Anda di halaman 1dari 20

A.

Definisi
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot,
tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian).
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian
khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor
dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi
radang atau hipertrofi.
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal
yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ). STT adalah
pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh seperti
kanker (Price, 2006). Soft Tissue Tumor atau Soft Tissue Sarkoma adalah suatu
kelompok umur tertentu yang biasanya berasal dari jaringan ikat, dan ditandai sebagai
massa di anggota gerak badan atau retroperitoneum (Toy et al, 2011).

B. Epidemiologi
Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya
hanya sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15
% dari seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok umur. Pada
anak-anak paling sering pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling
banyak pada umur 45-50 tahun.
Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah yaitu
sebesar 46% dimana 75%-nya ada di atas lutut terutama di daerah paha.
Di anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan
sekitar 13%. 30% di tubuh bagian di bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding
perut, dan juga pada jaringan lunak di dalam perut maupun dekat ginjal atau yang
disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di
tempat lainnya, antara lain di dada.

C. Etiologi
1. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastic.
3. Lingkungan carcinogens
Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu dilaporkan
meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
4. Infeksi Infeksi virus
Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan meningkatkan
kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
5. Trauma
Hubungan antara trauma danSoft Tissue Tumorsnampaknya kebetulan. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada (Muttaqin, 2008).

D. Klasifikasi
No Jaringan Asal Bentuk Tumor
.
1. Fibrous Fibroma/Fibrosarcoma
2. Fibrohistiocytic Malignant fibrous histiocytoma
3. Lipomatous Lipoma/Liposarcoma
4. Smooth muscle Leiomyoma/Leiomyosarcoma
5. Skeletal muscle Rhabdomyoma/Rhabdomyosarcoma
6. Blood vessel Angioma/Angiosarcoma
7. Lymph vessel Lymphangiosarcoma
8. Perivascular Hemangioma/Malignant hemangio pericytoma
9. Synovial Synovial sarcoma
10. Paraganglionic Malignant paraganglioma
11. Mesothelial Malignant schwannoma
12. Extra skeletal Chondroma/Extraskeletal chondrosarcoma,
cartilaginous dan Extraskeletal osteosarcoma
osseus
13. Mesenchymal Malignant mesenchymoma
14. Neural Neuroblastoma, Extraskeletal Ewing’s sarcoma
15. Miscellaneous Alveolar soft part sarcoma

Epithelioid sarcoma, Malignant extra renal


rhabdoid tumor, Desmoplastic small cell tumor
E. Patofisiologi/Patologi
Pada umumnya tumor-tumor jaringan lunak atau Soft Tissue Tumors (STT)
adalah proliferasi jaringan mesenkimal yang terjadi di jaringan nonepitelial
ekstraskeletal tubuh. Dapat timbul di tempat di mana saja, meskipun kira-kira 40%
terjadi di ekstermitas bawah, terutama daerah paha, 20% di ekstermitas atas, 10% di
kepala dan leher, dan 30% di badan.
Tumor jaringan lunak tumbuh centripetally, meskipun beberapa tumor jinak,
seperti serabut luka. Setelah tumor mencapai batas anatomis dari tempatnya, maka
tumor membesar melewati batas sampai ke struktur neurovascular. Tumor jaringan
lunak timbul di lokasi seperti lekukan-lekukan tubuh (Muttaqin, 2008).
Proses alami dari kebanyakan tumor ganas dapat dibagi atas 4 fase yaitu :
1) Perubahan ganas pada sel-sel target, disebut sebagai transformasi.
2) Pertumbuhan dari sel-sel transformasi.
3) Invasi lokal.
4) Metastasis jauh (Muttaqin, 2008).

F. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda kanker jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi di
mana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit
yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya
terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya
penekanan pada saraf-saraf tepi (Muttaqin, 2008).
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari
jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh (Muttaqin, 2008).
Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat membesar,
berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan dapat
menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker
sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit diatasnya
(Muttaqin, 2008).

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan imaging
Sebagai tambahan dari pemerikasaan klinis penderita perlu dikerjakan, selain
untuk menegagkan diagnosis juga untuk staging. Pada pemeriksaan dengan foto
polos kadang-kadang didapatkan gambaran masa dengan kalsifikasi. Foto polos
pada ekstremitas dapat digunakan untuk evaluasi adanya infiltrasi tumor pada
tulang. Pemeriksaan imaging lebih lanjut dapat dengan CT scan, MRI atau PET
scan.
2. Biopsi pada tumor primer
Bagian yang penting sebelum treatment pada penderita soft tissue
tumor. Soft tissue tumor dengan ukuran yang lebih beasar dari 5 cm harus
dipertimbangkan untuk dilakukan biopsi terlebih dahulu. Dengan biopsi dapat
dilakukan pemeriksaan histopatologi dan diharapkan dapat menentukan grade dari
tumor. Grade sangat penting untuk menentukan rencana terapi.
3. Percutaneous core-needle biopsy (CNB)
Memberikan hasil yang cukup memuaskan untuk diagnosis beberapa soft
tissue tumor. CNB dapat dilakukan secara blind atau dengan image-
guided. Dengan image-guided, biopsi akan lebih terarah pada area tumor (tidak
pada area sentral nekrosis).
Insisi biopsi merupakan pilihan kedua apabila dengan CNB diagnostik masih
belum bisa ditegakkan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya morbiditas yang
harus dipertimbangkan dengan tindakan insisi biopsi termasuk resiko anestesi,
perdarahan dan penyembuhan luka. Selain itu insisi biopsi juga memerlukan biaya
yang lebih besar. Eksisi biopsi merupakan pilihan pada neoplama yang kecil dan
letaknya superficial.
4. Fine needle aspiration biopsy (FNAB)
alat bantu untuk menegakkan diagnosis soft tissue neoplasma masih
diperdebatkan. Hasil dari FNA pada lesi mesenchymal sangat bervariasi dan
tergantung beberapa faktor, diantaranya skill dari aspirator dan keahlian interpretasi
dari cytopathologist (Muttaqin, 2008).
5. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor
jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika
batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi
melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi
terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya (Sjamsuhidajat, 2010).
6. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan
tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak
atau ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-
samar, seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat
histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi
aspirasi akupunktur (Sjamsuhidajat, 2010).
7. Pemeriksaan CT-Scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor
jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak
dalam beberapa tahun terakhir (Sjamsuhidajat, 2010).
8. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari
X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan
tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul
memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih
jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik (Sjamsuhidajat, 2010).

H. Kemungkinan Komplikasi
1. Trauma jaringan lunak
2. Efek anastesi saat operasi dapat menyebabkan kematian
3. Risiko perdarahan masiv saat pembedahan
4. Infeksi

I. Penatalaksanaan Farmakologi dan Nonfarmakologi


Penatalaksanaan Medis/Operatif
1. Bedah (Eksisi)
Bedah eksisi adalah salah satu cara tindakan bedah yaitu membuang atau
menghancurkan jaringan (tumor) dengan cara memotong. Tindakan ini di
lakukan untuk berbagai tujuan antara lain untuk pemeriksaan penunjang
(biopsy), pengobatan lesi jinak ataupun ganas dan memperbaiki penampilan.
2. Kemoterapi
Metode ini melakukan keperawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia
untuk membunuh sel sel tumor tersebut. Keperawatan ini berfungsi untuk
menghambat pertumbuhan kerja sel tumor. Pada saat sekarang, sebagian besar
penyakit yang berhubungan dengan tumor dan kanker dirawat menggunakan
cara kemoterapi ini.
Obat yang diberikan pada saat kemoterapi
1. Metotreksat
2. Adriamisin
3. Siklofosfamid
4. Vinkristin
5. Sisplatinum (Muttaqin, 2008).
3. Radioterapi
Terapi radiasi atau radioterapi adalah terapi yang menggunakan radiasi yang
bersumber dari radioaktif. Kadang radiasi yang diterima merupankan terapi
tyunggal. Tapi, terkadang dikombinasikan dengan kemoterapi dan juga operasi
pembedahan.
Penatalaksanaan Keperawaatan:
a. Perhatikan kebersihan luka pada pasien
b. Perawatan luka pada pasien
c. Pemberian obat
d. Amati ada atau tidaknya komplikasi atau potensial yang akan terjadi setelah
dilakukan operasi.
J. Clinical Pathway Kondisi genetik, radiasi, infeksi, trauma

Terbentuknya benjolan (tumor) dibawah kulit

Darah berkumpul Pre Operasi Soft Tissue Tumor (STT)


Adanya inflamasi Post Operasi
ditempat inflamasi

Darah di perifer Perubahan fisik Kerusakan Terputusnya kontinuitas


menurun Adanya luka post op
sel/jaringan jaringan

Anatomi kulit
MK: ketidakefektifan Merangsang pengeluaran
abnormal Menstimulasi respon
perfusi jaringan perifer bradikinin, histamin, Peradangan Tempat masuk
prostaglandin, serotonin, nyeri
pada kulit mikroorganisme
Kurang ion kaliun dll
pengetahuan Merangsang
nosiseptor MK: Nyeri
Bercak – MK: Risiko
akut
MK: Ansietas bercak merah infeksi area
Medula spinalis
pembedahan

MK: Hambatan Aktivasi retikuler Hipotalamus


MK:Kerusakan
Berjalan dan sistem limbik
integritas
Otak: korteks somatosensorik jaringan

Nyeri saat
berjalan Persepsi nyeri

Lokasi nyeri MK: Nyeri akut


femur
K. Proses Keperawatan
1) Pengkajian
a. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada klien dengan soft tissue tumor
yaitu adanya keluhan nyeri yang menunjukkan tanda ekspansi tumor
yang cepat dan penekanan ke jaringan sekiranya.
b. Pemeriksaan lokasi tomor, besar, bentuk, batas dan sifat tumor
c. Adanya gangguan pergerakan sendi akibat adanya tumor, spasme otot
dan kekakuan tulang belakang jika tumor terdapat pada tulang belakang.
d. Pemeriksaan neurologis menentukan adanya penekan pada tumor pada
saraf-saraf tertentu (Muttaqin, 2008).

2) Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi (tomor/benjolan)
yang ditandai dengan ekspresi wajah nyeri
2. Hambatan berjalan berhubungan dengan nyeri yang ditandai dengan
tidak mampu berjalan dengan jarak tertentu
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan penyakit yang
ditandai dengan wajah tegang
4. Ketidakefektifan jaringan perifer berhubungan dengan gaya hidup
kurang gerak yang ditandai dengan nyeri ekstremitas, CRT>3dtk
Post Op
1. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik (insisi) yang ditandai
dengan ekspresi wajah nyeri
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan prosedur bedah yang
ditandai dengan kerusakan jaringan
3. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan luka post operasi
yang ditandai dengan kemerahan
3) Intervensi Keperawatan

N DIAGNOS TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


O A
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 NIC: Manajemen Nyeri (1400)
. berhubungan jam pasien menunjukkan hasil: 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan komprehensif yang meliputi lokasi,
tumor yang Kepuasan Klien: Menejemen Nyeri (3016) karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
N A Tujuan kualitas, intensitas beratnya nyeri dan
ditandai o Indikator w
1 2 3 4 5 faktor pencetus;
dengan . al 2. Observasi adanya petunjuk
ekspresi 1 nonverbalmengalami
Nyeri terkontrol 3 √
wajah nyeri . ketidaknyamanan terutama pada
2 mereka yang tidak dapat
(00132) Tingkat nyeri 3 √
.
berkomunikasi secara edektif
Mengambil
3
tindakkan untuk : 3 √
3. Gunakan strategi komunikasi
. terapuetik untuk mengetahui
mengurangi nyeri
Mengambil pengalaman nyeri dan sampaikan
4 tindakkan untuk : penerimaan pasien terhadap nyeri
1 √ 4. Gali pengetahuan dan kepercayaan
. memberi
kenyamanan pasien mengenai nyeri
Pendekatan 5. Ajarkan prinsip-prinsip menejemen
5
preventif 3 √ nyeri
.
menejemen nyeri 6. Kolaborasi pemberian analgesik guna
Menejemen nyeri pengurangi nyeri
6
sesuai budaya 2 √
.
budaya NIC: Monitor Tanda-tanda Vital
Keterangan:
1. Keluhan ekstrime (6680)
2. Keluhan berat 7. Monitor Tekanan Darah , Nadi,
3. Keluhan sedang Respirasi dan Suhu
4. Keluhan ringan 8. Monitoring tekanan darah setelah
5. Tidak ada keluhan pasien meminum obat
9. Monitoring dan laporkan tanda dan
- Nyeri terkontrol (301601) gejala hipotermia dan hiperternia
- Tingkat nyeri berkurang (301602) 10. Monitoring nadi paradoks
- Mengambil tindakkan untuk : dapat mengurangi nyeri 11. Monitoring irama dan tekanan jantung
menggunakan terapi farmakologis dan non farmakologis
(301604) NIC: Terapi relaksasi (6040)
- Mengambil tindakkan untuk : dapat mengatur posisi 12. Gambarkan rasionalisasi dan manfaat
yang nyaman (301605) relaksasi serta jenis relaksasi yang
- Pendekatan preventif menejemen nyeri : dapat tersedia
mengetahui tentang nyeri dan cara mengatasinya 13. Pertimbangkan keinginan pasien
menggunakan terapi farmakologis maupun non untuk berpartisipasi, kemampuan
farmakologis (301610) berpartisipasi, pilihan, pengalaman
- Menejemen nyeri sesuai budaya budaya : dapat masa lalu dan kontraindikasi sebelum
melakukan terapi relaksasi untuk mengurangi nyeri memilih strategi tertentu
(301609) 14. Dorong klien untuk mengambil posisi
yang nyaman dengan pakaian longgar
dan mata tertutup
15. Minta klien untuk rileks dan
merasakan sensasi yang terjadi
16. Dorong klien untuk mengulangi
[praktik teknis relaksasi,
jikamemungkinkan
17. Evaluasi dan dokumentasi respon
terhadap terapi relaksasi

NIC: Pemberian Analgesik (2210)


18. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien
19. Cek perintah pengobatan meliputi
obat, dosisi dan frekuensi obat
analgesik yang diresepkan
20. Monitoring tanda-tanda vital sebelum
dan setelah memberikan analgesik
narkotik pada dosisi pertama kalau
jika ditemukan tanda-tanda yang tidak
biasa
21. Jelaskan tindakan keselamatan pada
pasien yang menerima analgesik
narkotik, sesuai kebutuhan
2 Hambatan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 NIC: Terapi latihan :Ambulasi
. berjalan jam pasien menunjukkan hasil: (0221)
berhubungan Ambulasi (0200) 1. Beri pasien pakaian yang tidak
dengan nyeri Tujuan mengekang
No. Indikator
1 2 3 4 5 2. Bantu pasien untuk menggunakan alas
yang 0200 Menopang berat
√ kaki yang memfasisilitasi pasien
ditandai 01 badan untuk berjalan dan mencegah cedera
dengan tidak Berjalan dengan 3. Sediaqkan tempat tidur yang rendah
0200
mampu langkah yang √ yang sesuai
02
efektif
berjalan 4. Konsultasikan pada ahli terapi fisik
0200 Berjalan dengan √
dengan jarak mengenai rencana ambulasi sesuai
tertentu 03 pelan kebutuhan
(00088) Berjalan dengan 5. Bantu pasien untuk berpindah sesuai
0200
kecepatan √ kebutuhan
04
sedang 6. Bantu pasien dengan ambulasi awal
0200 Berjalan dengan dan jika diperlukan

05 cepat 7. Monitor penggunaan kruk pasien atau
0200 Berjalan menaiki
√ alat bantu pasien lainnya
06 tangga
8. Bantu pasien untuk berdiri dan
0200 Berjalan
07 menuruni tangga ambulasi dengan jarak tertentu dan
dengan sejumlah staf tertentu
0200 Berjalan 9. Dorong ambulasi dalam batas aman

08 menanjak 10. Dorong pasien untuk bangkit
0200 Berjalan sebanyaknya dan sesering yang
√ diinginkan
09 menurun
Berjalan dalam
0200 jarak yang

10 sedang (<1
blok/20meter)
Berjalan dalam
0200 jarak yang

11 sedang
(>1blok<5blok)
Berjalan dalam
0200 jarak yang jauh

12 (5 blok atau
lebih)
Berjalan
0200
mengelilingi √
14
kamar
Berjalan
0200
mengelilingi √
15
rumah
Menyesuaikan
dengan
0200 perbedaan

16 tekstur
permukaan
/lantai
Berjalan
0200
mengalilingi √
17
rintangan

3 Ansietas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 NIC: Pengurangan kccemasan


. berhubungan jam pasien menunjukkan hasil: (5820)
dengan Status Pernafasan: Tingkat kecemasan (1211) 11. Berikan informasi faktual terkait
kurang N A Tujuan diagnosis, perawatan dan prognosis
o Indikator w 12. Tingkatkan rasa aman dan kurangi
pengetahuan 1 2 3 4 5
. al ketakutan
penyakit 1 Tidak dapat 13. Berikan objek untuk memberikan rasa

(00146) . beristirahat aman
2 Berjalan mondar- 14. Puji perilaku pasien dengan tepat
. mandir
15. Lakukan usapan punggung/leher
3 Merenas –remas
. tangan
dengan cara tepat
4 Perasaan gelisah 16. Instruksikan klien menggunakan
5 Otot tegang teknik relaksasi
6 Wajah tegang 17. Bantu klien mengidetifikasi situasi
7 Iritabilitas yang mmicu kecemasan
8 Peningkatan TD
Peningkatan NIC: Terapi relaksasi (6040)
9
frekuensi nadi 1. Ciptakan lingkungan yang tenagng
Peningkatan dan tanoa distraksi
1
frekuensi 2. Dorong klin mengambil posisi nyaman
0
pernapasan
3. Tunjukkan dan praktikkan teknik
1
Dilatasi pupil relaksasi pada pasien
1
1 Berkeringat
4. Dapatkan perilaku yang mnunjukkan
2 dingin relaksasi (bernafas dalam, menguap,
1 pernafasan perut, bayangan yang
Pusing menenangkan)
3
1 5. Minta pasien untuk rileks dan
Fatigue
4 menikmati sensasi yang terjadi
1 6. Dorong pengulangan teknik praktik
Gangguan tidur
5 secara berkala
1 Perubahan pola 7. Evaluasi dan dokumentasikan respon
6 makan terhadap terapi relaksasi
Keterangan:
1. Berat
2. Cukup berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
-
4 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam NIC: Perawatan daerah (area)
. integritas pasien menunjukkan hasil: sayatan
jaringan
berhubungan NOC: Integritas jaringan: kulit dan membran mukosa 1. periksa daerah sayatan terhadap
dengan (1101) kemerahan, bengkak, atau tanda-tanda
prosedur
N Indikator Aw Tujuan dehiscene atau eviscerasi
bedah yang
ditandai o al 1 2 3 4 5 2. catat karakteristik drainase
dengan . 3. monitor proses penyembuhan di daerah
kerusakan
1 Suhu kulit sayatan
jaringan 2 √
(00041) . 4. bersihkan daerah sayatan dengan
2 Sensasi pembersih yang tepat
2 √
. 5. gunakan kapas steril untuk pembersihan
3 Elastisitas jahitan benang luka yang efisien
2 √
. 6. jaga posisi selang drainase
4 Hidrasi 7. anjurkan pasien menggunakan pakaian
2 √
. longgar
5 Keringat 8. arahkan pasien merawat luka insisi saat
2 √
. mandi
6 Integritas kulit 9. arahkan pasien meminimalkan tekanan
2 √
. pada daerah insisi
7 Pengerasan kulit 3 √
.
8 Eritema 2 √
.
9 Penebalan kulit 2 √
.
Keterangan:
1. Berat / sangat terganggu
2. Cukup berat/ banyak terganggu
3. Sedang / cukup terganggu
4. Ringan / sedikit terganggu
5. Tidak ada / tidak terganggu
5 Risiko Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam NIC: Perawatan Daerah (Area)
. infeksi area pasien menunjukkan hasil: Sayatan (3440)
pembedahan Kontrol Risiko: Proses Infeksi (1924) a. Periksa daerah sayatan terhadap
N A Tujuan kemerahan, bengkak, atau tanda-tanda
berhubungan
o Indikator w dehiscience atau eviserasi
dengan luka 1 2 3 4 5
. al b. Monitor proses penyembuhan didaerah
post operasi Mengidentifikasi sayatan
yang 1
factor risiko 1 √ c. Monitor daerah sayatan untuk tanda-
. tanda dan gejala infeksi
ditandai infeksi
dengan 2 Mengenali factor 2 √ d. Berikan salep antiseptic
(00266) resiko individu e. Gunakan pakaian yang sesuai untuk
.
terkait infeksi melindungi sayatan
Mengetahui
3
konsekuensi 3 √
.
terkait infeksi
Mengidentifikasi
4
tanda gejala 3 √
.
infeksi
5
Mencuci tangan 4 √
.
Keterangan:
6. Tidak menunjukan
7. Jarang menunjukan
8. Kadang-kadang menunjukan
9. Sering menunjuka
10. Secara konsisten menunjukan

- Mampu mengidentifikasi factor risiko infeksi (192426)


- Mampu mengenali factor resiko individu terkait infeksi
(192401)
- Mampu mengetahui konsekuensi terkait infeksi (192402)
- Mampu mengidentifikasi tanda gejala infeksi (192405)
- Mampu mencuci tangan 6 langkah (192415)
6 Ketidakefekt Setalah dilakukan perawatan selama 3x24 jam perfusi NIC: Perawatan Sirkulasi:
. ifan jaringan jaringan pasien efektif dengan kriteria hasil: Insufisiensi Vena
perifer NOC: Perfusi Jaringan Perifer 1. Cek nadi perifer
berhubungan N Indikator A Tujuan 2. Cek CRT
o w 1 2 3 4 5 3. Monitor level nyeri
dengan gaya 4. Tinggikan kaki 20o atau lebih tinggi
. al dari jantung
hidup 1 Pengisian kapiler
3 √ 5. Transfusi darah
kurang gerak . jari kaki
yang 2
Akral 3 √
ditandai .
dengan nyeri 3
ekstremitas, Denyut nadi 3 √
.
CRT>3dtk 4
Tekanan Darah 1 √
.
5 Nyeri yang
3 √
. terlokalisasi
Keterangan:
6. Berat
7. Cukup berat
8. Sedang
9. Ringan
10. Tidak ada
4) Evaluasi Keperawatan
Merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan. Kegiatam evaluasi ini
adalah membandingkan hasil yang telah dicapai setelah implementasi
keperawatan dengan tujuan yang diharapkan dalam perencanaan. Perawatan
mempunyai tiga alternatif dalam menentukan sejauh mana tujuan tercapai:
a) Berhasil: perilaku pasien sesuai pernyataan tujuan dalam waktu atau tanggal
yang ditetapkan di tujuan
b) Tercapai sebagian: pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak sebaik yang
ditentukan dalam pernyataan tujuan
c) Belum tercapai: pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan perilaku yang
diharapkan sesuai dengan pernyataan tujuan

L. Discharge Planning

Pemberian informasi pada klien dan keluarga tentang:

1. Obat: beritahu klien dan keluarga tentang daftar nama obat dosis, waktu
pemberian obat. Jangan mengonsumsi obat-obatan tradisional dan vitamin
tanpa instruksi dokter. Konsumsi obat secara teratur. Jika merasakan ada efek
samping dari obat segera cek ke rumah sakit. Perhatikan aktivitas ketika
selesai meminum obat yang memiliki efek samping mengantuk.
2. Diet: Diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
3. Latihan: latihan mengurangi nyeri
DAFTAR PUSTAKA

Aquilino, Mary Lober, Et al. 2008. Nursing Outcomes Classification. Fifth Edition.
United State of America: Mosby Elsevier.
Brunner dan Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC

Bulcheck, Gloria M, dkk, 2015, Nursing Intervention Classification, America: Elseiver

Dochterman, Janne McCloskey dan Bulcchek, Gloria M. 2008. Nursing


Interventions Clarifications. Fifth Edition.united State of America: Mosby
Elsevier.
Herdman, T. Heather. 2018. NANDA Internasional Inc. diagnosa keperawatan:
definisi & klasifikasi 2018-2020. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Muskuloskeletal, Jakarta : EGC.

Potter, Patricia A.2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses dan
praktik. Edisi.4 volume 1. Jakarta : EGC

Price, Sylvia Anderson. 2009. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.


Jakrata : EGC

Sjamsuhidayat, R. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC.

Toy, Eugene C. Liu, Terrence H dan Campbell, Andre R. 2011. Case file: Ilmu Bedah
Edisi Ketiga. Tangerang: Karisma Publishing Group.

Anda mungkin juga menyukai