Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

TEORI PENYEBAB KEBAKARAN


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Dosen Pengampuh : Arni Juliani SKM., M. Kes

Di Susun Oleh :
Kelompok 4
Andi Asrul (22202004)
Fitri Fadillah (22202010)
Gaza Algifari (22202012)
Hendra Sastiawan (22202013)
Kevin Manguyun (22202017)
Muhammad Rezky Yusuf (22202026)
Putri Rahmadani (22202028)
Sapira Pongtuluran (22202033)
Yuskariyadi
Wahyu Hidayat

PROGRAM STUDI D.III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang, karena berkat limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kami.
Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Pertolongan Pertama
Pada Kecelakaan tentang “Teori Penyebab Kebakaran”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan sebaik-baiknya.
Kami juga sampaikan terima kasih kepada dosen ibu Arni Juliani SKM.,
M.Kes selaku dosen pengajar mata kuliah Pertolongan Pertama Pada
Kecelakaan serta semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini. Semoga bantuannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah
SWT.
Terlepas dari semua itu kami menyadari bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat ataupun tata
bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima saran dan
kritik dari pembaca untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada
kita sekalian.

Makassar, 22 April 2023

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Tujuan..........................................................................................................................5
1.3 Manfaat........................................................................................................................5
BAB II.......................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................6
2.1 Teori Api......................................................................................................................6
2.2 Teori Kebakaran..........................................................................................................7
2.3 Klasifikasi Kebakaran.................................................................................................7
2.4 Sarana Pemadam Kebakaran.......................................................................................9
2.5 Cara /Metode Memadamkan Api..............................................................................10
2.6 Manajemen Pencegahan Kebakaran..........................................................................10
2.7 Hal yang harus dilakukan jika terjebak dalam kebakaran.........................................11
BAB III....................................................................................................................................13
PENUTUP...............................................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................13
3.2 SARAN......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebakaran merupakan suatu bencana yang merugikan bagi


banyak pihak yang dapat mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi terhadap
kematian yang cukup besar sehingga memerlukan perhatian akan
keselamatanmasyarakat. Namun sampai saat ini penanganan terhadap kebakaran
diIndonesia masih memiliki berbagai kendala yang mengakibatkan kejadian
kebakaran sering berakibat fatal dan berulang. Pengetahuan tentang upaya
penanggulangan bahaya kebakaran sejak dini sangat penting karena untuk mengetahui
adanya potensi bahayakebakaran di semua tempat, kebakaran merupakan peristiwa
berkobarnya api yang tidak dikehendaki dan selalu membawa kerugian.

Dengan demikian usaha pencegahan harus dilakukan oleh setiap individu dan
unit kerja agar jumlah peristiwa kebakaran, penyebab kebakaran dan jumlah
kecelakaan dapat dikurangi sekecil mungkin melalui perencanaan yang baik. Dengan
mengidentifikasi potensi penyebab kebakaran di lingkungan tempat kerjanya dan
melakukan upaya pemadaman kebakaran dini. Kebakaran terjadi akibat bertemunya 3
unsur yaitu bahan yang dapat terbakar, suhu penyalaan/titiknyala dan zat pembakar
(O2 atau udara). Untuk mencegah terjadinya kebakaran adalah dengan mencegah
bertemunya salah satu dari dua unsur lainnya.

Saat ini, masalah kebakaran bukan saja merupakan masalah pribadi,akan tetapi
sudah merupakan masalah nasional, apalagi kalau kita melihat data timbulnya
kebakaran akhir-akhir ini yang selain disebabkan oleh karena peledakan kompor,
listrik, dan kelengahan-kelengahan lainnya, juga dapat merupakan usaha subversi
yang sangat membahayakan keamanan sosial dan politik, juga sangat berpengaruh
terhadap kestabilan ekonomi yang yang pada akhirnya akan merusak dan
menghambat pelaksanaan pembangunan nasional. Oleh karena itu, untuk mengurangi
kasus kebakaran perlu adanya pengetahuan oleh setiap individu dan masyarakat
tentang kebakaran dan bagaimana cara mencegah, menghadapi dan menanggulangi
adanya kebakaran.

iv
1.2 Tujuan

1. Menjelaskan Teori Kebakaran


2. Menjelaskan Teori Api
3. Memaparkan Klasifikasi Kebakaran
4. Untuk mengetahui Alat Pemadam Kebakaran
5. Untuk mengetahui Metode Pemadaman Kebakaran
6. Untuk mengetahui Manajemen Pencegahan Kebakaran
7. Memaparkan Apa yang harus dilakukan jika terjebak dalam kebakaran

1.3 Manfaat

Makalah ini dapat menjadi bahan edukasi yang efektif bagi pembaca,
informasi yang disajikan dapat mencakup teori kebakaran dan api, klasifikasi
kebakaran, alat pemadaman api serta langkah-langkah yang dapat diambil
untuk mencegah kebakaran, tindakan yang harus diambil saat terjadi
kebakaran, dan pentingnya perencanaan darurat. Melalui penulisan makalah
ini di harapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam meningkatkan
pengetahuan pembaca tentang keamanan dan keselamatan.

v
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori Api

Api adalah “Suatu massa zat gas yang timbul karena adanya reaksieksotermis
dan dapat menghasilkan panas, nyala, cahaya, asap, dan bara.”Suatu reaksi kimia
yang diikuti radiasi chaya dan panas. Reaksi kimiadisini mengandung pengertian
adaya proses yag sedang berlangsungsecara kimiawi. (Dinas Kebakaran DKI Jakarta,
1994).

a. Teori Segitiga Api

Api merupakan proses Peaksi berantai yang terjadi begitu cepat dan
melibatkan 3 unsur elemen pembentuk yang dikenal sebagai segitiga api atau fire
triangle. Fire triangle digambarkan dengansegitiga sama sisi, dan untuk tiap sisinya
diberi penamaan dari tiap elemen yaitu bahan bakar (fuel), sumber panas atau api
(heat), dan oksigen. Bahan bakar (fuel), yaitu berupa unsur baik padat, gas atau cair
yang dapat terbakar di idara kctika bercampur dengan oksigen. Panas (heat), pemicu
kebakaran dengan adanya energi yang cukup untuk menyalakan campuran antara
bahan bakar dan oksigen dari udara. Kebakaran tidak dapat terjadi tapa adanya
oksigen (Ramli,2010).

b. Thetrahedron Api

Rantai reaksi kimia antara bahan bakar dengan bahanpengoksidasi / oksidator.


Seiring dengan menyalanya api, molekulbahan bakar juga berkurang berubah menjadi
molekul yang lebih sederhana. Dengan berlanjutnya proses pembakaran,
naiknyatemperature menyebabkan oksigen tambahan terserap ke area nyalaapi. Lebih
banyak molekul bahan bakar akan terpecah, bergabungke rantai reaksi.

Proses rantai reaksi ini akan berlanjut sampai seluruh bahanyang terkait
mencapai area yang lebih dingin di nyala api. Selama tersedia bahan bakar dan
oksigen dalam jumlah yang cukup, danselama temperatur mendukung, reaksi rantai
akan meningkatkanreaksi pembakaran. Sehingga dengan demikian segitiga api
dengan adanya faktor rantai reaksi kimia, yang juga termasuk komponen pembakaran,

vi
berubah menjadi satu bangunan tiga dimensi segitiga piramida api (The Fire
Tetrahedron) (Tarwaka, 2012).

2.2 Teori Kebakaran

Kebakaran adalah api yang tidak terkendali, yang berarti diluarkemampuan


dan keinginan manusia. Api tidak terjadi begitu saja tetapimerupakan suatu proses
kimiawi antara uap bahan bakar dengan oksigendan bantuan panas. Teori ini dikenal
sebagai segitiga api (fire triangle). Menurut teori ini, kebakaran terjadi karena adanya
3 faktor yang menjadi unsur api, yaitu: bahan bakar (fuel), sumber panas (heat), dan
oksigen. Kebakaran dapat terjadi jika ketiga unsur api tersebut saling bereaksi satu
dengan lainnya. Tanpa adanya salah satu unsur tersebut, api tidak dapat terjadi.
Bahkan masih ada unsur ke empat yang disebut reaksi berantai karena tanpa adanya
reaksi pembakaran maka api tidak akan dapat hidup terus menerus. Keempat unsur
api ini sering disebut juga Fire Tetrahedron (respository.usu.ac.id).

Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar dikendalikan (Perda DKI,
1992).

Kebakaran adalah suatu nyala api atau bencana yang tidak dikehendaki
bersama, karena dapat menimbulkan bencana bagi masyarakat (Departemen
penerangan RI, 1978).

2.3 Klasifikasi Kebakaran

Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.


Per04/MEN/1980, tanggal 14 April 1980 tentang syarat–syarat pemasangan dan
pemeliharaaan Alat Pemadam Api Ringan, kebakaran dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:

Kelas Jenis Contoh


Kelas A bahan padat Kebakaran dengan bahan
bakar padat bukan logam
Kelas B bahan cair dan gas Kebakaran dengan bahan
bakar cair atau gas mudah

vii
terbakar
Kelas C listrik Kebakaran instalasi listrik
bertegangan
Kelas D bahan logam Kebakaran dengan bahan
bakar logam

Klasifikasi kebakaran menurut jenisnya dalam aturan Permenaker No.


Per.04/Men/1980 adalah :

a. Kelas A

Bahan padat selain logam yang mayoritas ketika terjadi kebakaran tidak
terbakar dengan sendirinya, kebakaran kelas ini disebabkan adanya panas dari
luar, kemudian molekul-molekul benda padar terurai dengan membentuk gas dan
terbakar. Hal utama dari kebakaran benda padat ini adalah bahan bakar yang tidak
mengalir dan mampu menyimpan panas dalam bentuk bara. Contoh kayu, kertas,
kain, plastik, arang, karet. Media pemadam yang cocok untuk klasifikasi
kebakaran kelas A adalah dry chemical.

b. Kelas B

Kebakaran yang terjadi pada benda cair atau gas. Seperti bahan cair, gas tidak
dapat terbakar dengan sendirinya. Pada bahan bakar cair, bunga api sanggup
menciptakan api yang akan menimbulkan bahaya kebakaran. Karena sift cairan ini
mudah mengalir dan menyalakan api ketempat lain. Contohnya: minyak tanah,
solar, bensin dil. Media pemadam untuk bahan jenis cair berupa foam atau busa,
sedangkan untuk bahan jenis gas berupa dry chemical atau tepung kimia kering
dan APAR CO2.

c. Kelas C

Kebakaran yang terjadi pada peralatan listrik bertegangan. Kebakaran kelas ini
biasanya terjadi akibat korsleting listrik sehingga menimbulkan percikan api yang
dapat membakar benda-benda disekitarnya. Media pemadam untuk kelas C adalah
dry chemical atau tepung kimia kering, APAR CO2, APAR HCFC.

d. Kelas D

viii
Kebakaran yang terjadi pada bahan logam (magnesium, titanium, alumunium,
kalium dsb). Kebakaran kelas ini sangat berbahaya karena proses dari kebakaran
kelas D melalui tahapan berupa pemanasan awal dengan temperatur yang sangat
tinggi sehingga perlu alat pemadam khusus, yaitu APAR sodium chloride dry
powder. Air dan APAR berbahan baku air sebaiknya tidak digunakan, karena pada
kebakaran jenis logam tertentu air akan menyebabkan terjadinya reaksi ledakan.

2.4 Sarana Pemadam Kebakaran

a. Perlengkapan dan alat pemadam kebakaran sederhana


1) Air, bahan alam yang melimpah, murah dan tidak ada akibat ikutan (side
effect), sehingga air paling banyak dipakai untuk memadamkan
kebakaran. Persedian air dilakukan dengan cadangan bak-bak iar dekat
daerah bahaya, alat yang diperlukan berupa ember atau slang/pipa
karet/plastik.
2) Pasir, bahan yang dapat menutup benda terbakar sehingga udara tidak masuk
sehingga api padam. Caranya dengan menimbunkan pada benda yang
terbakar menggunakan sekop atau ember
3) Karung goni, kain katun, atau selimut basah sangat efektif untuk menutup
kebakaran dini pada api kompor atau kebakaran di rumah tangga, luasnya
minimal 2 kali luas potensi api.
4) Tangga, gantol dan lain-lain sejenis, dipergunakan untuk alat bantu
penyelamatan dan pemadaman kebakaran.

b. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)

APAR adalah alat yang ringan serta mudah dilayani oleh satu orang untuk
memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus disi ulang
sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Berdasarkan Peratuan Mentri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi No: PER.04/MEN/1980, Alat pemadam api ringan ialah alat
yang ringan serta mudah di layani oleh satu rang memadamkan api pada mulai
terjadi kebakaran.

c. Alat Pemadam Kebakaran Besar

Alat-alat ini ada yang dilayani secara manual ada pula yang bekerja
secara otomatis.
ix
1) Hidran Kebakaran

Instalasi Hidran kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran


tetap yang menggunakan media pemadaman air bertekanan yang di airkan
memlalui pipa-pipa dan selang kebakaran. Sistim ini terdiri dari
persediaan air, pompa perpipaan, kopling, outlet dan inlet serta selang dan
nozzle (SNI 225-1987).

2) Sistem penyembur api (Sprinkler System)

Kombinasi antara sistem isyarat alat pemadam kebakaran. Merupakan


alat pemercik air otomatis (Springkler), Springkler adalah alat pemancar air
untuk pemadam kenbakaran yang mempunyai tudung berbentuk deflektor
pada ujung mulut pancarnya, sehingga air dapat memacar ke semua arah
secara merata (KepMen PU No.10/KPTS/2000).

2.5 Cara /Metode Memadamkan Api

Pemadaman api pada perinsipnya adalah menghilangkan salah satu


atau lebih dari ke-3 faktor tersebut dengan melakukan salah satu / lebih
cara-cara sebagai berikut:

a. Cooling
b. Menghilangkan factor panas dengan mendinginkan api sampai pada titik uap
api / panas tidak lagi diproduksi.
c. Smothering
d. Menghilangkan factor panas dengan memisahkan udara oksigen hingga
mematikan pembakaran.
e. Starving
f. Menyingkirkan bahan bakar / bahan yang mudah terbakar sampai pada
titik dimana tidak terdapat apapun yang dapat terbakar.
g. Breaking chain reaction
h. Mencegah reaksi nyala api dengan menyingkirkan rangkaian reaksi kimia di
daerah nyala api. Dengan demikian proses pembakaran akan terhenti.

2.6 Manajemen Pencegahan Kebakaran

x
Dalam upaya rosedur tanggap darurat secara garis bsar meliputi rencana
rencana dalam menghadapi keadaan darurat, pendidikan dan latihan penangulagan
keadaan darurat, pendidikan dan latihan penanggulangan keadaan darurat seperti
proses evakuasi atau pemindahan dan penutupan (Jusuf,1999).

Pencegahan kebakaran dan cara penagulangan korban kebakran tergantung


lima (5) prinsip pokok (Suma' mur, 1996) sebagai berikut :

a) Pencegahan kecelakaan sebagai akibat kecelakaan atas keadaan panik


b) Pembuatan bangunan tahan api
c) Pengawasan yang teratur dan berkala
d) Penemuan kebakaran pada tingat awal dan pemadamanny
e) Pengendalian kerusakan untuk membatasi kersakan sebagai akibat kebakaran

Sedangkan menurut Suprapto, (1995) ketentan dan persyaratan terknis dalam


proteksi kebakaran pada bangunan meliputi :

a) Melakukan pemeriksaan dan pengecekan kondisi dan keadaan sarana dan


peralatan sistem proteksi kebakaran
b) Melengkapi sarana dan peralatan proteksi ddidasari atas analisi resiko bahaya
dan stadart serta ketentan yang berlaku
c) Standar dan ketentuan teknis proteksi kebakaran harus diterapkan dan
disebarluaskan
d) Setiap gedung harus dilengkapi dengan sarana pengamanan terhadap
kebakaran secara lengkap dan memenuhi sandart dan ketentuan teknis yang
berlaku.
e) Perlu dilakukan pemeriksaan dan pemeliharaan secara berkala untuk
menjamin agar sarana dan peralatan proteksi kebakaran dalam
kondisi siap pakai.

2.7 Hal yang harus dilakukan jika terjebak dalam kebakaran

A. Jika Kebakaran Terjadi


1) Jika anda rasa kebakaran masih bisa diatasi karena baru terjadi atau
belum menjalar, gunakan alat pemadam kebakaran dan arahkan ke

xi
bagian bawah api, bukan di atasnya karena itulah akarnya. Hal ini akan
percuma jika kebakaran sudah terjadi beberapa lama.
2) Tutup ruangan yang terjadi kebakaran agar tidak menjalar ke ruang
lainnya.
3) Sebelum memasuki ruang lainnya, sentuh bagian atas pintu karena jika
terasa panas berarti ruang itu sudah terbakar.
4) Dengan cepat tetapi tanpa membuat keributan, keluarkan seluruh
anggota keluarga. Keributan akan membuat panik dan semua orang
tidak bisa menyelamatkan diri dengan baik.
5) Jika kebakaran terjadi di malam hari, tutupi tubuh anda dengan selimut
segera dibanding mencari baju luar.
6) Carilah jalan keluar lalu pergilah ke tempat berkumpul dan teleponlah
pemadam kebakaran.

B. Jika Kebeakaran Telah Selesai


1) Jangan masuk ke rumah yang telah rusak oleh api. Strukturnya
mungkin lemah dan akan cepat roboh. Ini berbahaya bagi keselamatan
anda sendiri.
2) Kontak pemerintah setempat agar mereka bisa mengontak anda dan
memberi bantuan yang diperlukan (jika ada).

xii
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat
yang tidak kita kehendaki, merugikan, pada umumnya sukar dikendalikan.
Kebakaran merupakan suatu bencana yang merugikan bagi banyak pihak
yang dapat mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi terhadap
kematian yang cukup besar sehingga memerlukan perhatian akan
keselamatan masyarakat. Adanya kasus kebakaran yang terus meningkat
menyebabkan pemerintah mengeluarkan undang-undang dan peraturan
pemerintah yang berkaitan dengan kebakaran. Oleh karena itu,
pengetahuan tentang kebakaran dan upaya penanggulangan bahaya
kebakaran sejak dini sangat penting agar masyarakat mengetahui adanya
potensi bahaya kebakaran di semua tempat, antara lain, di rumah, tempat
kerja, tempat ibadah, tempat-tempat umum dan lain-lain. Sehingga, kasus
kebakaran di Indonesia bisa diminimalisir.

3.2 SARAN

Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami


materi dan persoalan kebakaran dan menambah wawasan pengetahuan
mengenai kebakaran dan bagaimana upaya untuk menanggulangi dan
mencegah kebakaran sehingga kasus kebakaran dapat diminimalisir. Selain
itu, dengan adanya makalah ini diharapkan dapat dilakukan penelitian dan
penulisan lebih lanjut mengenai pengkajian ini.

xiii
DAFTAR PUSTAKA

, 2009. Kebakaran. Jakarta. Universitas Pembangunan Nasional

,2010. Resiko K3 dan Kebakaran . Sumatra. Universitas Sumatra Utara

Hargiyarto, Putut, 2003. Pencegahan dan dan Pemadaman Kebakaran. Yogyakarta.

Universitas Negeri Yogyakarta.

Redaksi. 1978. Usaha Mencegah Bahaya Kebakaran. Proyek Pusat Publikasi

Pemerintah Departemen Penerangan RI

14
15

Anda mungkin juga menyukai