PENYELAMATAN AIR
2018
BAGIAN – 3 PENUTUP
TENTANG
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Dikeluarkan di Jakarta
Pada tanggal 26 Maret 2018
KATA SAMBUTAN
KEPALA DINAS PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN PENYELAMATAN
PROVINSI DKI JAKARTA
baik itu musibah kebakaran maupun Penyelamatan pada kecelakaan lalulintas, penyelamatan
Hewan liar, orang tenggelam, orang naik diatas Tower, Bangunan Runtuh maupun B3 (Bahan –
bahan berbahaya). Semua ini tidak terlepas dari keahlian dan ketrampilan petugas Dinas
Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta (Khususnya petugas
Penyelamat).
Sangat disadari, begitu beratnya tugas dan tantangan yang dihadapi Dinas Penanggulangan
Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta kedepan. Oleh karena itu Standar
Operasional Prosedur (SOP) Penyelamatan sangat diharapkan sebagai dasar atau acuan kerja
petugas Penyelamat dalam memberikan pertolongan, sejak informasi diterima, perjalanan
menuju TKP, pelaksanaan evakuasi sampai dengan pasca evakuasi.
Harapan saya semoga dengan dibuatnya Standar Operasional Prosedur (SOP), maka dapat
meminimalisir Respontime, sehingga korban dapat lebih cepat terevakuasi.
BAGIAN-1 PENDAHULUAN
1.1. DASAR
1.2.1. MAKSUD
Maksud pembuatan SOP ini, untuk memberikan gambaran yang jelas kepada
pengambil keputusan dan petugas penyelamatan di wilayah DKI Jakarta, tentang
langkah-langkah penyelamatan di air yang berdaya guna, efektif dan efisien,
dengan memperhatikan azas-azas keselamatan, minimalisasi korban, menjaga
ketertiban umum, dan dapat dipertanggungjawabkan.
1.2.2. TUJUAN
1.4. PENGERTIAN
1.4.1. PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR (STANDARD OPERATING
PROCEDURES=SOP)
a) Umum
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian
kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator teknis,
administratif dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur kerja dan
sistem kerja pada unit kerja yang bersangkutan. Tujuan SOP adalah
menciptakan komitmen mengenai apa yang dikerjakan oleh satuan unit
kerja instansi pemerintahan untuk mewujudkan good governance.
b) Khusus
Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam konteks ini adalah satu set
pedoman yang menjelaskan prosedur pelaksanaan kegiatan penanganan
penyelamatan dan evakuasi korban di Air bagi semua tingkatan pimpinan
lapangan mulai dari Kepala Regu, Kepala Pleton (Bintara Piket Suku
1.4.2. PENYELAMATAN
Tempat Kejadian Perkara (TKP) adalah tempat di mana suatu kejadian terjadi
dan atau akibat – akibat yang ditimbulkan atau temapat – tempat lain
berdamapak akibat yang ditimbulkan oleh peristiwa atau kejadian tersebut di
lokasi atau temapat tertentu.
(1) Deskripsi waktu kondisi, lokasi atau zona darurat atau kejadian yang terjadi
(2) Deskripsi dari lokasi atau objek yang terancam atau bencana yang terjadi
(3) Deskripsi dari strategi, taktik, dan sumber daya yang digunakan untuk
mengendalikan situasi,
(4) Penilaian dari hasil yang diharapkan dari tindakan saat ini, dan
(5) Fakta-fakta lain yang akan menjadi penting untuk perwira atasan atau
pasukan sekitarnya yang mendengarkan laporan
Dilakukan apabila unit pertama yang berangkat tidak dapat mengatasi upaya
penyelamatan dan evakuasi pada air sehingga perlu dikerahkan bantuan dari
unit lain sesuai laporan dan perintah Komandan Insiden dapat ditindak lanjuti
oleh Pusat Komando (Command Center).
1.4.12. POSKOTIS
a) Poskotis adalah suatu lokasi atau tempat yang ditetapkan sebagai pusat
pengendalian suatu operasi penyelamatan evakuasi di air.
b) Poskotis dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang dapat menunjang
kelancaran jalannya operasi penyelamatan korban seperti: meja, kursi, alat-
alat tulis, gambar denah lokasi kejadian, dan peralatan komunikasi/radio HT.
c) Poskotis dipimpin oleh seorang Kepala Poskotis, secara berjenjang sesuai
dengan tingkat besarnya insiden.
Operasi penyelamatan dan evakuasi di air akan berjalan dengan lancar, aman, dan efektif,
apabila diperhatikan ketentuan-ketentuan dalam penanganan penyelamatan.
Keberhasilan penanganan penyelamatan juga tergantung pada perilaku dan kepribadian
tim penyelamat itu sendiri. Perilaku yang harus diperhatikan oleh regu penyelamat selama
melakukan penyelamatan sebagai berikut:
1. Semangat. Tim penyelamat harus memiliki semangat yang tulus dalam menjalankan
tugasnya sebagai penyelamat.
4. Berfikir dan Bertindak Terampil. Setiap situasi penyelamatan adalah unik, karena itu
seorang individu penyelamat harus menerapkan berbagai keterampilan dan
pengetahuan untuk situasi baru.
f) Gunakan bunyi sirine, nyalakan lampu sirine dan lampu utama mobil
penyelamat untuk mempercepat sampai ke TKP dengan tetap
memperhatikan keselamatan.
2. Koordinasi Pra-Penyelamatan
Apabila sudah ada petugas dari instansi lain di TKP, maka melakukan koordinasi
dengan petugas dari departemen lain tersebut, dalam hal:
a) Korban
Dalam hal terjadi peristiwa atau kasus, korban luka-luka ringan atau korban
yang selamat, akan segera melakukan pertolongan bagi korban lainnya. Hal
ini akan memperburuk keadaan korban sesungguhnya dari cara-cara
penyelamatan yang salah.
c) Regu Penyelamat
Apabila kejadian bencana tersebut bersifat mayor yang melibatkan banyak unit
kendaraan, peralatan pendukung operasional dan kompleksitas pertolongan,
dalam hal setelah dilakukan tindakan penyelamatan, harus dipertimbangkan
untuk mendirikan pos komando di TKP bersama perwakilan dari instansi terkait.
Karena, koordinasi dengan instansi terkait sangat diperlukan.
Sesampainya di TKP dan setelah dilakukan pengamatan dini di TKP, anggota tim
penyelamat harus memiliki pengetahuan tentang cara-cara mengevakuasi
korban yang terjebak, terhimpit objek benda dan cara-cara melakukan
pertolongan pertama.
3. Tindakan Seleksi
4. Penggolongan Korban
Penderita dengan luka ringan dan memerlukan tindakan bedah minor, dengan
ciri-ciri sebagai berikut:
a) Minor injuries (luka ringan)
Penderita dengan luka sedang dan berat tetapi sulit ditolong, dengan ciri-ciri
korban sebagai berikut:
a) Trauma thorax non asfiksia.
e) Perdarahan berat.
a) Danger:
Menolong korban dari bahaya kematian, khususnya korban yang
mengalami pendarahan yang cukup kuat;
b) Response:
Jika korban tidak sadarkan diri pada saat kejadian, maka tubuh korban
diguncangkan dengan lembut dan berteriak keras untuk mengetahui
respon korban.
c) Airway:
d) Breathing:
Jika tidak ada pernafasan setelah jalan nafas bebas (A) tindakan B
segera dimulai. Dengan posisi penderita yang sama seperti A
lakukan nafas buatan.
e) Circulation:
Tinggikan tungkainya.
Longgarkan pakaian.
7. Ada risiko serius terhadap cidera otot tulang belakang atau perut dari korban
karena cara mengangkat yang salah, berikut adalah pokok-pokok teknik
mengangkat yang benar:
a) Otot-otot kaki dan otot-otot paha lebih kuat daripada bagian belakang, lengan
atau perut, sehingga bagian paha adalah cara yang paling aman untuk
digunakan mengangkat tubuh.
a. Perahu karet
b. Tali rescue
c. Gun rop
d. Cincin kait
e. Figure eight
f. Dry bag
g. Throw bag (tali lempar)
1. Langkah-langkah Penyelamatan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pertama adalah memobilisasi petugas
penyelamatan dengan alat pendukungnya ke tempat kejadian perkara.
Kemudian melakukan koordinasi dan perintah memulai, dan melakukan
penilaian lapangan. Prosedur berikut yang harus diikuti saat melakukan tahap
pertama dari penyelamatan di air sebagai berikut:
1) Penyelamatan Sendiri.
Jika memungkinkan, korban dapat diajak bicara untuk berenang
ke tepian air atau menuju ke petugas penyelamat dengan usaha sendiri.
Jika korban yang terjebak di tengah arus air banjir, hal ini tidak
disarankan untuk dilakukan.
1. Korban yang akan tenggelam sudah mencapai taraf panik yang hebat.
2. Anggota tubuh penolong yang akan dipegang adalah bahu, kepala dan
leher.
3. Korban yang akan tenggelam tidak akan mau memasukan mukanya ke
dalam air.
4. Melepaskan diri bukan berarti mengangkat korban ke atas , tetapi
mendorong diri kita ke bawah, dua cara Teknik melepaskan diri :
a. Defends
Yaitu suatu Teknik bertahan dalam melakukan pertolongan di air untuk
menghindari pelukan korban. Terdapat 4 (empat) cara Teknik Defends
yaitu :
1) Duck Away
Mendorong korban dengan dua tangan dengan cara :
a. Penolong menghadap penuh ke korban.
b. Ke dua tangan penolong mendorong bahu korban untuk
menghindari dari pelukan korban.
2) Leg Block
Menghalangi korban dengan kaki dengan cara :
a. Penolong menghadap penuh ke korban .
b. Salah satu kaki penolong diarahkan ke depan untuk
mendorong korban
c. Tetap jaga jarak dengan korban, smbil tetap amati korban.
3) Arm Block
Menghalangi korban dengan tangan dengan cara :
a. Penolong menghadap penuh ke korban
b. Salah satu tangan penolong diarahkan ke depan untuk endorong
korban.
c. Tetap jaga jarak aman, sambal tetap mengamati keadaan korban
4) Elbow Lift
Mengangkat Siku dengan cara :
c. Release
Yaitu suatu teknik untuk melepaskan diri dari pelukan korban. Terdapat 7
(tujuh) cara melakukan Release yaitu :
1. Double grasp on ane arm 1
Yaitu Teknik apabila korban memegang tangan penolong, lakukan
gerakan membanting/ memutar tangan kea rah dalam, beramaan
dengan itu, penolong mendorongkorban dengan kaki.
3) Type Countur
Snorkel ini lebih efesien daripada J Shaped, sebab
bagian ujungnya melengkung yang memudahkan
pergerakan.
4) Fleksible Hose
Pipanya melengkung dan terbuat dari bahan yang
fleksibel.
6. Sarung Tangan
Berfungsi untuk melindungi tangan dari benda tajam, beracun
dan dari binatang buas didalam air.
c. Peralatan Tambahan
1) Tabel Penyelaman
2) Pisau Selam
3) Sabak Bawah Air
4) Dive Flag
SOP Operasi Penyelamatan Air 2018 43
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
5) Senter Selam
B. Indikator keberhasilan
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Metode Row
Metode carry
HALUAN KANAN/KIRI
2. Skema : Metode Teknik defends
LAMBUNG KANAN/KIRI
PAPAN GELADAK
TRANSOM
BURITAN
3. Skema : Bagaian – bagian pokok perahu karet
Di Jinjing Di Panggul
menyeimbang Perahu