Petunjuk
1. Berdo’alah sebelum mulai mengerjakan soal.
2. Jawaban diberi nama, NPM sudut kanan atas, diberi tanggal ujian, jam,
kode kelas. Jawaban diketik huruf Arial, spasi 1,5, dijawab secara berurutan.
3. Berikan jawaban sesuai dengan pertanyaan yang diminta.
4. Ujian dilakukan dengan Open Book berdasarkan UUD NRI Tahun 1945,
Referensi berkaitan dengan Ilmu Perundang-Undangan . Dalam menjawab
pertanyaan disertai dengan dasar hukum dan analisanya.
2
000
Jawaban
1
Bagir Manan, Lembaga Kepresidenanan,(Yogyakarta: Gama Media, 1999), hlm 136-150
3
tidak menandatanganinya. Harussnya, setelah disetujui bersama ternyata presiden
menolak untuk menandatangani pengesahan undang-undang dimaksud, presiden
dapat dinilai melakukan pelanggaran konstitusi. Namun, pasal 20 ayat (5) UUD 1945
telah memberikan penyelamatan dari penilaian melanggar konstitusi karena tanpa
tanda-tangan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama dalam waktu
30 hari otomatis sah menjadi undang-undang. Dengan kondisi demikian, pada suatu
sisi, pasal 20 Ayat (5) UUD 1945 dimaksudkan untuk menjamin kepastian waktu dan
kepastian hukum berlakunya undang-undang. Namun disisi lain, pasal 20 Ayat (5)
UUD 1945 pun dapat dimanfaatkan presiden menghindar untuk membubuhkan
tanda tangan dalam pengesahan undang-undang.
4. Secara etimologis, istilah negara hukum atau negara berdasar atas hukum
merupakan istilah yang berasal dari bahasa asing, seperti ”rechtstaat” (Belanda),
”etet de droit” (Prancis), “the state according to law”, ”legal state”, ”the rule of law”
(Inggris). Secara historis, istilah negara hukum sudah lama dikenal dan dianut di
banyak negara sejak abad ke XVIII, istilah ini kemudian baru populer kira-kira abad
XIX sampai dengan abad XX. Di Indonesia istilah negara hukum sudah
dipergunakan sejak negara ini memproklamirkan diri sebagai negara yang merdeka.
Di Indonesia sendiri istilah negara hukum sudah dikenal sejak negara menyatakan
diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Pernyataan negara hukum
Indonesia ini dapat dilihat dalam Penjelasan Umum UUD 1945, butir I tentang
4
Sistem Pemerintahan, yang dinyatakan bahwa: Indonesia adalah negara yang
berdasar atas hukum (rechtstaat) dan bukan berdasar atas kekuasaan belaka
(machtstaat). Penyebutan kata rechtstaat dalam penjelasan umum tersebut
menunjukkan bahwa konsep rechtstaat memberikan inspirasi bahkan mengilhami
pendirian para proklamator dan pendiri negara Indonesia, meskipun tidak harus
serta merta menyamakan antara konsep rechtstaat dengan konsep negara hukum
Indonesia. Sebab antara keduanya sangat berbeda filosofi maupun latar belakang
budaya masyarakatnya. Konsep negara hukum pada saat ini sudah menjadi model
bagi negara-negara di dunia, bahkan dapat dikatakan hampir dianut oleh sebagian
besar negara di dunia. Konsep negara hukum telah diadopsi oleh semua negara
sebagai sebuah konsep yang dianggap paling ideal. Konsep ini semula
dikembangkan di kawasan Eropa tersebut. Hakikat negara hukum pada pokoknya
berkenaan dengan ide tentang supremasi hukum yang disandingkan dengan ide
kedaulatan rakyat yang melahirkan konsep demokrasi. 2
5. Norma adalah suatu ukuran yang harus dipatuhi oleh seseorang dalam
hubungannya dengan sesamanya ataupun dengan lingkungannya. Istilah norma
berasal dari bahasa latin atau kaidah dalam bahasa Arab, sedangkan dalam bahasa
Indonesia sering juga disebut dengan pedoman, patokan atau aturan. Norma
berasal dari kata nomos yang berarti nilai dan kemudian dipersempit maknanya
menjadi norma hukum. Sedangkan kaidah dalam bahasa Arab berasal dari kata
qo’idah yang berarti ukuran atau nilai pengukur. 3 Norma atau kaidah pada umumnya
dibagi menjadi dua yaitu norma etika dan norma hukum. Norma etika meliputi norma
susila, norma agama, dan norma kesopanan. Ketiga norma atau kaidah tersebut
dibandingkan satu sama lain dapat dikatakan bahwa norma agama dalam arti
vertikan dan sempit bertujuan untuk kesucian hiudp pribadi, norma kesusilaan
bertujuan agar terbentuk kebaikan akhlak pribadi, sedangkan norma kesopanan
bertujuan untuk mencapai kesedapan hidup bersama antar pribadi. 4 Dilihat dari segi
tujuannya maka norma hukum bertujuan kepada cita kedamaian hidup antar pribadi,
keadaan damai terkait dimensi lahiriah dan batiniah yang menghasilkan
keseimbangan anatara ketertiban dan ketentraman. Tujuan kedamaian hidup
2
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi Sebagai Landasan Indonesia Baru Yang Demokratis, (Pokok Pokok Pikiran tentang
Perimbangan Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif Dalam Rangka Perubahan Undang Undang Dasar l945, Makalah,
Disampaikan Dalam Seminar hukum Nasional VII, Badan Pembinaan Hukum Nasional, Departemen Kehakiman RI,
l999. hlm.146- 147
3
Jimmly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, Rajawali Pers, Jakarta 2011, hlm 1
4
Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum (Sebuah Pengantar), Liberty, Yogyakarta, 2006, hlm 3
5
bersama dimaksud dikaitkan pula dalam perwujudan kepastian, keadilan dan
kebergunaan.
a. Asas-asas formil :
b. Asas-asas materiil:
5
Backy Krisnayudha, Pancasila dan Undang-undang...Op.Cit, hlm. 185-195
6
2) “asas kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat”, bahwa setiap
jenis Peraturan Perundang-undangan harus dibuat oleh lembaga negara
atau pejabat Pembentuk Peraturan Perundang-undangan yang
berwenang, Peraturan Perundang-undangan tersebut dapat dibatalkan
atau batal demi hukum apabila dibuat oleh lembaga negara atau pejabat
yang tidak berwenang;
7
b. Asas Negara Berdasar Atas hukum dan Asas Pemerintahan berdasar sistem
konstitusi
c. Asas-asas lainnya
9
A. BAB I PENDAHULUAN Memuat latar belakang, sasaran yang akan diwujudkan,
identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan serta metode penelitian
B. BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIK EMPIRIS a. Kajian Teoritis b. Kajian
terhadap asas/prinsip yang terkait penyusunan norma. c. Kajian terhadap praktik
penyelenggaraan, kondisi yang ada serta permasalah an yang dihadapi
masyarakat. d.Kajian terhadap implikasi penerapan system baru yang akan diatur
dalam UU.
C. BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT
Memuat hasil kajian berdasarkan kondisi hukum yang ada, keterkaitan UU
dan Perda baru dengan Peraturan Perundang-undangan yang lain.
Harmonisasi secara vertikal dan horisontal.
Status dari peraturan perundang-undangan yang ada.
Kajian dimaksudkan untuk mengetahui kondisi hukum atau peraturan
perundang-undangan yang mengatur substansi atau materi yang akan
diatur.
Akan diketahui posisi dari UU atau perda yang baru.
Analisis dapat menggambarkan tingkat singkronisasi, harmonisasi
Peraturan tersebut agar tidak tumpang tindih.
D. LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS DAN YURIDIS
1. Landasan Filosofis
Merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa
peraturan yang dibentuk memeprtimbangkan pandangan hidup, kesadaran,
cita hukum yang berdasar kan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
2. Landasan Sosiologis.
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan filosofis
sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan masalah
dan kebutuhan masyarakat dan negara.
3. Landasan Yuridis
Landasan Yuridis merupakan pertimbangan/alasan yang menggambarkan
bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau
mengisi kekosongan hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah
1
0
ada, yang akan diubah atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian
hukum dan rasa keadilan masyarakat. Landasan yuridis menyangkut
persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi/materi yang diatur
sehingga perlu dibentuk Peraturan PerUUan yang baru
E. BAB V. JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN UNDANG UNDANG, PERATURAN DAERAH PROVINSI, ATAU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA.
Naskah Akademik pada akhirnya berfungsi mengarahkan ruang lingkup materi
muatan RUU yang akan dibentuk Sebelum menguraikan ruang lingkup materi
muatan, dirumuskan sasaran yang akan diwujudkan, arah dan jangkauan
pengaturan. Materi didasarkan pada ulasan yang telah dikemukakan dalam bab
sebelumnya. Ruang lingkup materi mencakup:
1. Ketentuan umum yang memuat rumusan akademik mengenai
pengertian istilah , dan frasa.
2. Materi muatan yang akan diatur.
3. Ketentuan sanksi.
4. Ketentuan peralihan.
F. BAB VI PENUTUP
Bab Penutup terdiri dari sub bab Simpulan dan Saran.
1. Simpulan Simpulan memuat rangkuman pokok pikiran yang berkaitan
dengan praktik penyelenggaraan , pokok elaborasi teori dan asas
yang telah diuraikan dalam b ab sebelumnya.
2. Saran. Saran memuat antara lain :
a. Perlunya pemilahan substansi Naskah Akademik dalam suatu
Peraturan Perundang-Undangan/Peraturan perudang-undangan
dibawahnya.
b. Rekomendasi tentang skala prioritas penyusunan Rancangan
Undang-Undang/Rancangan Peraturan Daerah dalam Program
Legislasi Nasional/Program Legislasi Daerah.
G. Bab Penutup terdiri dari sub bab Simpulan dan Saran.
1. Simpulan Simpulan memuat rangkuman pokok pikiran yang berkaitan
dengan praktik penyelenggaraan, pokok elaborasi teori dan asas
yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya.
2. Saran. Saran memuat antara lain:
1
1
a. Perlunya pemilahan substansi Naskah Akademik dalam suatu
Peraturan Perundang-Undangan/Peraturan perudang-undangan
dibawahnya.
b. Rekomendasi tentang skala prioritas penyusunan Rancangan
Undang-Undang/Rancangan Peraturan Daerah dalam Program
Legislasi Nasional/Program Legislasi Daerah.
H. Lampiran.
1
4
d. bahwa perkembangan lingkungan strategis nasional dan internasional
menuntut penyelenggaraan pelayaran yang sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, peran serta swasta dan persaingan usaha,
otonomi daerah, dan akuntabilitas penyelenggara negara, dengan tetap
mengutamakan keselamatan dan keamanan pelayaran demi kepentingan
nasional;
e. bahwa Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran sudah tidak
sesuai lagi dengan kebutuhan penyelenggaraan pelayaran saat ini sehingga
perlu diganti dengan undang-undang yang baru;
f. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, perlu membentuk Undang-Undang
tentang Pelayaran;
Dengan persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN: (Diktum)
(Batang Tubuh)
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. ………………………………
2. ………………………………
BAB II
…
1
5
Pasal 2
…
(dan seterusnya)
(Penutup)
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-
Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
Disahkan di Jakarta
pada tanggal 7 Mei 2008
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 7 Mei 2008
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ANDI MATTALATTA
1
6