Disusun Oleh:
R. Alya Rama Dinta
112214039
Ns, Yurmila Armaya Sari, S.Kep Ns, Komala Sari, S.Kep, M.Kep
1) Otot
Otot ialah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus
yaitu berkontraksi bergerak. Otot terdiri atas serabut silindris yang
mempunyai sifat yang sama dengan jaringan yang lain, semua ini
diikat menjadi berkas-berkas serabut kecil oleh sejenis jaringan
ikat yang mengandung unsur kontraktil
2) Tendon
Tendon adalah pengikat otot pada tulang, tendon ini berupa
serabut-serabut simpai yang berwarna putih, berkilap, dan tidak
elastis.
3) Jaringan ikat
Jaringan ikat melengkapi kerangka badan, dan terdiri dari
jaringan areolar dan serabut elastis.
c. Etiologi
1) Kondisi Genetik
Ada bukti tertentu pembentuk gen dan mutasi gen adalah faktor
predisposisi untuk beberapa tumaoi jarinan lunak. Dalam daftar
laporan gen yang abnormal, bahwa gen memiliki peran penting
dalam menentukan diagnosis.
2) Radiasi
Mekanisme yang patogenik adalah munculnya mutasi gen radiasi-
induksi yang mendorong transformasi neoplastik.
3) Infeksi
Infeksi firus epstein-bar bagi orang yang memiliki kekebalan tubuh
yang lemah ini juga akan meningkatkan kemungkinan terkenanya
STT.
4) Trauma
Hubungan antara trauma dengan STT mungkin hanya kebetulan
saja. Trauma mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang
ada.
d. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala tumor jaringan lunak tidak spesifik, tergantung
pada lokasi dimana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya
suatu benjolan dibawah kulit yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit
penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya terjadi akibat perdarahan
atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya penekanan
pada saraf-saraf tepi.
Dalam tahap awal, jaringan lunak tumors biasanya tidak
menimbulkan gejala karena jaringan lunak yang relatif elastis, tumors
dapat tumbuh lebih besar, mendorong samping jaringan normal,
sebelum mereka merasa atau menyebabkan masalah. kadang gejala
pertama biasanya gumpalan rasa sakit atau bengkak. dan dapat
menimbulkan gejala lainnya, seperti sakit atau rasa nyeri, karena dekat
dengan menekan saraf dan otot. Jika di daerah perut dapat
menyebabkan rasa sakit abdominal umumnya menyebabkan sembelit
e. Pathways
Perubahan fisik
Menstimulasi respon
Peradangan
nyeri Tempat masuk
Anatomi kulit pada kulit
mikroorganisme
abnormal
Nyeri
Bercak – Resiko infeksi
Kurang
bercak merah
pengetahuan
Gangguan
Cemas Kerusakan
f. Patofisiologi mobilitas fisik
integritas
Pada umumnya tumor-tumor jaringankulit
lunak Soft Tissue
Tumors (STT) adalah proliferasi masenkimal yang terjadi di jaringan
nonepitelial ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana
saja, meskipun kirakira 40% terjadi di ekstermitas bawah, terutama
daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di kepala dan leher, dan
30% di badan.
Tumors jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun
beberapa tumor jinak, seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai
batas anatomis dari tempatnya, maka tumor membesar melewati batas
sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan lunak timbul di
lokasi seperti lekukan. proses alami dari kebanyakan tumor ganas
dapat dibagi atas 4 fase yaitu : Perubahan ganas pada sel-sel target,
disebut sebagai transformasi.
1) Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
2) Invasi lokal
3) Metastasis jauh.
g. Penatalaksanaan
Secara umum, pengobatan untuk jaringan lunak tumors
tergantung pada tahap dari tumor. Tahap tumor yang didasarkan pada
ukuran dan tingkatan dari tumor. Pengobatan pilihan untuk jaringan
lunak tumors termasuk operasi, terapi radiasi, dan kemoterapi.
1) Bedah adalah yang paling umum untuk perawatan jaringan lunak
tumors. Jika memungkinkan, dokter akan menghapus kanker dan
margin yang aman dari jaringan sehat di sekitarnya. Penting
untuk mendapatkan margin bebas tumor untuk mengurangi
kemungkinan kambuh lokal dan memberikan yang terbaik bagi
pembasmian dari tumor. Tergantung pada ukuran dan lokasi dari
tumor, mungkin, jarang sekali, diperlukan untuk menghapus
semua atau bagian dari lengan atau kaki.
2. Konsep Nyeri
a. Nyeri
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan
bersifat individual. Dikatakan bersifat individual karena respons
individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan
satu dengan lainnya. Hal tersebut menjadi dasar bagi perawat dalam
mengatasi nyeri pada klien (Asmandi, 2018).
b. Anatomi dan fisiologi
1) Susanan saraf
a) Saraf pusat
Sistem saraf pusat susunan saraf pusat (SPP) yaitu otak dan
medulla spinalis, yang merupakan pusat integrasi dan control
seluruh aktifitas tubuh. Bagian fungsional pada susunan saraf
pusat adalah neuron akson sebagai penghubung dan transmisi
elektrik antar neuron, serta dikelilingi oleh sel glia yang
menunjang secara mekanik dan metabolik.
b) Saraf tepi
Susunan saraf tepi (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis
yang merupakan garis komunikasi antara SPP dan tubuh. SST
tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke
SPP.
1) 0: Tidak nyeri
2) 1-3: Nyeri ringan, secara objektif pasien dapat berkomunikasi
dengan baik.
3) 4-6: Nyeri sedang, secara objektif pasien mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik.
4) 7-9: Nyeri berat, secara objektif pasien terkadang tidak dapat
mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,
tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.
5) 10: Nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi.
e. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan nyeri dibagi menjadi dua menurut Potter & Perry
yaitu:
1) Farmakologis
Penatalaksanaan nyeri secara farmakologis efektif untuk
nyeri sedang dan berat. Penanganan yang sering digunakan untuk
menurunkan nyeri biasanya menggunakan obat analgesic yang
terbagi menjadi dua golongan yaitu analgesik non narkotik dan
analgesik narkotik. Penatalaksanaan nyeri dengan farmakologis
yaitu dengan menggunakan obat-obat analgesik narkotik baik
secara intravena maupun intramuskuler. Pemberian secara
intravena maupun intramuskuler misalnya dengan meperidin 75 –
100 mg atu dengan morfin sulfat 10 – 15 mg, namun penggunaan
analgesic yang secara terus menerus dapat mengakibatkan
ketagihan obat. Namun demikian pemberian farmakologis tidak
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pasien sendiri untuk
mengontrol nyerinya (Ismaniyah, 2016).
2) Non farmakologis
Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologi dapat
dilakukan dengan cara terapi fisik (meliputi stimulasi kulit, pijatan,
kompres hangat dan dingin, TENS, akupuntur dan akupresur) serta
kognitif dan biobehavioral terapi (meliputi latihan nafas dalam,
relaksasi , rhytmic breathing, terapi musik, bimbingan imaginasi,
biofeedback, distraksi, sentuhan terapeutik, meditasi, hipnosis,
humor dan magnet) (Blacks dan Hawks, 2016). Pengendalian nyeri
non farmakologi menjadi lebih murah, mudah, efektif dan tanpa
efek yang merugikan (Ismaniyah, 2016)
f. Penatalaksanaan
Analisa data adalah suatu tahap yang mengaitkan dan
menghubungkan data dengan konsep teori dan penutup yang relevan
untuk membuat kumpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan
keperawatan pasien (Lase, S J. 2020). Dari data yang dikumpulkan
kemudian dikelompokan menjadi dua macam yaitu data objektif yang
ditemukan secara nyata (data ini didapatkan melalui observasi atau
pemeriksaan langsung) dan data subjektif yang disampaikan secara
lisan oleh klien dan keluarganya (data ini didapat dari wawancara
perawat kepada klien dan keluarga). Perawat dapat menyimpulkan
kebutuhan atau masalah klien dari kelompok data yang dikumpulkan
yaitu:
1) Tidak ada masalah tapi ada kebutuhan
a) Klien memerlukan peningkatan kesehatan, klien
hanya
memerlukan pemeriksaan kesehatan dan memerlukan
follow up secara periodik karena tidak ada masalah serta
klien telah mempunyai pengetahuan untuk antisipasi
masalah.
b) Klien memerlukan peningkatan kesehatan berupa upaya
prevensi dan promosi sebagai program antisipasi terhadap
masalah.
2) Ada masalah dengan kemungkinan
a) Resiko terjadinya masalah karena sudah ada faktor yang
dapat menimbulkan masalah.
b) Aktual terjadi masalah disertai data pendukung
(Nugroho,2012).
2. Konsep Aktivitas dan Latihan, Personal Higiene
a. Penegrtian
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana
manusia memerlukannya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup.
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang
melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan
aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan
dan muskuloskeletel.
Kebutuhan aktivitas (pergerakan) merupakan satu kesatuan yang
saling berhubungan dengan kebutuhan dasar dan tidur, dan saling
mempengaruhi manusia yang lain seperti istirahat.
Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam
keadaan sehat. Seseorang dalam rentang sehat dilihat dari bagaimana
kemampuannya dalam melakukan berbagai aktivitas seperti misalnya
berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang itu
tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan dan
musculoskeletal. Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan
bergerak dimana manusia memerlukan hal tersebut agar dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya.
b. Fisiologi Pergerakan
Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara system
musculoskeletal dan system persarafan.
1) Sistem Musculoskeletal berfungsi sebagai :
a) Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh
b) Melindungi bagian tubuh tetentu seperti hati, ginjal, otak dan
paru-paru
c) Tempat melekatnya otot dan tendon
d) Sumber mineral seperti garam dan posfat
e) Tempat produksinya sel darah
2) Sistem Otot Berfungsi Sebagai :
a) Pergerakan
b) Membentuk postur
c) Produksi panas karena adanya kontraksi dan relaksasi
c. Nilai Nilai Normal
Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :
Tingkat Aktivitas / Mobilisasi Kategori
Mampu merawat diri
Tingkat 0
sendiri secara penuh
Memerlukan penggunaaan
Tingkat 1
alat
Memerlukan bantuan atau
Tingkat 2
pengawasan orang lain
Memerlukan bantuan,
Tingkat 3 pengawasan orang lain dan
peralatan
Sangat tergantung dan
tidak dapat melakukan
Tingkat 4
atau berpartisipasi dalam
perawatan
f. Riwayat Alergi
Di kaji melalui pasien atau keluarga pasien riwayat alergi
pasien baik makanan, minuman, maupun obat-obatannya
g. Data Psikologis
Di kaji perilaku verbal pasien yaitu bagaimana pasien
memberikan jawaban kepada perawat dan non verbal pasien yaitu
bagaimana perawat melihat keadaan dan tingkat kesadaran pasien,
di kaji emosi pasien dalam menghadapi penyakitnya apakah
pasien sudah tenang atau stabil, di kaji persepsi penyakit
bagaimana pasien memandang penyakit yang dia derita, di kaji
konsep diri bagaimana sikap pasien apakah dia optimis atau
pesimis dalam menghadapi penyakit yang dia derita, di kaji
bagaimana pasien beradaptasi dengan lingkungan pasien
disekitarnya, dan juga di kaji mekanisme pertahanan diri pasien
terhadap penyakitnya yang di deritanya apakah dengan cara
bercerita dengan keluarga atau kerabatnya atau dengan cara
dipendam sendiri oleh pasien.
h. Data Sosial Ekonomi
Di kaji bagaimana pola komunikasi pasien saat sakit, orang
yang dapat memberi rasa nyaman, orang yang paling berharga
bagi pasien, dan hubungan keluarga dengan lingkungan
sekitarnya.
i. Data Spiritual
Di kaji data spiritual pasien seperti keyakinan terhadap agama
yang dianut, ketaatan beribadah, dan keyakinan terhadap
penyembuhan penyakitnya.
j. Data Penunjang
Biasanya yang diperlukan dalam pengkajian data penunjang
yaitu data laboratorium dan hasil pemeriksaan colonoscopy yang
sangat menunjang dalam pengkajian penyakit hemoroid,
pemeriksaan EKG (jika ada), pemeriksaan thoraks (jika ada), dan
pemeriksaan lainnya.
k. Data Pengobatan
Di kaji data pengobatan seperti obat non parenteral, obat
parenteral, dan obat intra vena (jika ada) berapa dosis yang
diberikan oleh perawat dan kapan waktu pemberian obat.
l. Data Fokus
Di dalam data fokus ada data subjektif yaitu data yang
dikeluhkan oleh pasien dan keluarga pasien dan data objektif data
yang tampak oleh perawat pada pasien.
2. DIAGNOSA
a. Pre Operasi
1) Cemas
b. Post Operasi
1) Nyeri akut
2) Mobilitas fisik
3) Resiko infeksi
4) Intervensi
Setelah merumuskan diagnosa keperawatan maka perlu dibuat
perencanaan intervensi keperawatan dan aktifitas keperawatan. Tujuan
perencanaan adalah untuk mengurangi, menghilangkan dan mencegah
masalah keperawatan klien.
5) Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan
oleh perawat dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika
melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan
rencana.
6) Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap
keperawatan yang diberikan. Hal-hal yang dievaluasi adalah
keakuratan, kelengkapan dan kualitas data, teratasi atau tidaknya klien
serta pencapaian tujuan dan ketepatan intervensi keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo. 2017.Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit.
Jakarta : EGC
Asmandi. 2018.Soft Tissue Tumor dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2.
Jakarta : EGC
Saifullah. 2017. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:
EGC