PERUNDANG – UNDANGAN I
ANDRIE AMOES
Jakarta, 29 Juli 2021
BEBERAPA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
SEBELUM LAHIRNYA UU NO.12 TAHUN 2011
UU 12/2011
1. Lampiran I
2. Lampiran II
SUBSTANSI UU NO. 12 TAHUN 2011
• Ketentuan Umum
• Asas Peraturan Perundang-undangan
• Jenis, Hierarki, dan Materi Muatan PUU
• Perencanaan PUU
• Penyusunan PUU
• Teknik Penyusunan PUU
• Pembahasan dan Pengesahan RUU
• Pembahasan dan Penetapan Raperda Provinsi dan
Raperda Kabupaten/Kota
• Pengundangan
• Penyebarluasan
• Partisipasi Masyarakat
• Ketentuan Lain-lain
• Ketentuan Penutup
Pengertian Peraturan Perundang-undangan
Dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun
2004 Peraturan Perundang-undangan diberi definisi adalah:
“peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara
atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara
umum.”
Lampiran II UU 12/2011
BAB I
KERANGKA PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN
BAB II
HAL-HAL KHUSUS
BAB III
RAGAM BAHASA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
BAB IV
BENTUK RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Sistematika
Sistematika Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan yang tercantum
dalam Lampiran II Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 terdiri atas 4 BAB dan
284 petunjuk:
RANCANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Judul
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
…
(Nama Undang-Undang)
P
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
E
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, M
B
Menimbang : a. bahwa …;
U
b. bahwa …;
K
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
A
dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk…;
A
N
Mengingat :1. Pasal 5 Ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar
1. Frase
Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Jabatan
2. Undang-Undang Nomor…Tahun…tentang (Lembaran 3. Konsideran
Negara Republik Indonesia Tahun…nomor…,tambahan 4. Dsr Hukum
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. …) 5. Diktum
3. Dan Seterusnya …;
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
(tanda tangan)
(NAMA)
Contoh :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR …TAHUN …
TENTANG
MAHKAMAH KONSTITUSI
II. PEMBUKAAN (petunjuk no.14 s/d 16).
Pembukaan Peraturan Perundang-undangan terdiri atas :
1. Frasa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Frasa ini ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan diletakkan
ditengah marjin pada pembukaan tiap jenis peraturan.
UNSUR SOSIOLOGIS
Menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam
berbagai aspek.
UNSUR YURIDIS
Menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau
mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah,
atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat.
Contoh Konsiderans “Menimbang” UU No. 12 Tahun 2011
Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat (6), Pasal 29, Pasal 31, Pasal 47
ayat (4), Pasal 53, Pasal 54 ayat (3), Pasal 55 ayat (3), Pasal 59, Pasal 63, Pasal 64
ayat (3), Pasal 85, Pasal 86, Pasal 88, Pasal 91, dan Pasal 92 Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan,
perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan;
4. Dasar Hukum ( petunjuk no. 28 s/d 52 ).
a. dasar hukum diawali dengan kata Mengingat.
b. dasar hukum memuat dasar kewenangan pembuatan peraturan
dan peraturan yang memerintahkan pembuatan peraturan.
5. Bagian diberi nomor urut bilangan tingkat yang ditulis dengan huruf,
huruf awal kata bagian, urutan bilangan, dan setiap kata pada judul
bagian ditulis dengan huruf kapital, kecuali kata partikel yang tidak
terletak pada awal frasa.
Contoh:
Bagian Kesatu
Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim
6. Paragraf diberi nomor urut dengan angka Arab, huruf awal kata paragraf
dan setiap kata pada judul paragraf ditulis dengan huruf kapital, kecuali
huruf awal kata partikel yang tidak terletak pada awal frasa.
Contoh:
Paragraf 2
Tugas dan Wewenang
7. Pasal diberi nomor urut dengan angka Arab dan huruf awal kata pasal
ditulis dengan huruf kapital. Pasal dapat dirinci dalam beberapa ayat dan
setiap ayat hanya memuat satu norma yg disusun secara singkat, jelas, dan
lugas.
Contoh :
Pasal 4
(1). ………………
(2). ………………
8. Jika pasal atau ayat yang memuat rincian unsur,dapat dirumuskan dalam
bentuk satu kalimat secara utuh dapat juga dirumuskan dengan
menggunakan tabulasi.
Contoh :
Pasal 28
Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi Presiden, Wakil
Presiden, dan pejabat negara yang lain yang disampaikan di dalam atau di
luar negeri.
Contoh rumusan tabulasi :
Pasal 28
Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi :
a. Presiden ;
b. Wakil Presiden ; dan
c. pejabat negara yang lain,
yang disampaikan di dalam atau di luar negeri
9. Jika rincian merupakan kumulatif gunakan kata dan, jika rincian
merupakan alternatif gunakan kata atau, dan jika rincian merupakan
kumulatif dan alternatif gunakan kata dan/atau. Kata tersebut diletakkan
di belakang rincian kedua dari rincian terakhir.
4) Ketentuan Pidana hanya dimuat dalam UU atau Perda. Dalam Pasal 15 ayat (2) dan ayat (3)
UU NO.12 Tahun 2011 diatur secara eksplisit ketentuan pidana dalam Perda ditentukan untuk
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan dan pidana denda paling banyak RP50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) (ayat (2) dan dalam ayat (3) ditentukan dapat memuat ancaman pidana
kurungan atau pidana denda selain sbgmn dimaksud pada ayat (2) sesuai dgn yang diatur dlm
Peraturan Perundang-undangan lainnya.
5) Ketentuan ini sudah dimuat dalam UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, tetapi
tanpa klarifikasi pidana kurungan untuk yang mengacu pada ketentuan Peraturan Perundang-
undangan lainnya (pd ayat (3)).
6) Subyek pelakunya harus dirumuskan secara jelas berlaku bagi siapapun (setiap orang) atau
untuk subyek tertentu (misalnya pegawai negeri, orang asing, hakim, jaksa dsb).