Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sehubungan dengan dibentuknya Undang-Undang Negara Republik

Indonesia Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan

Rakyat, DPR, DPD, dan DPRD (UU MD3) yang telah disahkan oleh DPR

bersama – sama dengan Presiden RI yaitu Bapak Dr. H. Susilo Bambang

Yudhoyono, dimana kami sebagai penulis beranggapan bahwa Undang-

Undang MD3 ini tidak patut untuk diubah karena banyak sekali

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lainnya,

contohnya yaitu Undang-Undang Pilkada yang terbaru yaitu Undang-

Undang Negara Republik Nomor 22 Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala

Daerah. Yang dimana didalam pasal 322 UU MD3 disebutkan bahwa,

anggota DPRD Provinsi hanya mempunyai hak interpelasi, angket, dan

menyatakan pendapat bukan memilih kepala daerah.

Pasal 372 menyatakan bahwa anggota DPRD Kabupaten/Kota hanya

mempunyai hak mengajukan rancangan peraturan daerah kab/kota,

mengajukan pertanyaan, menyampaikan usul dan pendapat, memilih dan

dipilih, membela diri, imunitas, mengikuti orientasi dan pendalaman tugas,

protokoler, dan keuangan dan administratif, serta mengkebiri hak-hak


dasar warga Negara dalam berdemokrasi secara langsung, dari rakyat –

oleh rakyat – untuk rakyat.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Analisis Undang-Undang MD3 ditinjau dari landasan Filosofis

2. Analisis Undang-Undang MD3 ditinjau dari landasan Sosiologis

3. Analisis Undang-Undang MD3 ditinjau dari landasan Yuridis


BAB II

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Sebelum menganalisa terhadap Undang - Undang, ada baiknya kita perlu

mengetahui terlebih dahulu mengenai apa itu undang – undang beserta

penjelasan yang lain.

Undang – undang merupakan peraturan – peraturan tertulis yang

dibuat oleh alat perlengkapan negara yang berwenang dan bersifat

mengikat setiap orang selaku warga negara. Undang – undang dapat

berlaku didalam masyarakat jika telah memenuhi persyaratan tertentu.

Dalam istilah hukum, Undang – undang dibedakan menjadi 2 ( dua )

jenis, yaitu :

a. UU dalam arti materiil

Bahwa setiap keputusan pemerintah yang dilihat dari isinya disebut

UU dan mengikat orang secara umum. Namun tidak semua UU dapat

disebut dengan UU dalam arti materil, karena ada UU yang hanya

khusus berlaku bagi sekelompok orang tertentu sehingga disebut

dengan UU dalam arti formil saja. Misalnya adalah UU No. 62 / 1968

tentang naturalisasi.

b. UU dalam arti formil

Bahwa setiap keputusan pemerintah yang dilihat dari segi bentuk dan

cara terjadinya dilakukan secara prosedur dan formal.


Asas hukum tentang berlakunya Undang – undang, yaitu :

a. UU tidak berlaku surut,

b. Asas lex superior derogat legi inferiori,

c. Asas lex posteriori derogat legi priori,

d. Asas lex specialis derogat legi generali.

Hasil analisa terhadap Undang - Undang ditinjau dari pertimbangan

Filosofis, Sosiologis dan Yuridis.

A. Tinjauan Landasan Aspek Filosofis

Landasan filosofis adalah pandangan hidup suatu bangsa yang berisi

nilai-nilai moral atau etika dari bangsa tersebut. Suatu filsafat hidup

bangsa harus menjadi rujukan dalam membentuk hukum yang akan

dipergunakan dalam kehidupan bangsa tersebut. Oleh karena itu kaidah

hukum yang dibentuk yaitu yang termuat dalam peraturan perundang-

undangan harus mencerminkan filsafat hidup bangsa itu.

Ditinjau dari Pancasila terutama pada sila ke tiga yaitu Persatuan

Indonesia. Butir pertama yang berbunyi mampu menempatkan persatuan

dan kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara

sebagai kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi dan golongan,

dan sila ke empat yaitu Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah dan

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, yang tertera pada


butir ketiga mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan

untuk kepentingan bersama.

B. Tinjauan Landasan Sosiologis

Undang-Undang adalah suatu produk hukum yang lahir dari

keputusan politik, dimana produk hukum tersebut diciptakan demi

kesejahteraan rakyat Indonesia. Undang-Undang MD3 sebagai salah satu

produk hukum yang semestinya dibuat demi kesejahteraan rakyat

Indonesia, telah terpengaruh self interest dari anggota parlemen dan

mengabaikan keinginan rakyat Indonesia. Di lain sisipun Undang-Undang

MD3 juga bertentangan dengan Undang-Undang No. 22/2014 tentang

Pilkada. Pembentukan Undang-Undang MD3 dari Rancangan Undang-

Undang sampai pengesahan menjadi Undang-undang menggunakan

Anggaran dan itu menggunakan APBN . dan itu uang rakyat lebih baik

katanya hambur oleh rakyat dibanding di Korupsi atau di hambur-

hamburkan oleh para wakil rakyat.

C. Tinjauan Landasan Yuridis

Landasan yuridis adalah landasan yuridis (yuridische gelding) yang

menjadi dasar kewenangan (bevoegddheid, competentie) pembuatan

peraturan perundang-undangan. Selain menentukan dasar kewenangan

landasan hukum juga merupakan dasar keberadaan atau pengakuan dari


suatu jenis peraturan perundang-undangan atau yang disebut landasan

yuridis materil. Landasan yuridis material menunjuk kepada materi muatan

tertentu yang harus dimuat dalam suatu peraturan perundang-undangan

tertentu. Menurut Bagir Manan, dasar yuridis sangat penting dalam

pembuatan peraturan perundang-undangan karena akan menunjukkan:

• Keharusan adanya kewenangan dari pembuat peraturan perundang-

undangan. Setiap peraturan perundang-undangan harus dibuat oleh

badan atau pejabat yang berwenang.

• Keharusan adanya kesesuaian bentuk atau jenis peraturan perundang-

undangan dengan materi yang diatur, terutama kalau diperintahkan

oleh peraturan perundang-undangan tingkat lebih tinggi atau sederajat.

• Keharusan mengikuti tata cara tertentu. Apabila taat cara tersebut tidak

diikuti, peraturan perundang-undangan mungkin batal demi hukum atau

tidak/belum mempunyai kekuatan hukum mengikat.

• Keharusan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

yang lebih tinggi tingkatannya. Suatu undang-undangan tidak boleh

mengandung kaidah yang bertentangan dengan UUD . Demikian pula

seterusnya sampai pada peraturan perundang-undangan tingkat lebih

bawah.

Pertimbangan yang masuk landasan yuridis antara lain :


1. Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 bahwa Negara Indonesia adalah negara

hukum jadi harus ada kepastian hukum, jangan karna kehedak

politik UU dapat diubah semaunya.

2. Pasal l ayat 3 UUD 1945 Kedaulatan ada ditangan rakyat, jadi

kedepankan kepentingan rakyat tanpa menghilangkan hak-hak

rakyat karena dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat

3. Pasal 18 angka 4 UUD 1945 Gubernur,Bupati ,Walikota dipilih

secara demokrasi . demokrasi disini ambigu dan multitafsir.

4. Pasal 20A angka 1 UUD 1945 yang berbunyi fungsi DPR adalah

Legislasi , Anggaran, dan Pengawasan . dan tidak ada memilih

kepala daerah

5. Pasal 7 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

6. Pasal 322 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Daerah

7. Pasal 372 Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 2014 tentang Pemilihan Kepala Daerah.


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bahwa anggota DPR RI dalam membentuk atau membuat

suatu Udang-Undang atau peraturan lainny, harus mengedepankan tiga

landasan utama yaitu filosofis, sosioligis, yuridis.

B. SARAN

DPR jangan mengedepankan kepentingan pribadi dan

kelompok tetapi lebih mengedepankan kepentingan rakyat, dan jangan

karena demi ke egoisan semata dalam membuat Undang-Undang

sehingga tidak menyebabkan anggaran Negara terbuang dengan sia-sia,

dan untuk partai politik mekanisme persyaratan keanggotaan harus lebih

diperketat karena mereka mengatasnamakan rakyat seperti dari segi

pendidikan lebih tinggi lagi, tidak terlibat dalam permasalahan yang

merugikan Negara.

Anda mungkin juga menyukai