Anda di halaman 1dari 7

1.

HUBUNGAN DALAM PRAKTIK KETATANEGARAAN DENGAN ILMU LAINNYA


HTN DAN ILMU POLITIK SERTA ILMU SOSIAL LAINNYA
 HTN diumpamakan sebagai kerangka tulang belulangnya, sedangkan ilmu politik ibarat daging-
dagingnya. Ilmu politik sebagai pengantar dalam hal ini negara sebagai objek HTN dan ilmu politik.
 Organisasi negara sebagai hasil dari konstruksi sosial sehingga tidak dapat lepas dari peri
kehidupan bermasyarakat yang teridir dari manusia sebagai zoon politicon.
 Ilmu sosial khususnya ilmu politik sebagai penunjang bagi HTN
HTN DAN ILMU NEGARA
 Ilmu negara (staatsleer/staatslehre) adalah menyelidiki asas-asas pokok dan pengertian-
pengertian pokok mengenai negara dan hukum tata negara.
 Ilmu negara merupakan ilmu pengantar bagi HTN dan HAN serta HI.
 Ilmu negara yang diutamakan adalah nilai teoritis ilmiah (seins wissenschapt). Sedangkan HTN
adalah nilai praktis terkait dengan norma hukumnya dalam arti positif (normativen wissenschapt).
 Objek penyeledikinya ilmu negara adalah asas pokok negara sedangkan HTN hukum poistif yang
berlaku pada suatu tempat.
HTN DAN HAN
 Di berbagai negara, HTN dan HAN sering disebutkan secara berangkai, misalnya : Staats en
Administratief Recht (Belanda), Constitutional and Administrative Law (USA dan UK), dan
Verfassungsrecht und Verwaltungsrecht (Jerman).
 HAN merupakan bagian dari pengertian HTN dalam arti luas sedangkan HTN dalam arti sempit
 Perbedaan pada objek kajiannya. HTN objeknya negara dalam keadaan statis dan HAN dalam
keadaan dinamis. Tetapi dari beberapa literatur disebutkan HTN juga mengkaji negara dalam keadaan
dinamis dari negara.
 HTN mempelajari seluk beluk negara sedangkan HAN bagaimana negara itu menjalankan
tugasnya.
 HTN berkenaan dengan hal pokok mengenai negara sedangkan HAN peraturan yang bersifat
tehnis.
HTN DAN HI
 Sama-sama cabang ilmu hukum publik
 HTN mempelajari negara dari struktur internalnya dan HI mempelajari hubungan-hubungan
hukum antar negara secara eksternal.
 HI ada yang bersifat privat dan publik. HTN hubungannya dengan HI publik

2. Jelaskan mengenai Ruang Lingkup Hkum Tata Negara


Ruang Lingkup Secara Umum
 Hukum Tata Negara yang berisikan asas-asas dan pengertian-pengertian hukum yang bersifat
universal
 Hukum Tata Negara yang berisikan asas-asas dan pengertian-pengertian hukum yang
berkembang dalam teori dan praktik di suatu negara tertentu
 Hukum Tata Negara Positif, yang mengkaji mengenai hukum positif di bidang ketatanegaraan
suatu negara
Ahmad Sukardja mengemukakan terdapat beberapa ruang lingkup Hukum Tata Negara, yaitu
sebagai berikut:
 Konstitusi sebagai hukum dasar beserta perkembangannya dalam sejarah kenegaraan yang
bersangkutan, proses pembentukan dan perubahannya, kekuatan mengikatnya dalam hierarki peraturan
perundang-undangan, cakupan subtansi, muatan isi sebagai dasar tertulis;
 Pola dasar ketatanegaraan yang dianut dan dijadikan acuan bagi pengorganisasian institusi,
pembentukan dan penyelenggaraan organisasi negara dalam menjalankan fungsi pemerintahan dan
pembangunan;
 Struktur kelembagaan negara dan mekanisme hubungan antar organ kelembagaan negara, secara
vertikal, horizontal, dan diagonal;
 Prinsip kewarganegaraan dan hubungan antara negara dengan warga negara, berserta hak-hak dan
kewajiban Hak Asasi Manusia, bentuk dan prosedur pengambilan putusan hukum, serta mekanisme
perlawanan terhadap keputusan hukum.
3. BAGAIMANA PENEGAKKAN HUKUM YANG IDEAL DALAM SUATU NEGARA
Sistem penegakan hukum di Indonesia dipengaruh oleh paham Positivisme. Konsep hukum positif
merupakan bukti nyata dari pengaruh paham Positivisme tersebut. Hukum positif tumbuh dan
berkembang sebagai hukum yang tertulis, dibuat oleh para pejabat untuk mengatur kehidupan yang nyata
dalam masyarakat, sehingga hukum positif ini terpisah dengan nilai_nilai moral dan baik buruk.
Dari penjelasan diatas, maka dalam rangka menegakkan hukum yang baik (ideal) menurut gaya moral di
Indonesia, yakni dengan mengikuti tatanan sosial yang hidup dan berkembang selaras dengan zaman yang
sedang dilaluinya, artinya penegakan hukum dilakukan dengan melihat perkembangan dinamika dalam
masyarakat. Dimana idealitas suatu hukum dapat tumbuh dengan sendirinya. Artinya dengan adanya
kesadaran hukum jika dilihat dari sisi gaya moral, maka penegakan hukum akan berjalan dengan baik dan
ideal.
Hukum yang ideal adalah tatanan hukum yang tidak berbentuk diskriminatif dan besumber pada
kepribadian nasional yaitu nilai agama dan adat. Kehadiran hukum yang ideal itu bertujuan agar semua
penduduk negara tunduk pada system hukum yang sama. Hukum yang ideal harus dimulai dari
masyarakat. Isi hukum nasional dapat memberikan jaminan perlindungan hukum terhadap negara dan
bangsa, dapat mengayomi dan memberi suasana aman, bahagia dan sejahtera. Isi hukum nasional harus
berdasarkan pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Perlu melakukan pembaharuan terhadap
hukum-hukum yang sudah ketinggalan zaman. Hukum harus bias mendorong kekuasaan dan masyarakat
untuk berkembang maju. Hukum harus sebagai sarana pembaharuan masyarakat dan birokrasi.
4. LEMBAGA NEGARA YANG DIBENTUK OLEH KEPUTUSAN PRESIDEN
Peraturan presiden adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh presiden untuk
menjalankan perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan
kekuasaan pemerintahan.
Artinya, berbeda dengan peraturan pemerintah yang murni sebagai peraturan delegasi, peraturan presiden
memiliki dua fungsi, yaitu untuk menjalankan fungsi pemerintahan sebagai kewenangan atribusi dari
undang-undang dasar dan sebagai peraturan delegasi yang menjalankan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi.
Adapun lembaga yang terlibat dalam pembentukan peraturan presiden adalah lembaga eksekutif, yaitu
presiden. Rincian lembaga apa saja selain presiden yang terlibat, akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian
proses penyusunan peraturan presiden.
LNS YANG DIBENTUK BERDASARKAN KEPUTUSAN PRESIDEN
 Badan Promosi Pariwisata Indonesia
Keppres 22/2011 tentang Badan Promosi Pariwisata Indonesia:
a) Pasal 2 ayat (1) “Dengan Keputusan Presiden ini dibentuk Badan Promosi Pariwisata
Indonesia.”
b) Pasal 2 ayat (2) “Badan Promosi Pariwisata Indonesia merupakan lembaga swasta dan
bersifat mandiri yang berkedudukan di ibu kota negara.”
 Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional
Pasal 1 ayat (1) Keppres No. 1 Tahun 2014 tentang Dewan Teknologi Informasi dan
Komunikasi Nasional:
“Membentuk Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional, yang selanjutnya
disebut Dewan TIK Nasional.”
 Dewan Ketahanan Nasional
Pasal 1 Keppres No. 101 Tahun 1999 tentang Dewan Ketahanan Nasional:
"Dewan Ketahanan Nasional, yang selanjutnya dalam Keputusan Presiden ini disebut
Wantannas, adalah lembaga pemerintah yang berkedudukan di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden."
Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Association of Southeast Asian
Nations
Pasal 1 ayat (1) Keppres Nomor 37 Tahun 2014:
“Membentuk Komite Nasional Persiapan Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi Association of
Southeast Asian Nations, yang selanjutnya disebut Komite Nasional.”

6. SUMBER HUKUM TATA NEGARA


sumber hukum berasal dari dasar hukum, landasan hukum ataupun payung hukum. Adapun dasar hukum
atau landasan hukum adalah norma hukum yang mendasari suatu tindakan atau perbuatan hukum tertentu
sehingga dapat dianggap sah atau dapat dibenarkan secara hukum.
Sumber hukum tata negara materiil adalah sumber yang menentukan isi kaidah hukum tata negara.
sumber hukum tata negara materiil ini terdiri atas
 Dasar dan pandangan hidup bernegara;
 Kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat dirumuskannya kaidah hukum tata negara.
Adapun, menurut Jimly Asshiddiqie dalam Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, sumber hukum tata
negara materiil adalah Pancasila. Menurut Jimly, pandangan hidup bangsa Indonesia tercermin dalam
perumusan sila-sila Pancasila yang dijadikan falsafah hidup bernegara. Sebagai sumber hukum materiil,
Pancasila harus dilaksanakan oleh dan dalam setiap peraturan hukum Indonesia
Sumber Hukum Tata Negara Formil
1. Konstitusi
Menurut Jimly Asshiddiqie, konstitusi adalah hukum dasar, norma dasar, dan sekaligus paling tinggi
kedudukannya dalam sistem bernegara.
A. Konstitusi tertulis. di indonesia UUD 1945 merupakan sumber hukum dasar tertulis yang mengatur
persoalan kenegaraan sekaligus landasan hukum bagi ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam peraturan
di bawahnya
B. Konstitusi tidak tertulis
Konstitusi tidak tertulis adalah konstitusi dalam arti luas, yang hidup dalam kesadaran hukum dan praktik
penyelenggaraan negara yang diidealkan
2. Peraturan Perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan menurut Jimly Asshiddiqie, adalah peraturan tertulis yang berisi norma-
norma hukum yang mengikat untuk umum, ditetapkan oleh legislator dan regulator atau lembaga
pelaksana undang-undang yang memiliki kewenangan delegasi dari undang-undang untuk menetapkan
peraturan tertentu.
Adapun menurut Ni’matul Huda, peraturan perundang-undangan (atau disebut juga sebagai perundang-
undangan) adalah hukum tertulis yang dibentuk dengan cara-cara tertentu oleh pejabat yang berwenang
dan dituangkan dalam bentuk tertulis.[2]
Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan menurut Pasal 7 UU 12/2011 terdiri dari:
 UUD 1945;
 Tap MPR;
 Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
 Peraturan Pemerintah;
 Peraturan Presiden;
 Perda Provinsi; dan
 Perda Kabupaten/Kota.
Selain yang disebut menurut Pasal 7 di atas, juga terdapat peraturan yang dibuat oleh MPR, DPR, DPD,
MA, MK, BPK, KY, BI, Menteri, badan, lembaga atau komisi yang dibentuk undang-undang atau
pemerintah atas perintah undang-undang,    Gubernur, Bupati/Walikota, DPRD Provinsi, DPRD
Kabupaten/Kota, Kepala Desa atau yang setingkat, sebagaimana diatur di dalam Pasal 8 UU 12/2011.
3. Hukum Adat Ketatanegaraan Hukum adat ketatanegaraan adalah hukum asli bangsa Indonesia di
bidang ketatanegaraan adat
4. Konvensi Ketatanegaraan Menurut Bagir Manan, konvensi atau (hukum) kebiasaan ketatanegaraan
adalah hukum yang tumbuh dalam praktik penyelenggaraan negara untuk melengkapi, menyempurnakan,
dan menghidupkan atau mendinamisasi kaidah-kaidah hukum perundang-undangan atau hukum adat
ketatanegaraan
5. Yurisprudensi Ketatanegaraan Yurisprudensi adalah kumpulan putusan-putusan pengadilan mengenai
persoalan ketatanegaraan, yang setelah disusun secara teratur memberikan kesimpulan adanya ketentuan
hukum tertentu yang ditemukan atau dikembangkan oleh badan peradilan
6. Hukum perjanjian internasional ketatanegaraan terdiri dari traktat (treaty) yang telah diratifikasi,
perjanjian internasional yang diadakan pemerintah atau lembaga eksekutif (executive agreement) dengan
pemerintah lain yang tidak memerlukan ratifikasi, yang menentukan segi hukum ketatanegaraan bagi
masing-masing negara yang terikat di dalamnya, dapat menjadi sumber hukum formal tata negara.
7. Doktrin Ketatanegaraan
Doktrin ketatanegaraan adalah ajaran-ajaran tentang hukum tata negara yang ditemukan dan
dikembangkan dalam dunia ilmu pengetahuan sebagai hasil penyelidikan dan pemikiran seksama
berdasarkan logika formal yang berlaku.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sumber hukum tata negara Indonesia dibagi menjadi dua,
yaitu pertama, sumber hukum tata negara materiil yang terdiri dari Pancasila, dasar dan pandangan hidup
bernegara, serta kekuatan-kekuatan politik yang berpengaruh pada saat dirumuskannya kaidah hukum tata
negara. Kedua, sumber hukum tata negara formil yang terdiri dari konstitusi, peraturan perundang-
undangan, hukum adat ketatanegaraan, konvensi ketatanegaraan, yurisprudensi ketatanegaraan, hukum
perjanjian internasional ketatanegaraan dan doktrin ketatanegaraan.
7. HUKUM TATA NEGARA DALAM ARTI LUAS DAN ARTI SEMPIT, FORMIL, MATERIIL
hukum tata negara di istilahkan hukum negara dalam arti sempit adalah untuk membedakannya dengan
hukum negara dalam arti luas , yang meliputi hukum administrasi negara dan hukum tata negara itu
sendiri. yang terdiri dari fungsi-fungsi dan hubungannya satu dengan yang lain.
Sumber hukum formil itu adalah sumber hukum yang menentukan bentuk dan sebab terjadinya suatu
peraturan dan kaidah hukum sedangkan sumber hukum materil adalah sumber hukum yang menentukan
isi suatu peraturan atau kaidah hukum yang mengikat setiap orang.
8. NO    VIRAL NO JUSTICE
Belakangan ini banyak kasus yang baru timbul, namun ternyata kasus tersebut sudah lama terjadi. seperti
kasus pemukulan oleh anak anggota polri yang kejadiannya sudah sejak desember 22, bahkan sudah
masuk laporan polisi, namun kasusnya tidak berjalan sebagaimana mestinya. ketika keluarga korban
melakukan speak up ke media sosial, mendadak kasus tersebut segera di tangani, begitu juga dengan
keluarga pejabat yang pamer kekayaan, saat para warganet melaporkan nya kepada pihak berwenang
kepada kpk atas gaya hidupnya yang mewah, maka baru cepat di tangani oleh KPK. hal ini yang di
maksud no viral no justice atau ungkapan satir bahwasannya tidak mencuatnya kasus tersebut ke media
sosial, maka tidak akan segera di tangani.
9. RUANG LINGKUP HUKUM TATA NEGARA POSITIF
HTN UMUM DAN POSITIF
 HTN umum membahas asas-asas, prinsip-prinsip teoritis yang berlaku umum atau universal di
seluruh negara (the science of constitutional law atau allgemeine staatsrechtlehre).
 HTN positif hanya membahas hukum tata negara yang berlaku pada suatu tempat dan waktu
tertentu (the positive constitutional law atau written constitution). Misalnya HTN Indonesia, HTN
Amerika Serikat dll.
 HTN yang berisi asas-asas yang berkembang dalam teori dan praktik.
SIFAT HTN STATIS DAN DINAMIS
 Apabila negara yang menjadi objek kajiannya berada dalam keadaan statis atau diam disebut
HTN statis (staat in rust) atau HTN dalam arti sempit.
 Apabila negara yang menjadi objek kajiannya berada dalam keadaan bergerak disebut HTN
dinamis (staat in beweging) atau HTN dalam arti luas, yang meliputi juga HAN.

10. TEORI PENEGAKKAN HUKUM


Teori penegakan hukum pidana dari Joseph Goldstein, di mana ia membedakan penegakan hukum pidana
menjadi tiga, yaitu: Total Enforcement adalah ruang lingkup hukum pidana sebagaimana yang
dirumuskan dalam hukum pidana substantif. Namun demikian total enforcement tidak dapat dilakukan
sepenuhnya, karena penegak hukum dibatasi oleh aturan
1. aturan yang ketat yang ada di dalam hukum acara pidana, seperti aturan-aturan penangkapan,
penahanan, penyitaan, dan sebagainya. Ruang lingkup penegakan hukum acara pidana dan hukum
acara pidana substantif itu sendiri disebut sebagai area of no enforcement. Setelah total
enforcement dikurangi dengan area of no enforcement, maka munculah penegakan hukum kedua;
2. Full Enforcement adalah pada penegakan hukum inilah para penegak hukum menegakkan
hukumnya secara maksimal, namun oleh Goldstein harapan ini dianggap harapan yang tidak
realistis karena adanya keterbatasan-keterbatasan dalam bentuk waktu, personil, financial (dana)
dan sarana sarana dalam Penyidikan dan sebagainya. Kesemuanya ini mengakibatkan keharusan
untuk dilakukan diskresi. Dari ruanglingkup yang digambarkan tersebut, maka timbulah
penegakan hukum yang ketiga;
3. Actual Enforcement adalah pada penegakan hukum ini, penegakan hukum harus dilihat secara
realistis, sehingga penegakan hukum secara aktual harus dilihat sebagai bagian diskresi yang
tidak dapat dihindari karena keterbatasan-keterbatasan, sekalipun pemantauan secara terpadu
akan memberikan umpan yang positif.
11. Sebagaimana kita ketahui bersama, Dewan Perwakilan Rakyat, Pemerintah, dan penyelenggara
pemilihan umum (pemilu) sepakat penyelenggaraan pemungutan suara pemilu untuk memilih presiden
dan wakil presiden, anggota DPR RI, DPRD provinsi, DPRD kabupaten/kota, serta anggota DPD RI
dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 14 Februari 2024. Sedangkan Pemungutan suara serentak nasional
dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, wali kota dan wakil wali kota,
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 27 November 2024.

Apa implikasinya?

Terdapat 101 Kepala Daerah yang masa jabatannya akan berakhir pada 2022. Kemudian ada 170 Kepala
Daerah yang masa jabatannya habis pada 2023 ditambah dengan Kepala Daerah yang baru menjabat dari
hasil Pilkada 2020 yang akan berakhir masa jabatannya di 2024 sehingga daerah-daerah tersebut akan
mengalami kekosongan Kepala Daerah, terkait dengan hal tersebut telah diatur pada ketentuan pasal 201
Ayat (9) UU 10/2016, untuk mengisi kekosongan Kepala Daerah yang habis masa jabatannya tahun 2022
dan 2023, maka akan ditunjuk penjabat Kepala Daerah.

Berikutnya Pasal 201 Ayat (10) dan Ayat (11) UU No 10/2016 disebutkan bahwa penjabat gubernur
berasal dari jabatan pimpinan tinggi madya dan untuk penjabat bupati/wali kota berasal dari jabatan
pimpinan tinggi pratama.

Perlu diketahui, Pj gubernur nantinya bakal diajukan Kemendagri, kemudian dipilih oleh presiden.
Sementara Pj bupati dan wali kota diajukan gubernur dan dipilih Kemendagri

Hal ini bertujuan memastikan agar roda pemerintahan tetap berjalan hingga pelaksanaan Pilkada serentak
diantaranya melaksanakan urusan pemerintahan sesuai dengan kewenangannya,dan juga juga diharuskan
untuk berkontribusi pada pencapaian target pembangunan nasional

Secara normatif, ketentuan Penjabat (Pj) yang telah ditegaskan oleh UU 10/2016. Dapat dimaknai tidak
ada alasan untuk menggunakan skema Plt, Plh, atau Pjs. Dengan demikian, untuk mengisi kekosongan
jabatan kepala daerah 2022 dan 2023 maka yang dilaksanakan adalah pengangkatan Penjabat (Pj).

Dengan pengangkatan tersebut dapat tersirat bahwa pengganti kepala daerah definitif akan memiliki
kewenangan yang sama dengan kepala daerah definitif pilihan rakyat untuk menjalankan tugas dan
wewenang pemerintahan daerah.

Anda mungkin juga menyukai