Definisi
Jaringan lunak adalah bagian dari tubuh yang terletak antara kulit dan tulang serta
organ tubuh bagian dalam. Yang tergolong jaringan lunak antara lain adalah otot,
tendon, jaringan ikat, lemak dan jaringan synovial (jaringan di sekitar persendian).
Tumor adalah benjolan atau pembengkakan abnormal dalam tubuh, tetapi dalam artian
khusus tumor adalah benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Secara klinis, tumor
dibedakan atas golongan neoplasma dan nonneoplasma misalnya kista, akibat reaksi
radang atau hipertrofi.
Soft Tissue Tumor (STT) adalah benjolan atau pembengkakan yang abnormal
yang disebabkan oleh neoplasma dan non-neoplasma ( Smeltzer, 2002 ). STT adalah
pertumbuhan sel baru, abnormal, progresif, dimana sel selnya tidak tumbuh seperti
kanker (Price, 2006). Soft Tissue Tumor atau Soft Tissue Sarkoma adalah suatu
kelompok umur tertentu yang biasanya berasal dari jaringan ikat, dan ditandai sebagai
massa di anggota gerak badan atau retroperitoneum (Toy et al, 2011).
B. Epidemiologi
Kanker jaringan lunak termasuk kanker yang jarang ditemukan, insidensnya
hanya sekitar 1% dari seluruh keganasan yang ditemukan pada orang dewasa dan 7-15
% dari seluruh keganasan pada anak. Bisa ditemukan pada semua kelompok umur. Pada
anak-anak paling sering pada umur sekitar 4 tahun dan pada orang dewasa paling
banyak pada umur 45-50 tahun.
Lokasi yang paling sering ditemukan adalah pada anggota gerak bawah yaitu
sebesar 46% dimana 75%-nya ada di atas lutut terutama di daerah paha.
Di anggota gerak atas mulai dari lengan atas, lengan bawah hingga telapak tangan
sekitar 13%. 30% di tubuh bagian di bagian luar maupun dalam, seperti pada dinding
perut, dan juga pada jaringan lunak di dalam perut maupun dekat ginjal atau yang
disebut daerah retroperitoneum. Pada daerah kepala dan leher sekitar 9% dan 1% di
tempat lainnya, antara lain di dada.
C. Etiologi
1. Kondisi genetik
Ada bukti tertentu pembentukan gen dan mutasi gen adalah faktor predisposisi untuk
beberapa tumor jaringan lunak, dalam daftar laporan gen yang abnormal, bahwa gen
memiliki peran penting dalam diagnosis.
2. Radiasi
Mekanisme yang patogenic adalah munculnya mutasi gen radiasi-induksi yang
mendorong transformasi neoplastic.
3. Lingkungan carcinogens
Sebuah asosiasi antara eksposur ke berbagai carcinogens dan setelah itu dilaporkan
meningkatnya insiden tumor jaringan lunak.
4. Infeksi Infeksi virus
Epstein-Barr dalam orang yang kekebalannya lemah juga akan meningkatkan
kemungkinan tumor pembangunan jaringan lunak.
5. Trauma
Hubungan antara trauma danSoft Tissue Tumorsnampaknya kebetulan. Trauma
mungkin menarik perhatian medis ke pra-luka yang ada (Muttaqin, 2008).
D. Klasifikasi
No Jaringan Asal Bentuk Tumor
.
1. Fibrous Fibroma/Fibrosarcoma
2. Fibrohistiocytic Malignant fibrous histiocytoma
3. Lipomatous Lipoma/Liposarcoma
4. Smooth muscle Leiomyoma/Leiomyosarcoma
5. Skeletal muscle Rhabdomyoma/Rhabdomyosarcoma
6. Blood vessel Angioma/Angiosarcoma
7. Lymph vessel Lymphangiosarcoma
8. Perivascular Hemangioma/Malignant hemangio pericytoma
9. Synovial Synovial sarcoma
10. Paraganglionic Malignant paraganglioma
11. Mesothelial Malignant schwannoma
12. Extra skeletal Chondroma/Extraskeletal chondrosarcoma,
cartilaginous dan Extraskeletal osteosarcoma
osseus
13. Mesenchymal Malignant mesenchymoma
14. Neural Neuroblastoma, Extraskeletal Ewing’s sarcoma
15. Miscellaneous Alveolar soft part sarcoma
F. Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda kanker jaringan lunak tidak spesifik, tergantung pada lokasi di
mana tumor berada, umumnya gejalanya berupa adanya suatu benjolan dibawah kulit
yang tidak terasa sakit. Hanya sedikit penderita yang mengeluh sakit, yang biasanya
terjadi akibat pendarahan atau nekrosis dalam tumor, dan bisa juga karena adanya
penekanan pada saraf-saraf tepi (Muttaqin, 2008).
Tumor jinak jaringan lunak biasanya tumbuh lambat, tidak cepat membesar, bila
diraba terasa lunak dan bila tumor digerakan relatif masih mudah digerakan dari
jaringan di sekitarnya dan tidak pernah menyebar ke tempat jauh (Muttaqin, 2008).
Umumnya pertumbuhan kanker jaringan lunak relatif cepat membesar,
berkembang menjadi benjolan yang keras, dan bila digerakkan agak sukar dan dapat
menyebar ke tempat jauh ke paru-paru, liver maupun tulang. Kalau ukuran kanker
sudah begitu besar, dapat menyebabkan borok dan perdarahan pada kulit diatasnya
(Muttaqin, 2008).
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan imaging
Sebagai tambahan dari pemerikasaan klinis penderita perlu dikerjakan, selain
untuk menegagkan diagnosis juga untuk staging. Pada pemeriksaan dengan foto
polos kadang-kadang didapatkan gambaran masa dengan kalsifikasi. Foto polos
pada ekstremitas dapat digunakan untuk evaluasi adanya infiltrasi tumor pada
tulang. Pemeriksaan imaging lebih lanjut dapat dengan CT scan, MRI atau PET
scan.
2. Biopsi pada tumor primer
Bagian yang penting sebelum treatment pada penderita soft tissue
tumor. Soft tissue tumor dengan ukuran yang lebih beasar dari 5 cm harus
dipertimbangkan untuk dilakukan biopsi terlebih dahulu. Dengan biopsi dapat
dilakukan pemeriksaan histopatologi dan diharapkan dapat menentukan grade dari
tumor. Grade sangat penting untuk menentukan rencana terapi.
3. Percutaneous core-needle biopsy (CNB)
Memberikan hasil yang cukup memuaskan untuk diagnosis beberapa soft
tissue tumor. CNB dapat dilakukan secara blind atau dengan image-
guided. Dengan image-guided, biopsi akan lebih terarah pada area tumor (tidak
pada area sentral nekrosis).
Insisi biopsi merupakan pilihan kedua apabila dengan CNB diagnostik masih
belum bisa ditegakkan. Hal ini disebabkan oleh karena adanya morbiditas yang
harus dipertimbangkan dengan tindakan insisi biopsi termasuk resiko anestesi,
perdarahan dan penyembuhan luka. Selain itu insisi biopsi juga memerlukan biaya
yang lebih besar. Eksisi biopsi merupakan pilihan pada neoplama yang kecil dan
letaknya superficial.
4. Fine needle aspiration biopsy (FNAB)
alat bantu untuk menegakkan diagnosis soft tissue neoplasma masih
diperdebatkan. Hasil dari FNA pada lesi mesenchymal sangat bervariasi dan
tergantung beberapa faktor, diantaranya skill dari aspirator dan keahlian interpretasi
dari cytopathologist (Muttaqin, 2008).
5. Pemeriksaan X-ray
X-ray untuk membantu pemahaman lebih lanjut tentang berbagai tumor
jaringan lunak, transparansi serta hubungannya dengan tulang yang berdekatan. Jika
batasnya jelas, sering didiagnosa sebagai tumor jinak, namun batas yang jelastetapi
melihat kalsifikasi, dapat didiagnosa sebagai tumor ganas jaringan lunak, situasi
terjadi di sarkoma sinovial, rhabdomyosarcoma, dan lainnya (Sjamsuhidajat, 2010).
6. Pemeriksaan USG
Metode ini dapat memeriksa ukuran tumor, gema perbatasan amplop dan
tumor jaringan internal, dan oleh karena itu bisa untuk membedakan antara jinak
atau ganas. tumor ganas jaringan lunak tubuh yang agak tidak jelas, gema samar-
samar, seperti sarkoma otot lurik, myosarcoma sinovial, sel tumor ganas berserat
histiocytoma seperti. USG dapat membimbing untuk tumor mendalami sitologi
aspirasi akupunktur (Sjamsuhidajat, 2010).
7. Pemeriksaan CT-Scan
CT memiliki kerapatan resolusi dan resolusi spasial karakteristik tumor
jaringan lunak yang merupakan metode umum untuk diagnosa tumor jaringan lunak
dalam beberapa tahun terakhir (Sjamsuhidajat, 2010).
8. Pemeriksaan MRI
Mendiagnosa tumor jinak jaringan lunak dapat melengkapi kekurangan dari
X-ray dan CT-scan, MRI dapat melihat tampilan luar penampang berbagai tingkatan
tumor dari semua jangkauan, tumor jaringan lunak retroperitoneal, tumor panggul
memperluas ke pinggul atau paha, tumor fossa poplitea serta gambar yang lebih
jelas dari tumor tulang atau invasi sumsum tulang, adalah untuk mendasarkan
pengembangan rencana pengobatan yang lebih baik (Sjamsuhidajat, 2010).
H. Kemungkinan Komplikasi
1. Trauma jaringan lunak
2. Efek anastesi saat operasi dapat menyebabkan kematian
3. Risiko perdarahan masiv saat pembedahan
4. Infeksi
Anatomi kulit
MK: ketidakefektifan Merangsang pengeluaran
abnormal Menstimulasi respon
perfusi jaringan perifer bradikinin, histamin, Peradangan Tempat masuk
prostaglandin, serotonin, nyeri
pada kulit mikroorganisme
Kurang ion kaliun dll
pengetahuan Merangsang
nosiseptor MK: Nyeri
Bercak – MK: Risiko
akut
MK: Ansietas bercak merah infeksi area
Medula spinalis
pembedahan
Nyeri saat
berjalan Persepsi nyeri
2) Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologi (tomor/benjolan)
yang ditandai dengan ekspresi wajah nyeri
2. Hambatan berjalan berhubungan dengan nyeri yang ditandai dengan
tidak mampu berjalan dengan jarak tertentu
3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan penyakit yang
ditandai dengan wajah tegang
4. Ketidakefektifan jaringan perifer berhubungan dengan gaya hidup
kurang gerak yang ditandai dengan nyeri ekstremitas, CRT>3dtk
Post Op
1. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik (insisi) yang ditandai
dengan ekspresi wajah nyeri
2. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan prosedur bedah yang
ditandai dengan kerusakan jaringan
3. Risiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan luka post operasi
yang ditandai dengan kemerahan
3) Intervensi Keperawatan
L. Discharge Planning
1. Obat: beritahu klien dan keluarga tentang daftar nama obat dosis, waktu
pemberian obat. Jangan mengonsumsi obat-obatan tradisional dan vitamin
tanpa instruksi dokter. Konsumsi obat secara teratur. Jika merasakan ada efek
samping dari obat segera cek ke rumah sakit. Perhatikan aktivitas ketika
selesai meminum obat yang memiliki efek samping mengantuk.
2. Diet: Diet TKTP (tinggi kalori tinggi protein)
3. Latihan: latihan mengurangi nyeri
DAFTAR PUSTAKA
Aquilino, Mary Lober, Et al. 2008. Nursing Outcomes Classification. Fifth Edition.
United State of America: Mosby Elsevier.
Brunner dan Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Potter, Patricia A.2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : konsep, proses dan
praktik. Edisi.4 volume 1. Jakarta : EGC
Toy, Eugene C. Liu, Terrence H dan Campbell, Andre R. 2011. Case file: Ilmu Bedah
Edisi Ketiga. Tangerang: Karisma Publishing Group.