Anda di halaman 1dari 22

Api dan Kebakaran

Dosen Pengampu : Kursiah Warti Ningsih, M.Kes

Oleh :

Meta Yulminesah

(19401009)

Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

STIKes Payung Negeri Pekanbaru

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya, sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Terimakasih kepada ibu Kursiah Warti
Ningsih, M.Kes selaku dosen pengampu yang telah membimbing dan memberikan tugas
sehingga penulis mampu menyelesaikan makalah ini sebagai tugas Mata Kuliah pencegahan
Kebakaran dan sistem tanggap darurat. Makalah ini berisikan tentang “api dan kebakaran”.
Penulis mengucapkan terimakasih atas bantuan dari pihak yang membantu. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu penulis
mengaharapkan kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 18 Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................4
B. Tujuan............................................................................................................................5
1. Tujuan Umum............................................................................................................5
2. Tujuan Khusus...........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................6
A. Pengertian Api Dan Kebakaran..................................................................................6
B. Tahap Terjadinya Kebakaran.....................................................................................6
C. Metode Memadamkan Api...........................................................................................7
D. Cara Penggunaan APAR..............................................................................................9
E. Jenis-jenis APAR...........................................................................................................9
F. Syarat Penempatan Dan Pemasangan Apar.............................................................11
G. Klasifikasi Kebakaran................................................................................................12
H. Simulasi Penggunaan Apar........................................................................................13
I. Faktor Penyebab Kebakaran Dan Upaya Pencegahan...........................................13
J. Bahaya Dan Kerugian Kebakaran............................................................................14
K. Perancangan Sistem Evakuasi Darurat....................................................................15
L. Perancangan Sistem Instalasi Hidrant......................................................................15
M. Sarana Proteksi Kebakaran...................................................................................17
BAB 3 PENUTUP...................................................................................................................20
A. Kesimpulan..................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................22
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebakaran merupakan suatu ancaman bagi keselamatan manusia, harta benda maupun
lingkungan. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan pembangunan yang semakin pesat,
resiko terjadinya kebakaran semakin meningkat. Penduduknya semakin padat, pembangunan
gedung-gedung perkantoran, kawasan perumahan, industry yang semakin berkembang
sehingga menimbulkan kerawanan dan apabila terjadi kebakaran membutuhkan penanganan
secara khusus.
Ditinjau dari segi pengamanan (Security) kejadian kebakaran merupakan salah satu
unsur gangguan keamanan sedangkan dari segi keselamatan (Safety) kejadian kebakaran
merukan kerugian (Loss) seperti halnya gangguan keamanan atau kejadian kecelakaan yang
terjadinya secara tiba-tiba dan sulit diramalkan. Demikian juga kejadian kebakaran yang tidak
di tanggulangi akan mendatangkan kerugian harta benda dan kecelakaan manusia. Oleh
karena itu kebakaran harus di cegah dan apabila masih terjadi harus dipadamkan sedini
mungkin.
K3 merupakan upaya yang harus dilakukan oleh pengusaha dan pekerja dalam rangka
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman. Dalam rangka menciptakan kondisi
tersebut dapat dilakukan melalui identifikasi bahaya yang ada di tempat kerja, analisis potensi
bahaya dan menetapkan upaya pengendalian sesuai dengan potensi bahaya yang telah
teridentifikasi. Selain untuk menciptakan kondisi yang sehat dan aman tujuan dari diterapkan
nya K3 adalah untuk mengurangi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan apabila terjadi
kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Hal ini menunjukkan bahwa K3 merupakan suatu
investasi yang harus dilakukan oleh perusahaan.
Dengan demikian pertimbangan utama mengapa perlu upaya penanggulangan bahaya
kebakaran adalah karena adanya potensi bahaya kebakaran di semua tempat, kebakaran
merupakan peristiwa berkobarnya api yang tidak dikehendaki dan selalu membawa kerugian.
Dengan demikian usaha pencegahan harus dilakukan oleh setiap indivisu dan unit kerja agar
jumlah peristiwa kebakaran, penyebab kebakaran dan jumlah kecelakaann dapat dikurangi
sekecil mungkin melalui perencanaan yang baik.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum adalah untuk menjelaskan tentang Pemadaman kebakaran.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus makalah ini sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengertian api dan kebakaran
b. Untuk mengetahui tahap terjadinya kebakaran
c. Untuk mengetahui metode memadamkan api
d. Untuk mengetahui cara penggunaan APAR
e. Untuk mengetahui jenis-jenis APAR
f. Untuk mengetahui syarat penempatan dan pemasangan apar
g. Untuk mengetahui klasifikasi kebakaran
h. Untuk mengetahui simulasi penggunaan APAR
i. Untuk mengetahui faktor penyeb kebakaran dan upaya pencegahan
j. Untuk mengetahui bahaya dan kerugian kebakaran
k. Untuk mengetahui perancangan sistem evakuasi darurat
l. Untuk mengetahui sistem instalasi hidrant
m. Untuk mengetahui sarana proteksi kebakaran
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Api Dan Kebakaran
Api didefinisikan sebagai suatu peristiwa/reaksi kimia yang diikuti oleh pengeluaran
asap, panas, nyala dan gas-gas lainnya. Apa juga dapat diartikan sebagai hasil dari reaksi
pembakaran yang cepat. Untuk bisa terjadi api diperlukan 3 (tiga) unsur yaitu bahan bakar
( fuel), udara (oksigen), dan sumber panas. Bilamana ketiga unsur tersebut berada dalam
suatu konsentrasi yang memenuhi syarat, maka timbullah reaksi oksidasi atau dikenal sebgai
proses pembakaran.
Kebakaran merupakan bencana yang paling sering dihadapi, kebakaran itu sendiri
bisa digolongkan sebagai bencana alam atau bencana yang disebabkan oleh manusia, bahaya
kebakaran dapat terjadi setiap saat karena banyak peluang yang dapat memicu terjadinya
kebakaran. Sebagaimana diketahui bahwa di dunia industri banyak sekali ditemukan kondisi
dan situasi yang memungkinkan terjadinya kebakaran karena hampir semua industri yang
berbasis pengolahan memiliki semua unsur dari segi tiga api di lingkungan kerjanya. Begitu
banyaknya peluang akan terjadinya kebakaran sehingga dibutuhkan suatu program
pendidikan dan pelatihan yang tepat untuk memberi pengetahuan yang cukup bagi pekerja
yang bekerja di lingkungan yang berbahaya tersebut.
Kebakaran adalah salah satu bencana yang disebabkan karena perbuatan manusia.
Kebakaran yang terjadi memberikan dampak bagi kehidupan baik berupa harta maupun
korban jiwa, Proses terjadinya kebakaran dapat dijelaskan melalui teori segitiga api. Teori ini
menjelaskan adanya tiga komponen penyebab terjadinya kebakaran, yaitu panas, bahan
bakar, dan oksigen. Bahan bakar merupakan bahan-bahan yang mudah bereaksi dengan
pembaakran seperti kertas, minyak tanas, LPG, dan sebagainya. Panas dapat dikategorikan ke
dalam beberapa jenis yaitu faktor alam, energi panas listrik, energi panas kimia, dan
sebagainya. Kebakaran dapat terjadi pada rumah warga, biasanya disebabkan oleh hubungan
arus pendek listrik, kompor gas, dan sebagainya.

B. Tahap Terjadinya Kebakaran


Kejadian kebakaran pada umumnya menimbulkan banyak kerugian baik itu korban
jiwa maupun kerugian harta benda. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya kebakaran sulit
untuk dikendalikan (dipadamkan). Untuk menghindari kerugian yang dimaksud, maka perlu
kita kenali sifat-sifat terjadinya (tahap-tahap) kebakaran tersebut.
Tahap-tahap kebakaran tersebut antara lain :
1. Tahap Kebakaran Muncul
a. Reaksi 3 (tiga) unsur api (panas, oksigen dan bahan mudah terbakar).
b. Dapat padam dengan sendirinya apabila api tidak dapat mencapai tahap
kebakaran selanjutnya.
c. Menentukan tindakan pemadaman atau untuk menyelamatkan diri.
2. Tahap Kebakaran Tumbuh
a. Api membakar bahan mudah terbakar sehingga panas meningkat.
b. Dapat terjadi flashover (ikut menyalanya bahan mudah terbakar lain di sekitar api
karena panas tinggi).
c. Berpotensi menimbulkan korban terjebak, terluka ataupun kematian bagi petugas
pemadam.
3. Tahap Kebakaran Puncak
a. Semua bahan mudah terbakar menyala secara keseluruhan.
b. Nyala api paling panas dan yang paling berbahaya bagi siapa saja yang
terperangkap di dalamnya.
4. Tahap Kebakaran Reda (Padam)
a. Tahap kebakaran yang memakan waktu paling lama di antara tahap-tahap
kebakaran lainnya.
b. Penurunan kadar O2 (oksigen) atau bahan mudah terbakar secara signifikan yang
menyebabkan padamnya api (kebakaran).
c. Terdapatnya bahan mudah terbakar yang belum menyala berpotensi menimbulkan
nyala api baru secara.
d. Berpotensi menimbulkan backdraft (ledakan yang terjadi akibat masuknya
pasokan oksigen secara tiba-tiba dari kebakaran ruang tertutup yang dibuka
mendadak saat kebakaran berlangsung).
C. Metode Memadamkan Api
Memadamkan kebakaran adalah suatu teknik menghentikan reaksi
pembakaran/nyala api. Memadamkan kebakaran dapat dilakukan dengan prinsip
menghilangkan salah satu atau beberapa unsur dalam proses nyala. Pembakaran yang
menghasilkan nyala api bisa dipadamkan dengan menurunkan temperatur (cooling),
membatasi oksigen (dilution), menghilangkan atau memindahkan bahan bakar (starvation),
dan memutuskan reaksi rantai api. Teknik pemadaman dilakukan dengan media yang sesuai
dengan prinsip-prinsip pemadaman tersebut.
1. Pemadaman Dengan Pendinginan (Cooling)
Salah satu metode pemadaman kebakaran yang paling umum adalah
pendinginan dengan air. Proses pemadaman ini tergantung pada turunnya temperatur
bahan bakar sampai ke titik dimana bahan bakar tersebut tidak dapat menghasilkan
uap/gas untuk pembakaran. Bahan bakar padat dan bahan bakar cair dengan titik
nyala (flash point) tinggi bisa dipadamkan dengan mendinginkannya. Kebakaran yang
melibatkan cairan dan gas-gas yang mudah menyala yang rendah titik nyalanya tidak
dapat dipadamkan dengan mendinginkannya dengan air karena produksi uap tidak
dapat cukup dikurangi. Penurunan temperatur tergantung pada penyemprotan aliran
yang cukup dalam bentuk yang benar agar dapat membangkitkan keseimbangan
panas negatif.
2. Pemadaman Dengan Pembatasan Oksigen (Dilution)
Pengurangan kandungan oksigen di area juga dapat memadamkan api. Dengan
membatasi/mengurangi oksigen dalam proses pembakaran api dapat padam.
Pembatasan ini biasanya adalah satu cara yang paling mudah untuk memadamkan api.
Untuk pembakaran pada suatu bahan bakar membutuhkan oksigen yang cukup
misalnya: kayu akan mulai menyala pada permukaan bila kadar oksigen 4- 5%,
asetilen memerlukan oksigen dibawah 5%, sedangkan gas dan uap hidrokarbon
biasanya tidak akan terbakar bila kadar oksigen dibawah 15%.
3. Pemadaman Dengan Mengambil/Memindahkan Bahan Bakar (Starvation)
Dalam beberapa kasus, kebakaran bisa dipadamkan dengan efektif dengan
menyingkirkan sumber bahan bakar. Pemindahan bahan bakar ini tidak selalu dapat
dilakukan karena dalam prakteknya mungkin sulit, sebagai contoh: memindahkan
bahan bakar, yaitu dengan menutup/ membuka kerangan, memompa minyak ke
tempat lain, memindahkan bahan-bahan yang mudah terbakar dan lain- lain.
4. Pemadaman Dengan Memutus Reaksi Rantai Api
Cara yang terakhir untuk memadamkan api adalah dengan mencegah
terjadinya reaksi rantai di dalam proses pembakaran. Pada beberapa zat kimia
mempunyai sifat memecah sehingga terjadi reaksi rantai oleh atom-atom yang
dibutuhkan oleh nyala api untuk tetap terbakar. Beberapa bahan pemadam seperti
bahan kimia kering dan hidrokarbon terhalogenasi (halon) akan menghentikan reaksi
kimia yang menimbulkan nyala api sehingga akan mematikan nyala api tersebut. Cara
pemadaman ini efektif untuk bahan bakar gas dan cair karena keduanya akan menyala
dahulu sebelum terbakar. Bara api tidak mudah dipadamkan dengan cara ini, karena
saat halon tertutup, udara mempunyai jalan masuk pada bahan bakar yang sedang
membara dan berlanjut sampai membakar. Pendinginan adalah salah satu cara yang
praktis untuk memadamkan api yang membara.
D. Cara Penggunaan APAR
Cara Penggunaan alat pemadam ringan
1. Tenang dan jangan panik
2. Pilih APAR yang tepat sesuai klasifikasi atau jenis kebakaran di tempat yang
terdekat
3. Tarik pin pengaman yang berada pada valve
4. Lakukan test fungsi, jika APAR tidak berfungsi dengan baik maka ganti
dengan yang lain.
5. Yakinkan berdiri searah angin dan jangan melawan arah angin
6. Pegang nozzle pada ujung hose atau selang dengan tangan
7. Arahkan nozzle atau pangkal selang pada titik api (area kebakaran)
8. Pegang gagang dan tekan
9. Dekati api dengan searah angin, dan berhentilah pada posisi kira –kira
sekitar 3 meter dari api.
10. Harus mengikuti arah angina supaya tidak terjadi pembalikan arah panas
maupun semburan dari sumber api.
11. Maju perlahan –lahan dan meratakan dipermukaan sumber api
12. Segera menghindar apabila media pemadam habis namun api belum padam
13. Bila api padam, yakinkan dahulu. Kemudian balikkan posisi tabung dan
semprotkan keatas untuk membuang sisa bahan

E. Jenis-jenis APAR
Alat pemadam kebakaran adalah suatu alat proteksi kebakaran yang digunakan untuk
memadamkan kebakaran atau memadamkan api yang berbentuk tabung pemadam maupun
bentuk selang pemadam baik dengan pengoperasian manual, cara lempar maupun secara
sistem otomatis, yang berisi bahan pemadam kebakaran baik jenis powder (Bubuk), foam
(Busa), air, maupun gas cair (Liquid).
Alat pemadam kebakarang berfungsisebagai berikut:
1. Memadamkan api sebelum api membesar atau mencegah kebakaran
dengan adanya alat pemadam kebakaran dapat membantu saat ada api.
Bencana kebakaran tidak ada yang menginginkan nya maka dari itu
harus tersedia nya alat pemadam kebakaran untuk menanggulangi keadaan
darurat .
2. Penanganan pertama saat terjadi kebakaran, apabila tidak adanya alat
pemadam kebakaran yang kondisi baik maka akan terjadi nya kebakaran
dan membuat semua orang panik
3. Mencegah api bertambah besar, sumber api dapat dimatikan dengan
segera dengan alat pemadam kebakaran sebelum api tersebut membesar.
Bila tidak ada alat pemadam akan kesulitan mencegah api menjalar dan
menjadi besar, tentu saja hal ini tidak di inginkan oleh siapapun.
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) adalah alat yang digunakan untuk memadamkan
api atau mengendalikan kebakaran kecil. Alat pemadam api ringan ( APAR ) pada umumnya
berbentuk tabung yang diisikan dengan bahan pemadam api yang bertekanan tinggi. Alat
Pemadam Api Ringan (APAR) merupakan peralatan wajib yang harus dilengkapi oleh
setiap perusahaan dalam mencegah terjadinya kebakaran yang dapat mengancam
keselamatan pekerja dan aset perusahaannya.
Berdasarkan bahan pemadam api yang digunakan, Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu :
1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Air
APAR jenis air (water) adalah jenis APAR yang diisikan oleh air
dengan tekanan tinggi. APAR jenis air ini merupakan yang paling ekonomis
dan cocok untuk memadamkan api yang dikarenakan oleh bahan –bahan padat
non logam seperti kertas, kain, karet, plastic dan lain sebagainya (kebakaran
kelas A). Tetapi akan sangat berbahaya jika dipergunakan pada kebakaran yang
dikarenakan Instalasi Listrik yang bertegangan (Kebakaran Kelas C).
2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Busa
APAR jenis busa ini adalah APAR yang terdiri dari bahan kimia yang
dapat membentuk busa. Busa AFFF (Aqueous Film Forming Foam) yang
disembur keluar akan menutupi bahan yang terbakar sehingga oksigen tidak
dapat masuk untuk proses kebakaran. APAR jenis busa ini efektif untuk
memadamkan api yang ditimbulkan oleh bahan –bahan padat non-logam seperti
kertas, kain, karet dan lain sebagainya (Kebakaran Kelas A) serta kebakaran yang
dikarenakan oleh bahan –bahan cair yang mudah terbakar seperti minyak,
alkohol, dan lain sebagainya (Kebakaran Kelas B)
3. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) serbuk kimia / Dry Chemical powder
APAR jenis serbuk kimia atau Dry Chemical Powder terdiri dari serbuk
kering kimia yang merupakan kombinasi dari Mona-amonium dan ammonium
sulphate. Serbuk kering kimia yang dikeluarkan akan menyelimuti bahan yang
terbakar sehingga memisahkan Oksigen yang merupakan unsur penting terjadinya
kebakaran. APAR jenis Dry Chemical Powder ini merupakan alat pemadam api
yang serba guna karena efektif untuk memadamkan kebakaran hampir semua
kelas kebakaran seperti (Kebakaran Kelas A), (Kebakaran Kelas B), (Kebakaran
Kelas C), (Kebakaran Kelas D).
4. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) CO² atau karbon dioksida
APAR jenis karbon dioksida ( CO² ) adalah jenis APAR yang
menggunakan bahan karbon dioksida (Carbon Dioxide/ CO²) sebagai bahan
pemadamnya. APAR karbon dioksida sangat cocok untuk digunakan (Kebakaran
Kelas B) bahan cair yang mudah terbakar dan (Kebakaran Kelas C) Instalasi listrik
yang bertegangan.

F. Syarat Penempatan Dan Pemasangan Apar


Tingkat kesiapan alat –alat pemadam kebakaran sehingga di saat apapun dan
kapanpun alat-alat pemadam kebakaran dapat digunakan dengan baik. Upaya yang harus
dilakukan agar alat–alat pemadam kebakaran dapat berfungsi dengan baik dengan
dilakukan pemeriksaan dan perawatan secara rutin. Selain itu juga harus sering
dilakukan sosialisasi dan latihan penggunaan alat –alat pemadam kebakaran. Untuk
pihak perusahaan agar selalu memenuhi kebutuhan tentang alat –alat pemadam api yang
sudah tidak berfungsi dengan baik lagi. Alat kebakaran yang tidak selalu dilakukan
pemeliharaan dan dirawat dengan baik akan mengurangi fungsi dari alat pemadam
kebakaran tersebut.

Cara penempatan alat pemadam kebakaran sebagai berikut:

1. Mudah terlihat, tidak terhalang oleh benda apapun.


2. Mudah dijangkau penempatan jangan terlalu tinggi, tidak melebihi 120 cm
3. Penempatan dilakukan harus sesuai dengan jenis dan penggolongan
kebakaran.
4. Tidak boleh dipasang didalam ruangan yang mempunyai suhu lebih dari
49ºC atau kurang dari 4ºC
5. Gambar atau tulisan apar jelaas
6. Dilakukan pengecekan berkala
7. Untuk menghindari pembekuan media pada tabung pemadam api, lakukan
1 kali pembolak –balikan tabung perbulan
8. Dilakukan pengecekan tekanan dalam tabung dengan mengecek pressure atau
indicator yang berada pada tabung pemadam api.
9. Dilakukan pengecekan selang pada tabung pemadam api.
10. Dilakukan pembersihan tabung untuk menghindari karat dan korosi.

G. Klasifikasi Kebakaran
Kebakaran diklasifikasikan (dikelaskan) menurut sumber apinya. Klasifikasi (kelas)
kebakaran yang secara umum dirujuk secara Internasional ialah klasifikasi (kelas) kebakaran
menurut NFPA Amerika. NFPA (National Fire Protection Association) adalah suatu
lembaga swasta yang khusus menangani di bidang penanggulangan bahaya kebakaran di
Amerika Serikat. Menurut NFPA, kebakaran dapat diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu:

1. Kelas A, yaitu kebakaran bahan padat kecuali logam


Kelas ini mempunyai ciri jenis kebakaran yang meninggalkan arang dan
abu. Unsur bahan yang terbakar biasanya mengandung karbon. Misalnya: kertas,
kayu, tekstil, plastik, karet, busa, dan lain-lain yang sejenis dengan itu.
Aplikasi media pemadam yang cocok adalah bahan jenis basah yaitu air.
Karena prinsip kerja air dalam memadamkan api adalah menyerap kalor/panas dan
menembus sampai bagian yang dalam.
2. Kelas B, yaitu kebakaran bahan cair dan gas yang mudah terbakar.
Kelas ini terdiri dari unsur bahan yang mengandung hidrokarbon dari produk
minyak bumi dan turunan kimianya. Misalnya: bensin, aspal, gemuk, minyak,
alkohol, gas LPG, dan lain-lain yang sejenis dengan itu.
Aplikasi media pemadam yang cocok untuk bahan cair adalah jenis busa.
Prinsip kerja busa dalam memadamkan api adalah menutup permukaan cairan yang
mengapung pada permukaan. Aplikasi media pemadam yang cocok untuk bahan gas
adalah jenis bahan pemadam yang bekerja atas dasar substitusi oksigen dan atau
memutuskan reaksi berantai yaitu jenis tepung kimia kering atau CO2.
3. Kelas C, yaitu kebakaran listrik yang bertegangan.
Misalnya: peralatan rumah tangga, trafo, komputer, televisi, radio, panel
listrik, transmisi listrik, dan lain-lain. Aplikasi media pemadam yang cocok untuk
kelas C adalah jenis bahan kering yaitu tepung kimia atau CO2.
4. Kelas D, yaitu kebakaran bahan logam
Pada prinsipnya semua bahan dapat terbakar tak terkecuali benda dari jenis
logam, hanya saja tergantung pada nilai titik nyalanya. Misalnya: potassium,
sodium, aluminum, magnesium, calcium, zinc, dan lain-lain.
Bahan pemadam untuk kebakaran logam tidak dapat menggunakan air dan
bahan pemadam seperti pada umumnya. Karena hal tersebut justru dapat
menimbulkan bahaya. Maka harus dirancang secara khusus media pemadam yang
prinsip kerjanya adalah menutup permukaan bahan yang terbakar dengan cara
menimbun. Diperlukan pemadam kebakaran khusus (misal, Metal-X, foam) untuk
memadamkan kebakaran jenis ini.

H. Simulasi Penggunaan Apar


APAR (Alat Pemadam Api Ringan) atau fire extinguisher adalah alat yang digunakan
untuk memadamkan api kecil atau mengendalikan kebakaran kecil. APAR pada umumnya
berbentuk tabung yang diisikan dengan bahan pemadam api yang bertekanan tinggi.
Berikut merupakan video simulasi penggunaan APAR.

I. Faktor Penyebab Kebakaran Dan Upaya Pencegahan


Kebakaran terjadi karena manusia, peristiwa alam, penyalaan sendiri dan unsur
kesengajaan.
1. Kebakaran karena manusia yang bersifat kelalaian, seperti:
a. Kurangnya pengertian, pengetahuan tentang penanggulangan bahaya
kebakaran.
b. Kurang hati-hati dalam menggunakan alat atau bahan yang dapat menimbulkan
api.
c. Kurangnya kesadaran pribadi atau tidak disiplin.
2. Kebakaran karena peristiwa alam terutama menyangkut cuaca dan gunung berapi,
seperti sinar matahari, letusan gunung berapi, gempa bumi, petir, angin dan topan.
3. Kebakaran karena penyalaan sendiri, sering terjadi pada gudang- gudang bahan
kimia dimana bahan-bahan tersebut bereaksi dengan udara, air dan juga dengan
bahan-bahan lainnya yang mudah meledak atau terbakar.
4. Kebakaran karena unsur kesengajaan, untuk tujuan-tujuan tertentu, misalnya:
a. Sabotase untuk menimbulkan huru-hara, kebanyakan dengan alasan politis.
b. Mencari keuntungan pribadi karena ingin mendapatkan ganti rugi melalui
asuransi kebakaran.
c. Untuk menghilangkan jejak kejahatan dengan cara membakar dokumen atau
bukti-bukti yang dapat memberatkannya.
d. Untuk jalan taktis dalam pertempuran d e n g a n j a l a n b u m i h a n g u s .

J. Bahaya Dan Kerugian Kebakaran

Kebakaran ialah nyala api baik kecil maupun besar pada tempat, situasi dan waktu
yang tidak diinginkan dan umumnya bersifat merugikan dan sulit dikendalikan. Kejadian
kebakaran baik itu kebakran kecil ataupun kebakaran besar terdapat beberapa bahaya di
dalamnya yang patut kita ketahui untuk keselamatan.

Di antara bahaya-bahaya kebakaran tersebut antara lain ialah :

1. Api, jilatan api yang dapat membakar kulit/tubuh.

2. Suhu panas dapat menyebabkan hipertermia.

3. Asap dapat menyebabkan sesak nafas dan mengganggu pengelihatan.

4. Gas-gas beracun dapat menimbulkan penyakit dan gangguan kesehatan lainnya.

5. Runtuhan bangunan dapat menimpa korban yang terjebak di dalamnya sewaktu-


waktu.

6. Ledakan bahan mudah meledak di sekitar area kebakaran dapat melukai apa saja
di dekatnya

Di samping bahaya kebakaran di atas, kebakaran juga dapat menimbulkan


kerugian yang diantaranya ialah sebagai berikut :

1. Manusia (korban jiwa pada kejadian kebakaran).


2. Material (nilai bangunan dan aset yang rusak disebabkan kejadian kebakaran).

3. Lingkungan (flora dan fauna yang musnah karena kejadian kebakaran, efek
termal kebakaran serta peningkatan gas CO2 dan polusi).

4. Ekonomi (kerugian finansial akibat tidak mampu berjalannya bisnis dampak dari
kejadian kebakaran).

5. Sosial (PHK massal dikarenakan kebangkrutan bisnis dampak dari kejadian


kebakaran).

K. Perancangan Sistem Evakuasi Darurat


Sarana Evakuasi adalah sarana dalam bentuk konstruksi dari bagian bangunan yang
dirancang aman sementara (minimal 1 jam) untuk jalan menyelamatkan diri bila terjadi
kebakaran bagi seluruh penghuni di dalamnya tanpa dibantu orang lain. Setiap tempat kerja
harus tersedia jalan selain pintu masuk-keluar utama untuk menyelamatkan diri apabila
terjadi kebakaran. Pintu tersebut harus membuka keluar dan tidak diperkenankan untuk
dikunci. Petunjuk arah evakuasi harus terlihat jelas dalam keadaan gelap.
Ketentuan Teknis sistem evakuasi darurat yaitu:
1. Laju Alir : 40 orang/menit.
2. Durasi Evakuasi :
Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Ringan : 2 menit.
Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Sedang : 2.5 menit.
Hunian Resiko Bahaya Kebakaran Berat : 3 menit.
3. Lebar Pintu Minimal : 21 inch
Untuk menjamin keamanan minimal 1 (satu) jam saat terjadi kebakaran, maka
konstruksi dirancang tahan api dan dilengkapi sarana pengendalian asap dengan tekanan
udara positif (pressurized fan).

L. Perancangan Sistem Instalasi Hidrant


Fire Hydrant System adalah suatu sistem pemadam api yang dioperasikan secara
manual oleh operator (manusia) dengan menggunakan media pemadamnya air dan
disepanjang instalasi pempipaan mengandung air bertekanan sampai pada titik Hydrant
Valve, Hose reel, Hydrant Pillar atau perangkat lainnya. Suatu sistem hidrant tak terlepas dari
kinerja pompa yang dimana pompa adalah sebagai penggerak dari sistem hidrant itu sendiri.
Khususnya untuk bangunan gedung, pemilihan jenis dan kapasitas pompa dapat ditentukan
setelah mengetahui karakteristik dari gedung itu sendiri.
Sistem hidran adalah sistem proteksi kebakaran yang menggunakan air bertekanan
sebagai medianya dalam memadamkan api. Pompa-pompa yang terpasang dalam sistem
hidran kebakaran merupakan perangkat alat yang berfungsi untuk memindahkan air dari bak
penampungan (resevoir) ke ujung pengeluaran (pipa pemancar/nozzle).
Fire hydrant merupakan sistem pemadam kebakaran yang menggunakan media air
bertekanan tinggi. Mengingat sistem ini merupakan sistem yang cukup besar dan
membutuhkan biaya yang tidak sedikit, maka harus diinstalasi dengan baik. Oleh karena itu,
ada baiknya instalasi hydrant mengikuti standar yang telah ditentukan oleh lembaga nasional
dan internasional yang berwenang. Adapun standar pemasangan hydrant adalah sebagai
berikut:
1. NFPA-14 Standar untuk Instalasi Selang dan Pipa tegak.
2. NFPA-20 Standar untuk Instalasi Pompa Sentrifugal.
3. SNI 03-1735-2000 Tentang tata cara perencanaan akses bangunan dan akses
lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
4. SNI 03-1745-2000 Tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa tegak
dan selang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan atau gedung.
Sistem fire hydrant dapat bekerja dengan optimal dengan adanya komponen-komponen
yang mendukung. Mulai dari penyuplai air, hingga aksesoris yang mendukung bekerjanya
sistem distribusi air tersebut menuju titik kebakaran. Adapun komponen penting dalam
instalasi hydrant adalah sebagai berikut:
1. Reservoir
Fire hydrant membutuhkan media air bertekanan untuk memadamkan api. Air
berasal Reservoir atau ground tank-lah yang menjadi sumber media air. Reservoir
merupakan tandon air yang dapat menyuplai air untuk pemadaman api selama 30
menit. Ketika air pada reservoir habis, maka kemudian pemadaman api dapat
menggunakan media air dari mobil pemamdam yang disambungkan dengan siamese
connection.
2. Rumah Pompa dan Isinya
Pump Room atau Rumah Pompa merupakan bangunan atau ruang ini sangat
vital keberadaannya. Pasalnya ruang ini berisikan komponen-komponen utama dalam
hydrant. Mulai dari panel control, pompa hydrant, ragam pipa, dan lain-lain.
Keseluruhan komponen tersebut adalah mesin penggerak bekerja hydrant dalam
distribusi media air.
3. Hydrant Pillar
Hydrant pillar merupakan jaringan output hydrant tempat keluarnya media air
yang dihasilkan dari sistem hydrant. Pillar inilah yang nantinya akan mengalirkan
media air menuju titik kebakaran.
4. Hydrant Box dan Aksesorisnya
Hydrant box ini merupakan box tempat penyimpanan aksesoris hydrant
seperti fire hose, hose rack, nozzle, valve, dan siamese connection. Aksesoris tersebut
merupakan penunjang bekerjanya hydrant pillar untuk menjangkau titik api. Karena
itu hydrant box selalu ditempatkan di dekat hydrant pillar. Adapun tujuan
penyimpanan aksesori dalam hydrant box adalah agar aksesoris dapat terjaga
kualitasnya dan selalu siap digunakan jika terjadi kebakaran.

M. Sarana Proteksi Kebakaran


Sistem proteksi kebakaran merupakan salah satu faktor keandalan bangunan gedung
terhadap bahaya kebakaran. Penerapan sistem proteksi kebakaran atau sumber daya yang
direncanakan untuk mengantisipasi bahaya kebakaran, direncanakan sesuai dengan tingkat
resiko bahaya pada hunian yang bersangkutan. sistem proteksi keamanan terbagi menjadi
dua, yaitu:
1. Sistem Proteksi Kebakaran Pasif
Sistem proteksi kebakaran pasif adalah sistem proteksi kebakaran yang
terbentuk atau terbangun melalui pengaturan penggunaan bahan dan komponen
struktur bangunan, kompartemenisasi atau pemisahan bangunan berdasarkan  tingkat 
ketahanan  terhadap api,  serta  perlindungan  terhadap bukaan. Sistem proteksi
kebakaran pasif ini tidak perlu dioperasikan oleh manusia dan tidak juga berubah
bentuk baik dalam keadaan normal ataupun dalam kebakaran.
Tujuan sistem proteksi kebakaran pasif antara lain :
a. Melindungi bangunan dari keruntuhan serentak akibat kebakaran
b. Meminimalisasi intensitas kebakaran (supaya tidak terjadi flashover).
c. Menjamin keberlangsungan fungsi gedung, namun tetap aman.
d. Melindungi keselamatan petugas keselamatan pemadam kebakaran saat operasi
pemadaman dan penyelamatan.
Berikut ini adalah beberapa contoh penerapan sistem proteksi kebakaran pasif
pada bangunan gedung antara lain:

a. Pasangan Konstruksi Tahan Api. Rancangan dan konstruksi dinding api dan
dinding penghalang api yang disyaratkan untuk pemisahan bangunan gedung atau
membagi bangunan gedung untuk mencegah penyebaran api harus memenuhi
ketentuan baku atau standar yang berlaku tentang, "Standar  Dinding  Api  dan 
Dinding Penghalang  Api".
b. Pemasangan Pintu dan Jendela Tahan Api. Pemasangan dan pemeliharaan
pasangan konstruksi dan peralatan yang digunakan untuk melindungi bukaan
pada dinding, lantai dan langit-langit terhadap penyebaran api dan asap didalam,
ke dalam maupun ke luar bangunan gedung harus memenuhi persyaratan sebagai
mana disebutkan dalam ketentuan baku yang berlaku tentang "Standar Uji pintu
dan jendela tahan api".
c. Penggunaan Bahan Pelapis Interior. Bahan pelapis interior dalam bangunan
gedung dan struktur harus memenuhi persyaratan teknis dan ketentuan yang
berlaku tentang "Persyaratan Teknis Keselamatan Jiwa". Penggunaan bahan
pelapis interior bisa meningkatkan kamampuan bahan interior dalam menahan
laju kebakaran.
d. Pemasangan Penghalang Api. Penghalang api yang digunakan untuk membentuk
ruangan tertutup, pemisah ruangan atau proteksi sesuai persyaratan teknis dan
ketentuan yang berlaku tentang "Persyaratan Teknis Keselamatan Jiwa".
Penghalang api merupakan sejenis penghalang untuk membentuk ruangan
tertutup, memisah ruangan ataupun perlindungan sesuai persyaratan teknis yang
mampu menahan api selama 30 menit hingga 3 jam. Contoh: Fire Stopping, Fire
Retardant, dll
e. Pemasangan Partisi Penghalang Asap. Merupakan salah satu upaya sistem
pencegahan kebakaran pasif dengan cara membuat sekat pembagi ruangan agar
proses penjalaran asap bisa dibatasi. Pemasangan partisi penghalang asap antara
lain dengan cara pemasangan Fire Damper, Smoke Damper, dll.
2. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Sistem proteksi kebakaran aktif adalah sistem kebakaran yang secara lengkap
terdiri atas sistem pemdeteksian kebakaran baik manual ataupun otomatis, sistem
pemadam kebakaran berbasis air seperti springkler, pipa tegak dan slang kebakaran,
serta sistem pemadam kebaran berbahan kimia seperti APAR dan pemadam khusus.
Sistem proteksi aktif merupakan sistem perlindungan terhadap kebakaran yang
dilakukan dengan mempergunakan peralatan yang dapat bekerja secara otomatis
maupun manual, yang    dapat dipergunakan oleh penghuni atau petugas pemadam
kebakaran dalam melaksanakan operasi pemadaman. Berikut adalah contoh
penerapan sistem proteksi kebakaran aktif pada bangunan gedung antara lain:
a. Pemasangan Alarm Kebakaran. Sistem alarm kebakaran (fire alarm system) di
suatu tempat digunakan untuk pemberitahuan kepada seluruh penghuni yang ada
ditempat tersebut baik pekerja maupun tamu untuk mengetahui adanya suatu
bahaya.
b. Pemasangan Detektor Kebakaran. Detektor dibagi menjadi 4 macam
yaitu detektor panas (Heat Detector), detektor asap (Smoke Detector), detektor
nyala api (Flame  Detector), dan detektor gas kebakaran.
c. Penggunaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR).
d. Pemasangan Hidran Kebakaran. Berdasarkan NFPA 14 Standard for the
Installation of Standpipe and Hose Systems, instalasi hidran kebakaran adalah
suatu sistem pemadam kebakaran yang mengunakan media pemadam air
bertekanan yang dialirkan melalui pipa-pipa dan selang kebakaran. Sistem ini
terdiri dari sistem persediaan air, pompa perpipaan, kopling outlet dan inlet,
selang, dan nozzle.
e. Pemasangan Sistem Springkler Otomatik. Springkler adalah alat pemancar air
untuk pemadaman kebakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflektor pada
ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memancar kesemua arah secara
merata.
f. Ventilasi Mekanik dan Sistem Pengendalian Asap. Ventilasi mekanik merupakan
sebuah alat yang digunakan untuk mengatur tata udara dalam suatu ruangan dan
dikendalikan secara mekanis. Sedangkan sistem pengendalian asapa adalah alat
yang digunakan untuk mengendalikan asap pada ruangan tertentu. Peralatan
tersebut akan aktif atau bekerja ketika terjadi kebakaran
Dalam memilih sistem proteksi kebakaran aktif dan pasif, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan antara lain adalah bahaya kebakaran dari alat atau material yang ada, luas
ruangan, tingkat toksik dari material dan asap yang diproduksi, waktu respons dari petugas
pemadam kebakaran terdekat, jarak dari instalasi lain yang berbahaya, dan akses yang
tersedia untuk memadamkan kebakaran.
BAB 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa:

1. Kebakaran merupakan bencana yang paling sering dihadapi, kebakaran itu sendiri
bisa digolongkan sebagai bencana alam atau bencana yang disebabkan oleh manusia,
bahaya kebakaran dapat terjadi setiap saat karena banyak peluang yang dapat memicu
terjadinya kebakaran.
2. Api didefinisikan sebagai suatu peristiwa/reaksi kimia yang diikuti oleh pengeluaran
asap, panas, nyala dan gas-gas lainnya
3. Pembakaran yang menghasilkan nyala api bisa dipadamkan dengan menurunkan
temperatur (cooling), membatasi oksigen (dilution), menghilangkan atau
memindahkan bahan bakar (starvation), dan memutuskan reaksi rantai api.
4. Berdasarkan bahan pemadam api yang digunakan, Alat Pemadam Api Ringan
(APAR) dapat digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu :
a. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Air
b. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) Busa
c. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) serbuk kimia / Dry Chemical powder
d. Alat Pemadam Api Ringan (APAR) CO² atau karbon dioksida
5. Persyaratanpenempatan APAR antara lain :
a. Mudah dilihat, diakses dan diambil serta dilengkapi dengan tanda pemasanga
APAR / Tabung Pemadam.
b. Tinggi pemberian tanda pemasangan ialah 125 cm dari dasar lantai tepat di atas
satu atau kelompok APAR bersangkutan (jarak minimal APAR / Tabung
Pemadam dengan laintai minimal 15 cm).
c. Jarak penempatan APAR / Tabung Pemadam satu dengan lainnya ialah 15 meter
atau ditentukan lain oleh pegawai pengawas K3 atau Ahli K3.
d. Semua Tabung Pemadam / APAR sebaiknya berwarna merah.
6. Kebakaran terjadi karena manusia, peristiwa alam, penyalaan sendiri dan unsur
kesengajaan.
7. Sarana Evakuasi adalah sarana dalam bentuk konstruksi dari bagian bangunan yang
dirancang aman sementara (minimal 1 jam) untuk jalan menyelamatkan diri bila
terjadi kebakaran bagi seluruh penghuni di dalamnya tanpa dibantu orang lain.
8. Fire Hydrant System adalah suatu sistem pemadam api yang dioperasikan secara
manual oleh operator (manusia) dengan menggunakan media pemadamnya air dan
disepanjang instalasi pempipaan mengandung air bertekanan sampai pada titik
Hydrant Valve, Hose reel, Hydrant Pillar atau perangkat lainnya.
9. Adapun standar pemasangan hydrant adalah sebagai berikut:
a. NFPA-14 Standar untuk Instalasi Selang dan Pipa tegak.
b. NFPA-20 Standar untuk Instalasi Pompa Sentrifugal.
c. SNI 03-1735-2000 Tentang tata cara perencanaan akses bangunan dan akses
lingkungan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan gedung.
d. SNI 03-1745-2000 Tentang tata cara perencanaan dan pemasangan sistem pipa
tegak dan selang untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan atau
gedung.
10. Sistem proteksi kebakaran terbagi menjadi dua, yaitu sistem proteksi aktif dan sistem
proteksi pasif
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Z. F. (2020). Klasifikasi Citra Kebakaran Dan Non Kebakaran Menggunakan
Convolutional Neural Network. Jurnal Ilmiah Teknologi dan Rekayasa, 24(2), 102-113.
Anwar, K., Firman, M., & Irfansyah, M. (2020). PERENCANAAN SISTEM INSTALASI
HIDRANT PADA UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN. AL JAZARI: JURNAL
ILMIAH TEKNIK MESIN, 4(2).
Cahyono, S. A., Warsito, S. P., Andayani, W., & Darwanto, D. H. (2015). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kebakaran hutan di indonesia dan implikasi kebijakannya. Jurnal Sylva
Lestari, 3(1), 103-112.
Kowara, R. A. (2017). Analisis Sistem Proteksi Kebakaran Sebagai Upaya Pencegahan Dan
Penanggulangan Kebakaran. Jurnal Manajemen Kesehatan Yayasan RS. Dr.
Soetomo, 3(1), 69-84.
Miranti, R. S., & Mardiana, M. (2018). Penerapan Sistem Proteksi Aktif dan Sarana
Penyelamatan Jiwa sebagai Upaya Pencegahan Kebakaran. HIGEIA (Journal of Public
Health Research and Development), 2(1), 12-22.
Muhammad, M., Sofyan, D. K., & Iswardi, I. (2016). Analisis Perbandingan Manfaat Dan
Biaya Stasiun Pemadam Kebakaran Kota Lhokseumawe. Industrial Engineering
Journal, 5(1).
Rasyid, F. (2014). Permasalahan dan dampak kebakaran hutan. Jurnal Lingkar
Widyaiswara, 1(4), 47-59.
Septiad, H., Sunarsih, E., & Camelia, A. (2014). Analisis Sistem Proteksi Kebakaran pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan di Universitas Sriwijaya Kampus Inderalaya Tahun
2013. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 5(1).
Umum, P. M. P. (2008). Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum, (26).
Widiastuti, L., Rey, P. D., & Aziz, A. (2021). PERANCANGAN SISTEM PEMADAM
KEBAKARAN PADA GEDUNG APARTEMEN X BERLANTAI 20 DI
JAKARTA. Baut dan Manufaktur, 3(02), 55-62.
Wilastari, S., & Wibowo, S. (2021). Upaya Optimalisasi Kesiapan Alat–Alat Pemadam
Kebakaran Dalam Menjaga Keselamatan di Atas Kapal. Marine Science and
Technology Journal, 1(2), 77-83.

Anda mungkin juga menyukai