Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TUGAS DAN FUNGSI PEMADAM KEBAKARAN

OLEH :

NAMA : Muhammad Arsyad

NIP : 198406082008011005
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat

dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul " Tugas

Dan Fungsi Pemadam Kebakaran”

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan kerja

yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini memberikan

panduan dalam pembelajaran dalam meberikan pelayanan di Dinas satuan polisi

pamong praja dan pemadam kebakaran kabupaten mamuju.

Penulis menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh sebab itu, saran

dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis. Penulis juga

berharap semoga karya ilmiah ini mampu memberikan pengetahuan tentang

pentingnya pengenalan tugas dan fungsi satuan polisi pamong praja dan pemadam

kebakaran

Mamuju , 28 Januari 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR .................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................... 3

B. Manfaat Penulisan ................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

A. Tugas Dan Fungsi ................................................................................ 5

B. Api Dan Alat Pemadam Api Ringan (Apar)......................................... 6

C. Kendala Petugas Pemadam Kebakaran................................................. 9

D. Potensi Ancaman Bahaya Kebakaran................................................... 10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................... 14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Bahaya kebakaran adalah bahaya yang tidak dapat diduga kapan akan
datang. Aktivitas-aktivitas penghuni bangunan dan berbagai peralatan yang
digunakan dapat menjadi penyebab kebakaran. Bangunan perlu dilengkapi
proteksi kebakaran, sarana penanggulangan kebakaran dan fasilitas penyelamatan
jiwa, seperti alat pemadam kebakaran, sistem alarm kebakaran, sprinkler otomatis,
tangga darurat yang kedap asap, pintu darurat yang tahan api serta tempat
evakuasi. Fasilitas tersebut tidak hanya harus disiapkan, tetapi juga perlu
diperhatikan persyaratan teknis dan standar mutu serta perawatannya. Sarana
tersebut apabila tidak dirawat dapat tidak berfungsi sama sekali apabila terjadi
kebakaran.

Pemerintah mempunyai tanggung jawab atas keamanan dan keselamatan


bangunan serta penghuninya. Unit pelaksana Pemerintah daerah yang betanggung
jawab dan punya kewenangan atas faktor keamanan dan keselamatan bangunan
serta penghuninya dari ancaman bahaya kebakaran adalah Dinas Pemadam
Kebakaran. Tanggung jawab dan kewenangan ini merupakan salah satu fungsi
utama dalam penyelenggaraan pemerintahan oleh aparatur dalam memberikan
pelayanan, sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Tugas pokok Dinas Pemadam Kebakaran tidak hanya memadamkan


kebakaran tetapi juga melaksanakan usaha-usaha pencegahan kebakaran dan
penyelamatan jiwa. Tugas pokok ini dituangkan dalam visi Dinas satuan poilis
pamong praja dan pemadam kebakaran kabupaten mamuju yaitu "terciptanya rasa
aman masyarakat dari kebakaran dan bencana lainnya". Pelaksanaan visi
dituangkan dalam misi. Salah satu misi tersebut adalah memberikan pelayanan
prima dalam bidang pencegahan, pemadaman dan penyelamatan.

Pencegahan kebakaran merupakan hal yang penting, karena mencegah


lebih baik dari pada menanggulangi. Pelaksanaan fungsi pencegahan kebakaran

3
oleh, dilaksanakan oleh Subdinas Pencegahan, Subdinas Pertisipasi Masyarakat
dan Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Pemadam Kebakaran. Sebagai salah satu
bagian dari Dinas Pemadam Kebakaran yang paling mungkin berhubungan
langsung dengan masyarakat, Subdinas partisipasi masyarakat bertugas
melaksanakan kegiatan penyuluhan kebakaran sebagai pemberdayaan masyarakat.

Menyadari begitu beratnya tugas-tugas dan tantangan yang dihadapi


jajarannya, lembaga DPK-PB tentu tidak akan berhasil menjalankan misinya
secara maksimal tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat. Dan masyarakat
sendiri baru dapat memberikan partisipasinya apabila mereka sudah memiliki
pengetahuan yang memadai mengenai ancaman bahaya kebakaran secara
menyeluruh.

Untuk itu, perlu bagi masyarakat dari semua kalangan, baik pelajar,
mahasiswa, karyawan, ibu rumah tangga, dan masyarakat umum, untuk mengikuti
Seminar Pengenalan Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana yang
secara rutin diadakan oleh Dinas satuan polisi pamong praja dan pemadam
kebakaran kabupaten mamuju.

memiliki visi dan misi sebagai berikut:


“Terciptanya Rasa Aman Masyarakat dari Kebakaran dan Bencana Lain”
Sedangkan misi Dinas satuan polisi pamong praja dan pemadam kebakaran
kabupaten mamuju adalah:

1. Memberikan Pelayanan Prima dalam Bidang Pencegahan, Pemadaman,


dan Penyelamatan.
2. Meningkatkan Ketahanan Lingkungan bersama Masyarakat.
3. Meningkatkan Kerjasama dengan Instansi Terkait.

B. MANFAAT PENULISAN
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai tugas dan fungsi Dinas satuan
polisi pamong praja dan pemadam kebakaran kabupaten mamuju

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tugas dan Fungsi


Tugas: Melaksanakan pencegahan, pemadaman kebakaran dan
penanggulangan bencana.
Fungsi:
a. Menyusun, dan melaksanakan rencana kerja dan anggaran;
b. Merumuskan kebijakan teknis pelaksanaan pencegahan, pemadaman
kebakaran dan penanggulangan bencana;
c. Melaksankan upaya pencegahan, pemadaman kebakaran dan
penanggulangan bencana;
d. Pertolongan pertama dan penyelamatan pada kebakaran dan kejadian
bencana termasuk pelaksanaan pelayanan ambulans darurat dan/atau
evakuasi;
e. Pengawasan dan pengendalian peredaran barang dan bahan yang
mudah terbakar;
f. Pengadaan, pemeliharaan, perawatan dan pemanfaatan sumber air
dan/atau bahan-bahan lain, prasarana dan sarana pemadaman
kebakaran dan penanggulangan bencana;
g. Memberdayakan masyarakat di bidang usaha pencegahan,
pemadaman kebakaran, dan penanggulangan bencana;
h. Pemegang komando dan koordinasi dalam operasi pemadam
kebakaran dan penanggulangan bencana;
i. Penelitian dan pengujian bahan kebakaran di laboraturium;
j. Menyelidiki sebab-sebab kebakaran atau bencana lain bekerjasama
dengan instansi terkait;
k. Pengoordinasian dan bimbingan teknis upaya pencegahan,
pemadaman kebakaran dan penanggulangan bencana pada instansi
pemerintah, swasta, dan/atau masyarakat;

5
l. Pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dan/atau tenaga
bantuan pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana;
m. Monitoring dan evaluasi ketersediaan dan kelaikan sistem proteksi
kebakaran dan penyelamatan jiwa pada gedung/kantor
pemerintah/swasta/masyarakat;
n. Standarisasi prasarana dan sarana pemadam kebakaran dan
penanggulangan bencana baik pemerintah, masyarakat maupun
swasta;
o. Menegakkan peraturan perundang-undangan di bidang kebakaran dan
penanggulangan bencana;
p. Penyediaan, penatausahaan, penggunaan, pemeliharaan, dan
perawatan prasarana dan sarana pemadaman kebakaran dan
penanggulangan bencana;
q. Memberikan dukungan teknis kepada masyarakat dan perangkat
daerah;
r. Mengelola kepegawaian, keuangan, barang, dan ketatausahaan dinas
pemadam kebakaran dan penanggulangan bencana;
s. Pelaporan, dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi.

B. API DAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR)


1. Definisi Api
Api adalah suatu reaksi kimia berupa oksidasi dari benda – benda
yang mudah terbakar, yang diikuti oleh suatu pelepasan energi didalam
bentuk panas dan cahaya.
Beberapa teori dikembangkan untuk menjelaskan tentang
pembakaran dan pemadaman. Dari teori-teori tersebut dibuat suatu transisi
dari ilmu ukur bidang gambar bersegitiga, yang dikenal sebagai segitiga
api. Unsur – unsur Segitiga Api terdiri dari :
a. Oksigen

Di dalam udara normal terdapat sumber O2 sebanyak 21 %, dan


hanya diperlukan sekitar 16% atau beberapa bahan bakar yang berisi 02
untuk dapat menyokong pembakaran.

6
b. Panas
Untuk mencapai suatu penyalaan diperlukan sumber – sumber panas yang
antara lain seperti: mata hari, permukaan – permukaan panas, Bunga api
dan bunga api listrik, gesekan aksi kimia, Energi Listrik, serta
pemampatan gas – gas dan lain-lain.
c. Bahan
Keadaan fisik dari bahan – bahan yang mudah terbakar, seperti:
1) Gas – gas: Gas alam, Propane, Butane, Hidrogen, Acetylene, Co,
dan lain – lainnya.
2) Cairan: Bensin, Minyak tanah, Turpentine, Alcohol, Minyak Ikan,
Laut, Cat, Pernis, Minyak zaitun, dan lain – lain .
3) Padat: Batu bara, Kayu, Kertas, Pakaian, Lilin, Gemuk, Kulit,
Plastik, gula, Padi, Jerami/rumput kering, gabus, dan lain –lain.

2. Metode Pemadaman Kebakaran


Berdasarkan teori segitiga api, terdapat 3 metode pemadaman kebakaran:
a. Pindahkan bahan bakar
Pemindahan bahan bakar untuk memadamkan api adalah efektif tetapi
tidak selalu praktis atau memungkinkan.
b. Menghilangkan Oksigen
Proses api menjadi kecil atau menyelimuti akan memadamkan melalui
pemisahan O2 dari hal – hal utama lain yang membuat suatu api.
c. Menurunkan Temperatur
d. Suatu metode yang sudah terkenal digunakan adalah metode
pemadaman kebakaran dengan pendinginan atau
memadamkan ,diamana pengendalian temperature termasuk penyerapan
panas karena akibat pendingunan bahan bakar sampai pada titik tertentu
dimana panas berhenti untuk mengeluarkan cukup uap yang mudah
menyala.

7
3. Klasifikasi Pembakaran

Tipe alat pemadam kebakaran yang berbeda diperuntukkan untuk kelas


kebakaran yang berbeda. Berikut klasifikasi pembakaran menurut sumbernya:

a. Api kelas A: Yaitu kebakaran bahan padat kecuali logam misalnya, kertas,
kayu, plastik, karet, dan lain-lain.
b. Api kelas B: Yaitu kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar,
misalnya, bensin, minyak tanah, solar, gas.
c. Api kelas C: Yaitu kebakaran yang disebabkan oleh listrik .
d. Api kelas D: Yaitu kebakaran yang disebabkan dari bahan logam misalnya
titanium, almunium magnesil dan lain-lain.

4. Klasifikasi Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

Alat pemadam api ringan (APAR) biasanya berbentuk tabung berwarna


merah berukuran sedang dan memiliki selang yang tidak terlalu panjang. Sejalan
dengan klasifikasi pembakaran diatas maka Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
juga diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Kategori A - APAR jenis ini berisi air bertekanan. Efektif apabila


digunakan untuk memadamkan api pada benda-benda sejenis kayu, kertas,
dan kain. Jangan menggunakannya untuk Kebakaran bahan cair mudah
terbakar karena kebakaran bisa meluas, dan jangan menggunakannya
untuk memadamkan kebakaran peralatan listrik karena air adalah
penghantar arus listrik yang baik.
b. Kategori B – APAR jenis ini diisi dengan gas CO2 bertekanan tinggi.
Lebih efektif apabila digunakan untuk memadamkan api pada minyak dan
cairan lain yang mudah terbakar. CO2 tidak Efektif untuk Mematikan
Kebakaran Kelas A Karena Tidak Mampu Menggeser Keberadaan

8
Oksigen untuk Mematikan Kebakaran sehingga Kebakaran dapat Kembali
Membara dan Menyala.
c. Kategori C - APAR jenis ini berisikan Dry Chemical Powder. Efektif
apabila digunakan untuk memadamkan api yang melibatkan alat-alat
elektrikal. Apabila di tabung tertulis B—C, maka berarti tabung itu efektif
apabila digunakan untuk memadamkan kebakaran pada cairan yang mudah
terbakar dan juga pada alat-alat elektrikal.
d. Kategori D - Untuk memadamkan api karena bahan metal. Tapi kelas ini
jarang digunakan.

C. KENDALA PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN


1. Kendala yang Dialami Petugas Pemadam Kebakaran
Kendala atau Permasalahan yang biasanya dialami oleh pihak Pemadam
Kebakaran adalah sebagai berikut:
a. Jalan - Lalin (Lalu Lintas)
b. Keadaan Jalanan diwilayah Jakarta ini tidak bisa ditentukan. Kemacetan
sudah bukan barang baru bagi warga Jakarta tak terkecuali pertugas
pemadam kebakaran, terutama di jam-jam berangkat dan pulang kerja.
c. Tempat Kejadian Perkara (TKP)
d. Kurangnya kesadaran masyarakat dilingkungan tersebut. Hal yang biasa
terjadi adalah kemarahan masyarakat di lingkungan tersebut terhadap
petugas pemadam kebakaran yang disebabkan telatnya datang ke TKP.
e. Sumber Air
Sulitnya mencari sumber air di wilayah Jakarta. Mungkin kita semua
sudah paham tentang keadaan fisik di wilayah jakarta ini. Semua
permukaan tanah sudah banyak yang tertutup dari pada yang terbuka,
sehingga penyerapan air dalam tanah itu sangat sulit. Yang ada hanyalah
kali, empang dan laut saja. Padahal hampir semua kali di Jakarta berisikan
air berkualitas buruk.
f. Adanya penelpon gelap
Sering terjadi adanya penelpon gelap yang membuat bingung petugas
untuk menanggapinya apakah benar terjadi kebakaran diwilayah tersebut.

9
g. Kekurangan karyawan
Kurangnya karyawan karena unit yang bertambah tidak diikuti dengan
penambahan tenaga kerja karena tidak ada rekrutmen dari pemerintah.

2. Alternatif Pemecahan Masalah


Dari pemasalahan-permasalahan diatas, didapat beberapa alternatif
pemecahan masalah yang mungkin dapat digunakan untuk membantu
petugas dalam menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut,
diantaranya:
a. Jalan - Lalin (Lalu Lintas)
Petugas berkoordinasi dengan SATLANTAS agar perjalan ke TKP
berjalan dengan lancar dan tidak mengalami kemacetan. Selain itu petugas
juga diperbolehkan melalui jalur khusus busway untuk mempercepat
perjalanan.
b. Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Pemberitahuan kepada masyarakat dengan situasi yang dihadapi petugas
saat itu.
1) Sumber air
Petugas dapat memperoleh sumber air dengan cara berikut:
a) Dengan cara STATIS, yaitu pencarian sumber air dengan cara
roling atau bergantian.
b) Dengan cara DINAMIS, yaitu pencarian sumber air dengan cara
terhubung satu sama lain.
c. Penelpon gelap
Pengantisipasinya hanya perlu bukti lebih banyak lagi dengan landasan
jika benar-benar terjadi kebakaran minimal ada 8-10 penelpon dengan
nama dan alamat TKP yang sama.
d. Kekurangan karyawan
Pengajuan rekrutmen kepada Dinas satuan polisi pamong praja dan
pemadam kebakaran kabupaten mamuju.

10
D. POTENSI ANCAMAN BAHAYA KEBAKARAN
1. Bangunan Menengah dan Tinggi
Kawasan bangunan menengah dan tinggi biasanya berfungsi
sebagai pusat kegiatan perkantoran, perdagangan, pusat perbelanjaan/mall,
hotel, dan apartemen. Oleh karena itu bangunan menengah dan tinggi
identik dengan tempat berkumpulnya banyak orang, bahkan bisa mencapai
ratusan sampai ribuan orang dalam satu bangunan. Bangunan menengah
adalah bangunan 5 sampai dengan 8 lantai dengan ketinggian di atas 14
meter sampai dengan 40 meter. Sedangkan bangunan tinggi adalah
bangunan 9 lantai ke atas dengan ketinggian lebih dari 40 meter. Jenis
bangunan ini tersebar di 5 wilayah kota, dengan konsentrasi di kawasan
segitiga emas

Potensi terjadinya kebakaran:

a. Pada kawasan bangunan menengah dan tinggi terdapat potensi besar


akan terjadinya kebakaran. Jika terjadi kebakaran, besar kemungkinan
keselamatan jiwa penghuni akan terancam karena beberapa hal,
seperti: kobaran api dan asap menjalar ke atas, jalan keluar/sarana exit
terbatas, penghuni tidak memahami jalur/rute jalan keluar.
b. Penanggulangannya relatif lebih sulit karena faktor ketinggiannya,
transportasi peralatan dan petugas, koordinasi dan komunikasi antar
sektor, pengendalian asap dan panas dalam ruangan.
2. Bangunan Prototipe Ruko (Rumah dan Kantor)
Ruko biasanya merupakan bangunan yang tersusun dan
bergandeng (kopel); terdiri dari 2 (dua) sampai 5 (lima) lantai. Atapnya
dibuat datar, terbuat dari beton betulang dan sekaligus merupakan lantai
teratas yang terbuka. Masing-masing unit ruko terpisah secara penuh dari
bawah ke atas dengan dinding penyekat. Masing-masing unit tersedia 1
buah tangga yang menghubungkan lantai dasar sampai lantai teratas, yang
biasanya disediakan bukan menuju lantai atap. Pada lantai atap setiap
pemilik Ruko membuat pagar pembatas yang tinggi. Masing-masing unit

11
Ruko biasanya menggunakan "Rolling Door" ditambah dengan pintu lipat
dari bahan logam. Dan Bangunan Prototipe Ruko ini seringkali
dialihfungsikan dari peruntukan semula, tanpa izin dari pihak yang
berwenang.
Potensi terjadinya kebakaran: Jika terjadi kebakaran, kemungkinan
jatuhnya korban jiwa sangat besar karena hal-hal berikut:
a. Petugas pemadam kebakaran sulit memasuki lokasi karena terhalang
Rolling Door.
b. Penghuni sulit keluar karena jalan menuju keluar terhalang kobaran,
dan mati karena pengaruh asap dan terbakar.

3. Kawasan Tempat Hiburan


Tempat hiburan seperti bioskop, teater, Pubs, karaoke, tarian, dan
lain-lain tersebar di lima wilayah kota, baik yang ada di dalam hotel-hotel
maupun yang berdiri sendiri-sendiri. Bahan-bahan interior dan tata
ruangnya biasanya mengutamakan keindahan den cenderung mengabaikan
aspek bahaya kebakaran. Bersuasana temaram, redup dan mendekati gelap,
bising dan sangat padat pengunjung. Pengunjung dalam suasana eforia,
terkadang dalam kondisi setengah sadar (mabuk) dan cenderung
mengabaikan kemungkinan datangnya bahaya.

Potensi terjadinya kebakaran:

a. Pada suatu kebakaran awal, penghuni mungkin tidak mendengar


tanda peringatan/alarm karena suara bising.
b. Kobaran api akan cepat menjadi besar karena tidak terkendali.
c. Pengunjung dalam jumlah besar/padat akan berdesakan atau saling
bertabrakan mencari jalan keluar karena ruangan sangat sempit dan
gelap.
d. Potensi terjadinya kepanikan massal sangat besar.
e. Berpotensi besar menimbulkan korban jiwa yang mati di tempat.

4. Kawasan Industri dan Pergudangan

12
Kawasan industri, baik besar maupun menengah, tersebar di
beberapa wilayah DKI Jakarta, seperti di Pulogadung, Cakung, Semper,
Sunter, Cengkareng, Rawa buaya, Kapuk muara dan Kamal. Selain itu
terdapat pula sejumlah kegiatan industri rumah tangga yang berlokasi di
daerah-daerah pemukiman.

Potensi terjadinya kebakaran:

a. Kebakaran dapat dipicu oleh proses produksi, kelalaian manusia,


kurang memperhatikan aspek keselamatan, peralatan proteksi
kebakaran yang tidak lengkap atau tidak siap atau prosedur tidak jelas.
b. Keberadaan bahan-bahan berbahaya merupakan salah satu ancaman
bahaya baik bagi karyawan maupun petugas pemadam kebakaran.
c. Pada industri dengan jumlah karyawan massal, seperti garment dan
mainan anak-anak, kemungkinan besar akan menimbulkan jatuhnya
korban jiwa.

5. Lingkungan Pemukiman Tak Tertata/Kumuh


Lingkungan pemukiman tak tertata (kumuh), Bangunan biasanya
dibuat dari bahan seadanya dan mudah terbakar. Jarak antar rumah sangat
rapat dan penempatannya tidak teratur. Penduduknya padat dengan tingkat
kesadaran terhadap bahaya kebakaran rendah. Jalan lingkungan sempit,
berupa gang-gang panjang dan banyak belokan, kalaupun terdapat jalan
lingkungan biasanya disalahgunakan untuk parkir kendaraan. Dan terakhir,
sumber air di lingkungan ini biasanya langka atau jauh dari lokasi.

Potensi terjadinya kebakaran:

a. Statistik DAMKAR & PB membuktikan tingginya potensi kebakaran


di lingkungan ini.

13
b. Jika terjadi kebakaran umumnya sulit dikendalikan dan cenderung
membesar dan meluas.
c. Mobil pemadam kebakaran sulit mendekati lokasi kebakaran dan sulit
memperoleh pasokan air untuk pemadaman.
d. Suasana di lokasi begitu kacau dan gaduh, seperti: sebagian
masyarakat yang menonton, mengamankan barang-barang dan banyak
juga yang menghambat kelancaran operasional petugas karena
tindakan-tindakan mereka yang tidak koperatif terhadap petugas
pemadam kebakaran.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dalam menjalankan fungsi-fungsinya, organisasi DPK-PB memiliki
beberapa bagian, yang meliputi 1 sekretariat dengan 4 Sub bagian dan 5
Bidang, yaitu Bidang pencegahan Kebakaran, Bidang Operasi, Bidang
Sarana, Bidang Penanggulangan Bencana, Bidang Partisipasi Masyarakat.
Visi Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI Jakarta, yaitu "terciptanya
rasa aman masyarakat dari kebakaran dan bencana lainnya". Pelaksanaan
visi dituangkan dalam misi. Selain itu, DPK-PB DKI Jakarta juga
memiliki tugas dan fungsi tersendiri.
2. Api adalah suatu reaksi kimia berupa oksidasi dari benda – benda yang
mudah terbakar, yang diikuti oleh suatu pelepasan energi didalam bentuk
panas dan cahaya. Unsur – unsur Segitiga Api terdiri dari Oksigen, Panas,
dan Bahan. Alat pemadam api ringan (APAR) biasanya berbentuk tabung
berwarna merah berukuran sedang dan memiliki selang yang tidak terlalu
panjang. Sejalan dengan klasifikasi pembakaran maka Alat Pemadam Api
Ringan (APAR) diklasifikasikan sebagai berikut:
 Kategori A - berisi air bertekanan
 Kategori B – diisi dengan gas CO2

14
 Kategori C - berisikan Dry Chemical Powder
 Kategori D - Untuk memadamkan api karena bahan metal.
3. Kendala atau Permasalahan yang biasanya dialami oleh pihak Pemadam
Kebakaran adalah sebagai berikut: Keadaan Jalanan (Lalu Lintas) yang
tidak bisa ditentukan, kurangnya kesadaran masyarakat dilingkungan
tempat kejadian perkara (TKP), sulitnya mencari sumber air, adanya
penelpon gelap, dan kekurangan karyawan.
4. Potensi ancaman bahaya kebakaran berbeda-beda tergantung
lingkungannya. Secara garis besar terdapat 5 (lima) lingkungan/kawasan
yang memiliki potensi ancaman bahaya kebakaran, yaitu: Bangunan
Menengah dan Tinggi, Bangunan Prototipe Ruko (Rumah dan Kantor),
Kawasan Tempat Hiburan, Kawasan Industri dan Pergudangan, serta
Lingkungan Pemukiman Tak Tertata/Kumuh. Kelima lingkungan ini
tentunya memiliki karakteristik yang berbeda sehingga terdapat cara yang
berbeda dalam usaha pencegahan kebakaran maupun tindak
penanggulangan kebakaran pada masing-masing kawasan.

15

Anda mungkin juga menyukai