BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
1. Landasan Filosifis.
Indonesia adalah negara berdasarkan atas hukum. Menurut
Soedjono Dirdjosisworo yang mengutip Theory of Legislation Jeremy
Bentham menekankan bahwa hukum harus bermanfaat.1 Bagir Manan
menyatakan agar dalam pembentukan undang-undang dapat
menghasilkan suatu undang-undang yang tangguh dan berkualitas,
undang-undang tersebut harus berlandaskan pada pertama landasan
yuridis (juridische gelding); kedua landasan sosiologis (sociologische
gelding); ketiga landasan filosofis (philosophical gelding).2
Dalam menghadirkan hukum yang berkualitas tersebut perlu
dipahami politik hukum nasional yang mempengaruhi sistem hukum
nasional seperti yang diisyaratkan Philippe Nonet dan Philip Selznick
dalam bukunya ‘Law and Society in Transition : Toward Responsive Law’,
politik hukum nasional bertujuan menciptakan sebuah sistem hukum
nasional yang rasional, transparan, demokratis, otonom, dan responsif
terhadap perkembangan aspirasi dan ekspektasi masyarakat, bukan
sebuah sistem hukum yang bersifat menindas, ortodoks, dan
reduksionistik.3
Pembentukan peraturan perundang-undangan, haruslah mengacu
pada landasan pembentukan peraturan perundang-undangan atau ilmu
perundang-undangan (gesetzgebungslehre), yang diantaranya landasan
yuridis. Setiap produk hukum, haruslah mempunyai dasar berlaku secara
yuridis (juridische gelding). Dasar yuridis ini sangat penting dalam
1
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Rajagrapindo Persada, Jakarta 2009, hlm.
13
2
Bagir Manan, Dasar-dasar Konstitusional Peraturan Perundang-undangan Nasional, Fakultas
Hukum Universitas Andalas, Padang, 1994, hlm. 13-21
3
Soedjono Dirdjosisworo, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Rajawali Pers, 1984, hlm. 49
1
2
4
Hamzah Halim dan Kemal Redindo Syahrul Putera, Cara Praktis Menyusun & Merancang
Peraturan Daerah; Suatu Kajian Teoritis & Praktis Disertai Manual; Konsepsi Teoritis Menuju
Artikulasi Empiris, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, 2010, Hlm. 23; Krems,
mengatakan gesetzgebungslehre mempunyai tiga sub bagian disiplin, yakni proses
perundang-undangan gesetzgebungsverfahren (slehre); metode perundang-undangan
gesetzgebungsmethode (nlehre); dan teknik perundang-undangan gesetzgebungstechnik
(lehre).
2
3
5
Pasal 20 Ayat (2) UUD 1945 dan lihat pula Pasal 136 Ayat (1) UU No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah.
6
Bagir Manan, Op Cit, Hlm. 14-15
7
A. Mukhtie Fadjar, Tipe Negara Hukum, Bayumedia Publishing, Malang, 2005, hlm. 7
3
4
8
Surachmin, 225 Asas Dan Prinsip Hukum Serta Penyelenggaraan Negara, Yayasan Gema
Yustisia Indonesia, Jakarta, hlm. 14 – 15.
9
Sri Soemantri, Perbandingan Antar Hukum Tata Negara, Alumni, Bandung, 1971, hlm. 26
10
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid II, Sekretariat Jenderal
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 170-174 dan 240; Landasan
keberlakuan dari undang-undang harus terpancar dari konsideran yang terdiri dari : Pertama,
landasan filosofis undang-undang selalu mengandung norma-norma hukum yang diidealkan
(ideal norms) oleh suatu masyarakat kearah norma cita-cita luhur kehidupan bermasyarakat
bernegara hendak diarahkan; Kedua, landasan sosiologis bahwa setiap norma hukum yang
dituangkan dalam undang-undang haruslah mencerminkan tuntutan kebutuhan masyarakat
sendiri akan norma hukum yang sesuai dengan realitas kesadaran hukum masyarakat;
Ketiga, landasan politis bahwa dalam konsideran harus pula tergambar adanya sistem
rujukan konstitusional menurut cita-cita dan norma dasar yang terkandung dalam UUD 1945
sebagai sumber kebijakan pokok atau sumber politik hukum yang melandasi pembentukan
undang-undang yang bersangkutan; Keempat, landasan yuridis dalam perumusan setiap
undang-undang landasan yuridis ini haruslah ditempatkan pada bagian konsideran
“Mengingat”; Kelima, landasan administratif dasar ini bersifat “faktual” (sesuai kebutuhan),
dalam pengertian tidak semua undang-undang mencerminkan landasan ini, dalam teknis
pembentukan undang-undang, biasanya landasan ini dimasukan dalam konsideran
“Memperhatikan”, landasan ini berisi pencantuman rujukan dalam hal adanya perintah
untuk mengatur secara administratif.
4
5
2. Aspek Yuridis.
Undang-Undang Dasar 1945 sebagai hukum dasar bagi bangsa
Indonesia, mengatur dalam Bab XIV Tentang Perekonomian Nasional Dan
Kesejahteraan Sosial, Pasal 33 menyatakan :
(1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
(2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
(4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar demokrasi
ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan,
berkelanjut, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan
lingkungan, kemandirian, serta menjaga keseimbangan kemajuan
dan kesatkemajuan dan kesatuan euan ekonomi nasional.
11
HAW. Widjaya, Penyelenggaraan Otonomi Di Indonesia Dalam Rangka Sosialisasi UU No.32
Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2005, hlm.131.
5
6
6
7
7
8
8
9
3. Aspek Sosiologis.
Menuju Pengelolaan Pasar yang berkualitas dan berbasis kearifan
lokal dapat dilihat dari aspek pelayanan bagi pelaku pasar tradisional,
sulitnya akses modal usaha bagi pelaku usaha kecil dan mikro, mahalnya
harga kios setelah revitalisasi pasar tradisional, kumuhnya pasar-pasar
tradisional yang masih eksis, dan lain-lain.
Secara umum pemerintah begitu percaya bahwa mekanisme
penentuan harga akan berlaku sesuai dengan hukum permintaan dan
penawaran, padahal dalam kenyataannya, pengusaha besar dapat
semena-mena mempermainkan harga sembilan bahan pokok di toko
modern seperti Supermarket, Hypermarket, Mal atau Super Mall, Trade
Centre, dan Mini Market, sebagai penarik minat bagi konsumen dan
mengancam banyak pedagang kecil di pasar tradisional.
9
10
10
11
11
12
12
13
13
14
B. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah tentang Penataan Pasar Tradisional Pusat Perbelanjaan Dan
Toko Modern adalah :
1. Apakah keberadaan toko modern sudah sesuai dengan kearifan lokal
masyarakat di Kabupaten Cianjur ?
2. Bagaimanakah penataan toko modern yang makin marak sebagai
pusat perbelanjaan dapat menunjang pembangunan di Kabupaten
Cianjur ?
14
15
15
16
C. Metode Penelitian.
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai
berikut :
1. Kajian yuridis normatif.
Kajian yuridis normatif atau penelitian hukum normatif disebut juga
penelitian hukum doktrinal. Pada penelitian hukum jenis ini hukum
dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-
undangan (Law In books) atau hukum dikonsepkan sebagai kaidah
atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang
dianggap pantas. Oleh karena itu sebagai sumber datanya hanya
data sekunder, yang terdiri dari :
a) Bahan hukum primer, bahan-bahan hukum yang mengikat yaitu
peraturan perundang-undangan. Adapun peraturan perundang-
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
BAB II
ASAS-ASAS YANG DIGUNAKAN DALAM
PENYUSUNAN NORMA
22
23
23
24
24
25
25
26
26
27
27
28
BAB III
MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH DAN KETRKAITANNYA
DENGAN HUKUM POSITIF
28
29
menguntungkan
dan tanpa tekanan
dalam hubungan
antara pemasok ba
rang dengan toko
modern serta pe
ngembangan kemit
raan dengan usaha
kecil, sehingga ter
cipta tertib persaing
an dan keseimbang
an kepentingan pro
dusen, pemasok,
toko modern dan
konsumen.
2. Batas a. Minimarket a. Minimarket kurang dari a. Mimimarket ku
Pendirian berjarak 0,5 Km 400 M2, luas lantai rang dari 400 M2.
Penataan dari pasar tradi penjualan kurang dari b. Supermarket, 400
pusat Per sional dan 0,5 400 M2. M2 sampai
belanjaan Km dari usaha b. Hypermarter lebih dari dengan 5.000
dan Toko kecil sejenis 5.000 M2. M2.
Modern yang terletak c. Departement store c. Hypermart, 5.000
dipinggir. lebih dari 400 M2, luas M2,
b. Supermarket lantai penjualan d. Departement
dan Depstor kurang dari 2.000 M2. store di atas 400
jarak 1,5 Km d. Perkulakan lebih dari M2.
dari pasar tradi 5.000 M2. e. Perkulakan di
sional yang ter atas 5.000 M2.
letak di pinggir
kolektor/arteri.
c. Hypermarket
dan perkulakan
berjarak 2,5 Km
dari pasar tradi
sional yang ter
letak dipinggir
kolektor/arteri.
d. Minimarket
terletak diping
gir jalan lingku
ngan dengan
luas gerai sam
pai dengan 200
M2 berjarak
minimal 0,5 Km
dari pasar
tradisional dan
usaha kecil
sejenis.
e. Penempatan pe
dagang tradisi
onal berjarak
dalam rangka
kemitraan.
29
30
Perijinan Pusat
Perbelanjaan Dan
Toko Modern
sebagai berikut :
a. Setiap orang,
badan usaha
dan atau kope
rasi melakukan
30
31
kegiatan usaha
dibidang perto
koan, maal,
plaza/ pusat
perdagangan
wajib memiliki
ijin usaha pusat
perbelanjaan
(IUPP) dari
Bupati.
b. Ijin usaha pusat
perbelanjaan
sebagai mana
dimaksud ber
laku selama 5
tahun sejak
diterbitkan dan
dapat diperpan
jang kembali 3
bulan sebelum
masa berlaku
berakhir.
Tidak dilengka
pinya studi kela
yakan termasuk
analisis mengenai
dampak lingkung
an, aspek sosial
budaya, dan dam
pak bagi pelaku
perdagangan ece
ran setempat, dan
tidak adanya ren
cana kemitraan
usaha kecil.
31
32
2. Materi Pengaturan.
Materi pengaturan dengan sistematika sebagai berikut :
Bab I. Ketentuan umum yang mebahas tentang ketentuan dan
pengertian yang bersifat umum dari substansi peraturan
daerah ini.
Bab II. Membahas tentang penataan pasar tradisional pusat
perbelanjaan dan toko modern.
Bab III. Membahas tentang perijinan, yang meliputi perijinan pasar
tradisional dan perijinan pusat perbelanjaan dan toko
modern.
Bab IV.Membahas tentang tata cara dan persyaratan penertiban
perijinan.
Bab V. Membahas tentang pembinaan dan pengawasan, yang
meliputi pembinaan dan pengawasan pasar tradisional dan
pembinaan dan pengawasan pusat perbelanjaan dan toko
modern.
Bab VI. Membahas tentang saksi.
Bab VII. Membahas tentang ketentuan peralihan.
Bab VIII. Membahas mengenai penutup, yang terdiri dari kesimpulan
dan saran.
32
33
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Didalam naskah akademik yang ada, maka ada beberapa
kesimpulan yang berhubungan dengan materi di atas yaitu :
1. Keberadaan toko modern dapat disesuaikan dengan kearifan lokal
masyarakat di Kabupaten Cianjur, yaitu dengan semakin banyaknya
toko modern yang ada di Kabupaten Cianjur dapat memenuhi
kebutuhan masyarakat serta menambah pemasukan Pendapatan Asli
Daerah di Kabupaten Cianjur, tetapi disisi lain dapat merubah citra
keberadaan pasar tradisional yang ada karena dalam kenyataan
banyak masyarakat Cianjur yang lebih memilih berbelanja di toko
modern, karena berbagai sarana dan prasarana, kenyamanan, juga
hiburan di dalamnya, sedangkan keberdaan pasar tradisional
keberadaan penataannya kurang nyaman seperti kumuh, sumpek,
becek, bau tidak sedap.
33
34
B. Saran.
1. Dengan semakin banyaknya keberadaan toko modern yang ada di
Kabuptaen Cianjur, maka harus dibuat Peraturan Daerah yang dapat
mengatur tata kelola dan tata permodalan pasar yang sehat dan
sesuai dengan prinsip ekonomi pasar yang ada.
2. Adanya kebijakan dari para petugas dan pengelola pasar untuk lebih
memberikan kebijakan yang adil baik kepada toko modern ataupun
kepada pasar tradisional.
34
35
DAFTAR PUSATKA
A. Buku.
B. Mukhtie Fadjar, Tipe Negara Hukum, Bayumedia Publishing, Malang,
2005
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jilid II, Sekretariat
Jenderal Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jakarta, 2006
B. Peraturan Perundang-undangan.
35
36
36