Anda di halaman 1dari 15

A.

ISI LAPORAN PENDAHULUAN


1. DEFINISI
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal yang
disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ).

STT adalah pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh
seperti kanker (Price, 2006).

Jadi kesimpulannya, STT adalah Suatu benjolan atau pembengkakan yang abnormal didalam
tubuh yang disebabkan oleh neoplasma yang terletak antara kulit dan tulang

2. ETIOLOGI
1. Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam menentukan diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastik.
3. Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah ini
juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya STT.
4. Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan saja. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada.

3. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala STT tidak spesifik. Tergantung dimana letak tumor atau benjolan
tersebut berada. Awal mulanya gejala berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit yang tidak
terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang merasakan sakit yang biasanya terjadi akibat
perdarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan pada saraf –
saraf tepi.

Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila dirabaterasa
lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari jaringan di sekitarnyadan
tidak pernah menyebar ke tempat jauh.

Pada tahap awal, STT biasanya tidak menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif
elastis, tumor atau benjolan tersebut dapat bertambah besar, mendorong jaringan normal.
Kadang gejala pertama penderita merasa nyeri atau bengkak.
4. PATOFISIOLOGI
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT) adalah
proliferassi jaringan mesenkimal yang terjadi dijaringan nonepitelial ekstraskeletal tubuh.
Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40% terjadi di ekstermitas bawah,
terutamadaerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak, sepertiserabut
luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka tumor
membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di
lokasi sepertilekukan-lekukan tubuh.
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1. Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi
2. Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3. Invasi lokal.
4. Metastasis jauh
5. PATHWAYS KEPERAWATAN

Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Soft Tissue Tumor (STT)

Pre Operasi Post Operasi

Adanya inflamasi Terputusnya kontinuitas


Adanya luka post op
jaringan

Perubahan fisik
Menstimulasi respon
Peradangan
nyeri Tempat masuk
Anatomi kulit pada kulit
mikroorganisme
abnormal

Nyeri
Bercak – Resti infeksi
Kurang
bercak merah
pengetahuan

Cemas Kerusakan
integritas
kulit
6. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medik
a. Bedah
Mungkin cara ini sangat beresiko. Akan tetapi, para ahli bedah mencapai angka
keberhasilan yang sangat memuaskan. Tindakan bedah ini bertujuan untuk mengangkat
tumor atau benjolan tersebut.

b. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia untuk
membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk menghambat
pertumbuhan kerja sel tumor.
Pada saat sekarang, sebagian besar penyakit yang berhubungan dengan tumor dan
kanker dirawat menggunakan cara kemoterapi ini.
c. Terapi Radiasi
Terapi radiasi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang bersumber dari radioaktif.
Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi tunggal. Tapi terkadang
dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Keperawaatan
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah dilakukan
operasi.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
A. Data umum :
1) Identitas Klien : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, agama, suku,
pendidikan, diagnosa medis, tanggan MRS, ruangan, golongan darah, sumber
informasi.
2) Identitas penanggung jawab : Hubungan dengan pasien, umur, nama, pendidikan,
pekerjhaan,. Alamat, nomor telp.

B. Riwayat Kesehatan saat ini :


- Keluhan utama
- Alasan masuk rumah sakit
- Riwayat penyakit

C. Riwayat kesehatan terdahulu :


- Penyakit yang pernah dialami
- Penyebab meliputi : riwayat perawatan, riwayat operasi, riwayat
pengobattan.
- Kecelakaan yang pernah dialami
- Riwayat alergi

D. Riwayat psikologi dan spiritual :


- Riwayat psikologi meliputi : tempat tinggal, lingkungan rumah, hubungan
antara anggota keluarga, dan pengasuh anak.
- Riwayat spiritual meli[puti : support system, kegiatan keagamaan.
- Riwayat hospittalisasi : pemahaman keluarga tentang sakit dan rawat inap
rumah sakit.

E. Pola fungsi kesehatan (11 pola fungsi Gordon) :


- Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan
- Pola nutrisi metaboliik
- Pola eliminasi
- Pola aktivitas dan latihan
- Pola ttidur dan istirahat
- Pola kognitif/perseptual
- Pola persepsi diri atau konsep diri
- Pola seksual dan reproduksi
- Pola peran hubungan
- Pola managemen koping stress
- Pola keyakinan/nilai

F. Pemeriksaan fisik meliputi :


- Hari, tanggal, jam
- Keadaan umum : kesadaran, penampilan, dihubungkan dengan usia, ekspresi
wajah, kebersihan secara umum, ttv.
Head to toe meliputi : kulit/integument ( I.P), kepala dan rambut (I.P), kuku (I.P),
mata/pengelihatan (I.P), hidung atau penciuman

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor jaringan
lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika batasnya
jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi melihat
kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi terjadi di
sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya.
2. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan tumor
jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak atau ganas.
tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-samar, seperti
sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat histiocytoma
seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi aspirasi akupunktur.
3. CT scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor jaringan lunak
yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak dalam beberapa
tahun terakhir.
4. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari X-ray dan
CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan tumor dari
semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul memperluas ke
pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih jelas dari tumor
tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan pengembangan rencana
pengobatan yang lebih baik.
5. Pemeriksaan histopatologis
a. Sitologi: sederhana, cepat, metode pemeriksaan patologis yang akurat.
Dioptimalkan untuk situasi berikut:
1) Ulserasi tumor jaringan lunak, Pap smear atau metode pengumpulan
untuk mendapatkan sel, pemeriksaan mikroskopik
2) Sarcoma jaringan lunak yang disebabkan efusi pleura, hanya untuk
mengambil spesimen segar harus segera konsentrasi sedimentasi
sentrifugal, selanjutnya smear
3) Tusukan smear cocok untuk tumor yang lebih besar, dan tumor yang
mendalam yang ditujukan untuk radioterapi atau kemoterapi, metastasis
dan lesi rekuren juga berlaku.
b. Forsep biopsi: jaringan ulserasi tumor lunak, sitologi smear tidak dapat
didiagnosis, lakukan forsep biopsi.
c. Memotong biopsy : Metode ini adalah kebanyakan untuk operasi.
d. Biopsi eksisi : berlaku untuk tumor kecil jaringan lunak, bersama dengan
bagian dari jaringan normal di sekitar tumor reseksi seluruh tumor untuk
pemeriksaan histologis.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op
1. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit Post Op
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan adanya luka post operasi
3. Resti infeksi berhubungan dengan luka post operasi
D. PERENCANAAN
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Cemas berhubungan a. Anxiety control a. Anxiety reduction
dengan kurang b. Coping (penurunan kecemasan)
pengetahuan tentang - Gunakan pendekatan
penyakit Kriteria Hasil : yang menenangkan
a. Klien mampu R/ meningkatkan bhsp
Ditandai dengan: mengidentifikasi dan - Jelaskan semua
a. Gelisah mengungkapkan gejala prosedur dan apa yang
b. Insomnia cemas dirasakan selama
c. Resah b. Mengidentifikasi, prosedur
d. Ketakutan mengugkapkan dan R/ agar pasien
e. Sedih menunjukkan tehnik untuk mengetahui tujuan dan
f. Fokus pada diri mengontrol cemas prosedur tindakan
g. Kekhawatiran c. Vital sign dalam batas - Temani pasien untuk
normal memberikan
d. Postur tubuh, ekspresi keamanan dan
wajah, bahasa tubuh dan mengurangi takut
tingkat aktivitas R/ mengurangi
menunjukkan kecemasan pasien
berkurangnya kecemasan - Berikan informasi
faktual mengenai
diagnosis, tindakan
prognosis
R/ membantu
mengungangi tingkat
kecemasan
- Identifikasi tingkat
kecemasan
R/ mengetahui tingkat
kecemasan pasien
- Bantu pasien
mengenal situasi yang
menimbulkan
kecemasan
R/membantu pasien
agar lebih tenang
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
R/ membantu pasien
tenang dan nyaman
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
R/ cemas berkurang,
pasien merasa tenang
- Berikan obat
R/untuk mengurangi
kecemasan
2. Nyeri berhubungan a. Pain Level a. Pain Management
dengan terputusnya b. Pain control - Lakukan pengkajian
kontinuitas jaringan c. Comfort level nyeri secara
komprehensif termasuk
Batasan Karakteristik Kriteria Hasil : lokasi, karakteristik,
: a. Mampu mengontrol nyeri durasi, frekuensi,
a. Laporan secara (tahu penyebab nyeri, kualitas dan faktor
verbal atau mampu menggunakan presipitasi
nonverbal tehnik nonfarmakologi R/ mengetahui tindakan
b. Fakta dari untuk mengurangi nyeri, dan obat yang akan
observasi mencari bantuan) diberikan
c. Posisi antalgik b. Melaporkan bahwa nyeri - Observasi reaksi
(menghindari berkurang dengan nonverbal dari
nyeri) menggunakan manajemen ketidaknyamanan
d. Gerakan nyeri R/ mengetahui tingkat
melindungi c. Mampu mengenali nyeri nyeri pasien
e. Tingkah laku (skala, intensitas, - Gunakan teknik
berhati-hati frekuensi dan tanda nyeri) komunikasi terapeutik
f. Muka topeng d. Menyatakan rasa nyaman untuk mengetahui
(nyeri) setelah nyeri berkurang pengalaman nyeri
g. Gangguan tidur e. Tanda vital dalam rentang pasien
(mata sayu, normal R/membantu pasien
tampak capek, mengungkapkan
sulit atau gerakan perasaan nyerinya
kacau, - Evaluasi bersama
menyeringai) pasien dan tim
h. Terfokus pada kesehatan lain tentang
diri sendiri ketidakefektifan
i. Fokus menyempit kontrol nyeri masa
(penurunan lampau
persepsi waktu, R/untuk memberikan
kerusakan proses intervensi yang tepat
berpikir, - Kontrol lingkungan
penurunan yang dapat
interaksi dengan mempengaruhi nyeri
orang lain dan seperti suhu ruangan,
lingkungan) pencahayaan dan
j. Tingkah laku kebisingan
distraksi, contoh R/membantu
jalan-jalan, mengurangi nyeri
menemui orang pasien
lain dan atau - Kurangi faktor
aktivitas presipitasi nyeri
berulang-ulang R/ mengurangi nyeri
k. Respon autonom pasien
(seperti - Pilih dan lakukan
berkeringat, penanganan nyeri
perubahan (farmakologi, non
tekanan darah, farmakologi dan inter
perubahan nafas, personal)
nadi dan dilatasi R/ membantu
pupil mengurangi rasa nyeri
l. Perubahan pasien
otonom dalam - Kaji tipe dan sumber
tonus otot nyeri untuk
(mungkin dalam menentukan intervensi
rentang dari R/ memberikan
lemah ke kaku) intervensi yang tepat
m. Tingkah laku - Ajarkan tentang teknik
ekspresif (contoh non farmakologi
gelisah, merintih, R/mengurangi nyeri
menangis, dengan cara
waspada, iritabel, pengobatan non
nafas farmakologis
panjang/berkeluh - Berikan analgetik
kesah untuk mengurangi
n. Perubahan dalam nyeri
nafsu makan dan R/ nyeri dapat
minum berkurang
- Evaluasi keefektifan
Faktor Yang kontrol nyeri
Berhubungan : R/ nyeri terkontrol
Agen injury (biologi, - Tingkatkan istirahat
kimia, fisik, R/ menguragi nyeri
psikologis) b. Analgesic Administration
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
R/ untuk memberikan
intervensi yang tepat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
R/ benar dalam
pemberian obat
- Cek riwayat alergi Pilih
analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
R/ menentukan obat
yang tidak alergi untuk
pasien
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
R/ memberikan obat
yang sesuai dengan
keluhan
- Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
R/ mengetahui kondisi
pasien
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
R/ membantu
mengurangi nyeri

3. Kerusakan integritas Tissue Integrity : Pressure ulcer prevention


kulit berhubungan Skin and Mucous Membranes a. Wound care
dengan adanya luka Wound Healing :primary and - Anjurkan pasien
post operasi secondary intention untuk menggunakan
pakaian yang longgar
Batasan karakteristik Kriteria Hasil : R/ menjaga integritas
: a. Integritas kulit yang baik kulit pasien
a. Gangguan pada bisa dipertahankan - Jaga kulit agar tetap
bagian tubuh (sensasi, elastisitas, bersih dan kering
b. Kerusakan lapisa temperatur, hidrasi, R/agar kulit tetap
kulit (dermis) pigmentasi) lembab
c. Gangguan b. Tidak ada luka/lesi pada - Hindari kerutan pada
permukaan kulit kulit tempat tidur
(epidermis) c. Perfusi jaringan baik R/ menjaga integritas
d. Menunjukkan pemahaman kulit tetap baik
Faktor yang dalam proses perbaikan - Mobilisasi pasien
berhubungan : kulit dan mencegah (ubah posisi pasien)
terjadinya sedera berulang setiap dua jam sekali
Eksternal : e. Mampu melindungi kulit R/ membantu agar
a. Hipertermia atau dan mempertahankan pasien nyaman
hipotermia kelembaban kulit dan - Monitor kulit akan
b. Substansi kimia perawatan alami adanya kemerahan
c. Kelembaban f. Tidak ada tanda-tanda R/ mengetahui kondisi
udara infeksi integritas kulit
d. Faktor mekanik g. Menunjukkan terjadinya - Oleskan lotion atau
(misalnya : alat proses penyembuhan luka minyak/baby oil pada
yang dapat derah yang tertekan
menimbulkan luka, R/ agar kulit tetap
tekanan, restraint) terjaga tidak terjadi
e. Immobilitas fisik luka baru
f. Radiasi - Monitor aktivitas dan
g. Usia yang ekstrim mobilisasi pasien
h. Kelembaban kulit R/ membantu pasien
i. Obat-obatan agar bisa mobilisasi
- Monitor status nutrisi
Internal : pasien
a. Perubahan status R/ mengawasi pasien
metabolik agar tidak kekurangan
b. Tulang menonjol nutrisi
c. Defisit imunologi - Memandikan pasien
dengan sabun dan air
Faktor yang hangat
berhubungan : R/mempertahankan
a. Gangguan personal higyene
sirkulasi pasien
b. Iritasi kimia - Observasi luka
(ekskresi dan :lokasi, dimensi,
sekresi tubuh, kedalaman luka,
medikasi) karakteristik, warna
c. Defisit cairan, granulasi,
cairan,kerusakan jaringan nekrotik,
mobilitas fisik, tanda-tanda infeksi
keterbatasan lokal.
pengetahuan, R/ menguragi tanda-
faktor mekanik tanda infeksi
(tekanan, - Lakukan teknik
gesekan) perawatan luka
kurangnya nutrisi, dengan steril
radiasi, faktor R/mencegah adanya
suhu (suhu yang infeksi
ekstrim)

3. Resti infeksi a. Immune Status a. Infection Control (Kontrol


berhubungan dengan b. Knowledge : Infection infeksi)
luka post operasi control - Bersihkan lingkungan
c. Risk control setelah dipakai pasien
Faktor-faktor resiko : lain
a. Prosedur Infasif Kriteria Hasil : R/mengurangi resiko
b. Ketidakcukupan a. Klien bebas dari tanda dan infeksi
pengetahuan gejala infeksi - Pertahankan teknik
untuk b. Mendeskripsikan proses isolasi
menghindari penularan penyakit, factor R/ menurunkan resiko
paparan patogen yang mempengaruhi kontminasi silang
c. Trauma penularan serta - Batasi pengunjung bila
d. Kerusakan penatalaksanaannya, perlu
jaringan dan c. Menunjukkan R/ menurunkan resiko
peningkatan kemampuan untuk infeksi
paparan mencegah timbulnya - Instruksikan pada
lingkungan infeksi pengunjung untuk
e. Ruptur membran d. Jumlah leukosit dalam mencuci tangan saat
amnion batas normal berkunjung dan setelah
f. Agen farmasi e. Menunjukkan perilaku berkunjung
(imunosupresan) hidup sehat meninggalkan pasien
g. Malnutrisi R/ mencegah terjadinya
h. Peningkatan kontaminasi silang
paparan - Gunakan sabun
lingkungan antimikrobia untuk cuci
patogen tangan
i. Imonusupresi R/ mencegah terpajan
j. Ketidakadekuatan pada organisme
imun buatan infeksius
k. Tidak adekuat - Cuci tangan setiap
pertahanan sebelum dan sesudah
sekunder tindakan keperawatan
(penurunan Hb, R/ menurunkan resiko
Leukopenia, infeksi
penekanan respon - Pertahankan lingkungan
inflamasi) aseptik selama
l. Tidak adekuat pemasangan alat
pertahanan tubuh R/ mempertahankan
primer (kulit tidak teknik steril
utuh, trauma - Tingkatkan intake
jaringan, nutrisi
penurunan kerja R/ membantu
silia, cairan tubuh meningkatkan respon
statis, perubahan imun
sekresi pH, - Berikan terapi
perubahan antibiotik bila perlu
peristaltik) R/ mencegah terjadinya
m. Penyakit kronik infeksi
b. Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
R/mengidentifikasi
keadaan umum pasien
dan luka
- Monitor hitung
granulosit, WBC
R/ mengidentfikasi
adanya infeksi
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
R/ menghindari resiko
infeksi
- Berikan perawatan kulit
pada area epidema
R/ meningkatkan
kesembuhan
- Inspeksi kondisi luka /
insisi bedah
R/mengetahui tingkat
kesembuhan pasien
- Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
R/ membantu
meningkatkan status
pertahanan tubuh
terhadap infeksi
- Ajarkan cara
menghindari infeksi
R/ mempertahankan
teknik aseptik
- Laporkan kultur positif
R/ mengetahui
terjadinya infeksi pada
luka
DAFTAR PUSTAKA

Sjamsuhidajat, R, Jong, W.D.(2005).Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2.
Jakarta : EGC

Weiss S.W.,Goldblum J.R.(2008).Soft Tissue Tumors.Fifth Edition. China : Mosby Elsevier

Manuaba, T.W.( 2010).Panduan Penatalaksanaan Kanker Solid, Peraboi 2010. Jakarta : Sagung
Seto

Smeltzer. (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC

Reeves, J.C.(2001). Keperawatan medikal bedah. Jakarta : Salemba Medika

Price, Sylvia A. (2006).Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC

Nurarif A, H, dkk. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda
NIC-Noc, Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta : Mediaction Jogja

Potter and Perry Volume 2 .2006.Fundamental Keperawatan .Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai