DOSEN PENGAMPU :
IRMA TRIYANI, SKM.,M.Kes
NAMA MAHASISWA :
YUNITA SIANTURI
NIM
201121057
MENGETAHUI
MAHASISWA
YUNITA SIANTURI
LAPORAN PENDAHULUAN
SOFT TISSUE TUMOR (STT)
B. ETIOLOGI
1. Kondisi genetic
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar
laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting dalam
diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-
induksi yang mendorong tranformasi neoplastic.
3. Infeksi
Infeksi virus Epstein-bar dalam orang yang kekebalannya lemah juga
akan meningkat kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
4. Trauma
Hubungan trauma dan soft tissue tumor nampaknya kebetulan. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada
(Sjamsuhidajat, 2010). (M. Clevo.2012: 84).
C. PATOFISIOLOGI/MEKANISME GANGGUAN KEBUTUHAN
TERKAIT
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors
(STT) adalah proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan
nonepitelial ekstraskeletal tubuh.Dapat timbul di tempat di mana saja,
meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,terutama daerah
paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di
badan.Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa
tumor jinak,seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis
dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas sampai ke struktur
neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di lokasi seperti lekukan-
lekukan tubuh.Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas
4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi local.
4. Metastasis jauh.
(M. Clevo, 2012).
E. KOMPLIKASI PENYAKIT
Komplikasi yang sering terjadi setelah pembedahan soft tissue tumor salah
satu nya pada ganglion menimpulkan infeksi, kekakuan, nyeri, bekas luka
tak sedap, dan keloid selain itu terdapat keterbatasan gerak, kerusakan
serabut saraf atau pembuluh darah (Erawati & dkk, 2018).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan radiologi sangat penting dalam diagnosis awal karena
pengkajian fisik biasanya tidak dapat mendeteksi awal tumor hingga
kanker mencapai ukuran yang cenderung menimbulkan risiko
bermetatasis. Proses diagnostik ini dapat melibatkan:
1. Computed Tomography (CT)
CT memungkinkan visualisasi penampang melintang anatomi. Karena
CT Scan menunjukkan sedikit perbedaan dalam densitas jaringan, CT
Scan memberikan keakuratan yang lebih besar dalam diagnosis tumor.
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan instrument diagnostic pilihan untuk skirining dan
konsultasi lanjutan tumor. Selama MRI, pasien ditempatkan di dalam
bidang magnetic, gelombang radio yang berpulasi diarahkan pada
mereka, dan dikirimkan sinyal berdasarkan karakteristik jaringan yang
dianalisis oleh komputer.
3. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi (USG) menilai gelombang suara ketika gelombang
suara mencerminkan berbagai struktur tubuh, menunjukkan
abnormalitas yang mengindikasikan tumor.
4. Pencitraan Nuklir
Pencitraan nuklir ini merupakan metode diagnostik yang aman untuk
mengidentifikasi tumor pada berbagai jaringan tubuh. Prosedur ini
sering digunakan untuk memeriksa kemungkinan tulang atau
metastasis organ lainnya.
5. Angiografi
Angiografi dilakukan ketika lokasi tumor yang tepat tidak dapat
diidentifikasi atau terdapat keharusan untuk memvisualisasikan
perkembangan tumor sebelum pembedahan. Prosedur ini meliputi
penginjeksian pewarna radiopaque ke dalam pembuluh darah utama
yang dekat ke organ atau jaringan yang periksa. Pewarna dapat
digunakan untuk mengidentifikasi pembuluh darah yang menyuplai
tumor.
6. Endoskopi
Memvisualkan langsung rongga tubuh atau saluran dengan
memasukan suatu kedalam rongga tubuh atau ostium tubuh;
memungkinkan dilakukannya biopsy jaringan, aspirasi dan eksisi
tumor yang kecil.
7. Ultrasound
Echo dari gelombang bunyi berfrekuensi tinggi direkam pada layer
penerima, digunkan untuk mengkaji jaringan yang dalam di dalam
tubuh.
(Robert Priharjo, 2012).
G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op Post Op
Deficit penge tahuan berhubungan Nyeri berhubungan dengan luka
dengan tidak tahu adanya penyakit setelah operasi
H. PENATALAKSANAAN MEDIK
Secara umum, pengobatan untuk jaringan lunak tumors tergantung pada
tahap dari tumor. Tahap tumor yang didasarkan pada ukuran dan tingkatan
dari tumor. Pengobatan pilihan untuk jaringan lunak tumors termasuk
operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi.
1. Terapi Pembedahan (Surgical Therapy)
Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak
tumors. Jika memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan
margin yang aman dari jaringan sehat di sekitarnya. Penting untuk
mendapatkan margin bebas tumor untuk mengurangi kemungkinan
kambuh lokal dan memberikan yang terbaik bagi pembasmian dari
tumor. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari tumor, mungkin, jarang
sekali, diperlukan untuk menghapus semua atau bagian dari lengan
atau kaki.
2. Terapi Radiasi
Terapi radiasi dapat digunakan untuk operasi baik sebelum atau setelah
shrink Tumors operasi apapun untuk membunuh sel kanker yang
mungkin tertinggal. Dalam beberapa kasus, dapat digunakan untuk
merawat tumor yang tidak dapat dilakukan pembedahan. Dalam
beberapa studi, terapi radiasi telah ditemukan untuk memperbaiki
tingkat lokal, tetapi belum ada yang berpengaruh pada keseluruhan
hidup.
3. Kemoterapi
Kemoterapi dapat digunakan dengan terapi radiasi, baik sebelum atau
sesudah operasi untuk mencoba bersembunyi di setiap tumor atau
membunuh sel kanker yang tersisa. Penggunaan kemoterapi untuk
mencegah penyebaran jaringan lunak tumors belum membuktikan
untuk lebih efektif. Jika kanker telah menyebar ke area lain dari tubuh,
kemoterapi dapat digunakan untuk Shrink Tumor dan mengurangi rasa
sakit dan menyebabkan kegelisahan mereka, tetapi tidak mungkin
untuk membasmi penyakit.
(Robert Priharjo, 2012).
REFERENSI
Rendy, M., & Margareth. (2015). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Erawati, & dkk. (2018). Diagnosis dan Terapi Tumor Muskuloskeletal. Jakarta:
CV.Sagung Seto.