Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN SOFT TISSUE TUMOR

DI RUANG IBS RSUD dr. R. GOETENG TAROENADIBRATA PURBALINGGA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktek Klinik Keperawatan


Perioperatif
Dosen Pembimbing : Siti Mulidah, S.Pd, S.Kep.Ns, M.Kes.
CI Klinik : Dwijo Sunarko, S. Kep., Ns

Kiki Indah Cahyaningrum


P1337420218098
3C

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2021

LAPORAN PENDAHULUAN

STT (SOFT TISSUE TUMOR)

A. PENGERTIAN
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ).

STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh
seperti kanker (Price, 2006).

Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal
didalam tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan tulang

B. ETIOLOGI
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa
gen memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini
juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

C. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan
tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang
tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi
akibat perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada
saraf – saraf tepi.

Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
dirabaterasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di
sekitarnyadan tidak pernah menyebar ke tempat jauh.
Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang
relatif elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan
normal. Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak.

D. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,
terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak,
sepertiserabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor
membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul
di lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh

E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk
mengangkat tumor atau benjolan tersebut.
b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan
kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari
radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah
dilakukan operasi.

F. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Biodata : nama, umur, pekerjaan, alamat
2. Keluhan utama
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Riwayat penyakit dahulu
5. Riwayat penyakit keluarga
6. Pengkajian fisik

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan
lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika
batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi
melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi
terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor
jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau
ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar,
seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat
histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi
aspirasi akupunktur.
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan
lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam
beberapa tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray
dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan
tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul
memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih
jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik.
5. Pemeriksaan histopatologis
a. Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat.
Dioptimalkan untuk situasi berikut:
1) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode pengumpulan
untuk mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik
2) Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya untuk
mengambil spesimen segar harus segera konsentrasi sedimentasi
sentrifugal, selanjutnya smear
3) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor yang
mendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau kemoterapi,
metastasis dan lesi rekuren juga berlaku.
b. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak dapat
didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
c. Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
d. Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama dengan
bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis.
H. PATHWAYS KEPERAWATAN

Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Soft Tissue Tumor (STT)

Pre Operasi Post Operasi

Adanya inflamasi Terputusnya kontinuitas


Adanya luka post op
jaringan

Perubahan fisik
Menstimulasi respon
Peradangan
nyeri Tempat masuk
Anatomi kulit pada kulit
mikroorganisme
abnormal

Nyeri
Bercak – Resti infeksi
Kurang
bercak merah
pengetahuan

Cemas Kerusakan
integritas
kulit

Resiko injury

A. PENGKAJIAN
Melakukan pengkajian head to toe secara perioritas, terdiri dari kepala,
leher, dada, abdomen, genetalia, integumen, hingga esktremitas. Kaji juga
riwayat operasi sebelumnya dan riwayat alergi obat sebelumnya.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pre Operasi
“Ansietas/cemas berhubungan krisis situasional” (Domain 9, kelas 2,
kode diagnosis 00146)
2. Intra Operasi
“Risiko cedera berhubungan dengan pembedahan” (Domain 11, kelas 2,
kode diagnosis 00035)
3. Post Operasi
“ Risiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi “ (Domain 11,
kelas 1, kode diagnosis 00004)
C. INTERVENSI
No Dx NOC NIC
1 Ansietas Setelah dilakukan tindakan Pengurangan
keperawatan 1 x 10 menit Kecemasan (5820)
diharapkan kecemasan berkurang 1. Gunakan
dengan kriteria hasil : pendekatan yang
NOC: Kontrol Kecemasan tenang dan
(1402) IndikatorAwal Tujuan meyakinkan
Mengurangi 2 5 2. Jelaskan prosedur
penyebab yang akan
kecemasan dilakukan
Menggunakan 2 5 3. Berada di sisi klien
strategi untuk meningkatkan
koping yang rasa aman dan
efektif mengurangi rasa
takut
Keterangan skala 4. Kaji tanda verbal
1 : tidak pernah dilakukan dan non-verbal
2 : jarang dilakukan kecemasan
3 : kadang-kadang dilakukan 5. Instruksikan klien
untuk mengurangi
4 : sering dilakukan kecemasan dengan
5 : dilakukan secara konsisten teknik relaksasi

2 Risiko Setelah dilakukan tindakan Environmental


cedera keperawatan 1 x 40 menit management (6480)
diharapkan risiko cedera dapat 1. Sediakan
teratasi dengan kriteria hasil : lingkungan yang
NOC: Keparahan Cedera Fisik aman untuk pasien,
(1913) agar pasien
Indikator Awal Tujuan terhindar dari risiko
Luka gores 3 5 cidera.
Perdarahan 2 5 2. Identifikasi
Risiko 2 5 kebutuhan
jatuh keamanan pasien,
Risiko 2 5 agar mengurangi
tertinggal kesalahan dalam
kasa dan tindakan
instrument pembedahan.
Keterangan skala 3. Gunakan peralatan
1 : berat perlindungan
2 : cukup berat (pemasangan
3 : sedang restrain untuk
4 : ringan mencegah pasien
5 : tidak ada terjatuh).
4. Hitung jumlah kasa
dan instrument
operasi sesaat,
sebelum, intra
operasi, dan sesaat
menjelang selesai
operasi.
3 Risiko Setelah dilakukan tindakan 1. Kontrol infeksi
infeksi pembedahan 1 x 20 menit (6540)
diharapkan Risiko Infeksi dapat
2. Monitoring ttv, agar
teratasi dengan kriteria hasil :
mengetahui
NOC: Keparahan Infeksi (0703)
perkembangan
Indikator Awal Tujuan
tanda-tanda vital
Kemerahan 3 5
pasien
Menggigil 3 5 3. Pertahankan
Nyeri 3 5 lingkungan aseptic
Keterangan skala selama pemasangan
1 : berat alat
2 : cukup berat mempertahankan
3 : sedang teknik steril, untuk
4 : ringan mengurangi risiko
5 : tidak ada infeksi.
4. Monitor tanda dan
gejala infeksi, agar
mengetahui dan
5. dapat cepat
menangani apabila
terjadi tanda-tanda
infeksi
6. Monitor kerentanan
terhadap infeksi,
untuk mengurangi
risiko infeksi yang
terjadi
7. Lakukan scrubbing,
gowning, gloving,
drapping, dan tutup
pasien dengan duk
operasi
8. Pakai APD (topi
bedah, faceshield,
google, scort dan
alas kaki sesuai
ketentuan.

D. EVALUASI
a. Ansietas dapat teratasi
b. Risiko cedera berhubungan dengan pembedahan dapat teratasi
c. Risiko infeksi berhubungan dengan luka post operasi dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M.G.,Howard, K.B.,Joanne, M. D., & Wagner, M.C (2016).


Nursing intervention classification (NIC). United States of America:
Elsevier Mosby.

Lemone, P., & Burke, K. (2015). Medical-surgical nursing : critical


thinking in client care. (3rd ed). Upper Saddle River, NJ : Prentice
Hall.

Moore KL, Dalley AF, Agur AMR, Moore ME. 2014. Anatomi berorientasi
klinis.

Edisi ke−5. Jakarta: Erlangga

Sjamsuhidajat, R. dkk. (2010), Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta:


EGC Singh,

Y.K. (2014). Fundamental of Research Methodology and


Statistics. New Delhi: New Age International (P) Limited
Publisher

Anda mungkin juga menyukai