Anda di halaman 1dari 20

KEPERAWATAN BENCANA

KEBAKARAN

Disusun Oleh :

Kelompok 5 :

1. Adi Putra
2. Agung Pratama
3. Novica Saputri
4. Phagia Febriani
5. Yuli Agus Dina

Dosen Pembimbing : Junaidi S.Rustam,S.kep,MNS

UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR YARSI


BUKITTINGGI

2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji sukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan limpahan rahmatnyalah kami dapat menyelesaikan Makalah ini dengan lancar dan
tepat waktu. Dalam makalah ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada pihak terkait yang
telah membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini. Sehingga makalah ini kami dapat
selesai dengan dengan lancar.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya. Penulis menyadari bahwa dalam dalam pembuatan makalah ini jauh dari sempurna.
Untuk itu kami membutuhkan saran dan kritik yang bersifat membangun dengan perbaikan
kearah sempurna. Dengan ini kami ucapkan terimakasih. Semoga makalah ini memberikan
manfaat bagi kita semua.

Bukittinggi, 8 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I Pendahuluan.............................................................................................................

1.1 Latar belakang...............................................................................................................


1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................
1.3 Tujuan............................................................................................................................

BAB II Pembahasan...........................................................................................................

2. 1 Pengertian.....................................................................................................................

2.2 Penyebab kebakaran......................................................................................................

2.3 Dampak kebakaran.......................................................................................................

2.4 Cara pencegahan kenakaran..........................................................................................

2.5 Disaste preparedness mitigation kebakaran...................................................................

2.6 Peran perawat dalam penanganan bencana kebakaran..................................................

BAB III Penutup..................................................................................................................

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kebakaran adalah suatu Kebakaran adalah suatu peristiwa yang terjadi peristiwa yang terjadi
akibat tidak terken akibat tidak terkendalinya dalinya sumber energi. Sikl r energi. Siklus ini
berisi rang berisi rangkaian demi rang kaian demi rangkaian pan kaian panjang perist jang
peristiwa (event dinamic) yang dimulai dari pra kejadian, kejadian dan siklusnya serta
konsekuensi yang mengiringinya. Kejadian tersebut akan tercipta apabila kondisi d an beberapa
syarat pencetusnya terpenuhi, utamanya pada saat pra kejadian. Kebakaran merupakan kejadian
yang ran merupakan kejadian yang tidak diingin tidak diinginkan bagi kan bagi setiap orang
setiap orang dan kecelakaan yang dan kecelakaan yang berakibat fatal. Kebakaran ini fatal.

Kebakaran ini dapat mengakib dapat mengakibatkan suatu atkan suatu kerugian yang ian
yang sangat besar sangat besar baik kerugia baik kerugian materil maupun kerugia materil
maupun kerugian immateriil. Sebagai contoh kerugian nyawa, harta, dan terhentinya proses atau
jalannya suatu produksi/aktivitas, jika tidak ditangani dengan segera, maka akan  berdampak
berdampak bagi penghuninya. penghuninya. Jika terjadi terjadi kebakaran kebakaran orang-
orang orang-orang akan sibuk  sendiri, mereka lebih mengutamakan menyelamatk elamatkan
barang-baran g-barang pribadi daripada menghentikan sumber bahaya terjadinya kebakaran, hal
ini sangat disayangkan karena dengan keadaan yang seperti ini maka terjadinya kebakaran akan
bertambah besar. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan  pembangunan  pembangunan
yang semakin semakin pesat, resiko terjadinya terjadinya kebakaran kebakaran semakin semakin
meningkat. Penduduk semakin padat, pembangunan gedung-gedung  perkantoran, kawasa
perkantoran, kawasan perumahan, perumahan, industry yang semakin berkembang semakin
berkembang sehingga sehingga menimbulkan kerawanan dan apabila terjadi kebakaran
membutuhkan  penanganan secara khusus.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Kebakaran?
2. Apa Penyebab Kebakaran ?
3. Apa Dampak Kebakaran ?
4. Bagaimana Cara Mencegah Kebakaran?
5. Bagaimana Kesiapsiagaan dan Mitigasi Kebakaran?
6. Bagaimana Peran Perawat Dalam Penanganan Bencana Kebakaran?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui apa itu kebakaran, bagaimana kebakaran itu terjadi, apa penyebab
kebakaran, bagaimana kesiapsiagaan dan mitigasi bencana kebakaran yang dapat kita lakukan,
dan bagaimana peran perawat dalam  penanganan bencana kebakaran.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Kebakaran merupakan bencana yang paling sering dihadapi dan bisa digolongkan sebagai
bencana alam atau bencana yang disebabkan oleh manusia. Bahaya kebakaran dapat terjadi
setiap saat, karena banyak peluang yang dapat memicu terjadinya kebakaran.

Definisi umum Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar   pada tempat
yang tidak kitakehendaki, merugikan pada umumnya sukar  dikendalikan. Sedangkan klasifikasi
kebakaran adalah penggolongan atau  pembagian  pembagian atas kebakaran kebakaran
berdasarkan berdasarkan pada jenis benda / bahan yang terbakar.. Dengan adanya klasifikasi
kebakaran tersebut diaharapkan akan lebih mudah atau lebih cepat dan lebih tepat mengadakan
pemilihan media pemadaman yang akan digunakan untuk melaksanakan pemadaman .Menurut
Perda DKI (1992) kalsifikasi kebakaran sesuai dengan bahan bakar yang terbakar dan bahan
pemadaman untuk masing-masing kelas yaitu :

1. Kelas A Temasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada bahan yang mudah terbakar
biasa,misalnya : kertas, kayu, maupun plastic. Cara mengatasinya yaitu bisa dengan
menggunakan air untuk menurunkan suhunya sampai di bawah titik penyulutan,serbuk
kering untuk  mematikan proses pembakaran atau menggunakan halogen untuk 
memutuskan reaksi berantai kebakaran.
2. Kelas B
3. Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan bahan cairan combustible dengan
cairan flammable, seperti bensin, minyak tanah, dan  bahan serupa lainnya. Cara
mengatasinya dengan bahan foam.
4. Kelas C
5. Kebakaran yang disebabkan oleh listrik yang bertegangan untuk  untuk  mengatasinya
yaitu dengan menggunakan bahan pemadaman kebakaran non kondusif agar terhindar
dari sengatan listrik.
6. Kelas D
7. Kebakaran pada bahan logam yang mudah terbakar seperti titanium, alumunium,
magnesium, dan kalium. Cara mengatasinya yaitu  powder khusus kelas ini.

2.2 Penyebab Kebakaran

Secara umum, kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor  manusia dan
faktor teknis.

1. Faktor Manusia Sebagian besar kebakaran yang disebabkan oleh faktor manusia timbul
karena kurang pedulinya manusia tersebut terhadap bahaya kebakaran dan juga kelalaian.
Sebagai contoh:
a. Merokok di sembarang tempat, seperti ditempat yang sudah ada tanda “Dilarang
Merokok”.
b. Menggunakan instalasi listrik yang berbahaya, misal sambungan tidak benar,
mengganti sekering dengan kawat.
c. Melakukan pekerjaan yang berisiko menimbulkan kebakaran tanpa menggunakan
pengamanan yang memadai, misalnya mengelas bejana bekas berisi minyak atau
bahan yang mudah terbakar.
d. Pekerjaan yang mengandung sumber gas dan api tanpa tanpa mengikuti persyaratan
keselamatan, misalnya memasak  menggunakan tabung gas LPG yang bocor dan lain-
lain.
2. Faktor Teknis
Faktor Teknis lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai hal-
hal yang memicu terjadinya kebakaran, misalnya:
a. Tidak pernah mengecek kondisi instalasi listrik, sehingga   banyak kabel yang
terkelupas yang berpotensi terjadi korsleting yang bisa memicu terjadinya kebakaran
b. Menggunakan peralatan masak yang tidak aman, misalnya menggunakan tabung yang
bocor, pemasangan regulator yang tidak benar, dan lain-lain.
c. Menempatkan bahan yang mudah terbakar didekat api, misalnya meletakkan minyak
tanah atau gas elpiji didekat kompor.
d. Menumpuk kain-kain bekas yang mengandung minyak tanpa adanya sirkulasi udara.
Bila kondisi panas, kondisi seperti ini  bisa memicu timbulnya api.
Berikut penggolongan penyebab kebakaran beserta simbolnya dapat dilihat dalam tabel
berikut:

 Alat, disebabkan karena kualitas alat yang rendah, cara  penggunaan   yang salah,
pemasangan pemasangan instalasi yang kurang memenuhi syarat. Sebagai
contoh : pemakaian daya listrik yang  berlebihan atau kebocoran.
 Alam, sebagai contoh adalah panasnya matahari yang amat kuat dan terus
menerus memancarkan panasnya sehingga dapat menimbulkan kebakaran.
 Penyalaan sendiri, sebagai contoh adalah kebakaran gudang kimia akibat reaksi
kimia yang disebabkan oleh kebocoran atau hubungan pendek listrik.
 Kebakaran disengaja, seperti huru – hara, sabotase dan untuk  mendapatkan
asuransi ganti rugi.

2.3 Dampak Kebakaran

Peristiwa kebakaran memberikan efek bahaya antara lain:

1. Asap
Asap adalah kumpulan partikel zat carbon ukuran kurang dari 0,5 micron sebagai hasil
dari pembakaran tak sempurna dan bahan yang mengandung karbon. Efeknya
iritasi/rangsangan pada mata, selaput lendir pada hidung dan kerongkongan.
2. Panas
Panas adalah suatu bentuk energi yang pada 300oF dapat dikatakan sebagai temperatur
tertinggi di mana manusia dapat bertahan /bernafas hanya dalam waktu yang singkat.
Efeknya tubuh kehilangan cairan dan tenaga, luka bakar/terbakar pada kulit dan
pernafasan, mematikan jantung.
3. Nyala/Flame biasa timbul pada proses timbul pada proses pembakaran sempurna dan
pembakaran sempurna dan membentuk cahaya berkilauan.
4. Gas Beracun
Gas beracun antara lain:
a. Karbon Monoksida tidak berasa, tidak berbau, tidak berasa NAB 50ppm
b. Sulfur Dioksida Dioksida (SO2) sangat beracun, beracun, menyebabakna
menyebabakna gejala lambat diri, kerusakan sistem pernafasan seperti bronchitis
c. Hidrogen Sulfida (H2S) >NAB 10ppm
d. Ammonia (MH3) >NAB 25ppm
e. Hydrogen Sianida (HCN) >NAB 10ppm
f. Acrolein (C3H4O) >NAB 0,1ppm
g. Gas has Gas hasil pemb il pembakaran zat sell ran zat sellulosa (kert sa (kertas,
kay as, kayu, kain u, kain) sepert ) seperti karbon monoksida, formaldehida, asam
formiat, asam karboksitat, metilalkohol, asam asetat, dll
h. Gas hasil pembakaran plastik seperti karbon monoksida, asam klorida dan sianida,
nitrogen eksida, dll
i. Gas hasil pem sil pembakaran karet sep ret seperti karbon monoksida, sulfur 
dioksida, dan asap tebal  
j. Gas hasil pembakaran scilena scilena seperti seperti hidrogen hidrogen sianida,
sianida, gas amonia.
k. Gas hasil pembakaran wool seperti karbon monoksida, hidrogen sulfida, sulfur
dioksida, dan hidrogen sianida
l. Gas hasil pembakaran hasil minyak bumi seperti karbon monoksida, karbon
dioksida, axcolin, dan asap tebal

2.4 Cara Pencegahan Kebakaran

Agar bangunan seperti rumah, kantor, sekolah, gudang dan lain sebagainya tidak terbakar
dan menimbulkan kebakaran, maka diperlukan  pencegahan  pencegahan kebakaran kebakaran
dengan tips dan trik mencegah mencegah terjadinya terjadinya kebakaran kebakaran sebagai
berikut :

1. Waspada Rokok 
Tidak membuang puntung rokok sembarangan. Pastikan rokok  telah mati total sebelum
dibuang ke tempat sampah. Rokok 99% memberikan masalah dari pada manfaat,
sehingga sebaiknya jangan merokok agar tidak rugi.
2. Waspada Pada Penerang Api
Ketika mati lampu dan menggunakan penerangan api seperti lilin dan lampu tempel
semprong / petromak maka jangan pernah lalai untuk  mengawasi lampu tersebut dan
tidak menaruh di tempat sembarang yang  bisa jatuh atau berpindah berpindah tempat
sehingga sehingga bisa membakar membakar benda mudah terbakar yang ada di
sekitarnya. Awasi pula penggunaan anti nyamuk   bakar.
3. Waspada Anak-Anak dan Lansia
Jauhkan benda-benda yang berapi atau yang dapat mengeluarkan api. Paling tidak ada
orang dewasa yang mengawasi seperti bermain korek api, korek gas, kembang api,
petasan, obat nyamuk bakar serta  benda-benda  benda-benda yang mengeluarkan
mengeluarkan api dan panas seperti seperti kompor gas, kompor minyak, setrikaan,
dispenser air, pemasak nasi, dan lain-lain. Anak-anak sangat berpotensi bertindak
ceroboh yang bersifat fatal.
4. Waspada & Rawat Perangkat Listrik dan Perangkat Api
Rawat dengan baik dan rutin kompor gas, setrikaan, mejik, jar, solder, kabel-kabel listrik
dan perangkat listrik dan api lainnya. Jaringan listrik di rumah, kantor, dll jika sudah
usang sebaiknya dilakukan  penggantian total dengan mengganti seluruh perangkat
jaringan listrik  diganti dengan yang berkualitas bagus dan baru demi keamanan dari
korsleting listrik (hubungan arus pendek). Hindari mencuri listrik pln agar tidak terjadi
hal-hal yang tidak diinginkan seperti misal kesetrum dan konslet listrik.
5. Siapkan Perangkat Pemadam Kebakaran Ringan
Jika bangunan cukup besar gunakan sistem pemadam detektor  asap, pemancar air,
perangkat penunjang hidup saat kebakaran, hidran, selang penyemprot air, tabung
pemadam semprot, dan lain sebagainya. Jangan lupa berikan penyuluhan bagi penghuni
bangunan dalam menghadapi bencana kebakaran. Untuk bangunan kecil minimal ada
karung yang dapat dibasahi untuk meredam kebakaran ringan / kecil. Siapkan selang
panjang atau ember untuk memudahkan menyiram kebakaran dengan kebakaran dengan
air.
6. Melakukan Pembinaan dan Sosialisasi Kebakaran Berikan penyuluhan kepada seluruh
anggota keluarga,  pegawai/karyawan kantor, siswa guru sekolah, buruh pabrik, dan
sebagainya mengenai penanganan bencana kebakaran yang bisa saja terjadi kapan saja
dan di mana saja agar ketika terjadi kebakaran mereka mengerti apa yang harus mereka
lakukan. Beritahu nomor telepon polisi dan pemadam kebakaran lokal dan sentral.
7. Waspada Lingkungan Sekitar  Kebakaran juga bisa akibat dari bangunan sebelah yang
terbakar  sehingga bangunan kita ikut menjadi korban karena api bisa membesar  dan
merembet ke mana-mana. Tingkatkan kesadaran bencana kebakaran di lingkungan
masyarakat sekitar untuk meminimalisir terjadinya kebakaran di lingkungan sekitar.
Waspada juga dengan melakukan tindakan-tindakan yang dapat memperkecil resiko
kebakaran merembet dari bangunan sekitar ke bangunan kita.

2.5 Disaste Preparedness Mitigation Kebakaran

1. Pencegahan
a. Tidak menggunakan perangkat listrik bercabang untuk  meminimalisir konsleting dan
listrik dan selalu memeriksa perangkat memeriksa perangkat listrik secara berkala.  
b. Mengetahui Mengetahui standar penggunaan gas elpiji dan memelihara memelihara
kondisi gas kondisi gas dan kompor.
c. Hindari peralatan yang mudah terbakar dari jan ari jangkauan anak-anak, seperti
cairan kimia yang menggunakan spray, lilin, korek api, dan lain-lain.
2. Mitigasi
a. Penyediaan alat pemadam api ringan (APAR) minimal 1 unit/RT (sesuai standar
sarana penanggulangan kebakaran)
b. Menyediakan karung basah atau alat yang dapat memadamkan api
c. Pengaktifan dan pemeliharaan fungsi hidran dan sumber air  rumah tangga secara
berkala
d. penampungan air hujan sebagai alternatif   prasarana pemadaman
3. Kesiapsiagaan
a. Menyediakan peta jalur evakuasi dan asemblly point (titik  kumpul) bagi masyarakat.
b. Penyuluhan dan pelatihan masyarakat terhadap jenis- jenis-jenis kebakaran dan cara
menanganinya.
c. Penyiapan warga/masyarakat dalam proses evakuasi, pertolongan pertama pada
kecelakaan, dan penyedia penyedia logistik logistik awal saat  bencana.
d. Peningkatan akses dan kapasitas informasi proses encegahan kebakaran dari berbagai
media dan institusi pemerintah
4. Penanggulangan Ke ngan Kedaruratan/Response/Early se/Early Warning System
a. Penyediaan lokasi evakuasi warga dan barang- barang saat terjadi kebakaran ke
jalan atau lapangan yang luas serta ke lokasi  pengungsian pada bangunan
permanen milik pemerintah.  
b. Menggunakan sumber air mandiri di rumah yang memiliki kuantitas dan
kontinuitas yang baik untuk melakukan pemadaman api di rumah.
c. Menggunakan bak penampungan air mandiri yang ditempatkan di bagian depan
rumah.
d. Menggunakan lap/karung basah yang ditempatkan di sumber   potensi api di
rumah (didekat tungku/d  potensi api di rumah (didekat tungku/dapur).
e. Menggunakan pasir yang ditempatkan di sumber potensi api di rumah (didekat
tungku/dapur).

5. Pemulihan
a. Memperbaiki fisik yang terkena dampak kebakaran seperti  bangunan ataupun
sarana dan prasarana.  
b. Memperbaiki dan memulihkan ekonomi warga yang terkena dampak kebakaran
seperti Aktivitas warga di RW 16,9, dan 20, dengan memberikan peluang
wirausaha
c. Peningkatan building capacity warga agar ga agar memiliki kea iki kearifan l rifan
local dalam proses mitigasi kebakaran.

2.6 Peran Perawat Dalam Penanganan Bencana Kebakaran

1. Peran dalam pencegahan primer

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan tim perawat dalam masa  pra bencana ini antara
lain :

a. Mengenali intruksi ancaman bahaya kebakaran  


b. Menyiapkan peralatan kesehatan di daerah rawan kebakaran
c. Mengidentifikasi kebutuhan saat fase emergency
d. Melatih penanganan pertama korban bencana kebakaran baik  mengembangkan
kemampuan sendiri maupun melatih masyarakat
e. Berkoordinasi dengan dinas pemerintahan,organisasi lingkungan, palang merah nasional
maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan.
2. Peran perawat dalam keadaan darurat

Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan
pertama. Ada saat dimana seleksi pasien untuk penanganan segera (emergency), akan ;ebih
efektif. Bisa disebut TRIASE:

a. Label Merah paling penting prioritas utama, mengancam jiwa.


b. Label Kuning prioritas kedua, meliputi cedera, fraktur.
c. Label Hijau, prioritas ketiga, meliputi cedera tertutup, luka lecet.
d. Label Hitam, meninggal.
3. Peran perawat dalam posko pengungsian
a. Mamfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien dari tempat posko ke RS
d. Mengevaluasi kebutuhan harian
e. Memeriksa dan mengatur ketersediaan obat, makanan, makanan khusus bayi, peralatan
kesehatan.
f. Membantu penganan dan penempatan pasien dengan penyakit menular maupun kondisi
kejiwaan labil sehingga membahayakan diri dan lingkungan
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban (ansietas, depresi) maupun
reaksi psikomatik (hilang nafsu makan, insomnia)
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak- anak
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya.

Perawat berada dalam posisi untuk membantu mengatasi kesehatan jiwa pada saat krisis atau
bencana, maka diperlukan dukungan psikologis berupa pengetahuan, yang mana pengentahuan
tersebut terkait dengan tekhnisi intervensi krisis dan bencana yang merupakan suatu
keterampilan klinis yang penting bagi semua perawat, diluar dari tatanan klinis atau praktik
spesialis (Happell et al, 2009 dalam stuart, 2016). Disamping itu, pelatohan manajemen
penanggulangan bencana sangat jarang dilakukan kepada tenaga perawat dipelayanan maupun di
pendidikan, sehingga keterampilan, pengetahuan dan keahlian perawat dalam penanggulangan
bencana tidak sesuai prosedur dan membuat penanganan bencana berjalan lambat dan tidak
efektif ((Tzeng et al., 2016); (Yan et al., 2015); dan (Yu et al., 2013).
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil
atau besar pada tempat yang tidak kita kehendaki, merugikan pada umumnya sukar dikendalikan. Secara
umum, kebakaran disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu faktor manusia dan faktor teknis. Kebakaran
bisa mengakibatkan cedera, kerugian, bahkan korban jiwa.

Aspek psikologis harus dimiliki dan membutuhkan kesiapsiagaan pada diri seorang perawat
(Ayuba et al., et al., 2015), khususnya perawat jiwa dalam menghadapi bencana, aspek psikologis yang
dimaksud berupa pengetahuan (kognitif), keterampilan, intelektual, ketelitian dan kecepatan kerja,
kerjasama,  percaya diri, kemandirian, ketekunan,kemampuan bahasa, kemampuan berpikir  logis,
kemampuann verbal, motivasi berprestasi dan memahami perasaan orang lain. Aspek psikologis ini
sangat penting yang harusdisiapkan oleh tenaga perawat dalam menghadapi situasi kejadian bencana
(Abdelghany Ibrahim, Ibrahim, 2014), sehingga mencegah timbulnya dampak psikologis baik pada diri
perawat sendiri maupun pada korban yang ditangani berupa gangguan kejiwaan (depresi, kecemasan dan
gangguan mental lainnya) akibat bencana yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

Hanes, P. F. (2016). Wildfire Disasters and Nursing. Nursing Clinics of North America, 51(4), 625–

645. doi:10.1016/j.cnur.2016.07.006

https://www.academia.edu/26664378/KEBAKARAN.docx

https://www.academia.edu/18195912/makalah_penanggulangan_bencana_tentang_bencana_kebakaran

http://repository.unpas.ac.id/29138/1/003%20PL%20Furi%20Juni%202016%20(27-36).pdf

https://media.neliti.com/media/publications/39697-ID-mitigasi-kebakaran-melalui-masyarakat.pdf

https://www.scribd.com/doc/312317945/Disaster-Nursing-Kebakaran
Penulis Tujuan Desain /metode Temuan Tingkat bukti
La Asiri1 bertujuan untuk Jenis penelitian ini - Bencana ini secara umum termasuk dalam dua kategori bencana, Kybernan :
1Dosen mendeskripsikan merupakan penelitian yakni bencana alam dan bencana tempat pemukiman, Jurnal Studi
Program Pelaksanaan Mitigasi kualitatif kebakaran yang disebabkan oleh kejadian alam dimasukan Kepemerintahan
Studi Ilmu Bencana Kebakaran kedalam kategori bencana alam, misalnya kebakaan hutan Vol. 3 No. 2
Pemerintah Pada Dinas Pemadam yang disebabkan olek kekeringan atau guguran lava gunung Bulan
an, Kebakaran Kabupaten berapi. Kebakaran yang termasuk dalam kategori bencana September 2020
Universitas Buton pemukiman adalah kebakaran pemukimam, gedung, alat, P-ISSN: 2502-
Muhamma transportasi, dll (Priambodo, 2011) 2539/ E-ISSN:
diyah - Kebakaran merupakan salah satu jenis bencana yang cukup 2684-9836
Buton E- potensial dengan meninggalkan kerugian yang besar jika tidak
mail: mendapatkan perhatian dan penanganan yang cukup serius
laasiriaris7 melalui upaya mitigasi bencana
2@gmail.c - Hal tersebut mengindikasikan bahwa bencana kebakaran, selain
om dipengaruhi oleh kondisi fisik atau yang bersifat alamiah juga
dapat terjadi akibat kelalaian manusia sebagai penyebabnya
- Dalam upaya mencegah atau meminimalkan potensi dampak
bencana kebakaran pada masa mendatang diperlukan
perencanaan program pelaksanaan mitigasi dan kesiagaan
terhadap bencana kebakaran. Pelaksanaan mitigasi adalah
upaya menurunkan/meminimalkan resiko bahaya bencana,
pada populasi yang rentan terhadap lingkup mitigasi meliputi
eliminasi dan resiko serta transmisi tanggung jawab
- ggung jawab. Fokus pelaksanaan mitigasi adalah mengeliminasi
atau membatasi kemungkinan kejadian bencana, dan
menurunkan kerentanan populasi. Kesiagaan terhadap potensi
bencana adalah suatu bentuk upaya peningkatan kemampuan
masyarakat dalam merespon secara efektif ancaman dan
dampak bencana dan segera pulih dari dampak jangka
panjang. Partisipasi aktif masyarakat memainkan peran
penting dalam aspek kesiagaan terhadap bencana. Salah satu
jenis bencana yang sering terjadi di Indonesia adalah
kebakaran.
- Faktor kelalaian masyarakat mendominasi sebagai penyebab
kebakaran. Hal tersebut memunculkan pertanyaan besar
tentang ketidakpedulian masyarakat terhadap berbagai
penyuluhan dan pendekatan yang dilakukan jajaran Dinas
Pemadam Kebakaran.
- Adanya motivasi yang kuat dibutuhkan dengan dasar adanya
kebutuhan masyarakat untuk mencegah munculnya kejadian
kebakaran. Motivasi itu dibicarakan dalam keluarga,
pertemuan antarwarga, dan sosialisasi sehingga perlu disusun
suatu langkah kerja berupa koordinasi antara masyarakat
dengan RT untuk mengadakan pelatihan dan sosialisasi atau
himbauan terkait upaya pencegahan kebakaran.

Penulis Tujuan Desain /metode Temuan Tingkat bukti


bertujuan untuk Metode yang - Potensi bencana yang ada di perkotaan yang paling tinggi MENARA Ilmu
Meta Vol. XIII No.4 April
melihat tindakan yang digunakan pada adalah bahaya kebakaran, disebabkan karena wilayah
Vaniessa 2019
dilakukan oleh penelitian ini adalah perkotaan memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi,
Tampubolo
masyarakat pada qualitative kompleksitas penggunaan lahan, pemusatan aktivitas
n1*, Lily
Kampung Kota explanatory research penduduk perkotaan, penggunaan material bangunan, dan
Tambunan2
Bersejarah untuk adanya daerah-daerah permukiman kumuh perkotaan
, Fauzan
menjaga dan (Taridala, Yudono, Ramli, & Akil, 2017).
Alfi
melestarikannya - Sistem pengklasteran lokasi karena tingkatan resiko
Agirachman
kebakaran berkaitan dengan aktifitas dan material sebagai
3 Program
sumber dan bahan bakar saat terjadi bencana kebakaran
Studi
telah diaplikasikan dalam titik lokasi penyusunan ruang di
Magister
Kampung Adat Suku Baduy
Arsitektur,
- Sistem pengklasteran lokasi karena tingkatan resiko
SAPPK,
kebakaran berkaitan dengan aktifitas dan material sebagai
Institut
sumber dan bahan bakar saat terjadi bencana kebakaran
Teknologi
telah diaplikasikan dalam titik lokasi penyusunan ruang di
Bandung1*
Kampung Adat Suku Baduy
metatampu
- peran dari pemilik dan masyarakat pengguna sangat
bolon07@g
dibutuhkan sebagai pemerhati dan pelaksana langsung
mail.com
tindakan-tindakan pencegahan dan perawatan bagi bangunan
Kelompok
Keahlian dan kawasan bersejarah (Salleh & Ahmad, 2009).
Teknologi
Bangunan,
SAPPK,
Institut
Teknologi
Bandung2,3

Anda mungkin juga menyukai