praktek.
Volume 2. Edisi 4. Jakarta : EGC
Rendy, M., & Margareth. (2015). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan Penyakit
Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai