Anda di halaman 1dari 59

PETUNJUK TEKNIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

PENYELAMATAN AIR

DINAS PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN


PENYELAMATAN PROVINSI DKI JAKARTA

2018

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 1


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………………………. 1


Daftar Isi ……………………………………………………………………………. 2
Surat keputusan Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Provinsi DKI Jakarta ……………………………………………………………………………. 4
Kata Sambutan Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Provinsi DKI Jakarta ……………………………………………………………………………. 6
BAGIAN – 1 PENDAHULUAN
1.1 Dasar ………………………………………………………………….…………... 7
1.2 Maksud dan Tujuan …………………………………………………..………….. 7
1.2 Maksud ………………………………………………………..………. 7
1.3 Tujuan …………………………………….……………………………. 8
1.3 Ruang Lingkup ………………………………………………………..……..…… 8
1.4 Pengertian ……………………………………………………...……….………... 8
1.4.1 Standard Operatating Prosedure (SOP) ………………………….. 8
1.4.2 Penyelamatan ………………………………………………………… 9
1.4.3 Penyelamatan Pada Air ……………………………………………... 9
1.4.4 Tempat Kejadian Perkara ………………………….……………….. 9
1.4.5 Pusat Komando ( Command Center) ……………………………… 10
1.4.6 Keberangkatan Awal ………………………………………………… 10
1.4.7 Bantuan Lanjutan ……………………………………………………. 13
1.4.8 Poskotis ……………………………………………………………….. 13
1.5 Ketentuan Pelaksanaan ………………………………………………..…………. 14
1.6 Standar Khusus Penyelamatan ……………………………………..………….. 14
1.6.1 Kebijakan Koordinasi dengan petugas instansi Lain …………….. 15
1.6.2 Dasar Pertolongan Pertama ………………………………………… 18
1.7 Standar Peralatan Penyelamatan ……………………………………………… 22

BAGIAN – 2 TEKNIS PROSEDUR PENYELAMATAN


2.1 Penyelamatan Air ……………………………………………..………………… 24
2.2 Tindakan Preventif Pnyelamatan di Air ……………………………………….. 24
2.3 Standar Peralatan Penyelamatan pada Air …………………………………… 24
2.4 Mekanisme Operasi Penyelamatan Di Air ……………………………………. 25
2.5 Operasi Penyelamatan Air ……………………………………………………… 29
2.6 Langkah Menghadapi Keadaan Darurat ……………………….……………… 33
2.7 Faktor – factor yang perlu diketahui terhadap korban yang akan tenggelam . 33
2.8 Perahu Karet …………………………………………………………………….. 36
2.9 Alat Selam ………………………………………………………………………… 37
2.10 Persyaratan Petugas Selam ……………………………………………………. 44
2.11 Prosedur Pemakaian , Penggunaan dan Perawatan Peralatan Selam ……. 45

BAGIAN – 3 PENUTUP

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 2


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
3.1 Ketentuan Lain ………………………….………………………………………... 47
3.2 Tahapan Akhir ………………………………...……………..……………………. 47
3.3 Dasar Hukum …………………………….………………………………………. 49
3.4 SOP Penyelamatan di Air ……………………………………………………….. 50
3.5 Uraian Prosedur ……………………………………………….….……………….. 51
LAMPIRAN
1 Skema : Metode Pertolongan di Air …………….………………….. 53
2 Skema : Metode Teknik deends ………………….…………….…… 54
3 Skema : Bagian Bagian Pokok Perahu Karet ……………..……… 55
4 Skema : Cra Mengangkat Perahu …………………………..………. 56
5 Skema : Cra Menyeimbang Perahu Karet …….…………….…….. 57
6 Skema : Scuba dan Kelengkapannya ……….…………………….. 58
7 Skema : Tipe Jaket Pelampung ……………...…………………….. 59

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 3


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENANGGULANGAN KEBAKARAN
DAN PENYELAMATAN
PROVINSI DKI JAKARTA

NOMOR : 1401 TAHUN 2018

TENTANG

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENYELAMATAN AIR

KEPALA DINAS PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN


PROVINSI DKI JAKARTA

Menimbang : 1. Bahwa untuk kelancaran pelaksanaan tugas penanggulangan


bencana dan penyelamatan, perlu dibuat Standar Operasional
Prosedur (SOP) Penyelamatan Air di lingkungan Dinas
Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta;
2. Bahwa dalam perkembangan SOP yang ada perlu direvisi demi
peningkatan kinerja dan pelayanan Dinas Penanggulangan
Kebakaran dan Penyelematan Provinsi DKI Jakarta;
3. Bahwa SOP tersebut di atas perlu ditetapkan dengan keputusan
Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelematan
Provinsi DKI Jakarta.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan


Bencana;
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi
Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2006 tentang Pencarian dan
Pertolongan;
4. Permendagri Nomor 52 Tahun 2011 tentang Standar Operasional
Prosedur di Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota;
5. Peraturan Daerah Provinsi Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun
2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;
6. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor
24 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan
Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur.
7. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor
264 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 4


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi;

MEMUTUSKAN
Menetapkan :

Pertama : Standar Operasional Prosedur (SOP) Penyelamatan Air di lingkungan


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI
Jakarta;
Kedua : Standar Operasional Prosedur (SOP) Penyelamatan sebagaimana
dimaksud pada diktum pertama, digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan tugas penanggulangan bencana di lingkungan Dinas
Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta;
Ketiga : Standar Operasional Prosedur (SOP) ini ditetapkan untuk dilaksanakan
dengan baik dan penuh tanggung jawab;
Keempat : Jika terdapat kekeliruan dalam keputusan di kemudian hari akan dilakukan
perbaikan sebagaimana mestinya;
Kelima : Dengan berlakunya Surat Keputusan ini, maka SOP yang berkaitan
dengan penyelamatan di Air terdahulu dinyatakan tidak berlaku;
Keenam : Surat keputusan ini berlaku sejak ditetapkan.

Dikeluarkan di Jakarta
Pada tanggal 26 Maret 2018

KEPALA DINAS PENANGGULANGAN


KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN
PROVINSI DKI JAKARTA

Dr. H. SUBEJO, SH,.M.Si


NIP196104101985031011

KATA SAMBUTAN
KEPALA DINAS PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN
PROVINSI DKI JAKARTA

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 5


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Dinas Penanggulangan kebakaran dan Penyelamatan provinsi DKI Jakarta semakin hari
semakin eksis dan diakui masyarakat sebagai petugas yang selalu siap dalam menangani
berbagai jenis musibah,

baik itu musibah kebakaran maupun Penyelamatan pada kecelakaan lalulintas, penyelamatan
Hewan liar, orang tenggelam, orang naik diatas Tower, Bangunan Runtuh maupun B3 (Bahan –
bahan berbahaya). Semua ini tidak terlepas dari keahlian dan ketrampilan petugas Dinas
Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta (Khususnya petugas
Penyelamat).

Sangat disadari, begitu beratnya tugas dan tantangan yang dihadapi Dinas Penanggulangan
Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta kedepan. Oleh karena itu Standar
Operasional Prosedur (SOP) Penyelamatan sangat diharapkan sebagai dasar atau acuan kerja
petugas Penyelamat dalam memberikan pertolongan, sejak informasi diterima, perjalanan
menuju TKP, pelaksanaan evakuasi sampai dengan pasca evakuasi.

Harapan saya semoga dengan dibuatnya Standar Operasional Prosedur (SOP), maka dapat
meminimalisir Respontime, sehingga korban dapat lebih cepat terevakuasi.

Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran


dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta

Dr. H. SUBEJO, SH,.M.Si


NIP 196104101985031011

BAGIAN-1 PENDAHULUAN

1.1. DASAR

1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana;

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 6


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2000 tentang Pencarian dan Pertolongan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun;
5. Permendagri Nomor 52 Tahun 2011 tentang Standar Operasional Prosedur di
Lingkungan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota;
6. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2008
tentang Organisasi Perangkat Daerah Provinsi Daerah Provinsi Daerah Khusus
Ibukota Jakarta;
7. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 96 Tahun 2009
tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Penanggulangan Kebakaran dan
Penyelamatan;
8. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 24 Tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Penyusunan dan Pelaksanaan Standar Operasional
Prosedur.
9. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 264 Tahun
2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Penanggulangan Kebakaran dan
Penyelamatan Provinsi.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.2.1. MAKSUD
Maksud pembuatan SOP ini, untuk memberikan gambaran yang jelas kepada
pengambil keputusan dan petugas penyelamatan di wilayah DKI Jakarta, tentang
langkah-langkah penyelamatan di air yang berdaya guna, efektif dan efisien,
dengan memperhatikan azas-azas keselamatan, minimalisasi korban, menjaga
ketertiban umum, dan dapat dipertanggungjawabkan.

1.2.2. TUJUAN

Tujuan SOP penyelamatan ini adalah:


1. Memberikan pedoman pelaksanaan yang jelas tentang penyelamatan air.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 7


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
2. Menghindari tumpang tindih (overlapping) penyelamatan di air dengan
badan, instansi dan petugas-petugas lainnya yang terlibat secara langsung
dalam penyelamatan dan pertolongan.
3. Menghindarkan petugas dari kesalahan prosedur, tindakan atau tahapan
pelaksanaan penyelamatan dan evakusi di air yang berpotensi memperbesar
kerugian, jumlah korban, maupun risiko yang diakibatkannya.
4. Menghindarkan petugas maupun instansi yang bertanggungjawab untuk
penyelamatan dan evakuasi pada air dari tuntutan hukum oleh para pihak
yang merasa dirugikan oleh kegiatan penyelamatan dan pertolongan.

1.3. RUANG LINGKUP


SOP penyelamatan di air diperuntukkan bagi semua petugas Dinas Penanggulangan
Kebakaran dan Penyelamatan serta instansi terkait lainnya dalam penanganan
penyelamatan dan pertolongan di wilayah Provinsi DKI Jakarta, wilayah perbatasan, luar
wilayah DKI Jakarta, serta kawasan otonomi/juridiksi khusus.

1.4. PENGERTIAN
1.4.1. PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (STANDARD OPERATING
PROCEDURES=SOP)

a) Umum
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian
kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,
administratif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan
sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah
menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit
kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good governance.

b) Khusus

Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam konteks ini adalah satu set
pedoman yang menjelaskan prosedur pelaksanaan kegiatan penanganan
penyelamatan dan evakuasi korban di Air bagi semua tingkatan pimpinan
lapangan mulai dari Kepala Regu, Kepala Pleton (Bintara Piket Suku

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 8


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Dinas), Kepala Seksi Sektor (Perwira Piket Suku Dinas), Kepala Suku
Dinas, Kepala Seksi & Kepala Subbagian (Bintara Piket Dinas), Kepala
Bidang (Perwira Piket Dinas) dan Kepala Dinas Penanggulangan
Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta.

1.4.2. PENYELAMATAN

Penyelamatan adalah proses atau perbuatan penyelamatan dan evakuasi


korban dengan memperhatikan azas-azas keselamatan petugas dan korban.
Prioritas penyelamatan adalah penyelamatan korban manusia yang masih
hidup, sudah meninggal, dan harta benda korban .

1.4.3. PENYELAMATAN PADA AIR

Penyelamatan pada Air ( Water Rescue ) merupakan suatu teknik


pertolongan/evakuasi yang dilakukan di air. Atau suatu tindakan penyelamatan
secara efektif dan efisien, jiwa manusia dan segala sesuatu yang berharga
yang berada dalam keadaan mengkhawatirkan di air.

1.4.4. TEMPAT KEJADIAN PERKARA

Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah tempat di mana suatu kejadian terjadi
dan atau akibat – akibat yang ditimbulkan atau temapat – tempat lain
berdamapak akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa atau kejadian tersebut di
lokasi atau temapat tertentu.

1.4.5. PUSAT KOMANDO (COMMAND CENTER)


Pusat Komando (Command Center) adalah suatu pusat pengendali
manajemen operasi untuk mendukung pengambilan keputusan yang berkaitan
dengan perintah atau komando untuk melakukan suatu operasi, baik operasi
penanggulangan kebakaran, maupun penyelamatan dan evakuasi korban di
Air.

1.4.6. KEBERANGATAN AWAL PENYELAMATAN

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 9


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Pemberangkatan Operasi awal adalah prosedur pemberangkatan sumber
daya tahap awal yang dilaksanakan oleh komunikasi II (dispatcher) kepada
sumber daya terkait ( biasanya Unit regu Penyelamat terdekat)

Alur Pemberangkatan Awal Penyelamatan pada Air

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 10


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
a. Tugas
1) Pemberangkatan Awal
SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 11
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
a) Perintah Pemberangkatan awal disampaikan dalam bentuk kode panggil atau
dalam bahasa lisan.
b) Pos Kebakaran terdekat menerima perintah pemberangkatan dari command
center tentang terjadi insiden pada suatu lokasi dan jenis insidennya. (merujuk
pada SOP Pengerahan Unit yang berlaku)
c) Panduan kerja Kepala Regu/Kepala Sektor :
(1) Melakukan pra size up
(a) Kondisi dan Route jalan
(b) Berikan Titik Kenal
(c) Kondisi TKP
(d) RENOP
(e) Teruskan informasi ke KaSek wilayah Damkar PB
d) Dalam Perjalanan
(1) Komunikasi dalam perjalanan disampaikan dalam bentuk kode atau dalam
bahasa lisan.
(2) Tentukan route yang dipilih oleh Karu atau CC
(3) Bila Macet atau ada masalah minta pilihan alternatif lain ke CC
e) Tiba dilokasi
(1) Laporan tiba dilokasi disampaikan dalam bentuk kode atau dalam bahasa
lisan.
(2) Pelajari situasi
(3) Menentukan posisi unit mobil Rescue
(4) Gelar peralatan
(a) Gelar peralatan sesuai dengan insiden yang ditanganai dan sediakan
media pemadaman yang sesuai dengan lokasi
(b) Lakukan operasi insiden
(5) Laporan Pelaksanaan Operasi Penyelamatan(saat penggunaan peralatan
Rescue atau pendukung pertama siap dioperasikan) untuk mencatat waktu
tanggap  saran buat kode sandi untuk aktifitas tsb
f) Melaporkan kondisi TKP oleh Komandan insiden ke CC

(1) Deskripsi waktu kondisi, lokasi atau zona darurat atau kejadian yang terjadi
(2) Deskripsi dari lokasi atau objek yang terancam atau bencana yang terjadi
(3) Deskripsi dari strategi, taktik, dan sumber daya yang digunakan untuk
mengendalikan situasi,
(4) Penilaian dari hasil yang diharapkan dari tindakan saat ini, dan
(5) Fakta-fakta lain yang akan menjadi penting untuk perwira atasan atau
pasukan sekitarnya yang mendengarkan laporan

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 12


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
g) Informasikan ke CC tentang bantuan instansi terkait dengan kode / atau bahasa
lisan tentang :
(1) Kelurahan
(2) Polisi
(3) SATPOL PP
(4) Dinas PU DKI
(5) Masyarakat misal BALAKAR

1.4.7. BANTUAN LANJUT

Dilakukan apabila unit pertama yang berangkat tidak dapat mengatasi upaya
penyelamatan dan evakuasi pada air sehingga perlu dikerahkan bantuan dari
unit lain sesuai laporan dan perintah Komandan Insiden dapat ditindak lanjuti
oleh Pusat Komando (Command Center).

1.4.12. POSKOTIS

a) Poskotis adalah suatu lokasi atau tempat yang ditetapkan sebagai pusat
pengendalian suatu operasi penyelamatan evakuasi di air.
b) Poskotis dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dapat menunjang
kelancaran jalannya operasi penyelamatan korban seperti: meja, kursi, alat-
alat tulis, gambar denah lokasi kejadian, dan peralatan komunikasi/radio HT.
c) Poskotis dipimpin oleh seorang Kepala Poskotis, secara berjenjang sesuai
dengan tingkat besarnya insiden.

1.5. KETENTUAN PELAKSANAAN

Operasi penyelamatan dan evakuasi di air akan berjalan dengan lancar, aman, dan efektif,
apabila diperhatikan ketentuan-ketentuan dalam penanganan penyelamatan.
Keberhasilan penanganan penyelamatan juga tergantung pada perilaku dan kepribadian
tim penyelamat itu sendiri. Perilaku yang harus diperhatikan oleh regu penyelamat selama
melakukan penyelamatan sebagai berikut:

1. Semangat. Tim penyelamat harus memiliki semangat yang tulus dalam menjalankan
tugasnya sebagai penyelamat.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 13


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
2. Motivasi. Tim penyelamat harus siap untuk terus menjalani pelatihan dan menjalankan
penyelamatan sesuai standar yang berlaku.

3. Ketergantungan. Keselamatan korban dan keselamatan kerja tergantung pada cara-


cara anggota tim penyelamat melakukan penyelamatan yang aman dan profesional.

4. Berfikir dan Bertindak Terampil. Setiap situasi penyelamatan adalah unik, karena itu
seorang individu penyelamat harus menerapkan berbagai keterampilan dan
pengetahuan untuk situasi baru.

5. Kerja Sama Tim. Operasi penyelamatan merupakan kerja sama tim.

6. Ketakutan Berlebihan (Phobia). Ketua tim penyelamat atau anggota penyelamat


lainnya harus memahami kelemahan setiap anggota/rekan kerjanya atas keadaan-
keadaan dalam kecelakaan lalu lintas di jalan raya yang memungkinkan ketakutan
berlebihan pada seseorang. Sebagai contoh, ketakutan pada Air dan kedalaman.

1.6. STANDAR KHUSUS PENYELAMATAN

Keberhasilan operasi penyelamatan juga harus memperhatikan standar khusus


penyelamatan. Untuk melakukan penyelamatan dan evakuasi di air secara efektif dan
aman, personil harus memiliki dan menguasai pengetahuan tentang:
1. Kebijakan koordinasi dengan petugas dari instansi lainnya ;
2. Dasar pertolongan perrtama;
3. Penguasaan peralatan yang berhubungan dengan penyelamatan dan evakuasi di
Air
4. Teknis dasar membebaskan korban;

1.6.1. Kebijakan Koordinasi dengan Petugas Instansi Lainnya

1. Respon atas Laporan

Setelah menerima laporan dari masyarakat/ petugas dan Command center,


dapat dipastikan bahwa telah terjadi suatu peristiwa telah terjadi, maka petugas
segera mengambil tindakan:

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 14


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
a) Apabila yang melakukan panggilan adalah korban, maka dipastikan bahwa
dalam melayani laporan tersebut petugas mengendalikan pembicaraan
dengan suara yang menenangkan korban, sehingga dapat digali informasi-
informasi yang diperlukan, khususnya kejadian atau perestiwa yang
dialaminya.

b) Segera menghubungi pimpinan tertinggi dan ditidak lanjuti melaporkan ke


pusat komando (command center).

c) Melakukan pengecekan terhadap peralatan sesuai dengan kasus atau


peristiwa.

d) Pelajari route dan tetapkan jalan terdekat menuju TKP.

e) Dalam melakukan perjalanan ke TKP, perlu diperhatikan juga daerah atau


jalan yang memiliki volume kemacetan, kondisi cuaca, dan kondisi jalan.

f) Gunakan bunyi sirine, nyalakan lampu sirine dan lampu utama mobil
penyelamat untuk mempercepat sampai ke TKP dengan tetap
memperhatikan keselamatan.

2. Koordinasi Pra-Penyelamatan

Apabila sudah ada petugas dari instansi lain di TKP, maka melakukan koordinasi
dengan petugas dari departemen lain tersebut, dalam hal:

a) Penilaian dengan melakukan pengumpulan informasi dan gambaran dari


kejadian/ peristiwa tersebut di TKP, antara lain kondisi korban, jumlah korban,
lokasi kejadian, obyek insiden dan jenis/ sifat insiden.

b) Menghubungi/meminta bantuan kendaraan ambulans, apabila belum


dilakukan proses Penelamatan atau evakuasi korban.

c) Melakukan pemeriksaan terhadap korban, dan terhadap korban luka-luka


ringan dan mengeluarkan korban yang terjebak/ terhimpit oleh objek benda.
Disesuaikan dengan kondisi dan lingkungan di TKP.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 15


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
d) Tidak memindahkan barang-barang lainnya yang memungkinkan dapat
menjadi petunjuk sebagai barang bukti.

e) Apabila dipandang perlu memindahkan barang-barang tersebut, dilakukan


pemotretan terlebih dahulu terhadap kondisi barang-barang tersebut.

f) Penggunaan gabungan personil dan perlengkapan diperlukan untuk dapat


melakukan penyelamatan dengan selamat dan efisien.

g) Memilah barang-barang yang dapat dijadikan sebagai barang bukti untuk


penyidikan oleh Polri.

3. Kategori Kelompok Penyelamat

Dalam sebuah peristiwa penyelamatan dan evakuasi korban di air, sebelum


semuanya diatasi dengan aman oleh regu penyelamat, biasanya terdapat 3 (tiga)
kategori kelompok penyelamat, antara lain:

a) Korban
Dalam hal terjadi peristiwa atau kasus, korban luka-luka ringan atau korban
yang selamat, akan segera melakukan pertolongan bagi korban lainnya. Hal
ini akan memperburuk keadaan korban sesungguhnya dari cara-cara
penyelamatan yang salah.

b) Penyelamatan Tidak Terlatih


Dalam hal terjadi peristiwa atau kasus, warga masyarakat sekitar atau warga
yang secara bersamaan berada di lokasi TKP, juga akan berusaha
memberikan pertolongan. Hal demikian juga akan memperburuk keadaan
korban sesungguhnya dari cara-cara penyelamatan yang salah.

c) Regu Penyelamat

Ketika upaya penyelamatan dan evakuasi korban di air, oleh penyelamat


tidak terlatih, regu penyelamat harus mendapat informasi yang lengkap
tentang bagaimana dan dengan cara bagaimana korban atau penyelamat

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 16


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
tidak terlatih melakukan penyelamatan. Hal ini untuk mengurangi dampak
kesalahan pertolongan yang lebih fatal pada korban sesungguhnya.

4. Koordinasi Paska Penyelamatan

Setelah dilakukan penyelamatan terhadap korban manusia, petugas


penyelamat melakukan koordinasi dengan instansi lainnya, berkaitan hal-hal
sebagai berikut:

a) Mengevakuasi korban luka-luka ringan, luka-luka berat untuk dilakukan


pertolongan pertama oleh Emergency Medical Service.

b) Memasukan korban meninggal dunia ke dalam kantong mayat, setelah


dilakukan pemotretan dan identifikasi oleh penyidik Polri.

c) Menyatukan dan memindahkan barang-barang milik korban untuk dilakukan


investigasi lebih lanjut setelah koordinasi dengan instansi terkait dan
penyidik Polri.

5. Mendirikan Posko Komando

Apabila kejadian bencana tersebut bersifat mayor yang melibatkan banyak unit
kendaraan, peralatan pendukung operasional dan kompleksitas pertolongan,
dalam hal setelah dilakukan tindakan penyelamatan, harus dipertimbangkan
untuk mendirikan pos komando di TKP bersama perwakilan dari instansi terkait.
Karena, koordinasi dengan instansi terkait sangat diperlukan.

1.6.2. Dasar Pertolongan Pertama

1. Pengetahuan evakuasi Korban

Sesampainya di TKP dan setelah dilakukan pengamatan dini di TKP, anggota tim
penyelamat harus memiliki pengetahuan tentang cara-cara mengevakuasi
korban yang terjebak, terhimpit objek benda dan cara-cara melakukan
pertolongan pertama.

2. Jumlah Regu Penyelamat

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 17


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Setiap regu penyelamat terdiri dari 1 (satu) Komandan Regu, 1 (satu) Operator,2
(dua) anggota dan 1 (satu) perekaman.

3. Tindakan Seleksi

Setelah sampai di TKP, unit pertolongan pertama melakukan tindakan seleksi


terhadap korban. Tujuan dilakukannya tindakan ini supaya tidak ada
penderita/korban yang tidak mendapat perawatan. Tindakan ini dilakukan
dengan memperhatikan:
a) Tindakan pengelompokan korban berdasarkan berat ringannya kasus,
harapan hidup, dan tingkat keberhasilan yang akan dicapai.

b) Tindakan untuk menyortir dan mengklasifikasi korban berdasarkan jenis dan


urgensi dari keadaannya untuk menentukan prioritas penanganan medis.

4. Penggolongan Korban

Penggolongan atau pengklasifikasian korban didasarkan pada:

 Golongan I (Label Hijau)

Penderita tidak luka/menderita trauma kejiwaan sehingga tidak memerlukan


tindakan medis.

 Golongan II (Label Kuning)

Penderita dengan luka ringan dan memerlukan tindakan bedah minor, dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
a) Minor injuries (luka ringan)

b) Seluruh kasus-kasus ambulance/jalan

 Golongan III (Label Merah)

Penderita dengan luka sedang dan berat tetapi sulit ditolong, dengan ciri-ciri
korban sebagai berikut:
a) Trauma thorax non asfiksia.

b) Fraktur tertutup pada tulang panjang.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 18


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
c) Luka bakar terbatas.

d) Cidera pada bagian/jaringan lunak.

e) Perdarahan berat.

f) Asfiksia, cidera cervical, cidera pada maxilla.

g) Trauma kepala dengan koma dan proses shock yang cepat.

h) Fraktur terbuka dan fraktur compound.

i) Luka bakar > 30 %/extensive burn.

j) Shock tipe apapun.

 Golongan IV (Label Hitam)

Penderita meninggal dunia, dengan ciri-ciri korban sebagai berikut:

a) Tidak ada respon pada semua rangsangan.

b) Tidak ada respirasi spontan.

c) Tidak ada bukti aktivitas jantung.

d) Tidak ada respon pupil terhadap cahaya.

5. Hal-hal yang harus diperhatikan dan secepatnya dilakukan tindakan terhadap


korban luka-luka hidup. Idealnya yang perlu diperhatikan dalam penyelamatan
pada air adalah tindakan yang disebut DRABC yaitu, D: Danger (bahaya), R:
Response (tanggapan), A: Airway (jalan napas), B: Breathing (pernafasan),
dan C: Circulation (sirkulasi).

a) Danger:
 Menolong korban dari bahaya kematian, khususnya korban yang
mengalami pendarahan yang cukup kuat;

b) Response:
 Jika korban tidak sadarkan diri pada saat kejadian, maka tubuh korban
diguncangkan dengan lembut dan berteriak keras untuk mengetahui
respon korban.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 19


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
 Jika korban merespon, maka harus melakukan pemeriksaan dan
mengontrol perdarahan korban.
 Jika tidak ada respon, lanjutkan dengan ABC;

c) Airway:

 Bila korban tidak bernafas bebaskan jalan nafas.

 Ada tidaknya nafas terbukti dengan tidak adanya hembusan nafas


dari hidung dan mulut.

 Jalan tertutup oleh lidah dan mungkin oleh pangkal tenggorokan,


karena lidah jatuh ke belakang.

 Lakukan extensi (dongakan) kepala ke arah belakang sehingga lidah


terdorong ke depan.

 Hindari posisi leher yang tertekuk biasanya nafas bisa kembali


normal.

 Letak rahang (posisi kepala) dipertahankan selama penderita belum


sadar.

 Perhatikan pula dicurigai kemungkinan cidera tulang, maka jangan


lakukan (hiper) extensi kepala.

d) Breathing:

 Setelah melakukan tindakan A, lakukan kembali penilaian


pernafasan.

 Seperti pada A penilaian pernafasan dilakukan dengan meraba


keluarnya udara dari mulut atau hidung, dan dengan memperhatikan
gerakan pernafasan dada atau perut yang teratur.

 Jika tidak ada pernafasan setelah jalan nafas bebas (A) tindakan B
segera dimulai. Dengan posisi penderita yang sama seperti A
lakukan nafas buatan.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 20


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
 Sambil menutup hidup (tangan kiri) dan menahan rahang bawah di
depan, hembuskan udara dengan cukup kuat ke dalam jalan nafas
penderita.

 Perhatikan juga bahwa dada harus mengembang naik dan dada


turun sebagai tanda ekspirasi (keluarnya udara) pasif.

 Apabila nafas buatan gagal, bila tidak terdapat/terlihat benda asing


di tenggorokan, maka tindakan berikutnya adalah membersihkan
dan membebaskan jalan nafas dari benda asing;

e) Circulation:

Setelah dilakukan tindakan A dan B, maka harus kembali memeriksa saluran


pernafasan dan denyut nadi penderita, karena bisa menentukan terhentinya
jantung atau tidak.

6. Evakuasi korban hidup harus memperhatikan keselamatan korban, petugas


melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Evakuasi Korban Sadar

 Usahakan ringan sehingga korban aman pada saat evakuasi.

 Mengangkat secara bersamaan pada satu sisi menggunakan lengan


kemudian dekap dan pindah secara berlahan, kemudian turunkan korban
secara bersamaan.

b) Evakuasi Korban Tidak Sadar

 Baringkan korban dengan tanpa bantal.

 Tinggikan tungkainya.

 Longgarkan pakaian.

 Beri ruang cukup agar korban dapat menghirup udara segar.

 Periksalah cidera lain yang ada pada korban.

 Selimuti tubuh penderita supaya hangat.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 21


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
 Bila korban pulih, usahakan penderita beristirahat beberapa menit,
kemudian pindahkan korban menjauh dari lokasi TKP.

7. Ada risiko serius terhadap cidera otot tulang belakang atau perut dari korban
karena cara mengangkat yang salah, berikut adalah pokok-pokok teknik
mengangkat yang benar:

a) Otot-otot kaki dan otot-otot paha lebih kuat daripada bagian belakang, lengan
atau perut, sehingga bagian paha adalah cara yang paling aman untuk
digunakan mengangkat tubuh.

b) Selama operasi pengangkatan, penyelamat harus berjongkok dengan lutut


ditekuk, punggung lurus dan kaki ditempatkan dengan benar untuk
menanggung beban.
1.7. Standar Peralatan Penyelamatan

1. Memahami Peralatan Penyelamatan

Pada saat melakukan evakuasi penyelamatan, semua anggota penyelamat wajib


memahami peralatan dan pakaian pelindung dalam hal:
a) Api, material berbahaya, kabel listrik yang hidup, B3 dan penyakit yang
menular.
b) Peralatan dan pakaian pelindung wajib dikenakan pada saat operasional,
antara lain helem, sarung tangan, pakaian/jaket overall, sepatu, kacamata
pelindung mata, pelindung telinga, dan sarung tangan sekali pakai.

2. Menguasai Alat-alat yang Diperlukan

Setelah petugas menerima informasi mengenai jenis objek kejadia yang


mengalami kecelakaan dan sebelum petugas melakukan perjalanan ke TKP,
perlu diperhatikan mengenai pemahaman dan penguasaan alat-alat yang
diperlukan, antara lain:

 Tabung oksigen, digunakan untuk memberikan oksigen bagi korban yang


membutuhkan.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 22


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
 Selimut berbahan wool dan bahan yang tahan api, digunakan untuk
melindungi dan memberikan kehangatan bagi korban .
 First Aid, diperlukan untuk melakukan pertolongan pertama untuk korban.
 Pisau segala tipe, dipergunakan untuk memotong sabuk pengaman,
memotong pakian, dan sepatu.
 Tangga dengan tipe Extention-folding, dipergunakan untuk menjangkau area-
area yang tinggi atau yang rendah.
 Tali segala jenis, dipergunakan untuk mengikat.
 Lighting Equipment segala tipe, dipergunakan untuk mencari dan menerangi
lokasi (terutama di malam hari).
 Pakaian perlindungan (jaket, pelampung, kacamata, pelindung telinga,
sepatu boots).
 Kantong mayat, dipergunakan untuk menutup korban yang meninggal dunia.

BAGIAN-2 TEKNIS PROSEDUR PENYELAMATAN

2.1. PENYELAMATAN PADA AIR

Penyelamatan pada air merupakan suatu teknik pertolongan/ evakuasi


yang dilakukan di air. Atau suatu tindakan penyelamatan secara efektif dan
efisien terhadap jiwa manusia dan segala sesuatu yang berharga yang
berada dalam keadaan mengkhawatirkan di Air.
Operasi penyelamatan di air akan berjalan dengan lancar, aman, dan
efektif, apabila diperhatikan ketentuan-ketentuan dalam penanganan
penyelamatan. Keberhasilan penanganan penyelamatan juga tergantung
pada perilaku dan kepribadian tim penyelamat itu sendiri.

2.2. TINDAKAN PREVENTIF PENYELAMAT DI AIR

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 23


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
1. Perhitungan / Pertimbangan
Kemampuan seorang Penyelamat untuk memilih dan menentukan
kemampuan dan keterampilan yang dimiliki serta metode yang harus
dilakukan.
2. Pengetahuan
Banyak bahaya dan rintangan di air , maka pengetahuan sangat
diperukan untuk menentukan setiap langkah usaha pertolongan.
3. Keahlian
Petugas Penyelamat di Air harus mempunyai keahlian khusus pada
seua aspek pertolongan
4. Kesiapan Fisik
Seorang penyelamat harus selalu menjaga fisik dengan prima karena
seorang penyelamat bertanggung jawab dua nyawa sekaligus, diri
sendiri dan korban.

2.3. STANDAR PERALATAN PENYELAMATAN PADA AIR

1. Standart APD petugas

a. Pelindung/penutup kepala (helm)


b. Life jacket (pelampung pluit)
c. Sepatu safety
d. Sarung tangan safety (safety glove)
e. Kacamata safety (safety google)
f. Tali tubuh (minimal 4 meter)

2. Standar Peralatan Pendukung

a. Perahu karet
b. Tali rescue
c. Gun rop
d. Cincin kait
e. Figure eight
f. Dry bag
g. Throw bag (tali lempar)

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 24


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
h. Scuba set
i. Pisau
j. Floating board
k. HT (radio komunikasi)
l. Wet suit
m. Dry suit
n. Puley
o. Under water lighting
p. Kantong mayat

2.4. MEKANISME OPERASIONAL PENYELAMATAN DI AIR

Suatu insiden penyelamatan di air terbagi dalam empat tahap, yaitu:.


a. Tahap Pertama, memobilisasi petugas dengan alat pendukungnya ke
tempat kejadian perkara (TKP), memulai perintah, dan melakukan penilaian
lapangan.
b. Tahap Kedua, merupakan pra-operasi penyelamatan untuk mempersiapkan
petugas penyelamat dalam menyelamatkan korban.
c. Tahap Ketiga, merupakan operasi penyelamatan dan memindahkan korban
ke tempat yang lebih aman.
d. Tahap Keempat, merupakan tahap akhir kejadian penyelamatan.

1. Langkah-langkah Penyelamatan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pertama adalah memobilisasi petugas
penyelamatan dengan alat pendukungnya ke tempat kejadian perkara.
Kemudian melakukan koordinasi dan perintah memulai, dan melakukan
penilaian lapangan. Prosedur berikut yang harus diikuti saat melakukan tahap
pertama dari penyelamatan di air sebagai berikut:

1). Pemegang komando lapangan.


Setelah sampai di lokasi, pemegang komando lapangan harus mengambil
komando dan mulai melakukan penilaian situasi lapangan.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 25


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
2). Mengamankan pihak-pihak terkait atau saksi.
Komandan lapangan harus mengamankan saksi sesegera mungkin
setelah tiba di lokasi tempat kejadian. Hal ini akan membantu dalam
mengidentifikasi masalah dan mencari korban.

3). Menilai bahaya/ancaman.


a). Komandan lapangan harus segera melakukan penilaian bahaya yang
ada.
b). Komandan lapangan menetapkan dan memberikan tugas pada
petugas penyelamat.
c). Petugas penyelamat bertanggung jawab untuk mengidentifikasi
bahaya yang ada dan mengurainya jika dimungkinkan.
d). Jika tidak memungkinkan untuk mengamankan bahaya, petugas
penyelamat memberitahukan semua personil tentang bahaya yang ada
dan memberitahu komandan lapangan sehingga rencana aksi dapat
dilakukan.
e). Petugas penyelamat harus menganalisa beberapa bahaya yang yang
terkait dengan operasi penyelamatan air antara lain: debit air,
kecepatan/arus air, suhu air, reruntuhan/materian bawaan air, pusaran
air, efek hidrolik, dan kedalaman air.

4). Tentukan tindakan penyelamatan dan pemulihan.


Berdasarkan kondisi saat ini dan bahaya untuk penyelamatan, komandan
lapangan harus membuat keputusan untuk tindakan dan cara melakukan
penyelamatan atau pemulihan. Jika komandan lapangan sudah
memutuskan operasi dijalankan dan cara yang harus dilakukan, maka
penyelamatan harus dimulai secepatnya.

5). Tentukan rencana aksi.


Komandan harus menetapkan rencana tindakan sesegera mungkin.
Rencana langkah demi langkah harus dikomunikasikan kepada semua
petugas yang terlibat dalam operasi penyelamatan.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 26


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
2. Tahap Pra Operasi
Tahap kedua petugas penyelamat bersiap-siap untuk melakukan
penyelamatan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap kedua antara lain:
Mengamankan daerah secara umum, membuat kawasan penyelamatan
aman, dan membentuk kelompok penyelamat.
Adapun prosedur yang harus diikuti saat melakukan tahap dua penyelamatan
di air sebagai berikut:

1) Mengamankan daerah secara umum


Komandan lapangan yang ditunjuk, mulai mengamankan lokasi kejadian
secara umum. Pada operasi penyelamatan di air, ini akan mencakup
mengamankan daerah dan tidak mengizinkan yang bukan petugas
penyelamat ikut masuk ke dalam air. Dalam kejadian penyelamatan di
air deras, komandan lapangan harus menetapkan petugas di hulu air
untuk memantau adanya puing-puing mengambang dan
memberitahukannya ke petugas penyelamat untuk menghindari bahaya.

2) Mengamankan daerah penyelamatan


Komandan lapangan harus mengamankan daerah penyelamatan
secepatnya, dengan menetapkan petugas yang bertanggung jawab
untuk memastikan agar semua petugas penyelamat dalam melakukan
penyelamatan dapat bekerja dengan baik.
Petugas yang bekerja di bidang penyelamatan (perairan tepi) harus
mengenakan alat pelindung diri (APD), termasuk alat pelampung dan
helm air penyelamatan. Jika perlu, komandan lapangan dapat menunjuk
petugas untuk memberitahukan kepada semua anggota tim penyelamat
tentang semua ancaman yang mungkin terjadi.

3) Memutuskan jenis situasi pra-penyelamatan atau pemulihan.


Tahapan ini disesuaikan pada rencana aksi yang dilakukan. Adapun
tugas yang dilakukan komandan lapangan dan tim penyelamat adalah:
a) Komandan dapat membentuk tim penyelamat.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 27


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
b) Tim penyelamat bertanggung jawab untuk mengumpulkan semua
peralatan dan personil yang diperlukan untuk bertindak sesuai
dengan rencana yang sudah ditentukan.
c) Tim penyelamat akan menetapkan anggota penyelamatan untuk
melakukan penyelamatan dan personil dukungan untuk
mendukung penyelamat selama proses penyelamatan.
d) Tim penyelamat harus memiliki alternatif rencana tindakan bila
rencana pilihan pertama gagal. Rencana alternatif harus
dikomunikasikan kepada semua anggota yang terlibat dalam
kegiatan penyelamatan.

4) Pertimbangankan kondisi lokasi kejadian.


Saat akan dilakukan operasi penyelamatan, petugas penyelamat harus
mengetahui situasi di lapangan, apakah kondisinya gelap atau terang,
padat penduduk atau tidak, dan kondisi lainnya yang membutuhkan
perlengkapan atau petugas dengan keterampilan tertentu untuk
melakukan tugas penyelamatan.

5) Pertimbangkan pengaruhnya pada keluarga dan teman.


Berikan informasi kepada anggota keluarga tentang upaya
penyelamatan yang dilakukan.

2.5. Operasi Penyelamatan

Setelah pra-operasi penyelamatan selesai, tim penyelamat harus


melakukan rencana tindakan untuk menyelamatkan korban. Operasi
penyelamatan harus dilakukan dengan mempertimbangkan antara risiko
rendah dengan risiko tinggi. Operasi penyelamatan harus dilakukan dengan
mempertimbangkan risiko bagi korban maupun petugas penyelamat. Risiko
operasional yang rendah tidak selalu harus menjadi pilihan utama.
Jika penyelamatan korban hanya mungkin melalui suatu operasi risiko tinggi,
tim penyelamat harus mengkomunikasikan dengan komandan lapangan
mengenai risiko/manfaat dari operasi. Komandan lapangan harus

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 28


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
menetapkan petugas di hilir, dengan pelampung penyelamat dan petugas di
setiap sisi air untuk mengambil tindakan penyelamatan yang diperlukan pada
korban yang membutuhkan.

Tindakan Preventif Rescuer


a. Perhitungan/ Pertimbangan
Kemapuan pertolongan untuk memilih dan menentukan kemampuan
dan keterampilan yang dimiliki serta metode yang harus dilakukan.
b. Pengetahuan
Banyak bahaya diair, pengetahuan diperlukan untuk menentukan setiap
langkah usaha pertolongan.
c. Keahlian
Petugas pertolongan di air harus mempunyai keahlian khusus pada
semua aspek pertolongan.
d. Kesiapan Fisik
Siapakan dan Jaga fisik anda karena anda bertanggung jawab dua
nyawa sekaligus, diri anda dan korban.
Adapun urutan penyelamatan air dari risiko rendah hingga risiko tinggi
sebagai berikut:

1) Penyelamatan Sendiri.
Jika memungkinkan, korban dapat diajak bicara untuk berenang
ke tepian air atau menuju ke petugas penyelamat dengan usaha sendiri.
Jika korban yang terjebak di tengah arus air banjir, hal ini tidak
disarankan untuk dilakukan.

2) Penyelamatan dengan Jangkauan atau meraih (Reach).


Jika dimungkinkan, petugas penyelamat dapat melakukan :
a. Merentangkan tangannya atau menjangkau korban dengan
menggunakan benda ringan, seperti galah, tali, dan dayung, untuk
mengeluarkan korban dari air.
b. Berbicara pada korban untuk menuntun dan menenangkan.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 29


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
c. Amankan diri dengan menjaga jarak aman dan berpegang pada
benda yang tidak labil.

3) Penyelamatan dengan Pelampung Penyelamat (Throw).


Jika korban terlalu jauh dalam air untuk mencapai penolong
dapat melakukan :
a. Penolong melemparkan pelampung penyelamat ke korban
atau ring penyelamat lainnya dari tempat aman dan
penyelamat bisa menarik tali yang mengikat pelampung
penyelamat untuk membawa korban ke tepian air dan ke
tempat yang lebih aman.
b. Petugas pertama yang mendapatkan pelatihan operasional
penyelamatan di air, harus dapat melakukan tugas di atas
untuk menyelamatkan tanpa bantuan dari Tim Penyelamat
Lanjutan (TPL). Jika korban tidak dapat dicapai oleh salah
satu dari metode ini, komando lapangan harus
mempertimbangkan menghentikan operasi sampai unit TPL
tiba.
c. Jika operasi menjadi risiko, komandan akan membutuhkan
peralatan dan pengalaman TPL tersebut. Setelah TPL tiba,
komandan harus membicarakan dengan mereka tentang
rencana aksi penyelamatan. Komandan harus
mempertimbangkan kembali tugas kelompok penyelamat
sebelumnya untuk mendukung tugas TPL.

4). Penyelamatan dengan Perahu (Row)


Jika ditentukan bahwa operasi dengan menggunakan perahu akan
dilakukan maka dapat melakukan dengan cara :
a. Penolong mendekati korban dengan perahu, setelah dekat dengan
korban maka gunakan metode reach atau throw
b. komandan lapangan harus menetapkan petugas di tepi berlawanan
untuk membantu kelompok penyelamat untuk membongkar jangkar

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 30


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
dengan sistem tali. Petugas di tepi berlawanan harus memahami
rencana tindakan penyelamatan yang dilakukan.
c. Kelompok penyelamat bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
sistem tali yang digunakan dalam operasi dengan menggunakan
perahu dilakukan dengan aman dan benar. Minimal harus ada dua
tambatan tali yang harus dibangun untuk operasi penyelamatan di air
deras. Penyelamatan harus dilakukan dengan mempertimbangkan
peralatan pelindung pribadi untuk korban.

5). Penyelamatan dengan Penyelaman ke Air


Jika tidak memungkinkan untuk melakukan operasi perahu
kepada korban, kelompok penyelamat harus mempertimbangkan
menempatkan penyelamat di air untuk mencapai korban. Hal ini
merupakan operasi dengan tingkat risiko sangat tinggi. Hanya
penyelamat dengan pelatihan yang tepat dan peralatan memadai yang
diizinkan masuk ke dalam air.
Jika kedalaman yang dijadikan tolok ukur, penyelaman dapat dibedakan
menjadi:
 Penyelaman dangkal, yaitu penyelaman dengan kedalaman
maksimum 10 m
 Penyelaman sedang, yaitu penyelaman dengan kedalaman < 10 m
s/d 30 m
 Penyelaman dalam, yaitu Penyelaman dengan kedalaman > 30 m.

Sebelum penyelamat masuk ke dalam air, harus dibahas terlebih


dahulu rencana alternative:
a. Petugas penyelamat diizinkan masuk ke dalam air dengan
pelampung penyelamat memanfaatkan mekanisme
penyelamatan cepat. Penyelamat harus mengambil
pelampung penyelamat untuk diberikan kepada korban.
Petugas tidak akan melakukan penyelamatan permukaan

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 31


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
dalam upaya untuk menemukan korban di bawah permukaan
air.
b. Setelah petugas penyelamat telah mencapai korban, mereka
harus melakukan penilaian cepat terhadap kondisi korban dan
metode yang tepat dari hambatan yang ada. Jika korban
sadar, penyelamat harus menentukan apakah korban dapat
membantu menyelamatkan dirinya sendiri. Jika korban tidak
sadar, penyelamatan harus cepat. Jika telah diputuskan
menjadi sebuah operasi bawah air atau pemulihan,
penyelamat harus memberitahu komandan lapangan untuk
membantu dalam kejadian tersebut.
c. Setelah mendeteksi situasi kedalaman air, kelompok
penyelamat memutuskan operasi penyelamatan selam atau
pemulihan. Jika korban dapat membantu dalam
menyelamatkan sendiri, para penyelamat harus
melanjutkannya dengan rencana aksi penyelamatan. Korban
harus dibawa ke tepi air secepat mungkin. Begitu korban
sudah dibawa ke tempat yang aman, penilaian harus
dilakukan oleh petugas kesehatan yang ditunjuk. Pengobatan
harus diberikan sesuai protokol lokal. Jika perlu, korban akan
dibawa ke fasilitas kesehatan yang memadai.

2.6. Langkah menghadapi keadaan darurat


1. Kenali tanda orang akan tenggelam
2. Penilaian terhadap kondisi lingkungan dan menentukan langkah yang
dibutuhkan.
3. Tindakan :
a. Bicara pada korban agar korban merasa tenang
b. Lakukan reach dan trow kemudian Row
c. Pertolongan kontak dengan korban adalah pilihan terakhir .
4. Tindakan lanjutan terhadap korban untuk mendapatkan perawatan sesuai
dengan kondisi yang dialami korban.
5. Evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 32


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
2.7. Faktor – factor yang perlu diketahui terhadap korban yang akan tenggelam :

1. Korban yang akan tenggelam sudah mencapai taraf panik yang hebat.
2. Anggota tubuh penolong yang akan dipegang adalah bahu, kepala dan
leher.
3. Korban yang akan tenggelam tidak akan mau memasukan mukanya ke
dalam air.
4. Melepaskan diri bukan berarti mengangkat korban ke atas , tetapi
mendorong diri kita ke bawah, dua cara Teknik melepaskan diri :
a. Defends
Yaitu suatu Teknik bertahan dalam melakukan pertolongan di air untuk
menghindari pelukan korban. Terdapat 4 (empat) cara Teknik Defends
yaitu :
1) Duck Away
Mendorong korban dengan dua tangan dengan cara :
a. Penolong menghadap penuh ke korban.
b. Ke dua tangan penolong mendorong bahu korban untuk
menghindari dari pelukan korban.
2) Leg Block
Menghalangi korban dengan kaki dengan cara :
a. Penolong menghadap penuh ke korban .
b. Salah satu kaki penolong diarahkan ke depan untuk
mendorong korban
c. Tetap jaga jarak dengan korban, smbil tetap amati korban.
3) Arm Block
Menghalangi korban dengan tangan dengan cara :
a. Penolong menghadap penuh ke korban
b. Salah satu tangan penolong diarahkan ke depan untuk endorong
korban.
c. Tetap jaga jarak aman, sambal tetap mengamati keadaan korban
4) Elbow Lift
Mengangkat Siku dengan cara :

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 33


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
a. Korban datangnya dari belakang penolong.
b. Penolong merendah/ menyelam sambal kedua tangan penolong
mendorong bahu korban kea rah depan.

c. Release
Yaitu suatu teknik untuk melepaskan diri dari pelukan korban. Terdapat 7
(tujuh) cara melakukan Release yaitu :
1. Double grasp on ane arm 1
Yaitu Teknik apabila korban memegang tangan penolong, lakukan
gerakan membanting/ memutar tangan kea rah dalam, beramaan
dengan itu, penolong mendorongkorban dengan kaki.

2. Double grasp on one arm 2


Teknik ini digunakan apabila korban memegang salah satu tangan
penolong, dimana tangan penolong yang ipegang mengepal dan
dibantu oleh tangan yang lain untuk memutar kearah dalam.

3. Front head hold 1


Teknik ini digunakan pada saat korban memeluk penolong dari
depan dimana tangan kiri penolong memegang siku kanan korban
dan mendorong ke atas. Dan tangan kanan menarik ke bawah
lengan kiri korban.

4. Front head hold 2


Teknik ini digunakan disaat korban memeluk penolong dari depan
dan kedua tanggan penolong memegang pinggang korban dan
dorong/ lempar korban keatas.

5. Front head hold 3


Teknik ini digunakan pada saat korban memeluk penolong dari
depan diman tangan kiri penolong memegang kaki kanan korban
dan angkat sambal dilempar dan tangan kanan penolong memegang
lengan kiri korban dan Tarik lengan kebawah

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 34


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
6. Rear head hold 1
Teknik ini digunakan pada saat korban memeluk penolong dari
belakang dimana tangan kiri penolong memegang ketiak korban
kemudian dorong dan tangan kanan penolong memegang siku kiri
korban sambal dorong keatas.

7. Rear head hold 2


Teknik ini merupan salah satu cara dimana korban memeluk
penolong dari belakang dimana ketua tangan penolong memegang
tengkuk korban dan melempar korban kearah depan melalui atas
kepala sambal merendah/ menyelam.

2.8. Perahu Karet


Perahu Karet / Landing Craft Rubber) (LCR) merupakan sarana
angkutan air yang berfungsi untuk Search and Rescue maupun sebagai
pemindahan manusia atau material secara terbatas dalam jarak,
kapasitas dan medan yang dilalui dimana dapat digerakan dengan cara
mekanis(Mopel) maupun Manual (didayung). Dalam penggunaan perahu
karet mempunyai beberapa tahapan kerja yaitu :
1. Perakitan
a. Gelar perahu ditempatkan yang datar dan aman dari enda tajam.
b. Pompa perahu sedikit disetiap bagian guna memudahkan
pemasangan geladak.
c. Pasang dan atur papan geladak kemudian kunci dengan
penyambungan lantai alumunium yang tersedia.
d. Pompa perahu sesuai dengan ketentuan
e. Pasang mopel ada dudukannya
f. Pastikan pengunci katup dan semua bagian lain terpasang
dengan baik.
g. Dan perahu siap untuk digunakan.
2. Pemompaan

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 35


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Emompaan dapat menggunakan ompa injak, pompa tangan atau
pompa elektrik. Didalam pemompaan dapat diperhatikan langkah-
langkah yaitu :
a. Gelar perahu diatas permukaan yang datar dan aman dri benda
tajam.
b. Buka tutup katup dan masukkan selang pompanya.
c. Pompa seluruh tabung/ bagian perahu secara merata dengan
tekanan 1 Psi terlebih dahulu. Jangan memompa penuh satu
bagian sedangkan bagian lainnya asih dalam keadaan kempes
hal ini untuk menghindari kerusakan pada sekat-sekat rongga
udara.
3. Pemeliharaan dan Penyimpanan
a. Bersihkan perahu setelah digunakan dengan air bersih.
b. Keringkan sebelum disimpan.
c. Berikan powder untuk menjaga karetnya.
d. Usahakan perahu disimpan dalam keadaan terpompa dan tidak
kontak langsung dengan lantai dalam jangka waktu yang lama.
e. Jauhkan dari benda tajam, minyak dan binatang pengerat.
4. Pelipatan
Didalam pelipatan perahu karet dapat diperhatikan yaitu :
a. Lipat sisi tabung kebagian tengah perahu.
b. Pastikan semua katup dalam keadaan terbuka saat perahu akan
digulung.
c. Lipat perahu serapat mungkin dan ikatlah dengan tali pengunci
untuk memudahkan pengangkutan
d. Pastikan perahu terhindar dari gesekan terhadap benda tajam
atau benda keras selama pengangkutan, dengan cara
membungkus dengan kantong plastic tebal atau terpal.
5. Cara mengangkat dan membawa perahu karet
a. Di jinjing
b. Di panggul
c. Di atas kepala

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 36


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
2.9. Alat selam
Untuk mengadaptasikan keadaan tubuh kita pada suatu lingkungan air,
kita sadari bahwa pengaruh air menimbulkan kebutuhan :
a. Sebuah rongga udara didepan kedua mata kita.
b. Suatu bentuk isolasi (pelindungan) untuk ubuh.
c. Suatu pertolongan untuk mengatur keterapungan.
d. Sebuah peralatan yang memungkinkan manusia dapat bertahan lama
didalam air.
1. Macam – Macam Peralatan Selam
a. Peralatan Dasar meliputi :
1) Masker
Berfungsi memberikan suatu rongga udara diantara mata dan
air, dapat meliat lebih jelas dan melindungi mata dari iritasi,
dimana masker harus meliputi syarat - syarat yaitu :
a) Safety Glass :
Terbuat dari kaca tempered, bukan dari plastik yang
mudah tergores dan terpasang kokoh pada tempatnya
b) Volume Kecil
Akan memudahkan pada saat equalisasi atau mask
clearing.
2) Snorkel
Adalah sebuah pipa untuk membantu bernafas pada saat
istirahat di permukaan air. Juga mempunyai fungsi lain yaitu :
a) Untuk bernafas sehingga kepala tidak perlu diangkat.
b) Membantu berenang menuju sasaran dengan tidak
menggunakan SCUBA.
c) Untuk melihat ke dalam air dalam waktu lama.
Senorkle mempunyai 2 jenis bentuk yaitu :
1) J Shaped
Snorkel ini cukup efesien, serta udara lancar mengalir
melaluinya tanpa hambatan.
2) L Shaped

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 37


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Snorkel ini hampir sama dengan dengan J Shaped, hanya
bagian bawahnya tidak melengkung, sehingga udara yang
keluar mendapat sedikit hambatan.

3) Type Countur
Snorkel ini lebih efesien daripada J Shaped, sebab
bagian ujungnya melengkung yang memudahkan
pergerakan.
4) Fleksible Hose
Pipanya melengkung dan terbuat dari bahan yang
fleksibel.

3) Fin dan Boots


Berfungsi untuk menambah efesiensi serta mobilitas kita di
dalam air dan juga menambah laju pergerakan dengan
usaha seminimal mungkin. Terdapat 2 jenis fins yaitu :
1. Full foot style
Mempunyai ukuran yang serupa dengan sepatu dan enak
dipakai jika hanya berkaki telanjang.
2. Open hill style
Mempunyai bidang yang lebih luas dan lebih kokoh dan
didisain untuk digunakan dengan boots.
4) Rompi Apung
Adalah suatu alat yang biasanya dipergunakan pada keadaan
darurat, terdiri dari dua jenis yaitu Skin Diving dan BC
(Bouyancy Compensator) yang digunakan untuk SCUBA
Diving. Namun rompi apung pada diving digunakan untuk :
a) Netralisasi keterapungan pada setiap kedalaman.
b) Terapung di permukaan air sambil berenang.
c) Beristirahat di permukaan air dengan cara
mengembangkan secara maksimal.
d) Menyelamatkan diri sendiri maupun orang lain.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 38


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
5) Pakaian Selam
Berfungsi untuk menjaga tehadap kehilangan panas yang
berlebihan, melindungi tubuh terhadap goresan maupun
sengatan dan melindungi tubuh dari sinar matahari. Terdapat 2
jenis pakaian selam yaitu :
1. Wet Suit :
a) Biasanya dipakai oleh sport diver.
b) Terbuat dari busa neoprene.
c) Tidak kedap air.
2. Dry Suit :
a) Dilengkapi dengan risliting yang kedap air.
b) Dilengkapi dengan pipa peniup udara.
c) Dibuat menjadi satu antara bagian celana
dengan baju.
b. Peralatan Scuba
1. Tabung Selam
Berfungsi untuk menyimpan udara bertekanan yang rangkain
tabung terdiri dari :
1) Tanda – tanda Tabung
DOT/CTC 3AA 2250+
12345 PTS6^88
DOT = Departement of Transportation.
3AA = Menunjukkan jenis logam yang dipakai.
2250 = Tekanan udara yang dapat diisikan pada tabung
( psi )
12345 = Nomor serial tabung.
PST = Pabrik yang mengeluarkan tabung.
6^88 = Waktu test hidrostatis.
+ = Khusus untuk tangki baja berarti bisa diisi 10 %
lebih dari yang diijinkan.
2) Tank Vale
3) Tang Boots

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 39


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
2. Regulator
Berfungsi untuk merubah udara bertekanan tinggi dari tabung
SCUBA menjadi udara bertekanan sesuai dengan kebutuhan
kita, dan hanya memberikan udara yang diperlukan, dimana
regurator ini mempunyai 2 type yaitu :
a) Single Hose. Terdiri dari 2 tingkat :
1) First Stage yang dipasang pada tabung SCUBA, udara
dikurangi kira-kira 100 psi di atas tekanan
sekelilingnya.
2) Second Stage yang di pasang pada bagian mulut,
tekanan udara dikurangi menjadi sebesar tekanan
yang dibutuhkan.
b) Double Hose
Regulator ini banyak dipakai pada diving komersil dan
dalam penyelaman di daerah berair dingin.
System kerja regulator terdiri dari :
1) Open circuit
Sisa udara dibuang keluar sama sekali
2) Semi open circuit
Sisa udara dibuang sebagian dan sebagian lagi
disirkulasikan
3) Closed circuit
Sisa udara disaring lagi dan disirkulasikan kembali
3. Kompas, jam selam
Kompas dan jam selam merupakan perayatan pendukung
yang sangat penting didalam manajemen penyelaman
dikarenakan fungsi dari kompas bertujuan untuk mengontrol
pegerakan dan arah penyelaman yang bertujuan untuk
patokan dalam proses pencarian. Sedangkan jam selam
berfungsi sebagai batas atau pengontrol waktu didalam
penggunaan alat selam sehingga tidak melebihi batas waktu
yang telah ditetapkan.
4. Sabuk Pemberat

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 40


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Sabuk Pemberat ini fungsinya sebagai pensetabil seorang
penyelam yang fungsinya memudahkan penyelaman dan
pegerakan didalam air, dimana terdapat 2 jenis sabuk
pemberat yaitu :
a. Weight Belt
Suatu sabuk pemberat dari nylon atau bahan
lainnya yang dapat dipasangkan timah-timah pemberat
dan mudah dilepaskan pada keadaan darurat.
4) Weight Pack
Suatu pemberat yang langsung di pasangkan pada
tabung SCUBA. Pemberat ini tidak digunakan lagi sebab
dianggap membahayakan penyelam, jika terjadi keadaan
darurat tidak dapat dilepaskan.

5. Buoyancy Compensator Device (BCD)


Buoyancy Compensator Device yang lebih populer dalam
akronim BCD atau BC adalah salah satu peralatan selam
yang berfungsi mengatur daya apung sesuai kebutuhan. Saat
menyelam, daya apung diatur dengan menambah atau
mengurangi udara dalam kantung udara (bladder) pada
BCD, melalui satu rangkaian SCUBA yang tersusun dengan
regulator set, dan tabung selam.

Selain bladder sebagai komponen utama, BCD umumnya


dilengkapi juga dengan:

 Low Pressure Inflator, tersusun atas Power Inflator


yang berfungsi sebagai jalur masuk udara dari
tabung selam, dan Oral Inflator yang berfungsi
sebagai jalur masuk udara manual yang
dihembuskan oleh penyelam sekaligus sebagai jalur
keluar udara dari bladder.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 41


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
 Dump valve, atau katup kuras, yang berfungsi
membuang udara dalam BCD, biasanya terletak di
bagian atas BCD (pundak) dan bagian bawah BCD
(pinggul). Dipergunakan salah satunya, disesuaikan
dengan sifat udara terperangkap yang selalu mencari
tempat tertinggi.

 Over pressure valve, berfungsi membuang udara keluar


dari bladder secara otomatis, saat terisi udara berlebih.
Katup ini biasanya berada pada pangkal inflator yang
tesambung langsung dengan BCD, atau merupakan
fungsi kedua pada dump valve.

 Tank adapter atau dudukan tabung selam, dapat terbuat


dari metal atau plastik.

 Harness dengan buckle dan strap yang mudah disetel,


sehingga memudahkan untuk dikenakan.

 D-Rings yang berfungsi sebagai tempat untuk


mengaitkan peralatan selam lainnya

 Kantung yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan


peralatan.

 Fitur tambahan atau alternatif seperti, alternate air


source, integrated weight pocket, smart compensator
system, carrying handle, padding, dsb

Sedangkan jika ditinjau dari jenisnya :

1. Jacket style, memiliki desain kantung udara di bagian


belakang (punggung) dan sisi kiri dan kanan (pinggang),
sehingga memberikan kenyamanan saat berada di
permukaan dan keleluasaan bergerak di dalam air.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 42


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
2. Back buoyant, memiliki desain kantung udara hanya
dibagian belakang (punggung) sehingga dapat memiliki
daya angkat yang besar meski berukuran kecil, dapat
membantu penyelam untuk mempertahankan posisi

prone. dan memberikan efek keleluasaan pada


pergerakan tangan.

3. Wing, atau Backplate-Wing adalah jenis Back Buoyant


BCD yang menggunakan prinsip bongkar pasang.
Dengan keunggulan Back Bouyant, Wing pada BCD ini
dapat diganti sesuai ukuran sesuai kebutuhan daya
angkat pemakai, memiliki konstruksi double bladder,
sehingga memberikan kelebihan tersendiri.
4. HUB, merupakan jenis Jacket BCD dengan fitur
tambahan yang menggabungkan BCD dan regulator
secara terintegrasi.

5. Sidemount BC, merupakan pengembangan dari BCD


yang tidak memanfaatkan dudukan tabung di punggung
seperti pada BCD pada umumnya. Bladder diposisikan di
bagian pinggang bawah untuk menyeimbangkan dua
tabung selam yang diposisikan di sisi kiri dan kanan
penyelam.

6. Sarung Tangan
Berfungsi untuk melindungi tangan dari benda tajam, beracun
dan dari binatang buas didalam air.
c. Peralatan Tambahan
1) Tabel Penyelaman
2) Pisau Selam
3) Sabak Bawah Air
4) Dive Flag
SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 43
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
5) Senter Selam

2.10. Persyaratan petugas penyelam


Seorang petugas penyelam harus memiliki dasar keterampilan dan
emampuan dalam :
1. Evaluasi kecakapan renang
2. Clearing masker
3. Bernafas melalui snorkel
4. Snorkel clearing
5. Menggunakan fins
6. Mengembangkan dan mengempeskan rompi apung
7. Survace dive (menyelam dengan kepala terlebih dahulu)
8. Ascents ( muncul )
9. Menyelam kedalaman 2,5 –3 meter (Equalising)
10. Snorkel diving
11. SCUBA diving

2.11. Prosedur pemakaian, Penggunaan dan perawatan peralatan selam


1. Masker
a. Cara Pemakaian Masker
1) Atur tali masker
2) Tempatkan masker pada muka
3) Tarik tali masker kearah belakang kepala
4) Pastikan letak masker melindungi mata dan hidung
Tes kevakuman masker
b. Cara membersihkan Masker berembun
1) Masker diisi air dari atas kemudian keluarkan melalui bawah
masker sambil menghembuskan udara melalui hidung hingga
air keluar.

2) Tekan dengan tangan bagian atas masker sambil


menghembuskan udara melalui hidung sehingga air keluar
dari bawah masker.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 44


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
2. FIN
a. Cara Pemakaian Fin
1) Basahi fins terlebih dahulu.
2) Masukkan kaki sedalam mungkin pada kantong fins.
3) Tarik strap atau tumit pada posisinya.
4) Jika strap terus menerus mengulur maka kemungkinan akan
bisa putus.
b. Cara Berjalan Penggunaan Fins
1) Berjalan mundur dan waspada belakang.
2) Mendekati tepian air sedekat mungkin.
3) Bila belum digunakan pegang dan apit menuju tepi air.
4) Jangan mencoba dengan fins terpasang untuk jalan - jalan di
darat.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 45


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
BAGIAN-3 PENUTUP

1.1. KETENTUAN LAIN


A.Dalam pelaksanaan penanganan Penyelamatan Air personil dilarang :
1. Menerima segala bentuk imbalan dan atau pungli.
2. Melepas atribut atau perlengkapan yang ada pada perorangan
diarea lokasi kejadian.
3. Bersikap kasar dan arogan.
4. Melakukan tindakan tercela yang dapat merugikan
Masyarakat, profesi dan Kesatuan.
5. Merokok saat melaksanakan tugas.

B. Indikator keberhasilan

1. Waktu Operasi Penanganan Penyelamatan dan evakuasi


dilakukan selama :
a. Operasi Penyelamatan Air selama 1 X 24 jam,
b. Operasi Penyelamatan Air Laut selama 3 X 24 Jam
2. Petugas berhasil mengevakuasi dan menyelamatkan Korban.
3. Petugas berhasil menemukan Korban yang meninggal.
4. Masyarakat merasakan kenyamaan dan kepuasan terhadap
petugas yang bertugas.
5. Zero Complain.

1.2. Tahap Akhir

Perintah untuk mengakhiri misi penyelamatan dilakukan setelah seluruh


korban dan objek dapat di evakuasi dan telah dipindahkan ke tempat
yang aman dan mendapatkan perawatan memadai oleh petugas
kesehatan bagi yang membutuhkan.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 46


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Setelah itu merapikan kembali seluruh peralatan yang dipergunakan
selama tugas penyelamatan dan pertanggungjawaban masing-masing
petugas, termasuk mengumpulkan keterangan saksi-saksi, dokumentasi,
dampak personal korban atau perlengkapan yang dipergunakan selama
penyelamatan.
Prosedur yang harus dilakukan ketika memasuki tahap akhir
penyelamatan adalah:
1. Membuat Laporan dan Dokumentasi Operasional Penyelamatan
dan evakuasi di Air.
2. Merapihkan Peralatan dan Alat Pendukung lainnya yang
dipergunakan selama Operasional Penyelamatan dan evakuasi di
Air.
3. Mengumpulkan informasi untuk menyusun bahan laporan kejadian
4. Melakukan pengecekan kembali sebelum meninggalkan TKP
5. Melaksanakan Apel untuk memeriksa Kelengkapan Personil.

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 47


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
1.3. DASAR HUKUM DAN KUALIFIKASI PELAKSANA

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 48


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
1.4. SOP AIR

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 49


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
1.5. URAIAN PROSEDUR

1.5.1. Penyelamatan Air

Uraian Pelaksana Mutu Baku Keterangan

Panggilan Petugas jaga


Penyelamatan

Recheck Informasi Petugas jaga


panggilan

Mobilisasi Komandan 1. Mobilisasi petugas dan


Penyelamatan lapangan peralatan
2. Koordinasi
petugas 3. Perintah komandan lapangan
4. Penilaian lapangan.
Pra Operasi Komandan 1. Mengamankan daerah secara
Penyelamatan lapangan umum
2. Mengamankan daerah
petugas penyelamatan
penyelamat 3. Memutuskan jenis situasi pra-
penyelamatan atau pemulihan
petugas 4. Pertimbangkan kondisi lokasi
keamanan kejadian
5. Komunikasi dg keluarga atau
teman
6. Petugas humas

Operasi Petugas 1. Penyelamatan diri sendiri


Penyelamatan penyelamat 2. Penyelamatan dengan
Jangkauan
3. Penyelamatan dengan
Pelampung
4. Penyelamatan dengan Perahu
5. Penyelamatan dengan Masuk
ke air
Akhir Operasi 1. Membuat Laporan dan
Dokumentasi Operasional
Penyelamatan dan evakuasi di
Air.
2. Merapihkan Peralatan dan
Alat Pendukung lainnya yang
dipergunakan selama
SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 50
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Operasional Penyelamatan
dan evakuasi di Air.
3. Mengumpulkan informasi
untuk menyusun bahan
laporan kejadian.
4. Melakukan pengecekan
kembali sebelum
meninggalkan TKP.
5. Melaksanakan Apel untuk
memeriksa Kelengkapan
Personil.

Selesai Komandan Tim 1. Kembali ke pos jaga masing


dan Anggota Tim dengan konvoi
Penyelamatan menyesesuaikan ke adaan
situasi lalulintas
2. Menyusun laporan kejadian di
kantor berdasarkan informasi
lapangan yang telah
terkumpul.

LAMPIRAN – LAMPIRAN

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 51


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Metode Reach Metode Throw

Metode Row
Metode carry

1. Skema : Metode Pertolongan di Air

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 52


Duck Away Leg Block
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Arm Block Elbow Lif

HALUAN KANAN/KIRI
2. Skema : Metode Teknik defends

LAMBUNG KANAN/KIRI

PAPAN GELADAK

TRANSOM

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 53


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan

BURITAN
3. Skema : Bagaian – bagian pokok perahu karet

Di Jinjing Di Panggul

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 54


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Di Atas Kepala Cara berjalan saat membawa perahu karet

4. Skema : cara mengangkat dan membawa perahu karet

menyeimbang Kiri dan Kanan

menyeimbang Perahu

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 55


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
5. Skema : cara menyeimbang posisi Perahu

6. Skema : Scuba dan Kelengkapannya

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 56


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Jenis dan Tipe jaket Pelampung

7. Skema : Tipe jaket Pelampung

SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 57


Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 58
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 59
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan

Anda mungkin juga menyukai