Banyak ahli pikir penganut ajaran positivisme hukum, salah satunya adalah H.L.A
Hart, yang mengatakan bahwa hukum itu harus kongkrit, maka harus ada pihak yang
harus dikeluarkan oleh suatu pribadi (subjek) yang memang mempunyai otoritas untuk
memberlakukan apa yang disebut sebagai hukum positif. Selanjutnya H.L.A. Hart,
mengatakan:
Pendapat Hart yang dipaparkan pada butir (2) mengindikasikan tolakkan dari Hart
bahwa hukum harus bersumber dari sesuatu yang abstrak. Ini adalah konsekuensi logis
cara berpikir dalam ajaran positivisme, yang bersumber dari hubungan sebab akibat suatu
gejala dengan gejala lain secara kongkrit (kasat mata). Oleh karenanya pertimbangan-
pertimbangan moral tidak harus terkait dengan terbitnya hukum positif, karena
1
pertimbangan moral bukanlah hal yang konkrit. Begitu kuatnya logika positivisme
menjadi pedoman berpikir Hart, tercermin dari ajarannya bahwa ”the analysis or study of
sociological inquiries and the critical appraisal of law is terms or moral, socials aims”
Ciri dari positivisme berikutnya adalah objektif atau bebas nilai. Oleh karena itulah
dalam paradigma positivisme ada dikotomi yang tegas antara fakta dengan nilai, dan
mengharuskan subjek peneliti mengambil jarak terhadap realitas dengan sikap netral.
Akan tetapi perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan faktor yang mempengaruhinya.
Fenomena sosial secara alamiah adalah subjektif dan tidak akan dapat dipahami sebagai
sesuatu yang objektif. Sebenarnya sulit untuk mendeskripsikan mengenai prilaku manusia,
bisa saja menimbulkan interpretasi yang beragam. Ilmu-ilmu sosial, dengan demikian akan
selalu menjadi pengetahuan yang subjektif . Oleh karena itu yang sangat diperlukan adalah
Dengan demikian, Ciri dan karakter utama dari ajaran positivisme hukum
mempunyai sifat yang rasional. Rasional tentunya ditandai dengan sifat peraturan yang
prosedural. Prosedural hukum menjadi dasar yang penting untuk menegakkan keadilan,
menjaga HAM. Oleh karenanya, sifar prosedural itu menjadi lebih penting daripada
keadilan yang substansiil dari hukum itu. Yang sering sekali muncul yaitu keadilan
formal, bukanya keadilan substansial yang mewakili dan memenuhi hati nurani. Dengan
demikian, kritik terhadap dominasi paradigma positivisme hukum bukan bermaksud untuk
dipersalahkan, akan tetapi bermaksud untuk membuat agar berjalannya sistem hukum
modern dapat semakin memberikan manfaat dan ketentraman yang tidak selalu
2
2. Aliran Sociological Yuriprudence:
tugas ilmu hukum untuk mengembangkan suatu kerangka dengan mana kebutuhan-
kebutuhan sosial dapat terpenuhi secara maksimal. Pound juga menganjurkan untuk
mempelajari hukum sebagai suatu proses (law in action), yang dibedakan dengan hukum
tertulis (law in the books). Pembedaan ini dapat diterapkan diseluruh bidang hukum, baik
hukum substantive maupun hukum ajektif. Ajaran tersebut menonjolkan masalah apakah
mencakup: usage (adat istiadat); religion (agama); moral; Philosophical ideas (ide-ide
(legislasi). Arti penting mengenali sumber-sumber hukum itu untuk membantu yuris
Salah satu makna hukum menurut Pound adalah hukum dibuat sebagai jawaban
atas tuntutan hukum ekonomi dan hukum sosial yang menghargai seseorang dalam
masyarakatnya. Makna hukum ini menjadi acuan Pound dalam menyikapi bagaimana
pernyataan ini, Pound menegaskan bahwa tugas hukum (law’s task) adalah social
engineering.
3
Ajaran social engineering (rekayasa sosial) dikonsepsinkan bahwa hukum sebagai
depan perilaku manusia, yakni mengarahkan perilaku masyarakat kea rah kemajuan.
Dalam ajaran social engineering, hukum berorientasi pada pembangunan yang digunakan
oleh agent of development. Agent of development yang dapat membentuk hukum sebagai
Titik berat aliran sociological jurisprudence terletak pada kenyataan sosial yang
dapat menjadi kenyataan hukum (fakta hukum). Fakta-fakta hukum yang mendasari semua
hukum adalah kebiasaan, dominasi, pemilikan dan pernyataan kemauan. Aliran hukum ini
melihat masyarakat dari pendekatan hukumnya yang salah satu rinciannya meliputi fungsi
dari hukum terhadap masyarakat. Fungsi hukum adalah sebagai kerangka ideologis
berbeda dari sosiologi hukum yang merupakan cabang sosiologi yang melakukan
pendekatan masyarakat ke hukum. Menurut aliran ini hukum yang baik haruslah sesuai
dengan hukum yang hidup dalam masyarakat. Jadi ada dua hukum yaitu hukum positif
yang kemudian menjadi hukum yang baik atau tidak baik dan hukum yang hidup dalam
masyarakat (the living law/Das lebendiges Recht) yang bukan merupakan hukum positif.
Ada perbedaan antara hukum positif dan hukum yang hidup (the living law) dalam
sociological jurisprudence yaitu hukum yang baik adalah yang sesuai dengan hukum yang
hidup dalam masyarakat (the living law), sehingga aliran ini perlu untuk dikembangkan di
4
Indonesia meskipun Indonesia menganut positivisme hukum. Melihat dari masyarakat
Indonesia yang multikultural, sehingga dalam merumuskan suatu aturan hukum positif
(undang-undang) harus didasarkan pada hukum yang hidup dalam masyarakat bukan
Dalam merumuskan suatu aturan tertulis unsur normatif (ratio) dan empiric
(pengalaman) harus ada. Kedua-duanya sama perlunya. Artinya hukum yang pada
dasarnya berasal dari gejala-gejala atau nilai-nilai dalam masyarakat sebagai suatu
ahli hukum sebagai hasil kerja ratio dan diberlakukan sebagai hukum oleh Negara.
Sehingga cita-cita keadilan yang dituju baik oleh masyarakat maupun oleh penguasa harus
selaras
penting dalam mewujudkan keadilan bagi masyarakat dan kepada hakimlah para pencari
masyarakat, tentunya hakim tidak hanya berpedoman pada hukum-hukum tertulis semata
karena tidak akan mencapai nilai-nilai keadilan kecuali secara prosedural. Realism hukum
berarti suatu studi tentang hukum sebagai sesuatu yang benarbenar nyata dilaksanakan,
ketimbang sekedar hukum sebagai sederetan aturan yang hanya termuat dalam perundang-
undangan, tetapi tidak pernah dilaksanakan. Oleh karena itu, sebagian pakar memandang
bahwa pendekatan realis merupakan bagian penting dari pendekatan sosiologi terhadap
hukum. Dengan demikian dapat dipahami bahwa substansi dari teori realisme adalah
hukum itu didasarkan pada kenyataan empiris bukan didasarkan pada peraturan
5
yang terdapat dalam bentuk tertulis.Akan tetapi menurut teori ini, hukum itu apa yang
Legal realism adalah suatu pandangan yang berdasarkan realitas. Hukum menurut
para realis adalah terbentuk dari realitas dan menolak memberhalakan perundang
undangan dan bertumpu pada fakta fakta, tindakan atau perilaku sosial. Mereka memnuka
mata untuk mengakui bahwa kebenaran dari hukum bukan terletak pada aturan dan norma
norma, tapi terletak pada tindakan, fakta dan bahkan kekuasaan dalam masyarakat. Juris
juris realis membayangkan suatu ilmu hukum yang terbangun diatas suatu “Law In
Action; Hukumadalah sebagaimana dilakukan para pejabat hukum (yaitu para hakim)”.
Hukum tidak dapat diketemukan didalam dan tidak dapat disimpulkan dari aturan aturan
Dengan demikian, konsep realisme hukum atau legal realism merupakan konsep
yang memberikan kepada hakim kebebasan yang luar biasa untuk mengambil keputusan
dengan aksiologisnya adalah keadilan sebagai anti tesis positivisme. Seorang hakim tidak
lah boleh hanya berpegang kepada peraturan peraturan saja tetapi hakim wajib menggali,
memahami dan melihat dengan jernih fakta fakta sosial yang terjadi sehingga mampu
4. Aliran Utilititarianism:
sebuah prinsip yang jelas dan rasional. Dengan mengikuti prinsip ini, pemegang
mengatur masyarakat. Kekuatan lainnya adalah orientasi utama teori ini pada hasil
mencelakakan orang lain - mempunyai peluang lebih besar untuk dianggap secara etis
6
bernilai buruk daripada perbuatan yang mempunyai akibat baik (karena umpamanya
Utilitarianisme klasik yang dikemukakan oleh Jeremy Bentham dan John Stuart
Pertama, tindakan harus dinilai benar atau salah hanya demi akibatakibatnya
(consequences). Hal lain tidak menjadi pertimbangan. Motif manusia tidak penting, karena
tidak bisa diukur atau diukur, berbeda dengan tindakan yang bisa diukur.
jumlah kebahagiaan atau ketidak-bahagiaan yang dihasilkan. Hal lain tidak relevan.
pentingnya.
5. Aliran Freirechtlehre:
kaum Realis Amerika Serikat. Hanya saja jika aliran Realisme menitikberatkan pada
penemuan hukum bebas bukanlah peradilan yang tidak terikat pada undang-undang.
Hanya saja, undang-undang bukan merupakan pernanan utama, tetapi sebagai alat bantu
untuk memperoleh pemecahan yang tepat menurut hukum, dan yang tidak perlu harus
hakim mempunyai tugas menciptakan hukum. Penemu hukum yang bebas tugasnya
7
bukanlah menerapkan undang-undang, melainkan menciptakan penyelesaian yang tepat
Perkembangan pemikiran filsafat Timur dan Barat hampir sarna seperti dalam
maupun perbedaan persepsi daripada sikap saling mengerti dan m~maklumi. Para ahli
tentang Timur, para Orientalis, telah bekerja keras mengkaji dunia Timur, namun ternyata
sampai saat ini belum berhasil untuk hubungan yang harmonis antara Timur dan Barat.
Pemikirnan fllsafat Cina telah mengalami perkembangan pasang surut sejak awal
sampai saat ini. Secara garis besar pemikiranfilsafat eina. memiliki berbagai macam eiri
khusus antara lain: bersifat antroposentris, jauh dari hal-hal yang adikodrati,kekinian,
demokratis, pragmatis, ingin tabu segala sesuatu, hormat kepada orang tua, dan
keseimbangan.
seperti yang diungkapkan oleh Moore bahwa: "There is .the great emphasis upon man as a
social being, UJith all the problems attendant to that int.erpretatwn" but without many of
its alleged anti individual connotations. " Manusia merupakan orientasi dan titik sentral
dioptimalkan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.. Jauh dari hal-hal yang
adikodrati dalam arti bahwa manusia lebih menekankan pada kehidupan saat ini (this
worldly) dengan mengutamakan usaha agar berbahagia dan diterima di daJam masyarakat
serta selalu selaras dengan situasi, kondisi, dan alam semeeta. Pemikiran filsafat tidak
8
difokuskan pada kehidupan di dunia lain (other worldly), sehingga karya-karya yang
muneul selaiu diarahkan untuk memenuhi kebutuban saat ini terotama kebahagiaan dan
kesejahteraan. penekanan pada this worldly yang herlebihan akan dapat mengarah· pada
sifst materialistis dan kurang memperhatikan nilai spiritual, oleh brena itu maka periu
diupayakan perimbangannya.
xxxx),Wagiyo, 1996: 1). motif spiritual, 2). hubungan antara filsafat ddan hidup., 3). Sikap
dan pendekatan introspektif terhadap realitas., 4). Kenderungan kea arab Idealisme
monistis khususnya Hindusime., 5). Intuisi diterima sebagai satu-satunya metode untuk
mencapai kebenaran., 6). Penerimaan otoritas Veda., dan 7). Pendekatan sintesis terhadap
Dengan demikian kesimpulan yang dapat ditarik dari inti konsep filsafat timur
antara lain:
individu. Kedua, tujuan utama dalam pemikiran filsafat Timur untuk men· jadi orang yang
bijaksana dan bahagia. dalam arti hidup ini penuh dengan ketenteraman dan keselamatan.
Ketiga, pemikiran filsafat Timur sering lebih bersifat pesimis, p8sif, dan menekankan
harmoni.