Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PENGANTAR ILMU HUKUM

NAMA : FATHONAH MUHAMMAD PATAWARI


NIM : 23410736
KELAS :K

Pertanyaan
1.apa yang dimaksud dengan doktrin positivesme ?
2.apa kelebihan dan kekurangan dari doktrin ini ?
3.mengapa di indonensia, doktrin positivisme masih memiliki pengaruh yang kuat dengan
menegakkan hukum ?
4.apakah masih relevan mempertahaankan doktrin positivisme sampai hari ini?

Jawaban
SECARA HUKUM
1. Menurut buku dasar dasar filsafat bumi yang dikaji oleh Prof.DR.Drs.lili rasdaji,S.H.,LL.M.,
Doktrin Positivisme adalah aliran yang mengidentifikasikan hukum dengan undang undang,
Tidak ada hukum di luar undang undang dan satu-satunya sumber hukum adalah undang
undang.
Sedangkan menurut analisis john austin dari buku yang terkenal yakni the province of
jurisprudence determined dan lectures on juris prudence hukum positivisme merupakan
perintah dari penguasa dalam arti bahwa Perintah dari mereka yang memegang kekuasaan
tertinggi atau dari yang memegang kedaulatan.
Selanjutnya Prof.H.L.A.Hart menguraikan tentang ciri pengertian positivisme pada ilmu
hukum dewasa ini sebagai berikut:
•Pengertian bahwa hukum adalah perintah dari manusia
(Command of human being);
•Pengertian bahwa tidak ada hubungan mutlak/penting antara hukum (law) dan
moral atau hukum sebagaimana yang berlaku/ada dan hukum yang seharusnya
•Pengertian bahwa analisa konsepsi hukum adalah:
a.mempunyai arti penting
b.harus di bedakan dari penyelidikan
•Historis mengenai sebab musabab dan sumber-sumber hukum,
•Sosiologis mengenai hubungan hukum dengan gejalan sosial lainnya dan
•Menjadikan hukum secara kritis atau penilaian baik yang didasarkan moral,tujuan
sosial, fungsi hukum dan lain lainnya
Dan mengutip dari buku filsafat hukum yang ditulis oleh Dr. Drs. H. amran suadi, S.H.,
M.Hum.,M.M. bahwa Positivisme hukum menunjukkan pada sebuah sikap atau pemikiran
yang meletakkan pandangan dan pendekatan pada sesuatu. Posivisme hukum memandang
perlu memisahakan secara tegas antara hukum dan moral (antara hukum yang berlaku dan
hukum, antara das sein dan das sollen). Dalam kacamata positivsme tidak adad hukumlain
kecuali pemerintah penguasa bahkan, bagian dari hukum positif yang diekenal dengan nama
legalisme, berpendapat lebih tegas, bahwa hukum itu identic dengan undang-undang.
SECARA UMUM
Positivisme berakar pada empirisme. Positivisme adalah bahwa ilmu adalah satu-satunya
pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sejarah yang mungkin dapat menjadi obyek
pengetahuan. Dengan demikian positivisme menolak keberadaan segala kekuatan atau
subyek di belakang fakta, menolak segala penggunaan metode diluar yang digunakan untuk
menelaah fakta. Aguste Comte adalah tokoh aliran positivisme, pendapat aliran ini adalah
indera amatlah penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus dipertajam dengan
alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Karena kekurangan inderawi dapat dikoreksi
dengan eksperimen. Paham positivisme muncul karena beberapa sebab yang melatar
belakanginya diantaranya:
1. Ketidakpuasan terhadap dominasi positivisme, terutama terhadap latar belakangnya yang
naturalistik dan deterministik.
2. Reaksi terhadap kepercayaan akan apa yang disebut sebagai kemajuan (progres) abad ke-
19.
3. Timbul reaksi terhadap pengertian mengenai perkembangan yang telah menjadi mitos
yang mencakup segala-galanya
Bila dilihat dari nilai etisnya terhadap sains maka dapat dinyatakan bahwa apabila pradigma
positivisme maka objeknya empiris macam pengetahuannya menunjukkan sains dan dapat
diukur dengan logis dan bukti empiris.Hadirman,budi,melampaui modernitas dan
positivisme.,Yogyakarta:penerbit kanisius 2012
2.aliran positivisme hukum berpandangan hukum identic dengan undang-undang yaitu
aturan-aturan yang berlaku. Satu-satunya sumber hukum adalah undang-undang. Menurut
aliran ini, hukum merupakan perintah penguasa dan kehendak dari negara sumber
pemikiran adalah logika, yaitu suatu cara berpikir manusia yang didasarkan oleh teori
kebenaran (kea rah kebenaran) . jadi dapat disimpulkan kelebihan dari alirsn positivisme
adalah kepastian hukumnya sudah ada karena hukumnya sudah jelas tertulis. Lalu adnya
supremasi hukum yang kuat, tegaknya kepastin hukum yang jelas. Kekurangannya adalah dia
tidak bisa menjamin keadilankarena terlalu berpatok padda undang-undang tertulis dan
tidak adanya nilai sosiologos dalam hukum tersebut. Dan tidak bida mengikuti
perkembangan yang ada pada Masyarakat. (hal.79 filsafat hukum. Dr.drs. h. arman suadi,
S.H., M.Hum., M.M.)
3. · Dari segi legal structure
Jika kita mengutip dari buku Filsafat Hukum yang tulis oleh Muhammad Erwin, S.H., M.Hum.
pengertian positivisme hukum sendiri berarti tiada hukum lain kecuali hukum yang dibentuk
oleh otoritas yang berwenang yaitu pemerintah dalam bentuk undang-undang. Dan praktek
nya di Indonesia sendiri terdapat pemindahan-pemindahan tugas aparat penegak hukum
(APH) sehingga untuk menerapkan Sociological Jurisridence yaitu doktrin yang penekanan
hukumnya sesuai dengan hukum atau norma yang hidup di masyarakat tidak efisien karena
pemindahan-pemindahan ini memiliki dampak sulit memahami hukum-hukum yang hidup di
masyarakat, karena untuk memahami budaya yang dihidup dimasyarakat juga
membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Maka dari itu banyak hakim atau aparat penegak
hukum lainnya cenderung menjadi corong undang-undang dalam memutuskan suatu
perkara.
· Dari segi legal substance
Dan menurut pendapat Lilis Rasjidi, S.H., LL.M. dan B. Arief Sidharta, S.H. didalam bukunya
yang berjudul Filsafat Hukum Mazhab dan Refleksinya Yang menjelaskan point realisme
hukum yaitu bahwa hukum merupakan suatu konsepsi yang berubah-ubah dan sebagai alat
untuk mencapai tujuan sosial. Sedangkan aparat penegak hukum kita cenderung menganut
paham positivisme hukum yang dimana mengedepankan undang-undang yang bersifat statis
daripada realisme hukum yang bersifat dinamis. Hal ini disebabkan karena undang-undang
memiliki nilai kepraktisan dan kepastian sehingga memudahkan pekerjaan aparat penegak
hukum dalam memutuskan perkara.
4. · Positivisme Hukum sangat mengagungkan hukum yang tertulis dan menganggap bahwa
tidak ada norma hukum di luar hukum positif. Bagi aliran ini, semua persoalan dalam
masyarakat harus diatur dalam hukum tertulis. Sikap penganut aliran ini dilatarbelakangi
oleh penghargaan yang berlebihan terhadap kekuasaan yang menciptakan hukum tertulis,
mereka menganggap kekuasaan itu adalah sumber hukum dan kekuasaan adalah hukum.
LAW IN BOOKS.
Ada dua aliran hukum positivisme yaitu sebagai berikut:
Aliran Hukum Positif Analitis : John Austin hukum adalah perintah dari penguasa negara.
Hakikat hukum terletak pada unsur perintah itu. Austin memandang hukum sebagai suatu
sistem yang tetap, logis dan tertutup.
Aliran Hukum Murni: Hans Kelsen hukum harus dibersihkan dari anasir-anasir yang
nonyuridis seperti sosiologis, politis, historis dan etis. hukum adalah suatu keharusan yang
mengatur tingkah laku manusia sebagai makhluk rasional, dalam hal ini yang
dipermasalahkan bukanlah bagaimana hukum itu seharusnya, melainkan apa hukumnya.
Akan tetapi, didalam perkembangan sosial masyarakat doktrin positivisme hukum tidak
relevan dikarenakan alasan berikut :
Perubahan -perubahan sosial dan perubahan-perubahan hukum (atau sebaliknya,
perubahan perubahan hukum dan perubahan perubahan sosial) tidak selalu berlangsung
bersama-sama. artinya, pada keadaan-keadaan tertentu perkembangan hukum mungkin
tertinggal oleh perkembangan unsur-unsur lainya dari masyarakat serta kebudayaanya, atau
mungkin hal yang sebaliknya yang terjadi. Apabila terjadi hal demikian, maka terjadilah
suatu social lag, yaitu suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan dalam
perkembangan lembaga-lembaga kemasyarakatan yang mengakibatkan terjadinya
kepincangan-kepincangan, (W.F. Ogburn 1996:200). Tertinggalnya perkembangan hukum
oleh unsur-unsur sosial lainnya, atau sebaliknya, terjadi oleh karena pada hakikaktnya
merupakan suatu gejala wajar dalam suatu masyarakat bahwa terdapat perbedaan antara
pola-pola perikelakuan yang diharapkan oleh kaidah-kaidah hukum dengan pola-pola
perikelakuan yang diharapkan oleh kaidah-kaidah hukum dengan pola-pola perikelakuan
yang diharapkan oleh kaidah-kaidah sosial lainnya. Hal ini terjadi oleh karena hukum pada
hakikatnya disusun atau disahkan oleh bagian kecil dari masyarakat yang pada suatu ketika
mempunyai kekuasan dan wewenang.

Anda mungkin juga menyukai