Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

MANAJEMEN KEBAKARAN PADA INDUSTRI

Disusun Oleh: Kelompok 3


Darimi 2005902010162
Ester Yunisara Purba Siboro 2005902010153
Mahyadi 2005902010166
Roberto Sitanggang 2005902010158
Rozatul Amelya 2005902010137
Syafa'atiz Zikri Syam 2005902010129
Ulpa Dahlia 2005902010147
Ulvi Maulisa 2005902010140
Nabilah 2005902010129

Dosen Pengampu:
M. Iqbal Fahlevi S.K.M M.Kes

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak sanggup untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik yang berjudul “Manajemen Kebakaran Pada Industri”.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya, untuk itu kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini,supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen
pengampu mata kuliah Pencegahan Kebakaran Dan Sistem Tanggap Darurat kami yang sudah
mengarahkan kami dalam pembuatan makalah ini. Demikian, semoga makalah ini dapat
bermanfaat. Terima kasih.

Meulaboh, 17 Mei 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................3
1.3 Tujuan......................................................................................................................3

BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN...............................................................................................................4
2.1 Manajemen Kebakaran............................................................................................4
2.2 Tahapan Manajemen Kebakaran Industri................................................................5
2.3 Sebab Terjadinya Kebakaran...................................................................................6
2.4 Penyebab Umum Terjadinya Kebakaran Di Industri...............................................7
2.5 Dampak Kebakaran Industri....................................................................................9
2.6 Pencegahan Kebakaran Di Indutri...........................................................................10

BABII................................................................................................................................18
PENUTUP.........................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................18
3.2 Saran.....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada sektor industri mengalami perkembangan yang pesat di bidang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Seluruh perkembangan ini merupakan upaya meningkatkan potensi pembangunan
nasional demi terwujudnya kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Perubahan gaya hidup
masyarakat dari hanya bergantung pada sumber daya alam yang ad di sekitarnya, sekarang
beralih ke penggunaan alat-alat yang dibuat oleh manusia sendiri dengan konsumsi energi lebih
banyak. Konsumsi energi seperti listrik maupun bahan bakar lain khususnya penggunaan unsur
hidrokarbon yang menyebabkan semakin tingginya potensi terjadi bahaya kebakaran. Faktor
pengetahuan masyarakat yang belum begitu memahami tentang potensi bahaya dari bahan bakar
tersebut dapat semakin memperbesar potensi terjadinya kebakaran.

Industri seperti industri petrokimia inilah yang risiko berpotensi menimbulkan


kebakarannya lebih tinggi dibandingkan dengan perkotaan, pemukiman dan tempat umum.
Kebakaran merupakan suatu peristiwa yang tak diinginkan yang dapat menyebabkan kerugian,
baik berupa materil maupun moril. Saat terjadi persitiwa kebakaran, api timbul sebagai reaksi
proses rantai antara bahan mudah terbakar (fuel), oksigen (O2) dan panas (heat) yang disebut
segitiga api dan juga diiringi dengan adanya reakis kimia yang disebut dengan reaksi oksidasi.
Kebakaran dan ledakan merupakan bahaya besar yang dapat terjadi di proses industri. Kebakaran
besar seringkali berhubungan dengan ledakan, dimana kebakaran dapat terjadi oleh ledakan dan
sebaliknya ledakan yang terjadi akibat kebakaran. Kebakaran dan ledakan dapat menyebabkan
pencemaran lingkunganya dan juga dapat menyebabkan kerugian bisnis dan kehidupan (Lanin,
2009)

Sistem manajemen kebakaran adalah sebuah upaya dalam pengelolaan risiko kebakaran
meliputi perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan tindak lanjut (Ramli, 2010). Sistem
manajemen kebakaran yang baik dan optimal sangat diperlukan dalam setiap unit tempat kerja di
Indonesia mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup sering terjadi bencana
kebakaran.

1
Menurut Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta,
pada tahun 2020 terdapat 1088 kejadian kebakaran bangunan di Jakarta. Penyebab kebakaran
tertinggi disebabkan oleh arus listrik yaitu sebanyak 640 kasus (Dinas Penanggulangan
Kebakaran dan Penyelamatan, 2020).

Salah satu penyebab kebakaran dan tingginya dampak kerugian akibat kebakaran adalah
dikarenakan tidak terpenuhinya mengenai sarana pencegahan dan penanggulangan kebakaran
secara memadai. Untuk itu sangat perlu dilakukan upaya pemenuhan sistem pencegahan dan
penanggulangan bahaya kebakaran sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku agar
mampu dalam hal pencegahan kejadian kebakaran, mengurangi frekuensi kejadian kebakaran,
serta meminimalisasi dampak kerugian akibat kebakaran (Dinas Penanggulangan Kebakaran dan
Penyelamatan, 2020)

Tingginya angka kasus kebakaran di industri menunjukkan bahwa kasus kebakaran


merupakan salah satu bentuk kecelakaan atau musibah yang memerlukan perhatian khusus,
terbukti dengan dampak kebakaran tersebut dapat menelan kerugian yang sangat besar. Dapat
disebabkan oleh berbagai hal diantaranya terjadi kebakaran yang sebenarnya tidak sengaja (real
fire), dan kebakaran yang disengaja (arson fire).

Manajemen Penanggulangan Bahaya Kebakaran adalah suatu sistem penataan dini dalam
rangka mencegah dan mengendalikan bahaya kebakaran sehingga kerugian berupa meterial dan
jiwa manusia dapat dicegah atau diminimalkan, yang diwujudkan baik berupa kebijakan dan
prosedur yang dikeluarkan perusahaan, seperti inspeksi peralatan, pemberian pendidikan dan
pelatihan bagi penghuni/pekerja, penyusunan rencana tindakan darurat kebakaran, maupun
penyediaan sarana pemadam kebakaran.

Manajemen kebakaran adalah salah satu aspek penting dalam pengelolaan risiko
kebakaran di industri. Hal ini dikarenakan kebakaran dapat menimbulkan kerugian besar, baik
dari segi materi maupun korban jiwa. Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memiliki
sistem manajemen kebakaran yang baik dan efektif.

Kebakaran merupakan hal yang sangat tidak diinginkan, tidak mengenal waktu, tempat
atau siapapun yang menjadi korbannya. Masalah kebakaran disana-sini masih banyak terjadi. Hal
ini menunjukkan betapa perlunya kewaspadaan pencegahan terhadap kebakaran perlu

2
ditingkatkan. Kebakaran dapat dicegah dengan melakukan upaya pencegahan dan
penanggulangan kebakaran mulai dari perencanaan darurat kebakaran, organisasi/unit
penanggulangan kebakaran, penyediaan jalur evakuasi, penyediaan sarana danfasilitas dalam
menghadapi kebakaran serta pembinaan dan latihan.

Sebagaimana diketahui bahwa di dunia industri banyak sekali ditemukan kondisi dan
situasi yang memungkinkan terjadinya kebakaran. Karena hampir semua industri yang berbasis
pengolahan memiliki semua unsur dari segi tiga api di lingkungan kerjanya. Sehingga
dibutuhkan suatu program pendidikan danpelatihan yang tepat untuk memberi pengetahuan yang
cukup bagi pekerja yang bekerja dilingkungan yang berbahaya tersebut.

Disamping itu, rencana pemeliharaan yang cermat dan teratur terhadap peralatan
operasional yang memiliki potensi bahan bakar, dan sumber penyalaan sangat diperlukan
sehingga kerusakan peralatan tersebut dapat diketahui secara dini dan perbaikannyapun bisa
dilakukan secara terencana. Pemeriksaan rutin peralatan pemadam kebakaran juga hal yang
sangat penting dilakukan. Hal ini dilakukan untuk menghindari malfunction alat pemadam api
pada saat dibutuhkan.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini yaitu bagaimana gambaran manajemen kebakaran pada
industri?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui gambaran manajemen kebakaran pada industri.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Manajemen Kebakaran Industri

Secara umum, pengertian manajemen adalah ilmu dan seni perencanaan,


pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap usaha-usaha para anggota organisasi
dan pengunaan sumber dayaorganisasi untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan
sebelumnya. Manajemen memilikikegiatan memimpin, mengatur, mengelola, mengendalikan,
dan mengembangkan.

Kebakaran merupakan kejadian timbulnya api yang tidak diinginkan atau api yang tidak
pada tempatnya, dimana kejadian tersebut terbentuk oleh tiga unsur yaitu unsur bahan bakar atau
bahan mudah terbakar,oksigen dan sumber panas.

Manajemen kebakaran industri adalah upaya atau mengaplikasikan prinsip-prinsip


manajemen kebakaran dalam konteks industri atau lingkungan kerja. Hal ini berkaitan dengan
pengelolaan risiko kebakaran, pencegahan kebakaran, perlindungan kebakaran, dan tanggapan
darurat di dalam lingkungan industri.

Masalah bahaya kebakaran di industri sangat berbeda dengan tempat umum atau
pemukiman. Industri khususnya yang mengelola bahan berbahaya memiliki tingkat risiko
kebakaran yang tinggi. Kebakaran di industri menimbulkan kerugian yang sangat besar karena
menyangkut nilai aset yang tinggi, proses produksi dan peluang kerja. Kasus kebakaran juga
banyak terjadi yang bersifat fatal dan banyak menelan korban serta kerugian yang tidak sedikit
(Luthfan F, et al, 2014).

Industri tekstil memiliki risiko kebakaran yang tinggi. Kasus kebakaran disebabkan
karena dalam proses produksinya menggunakan bahan yang mudah terbakar. Pada tahun 2012,
Kebakaran terjadi di pabrik Tazreen, Bangladesh, kebakaran tersebut mengakibatkan 112 pekerja
meninggal dan 300 pekerja mengalami luka. Dan pada tahun 2013, kebakaran terjadi di Rana
Plaza, Bangladesh, sebanyak 1.127 pekerja meninggal dan lebih dari 2.000 pekerja mengalami
luka (Fatema T dan Nasrin S, 2014).

4
2.2. Tahapan Manajemen Kebakaran Industri

Manajemen kebakaran dilaksanakan dalam 3 tahapan yang dimulai dari pencegahan,


penanggulangan kebakaran dan rehabilitasnya. Pencegahan dilakukan sebelum kebakaran terjadi
(pra kebakaran), penanggulangan dilakukan saat kejadian dan rehabilitas dijalankan setelah
kebakaran (pasca kebakaran).

a. Pra Kebakaran
Langkah-langkah yang dilakukan sebelum kebakaran terjadi atau disebut juga
pencegahan kebakaran (fire prevention). Pencegahan kebakaran merupakan tahap
stategis, karena dilakukan agar mencegah agat kebakaran tidak terjadi. Dalam kenyataan,
langkah ini paling sering diabaikan atau tidak mendapat perhatian oleh semua pihak.
Dalam fase pencegahan ini banyak upaya yang dilakukan, misalnya menetapkan
kebijakan, melakukan pelatihan, rancangan bangun, membuat analisa risiko kebakaran
dan prosedur keselamatan.

Pada tahap pencegahan ini dilakukan 3 E yaitu engeenering, Education, dan Enforcement.

 Engineering, adalah perancangan sistem manajemen kebakaran yang baik, termaskud


sarana proteksi kebakaran mulai sejak rancangan bangun sampai pengoperasian fasilitas.
 Education, adalah upaya pembinaan keterampilan, keahlian, kemampuan dan kepedulian
mengenai kabakaran, termaksud tata cara memadamkan kebakaran dan membina budaya
sadar kebakaran.
 Enforcement, adalah upaya penegakan prosedur, perundangan atau ketentuan mengenai
kebakaran yang belaku tinggi organisasi. Enforcement dapat dilakukan secara eksternal
oleh pihak eksternal seperti instansi pemerintahan dalam memantau pelaksanaan
perundangan dan ketentuan mengenai kebakaran.
b. Saat Kebakaran
Tahap berikutnya adalah saat kebakaran terjadi atau disebut juga fire fighting. Tahap ini
merupakan langkah kunci untuk menanggulangi dan memadamkan kebakaran secepat
mungkin hingga korban dan kerugian dapat dicegah.Dalam fase ini dikembangkan sistem
tanggap darurat yang baik dan efektif, sehingga kebakaran dapat dipadamkan dengan
cepat sebelum sempat membesar. Fase ini juga berkaitan denganfungsinya sistem

5
proteksi kebakaran yang dipasang atau disediakan didalam fasilitas. Sistem pemadam
otomatis misalnya, diharapkan akan bekerja sesuai peruntukannya. Dengan demikian api
dapat dipadamkan dengan segera.
c. Pasca Kebakaran
Langkah ini dilakukan setelah kebakaran terjadi yaitu fase rehabilitasi dan rekonstruksi
dampak kebakaran. Kegiatan operasi harus dipulihkan kembali, korban harus dirawat dan
dikembalikan kesehatannya seperti semula, keluarga korban diberi santunan dan
dukungan agar tidak menderita. Termaskud dalam fase ini adalah melakukan investigasi
atau penyelidikan kebakaran untuk mengetahui faktor penyebabnya. Penyelidikan ini
sangat penting dilakukan dengan segera setelah kebakaran terjadi, untuk menghindarkan
hilangnya bukti atau fakta kejadian. Hasil penyelidikan ini hendaknya diginakan sebagai
masukan dalam menyusun kebijakan, peraturan, standart atau pedoman bagi semua
pihak. Tanpa adanya lesson learn ini, program pencegahan kebakaran tidak akan berjalan
dengan efektif.

2.3. Sebab Terjadinya Kebakaran

Sebab–sebab terjadinya kebakaran pada umumnya menurut Depnakertrans (2002), penyebab


kebakaran dan peledakan bersumber pada 3 faktor yaitu:

1) Faktor Manusia. Manusia sebagai faktor penyebab kebakaran dan peledakan antara lain:
a. Pekerjaa.
 Tidak mau tahu atau kurang mengetahui prinsip dasar pencegahan kebakaran.
 Menempatkan barang atau menyusun barang yang mungkin terbakar tanpa menghiraukan
norma- norma pencegahan kebakaran.
 Pemakaian tenaga listrik yang berlebihan, melebihi kapasitas yangtelah ditentukan.d.
Kurang memiliki rasa tanggung jawab dan disiplin.
 Adanya unsur –unsur kesengajaan

b. Pengelolaan.

 Sikap pengelola yang tidak memperhatikan keselamatan kerja.


 Kurangnya pengawasan terhadap kegiatan pekerja.

6
 Sistem dan prosedur kerja tidak diterapkan dengan baik, terutamakegiatan dalam bidang
kegiatan penentuan bahaya, penerangan bahaya dan lain– lain.
 Tidak adanya standar atau kode yamg dapat diandalkan atau penerapannya tidak tegas,
terutama yang menyangkut bagian kritis peralatan.
 Sistem penanggulangan bahaya kebakaran yang tidak diawasi secara baik.

2) Faktor Teknis. Faktor teknis sebagai penyebab kebakaran dan peledakan antara lain
adalah:
a. Proses fisik/mekanik. Yaitu dimana 2 (dua) faktor penting yang menjadi peranan
dalam proses ini ialah timbulnya panas akibat kenaikan suhu atau timbulnya bunga
apiakibat pengetesan benda-benda maupun adanya api terbuka, misalnya pekerjaan
perbaikan dengan menggunakan mesin las.
b. Proses Kimia. Yaitu dapat terjadi kebakaran pada waktu pengangkutan bahan-
bahan kimia berbahaya, penyimpanan dan penanganan (handling) tanpa
memperhatikan petunjuk-petunjuk yang ada.
c. Tegangan Listrik. Banyak titik kelemahan pada instalasi listrik yang dapat
mendorong terjadinya kebakaran yaitu karena hubungan pendek yang menimbulkan
panas dan bunga api yang dapat menyalakan dan membakar komponen lain.
d. Sistem dan prosedur kerja yang tidak diterapkan dengan baik, terutama dalam
bidang kegiatan penentuan bahaya, informasi bahaya kepada setiap orang.
e. Tidak adanya standar atau kode yang bisa diandalkan atau penerapan yang tidak
tegas dari pihak pengelola yang menyangkut bagian kritis dari perlengkapan.
f. Sistem penanggulangan bahaya kebakaran baik sistem tekanan udara dan instalasi
pemadam kebakaran tidak dirawat dengan baik.
3) Faktor alam dan Bencana Alam. Penyebab kebakaran dari faktor alam dan bencana alam
dapat berupa petir, gunung meletus, gempa bumi dan sebagainya. Petir juga dapat
menyebabkan kebakaran. Petir ini merupakan faktor alam yang tidak bisa dihindari.

2.4. Penyebab Umum Terjadinya Kebakaran Di Industri

Terdapat beberapa penyebab umum terjadinya kebakaran di industri, yaitu:

7
1) Kekurangan pemeliharaan: Kekurangan perawatan dan pemeliharaan peralatan dan
sistem listrik di industri dapat menyebabkan kegagalan yang dapat memicu kebakaran.
Misalnya, kabel yang rusak, hubungan longgar, atau peralatan yang tidak bekerja dengan
baik dapat menghasilkan percikan listrik atau panas berlebih, yang dapat menyebabkan
kebakaran.
2) Kebocoran bahan kimia: Industri yang menggunakan atau menyimpan bahan kimia
berisiko tinggi, seperti pabrik kimia atau pabrik pengolahan minyak, rentan terhadap
kebakaran akibat kebocoran atau tumpahan bahan kimia yang mudah terbakar atau
reaktif. Jika bahan kimia tersebut terpapar panas atau sumber api, dapat terjadi ledakan
atau kebakaran yang cepat.
3) Peralatan yang salah atau cacat: Penggunaan peralatan yang salah atau peralatan yang
cacat dapat menyebabkan kebakaran. Contohnya, penggunaan peralatan yang tidak sesuai
dengan spesifikasi atau mengabaikan instruksi pengoperasian yang benar dapat
meningkatkan risiko kebakaran.
4) Kurangnya kesadaran kebakaran dan pelatihan: Kurangnya kesadaran akan bahaya
kebakaran atau kurangnya pelatihan dalam tindakan pencegahan kebakaran dan
penanggulangan kebakaran dapat memperbesar risiko kebakaran di industri.
Ketidakmampuan menangani kejadian darurat dengan benar atau kelalaian dalam
tindakan pencegahan kebakaran dapat menyebabkan kebakaran menjadi lebih buruk.
5) Kelebihan panas atau suhu tinggi: Industri seperti pabrik logam, pabrik kertas, atau
pabrik tekstil yang menghasilkan panas atau suhu tinggi memiliki risiko kebakaran yang
lebih tinggi. Jika suhu yang dihasilkan tidak terkendali atau jika ada paparan panas yang
berlebihan terhadap bahan yang mudah terbakar, dapat terjadi kebakaran.
6) Kesalahan manusia: Kesalahan manusia, baik disengaja maupun tidak disengaja, dapat
menjadi penyebab kebakaran di industri. Hal ini dapat meliputi tindakan kelalaian, seperti
meninggalkan peralatan yang sedang beroperasi tanpa pengawasan, merokok di area yang
dilarang, atau mengabaikan prosedur keselamatan yang ditetapkan.
7) Gangguan listrik: Gangguan listrik, seperti korsleting atau lonjakan tegangan, dapat
memicu kebakaran di industri. Jika sistem listrik tidak terlindungi dengan baik atau tidak
dijaga dengan benar, gangguan tersebut dapat menyebabkan panas berlebih atau api yang
dapat menyebabkan kebakaran.

8
Penting untuk melaksanakan tindakan pencegahan kebakaran yang tepat, termasuk
pemeliharaan rutin, pelatihan kebakaran, penggunaan peralatan yang sesuai, dan kepatuhan
terhadap pedoman keselamatan industri.

2.5 Dampak Kebakaran Industri

Kebakaran merupakan sesuatu hal yang sangat tidak diinginkan. Bagi tenaga kerja,
kebakaran dapat merupakan penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka yang
tertimpa kecelakaan dan dapat berakibat kehilangan pekerjaan, sekalipun mereka tidak menderita
cidera. Dengan kebakaran, juga hasil usaha dan upaya yang sekian lama atau dengan susah payah
dikerjakan dapat menjadi hilang sama sekali. Jerih payah berbulan-bulan atau bertahun-tahun
dapat musnah hanya dalam waktu beberapa jam atau kadang-kadang beberapa menit saja.
Dampak yang diakibatkan oleh kebakaraan industri meliputi :
1. Kerugian Material
Dampak kebakaran juga menimbulkan kerugian materi yang sangat besar. Disektor
industri kerugian materi akibat kebakaran sangat berpengaryh pada proses produsi di
bidang industri karena Angka kerugian ini adalah kerugian langsung yaitu nilai aset
atau bangunan yang terbakar. Disamping itu, kerugian tidak langsung justru jauh
lebih tinggi, misalnya gangguan produksi, biaya pemulihan kebakaran, biaya sosial
dan lainnya.
2. Kerugian Jiwa
kebakaran dapat menimbulkan korban jiwa baik yang terbakar secara langsung
maupun dampak dari kebakaran tersebut, dampak dari kebakaran yaitu salah satunya
Terganggunya Kesehatan berakibat pada pencemaran udara oleh debu, gas SOx,
NOx, COx, dan lain-lain dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan
manusia, antara lain infeksi saluran pernafasan, sesak nafas, iritasi kulit, iritasi mata,
hal tersebut dapat merugikan manusia.
contohnya : Api (jilatan api yang dapat membakar kulit/tubuh). Suhu panas (dapat
menyebabkan hipertermia). Asap (dapat menyebabkan sesak nafas dan mengganggu
pengelihatan). Gas-gas beracun (dapat menimbulkan penyakit dan gangguan
kesehatan lainnya). Runtuhan bangunan (dapat menimpa korban yang terjebak di

9
dalamnya sewaktu-waktu). Ledakan (bahan mudah meledak di sekitar area kebakaran
dapat melukai apa saja di dekatnya).
3. Kerugian Sosial Ekonomi
Ekonomi: kerugian finansial akibat tidak mampu berjalannya bisnis dampak dari
kejadian kebakaran karena kebakaran tersebut banyak menimbulkan kerugian karena
Sebagian besar produksi dilakukan oleh tenaga kerja, yang namun pekerja tersebut
mengalami kecelakaan fatal saat kebakaran itu terjadi (kecatatan) yang membuat
pekerja tersebut tidak lagi bisa menuruskan pekerjaannya dan hal tersebut dapat
memutuskan mata pencaharian karnena dampak dari kebakaran tersebut.
Sosial (PHK massal dikarenakan kebangkrutan bisnis dampak dari kejadian
kebakaran)
2.6 Pencegahan Kebakaran Di Indutri

Pencegahan kebakaran adalah segala daya upaya atau tindakan secara terencana untuk
mencegah dan meniadakan sejauh mungkin timbulnya kebakaran. Karena itu pencegahan
kebakaran dan pemadaman dalam tahap awal penyalaan sangat penting untuk dilakukan, baik
dengan jalan meningkatkan ilmu pengetahuan maupun ketrampilan khususnya tentang
kebakaran. (Sulaksmono, 1997).

Dalam pencegahan bahaya diperusahaan kadang-kadang tidak mungkin adanya suatu jaminan
sepenuhnya bahwa timbulnya bahaya kebakaran tidak akan terjadi. Sedangkan sumber–sumber
nyala terutama pada perusahaan–perusahaan besar sangat banyak dan beraneka ragam sehingga
tidak mungkin pula menghilangkan keseluruhan daripadanya. Dalam upaya penanggulangan
kebakaran, langkah pertama adalah melakukan identifikasi apa saja potensi bahaya kebakaran
yang ada dalam organisasi. Denganmengetahui masalah apa yang akan dihadapi maka program
pencegahan dan penanggulangan kebakaran akan berjalan dengan efektif. Bahaya kebakaran
dapat bersumber dari proses produksi, material atau bahan yang digunakan, kegiatankerja yang
dijalankan dalam perusahaan serta instalasi yang mengandung potensirisiko (Ramli, 2010:143).
Dalam hal ini perlu kewaspadaan dan tindakan untuk mencegah terjadinya kebakaran
dengan melakukan identifikasi potensi bahaya kebakaran. (Suma’mur, 1996)

a. Pencegahan dalam menghadapi bahaya kebakaran dapat meliputi :

10
1. Perencanaan darurat kebakaran. Manajemen puncak perlu menyadari pentingnya
perencanaan dan persiapan keadaan darurat terutama masalah kebakaran. Untuk
itu manajer keselamatan kerja perlu memberikan penjelasan serta mengupayakan
agar rencana itu mendapat dukungan. Untuk menyusun rencana keadaan darurat
terlebih dahulu perlu di identifikasi dan di evaluasi jenis dan skala keadaan
darurat yang mungkin terjadi. Rencana keadaan darurat harur praktis, sederhana
dan mudah dimengerti. Rencana harus sudah mengantisipasi berbagai skenario
keadaan darurat, meliputi bencana karena keselahan operasi, bencana alam dan
kemungkinan sabotase.
2. Organisasi/Unit Penanggulangan Kebakaran. Unit penanggulangan kebakaran
ialah unit kerja yang dibentuk dan ditugasi untuk menangani masalah
penanggulangan kebakaran di tempat kerja yang meliputi kegiatan administratif,
identifikasi sumber-sumber bahaya, pemeriksaan, pemeliharaan dan perbaikan
sistem proteksi kebakaran. (Kepmenaker RI, No: KEP-186/MEN/1999 )
Unit penanggulangan kebakaran terdiri dari :
a. Petugas peran penanggulangan kebakaran. Petugas peran penanggulangan
kebakaran adalah petugas yang ditunjuk dan diserahi tugas tambahan untuk
mengidentifikasi sumber bahaya dan melaksanakan upaya penanggulangan
kebakaran di unit kerjanya. (Kepmenaker RI, No: KEP-186/MEN/1999 ).
Tugas dari petugas peran kebakaran adalah :
1. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran.
2. Memadamkan kebakaran pada tahap awal.
3. Mengarahkan evakuasi orang dan barang.
4. Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait.
5. Mengamankan lokasi kebakaran. (Kepmenaker RI, No: KEP-186/MEN/1999)
b. Regu penangggulangan kebakaran. Regu penangggulangan kebakaran ialah
satuan satgas yang mempunyai tugas khusus fungsional di bidang
penanggulangan kebakaran. Tugas dari regu penanggulangan kebakaran adalah :
1. Mengidentifikasi dan melaporkan tentang adanya faktor yang dapat
menimbulkan bahaya kebakaran.

11
2. Melakukan pemeliharaan sarana proteksi kebakaran.
3. Memberikan penyuluhan tentang penanggulangan kebakaran pada tahap
awal.
4. Membantu menyusun buku rencana tanggap darurat penanggulangan
kebakaran.
5. Memadamkan kebakaran.
6. Mengarahkan evakuasi orang dan barang.
7. Mengadakan koordinasi dengan instansi terkait.
8. Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan.
9. Mengamankan seluruh lokasi tempat kerja.
10. Melakukan koordinasi seluruh petugas peran kebakaran. (Kepmenaker RI,
No: KEP-186/MEN/1999 )
c. Koordinator unit penanggulangan kebakaran. Koordinator unit penanggulangan
kebakaran adalah ialah orang yang mempunyai tugas memimpin langsung suatu
tempat kerja atau bagiannya yang berdiri sendiri.
Tugas dari koordinator unit penanggulangan kebakaran :
1. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat dari instansi yang
berwenang.
2. Menyusun program kerja dan kegiatan tentang cara penanggulangan
kebakaran.
3. Mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kebakaran
kepada pengurus. (Kepmenaker RI, No: KEP-186/MEN/1999 )
d. Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran sebagai penanggung jawab teknis.
Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran adalah tenaga teknis yang
berkeahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang telah ditunjuk oleh
Menteri Tenaga Kerja.
Tugas dari Ahli K3 spesialis penanggulangan kebakaran adalah :
1. Membantu mengawasi pelaksanaan peraturan perundang undangan bidang
penanggulangan kebakaran.
2. Memberikan laporan kepada Menteri atau pejabat yang ditunjuk sesuai
dengan peraturan perundangan berlaku

12
3. Merahasiakan segala keterangan tentang rahasia perusahaan atau instansi
yang di dapat berhubungan dengan jabatannya.
4. Memimpin penanggulangan kebakaran sebelum mendapat bantuan dari
instansi yang berwenang.
5. Menyusun program kerja atau kegiatan penanggulangan kebakaran.
6. Mengusulkan anggaran, sarana dan fasilitas penanggulangan kepada
pengurus
7. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait. (Kepmenaker RI, No:
KEP186/MEN/1999 )
3. Jalur/Tempat Evakuasi.
Secara ideal, semua bangunan harus memiliki sekurang-kurangnya dua
jalan penyelamat diri pada dua arah yang bertentangan terhadap setiap kebakaran
yang terjadi pada sembarangan tempat dalam bangunan tersebut, sehingga tak
seorangpun bergerak kearah api untuk menyelamatkan diri. Jalan-jalan
penyelamatan demikian harus dipelihara bersih, tidak terhalang oleh
barangbarang, mudah terlihat dan di beri tanda tanda yang jelas. (Suma’mur,
1996).
Jauh maksimum jalan penyelamatan yang pada umumnya diterima adalah
sekitar 40 m, sekalipun pada bangunan-bangunan yang resiko kebakarannya kecil
atas dasar sifat tahan api jarak tersebut dapat diperbesar menjadi 50 m.
Sebaliknya, manakala bahaya perembetan api sangat cepat, jarak tersebut harus
dikurangi, katakanlah menjadi menjad 30 m atau kurang dari 30m. Jarak tersebut
harus diperhitungkan menurut keadaan sebenarnya dan tidak menurut garis lurus
sebagai akibat barang-barang atau hadangan yang ada. (Suma’mur, 1996).
Peta evakuasi yang terbaru harus dipersiapkan dan ditempatkan
dibeberapa lokasi pada tiap-tiap fasilitas di lokasi pabrik. Peta-peta ini harus
menunjukkan pintu keluar terdekat, pintu keluar cadangan dan titik
pertemuan.Disarankan bahwa peta evakuasi juga menunjukkan lokasi rencana
gawat darurat,meja resepsionis, alat pemadaman kebakaran, pencuci mata,
pancuran air,peralatan untuk menangani tumpahan bahan kimia, P3K dan elemen-

13
elemenpenting lainnya. Para pekerja harus diberitahu untuk mengingat rute utama
danrute cadangan bila jalan keluar utama tertup.(Kuhre,1996).
4. Fasilitas dan Peralatan Dalam Kebakaran.
a. Sarana Komunikasi
Sarana komunikasi yang perlu dipersiapkan antara lain : alarm, radiopanggil,
telepon genggam dengan satuan khusus dan lain-lain. Karena fungsinya yang
sangat penting maka sarana komunikasi harus selalu dirawat dan dijaga agar
senantiasa berfungsi dengan baik dan dapat dipakai secara terus menerus
dengan efektif.
b. Alat pelindung diri
Alat pelindung diri harus ditempatkan di lokasi yang strategis bagi
timemergency, tergantung pada bahan kimia yang ada tempat kerja sesuai
dengan jenis kecelakaannya. Alat pelindung meliputi alat bantu pernafasan
dan saluran oksigen, baju tahan bahan kimia dan tahan api,sarung tangan
tahan api, sepatuboot. Alat pilindung tersebut selalu diperiksa dan di uji coba
secara rutin sehinggadapat pada saat dibutuhkan selalu siap. Sebelum
digunakan perlu dilakukan pengujian untuk mencoba peralatan tersebut
sebelum keadaan darurat yangsebenarnya terjadi.
c. Peralatan Pemadam Kebakaran
Peralatan pemadam kebakaran seperti fire extinguiser (Alat Pemadam
ApiRingan/APAR), hidran, sprinkler, dan lain sebagainya harus tersedia di
seluruhbagian pabrik dan harus dicek secara teratur. Setiap satu atau
kelompok alat pemadam api ringan harus ditempatkan pada posisi yang
mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil serta dilengkapi
dengan pemberian tanda pemasangan. Pemberian tanda pemasangan yaitu
segitiga sama sisi dengan warna dasar merah, ukuran sisi 35 cm, tinggi huruf3
cm dan bewarna putih, serta tinggi tanda panah 7,5 cm warna putih. Tinggi
pemberian tanda pemasangan adalah 125 cm dari dasar lantai tepat diatas
satuatau kelompok alat pemadam api ringan bersangkutan. Penempatan harus
sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakarannya serta pemasangan antara
alatpemadam api yang satu dengan lainnya atau kelompok satu dengan

14
lainnya tidak boleh melebihi 15 meter, kecuali telah ditetapkan pegawai
pengawas atau ahli keselamatan kerja. (Permenakertrans No:
Per-04/Men/1980) Instalasi alarm kebakaran otomatik adalah sistem atau
rangkaian alarmkebakaran yang menggunakan detektor panas, detektor asap,
detektor nyala apidan titik panggil secara manual serta perlengkapan lainnya
yang dipasang padasistem alarm kebakaran. Setiap perusahaan harus memiliki
sistem alarmkebakaran baik secara otomatis maupun manual untuk
memperingatkan semuatenaga kerja .(Permenaker No: PER/02/MEN/1983)
d. Peralatan medis
Tim emergency harus dilengkapi dengan peralatan medik untuk pertolongan
darurat seperti oksigen, alat resusitasi jantung dan paru, pembalutdan obat-
obatan.
e. Alat transportasi
Jika terdapat suatu keadaan darurat maka peralatan transportasi juga
memegang peranan tidak kalah pentingnya. Alat transportasi dibutuhkan
untuk memindahkan pekerja keluar dari lokasi, mengangkut bantuan yang
diperlukan dan membawa korban yang ada. Untuk itu ambulans, mobil, bus,
truk dan lain –lain harus tersedia untuk keperluan evakuasi.
5. Pembinaan dan Pelatihan.
Petugas pemadam kebakaran tidak dipilih atas dasar pengalaman
sematamata,melainkan dibentuk dan dibina melalui program latihan yang
meliputipendidikan teori, latihan jasmani, praktek tentang dan pengalaman-
pengalamanyang benar-benar di dapat dari pemadaman kebakaran. Maka
percobaan sebaiknyadiadakan, agar seseorang diberi kesempatan untuk
memperlihatkankesanggupannya dan untuk mengambil keputusan secara tepat
tentang pekerjaanyang dipilihnya. Latihan-latihan secara bertingkat meliputi fase-
fase pendidikanteori, latihan jasmani dan praktek pemadam kebakaran. Dalam
latihan , harusditekankan bahwa cara yang tepat dan dilaksankan secara benar
adalah teramandan paling efisien. Dalam pendidikan teori, diberikan teori tentang
terjadinya peristiwakebakaran, perambatan panas, bahaya-bahaya kebakaran,
pencegahan kebakaran,konstruksi bangunan, dasar-dasar pompa air, isyarat-

15
isyarat dan komunikasi yangdi pakai pada dinas pemadam kebakaran, pengunaan
alat pemadam kebakaran,sistem sprinkler dan pemakaian serta keterbatasan-
keterbatasan alat proteksi diri.(Suma’mur, 1996)Selama latihan, siswa petugas
pemadam kebakaran harus mengembangkankesegaran jasmaninya dan
kemampuan fisik bagian-bagian tubuh yang pentingdalam menghadapi kebakaran
seperti kekuatan lengan, kaki, paha serta kekuatanrohaninya. (Suma’mur, 1996)
Pelatihan tersebut meliputi :
1. Praktek ikat-mengikat dengan tali untuk kegiatan pemadaman kebakaran.
2. Penggunaan alat-alat dan perlengkapan dinas pemadam kebakaran.
3. Perawatan, penyimpanan dan pencegahan kerusakan slang-slang
untukpemadaman kebakaran.
4. Pengenalan cara-cara pemadaman kebakaran dan pemilihan secara tepat cara
cara yang harus dipakai.
5. Pengenalan dan praktek untuk mendapatkan sumber air untuk pemadaman
kebakaran.
6. Pengenalan dan praktek memasuki dbangunan secara paksa seta
pengetahuantentang tingkat efektifnya.
7. Praktek tentang tata cara pemadaman kebakaran yang bersifat rutin dan
standar,yang meliputi pemasangan slang-slang penyemprotan air, pemasangan
slangslangkeatas atau lantai atas melalui bagian luar bangunan, penggantian
slangtyang pecah, pemasangan slang melalui jalan penyelamatan diri,
penggunaannozzle kabut, penyemprotan air dengan pompa-pompa,
penyemprotan dari airsaluran, pemadaman kebakaran dengan busa,
pemasangan dan penggunaantangga-tangga keatap, pemakaian tangga-tangga
gantung untuk penyelamatankorban-korban dan penurunan orang-orang
dengan tali dari atas kebawah.
8. Latihan menghadapi asap, agar pada saatnya bisa tabah menghadapi api
danasap serta tau pasti sifat pekerjaan yang dipilihnya.
9. Praktek upaya-upaya untuk terjaminnya ventilasi dan penyelamatan korban.
10. Praktek tentang cara-cara pemadaman kebakaran yang menyebabkansesedikit-
sedikitnya kerusakan harta benda.

16
11. Latihan tentang P3K.
12. Praktek penggunaan alat proteksi diri untuk perlindungan pernafasan.
(Suma’mur, 1996)

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Manajemen kebakaran industri adalah upaya atau mengaplikasikan prinsip-prinsip


manajemen kebakaran dalam konteks industri atau lingkungan kerja. Hal ini berkaitan
dengan pengelolaan risiko kebakaran, pencegahan kebakaran, perlindungan kebakaran,
dan tanggapan darurat di dalam lingkungan industri. Adapun Manajemen kebakaran
dilaksanakan dalam 3 tahapan yang dimulai dari pencegahan, penanggulangan kebakaran
dan rehabilitasnya.

3.2 Saran

Dalam melakukan manajemen kebakaran industri harus mengetahui prosedur dan


tahapan apa saja yang dilakukan, agar nantinya tidak melakukaan kesalahan pada saat
melakukan manajemen kebakaran industri baik itu dalam pencegahan, penanggulangan,
maupun rehabilitas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Ramli, S., 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran. Jakarta: Dian Rakyat Depnaker –
UNDP – ILO IS/84/012, Bahan training keselamatan kerja penanggulangan kebakaran.
1987 Kepmenaker No. 186/MEN/1999 tentang Unit penanggulangan kebakaran di tempat
kerja; 1999.

Romaya Nurin Nisak. 2016. Gambaran Manajemen Risiko KebakaranDi Pt. Asia Pacific Fibers,
Tbk. Kaliwungu, Kabupaten Kendal. (Studi Kasus pada Bagian Spinning IV sebagai
Upaya Pencegahan Kejadian Kebakaran). Universitas Negri Semarang.

Bramastya Kharisma Putra. 2010. Pencegahan Dan PenanggulanganKebakaran Di Pt.Inka


(Persero) Madiun Jawa Timur. Universitas Sebelas Maret Surakarta

19

Anda mungkin juga menyukai